PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA
PEMUPUKKAN JAGUNG
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015
1
PEMUPUKKAN PADA TANAMAN JAGUNG
Tujuan pembelajaran : Setelah selesai berlatih peserta dapat -
Menjelaskan pengertian pupuk
-
Menjelaskan jenis jenis pupuk dan manfaat pupuk
-
Melakukan pemupukkan
Waktu ......................... Jp @ 45 menit
DESKRIPSI SINGKAT Tanaman jagung relatif membutuhkan hara untuk dapat tumbuh optimal, sehingga pemberian pupuk merupakan salah satu faktor kunci bagi keberhasilan budidaya jagung. Dalam pertumbuhannya jagung memerlukan unsur hara baik makro maupun mikro dalam jumlah yang cukup sehingga pertumbuhannya optimal sekaligus hasilnya optimal pula . Lahan pertanian kita pada umumnya
tidak mengandung unsur hara yang cukup bagi pertumbuhan tanaman ,
sehingga perlu adanya penambahan pupuk baik pupuk buatan maupun pupuk organik. Selama ini pemberian pupuk hanya ditekankan pada pupuk urea , TSP dan Kcl sementara pupuk organik sangat jarang di tambahkan kedalam tanah .Pemupukan pada tanaman jagung penting dilakukan . Sebelum melakukan pemupukan terlebih dahulu di uji kandungan pupuk yang ada pada lahan yang ditanami agar pemupukan yang kita lakukan efektif dan efisien. Kegiatan 1 Tahapan kegiatan No
Tahapan
Uraian kegiatan
1
Persiapan pelaksanaan Peserta dibagi kedalam kelompok kecil menjadi praktek 3- 6 kelompok
2
Menentukan tanaman Masing masing kelompok peserta yang akan di pupuk menentukan tanaman /fase pertumbuhan 2
Alat bantu
tanaman yang akan i pupuk
3
Menentukan pupuk yang digunakan
jenis Masing masing akan kelompok peserta menentukan jenis pupuk yang akan digunakan
Menentukan kebutuhan Masing masing kelompok peserta pupuk/dosis pupuk mendemontrasikan teknik menentukan kebutuhan pupuk melalui penggunaan PUTK/S dan BWD
Melakukan pemupukkan
Masing masing kelompok melakukan pemupukkan pada tanaman jagung
3
Presentasi hasil pemupukkan
/diskusi Diskusikan pengertian praktek pupuk ,tujuan,. manfaat pupuk dan pemupukkanCara menentukan kebutuhan pupuk
Kegiatan 2 Sasaran kegiatan ini adalah peserta merefleksikan seluruh kegiatan praktek sehingga seluruh peserta memahami bahwa tujuan berlatih telah tercapai dengan langkah sebagai berikut Refleksi kegiatan praktek Diskusikan hasil praktek pupuk dan pemupukkan pada tanaman jagung pengaruhnya terhadap produksi tanaman jagung Presentasikan hasil diskusi kelompok pupuk dan pemupukkan pada tanaman jagung dalam kelompok besar Simpulkan hasil praktek pupuk dan pemu[ukkan tanaman jagung terhadap produksi tanaman jagung
Tabel 1 Pengaruh pupuk dan pemupukkan pada produksi jagung No
Kegiatan
1
Ketepatan jenis pupuk yang digunakan Ketepatan waktu pemupukkan
2
Pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
4
Pengaruh terhadap produksi
Kesimpulan
Ketepatan jenis dan cara pemupukan
KEGIATAN 3 Rencana Aksi Sasaran kegiatan ini adalah setiap individu menyusun rencana aksi pemupukan Langkah ke 1 Langkah ke 2
Seluruh peserta mendengarkan penjelasan tambahan dari fasilitator tentang teknik pemupukan (15 menit) Setiap peserta menyusun rencana aksi pemupukan pada tanaman jagung di wilayah masing-masing, seperti tada tabel 2 (15 menit)
Tabel 2 Rencana aksi pemupukan pada tanaman jagung No 1 2 3 4
Kegiatan yang akan diperbaiki Menentukan jenis pupuk Menentukan wakatu pemupukan Menentukan dosis pupuk Menentukan cara dan tempat memupuk
Waktu
Tempat
Pelaksana
.........................: Penyusun
Keterangan
2015
...........................................................................
