DAMPAK PELATIHAN METODE PENYULUHAN PERTANIAN PARTISIPATIF TERHADAP KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN DI KABUPATEN BANDUNG Oleh : Nataliningsih Ringkasan Metode penyuluhan pertanian partisipatif adalah suatu metode pembelajaran atau penyampaian informasi bagi petani yang ditujukan untuk memberdayakan petani atau kelompok tani agar mampu memecahkan sendiri masalah usahatani yang dihadapinya serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pelatihan atau training metode penyuluhan pertanian partispatif bagi petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas PPL dan berdampak pada peningkatkan kinerjanya. Pelatihan Metode Penyuluhan Pertanian Partisipatif diselenggarakan bagi seluruh petugas Penyuluh Pertanian Lapangan se kabupaten Bandung , pelatihan berlangsung selama 15 minggu dengan akreditasi 269 jam berlatih @ 45 menit , yang terdiri dari belajar di kelas selama 112 jam pelatihan dan praktek di lapangan selama 157 jam pelatihan, pelaksanaan pelatihan mulai bulan bulan Februari 2007 bertempat di Balai Besar Diklat Agribisnis Hortikultura Kayu Ambon Lembang. Dampak pelatihan Metode Penyuluhan Pertanian Partisipatif adalah peningkatan pengetahuan, sikap serta ketrampilan PPl dalam menjalankan tugasnya yang ditunjukkan dengan teridentifikasinya petani maju, kelompok tani unggulan, serta aspek khas dari setiap wilayah kerja petugas PPL yang dapat di kembangkan sebagai unggulan lokal daerahnya.
Summary Method of participative agriculture extension of learning or delivering information that the obyective is for empowering farmers or farmer groups in order to have capability to solve their farmer business problem by themselves and able to improve their life welfare. Training method of participative agricultural extension for field agriculture extension worker (called PPL) expected able to knowledge and skill of PPL and give impact on performance improvement this training was intended for PPL in the Bandung District area. The training lasted 15 weeks with acredite of 269 training hours @ 45 minutes, consist of learning in the classroom for 112 training haours and practical in the field for 157 training hours, was carried out on February 2007 placed in BBDAH Kayu Ambon , Lembang. The training impact of Participave Agricultural Extension Method are improving knowledge, attitude and skill of PPL indoing their taskshown by capability to identificate improved farmer,superior farmer group, and specific aspect from each working area of PPL that can be improved as a local leading in their area.
1
I.
Pendahuluan
1.1. Latar belakang Penyuluhan pertanian adalah suatu usaha atau upaya untuk menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah dalam aktivitas usaha tani di pedesaan, perubahan-perubahan mana hendaknya menyangkut tingkat pengetahuan, kecakapan dan kemampuan sikap serta motif tindakan petani. Berkurangnya jumlah petani miskin dan meningkatnya pendapatan petani merupakan prasyarat terwujudnya kesejahteraan masyarakat tani yang menjadi sasaran dari pembangunan pertanian. Usaha untuk mewujudkan tujuan pembangunan pertanian tersebut mensyaratkan akan ketangguhan dari komponen-komponen sistem pertanian yang bertindak sebagai pelaku pembangunan pertanian . Komponen sistem pertanian tersebut antara lain : aparat pertanian , petani, lembaga ekonomi, dan lembaga sosial pedesaan. Salah satu ketangguhan komponen aparat pertanian adalah petugas penyuluhan mempunyai kepekaan terhadap masalah-masalah pertanian yang selalu berkembang, mampu mendorong daya kreativitas untuk mengembangkan keahlian, ketrampilan, dan produktivitasnya. Berdasarkan kenyataan di lapangan, latar belakang pendidikan petugas Penyuluh Pertanian Lapangan sangat bervariasi dengan pengetahuan dan ketrampilan dalam menyampaikan penyuluhan sangat rendah sehingga proses penyuluhan kurang berhasil yang ditunjukkan sedikitnya jumlah petani yang hadir saat penyuluhan. Kenyataan ini menimbulkan pertanyaan bagaimanakah cara petugas PPL dapat menyampaikan penyuluhan yang efektif dan efisien yang dapat memotivasi petani untuk meningkatkan usaha taninya.
2
Tujuan kegiatan pelatihan Metode Penyuluhan Pertanian Partisipatif ini adalah 1) Meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan petugas PPL dalam berkomunikasi dengan petani 2) Mengembangkan metode penyuluhan pertanian secara partisipatif dan memanfaatkan informasi inovasi untuk membantu memecahkan masalah-masalah usahatani petani 3) Memotivasi petugas PPL agar lebih kompeten dan mandiri dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya.
