PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN
PANEN dan PENGELOLAAN PASCAPANEN JAGUNG
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015
1
Sesi : PANEN DAN PENGELOLAAN PASCA PANEN JAGUNG Tujuan Berlatih : Setelah selesai berlatih Peserta dapat : 1, Menjelaskan ciri – ciri tanaman jaagung siap di panen 2. Meaksanakan panen 3. Menjelaskan tahapan pasca panen 4. Melaksanakan psca panen Waktu : 4 jam pelajaran @ 45 menit ( teori 1 JP, Praktek 3 JP)
Mutu dan produksi jagung sangat dipengaruhi oleh penanganan panen dan pasca panen. Penanganan panen dan pasca panen yang tidak tepat atau tidak memenuhi syarat mengakibatkan mutu yang rendah dan kehilangan hasil, sehingga produksi berkurang. Panen adalah suatu proses akhir dari tindakan manusia dalam hal budidaya tanaman, tanaman jagung khususnya dimana pertumbuhan tanaman biasanya akan terjadi perubahan secara fisiologis (contoh rasa, kandungan bahan kimia) dan morphologis (contoh warna, ukuran, bentuk)..
Penanganan Pasca panen adalah tahapan/rangkaian kegiatan yang
dilakukan pada saat dan setelah panen agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen dan atau diolalh lebih lanjut oleh industri
KEGIATAN 1
Sasaran kegiatan ini adalah melaksanakan praktek panen (menentukan waktu panen dan cara panen) dan pascapanen (tahapan pascapanen meliputi penjemuran brangkasan, perontokan, pembersihan dan sortasi, prnjermuran biji, pengepakan, penyimpanan). Kegiatan
ini
berkaitan
dengan
produksi
dan
mutu
hasil.
Sebelum melaksanakan kegiatan terlebih dahulu dibentuk kelompok, sejumlah 3 (tiga) kelompok dengan anggota 10 orang dan setiap kelompok memilih ketua kelompok..
2
Langkah 1
1. Ambil lokasi sesuai nomer kelompok. 2. Amati lahan pertanaman jagung 3. Catat ciri-ciri tanaman jagung siap panen 3.1 Kelobot (90-95%) sudah menguning 3.2 Batang jagung sudah kering, warna kuning agak coklat ( untuk beberapa varietas). 3.3 Buah kering ketika di tekan keras tidak membekas 4. Dskusikan hasil pengamat an ciriGambar 1 : Ciri- ciri tanaman jagung ciri tanaman jagung siap dipanen siap panen
Langkah 2
1. Tentukan 10 - 20 tanaman jagung /kelompok 2. Catat jenis dan kondisi alat panen yang digunakan (arit, alas plastik) 3. Tentukan 5 tanaman jagung /orang 4. Potong bagian atas 20 Cm diatas tongkol
Gambar 2. Cara panen Langkah 3
5. 1. Buka kelobot sehingga tongkol terjemur tanpa kelobot 2. Jemur beberapa hari selanjutnya dilakukan pemanenan 3. Masukan kedalam karung lakukan penjemuran
3
Gambar 3. Pasca panen Tahap 1 Penjemuran Langkah 4
1. Jagung yang sudah di jemur segera lakukan pemipilan 2. Jagung yang sudah di pipil baik dengan alsin maupun manual di jemur kembali 3. Setelah memenuhi kekeringan tertentu masukan ke dalam karung 4. Catat biji yang tercecer
Gambar 4. Pasca panen Tahap 2 Pemipilan Langkah 5
1. 2. 3.
