PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA
PERBENIHAN JAGUNG
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015
1
SESSI ; BENIH TANAMAN JAGUNG TUJUAN Setelah selesai berlatih peserta dapat 1. 2. 3.
Menentukan benih / varietas specifik lokasi Melakukan Seleksi benih Melakukan seed treatment
DESKRIPSI Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangkan tanaman ( UU RI No 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya tanaman Faktor penentu keberhasilan budidaya tanaman adalah benih, lingkungan dan teknologi yang diterapkan. Benih adalah bahan / bagian dari tanaman untuk memperbanyak tanaman. Benih jagung yang akan ditanam dianjurkan adalah benih /varietas unggul bermutu yang memenuhi syarat seperti potensi hasil tinggi, dara tumbuh 85-95 % bebas dari campuran varietas lain /murni tidak kadaluarsa. Untuk daerah endemis penyakit bulai dianjurkan untuk perlakuan benih seed treatment mengunakan fungisida (methalaksil/rhidomil) atau insektisida WAKTU 3 Jp @ 45 menit LANGKAH KEGIATAN No 1
Tahapan Persiapan pelaksanaan praktek
Uraian kegiatan Peserta dibagi kedalam kelompok kecil menjadi 3- 6 kelompok
2
Alat bantu
2
Tentukan benih Benih yang akan di yang akan ditanam tanam adalah benih yang sesuai dengan kondisi agroekosistem setempat ( Hibrida /Komposit)
3
Lakukan benih
seleksi Pilih benih yang memenuhi syarat seperti bersertifikat ,tidak kadaluarsa , bernas , warna cerah, masak penuh , bebas hama penyakit
3
Tentukan pestisida yang akan digunakan dalam seed treatmen
Pestisida yang digunakan adalah metalkasil/ ridhomil dengan perbandingan 2 gram per 1 Kg benih
3
Jenis: Bersari Bebas (komposit) Umur: 90 – 95 hari Bentuk Biji: Mutiara
Bobot 1000 biji: + 275 g Potensi Hasil: 7,6 t/ha Keunggulan: Toleran kekeringan, tahan penyakit bulai dan karat daun.
4
Lakukan treatmen
seed Basahi benih sampai pada kondisi lembab, taburi dengan metalaksil aduk sampai rata dosis yang digunakan 2 grm/kg benih
Kegiatan 2 Sasaran kegiatan ini adalah peserta merefleksikan seluruh kegiatan praktek sehingga seluruh peserta memahami bahwa tujuan berlatih telah tercapai dengan langkah sebagai berikut Refleksi kegiatan praktek Diskusikan hasil praktek menentukan benih seleksi benih dan seed treatment pengaruhnya terhadap populasi dan dan produksi Presentasikan hasil diskusi kelompok treatment dalam kelompok besar
menentukan benih seleksi benih dan seed
4
Simpulkan hasil praktek menentukan benih seleksi benih dan seed treatment pengaruhnya terhadap produksi tanaman jagung Tabel 1. Pengaruh varietas unggul benih bermutui No
Kegiatan
1
Penenuan benih VUB
2
Penentan benih yang akan di tanam hibrida /komposit
3
Pemilihan /seleksi benih
4
Perlakuan benih yang akan di tanam dengan methalaksil/rhidomil
Pengaruh terhadap pertumbuhan
Pengaruh terhadap produksi
Kesimpulan
5
KEGIATAN 3 Rencana Aksi Sasaran kegiatan ini adalah setiap individu menyusun rencana penyiapan benih tanaman jagung Langkah ke 1
Seluruh peserta mendengarkan penjelasan tambahan dari fasilitator tentang teknik penyiapan benih tanaman jagung (15 menit)
Langkah ke 2
Setiap peserta menyusun rencana aksi penyiapan benih tanaman jagung di wilayah masing-masing, seperti tada tabel 2 (15 menit)
Tabel 2 Rencana aksi menentukan benih , seleksi benih dan seed treatment di wilayah masingmasing 5
No I
Kegiatan yang akan diperbaiki
Waktu
Tempat
Pelaksana
Keterangan
Penenuan benih VUB
Penentan benih yang akan di tanam hibrida /komposit Pemilihan /seleksi benih Perlakuan benih yang akan di tanam dengan methalaksil/ridomol .........................: Penyusun
2015
...........................................................................
