MAJALAH KOMUNIKATIF, INFORMATIF DAN BERIMBANG
Blitarkab.go.id EDISI 03 TAHUN 2014
Dari Redaksi Pembaca yang terhormat,
B
ahagia sekali rasanya kami bisa hadir kembali dihadapan para pembaca setia Majalah Penataran di bulan Agustus ini. Karena tepatnya tanggal 5 Agustus 2014 Kabupaten Blitar kembali merayakan Hari Jadi-nya yang ke-690 dan 17 Agustus Negara Republik Indonesia merayakan Hari Ulang Tahunnya yang ke-69. Kita semua merasakan dari waktu ke waktu, Kabupaten Blitar selalu mengalami berbagai macam dinamika kehidupan. Baik bidang ekonomi, sosial, politik maupun budaya. Tantangan, hambatan, dan harapan juga menyertai dinamika tersebut. Semua itu merupakan pengalaman yang patut kita jadikan motivasi untuk menatap masa depan yang lebih baik dan menyelesaikan berbagai persoalan, baik yang sedang terjadi maupun yang akan terjadi. Untuk itu momentum peringatan hari jadi Blitar tahun ini hendaknya dapat kita gunakan sebagai wahana koreksi diri dan merenungkan apa saja yang telah berhasil kita laksanakan dan mencermati hal-hal yang belum dapat kita laksanakan sebagai bahan menyusun program dan kegiatan di masa mendatang. Kita patut bersyukur, karena Kabupaten Blitar mampu melewati sejarah yang panjang penuh dengan capaian prestasi yang bagus. Dan Kabupaten Blitar juga telah berhasil melaksanakan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dengan aman dan damai. Namun bersyukur saja tentu tidaklah cukup, jajaran birokrasi Pemerintah Kabupaten Blitar tentu harus terus berkarya dan berinovasi dalam menghadapi tuntutan perubahan jaman untuk mensejahterakan manyarakatnya. Dalam memomentum peringatan Hari Jadi Blitar ke 690 tahun 2014 ini , Bupati Blitar, H. Herry Noegroho, SE,MH, merasa bersyukur karena telah merampungkan pembangunan di berbagai bidang sesuai dengan aspirasi masyarakat. Satu-satunya obsesi besar yang belum tercapai, adalah membangun pariwisata pantai. Sedangkan Wakil Bupati Drs. Rijanto, MM akan melakukan langkah pamungkas yang akan digarap yaitu pembenahan sumber daya manusia (SDM) aparat desa. Pasalnya, mereka akan menjadi subyek pelaksana pembangunan karena akan digrojog dana Rp 1 milyar setiap desa. Sementara Sekretaris Daerah, Drs. Palal Ali Santoso, MM mengakui, kepemimpinan Kabupaten Blitar pada periode tahun 2011-2016 yaitu pasangan Herry Noegroho, SE,MH dan Drs. Rijanto, MM sangat produktif dan visioner. Keberanian memindah ibukota ke Kanigoro akan berimplikasi pada penataan peradaban baru, serta memberi manfaat baru bagi masyarakat Kabupaten Blitar karena kantor pemerintahannya telah berada di atas tanahnya sendiri. Tema Hari Jadi Kabupaten Blitar Tahun ini adalah “Semangat Hari Jadi Blitar ke-690 dan Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke--69 Tahun 2014, Sebagai Momentum Terbaik Untuk Melanjutkan Pembangunan Menuju Masyarakat Yang Sejahtera, Religius dan Berkeadilan”. Sejalan dengan tema diatas semoga masyarakat yang sejahtera, religius dan berkeadilan dapat segera terwujud di Kabupaten Blitar. Digahayu Hari Jadi Blitar ke-690 dan Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke 60..!! Redaksi
MP
KOMUNIKATIF INFORMATIF BERIMBANG
Pelindung : HERRY NOEGROHO, SE. MH Drs. RIJANTO, MM Penasehat : Drs. PALAL ALI SANTOSO, MM Penanggung jawab : Drs. BUDI KUSUMARJOKO, M.Pd Pemimpin Redaksi : Dra. SRI WAHYUNI, M.Si Redaktur : BAJOE POERNA S. ATD. MT. Editor : RUDI WIDIANTO, ST Redaktur Pelaksana : ANTOK PURWANTO HENDRA NOVARIADI M. ENDRA PRASETYA Anggota : JONI HARSONO DWI AGUS SANTOSO, ST ASYIK FAUZI, ST
ALAMAT REDAKSI Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Blitar. Jl. Raya Dandong No. 53, Srengat-Blitar. Telp. (0342) 555330, 555444. Fax. (0342) 555330. Email :
[email protected] Redaksi Majalah Penataran menerima kiriman naskah, opini, esai, features, laporan ilmiah, dan bentuk tulisan lain. Naskah minimal 3 halaman kwarto, dilengkapi foto copy identitas diri, dikirim dalam bentuk flash disk, CD maupun tulisan ke alamat email :
[email protected] atau ke alamat Redaksi Majalah Penataran. Redaksi tidak mengembalikan bahan-bahan yang telah dikirim. Redaksi berhak melakukan editing sesuai kebutuhan, sepanjang tidak mengubah isi.