5
Pupuk dan Pemupukkan pada tanaman jagung Komoditas jagung mempunyai peranan yang strategis dan ekonomis, dimana kebutuhan jagung terus meningkat sepanjang tahun. Pada tahun 2020, permintaan jagung di negara sedang berkembang diperkirakan akan melebihi permintaan beras dan gandum. Kebutuhan jagung nasional terus meningkat, terutama untuk pakan dan industri. Permintaan jagung dunia diperkirakan akan terus meningkat sebesar 50%, yakni dari 558 juta ton pada tahun 1995 menjadi 837 juta ton pada tahun 2020. Untuk pakan saja, permintaan jagung dewasa ini menuntut perlunya upaya peningkatan produksi secara berkelanjutan. Ditinjau dari sumber daya yang dimiliki, Indonesia mampu berswasembada jagung, dan bahkan mampu pula menjadi pemasok jagung di pasar dunia. Untuk mewujudkan hal itu diperlukan berbagai upaya, diantaranya meningkatkan produktivitas jagung melalui penerapan teknologi dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman TerpaduKebutuhan jagung nasional terus meningkat, terutama untuk pakan dan industri.Untuk pakan saja, permintaan jagung dewasa ini menuntut perlunya upaya peningkatan produksi secara berkelanjutan. Ditinjau dari sumber daya yang dimiliki, Indonesia mampu berswasembada jagung, dan bahkan mampu pula menjadi pemasok jagung di pasar dunia. Untuk mewujudkan hal itu diperlukan berbagai upaya, diantaranya meningkatkan produktivitas jagung melalui penerapan teknologi dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
6
Tanaman jagung relatif membutuhkan hara untuk dapat tumbuh optimal, sehingga pemberian pupuk merupakan salah satu faktor kunci bagi keberhasilan budidaya jagung. Lahan pertanian pada umumnya tidak mengandung cukup N untuk mendukung pertumbuhan dan hasil jagung , yang optimal, kecuali pada lahanyang baru dibuka dari vegetasi hutan. Lain halnya dengan hara P, pemberian pupuk yang mengandung hara P perlu dicermati, sebab pada beberapa lahan tidak memerlukan tambahan unsur P untuk pertumbuhan tanaman jagung. Pengaruh pemupukan P sangat nyata pada lahan-lahan bertanah podsolik yang ditunjukkan oleh tingginya efisiensi pemupukan. Pada tanah podsolik ketersediaan unsur P merupakan faktor pembatas utama bagi pertumbuhan tanaman sebab disamping kandungannya sangat rendah, tanah ini juga sangat kuat mengikat unsur P sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Untuk meningkatkan efisiensi pemupukan unsur P terdapat beberapa cara yang dapat ditempuh diantaranya : Penempatan pupuk P (SP36, SP18, TSP) secara lokal untuk memperkecil singgungan antara bahan pupuk dengan tanah agar fiksasi unsur P oleh tanah dapat diminimalkan dalam prakteknya pupuk diberikan secara tugal dekat tanaman.Inkubasi pupuk P dengan bahan organik dan kapur dapat meningkatkan efisiensi pemupukan P dan peningkatan hasil jagung. Penggunaan batuan Fosfat (P2O5) sebagai sumber P, pada tanah masam di Sitiung (Sumatera Barat) efektifitas batuan Phospat tidak berbeda dengan TSP (Triple Super Phospat) sementara harga batuan Phospat lebih murah daripada TSP. Seperti halnya pupuk yang mengandung unsur P, pemberian pupuk yang mengandung unsur K (Kalium) juga harus dicermati, karena pemupukan K pada umumnya kurang memberikan respon, kecuali pada tanah Vertisol (Grumusol) yang berkandungan K-dd (K dapat tertukar) sebesar 0,24 me/100g, tanah alluvial dengan K-dd 0,27 me/100g dan tanah podsolik yang umumnya berkandungan K-dd kurang dari 0,30 me/100g. Teknologi pemupukan, utamanya saat aplikasi pupuk anorganik dengan cara ditugal/ dialur dekat atau di samping tanaman dan ditutup dengan tanah yang secara teknis diketahui efektif dan efisien, namun dari segi kebutuhan tenaga dan biaya cukup besar. Untuk itu, agar pemberian pupuk dapat tetap efektif, pemberian pupuk di atas permukaan tanah dan kemudian ditutup tanah bersamaan dengan pembumbunan. Cara aplikasi seperti yang telah disebutkan perlu diperbaiki agar memberikan efisiensi lebih baik dari segi penyerapan hara pupuk maupun dari segi penggunaan tenaga kerja/biaya.