6
I. MEMILIH BENIH VARITAS UNGGUL BENIH BERMUTU Pemilihan benih merupakan keputusan penting yang perlu dilakukan dalam mengusahakan jagung karena di pasaran banyak beredar benih dan petani sendiri sering memproduksi benih. Penggunaan varietas unggul memiliki peran dalam peningkatan produktivitas yaitu produksi persatuan luas dan ketahanannya terhadap hama dan penyakit. Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam memilih varietas, antara lain: -
kesesuaian tanah dan iklim,
-
daya toleransi terhadap hama, penyakit, cekaman kekeringan, kemasaman tanah
-
pola tanam dan tujuan penanaman,
-
kesukaan (preferensi) petani terhadap karakter jagung seperti umur tanaman, warna biji dan lain sebagainya
Di Indonesia, jagung dibudidayakan pada lingkungan yang beragam. Luas areal panen jagung sekitar 3,3 juta ha/tahun, 80% di antaranya ditanami varietas unggul yang terdiri atas 56% jagung bersari bebas (komposit) dan 24% hibrida, sedang sisanya varietas lokal (Pingali 2001). Data Nugraha et al. (2002), menunjukkan, luas areal tanam jagung varietas unggul telah mencapai 75% (48% besari bebas, 27% hibrida). Dari data tersebut Nampak bahwa sebagian besar petani masih menggunakan benih jagung bersari bebas. Hal ini terkait dengan harga benih jagung bersari bebas lebih murah daripada benih jagung hibrida, atau karena benih hibrida sukar diperoleh, terutama di daerah terpencil. 1.
Benih lokal Benih lokal adalah benih yang dihasilkan oleh petani dari hasil penanaman untuk konsumsi. Dari hasil penanaman tersebut petani memilih yang baik berdasarkan kondisi tongkol yang dihasilkan. Selanjutnya benih diperlakukan sebagaimana layaknya untuk bahan tanam. Diperkirakan sekitar 40% petani jagung masih menggunakan benih lokal yang produksinya rendah. Terdapat beberapa alasan petani menggunakan benih lokal, antara lain: benih lokal masih dapat diproduksi petani dan lebih murah serta lebih mudah didapatkan, petani sering mengalami kesulitan untuk mendapatkan benih yang lebih bermutu karena keterbatasan permodalan atau produksi benih bermutu masih kurang.
7
Produktivitas jagung dari benih lokal sangat rendah, hanya berkisar 1,5 - 2 ton per hektar. Oleh karena itu petani tidak dianjurkan untuk menggunakan benih lokal. 2.
Benih komposit Benih komposit termasuk benih unggul. Secara fisiologis, benih komposit adalah benih yang bersari bebas. Benih komposit dihasilkan dari tanaman jantan dan betina yang berasal dari tongkol yang sama. Benih komposit dapat digunakan secara berulang (3-4 kali), kurang responsif terhadap pemupukan, potensi produksinya lebih tinggi dibandingkan dengan benih lokal (7-8 ton/hektar), umurnya 95-105 hari, dan pertumbuhannya sering tidak seragam. Akan tetapi, benih komposit relatif lebih adaptif terhadap kondisi tanah masam dan toleran terhadap kekeringan. Beberapa varietas benih komposit yang dapat digunakan tertera pada
Tabel 1. Tabel 1. Varietas benih komposit
Varietas Tahun dilepas Lagaligo 1996
Potensi hasil (t/ha) 7,5
Gumara ng
2000
8,0
Kresno
2000
7,0
Lamuru
2000
Palakka
Umur panen Ketahanan (hari) penyakit bulai 90 Tahan 82
Keunggulan spesifik Toleran kekeringan
Agak tahan
Umur genjah
90
Agak Tahan
Umur genjah
7,6
95
Agak tahan
Toleran kekeringan
2003
8,0
95
Tahan
-
Sukmar aga
2003
7,4
105
Tahan
Toleran kemasaman
Srikandi K-1
2004
7,9
110
peka
QPM
Srikandi P-1
2004
8,0
110
peka
QPM
Anoman 2006 1
7,0
95
peka
Toleran kekeringan dan agak pulen
8
3.