1.2. Rumusan masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang ada maka beberapa rumusan masalah penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Bagaimanakah kurikulum pembelajaran pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif yang diselenggarakan bagi petugas PPL di kabupaten Bandung ?
2.
Adakah dukungan atau hambatan yang muncul dalam pelaksanaan pelatihan maupun penerapan hasil pelatihan yang telah diikuti oleh petugas PPL ?
3.
Bagaimanakah dampak pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif dalam menunjang kinerja petugas PPL dalam menjalankan tugasnya ?
4.
Apakah
hasil praktek lapang yang dilakukan oleh petugas PPL setelah
mengikuti kegiatan pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif ?
1.3.
Tujuan penelitian
3
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kondisi aktual tentang dampak pelaksanaan
pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif bagi petugas PPL
dengan cara mengetahui, mengamati, mengkaji, menganalisis dan mendeskripsi tentang : 1.
Kurikulum pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif bagi petugas PPL se Kabupaten Bandung.
2.
Hambatan dan dukungan yang muncul selama pelatihan maupun dalam penerapan hasil pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif.
3.
Dampak pelatihan terhadap kinerja petugas PPL dalam menjalankan tugasnya sebagai penyuluh pertanian.
4.
Hasil praktek lapangan yang dilakukan oleh petugas PPL setelah mengikuti kegiatan pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif.
Tinjauan Pustaka Menurut Van Den Ban dan Hawkins (2003), pemilihan metode penyuluhan yang paling efektif adalah gabungan dari berbagai metode yang disukai tergantung pada : 1) tujuan, 2) ukuran dan tingkat pendidikan kelompok sasaran, 3) tingkat kepercayaan antara kelompok sasaran dan agen penyuluh, 4) ketrampilan penyuluh, 5) tenaga kerja serta sumber daya yang tersedia. Selanjutnya dikatakan oleh Rokhedi (2005), bahwa metode penyuluhan pertanian partisipatif adalah suatu metode pembelajaran dengan melibatkan petani secara langsung dalam mengidentifikasi masalah petani, merencanakan kegiatan penyuluhan serta mengevaluasi hasil kegiatan penyuluhan. Prinsip pembelajaran partisipatif menurut Sudjana (2000), adalah berdasarkan kebutuhan belajar, berorientasi pada tujuan kegiatan pembelajaran, berpusat pada peserta
4
didik dan
berangkat dari pengalaman kerja.
Sedangkan langkah-langkah dalam
pembelajaran partisipatif adalah membantu peserta didik dalam menciptakan iklim belajar, menyusun kelompok belajar, mendiagnosa kebutuhan belajar, menyusun tujuan belajar, merancang pengalaman belajar, melakukan langkah kegiatan pembelajaran dan menilai proses dan hasil kegiatan pembelajaran. Penyuluhan dalam arti umum merupakan sistem pendidikan yang bersifat non formal atau suatu sistem pendidikan di luar sistem persekolahan biasa, dimana orang ditunjukkan cara-cara mencapai sesuatu dengan memuaskan sambil orang itu tetap mengerjakan sendiri, jadi belajar dengan mengerjakan sendiri. Sedangkan arti penyuluhan pertanian adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah perilaku petani dan keluarganya, agar mengetahui dan mempunyai kemauan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya (Sastraatmadja, 1993). Tujuan penyuluhan jangka pendek menurut Kartasapoetra (1998) adalah untuk menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah dalam aktivitas usaha tani di pedesaan , perubahan–perubahan mana hendaknya menyangkut tingkat pengetahuan, kecakapan dan kemampuan sikap serta motif tindakan petani.