2
Majalah PEN ATARAN PENA
POINT INDEKS Dari Redaksi ………………………….………..… 2 Point Indeks ……………………………………... 3 Gerbang Tinggal Membangun Wisata Pantai … 4 Pembenahan SDM Aparat ………….……. 6 Tinggal Meneruskan Program Besar ... 8 Hambangun Praja Menuju Modernisasi Penataran .…….. Kegiatan Kesenian Warnai Hari Jadi…… Jalan Layang, Kreasi Untuk ...........…... Pasar Murah, Minimalisir Lonjakan .….. Bagi-bagi Sticker Kepada ...................... Edukasi TKI Purna ………………..……….…. Siswa di Blitar Terima Beasiswa .………… Real Action Berharap Terhadap Keberadaan ..…..….. Real Action Lebih Tingkatkan Prestasi ................…..
10 12 14 16 18 20 22 24 26
Edukatif Siap Hantarkan Siswa/Siswi ……………... 28 MIN Ngaringan Raih Adiwiyata ……...….. 30 Anak Genius Pengin ke Kontes Dunia .... 32
Bupati: Tinggal Membangun Wisata Pantai Dalam memomentum peringatan Hari Jadi Blitar ke 690 tahun 2014 ini , Bupati Blitar, H. Herry Noegroho, SE,MH, merasa bersyukur karena telah merampungkan pembangunan di berbagai bidang sesuai dengan aspirasi masyarakat. Satu-satunya obsesi besar yang belum tercapai, adalah membangun pariwisata pantai.
Lebih Tingkatkan Prestasi
Dinamika Kepegawaian Diklatpim, Mencetak Aparatur …….……… 34 Bupati: KORPRI Jangan Berpolitik .………. 36 Peluang Bisnis Barongan dan Topeng Ganongan ....….… 38 Liputan Khusus Rukyatul Hilal dan Wisata di Pantai ....... 40 Dharma Santi 2014 Bersama Gus Ipul.... 42 Profesi Sebelas Tahun Jadi 'Naib Keliling' ……..
44
Ana Dina Ana Upa Bertahan Hidup dengan Kangkung .….
46
Pelesir Vihara Bodhigiri/Panti Semedi ….……..
48
Intermezo ………………………….…………….. 50 Etos Antara Sherif dan Koboi ….…..…. 51
Tim Penggerak PKK Kabupaten Blitar kembali mengukuhkan pengurus barunya di beberapa kecamatan. Pengukuhan ini dipimpin langsung Ketua TP PKK Kabupaten Blitar, Ny. Era Herry Noegroho di Pendopo Ronggo Hadinegoro, akhir Juni lalu. Diharapkan, para pengurus baru dilantik tersebut mampu meningkatkan prestasi yang telah dicapai TP PKK sebelumnya serta meningkatkan kinerja pada tahun-tahun mendatang. Majalah PENATARAN
3
Gerbang
Bupati: Tinggal Membangun Wisata Pantai Dalam memomentum peringatan Hari Jadi Blitar ke 690 tahun 2014 ini , Bupati Blitar, H. Herry Noegroho, SE,MH, merasa bersyukur karena telah merampungkan pembangunan di berbagai bidang sesuai dengan aspirasi masyarakat. Satu-satunya obsesi besar yang belum tercapai, adalah membangun pariwisata pantai.