Langkah 6
Bersihkan biji kagung dari kotoran Pilih (sortasi) Keseragaman biji (ukuran, warna, biji pecah) Catat semua kegiatan pembersihan dan sortasi serta biji yang tercecer
1. Pasang alas jemur biji jagung 2. Jemur biji jagung 3. Catat : alas jemuran, sinar matahari, tinggi lapisan biji Penjemuran untuk konsumsi sampai kadar air (KA) 12 -13 % Sedangkan untuk benih KA 9 %
4
Gambar 5.dan 6 Pascapanen Tahap 3 Pembersihan dan sortasi
Gambar 7
Pascapanen Tahap 4 Pembersihan dan sortasi Langkah 7
1. Kemas dengan cara masukkan biji jagung pada tempat yang telah ditentukan (karung goni, plastik dll) 2. Catat pada karung Nama pemilik, varietas, tanggal panen pada karung Gambar 8 Pascapanen Tahap 5 Pengemasan
Langkah 8
1. Siapkan tempat penyimpanan dengan memberi alas dari kayu 2. Simpan karung dengan cara disusun diatas alas yang telahdisiapkan
Gambar 8 Pascapanen Tahap 6 Penyimpanan Langkah 8
Diskusikan hasil praktek dan pascapanen pengaruh nya terhadap mutu dan produksi dan di catat di tabel 1 dan sampaikan ke kelompok
Kegiatan 2 Sasaran kegiatan ini adalah peserta merefleksikan seluruh kegiatan praktek sehingga seluruh peserta memahami bahwa tujuan berlatih telah tercapai dengan langkah sebagai berikut Refleksi kegiatan praktek Diskusikan hasil praktek panen dan pasca panen pengaruhnya terhadap mutu dan produksi
5
Presentasikan hasil diskusi kelompok dalam kelompok besar Simpulkan hasil praktek panen dan pasca panen pengaruhnya terhadap produksi dan mutu Tabel 1. Pengaruh panen dan pasca panen jagung terhadap mutu dan produksi No I.
Kegiatan
Pengaruh terhadap produksi
Pengaruh terhadap mutu
Kesimpulan
Panen 1. Penentuan waktu panen
2. Melaksanakan panen II
Pascapanen 1. Penjemuran tongkol 2. Perontokan 3. Pembersihan dan Sortasi 4. Pengeringan 5. Pengemasan 6. Penyimpanan Kesimpulan panen dan pasca panen
KEGIATAN 3 Rencana Aksi Sasaran kegiatan ini adalah setiap individu menyusun rencana aksi perbaikan panen dan pascapanen di wilayah masing-masing
6
Langkah ke 1
Seluruh peserta mendengarkan penjelasan tambahan dari fasilitator tentang panen dan psca panen (15 menit)
Langkah ke 2
Setiap peserta menyusun rencana aksi perbaikan panen dan pasca panen di wilayah masing-masing, seperti tada tabel 3 (15 menit)
Tabel 2 Rencana aksi perbaikan panen dan pasca panen jagung di wilayah masing-masing No Kegiatan yang akan diperbaiki I Panen : 1. Penentuan saat panen 2. Panen II
Waktu
Tempat
Pelaksana
Keterangan
Pascapanen 1. Penjemuran tongkol 2 Penjemuran biji 3. 4 6
.........................: Penyusun
2015
...........................................................................
PENDAHULUAN Pasca panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca panen dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar bahkan produk kehilangan nilai ekonomi. Karena itu
7
penanganan pasca panen secara benar perlu mendapat prioritas dalam proses produksi usahatani Menurut para ahli dalam proses produksi jagung, energi yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi sekitar 32% dari total energi yang dibutuhkan sedangkan untuk penanganan panen dan pasca panen mencapai 72%. Hal ini menunjukan bahwa penanganan panen dan pasca panen secara benar membutuhkan curahan kerja yang cukup besar, sebagai gambaran energi yang dibutuhkan dalam proses produksi jagung sebagai berikut: - Pembajakan 16% - Pemeliharaan dan penanaman 12% - Pemanenan 6% - Pengeringan 60% - Transportasi 6% KEGIATAN PASCA PANEN JAGUNG Pasca panen adalah tahapan kegiatan sejak pemungutan hasil di lapangan sampai siap untuk dipasarkan, sedangkan penanganan pasca panen merupakan tindakan yang disiapkan atau dilakukan pada hasil pertanian agar hasil pertanian siap dan aman untuk dikonsumsi atau diolah lebih lanjut oleh industri.