Sedangkan tujuan
penyuluhan jangka panjang yaitu agar tercapai peningkatan taraf hidup masyarakat petani, mencapai kesejahteraan hidup lebih terjamin. Hal ini tercapai jika para petani dalam masyarakat itu telah melakukan better farming ( mengubah cara-cara usaha taninya dengan cara-cara yang lebih baik ), better business (berusaha yang lebih menguntungkan ) dan better living (berhemat tidak berfoya-foya setelah melangsungkan panenan, menabung, bekerja sama memperbaiki higinis lingkungan, mendirikan industri rumah
5
tangga dengan mengikut sertakan keluarganya guna mengisi kekosongan waktu selama menunggu panenan). Berdasarkan cepat lambatnya para petani menerapkan inovasi teknologi yang diterima melalui penyuluhan pertanian, Kartasapoetra (1998) membagi golongan petani menjadi 5 yaitu : 1. golongan innovator 2. penerap inovasi teknologi lebih dini (early adopter) 3. penerap inovasi teknologi awal (early majority) 4. penerap inovasi teknologi yang lebih akhir (late majority) dan 5. penolak inovasi teknologi ( laggard). Penggunaan teknologi tepat guna di Propinsi Jawa barat menurut Saleh (2005), lebih banyak dilakukan oleh masyarakat untuk proses produksi sektor usaha pertanian. Karena area wilayah Jawa barat didominasi sektor pertanian maka dibutuhkan aparat pertanian yang
mempunyai kemampuan menggali informasi dari petani yang maju
tetang inovasi teknologi yang digunakan dan menyampaikan informasi tersebut kepada petani lain untuk meningkatkan usaha taninya. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan oleh Rokhedi (2005),menunjukkan bahwa petugas PPL yang ada di Kabupaten Bandung rata-rata mempunyai jenjang pendidikan D III dengan berbagai disiplin ilmu, hal ini mempengaruhi ketrampilan petugas PPL dalam menjalankan tugasnya sebagai penyuluh pertanian. Berdasarkan kondisi ini maka ketrampilan petugas PPL dapat ditingkatkan melalui pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif yang
hasilnya
diharapkan dapat meningkatkan
6
pengetahuan, sikap serta ketrampilan petugas PPL. Dampak pelatihan adalah kinerja petugas PPL lebih efisien dan efektif dalam menjalakan tugasnya.
Metode penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey. Pelatihan
Metode
Penyuluhan
Pertanian Partispatif diikuti oleh 86 orang PPl yang merupakan utusan dari 41 BPP (Balai Penyuluhan Pertanian ) se Kabupaten Bandung. Kegiatan pelatihan
dibagi dalam 3
gelombang kegiatan pelatihan. Sebagai subyek penelitian dipilih secara purposif sebanyak 10 orang dari masing-masing gelombang kegiatan
sehingga dengan 3
gelombang kegiatan pelatihan diperoleh 30 PPL . Sebagai data penunjang dilakukan wawancara dengan
3 orang widyaiswara (instruktur pelatihan ) dan lembaga
penyelenggara program pelatihan. Teknik pengumpulan data dalan penelitian ini adalah observasi partisipatif, wawancara, studi dokumentasi dan studi kepustakaan, sedangkan peneliti berperan sebagai instrument penelitian artinya peneliti berperan langsung berinteraksi dan berkomunikasi dengan sumber data dalam suatu wawancara sesuai data yang dibutuhkan. Pedoman wawancara terbuka disusun untuk membantu pelaksanaan pengambilan data dari subyek penelitian yang hasilnya dianalisis dan dideskripsikan sesuai tujuan penelitian. Cara kerja dalam penelitian ini adalah dengan melaksanakan kegiatan pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif bagi petgas PPL dengan kurikulum sebagai berikut :
7
No
Tahap an
Kegiatan
Lokasi
Waktu
metode
1
Sesi 1
Kelas
6 hari
2
Field Work 1
1.Iidentifikasi masalah petani 2.Butir-butir analisis untuk penggalian informasi 3. Teknik observasi dan penggalian informasi 4. Kerangka acuan untuk analisis kasus. 1.Pemilihan kasus petani maju dan kelompok tani unggulan di wilayah kerja PPl. 2. Penggalian informasi tentang kasus terpilih 3. Penetapan aspek khas dari kasus terpilih 4. Penyusunan lembaran informasi. Analisis kasus 1.Identifikasi aspek khas yang diamati 2.Kesimpulan informasi kasus
Lapang an
7 hari
Tatap diskusi kelompok, presentasi kelompok Wawancara langsung observasi lapangan
Kelas
4 hari
3
Sesi 2
4
Field 1.Penggalian informasi tambahan kasus terpilih. Lapang work 2 2. Penyempurnaan lembaran informasi an
5 hari
5
Sesi 3
3 hari
6
Field 1.Penyusunan akhir materi penyuluhan Lapanga work 3 2.Pemilihan sasaran penyajian materi n penyuluhan 3.Uji coba penerapan informasi melalui penyajian penyajian materi penyuluhan pertanian.
7 hari
7
Sesi 4
2 hari
Metode-metode peyuluhan : 1.Persiapan aplikasi informasi 2. Penyusunan materi penyuluhan
1.Pengalaman penerapan informasi 2. Tinjauan dan evaluasi program pelatihan 3. Penyusunan rencana tindak lanjut
Kelas
Kelas
Keteran gan akredita si muka, 53 jam
56 jam ,
Tatap muka, diskusi kelompok, presentasi kelompok Wawancara langsung,oberva si lapangan Tatap muka, demonstrasi pengoperasian komputer, camera digital, internet, penyusunan leaflet Praktek lapang pengoperasian internet, camera digital, penyusunan leaflet untuk penyuluhan Praktek lapang penyampaian leaflet, tatap muka di kelas .