Pelantikan Bupati tahun 2011, moment untuk memotivasi diri
“Pantai-pantai di Kabupaten Blitar sangat indah. Kami ingin mengoptimalkannya sebagai destinasi wisata yang kondang. Tapi lahannya milik
Perhutani. Jadi prosesnya tidak mudah,” ujar Bupati kepada Majalah Penataran. Lalu disebutlah sejumlah pantai seperti Pantai Tambak, Pantai Serang, Pantai
Kawasan pantai menjadi primadona pariwisata, obsesi Bupati Herry Noegroho
4
Majalah PEN ATARAN PENA
Jolosutro, dan pantai-pantai kecil yang menunggu sentuhan kreatif. Padahal jika bisa digarap, bakal mampu seramai Pantai Popoh, Pantai Sendangbiru, maupun Pantai Parangtritis. Bupati menjelaskan, pihaknya sudah melayangkan surat permohonan kerjasama kepada Menteri Kehutanan RI. Isinya adalah penawaran komitmen pengelolaan pantai-pantai itu, agar bisa dimanfaatkan untuk pengembangan kawasan wisata. Pemkab Blitar bahkan telah menyediakan anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan wisata pantai-pantai itu. “Tapi sejauh ini belum ada respon dari Kementerian Kehutanan RI,” ungkap Bupati. Sedangkan mimpi untuk pembangunan kawasan pantai di Blitar selatan itu, sudah digadang-gadang bakal dilaksanakan pada fase akhir masa jabatan pasangan Bupati Herry Noegroho, SE,MH dan Wabup Drs. Rijanto, MM. Pada tahun-tahun pertama
pengabdian, lanjut Bupati, prioritas pembangunan diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan visi mewujudkan masyarakat Kabupaten Blitar yang sejahtera, religius, dan berkeadilan. Visi Kesejahteraan itu diwujudkan dengan memprioritaskan pembangunan akses jalan-jalan utama di seluruh Kabupaten Blitar, untuk memperlancar distribusi barang dan jasa, dari dan untuk desa-desa terpencil. “Alhamdulillah, cara ini sudah dapat memacu pertumbuhan ekonomi kita. Warga desa di kabupaten, mampu terlayani kebutuhannya sebagai layaknya orang perkotaan lainnya,” imbuhnya. Gerakan mewujudkan Visi Religius dibuktikan Bupati dengan gerakan tegas menutup seluruh lokalisasi PSK yang berada di Kabupaten Blitar, yaitu Lokalisasi Poluhan (di Ponggok), Lokalisasi Tanggul (di Talun), dan Lokalisasi Ngreco (di Selorejo). “Kalau masih ada yang praktik sembunyisembunyi, yang salah bukan Pemkab Blitar, tapi memang moral para pelakunya yang sulit dibenahi,” ujar Bupati. Selain itu, kurikulum pendidikan digenjot dengan penambahan materi agama sesuai dengan kebutuhan siswa. Adapun mewujudkan Visi Berkeadilan, dilakukan Bupati dan jajaranya untuk mempercepat pembangunan di Blitar selatan, agar terbebas dari stigma sebagai daerah terbelakang dibandingkan dengan Blitar Utara. “Cobalah buktikan ke Blitar selatan. Anda akan melihat rumahrumah warga yang bagus. Pertokoan menjamur, bisnis peternakan tumbuh, bisnis kelapa sawit sangat bagus, dan konsumsi beras untuk makan sehar-hari, sangat lancar,” lanjut Bupati. Prestasi spektakuler di era pasangan Herry Noegroho-Rijanto yang bakal abadi dalam catatan sejarah, adalah pemindahan ibukota kabupaten menuju Kanigoro. Jika tidak ada kendala, Bupati Herry Noegroho akan memimpin boyongan itu pada tanggal 31 Desember 2015, bersamaan dengan hari ulang tahun Pemerintah Kabupaten Blitar. HUT pemerintahan ini sama persis
Penutupan Lokalisasi PSK, janji untuk masyarakat