PENGARUH KEGIATAN PASCA PANEN TERHADAP MUTU JAGUNG Kerusakan jagung akibat penanganan pasca panen yang salah dapat terjadi pada setiap tahapan kegiatan karena Jagung membutuhkan penanganan yang cepat setelah panen. Beberapa kegiatan pasca panen yang berpengaruh terhadap mutu jagung sbb. Tabel 1. Kegiatan Pasca Panen yang Berpengaruh Terhadap Kerusakan Jagung Kegiatan
Kadar air
Butir Rusak
Pemanenan Pengangkutan
V -
Pengeringan
V
8
Kotoran
V -
Butir warna lain V -
V
V
V
V V
Pemipilan
V
V
-
V
Penundaan
V
V
V
-
Penyimpanan
V
V
V
V
Keterangan: V = berpengaruh - = tidak berpengaruh BENTUK KERUSAKAN BIJI JAGUNG a. Rusak Fisik Berupa kerusakan endosferm, terutama disebabkan sering terjadinya perubahan kadar air, perubahan kadar air disebabkan oleh cuaca seperti panas, hujan, pergantian siang dan malam. Butir retak dalam proses selanjutnya dapat menjadi butir pecah, juga dapat disebabkan oleh proses pemipilan dengan menggunakan alat pemukul atau mesin perontok yang kurang sempurna. b. Rusak Bilogis Disebabkan oleh kegiatan selama penyimpanan seperti hama, jamur, dan mikroba. Padaserangan hama sebagian endosferm dimakan dan sisanya berupa butir berbetuk biji cacat. Biji cacat mudah mengalami oksidasi asam lemak, menghasilkan asam lemak bebas dan memberikan bau tidak enak. Hama tikus merupakan sumber kontaminasi jagung yang berupa bulu dan kotoran sehingga mutu jagung menjadi rendah c. Rusak Kimia Disebabkan adanya dekomposisi kimia selama penyimpanan, seperti penurunan kadar karbohidrat, protein, dan lemak karena metabolisme baik oleh serangga dan mikroba maupun oleh biji-bijian yang disimpan. Rusak kimia tidak dapat diamati secara visual. PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN JAGUNG WAKTU PANEN Umur panen jagung tergantung dari masing-masing varitas yang ditanam, tetapi biasanya 2 bulan setelah 50% keluar rambut. Umur panen pada beberapa varietas jagung sbb Tabel 2. Umur Panen Potensi Hasil Dan Rata-Rata Hasil Berbagai Varietas Jagung Varietas
Umur
Potensi Hasil (Ton/ha)
9
Rata- rata Hasil (Ton/ha)
C5 C6 C7 Pioneer 10 Pioneer 11 Pioneer 12 Pioneer 13 Pioneer 14 CPI -1 CPI- 2 IPB 4 Semar 1 Semar 2 Semar 3
95-105 98-105 95-105 93-117 96-124 92-120 90-115 89-112 97 97 100-105 95-100 91 94
10-12,4 10-11 10-12 10-12 10-11 10-11 8-9 8-9 8-9
8,0 10-10,3 8,1 7,66 7,66 8,105 8,027 7,578 6,2 6,2 6,6 5,3-6,4 5,0-6,1 5,3
Secara visual, jagung sudah siap dipanen bila : ·
Batang, daun dan kelobot berubah menjadi kuning atau telah mengering
·
Klobot kering berwarna kuning dan bila dikupas biji mengkilap.
·
Bila biji ditekan dengan kuku tidak berbekas.
·
Terdapat bintik hitam pada bagian biji yang melekat pada tongkol
CARA PANEN - Panen dilakukan pada kadar air 17-18% - Sebelum dipanen dapat dilakukan pemangkasan batang bagian atas untuk menurunkan kadar air tongkol disertai dengan pengupasan klobot sebagian atau seluruhnya - Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan memutar tongkol berikut kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai buah jagung. Pada lahan yang luas dan rata pemanenan sangat cocok bila menggunakan alat mesin \ PERLAKUAN HASIL
10
Pemisahan Tongkol Pemisahan tongkol dilakukan untuk memisahkan tongkol yang baik dan kurang baik. Dengan tujuan - Menghindari Penularan Hama Penyakit - Menjaga Kualitas Jagung Pipilan Yang Dihasilkan - Memudahkan penanganan selanjutnya Pengupasan Jagung dikupas pada saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai. Pengupasan dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkol dapat diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan kerusakan biji atau mengakibatkan tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapat memudahkan atau memperingan pengangkutan selama proses pengeringan. Pengeringan Pengeringan merupakan kegiatan kritis selama urutan pemanenan pengeringan yang kurang baik mengakibatkan turunnya mutu jagung Tujuan pengeringan - Menurunkan kadar air biji sehingga aktivitas biologis terhenti dan mikroorganisme serta serangga tidak bisa hidup di dalamnya - Meningkatkan daya simpan biji jagung - Pengangkutan lebih ringan, sehingga biaya pengangkutan dapat dikurangi -
Khusus untuk jagung yang akan digunakan sebagai benih, pengeringan dapat meningkatkan Viabilitas benih (tingkat pertumbuhan benih)
-
Meningkatkan nilai ekonomi jagung
-
Menghindari kontaminasi biji jagung dari cendawan Aspergilus flavus yang dapat meningkatkan aflatoxin ambang batas Aspergilus flavus menurut FAO 30 (pbb) Cara pengeringan 1. Pengeringan alami
Pengeringan dapat dilakukan dengan bentuk tongkol berkelobot, tanpa kelobot, dan pipilan.