8
28 jam
40 jam
24 jam
56 jam
12 jam
Hasil dan Pembahasan Prinsip pembelajaran partisipatif menurut Sudjana (2000), adalah
berdasarkan
kebutuhan belajar, berorientasi pada tujuan kegiatan pembelajaran, berpusat pada peserta didik dan berangkat dari pengalaman kerja. Selama pelatihan widyaiswara bertindak sebagai fasilitator yang membantu PPL melakukan kegiatan yang disusun dalam kurikulum tersebut. 1. Kurikulum proses pembelajaran pelatihan metode penyuluhan pertanian partsipatif. Berdasarkan hasil
wawancara dengan para PPL yang dijadikan sumber data
penelitian setelah mengikuti proses pelatihan menunjukan bahwa kegiatan pelatihan Metode Penyuluhan Pertanian partispatif ini dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan PPL dalam hal : 1. Metode dan teknik wawancara dengan petani 2. Teknik menyusun pedoman wawancara dengan petani 3. Metode dan teknik penggalian informasi dari petani 4. Teknik menyusun informasi 5. Teknik menyusun informasi sebagai materi penyuluhan 6. Metode dan teknik penyuluhan pertanian Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petugas PPL tersebut dapat dibuktikan dengan tersusunnya leaflet yang memuat informasi beserta gambarnya yang merupakan hasil wawancara dengan petani maju tentang aspek khas yang dapat dikembangkan didaerahnya, leaflet tersebut digunakan sebagai bahan penyuluhan sehingga penyuluhan
9
lebih efisien dan menarik minat petani mengikuti penyuluhan.Leaflet yang disusun oleh petugas PPL mempermudah petani mengingat hasil penyuluhan yang telah diikutinya.
2. Hambatan dan dukungan selama pelatihan dan penerapan hasil pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif Yang menjadi hambatan selama pelaksanaan pelatihan adalah penggunaan teknologi tinggi dalam pembelajaran yaitu menggunakan kamera digital untuk membuat dokumentasi hasil informasi aspek khas petani maju, membuat lembar informasi yang memuat gambar hasil dokumentasi serta menyusun informasi yang diperlukan. Kegiatan ini menggunakan teknologi tinggi dimana tidak semua PPL mampu secara cepat mengikuti pengetahuan dan ketrampilan ini, oleh karena itu latihan yang terus menerus sehingga setiap PPL mampu menyusun informasi yang dapat menarik petani, untuk membantu kelancaran pelaksanaan penyuluhan. Dukungan muncul dari motivasi yang tinggi dari peserta pelatihan untuk mengikuti ketrampilan memahami perkembangan iptek yaitu pengoperasian internet dan camera digital dalam rangka penyusunan leaflet penyuluhan Hasil wawancara langsung dengan para PPL yang menjadi subyek penelitian tentang proses penerapan hasil pelatihan dalam melaksanakan tugas di lapangan mengatakan bahwa pengetahuan dan ketrampilan dalam wawancara sangat membantu pelaksanaan penyuluhan, dengan adanya penyusunan pedoman wawancara dapat memperlancar kegiatan wawancara dengan petani untuk menggali informasi dari petani. Informasi inovasi teknologi diperoleh dari petani maju atau kelompok tani unggulan,
10
sedangkan wawancara dengan petani kurang maju dilakukan untuk menggali masalah petani serta memecahkan masalah tersebut Kendala dalam penerapan hasil pelatihan adalah tidak setiap Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) mempunyai sarana teknologi tinggi yaitu komputer, internet maupun kamera digital yang digunakan untuk menyusun lembar informasi. Kendala ini menghambat keberhasilan proses transfer pengetahuan maupun inovasi teknologi dari petani maju ke petani kurang maju. Karena petani kurang maju akan lebih dapat menerima informasi inovasi teknologi jika ada bukti-bukti dokumentasi. 3. Dampak Pelatihan Metode Penyuluhan Pertanian Partisipatif. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas PPL, dampak yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif adalah petugas PPL: a. Mampu menyusun rencana kegiatan penyuluhan . b.
Mampu melakukan wawancara untuk penggalian informasi.
c.
