PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Suatu studi di SDN 01 Poasia) Kota Kendari tahun 2012 Oleh: Nana Sumarna1
Abstrak. Metode pemecahan masalah merupakan suatu metode ilmiah yang digunakan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan pemecahan masalah adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Studi ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 di SDN 01 Poasia dengan mengambil sampel kelas V. Prosedur penelitian menggunakan alur penelitian tindakan kelas. Fokus materi adalah materi pecahan yang sedang dipelajari oleh siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses keterlaksanaan skenario pembelajaran aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 sebesar 77,5% dan pada siklus I pertemuan 2 aktivitas guru mencapai 85%, sedangkan pada siklus II pertemuan 1 sebesar 90% dan pada siklus II pertemuan 2 meningkat menjadi 97,5%. Aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1 sebesar 76,42% dan pada siklus I pertemuan 2 mencapai 87,85%, sedangkn pada siklus II pertemuan 1 sebesar 95,71% dan pada siklus II pertemuan 2 meningkat menjadi 97,14%. Dari segi hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 52,5% atau sebanyak 21 orang dari 40 siswa yang tuntas memperoleh nilai ≥ 70 dengan nilai rata-rata 79,48, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 82,5% atau sebanyak 33 orang dari 40 siswa yang tuntas memperoleh nilai ≥ 70 dengan nilai rata-rata 89,84. Kata kunci: Pemecahan masalah, hasil belajar, Pecahan
1
Dosen PGSD FKIP Universitas Halu Oleo
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari (Muhsetyo, 2008: 1.26). Oleh karena itu, pembelajaran matematika hendaknya dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar memperoleh hasil yang maksimal. Namun pada kenyataannya untuk pembelajaran matematika di Sekolah Dasar belum sesuai dengan harapan. Salah satu penyebabnya adalah cara pengajaran dari guru yang kurang mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Hal tersebut membuat siswa menjadi kurang berminat dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Akibatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa menjadi rendah. Hal ini jelas sangat memperihatinkan mengingat betapa pentingnya matematika dalam dunia pendidikan. Masalah yang sama sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya juga terjadi di SDN 01 Poasia. Berdasarkan data yang diperoleh menujukkan bahwa nilai rata-rata ulangan harian matematika pada materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan siswa kelas V C semester genap tahun pelajaran 2011/2012 hanya sebesar 61,14. Nilai ini berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di Sekolah tersebut yaitu minimal ≥ 70. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika di kelas V C SDN 01 Poasia belum optimal dan masih perlu diperbaiki. Berdasarkan maslah tersebut, upaya mencari akar penyebab masalah dengan melakukan beberapa kegiatan antara lain: 1. Melakukan observasi pada saat guru mengajar. Dari hasil observasi tersebut, peneliti menemukan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa adalah karena pembelajaran lebih berpusat pada guru (teacher centered). Adapun metode pembelajaran yang digunakan guru lebih didominasi oleh metode ceramah. Akibatnya siswa cenderung pasif dalam menerima materi pembelajaran yang diberikan oleh guru.