dengan Pemerintah Kota Blitar yang memperingati hari jadi pemerintahnya setiap tanggal 1 April. “Kalau peringatan tanggal 5 Agustus ini, sebenarnya peringatan berdirinya Blitar Raya. Sehingga mestinya yang punya hajad, adalah rame-rame antara warga Kabupaten maupun warga Kota Blitar,” jelas Bupati agar tidak ada kerancuan di benak masyarakat. Bupati mengakui, di akhir masa jabatannya, ia terobsesi membangun pariwisata pantai. Tapi semua terkendala oleh kebijakan internal Perhutani. Padahal sebenarnya Bupati sudah memutuskan untuk menyediakan dana
sebesar Rp 15 milyar. Maka daripada menunggu ketidakpastian, lantas slot anggaran yang sudah disediakan itu, akan dialihkan untuk pengembangan kawasan wisata Penataran di Kecamatan Nglegok. Bupati optimis, jika pelaksanaan pembangunan Wisata Penataran bisa berjalan sesuai rencana, maka hasilnya akan mampu menyaingi revolusi Wisata Sumber Udel Park di Kota Blitar, atau bahkan mampu sehebat Jatim Park 1 di Malang. “Kita tunggu saja, banyak busbus wisata berbondong-bondong ke Penataran Park di masa mendatang,” ujar Bupati optimis. (pur)
Aktif event di lahan Kanigoro, persiapan ibukota masa depan
Majalah PEN ATARAN PENA
5
Gerbang
Berbaur dengan masyarakat, hob Wabup Rijanto dalam bekerja
Wabup: Pembenahan SDM Aparat Wakil Bupati Drs. Rijanto, MM akan mengakhiri pengabdiannya, satu setengah tahun lagi. Langkah pamungkas yang akan digarap, adalah pembenahan sumber daya manusia (SDM) aparat desa. Pasalnya, mereka akan menjadi subyek pelaksana pembangunan karena akan digrojog dana Rp 1 milyar setiap desa.
I
Pembinaan aparat, persiapan Undang-undang Pemerintahan baru
nilah jurus kuda-kuda yang akan diajarkan kepada seluruh aparat desa, dalam menyongsong berlakunya UndangUndang Nomor : 6 tahun 2014
6
tentang Pemerintahan Daerah. “Kesiapan manajerial di tingkat aparat desa, adalah syarat wajib jikalau tidak ingin nubras-nubras dalam pembangunan nanti,” ujar Wabup
Majalah PEN ATARAN PENA
Rijanto, yang dikenal sebagai mantan pejabat karir yang suka bekerja keras dan mengedepankan disiplin. Mengingat masa jabatannya hampir berakhir, budaya disiplin kerja itu akan menjadi senjata terakhir yang akan diwariskan kepada aparat desa. “Saya ingin menyelesaikan jabatan wabup ini dengan manis, yaitu menyiapkan SDM aparat desa yang handal dalam menyongsong UU yang baru nanti,” tutur Wabup Rijanto kepada Majalah Penataran. Sebagaimana telah ramai menjadi perbincangan publik, dalam UU Pemerintahan yang baru mendatang, aparatur di pedesaan akan menjadi ujung tombak pelaksanaan pemerintahan. Isu yang paling mencolok adalah pelimpahan anggaran pembangunan secara langsung ke pemerintah desa. “Prioritas kami adalah menyiapkan aparat desa agar tidak
buta administrasi, tapi harus benarbenar melek administrasi” imbuhnya. Ia tidak memungkiri, kualitas SDM aparat desa bersifat heterogen. Kepala desa dan perangkat desa yang lain, berasal dari bermacam-macam latar belakang profesi. Misalnya mantan pekerja swasta, politisi desa, dan sebagainya. Sebagian besar, tidak mendapatkan pendidikan administrasi, metode pelaporan keuangan, dan sejenisnya. Sebagai perbandingan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) setiap tahun menemukan