Obatan 2011 pa (ProA)BC1C 2-F2
7,6
95
Agak peka
Beta caroteen (ppm)0,081 (2x jagung biasa ) dan QPM
KUI Caroten oid Syn
9
95
Agak peka
Beta caroteen (ppm) 0,144 (3 x jagung biasa)
2011
Benih hibrida Benih hibrida dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu: hibrida silang tunggal dan hibrida 3 jalur. Hibrida silang tunggal adalah benih hibrida yang dihasilkan dari 2 varietas, sedangkan hibrida 3 jalur dihasilkan dari hasil persilangan 2 varietas dengan varietas lain yang memiliki sifat unggul yang tidak dimiliki oleh hasil persilangan pertama. Benih hibrida adalah benih unggul yang hanya dapat digunakan sekali saja, responsif terhadap pemupukan atau input tinggi sehingga potensi produksinya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan benih komposit yaitu10-12 ton perhektar. Umurnya juga lebih pendek (kurang dari 90 hari) sehinga potesial untuk meningkatkan IP (Indek Penanaman). Penampilannya, pertumbuhan dan penyerbukan relatif seragam. Beberapa varietas benih hibrida tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Varitas Benih Hibrida
Varietas
Tahun dilepas
Potensi hasil (t/ha)
Umur panen (hari)
Ketahanan penyakit
Keunggulan spesifik
bulai
Bima-1
2001
9,0
97
Agak Tahan
Umur sedang
Bima-2 Bant
2007
14,0
95
Agak Tahan
Stay green
Bima-3 Bant
2007
13,5
95
Tahan
Stay green
Bima-4
2008
13,5
95
Agak Tahan
Stay green
Bima-5
2008
13,0
96
Agak tahan
Stay green
Bima-6
2008
12,5
100
Tahan
Stay green
9
Bima-7
2010
12,1
89
Agak tahan
Stay green, genjah, toleran kekeringan
Bima-8
2010
11,7
88
Tahan
Stay green, genjah, toleran kekeringan
Bima-9
2010
13,4
99
Peka
Stay green
Bima-10
2010
13,1
100
Sangat peka
Stay green
Bima-11
2010
13,2
100
Sangat peka
Stay green,
Bima-12 Q
2010
9,0
95
Sangat peka
QPM
Bima-13 Q
2010
10,0
95
Sangat peka
QPM
Bima-14 Batara
2011
12,9
100
Tahan
Stay green
Agak tahan
Stay green + toleran kekeringan
Bima-15 Syg
2011
II.
13,2
100
MELAKUKAN UJI MUTU BENIH
Benih yang unggul harus disertai dengan mutu benih yang baik karena mutu benih juga akan meningkatkan produktivitas hasil. Benih adalah bahan tanaman .yang berwujud biji. Oleh karena itu, suatu biji belum tentu benih. Benih memiliki dan membawa sifat-sifat genetik tanaman induknya dan akan tampil optimal jika benihnya tumbuh dan berproduksi pada lingkungan yang optimal serta mutunya benih tinggi (daya tumbuh) dan vigor benih yang tinggi. Oleh karena itu, benih merupakan komponen penting dalam budidaya tanaman. Benih bermutu adalah benih yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: -
Berlabel dan bersertifikat
-
Secara genetik memiliki tingkat kemurnian varietas yang tinggi, tidak tercampur dengan sifat-sifat buruk dari varietas yang tidak dikehendaki
-
Secara fisiologis memiliki kemampuan berkecambah yang tinggi. Disarankan benih terpakai memiliki daya kecambah lebih dari 95%. 10
Secara fisik benih terbebas dari gejala adanya serangan penyakit, warna dan
-
ukuran benih seragam, kadar air biji rendah (9-11%). Untuk mendapatkan benih bermutu perlu dilakukan proses produksi benih secara tepat, mulai dari budidaya sampai prosesing benih. Benih yang akan digunakan harus diketahui kadar air dan daya kecambahnya. Uji daya kecambah dan kadar air dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1.