11
Untuk menurunkan kadar air dari 38% menjadi 12-14% pada ketiga
bentuk jagung tersebut dibutuhkan waktu masing-masing 91 jam, 87 jam dan 57 jam
Menggunakan alas atau lantai atau digantung
Kadar Air berkisar 9-12%
2. Pengeringan melalui Pengasapan
3.
-
Dilakukan dengan cara memberikan asap
-
Jarak jagung dengan tongkol dari sumber asap 80 cm
-
Lama pengasapan 7 hari
-
Penurunan kadar air dari 29% menjadi 14% Pengeringan dengan mesin -
Menggunakan mesin pengering
-
Panas pengeringan 38-430 C
-
Kadar air 12-13%
Keuntungan Penggunaan Mesin Pengering 1. Mengemat tenaga manusia terutama musim penghuja 2. Dapat digunakan setiap saat 3. Dapat dilakukan pengaturan suhu sesuai kadar air yang diinginkan 4. Pengeringan dapat dilakukan sekaligus atau bertahap
Pengeringan awal Tujuan -
Menurunkan Kadar air dari kering panen menjadi 18-20%
-
Memudahkan pemipilan
-
Mempercepat pemipilan
-
Mengurangi butir rusak, terkelupas kulit terluka dan cacat akibat pemipilan
Pengeringan akhir
12
-
tujuan menurunkan kadar air dari 18-20% menjadi 12-14%
-
dilakukan terhadap jagung yang sudah dipipil
Pemipilan -
Tujuan Memisahkan biji dari tongkol
-
Dilakukan jika Tongkol kering dan
Setelah dijemur sampai kering ( Kadar air bji 18%-20%). jagung dipipill Pemipilan dapat menggunakan tangan atau alat pemipil jagung bila jumlah produksi cukup besar. Pada dasarnya “memipil” jagung hampir sama dengan proses perontokan gabah, yaitu memisahkan biji-biji dari tempat pelekatan. jagung melekat pada tongkolnya, maka antara biji dan tongkol perlu dipisahkan. Tradisional -
Kerusakan rendah
-
Dapat memilih yang rusak
-
Kapasitas rendah
Mekanis -
Kerusakan biji relatif lebih besar
-
Kapasitas produksi relatif tinggi
-
Kehilangan hasil relatif lebih besar PENYORTIRAN DAN PENGGOLONGAN Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki, sehingga tidak menurunkan kualitas jagung. Yang perlu dipisahkan dan dibuang antara lain sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada waktu pengumpilan. Tindakan ini sangat bermanfaat untuk menghindari atau menekan serangan jamur dan hama selama dalam penyimpanan. Disamping itu juga dapat memperbaiki peredaran udara. Untuk pemisahan biji yang akan digunakan sebagai benih terutama untuk penanaman dengan mesin penanam, biasanya membutuhkan keseragaman bentuk dan ukuran buntirnya. Maka pemisahan ini sangat penting untuk menambah efisiensi penanaman dengan mesin. Ada berbagai cara membersihkan atau memisahan jagung dari campuran kotoran. Tetapi pemisahan
13
dengan cara ditampi seperti pada proses pembersihan padi, akan mendapatkan hasil yang baik. PENGEMASAN Tujuan -
Memudahkan penanganan (pemindahan dan penyimpanan)
-
Perlindungan dari cuaca diharapkan pengemasan dapat melindungi biji jagung dari cuaca luar yang merugikan misalnya kelembaban udara yang tinggi, bocoran hujan.