kasus-kasus di birokrasi, terkait problem administrasi keuangan. Padahal, perlaporan keuangan itu dikerjakan oleh bendahara-bendahara SKPD yang sudah terlatih dan berpengalaman. Wabup tidak memungkiri, aparat desa yang ada saat ini lebih banyak difungsikan sebagai penangih pajak bumi dan bangunan. Beruntungnya, beberapa tahun belakangan ini, mereka mulai dilatih menjalankan administrasi modern, dengan diluncurkannya dana Alokasi Dana Desa (ADD) yang rata-rata sebesar Rp 100 juta per desa. Tanpa bermaksud merendahkan kemampuan hasil laporan ADD itu, Wabup Rijanto mengatakan, kemampuan aparat desa masih perlu dipermak untuk membuat pelaporan dengan skala anggaran yang besar. “Jangan buru-buru merasa gembira karena bakal mendapat dana Rp 1 milyar. Tapi waspadalah, anggaran pembangunan itu bisa mencelakakan jika tidak ditangani sesuai ketentuan hukum,” tambah Wabup. Untuk itu, pada tahap akhir masa jabatan ini akan dipriritaskan untuk menyusun sistem pelatihan bagi seluruh aparat desa. Tantangannya sangat besar, mengingat kondisi SDM perangkat sangat variatif. Ada yang masih muda, lulusan SMA maupun sarjana. Tapi banyak pula, para orang tua yang kemampuan baca-tulisnya
hanya produk Sekolah Rakyat atau SD, tapi merupakan tokoh masyarakat dan layak menduduki jabatannya. Apa jadinya jikalau mereka kelak terpaksa membuat laporan pembangunan yang acak-adul? “Yang pusing tidak hanya perangkat desa itu saja. Malahan para auditor BPK justru dibuat pusing, karena laporan yang masuk sekedar asal-asalan,” imbuhnya berseloroh. (pur)
(foto atas): Pembangunan Stadion Nglegok, perlu kesabaran. (foto bawah): Unsur budaya, strategi pembinaan mental.
Majalah PEN ATARAN PENA
7
Gerbang
Sekda: Tinggal Meneruskan Program Besar Pasangan Bupati Herry Noegroho dan Wabup Rijanto telah meletakkan dasar-dasar pembangunan yang ber-visi besar untuk Kabupaten Blitar di masa mendatang. Bagi aparat birokrasi, tinggal meneruskannya agar menjadi agenda pembangunan yang berkelanjutan.
P
andangan itu disam-paikan Sekda Kab. Blitar, Drs. Palal Ali Santoso, MM menanggapi masa bhakti Bupati – Wabup
Menata wisata Penataran, menghimpun seluruh potensi
yang terhitung tinggal satu setengah tahun lagi. “Pondasi pembangunan yang dipancangkan selama empat tahun ini sangat inspiratif. Cukup memudahkan
Sekda, Drs. Palal Ali Santoso, MM belajar tata kota, memanfaatkan tugas ke luar negeri
8
Majalah PEN ATARAN PENA
buat kami di birokrasi untuk mengembangkannya,” tutur Sekda kepada Majalah Penataran. Ia mencontohkan dengan diluncurkannya pembangunan ibukota di Kanigoro merupakan konsep pembangunan multi years dan berkelanjutan. “Kami tidak cukup melengkapi infrastrutkur ibukota kabupaten baru, dengan waktu dua atau tiga tahun. Dibutuhkan waktu bertahuntahun untuk memenuhi kelengkapannya,” lanjutnya. Sekda mengakui, kepemimpinan Kabupaten Blitar pada periode tahun 2011-2016 yaitu pasangan Herry Noegroho, SE,MH dan Drs. Rijanto, MM sangat produktif dan visioner. Keberanian memindah ibukota secara sungguh- sungguh ke Kanigoro, berimplikasi pada penataan peradaban baru, serta memberi manfaat baru bagi masyarakat Kabupaten Blitar karena kantor pemerintahannya telah berada di atas tanahnya sendiri.