Mampu menyusun lembar informasi inovasi teknologi
d. Mampu menyampaikan informasi kepada petani e. Mampu mengevaluasi pelaksanaan kegiatan penyuluhan . f. Mampu menyusun rencana tindak lanjut kegiatan penyuluhan. Yang ditunjukkan dengan tersusunnya Rencana Kegiatan Penyuluh (RKP), tersusunnya materi penyuluhan, leaflet penyebaran informasi yang dapat meningkatkan kinerja petugas PPL dalam menjalankan tugasnya sebagai penyuluh pertanian.
11
4. Hasil pelaksanaan Field Work (praktek lapangan) Kegiatan praktek lapangan yang merupakan kegiatan mempraktekan teori dan demonstrasi yang diperoleh selama proses pelatihan adalah praktek penggalian informasi dari petani maju dan kelompok tani unggulan serta informasi aspek khas produk pertanian lokal di wilayah kerja masing-masing petugas PPL. Hasil kegiatan ini adalah terkumpulnya data base informasi petani maju, kelompoktani unggulan serta aspek khas dari seluruh Kabupaten Bandung yang merupakan sumber informasi yang dapat diakses oleh petugas PPL lain yang membutuhkannya melalui website MP3 @cbn.net.id. Sebagai contoh data informasi yang dapat diakses oleh petugas PPL dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung, yaitu tentang kelompok tani unggulan, maka informasi yang diperoleh adalah kelompok tani Sari Bumi 8
dengan aspek yang diamati penentuan pasar produksi bawang merah oleh
kelompok secara langsung ke pasar induk, sedangkan informasi petani maju yaitu bapak Endang Sudirman dengan aspek khas yang diamati adalah usaha tani tanaman bawang tumpang gilir dengan cabe. Informasi ini memberikan pengetahuan kepada kelompok tani lain tentang bagaimana mengatur pemasaran bawang agar tidak mengalami kerugian, serta informasi cara bercocok tanam tumpang gilir antara bawang dengan cabe agar produksi maksimal.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan dari penelitian ini adalah 1. Kurikulum Pelatihan Metode Penyuluhan Pertanian Partisipatif memuat pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan oleh petugas PPL.
12
2. Hambatan yang timbul adalah berkaitan dengan ketrampilan pengoperasian komputer, internet dan kamera digital dan ketersediaan sarana di wilayah kerja petugas PPL, serta dukungan yang timbul karena adanya motivasi yang tinggi dari para peserta pelatihan untuk dapat mengikuti perkembangan iptek yang diajarkan. 3. Dampak pelatihan menunjukan meningkatnya kemampuan PPL dalam proses kegiatan penyuluhan mulai dari wawancara penggalian informasi, penyusunan lembar informasi, menyusun rencana penyuluhan, pelaksanaan penyuluhan, evaluasi kegiatan penyuluhan serta penyusunan rencana tindak lanjut penyuluhan yang dapat meningkatkan kinerja petugas PPL. 4. Hasil pelaksanaan praktek lapangan adalah tersusunnya database informasi petani maju dan kelompok tani unggulan yang dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi PPL dalam penyampaian materi penyuluhan. Saran Kendala dari penerapan hasil pelatihan adalah ketersediaan sarana dan prasarana , oleh karena itu disarankan adanya dukungan lembaga terkait untuk menyediakan prasarana tersebut untuk memperlancar proses penyuluhan. Sebagai tindak lanjut penelitian ini adalah dilakukan penelitian pengembangan model penerapan hasil pelatihan untuk diterapkan pada petani kurang maju, sehingga dapat memanfaatkan informasi petani maju dan kelompok tani unggulan untuk memecahkan masalah petani maupun kelompok tani kurang maju dalam rangka peningkatan kesejahteraannya. Daftar Pustaka Kartasapoetra, 1998). Teknologi Penyuluhan Pertanian, Bina Aksara, Jakarta. Rokhedi , 2005. Identifikasi Status Kelompok tani di Kabupaten Bandung, BBDAH Kayuambon, Lembang, Bandung
13
Saleh F., 2005, Teknologi Tepat Guna, Masyarakat dan Kebudayaan, YP3M, Bandung. Sastraatmadja,1993. Penyuluhan Pertanian, Alumni, Bandung. Sudjana, 2000. Strategi Pembelajaran, Falah Production, Bandung. Van Den Ban dan Hawkins, 2003, Penyuluhan Pertanian, Kanisius, Yogjakarta. Riwayat penulis : Hj. Nataliningsih, MPd adalah dosen Kopertis Wilayah IV Jawa Barat dan Banten yang diperbantukan di Universitas Bandung Raya.
14