-
Perlindungan dari gangguan hama selama penyimpanan
-
Perlindungan dari gangguan cendawan
Bahan kemasan yang dapat digunakan - Kantung plastik - Kertas - Karung atau wadah yang kaku Persyaratan Bahan - Mudah didutup - Relatif murah - Dapat digunakan berulang ulang - Dapat menghemat ruangan
PENYIMPANAN Tempat Penyimpanan -
Letak gudang strategis, arah bangunan membujur dari barat ke timur sehingga luas dinding yang tertimpa sinar dapat dikurangi dan gudang tetap dalam kondisi dingin.
14
-
Guna menghindari serangan hama, gudang dibersihkan.
-
Kontruksi gudang perlu diperhatikan dari kemungkinan kebocoran, sirkulasi udara yang cukup dan keamanan.
-
Ventilasi gudang harus cukup sehingga suhu dalam tetap stabil dan merata.
-
Tempat penyimpanan berlantai dilengkapi lantai palsu dengan tinggi minimal 15 cm, sehingga jagung tidak kontak langsung dengan lantai.
-
Hindari celah pada dinding yang dapat dijadikan persembunyian hama.
-
Sekeliling gudang bersih dari semak agar tidak dimanfaatkan tikus untuk memanjat, dan gudang tidak lembab.
Penyimpanan untuk benih : Untuk bentuk tongkol berkelobot, gantungkanlah di para-para dengan pengasapan tiap hari. ntuk bentuk pipilan, setelah dicampur dengan abu kering, bungkus rapat-rapat dengan plastik kedap udara, kemudian simpanlah dalam wadah dan ditutup. Wadah dapat berupa semacam silo kayu atau drum. Jika kadar air biji 10%, maka campuran abu tidak diperlikan. Penyimpanan untuk konsumsi : Untuk bentuk pipilan dengan kadar air 12%, bungkus secara rapat dengan plastik kedap udara atau kaleng. Atau bungkus dengan plastik yang dilapisi karung dan disimpan dalam tempat bersih dan kering.
HAMA JAGUNG PASCA PANEN a. Kumbang Sitophilus (bubuk gabah). Imago dari kumbang ini dapat hidup rata-rata 4 atau 5 bulan, dan selama itu induk dapat meletakkan telur 300-400 butir. Telur diletakkan satu persatu dalam bulir jagung yang telah digerek dan seluruh perkembangan larva dan pupa terjadi
15
dalam bulir jagung tersebut. Perkembangan telur, larva dan pupa membutuhkan waktu 26 hari. b. Kumbang Rhyzopertha (bubuk gabah). Imago dari kumbang ini dapat mnyerang bulir jagung yang masih utuh. Perkembangan larva dan pupa terjadi dalam bulir jagung. c.
Ulat Sitotraga (ngengat gabah) Ulat ini sudah dapat menyerang jagung di lapang yang kemudian akan berkembang biak di gudang. Larva muda menggerek bulir dan hidup dalam bulir tersebut.
d.