Uji daya kecambah dengan menggunakan media pasir -
Siapkan media tumbuh (dari bak berisi pasir yang dibasahi)
-
Ambil 100 biji secara acak
-
Tanam biji pada media pasir tidak terbenam dan tutup dengan daun pisang
-
Amati benih yang berkecambah pada hari keempat dan ketujuh. Benih yang pada pengamatan tersebut tidak berkecambah dianggap tidak normal.
-
Hitung daya kecambah dengan rumus = Jumlah benih yang tumbuh normal/benih yang dikecambahkan x 100%
2. Uji daya kecambah dengan kertas digulung plastik (Ukdp) - Siapkan selembar plastik dan diatasan 5 lembar kertas koran yang sudah dibasahi - Ambil 100 biji jagung secara acak - Tempatkan biji jagung di atas kertas basah secara teratur - Lipat kertas secara teratur sedemikian rupa sehingga biji jagung tidak terhambur - Amati benih yang berkecambah pada hari keempat dan ketujuh. Benih yang pada pengamatan tersebut tidak berkecambah dianggap tidak normal. - Hitung daya kecambah dengan rumus = Jumlah benih yang tumbuh normal/benih yang dikecambahkan x 100% Kecambah normal adalah kecambah yang menunjukkan untuk dapat berkembang lebih lanjut menjadi tanaman yang tubuh dengan baik bila ditanam pada kondisi kelembaban, temperatur, dan cahaya yang sesuai. Kecambah normal dicirikan oleh tumbuhnya akar dan hipokotil yang sempurna. 3.
Uji Kadar air a. Penentuan kadar air dengan menggunakan alat moinsture tester b. Penentuan kadar air dengan menggunakan alat pengering (oven)
11
Penentuan kadar air dilakukan dengan mengambil sejumlah sampel dan ditimbang (Berat Basah). Sampel dikeringkan sampai bobot konstan dan kemudian ditimbang (Berat Kering). Kadar air dihitung dengan rumus, Berat Basah – Berat Kering Kadar air (%) =
x 100% Berat Basah
c.
Penentuan kadar air dengan cara pendugaan -
Biji masih melekat di tongkol, jika digesek-gesek mengeleluarkan bunyi nyaring menunjukkan bahwa biji berkadar air 15 -17%
-
Biji ditekan dengan menggunakan kuku jika tidak menimbulkan bekas menunjukkan bahwa biji berkadar air 15 – 17 %
-
Biji digigit, jika pecah menjadi menjadi dua menunjukkan bahwa biji berkadar air 14 – 17%
-
Biji dilentingkan di lantai, jika biji melenting 10 cm sampai 20 cm menunjukkan bahwa biji berkadar air 9 – 11%.
III. MENGHITUNG KEBUTUHAN BENIH Penentuan kebutuhan benih perlu dilakukan demi efisiensi. Jangan sampai petani berlebihan atau kekurangan dalam pengadaannya. Dalam budidaya tanaman jagung tidak dikenal penyulaman dengan menggunakan benih karena penyulaman dengan benih langsung pertumbuhannya akan tertinggal sehingga tidak akan terjadi penyerbukan. Tindakan penyulaman dimungkinkan jika bibit sulam sudah dipersiapkan. Dengan demikian, umur tanaman sama sehingga memungkinkan terjadinya penyerbukan. Kebutuhan benih tergantung pada luas lahan yang ditanami, populasi tanaman per hektar, daya kecambah, dan varietas yang digunakan. Varietas menentukan jarak tanam atau populasi per hektar, bobot atau ukuran biji. Pada umumnya banyaknya benih yang gunakan berkisar antara 18 – 19 kg/ ha dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm (2 tanaman per lubang) atau 75 cm x 20 cm (1 tanaman per lubang).