7
Kandungan bahan organik pada lahan-lahan pertanian di Indonesia umumnya tergolong rendah, sehingga diperlukan pemberian pupuk organik. Pemberian pupuk kandang sebanyak 5 ton/ha atau lebih adalah suatu hal yang tidak mudah dilakukan oleh petani, karena terkait dengan pengadaan, harga pupuk, maupun pengangkutannya. Oleh karena itu, pemberian pupuk organik dapat dilakukan sebagai penutup benihjagung pada lubang sebanyak ± 3 ton/ha (1 genggam per lubang benih) dinilai yang paling optimal. Untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal, tanaman jagung memerlukan hara yang cukup selama pertumbuhannya. Karena itu, Pemupukan menurut pengertian khusus ialah pemberian bahan yang dimaksudkan untuk menyediakan hara bagi tanaman. Umumnya pupuk diberikan dalam bentuk padat atau cair melalui tanah dan diserap oleh akar tanaman. Namun pupuk dapat juga diberikan lewat permukaan tanaman, terutama daun. Pemberian bahan yang dimaksudkan untuk memperbaiki suasana tanah, baik fisik, kimia atau biologis disebut pembenahan tanah (amandement) yang berarti perbaikan (reparation) atau penggantian (restitution). Bahan-bahan tersebut termasuk mulsa (pengawet lengas tanah, penyangga temperatur), pembenah tanah (soil conditioner, untuk memperbaiki struktur tanah), kapur pertanian (untuk menaikkan pH tanah yang terlalu rendah, atau untuk mengatasi keracunan Al dan Fe), tepung belerang (untuk menurunkan pH tanah yang semula tinggi) dan gipsum (untuk menurunkan kegaraman tanah). Rabuk kandang dan hijauan legum diberikan ke dalam tanah dengan maksud sebagai pupuk maupun pembenah tanah. Pemupukan merupakan salah satu usaha pengelolaan kesuburan tanah. Dengan mengandalkan sediaan hara dari tanah asli saja, tanpa penambahan hara, produk pertanian akan semakin merosot. Hal ini disebabkan ketimpangan antara pasokan hara dan kebutuhan tanaman. Hara dalam tanah secara berangsur-angsur akan berkurang karena terangkut bersama hasil panen, pelindian, air limpasan permukaan, erosi atau penguapan. Pengelolaan hara terpadu antara pemberian pupuk dan pembenah akan meningkatkan efektivitas penyediaan hara, serta menjaga mutu tanah agar tetap berfungsi secara lestari. Tujuan utama pemupukan adalah menjamin ketersediaan hara secara optimum untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga diperoleh peningkatan hasil panen. Penggunaan pupuk yang efisien pada dasarnya adalah memberikan pupuk bentuk dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman, dengan cara yang tepat dan pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pertumbuhan tanaman tersebut. Tanaman dapat 8
menggunakan pupuk hanya pada perakaran aktif, tetapi sukar menyerap hara dari lapisan tanah yang kering atau mampat. Efisiensi pemupukan dapat ditaksir berdasarkan kenaikan bobot kering atau serapan hara terhadap satuan hara yang ditambahkan dalam pupuk tersebut. Faktor yang berpengaruh terhadap pemupukan: 1. Tanah: kondisi fisik (kelerengan, jeluk mempan perakaran, retensi lengas dan aerasi), kondisi kimiawi (retensi hara tersedia, reaksi tanah, bahan organik tanah, sematan hara, status dan imbangan hara), kondisi biologis (pathogen, gulma). 2. Tanaman: jenis, umur dan hasil panen yang diharapkan. 3. Pupuk: sifat, mutu, ketersediaan dan harga. 4. Iklim: temperatur, curah hujan, panjang penyinaran dan angin.