Tata kelola pasir tambang di Bladak, pekerjaan rumah birokrasi
“Selama ini kita menjalankan pemerintahan, berada di lingkungan area tetangga yaitu pemerintah kota. Ada halhal yang membuat rikuh, walaupun hal itu tidak menyalahi aturan,” imbuh Sekda. Dengan mengebut pembangunan kantor Kabupaten Blitar yang lengkap dengan alun-alun serta infrastrukturnya, maka aparat Pemkab dan warga kabupaten akan bekerja dengan kepala tegak untuk mengukir prestasi-prestasi selanjutnya. Catatan Majalah Penataran menyebutkan, sejumlah megaproyek telah dijalankan selama lima tahun belakangan ini. Langkah awal adalah berpindahnya Kompleks Kantor DPRD Kabupaten dari kawasan kota menuju Kanigoro. Kini seluruh aktivitas telah berpindah. Selain itu, tahun 2015 mendatang diperkirakan fasilitas kantor Pemkab Blitar di Kanigoro bakal dirampungkan bersama Stadion Nglegok, menjelang hari-hari akhir masa jabatan pasangan Herry – Rijanto. “Prestasi ini memang akan sulit disamai oleh kepala-kepala daerah di masa yang akan datang. Kami mewakili segenap aparat birokrasi yang bekerja untuk menjalankan visi dan misi beliau, merasa bangga dan terhormat karena dipimpin oleh figur yang memiliki
rencana masa depan yang fenomenal seperti ini,” ungkap Sekda. Lantas apakah masa kerja yang tinggal satu setengah tahun ini akan membuat pasangan Herry-Rijanto tinggal berpangku tangan saja? Ternyata tidak. “Kami mendapatkan perintah untuk melaksanakan rencana baru, yaitu pemerataan proyek besar untuk fasilitas masyarakat, yaitu pembangunan rumah sakit umum di Srengat,” lanjut Sekda secara pasti. Tahun 2015 mendatang, ide
itu akan lebih dimatangkan, yaitu membangun Puskesmas Srengat agar setara dengan rumah sakit besar untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat. Proyek besar lainnya, adalah mempermak kawasan wisata Penataran agar semakin meningkat kualitasnya, agar bisa berakselerasi seperti daerah-daerah lain yang kreatif terlebih dulu. “Kita menyadari, konsep pengembangan wisata modern sudah terjadi di seluruh Indonesia. Akibatnya, munculah ikon-ikon destinasi baru, padahal hanya memberi sentuhan kreativitas di dalamnya saja,” lanjutnya. Pada momen resepsi Hari Jadi Blitar tahun 2014 ini, patut direnungkan betapa beruntung Kabupaten Blitar telah dipimpin dua tokoh yang memiliki komitmen yang meyakinkan. Visi untuk membangun masyarakat Kabupaten Blitar yang sejahtera, religius, dan berkeadilan, dijalankan dengan menjinakkan rintangan demi rintangan yang muncul dari internal maupun eksternal birokrasi. “Pak Bupati yang gemar berkesenian dan olahraga, dipadu dengan Pak Wabup yang gemar bekerja keras dan sangat disiplin, telah memberi arah untuk menata masa depan Kabupaten Blitar di jalur kesejehtaraan,” ungkap Sekda tulus. (pur)
Membuka jalur wisata Kelud, menunggu jeda erupsi
Majalah PEN ATARAN PENA
9
Hambangun Praja
Menuju Modernisasi Penataran
T
Kawasan Wisata Penataran, eksotis atau kurang laku?