2. Melakukan wawancara dengan siswa tentang pelajaran yang diikuti. Dari hasil wawancara tersebut, peneliti menemukan bahwa faktor lain yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa adalah karena adanya rasa jenuh dari siswa dengan pola pembelajaran dari guru yang sama terus-menerus yakni guru selalu menggunakan metode ceramah terusmenerus. Akibatnya siswa menjadi kurang berminat dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. 3. Melakukan observasi tentang hasil kerja siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Tujuan dari kegiatan ini adalah peneliti ingin mengetahui penyebab rendahnya nilai rata-rata ulangan harian matematika pada materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan siswa kelas V C tahun pelajaran 2011/2012. Dengan mengetahui hal tersebut peneliti dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan yang terjadi saat itu untuk tidak terulang lagi pada kelas V C yang sekarang. Hasil observasi menujukkan bahwa: (1) Siswa kurang memahami masalah yang terdapat pada soal. Hal ini dapat dilihat pada pekerjaan siswa yang salah dalam mengidentifikasi hal yang diketahui dalam soal, (2) Siswa kurang teliti dalam menyelesaikan soal. Hal ini terlihat dari jawaban yang diperoleh siswa meskipun model matematikanya sudah benar namun masih ada kesalahan pada jawaban akhirnya, (3) Siswa jarang memeriksa kembali jawaban yang telah diperolehnya. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahamanan dari siswa tentang manfaat dari memeriksa kembali jawaban yang telah diperolehnya. Untuk dapat mengatasi masalah sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya guru memerlukan suatu metode yang tepat. Salah satu metode yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut adalah metode pemecahan masalah. Metode ini mampu menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika. Hal ini disebabkan karena metode ini memberikan kesempatan yang seluasluasnya kepada siswa untuk memecahkan masalah matematika yang dihadapinya. Guru hanya perlu membimbing siswa secara bertahap agar siswa dapat menemukan solusi dari masalah
yang dihadapinya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Hudojo (dalam Kaimudin, 2008: 77) bahwa matematika yang disajikan dalam bentuk masalah-masalah akan memberikan motivasi bagi siswa untuk mempelajari matematika dengan baik. Selain itu, dengan menggunakan metode pemecahan masalah pembelajaran yang semula bepusat kepada guru (teacher centered) dapat berubah menjadi berpusat pada siswa (student centered). Hal ini disebabkan karena pembelajaran dengan pemecahan masalah menekankan pada tiga hal yaitu: (1) meningkatkan sikap positif siswa terhadap matematika, (2) mendorong siswa berpartisipasi lebih aktif, dan (3) menghadapkan siswa pada keterampilan yang menantang agar siswa terlatih melakukan pemecahan masalah dan berfikir analitik ( Chicko dalam Kaimudin, 2008: 79). Akibatnya siswa akan cenderung berpatisipasi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Adapun langkah-langkah untuk memecahkan masalah adalah sebagai berikut: (1) pemahaman masalah (understanding the problem), (2) merencanakan pemecahan atau penyelesaian (devising a plan), (3) melaksanakan rencana pemecahan atau perhitungan (carrying out the plan), dan (4) memeriksa proses atau hasil perhitungan (looking back) (Polya dalam Kaimudin, 2008: 83). Dengan langkah-langkah pemecahan masalah tersebut diharapkan siswa mampu menyelesaikan soal pemecahan masalah khususnya dalam bentuk soal cerita. Metode Pemecahan Masalah merupakan metode mengajar yang lebih tinggi tingkatnya dari cara belajar lainnya. Untuk memecahkan masalah diperlukan aturan-aturan tingkat tinggi, aturan-aturan dan konsep terdefinisi. Untuk memperoleh aturan-aturan ini sudah harus belajar konsep konkrit, dan untuk belajar konkret harus menguasai diskriminasi-diskriminasi (Dahar, 1989:135). Dalam bidang Pendidikan Dasar Survey (PDS), pemecahan masalah dapat berupa penyelesaian soal-soal, yang biasanya lebih banyak pada soal-soal yang memerlukan kemampuan pemahaman konsep dan aplikasinya. Metode pemecahan masalah juga memiliki beberapa keunggulan. Adapun keunggulan dari metode pemecahan masalah adalah sebagai berikut: (a) mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, (b) mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, (c) mempelajari bahan pelajaran yang aktual dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat, (d) jika dilaksanakan secara kelompok dapat mengembangkan kemampuan sosial siswa, (e) mengoptimalkan kemampuan siswa (dalam Anitah, 2009: 5.32). Oleh karena itu, metode ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V C di SDN 01 Poasia. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan metode pemecahan masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V C pada materi pecahan di SDN 01 Poasia? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V C pada materi pecahan melalui penerapan metode pemecahan masalah di SDN 01 Poasia. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Belajar Menurut Gagne (dalam Ratna, 2011: 2) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Sedangkan Witherington (dalam Aunurrahman, 2009: 35) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. Anitah (2009: 2.5) mendefinisikan bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, secara keseluruhan sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Hasil Belajar Gagne (dalam Muhammad dan Arif, 2011: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar berupa hal-hal sebagai berikut: 1) Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan peraturan. 2) Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintetis fakta-konsep, dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. 3) Strategi kognitf, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. 4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak. 5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Purwanto (dalam Muhammad dan Arif, 2011: 31), hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang dibedakan menjadi dua golongan sebagai berikut: 1) Faktor yang ada pada diri organisme tersebut yang disebut faktor individual. Faktor individual meliputi hal-hal sebagai berikut: (a) Faktor kematangan atau pertumbuhan, (b) Faktor kecerdasan atau intelegensi, (c) Faktor latihan dan ulangan, (d) Faktor motivasi, (e) Faktor pribadi. 2) Faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial. Termasuk ke dalam faktor di luar individual atau faktor sosial antara lain sebagai berikut: (a) Faktor keluarga atau keadaan rumah tangga, (b) Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam turut menentukan
bagaimana dan sampai mana belajar dialami anak-anak, (c) Faktor guru dan cara mengajarnya, (d) Faktor alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar. Metode Pemecahan Masalah Metode pemecahan masalah merupakan suatu metode ilmiah yang digunakan dalam proses pembelajaran (Anitah, 2009: 5.31). Menurut Sudirman, dkk (Aina Mulyana 2012, diakses 6 Januari 2013) metode pemecahan masalah adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Anitah (2009: 5.32) mengemukakan beberapa keunggulan pembelajaran dengan menggunakan metode pemecahan masalah diantaranya: 1) Mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah 2) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis 3) Mempelajari bahan pelajaran yang aktual dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat 4) Jika dilaksanakan secara kelompok dapat mengembangkan kemampuan sosial siswa 5) Mengoptimalkan kemampuan siswa METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa meningkat (Wardhani dalam wina, 2010: 142). Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 di kelas V C SDN 01 Poasia. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Subjek Penelitian Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V C di SDN 01
Poasia dengan jumlah siswa 40 orang, yang terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 24 orang perempuan. Dengan sasaran utama meningkatkan hasil belajar matematika di kelas tersebut. Faktor yang Diteliti Adapun faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor guru, yaitu aktivitas guru pada saat proses pembelajaran di kelas. 2. Faktor siswa, yaitu (a) aktivitas siswa, dan (b) hasil pembelajaran siswa dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan dengan menggunakan metode pemecahan masalah. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas dua siklus. Adapun langkah-langkah dalam siklus tersebut terdiri dari perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan dan evaluasi (observing and evaluation), serta refleksi (reflecting). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Belajar Siswa Hasil tes siklus I menunjukan bahwa pemahaman siswa tentang materi pembelajaran yang diajarkan masih tergolong rendah karena belum memenuhi standar ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 80% siswa telah mencapai nilai minimal 70. Berdasarkan hasil evaluasi siklus I ini, diperoleh persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 52,5%, dimana dari 40 orang siswa yang menjadi subyek penelitian hanya 21 orang siswa saja yang mencapai ketuntasan belajar individual sedangkan sisanya sebanyak 19 orang atau sekitar 47,5% siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan dari hasil evaluasi pada pelaksanaan tindakan siklus I yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah maka penelitian ini dilanjutkan pada siklus II. Dengan harapan pembelajaran dapat ditingkatkan dan mencapai target ketuntasan belajar pada pelaksanaan tindakan siklus II. Selanjutnya, hasil tes siklus II menunjukan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar klasikal siswa jika
dibandingkan dengan tes siklus I yaitu dari 40 orang siswa, yang dinyatakan tuntas adalah 33 orang siswa atau sekitar 82,5% sedangkan sisanya sebanyak 7 orang atau sekitar 17,5% siswa saja yang belum mencapai ketuntasan belajar . Hal ini menunjukan bahwa ketuntasan hasil belajar tersebut telah mencapai indikator yang telah ditentukan yaitu 80% siswa telah mendapatkan nilai minimal ≥70. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I, jumlah skor yang diperoleh pada pertemuan pertama adalah 107 dari jumlah skor maksimum 140 dengan skor maksimum setiap kelompok adalah 20. Untuk menentukan persentase aktivitas siswa pada pertemuan pertama ini caranya adalah jumlah skor perolehan semua kelompok dibagi dengan jumlah skor maksimum semua kelompok dan dikalikan dengan 100%, sehingga diperoleh persentase aktivitas siswa pada pertemuan pertama siklus I ini adalah 76,42%. Pada pertemuan kedua jumlah skor yang diperoleh adalah 123 dari jumlah skor maksimum 140 dengan skor maksimum setiap kelompok adalah 20. Untuk menentukan persentase aktivitas siswa pada pertemuan kedua caranya adalah jumlah skor perolehan semua kelompok dibagi dengan jumlah skor maksimum semua kelompok dan dikalikan dengan 100%, sehingga diperoleh persentase aktivitas siswa pada pertemuan kedua siklus I ini adalah 87,85%. Hal ini jika dibandingkan dengan pertemuan pertama aktivitas siswa mengalami peningkatan sebesar 11,43%. Selanjutnya, berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan siklus II, jumlah skor yang diperoleh pada pertemuan pertama adalah 134 dari jumlah skor maksimum 140 dengan skor maksimum setiap kelompok adalah 20. Untuk menentukan persentase aktivitas siswa pada pertemuan pertama ini caranya adalah jumlah skor perolehan semua kelompok dibagi dengan jumlah skor maksimum semua kelompok dan dikalikan dengan 100%, sehingga diperoleh persentase aktivitas siswa pada pertemuan pertama siklus I ini adalah 95,71%.
Pada pertemuan kedua jumlah skor yang diperoleh adalah 136 dari jumlah skor maksimum 140 dengan skor maksimum setiap kelompok adalah 20. Untuk menentukan persentase aktivitas siswa pada pertemuan kedua caranya adalah jumlah skor perolehan semua kelompok dibagi dengan jumlah skor maksimum semua kelompok dan dikalikan dengan 100%, sehingga diperoleh persentase aktivitas siswa pada pertemuan kedua siklus I ini adalah 97,14%. Hal ini jika dibandingkan dengan pertemuan pertama aktivitas siswa mengalami peningkatan sebesar 1,43%. Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada pelaksanaan tindakan siklus I, jumlah skor yang diperoleh pada pertemuan pertama adalah 31 dari jumlah skor maksimum 40 dengan skor maksimum setiap item adalah 4, jadi diperoleh persentase keterlaksanaan skenario pembelajaran oleh guru dengan membagi jumlah skor perolehan dengan jumlah skor maksimum dan dikalikan 100 % maka, diperoleh hasil 77,5%. Pada pertemuan kedua jumlah skor yang diperoleh adalah 34 dari jumlah skor maksimum 40 dengan skor maksimum setiap item adalah 4, jadi diperoleh persentase keterlaksanaan skenario pembelajaran oleh guru dengan membagi jumlah skor perolehan dengan jumlah skor maksimum dan dikalikan 100 % maka, diperoleh hasil 85%. Hal ini jika dibandingkan dengan pertemuan pertama aktivitas guru mengalami peningkatan sebesar 7,5%. Selanjutnya, berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada pelaksanaan tindakan siklus II, jumlah skor yang diperoleh pada pertemuan pertama adalah 36 dari jumlah skor maksimum 40 dengan skor maksimum setiap item adalah 4, jadi diperoleh persentase keterlaksanaan skenario pembelajaran oleh guru dengan membagi jumlah skor perolehan dengan jumlah skor maksimum dan dikalikan 100 % maka, diperoleh hasil 90%. Pada pertemuan kedua jumlah skor yang diperoleh adalah 39 dari jumlah skor maksimum 40 dengan skor maksimum setiap item adalah 4, jadi diperoleh persentase keterlaksanaan skenario pembelajaran oleh guru dengan membagi jumlah skor perolehan dengan jumlah skor maksimum