Ulat Corcyra (ngengat beras kelabu). Imago dari ulat ini dapat hidup 1 - 2 minggu dengan produksi telur sekitar 400 butir. Larvanya berukuran panjang sampai dengan 17 mm. Pupa berwarna coklat dan terbungkus dalam kokon. PENGENDALIAN HAMA JAGUNG PASCA PANEN - Usahakan agar jagung yang akan disimpan bebas dari hama dan penyakit. - Kadar air jagung yang akan disimpan maksimal 12%. - Usahakan tempat penyimpanan jagung kedap udara. - Apabila dipandang perlu lakukanlah cara pengendalian dengan menggunakan insektisida, yaitu untuk : v Penyemprotan bangunan dan karung tempat penyimpanan. v Pencampuran dengan insektisida. v Fumigasi - Insektisida yang dapat untuk menekan hama jagung pasca panen tertera pada tabel 2
Tabel 2 Insektisida untuk menekan hama jagung pasca panen. Bahan aktif
Formulasi
Dosis
Pirimofis metil a
Silosan 25 EC
0,5 gr b.a./m2
Metakrifos a
Damfin 950 EC
1 gr b.a./m2
Tetraklorvinfos a
Gardono 24 EC
1 - 2 gr b.a./m2
Metil bromida +
Brom-0-Gas
16 - 32 gr/m3
16
Klopikrin b
Alluminium fosfida b
Dowfum MC-2
16 - 32 gr/m3
Haltox
16 - 32 gr/m3
Metabrom 980
16 - 32 gr/m3
Methylbrom
16 - 32 gr/m3
Detia Gas EX-B
3 - 6 gr/m3
Gustixin
3 - 6 gr/m3
Phostoxin tablet
3 - 5 tablet /ton
a
Sasarannya bangunan dan karung
b
Sasarannya karung saja KLASIFIKASI DAN STANDAR MUTU
Berdasarkan warnanya, jagung kering dibedakan menjadi jagung kuning jagung putih dan jagung campuran - Jagung kuning adalah jagung yang sekurang-kurangnya 90% bijinya berwarna kuning - Jagung putih adalah jagung yang sekurang- kurangnya 90% bijinya berwarna putih) - Jagung campuran yang tidak memenuhi syarat-syarat jagung putih dan jagung kuning.
a) Syarat Umum 1. Bebas hama dan penyakit. 2. Bebas bau busuk, asam, atau bau asing lainnya. 3. Bebas dari bahan kimia, seperti: insektisida dan fungisida. 4. Memiliki suhu normal.
17
b) Syarat Khusus
No
Persyaratan Mutu (% Maks)
Komponen
I
II
III
IV
1
Kadar air (%) Maks
14
14
15
17
2
Butir Rusak
2
4
6
8
3
Warna lain
1
3
7
10
4
Butir Pecah
1
2
3
3
5
Kotoran
1
1
2
2
Untuk mendapatkan standar mutu yang disyaratkan maka dilakukan beberapa pengujian diantaranya: a. Penentuan adanya hama dan penyakit, baru dilakukan dengan cara organoleptik kecuali adanya bahan kimia dengan menggunakan indera pengelihatan dan penciuman serta dibantu dengan peralatan dan cara yang diperbolehkan. b.
Penentuan adanya rusak, butir warna lain, kotoran dan butir pecah dilakukan
dengan cara manual dengan pinset dengan contoh uji 100 gram/sampel. Persentase butir-butir warna lain, butir rusak, butir pecah, kotoran ditetapkan berdasarkan berat masing-masing komponen dibandingkan dengan berat contoh analisa x 100 % c.
Penentuan kadar air biji ditentukan dengan moisture tester electronic atau “Air
Oven Methode” (ISO/r939-1969E atau OACE 930.15). Penentuan kadar aflatoxin adalah racun hasil metabolisme cendawan Aspergilus flavus, Aflatoxin disini adalah jumlah semua jenis aflatoxin yang terkandung dalam biji-biji kacang tanah. Pengambilan Contoh Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung maksimum 30 karung dari tiap partai barang, kemudian dari tiap-tiap karung diambil contoh maksimum 500 gram. Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur sehingga merata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 500 gram. Contoh ini disegel dan diberi label untuk dianalisa, berat contoh analisa 100 gram. PENGENDALIAN AFLATOXIN
18