12
Untuk menentukan banyaknya benih yang dibutuhkan untuk luasan tertentu dapat digunakan rumus sebagai berikut : Luas lahan x Populasi per hektar Kebutuhan Benih = Daya kecambah (%) x Bobot biji x 10.000
Contoh Luas lahan
= 6000 m²
Daya kecambah
= 90%
Bobot biji
= 250 g/1000 biji
Populasi per hektar
= 70.000 tanaman (jarak tanam 75 cmx20cm, 1 biji/lubang)
Maka, benih yang dibutuhkan adalah: 6000/10000 x 100/90 x 70.000 x 250/1000 = 9450 g atau 9,5 kg
13
SEED TREATMEN Jagung (Zea mays) merupakan salah komoditas utama yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Jagung termasuk dalam golongan tanaman pangan, di beberapa daerah di Indonesia, jagung menjadi makanan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga sebagai pakan ternak (daun maupun bijinya), diambil minyaknya (dari bijinya), dibuat tepung (seperti tepung maizena). Namun, Di Indonesia sendiri, kebanyakan dari hasil produksi tanaman jagung digunakan untuk pakan ternak Produktifitas jagung di Indonesia sendiri masih jauh dari target yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi produktifitas jagung. Faktor tersebut mulai dari wilayah penanaman yang kurang luas, perubahan iklim yang mengakibatkan tingginya curah hujan dan panjangnya masa musim panas sehingga mengakibatkan kekeringan, serangan OPT yang mengakibatkan menurunnya hasil produk jagung serta dapat menyebabkan gagal panen, dan cara berbudidaya yang kurang tepat mengakibatkan produktifitas jagung tidak maksimal. Dalam usaha tani atau agribisnis, budidaya merupakan sala satu faktor penentu keberhasilannya. Sedikit saja kesalahan dalam teknik budidaya akan berakibat fatal. Pemilihan benih untuk penanaman menjadi faktor utama yang mempengaruhi hasil produksi. Begitu pula dengan pemilihan benih jagung. Benih yang sehat dan bermutu memiliki ciri bernas (bersertifikat nasional) atau penuh berisi (Purwasasmita dan Sutaryat, 2012:82). Menurut Sunarjono (2013:8) Benih yang akan digunakan harus murni atau tidak tercampur dengan biji lain, tidak ada cacat, dan berasal dari tanaman yang sehat, serta produktifitasnya tinggi. Dalam kasus-kasus sekarang ini, pemilihan benih jagung yang salah mengakibatkan penurunan hasil panen. Pemilihan benih jagung ini diharapkan agar benih dapat tumbuh dengan baik dan tahan terhadap serangan OPT. OPT dapat menyerang mulai dari proses awal penanaman sampai proses pemanenan. Hal tersebut sangat merugikan para petani jagung. Menurut beberapa ahli, keuntungan dari penggunaan benih bermutu, antara lain : a) menghemat penggunaan benih persatuan luas; b) respon terhadap pemupukan dan pengaruh perlakuan agronomis lainnya; c) produktivitas tinggi karena potensi hasil yang tinggi; d) mutu hasil akan terjamin baik melalui pasca panen yang baik; e) memiliki daya tahan terhadap hama dan penyakit, umur dan sifat-sifat lainnya jelas; dan f) waktu panennya lebih mudah ditentukan karena masaknya serentak. 14
Seperti kata pepatah mengatakan, lebih baik mencegah dari pada mengobati. Hal ini menjadi dasar dari perlakuan khusus pada benih jagung yang akan ditanam. Pencegahan dari OPT ini sangat dibutuhkan Dalam era sekarang, sebagian besar petani tidak terlepas dari penggunaan pestisida. Penggunaan yang salah akan sangat merugikan bagi tanaman, lingkungan bahkan sangat membahayakan bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu, penggunaan dengan dosis yang sesuai sangatlah tepat untuk awal penanaman. Namun, hal ini tidak selalu diharuskan, karena penggunaan pestisida dapat berdampak buruk. Pertumbuhan awal tanaman jagung saat di dalam tanah sangat rentan terhadap serangan jamur, cendawan dan ulat ataupun jenis OPT yang lain. Serangan yang seperti ini belum banyak diketahui oleh para petani jagung. Serangan tersebut sangat mempengaruhi pertumbuhan. Dampak serangan tersebut dapat menyebabkan benih tidak tumbuh karena terserang jamur atau termakan ulat, serta terjangkit beberapa penyakit akibat serangan tersebut, seperti bulai (Downy mildew).