Tujuan Pemupukan Tanaman Jagung Tujuan pemupukan adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia di tanah menjadi tersedia untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Seperti yang telah kita ketahui bahwa pupuk yang diproduksi dan beredar di pasaran sangatlah beragam, baik dalam hal jenis, bentuk, ukuran, kandungan unsur hara maupun kemasannya. Dengan beragamnya jenis pupuk dengan berbagai karakter masing-masing, sering membuat pemakainya kebingungan untuk menggunakannya. Tidak mengherankan jika sering dijumpai kegagalan produksi tanaman sebagai akibat kesalahan pemupukan. Untuk mengatasi hal tersebut sebelum dilakukan pemupukan ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu melakukan analisis tanah dan daun, mengidentifikasi gejala kekurangan unsur hara, dan menentukan metode pemupukan. Analisis tanah dan daun adalah untuk mengetahui ketersediaan unsur hara dalam tanah dan unsur hara apa yang dibutuhkan tanaman. Di samping itu dengan mengidentifikasi gejala kerusakan/kelainan pada tanaman kita sudah dapat memprediksi unsur hara yang kurang yang dibutuhkan tanaman. Untuk mengaplikasikan pupuk sesuai dengan rekomendasi hasil analisis perlu metode pemupukan yang tepat, karena kesalahan cara aplikasinya, pemupukan yang kita berikan tidak/kurang bermanfaat.
9
Gambar Pupuk
Nama UREA/ZA
TSP/SP36
Manfaat 1. Memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman. 2. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N, berwarna lebih hijau. 3. Selain itu Nitrogen berfungsi dalam pembentukan protein. (1) untuk pembentukan bunga dan buah, (2) bahan pembentuk inti sel dan dinding sel, (3) mendorong Pertumbuhan akar muda dan pemasakan biji pembentukan klorofil, (4) penting untuk enzimenzim pernapasan, pembentukan klorofil,
KCl karbohidrat, pembentukan protein unsur mineral stomataMemperkuat tegaknya batang sehingga tanaman tidak mudah roboh Gejala kekurangan hara tanaman jagung Tanaman jagung termasuk komoditas pangan yang sangat respon dengan pemupukan. Gejala defisiensi tanaman akan suatu unsur dapat kelihatan pada organ vegetatif (daun) dan organ produksi (tongkol). Berikut diperlihatkan defisiensi hara tertentu pada tanaman jagung:
Kekurangan N (Nitrogen)
10
Gejala kekurangan nitrogen (N): Gejala lain tanaman kekurangan Daun berwarna kuning pada ujung daun dan melebar nitrogen (N) yaitu tongkol kecil dan menuju tulang daun. Warna kuning membentuk huruf ujung tongkol tidak berbiji. V. Gepajala nampak pada daun bagian bawah
Gejala kekurangan posphor (P) : pinggir daun berwarna ungu kemerahan mulai dari ujung ke pangkal daun. Gejala nampak pada daun bagian bawa.
Kekuragan Kalium (K)
11
Gejala lain tanaman kekurangan posfor (P), kesuburan polen menurun sehingga mengganggu persarian dan pembentukan biji, pembentukan biji tidak sempurna, tongkol kecil dan sering bengkok
Gejala Kekurangan Kalium (K): Daun berwarna kuning, bagian pinggir biasanya berwarna coklat seperti terbakar, tulang daun tetap hijau. Gejala warna kuning membentuk huruf V terbalik. Gejala nampak pada daun bagian bawah.
Gejala lain tanaman kekurangan kalium (K) yaitu ujung tongkol tidak berbiji penuh, bijinya jarang dan tidak sempurna
Kekurangan S Gejala Kekurangan SUlfur (S) : Gejala kekurangan Sulfur (S): Pangkal daun berwarna kuning dan bergaris-gasir. Gejala nampak pada daun yang terletak dekat pucuk
Mengenal Bagan Warna Daun (BWD)
12