Aflatoksin menjadi istilah yang akrab dan selalu terdengar apabila kita berada di Iingkungan pemasaran jagung Aflatoxin menjadi salah satu penyebab utama mengapa jagung tidak dapat dipasarkan Aflatoxin ditemukan sekitar tahun 1960 di Inggris dimana lebih dari seratus ribu ekor ayam kalkun mati disebabkan oleh penyakit misterius Pada tahun 1961, Lancaster dkk menemukan penyebab kematian tersebut, yang ternyata disebabkan oleh keracunan mikroorganisme Asperglillus flavus yang mencemari bungkil kacang tanah impor yang merupakan bahan baku pakan ternak tersebut. Tahun 1962, Nesbitt dkk dapat mengisolasi dan memurnikan racun Aspergillus flavus dan racun tersebul diberi nama aflatoxin yang merupakan hasil metrabolisme sekunder dari jamur tersebut. Penemuan - penemuan selanjutnya menyatakan bahwa Aspergillus flavus ditemukan juga pada hasil komoditas pertanian lainnya seperti kacang-kacangan, jagung, padi dan berbagai produk lain bahkan pada jamu. Aflatoxin perlu dihindari karena akumulasi zat di atas ambang batas normal akan rnenyebabkan toksigenik (keracunan), mutagenik (mutasi gen), teratogenik (penghambatan pada pertumbuhan janin) dan karsinogenik (kanker pada jaringan tubuh). Sebuah studi kasus dilakukan oleh Winamo (1988) pada pengeringan jagung rakyat di Indonesia. Jagung beserta klobot yang baru dipanen pada kadar air kering panen ternyata telah mengandung aflatoxin sebesar 3 ppb (sangat rendah). Penelian lanjut dilakukan pada jagung tersebut setelah disimpan selama l - 14 hari secara sederhana di lumbung desa/petani. Hasil dan penelitian tersebut menyatakan bahwa aflatoxin berkembang hingga 21 ppb. Apabila penyimpanan dilakukan sampai dengan 2 bulan, maka aflatoxin berkembang sampai dengan 73 ppb Pengupasan klobot pada jagung yang telah disimpan selama 2 bulan menghasilkan jagung dengan aflatoxin 63 ppb. Pada jagung yang telah dikupas tersebut selanjutnya diperlakukan pengeringan secara mekanis dan konvensional. Pengeringan secara mekanis menghasilkan jagung pipil kering dengan aflatoxin sebesar 110 ppb. Hal yang lebih parah terjadi pada pengeringan yang dilakukan secara konvesional dimana hasil pengeringan tersebut menghasilkan jagung dengan kadar aflatoxin 187 ppb. Dari metode pengeringan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan aflatoxin tidak dapat dikendalikan oleh metode pengeringan mekanis apabila jagung tersebut pada awalnya telah mengandung aflatoxin dalam kadar yang cukup tinggi,
19
Perkembangan aflatoxin lebih ditentukan oleh rentang waktu yang digunakan untuk pengeringan dimana semakin lambat proses pengeringan akan semakin tinggi kandungan aflatoxin. Setelah dipelajari lebih lanjut maka cara yang baik untuk menghasilkan Jagung pipilan kering yang baik adalah dengan mempersingkat waktu pengolahan pasca panen jagung tersebut. Berikut ini dua metode pengeringan yang berhasil menekan perkembangan aflatoxin sampai ketingkat yang sangat rendah. 1. Pengeringan Bertahap. Pengeringan ini dilakukan melalui dua tahap. Pengeringan tahap pertama dilakukan dalam bentuk tongkol sehingga kadar air turun rnenjadi 18%. Selanjutnya Jagung tersebut dipipil/dirontok. Pengeringan tahap kedua dilakukan dalam bentuk biji hasil pipilan sehingga kadar air menjadi 14%. Pengeringan bertahap yang rnenghasilkan jagung dengan kadar air 14% dalam waktu tiga hari hanya menaikkan kadar aflatoxin menjadi 30 ppb.
II.
PENUTUP
20
Dalam melakukan panen jagung, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah waktu dan cara panen yang dapat menekan kehilangan hasil di kebun maupun selama pengangkutan. Perlu juga diperhatikan penanganan pascapanen dengan menerapkan teknologi yang lebih efisien dan lebih menjamin mutu hasil dan menekan kehilangan hasil. Dengan demikian, panen dan penanganan pascapanen yang baik diharapkan dapat memberikan andil dalam peningkatan produksi dan mutu jagung.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2007. Panduan Umum PTT jagung Kementerian Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Kacang – kacangan dan umbi – umbian 21
Anonimous, 2008. Penelitian Padi dan Palawija. Teknologi untuk Petani. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Anonimous, 2008. Panduan SL – PTT Departemen Pertanian Bambang Cahyono. 2007. Jagung, Tehnik Budidaya dan Analisis Usahatani. Semarang: CV Aneka Ilmu.
22
SELAMAT MENIKMATI VIDIO PANEN DAN PENGELOLAAN PASCA PANEN JAGUNG
23