Penyakit bulai
disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan P. Javanica serta P. Philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab, dengan hari serangan pada awal tumbuh yang mengakibatkan daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna daun menguning dan sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan putih (Budiman Tanpa Tahun:98). Oleh karena itu, treatment khusus untuk benih jagung yang akan ditanam dilakukan sebagai salah satu bentuk pencegahan. Meskipun benih yang dipakai adalah varietas unggul dan bersertifikat atau berlabel asli Treatment Benih Jagung Treatment dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu perlakuan atau perawatan. Dalam perlakuan ini, pembahasan akan mengarah pada benih jagung. Benih jagung yang akan ditanam dapat dilakukan perlakuan khusus untuk mencegah adanya serangan OPT, seperti jamur ataupun ulat. Perlakuan ini tidak diharuskan, akan tetapi perlakuan ini dilakukan hanya sebagai alat pencegahan. Menurut Budiman (Tanpa Tahun:82) benih yang akan ditanam sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun fisiologisnya, dan berasal dari varietas unggul serta daya tumbuh harus lebih dari 90% Keunggulan tersebut untuk menghasilkan tanaman yang seragam dan berproduksi tinggi. Meskipun demikian, bentuk antisipasi akan serangan jamur, cendawan maupun ulat dapat dilakukan dengan metode treatment benih jagung. 15
Sebelum treatment dilakukan, persiapan maupun pemilihan benih harus dilakukan, meskipun benih itu berlabel asli dan termasuk varietas unggul. Beberapa sumber di internet yang penulis jumpai mengatakan bahwa benih yang dipilih berukuran besar, baik dan sehat tanpa ada lubang, sedangkan yang kecil dipisahkan. Benih jagung yang dibutuhkan adalah 20-30 kg/ha. Treatment dengan Fungisida Pada perlakuan ini, benih jagung yang akan ditanam, direndam dengan air yang telah dicampur denga fungisida, seperti Banlate. Proses perendaman dapat dilakukan dengan media bak yang dapat menampung seluruh benih jagung yang akan ditanam. Tujuan perendaman dalam satu bak untuk menyamakan pemberian fungisida dan hasil yang didapat sama. Dosis fungisida yang dicampurkan 2-4 cc/lt air dengan waktu perendaman selama 12-24 jam. Setelah selesei perendaman benih jagung ditiriskan dan dikering anginkan. Benih yang sudah kering selanjutnya dapat dilakukan proses penanaman. Tujuan dari perendaman dengan campuran fungisida ini untuk mencegah serangan dari jamur. Treatment dengan Insektisida Pada treatment ini berbeda dengan proses treatment di atas. Insektisida digunakan untuk mencegah serangan dari ulat agrotis dan lalat bibit yang sering menyerang benih jagung pada saat setelah tanam. Serangan itu dengan cara memakan benih jagung yang berada dalam tanah.Hal tersebut mengakibatkan benih tidak tumbuh. Oleh karena itu, treatment ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi terhadap serangan tersebut. Pada poin 1 sampai 4, treatment dilakukan dengan cara direndam dengan air yang sudah dicampur dengan suatu senyawa atau formula khusus.Namun, dalam perlakuan ini berbeda, yaitu dilakukan pada saat penanaman. Benih dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama dengan insektisida butiran dan sistemik seperti Furadan 3 G dosis yang digunakan secukupnya
16