Mengukur kebutuhan hara N menggunakan BWD, sedangkan kebutuhan haraP dan K pada lahan kering diukur denganPerangkat Uji Tanah Kering (PUTK). Pada lahan sawah, kebutuhan P dan K diukur menggunakan peta status hara P dan K skala 1:50.000. Selain itu, pengukuran kebutuhan pupuk dapat dilakukan dengan uji petak omisi. Pupuk N diberikan 2 kali, yaitu 7-10 HST dan 30-35 HST. BWD digunakanpada 40-45 HST Bagan warna daun (BWD) pertama kali dikembangkan di Jepang, dan kemudian peneliti-peneliti dari Universitas Pertanian Zhejiang-Cina mengembangkan suatu BWD yang lebih baik dan mengkalibrasinya untuk padi indica, japonica dan hibrida. Alat ini kemudiannya menjadi model bagi BWD yang didistribusikan oleh Crop Resources and Management Network (CREMNET) – IRRI untuk tanaman padi; suatu alat yang sederhana, mudah digunakan, dan tidak mahal untuk menentukan waktu pemupukan N pada tanaman padi. BWD ini merupakan alat yang cocok untuk mengoptimalkan penggunaan N, dengan berbagai sumber pupuk N; pupuk-organik, pupuk-bio ataupun pupuk-kimia. BWD terdiri dari empat warna hijau, dari hijau kekuningan (No. 2 pada kartu) sampai hijau tua (No. 5 pada kartu). BWD tak dapat menunjukkan perbedaan warna hijau daun yang terlalu kecil sebagaimana pada khlorofil meter (SPAD). Namun BWD bisa dibandingkan dengan SPAD untuk menentukan ketepatan relatifnya dalam menentukan status N tanaman padi. Dari beberapa penelitian yang dilakukan di Sukamandi, didapatkan korelasi dan regresi yang sangat nyata secara statistik antara nilai-nilai BWD dan SPAD, karena itu nilai BWD dapat digunakan untuk meregresikan nilai SPAD, pada berbagai musim, tipe tanah dan varietas padi. Nampak bahwa pembacaan BWD dapat digunakan dengan ketepatan dan validitas yang tinggi untuk mengukur warna daun. a. Bagaimana mengukur warna daun Pilih daun termuda yang telah kembang sempurna dan sehat dari suatu tanaman untuk pengukuran warna daun. Warna daun ini sangat berhubungan dengan status N tanaman padi. Dari tiap lahan, pilih 10 daun dari 10 tanaman yang dipilih secara random (lebih banyak lebih baik) dan mewakili daerah penanaman. Pastikan memilih tanaman dalam suatu area dimana populasi tanaman seragam. Ukur warna dari tiap daun yang terpilih dengan memegang BWD dan menempatkan bagian tengah daun di atas standar warna untuk dibandingkan (Gambar 1). Selama pengukuran, tutupi 13
daun yang sedang diukur dengan badan karena pembacaan warna daun dipengaruhi oleh sudut matahari dan intensitas cahaya matahari. Jangan memotong ataupun merusak daun, dan bila mungkin sebaiknya pengukuran dilakukan oleh orang yang sama pada waktu yang sama di harihari pengamatan. Bila warna daun nampaknya berada diantara dua standar warna, ambil rata-rata dari keduanya sebagai pembacaan warna daun. Contoh; bila warna suatu daun padi terletak antara No. 3 dan No. 4, maka bacaan warna daun adalah 3,5.Hitung rata-rata dari 10 pembacaan BWD. Bila nilai rata-rata pembacaan warna daun lebih rendah dari batas kritis yang sudah ditetapkan, atau bila lebih dari 5 daun yang mempunyai pembacaan warna daun rendah dari batas kritis yang sudah ditetapkan, segera berikan pupuk N untuk mengkoreksi kekurangan N pada pertanaman.
b. Penggunaan BWD berdasarkan kebutuhan riel tanaman Berikan pemupukan N awal sebesar 50-75 kg Urea/ha sebelum 14 HST, pemupukan pada umur tanaman ini tidak perlu menggunakan BWD. Pembacaan BWD umur 45 HST.
14
Menggunakan BWD (Bagan Warna Daun) Cara pengamatan dengan menggunakan BWD adalah sebagai berikut: Pertama, pilih 20 batang tanaman secara acak pada setiap petakan lahan. Pilih daun yang akan dipantau warnanya, yaitu daun yang telah terbuka sempurna (daun ke tiga dari atas). Lindungi daun yang akan dipantau warnanya dengan cara membelakangi matahari, sehingga daun atau alat BWD tidak terkena matahari langsung agar penglihatan tidak silau. Setelah itu, letakkan daun di atas BWD. Bagian daun yang dipantau adalah sekitar 1/3 dari ujung daun, kemudian warna daun dibandingkan dengan warna BWD, skala yang paling sesuai dengan warna daun kemudian dicatat. BWD mempunyai nilai skala 2 – 5. Jika warna daun berada di antara skala 2 dan 3 gunakan nilai 2,5 , di antara 3 dan 4 gunakan nilai 3,5 dan di antara 4 dan 5 gunakan nilai 4,5. Nilai rata-rata skala digunakan untuk menentukan tambahan takaran pupuk urea sesuai Tabel 2. Nilai skala berdasarkan BWD pada umur 40 - 45 hari setelah tanam dan takaran pupuk yang perlu ditambahkan baik untuk jagung jenis hibrida maupun komposit/bersari bebas. Skala <4.0 4.0 5.0
Takaran Pupuk Urea (kg/ha) Hibrida Komposit 150 50 100 25 50 0
15
16