dan dikalikan 100 % maka, diperoleh hasil 97,5%. Hal ini jika dibandingkan dengan pertemuan pertama aktivitas guru mengalami peningkatan sebesar 7,5%. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil belajar siswa kelas V C pada materi pecahan di SDN 01 Poasia dapat ditingkatkan melalui metode pemecahan masalah. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar siswa pada siklus I yaitu dari 40 orang siswa yang menjadi subyek penelitian sebanyak 52,5% siswa atau sekitar 21 orang siswa yang mencapai ketuntasan belajar individual, pada siklus II meningkat menjadi 82,5% atau sekitar 33 orang siswa yang mencapai ketuntasan belajar individual, dengan peningkatan sebesar 30%. 2. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 79,48 sedangkan hasil belajar siswa pada siklus II adalah 89,84, dengan peningkatan sebesar 10,36 poin. 3. Persentase aktivitas guru pada pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama sebesar 77,5%, dan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 85%. Untuk persentase pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan pertama aktivitas guru mengalami peningkatan keberhasilan yaitu sebesar 90%. Keberhasilan ini juga meningkat menjadi 97,5% pada pertemuan kedua. 4. Persentase aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama sebesar 76,42%, dan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 87,85%. Untuk persentase pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan pertama aktivitas guru mengalami peningkatan keberhasilan yaitu sebesar 95,71%. Keberhasilan ini juga meningkat menjadi 97,14% pada pertemuan kedua. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Bagi guru-guru sekolah dasar, dapat menerapkan metode pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika karena dengan menerapkan metode pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. 2. Bagi Sekolah, dapat mengadakan pelatihan metode pembelajaran termasuk metode pemecahan masalah sehingga dapat memperkaya pengetahuan guru dalam memperbaiki kinerjanya. 3. Bagi peneliti lain, yang hendak melaksanakan penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini, dapat memanfaatkan hasil penelitian ini dengan mengkaji lebih luas pembahasan yang ada di dalamnya.
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) di Kelas V SD Negeri 01 Poasia. Skripsi Mahasiswa Program Studi PGSD FKIP Universitas Haluoleo Kendari. Kaimudin, L. 2008. Pengantar Dasar matematika. Kendari: Universitas Haluoleo Karim, Muchtar A. 2007. Pendidikan Matematika II. Jakarta: Universitas Terbuka. Muhsetyo, Gatot, dkk. 2008. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Musfiqon, HM. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Sanjaya, Wina. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Syamrilaode. 2010. http://id.shvoong.com/writing-andspeaking/presenting/2063168-konseppecahan-dalam-matematika/ (diakses 6 Januari 2013).
DAFTAR PUSTAKA Anitah W., Sri. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Adnan. 2012. Penerapan Metode Problem Solving (PS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat Siswa Kelas IV B di SDN 01 Poasia Kota Kendari. Skripsi Mahasiswa Program Studi PGSD FKIP Universitas Haluoleo Kendari. Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Aina Mulyana. 2012. http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/m etode-pemecahan-masalah-problem.html (diakses 6 Januari 2013) Idris, Nurfatanah. 2011. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Materi Pokok Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Melalui Pendekatan
Thobroni, Muhammad & Arif Mustofa. 2011. Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta: ArRuzz Media. Winataputra, Udin S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Wilis Dahar, Ratna. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Gelora Aksara Pratama.