ahun 2015 mendatang diharapkan menjadi momentum gebyar-nya pariwisata Penataran. Gerakan tahun kunjungan Penataran perlu dikobarkan, dengan menggunakan prinsip -prinsip pendekatan marketting modern.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata (Porbudpar) Kabupaten Blitar, Luhur Sejati, menyadari dunia pariwisata Kabupaten Blitar kalah lari dibandingkan pesaing-pesaing dekatnya. “Problem utamanya, inisiatif menjual potensi wisata Penataran ke
Luhur Sejati, Kepala Dinas Porbudpar
10
Majalah PEN ATARAN PENA
mata publik, tidak seirama dengan perkembangan marketing,” kata Luhur merendah. Ia mencontohkan, apa jadinya jikalau ada baliho raksasa di Kota Surabaya bertuliskan : Datanglah ke Candi Penataran, lalu ada ilustrasi gambar Ikan Koi bersama gadis cantik berbaju tradisional. Tentu akan menjadi magnet bagi orang yang berlalu-lalang di ibukota Propinsi Jawa Timur itu. “Selama ini kita kan hanya terheran-heran, ketika melihat baliho di Surabaya itu, berisi ajakan untuk wisata ke Tengger, ke Jatim Park, dan sejenisnya. Lho, padahal kita sendiri bisa melakukan hal itu,” imbuh Luhur. Pemicunya, lanjutnya, stake holder di Kabupaten Blitar masih bersikap konvensional, sehingga dijauhi para pihak yang memiliki kemampuan membawa pariwisata Kabupaten Blitar ke pasar konsumen. Luhur menyebutkan, para pihak yang harus didekati itu adalah pelaku bisnis advertising, dan biro-biro traveling. “Kalau mau revolusi, kita secepatnya menggandeng dunia ad-
vertising meski dengan resiko membutuhkan biaya besar di awalawalnya. Pasang baliho di sejumlah kota besar. Selain itu, beri layanan biro-biro travel agar mendapat insentif kalau membawa wisatawan ke Penataran,” imbuhya. Strategi itu dilontarkan Luhur Sejati, karena kebijakan pasangan Bupati Herry Noegroho dan Wabup Rijanto, adalah menggeber Kawasan Wisata Penataran agar ikut ramai dalam percaturan pariwisata di Jawa Timur. “Kami akan mengawali, mendirikan patung Ikan Sengkaring dan Ikan Koi setinggi 15 meter, di ujung taman Kolam Penataran,” lanjut Luhur. Selain itu, akan dibangun amphi teater berkapasitas 3000 orang, menyatu dengan Museum Penataran dan Diorama Pancasila. Daya tarik wisatawan keluarga seperti aneka permainan air, water boom, kolam renang keluarga, akan dilengkapi di sana. Konsep Pariwisata Penataran di masa depan, akan dipadukan denga Kawasan Minapolitan untuk kawasan Nglegok. Tujuannya, Ikan Koi yang menjadi ikon Kabupaten Blitar, diharapkan menjadi tambang uang bagi kesejahteraan petani ikan
setempat. “Kalau piknik ke Malang pasti bawa apel Batu. Nanti kalau piknik ke Blitar, harus pulang bawa ikan koi yang cantik,” ungkap Luhur. Dinas Porbudpar Kab. Blitar memang akan berada di garda depan, untuk merealisasikan pekerjaan akhir dari pasangan Herry Noegroho Rijanto. Apakah Kawasan Wisata Penataran akan menjelma dengan
Sebaliknya, apakah Wisata Penataran akan tetap biasa-biasa saja, biar lambat asal selamat, juga bergantung pada kemampuan para pelaksana di lapangan. Jika revolusi di Penataran bakal berhasil sesuai tujuan, maka akan terjadi banjir wisatawan ke Nglegok yang menaikkan pedapatan daerah. Tetapi jika tidak, maka warga Kabupaten
istilah global seperti “Penataran Park”, “Koi Park”, “Sengkaring Park”, atau nama lainya, bergantung greget di bawah kendali Luhur Sejati dan kawan-kawan.
Blitar lah yang setiap musim liburan, selalu sibuk untuk pergi ke luar kota, untuk mencari tempat rileks, yang tidak ditemui di daerahnya. (pur)
Sub Raiser salah satu sentra pengembangan ikan koi di kawasan Nglegok
Majalah PEN ATARAN PENA
11
Hambangun Praja
Kegiatan Seni Warnai Hari Jadi Blitar ke 690
Ribuan orang bangga mengenakan pakaian jaman dulu di Pendopo Ronggo Hadinegoro Kabupaten Blitar. Hal ini tampak pada perayaan peringatan Hari Jadi Blitar ke 690 yang jatuh pada 5 Agustus 2014. Masyarakat pun turut serta berbaur dalam semaraknya pesta Hari Jadi Blitar dengan berebut tumpeng besar.
K
etua umum Hari Jadi Blitar ke 690 dan HUT RI ke 69, H. Luhur Sejati, MPd. kepada Majalah Penataran mengungkapkan, Pemerintah Kabupaten Blitar kembali melaksanakan peringatan Hari Jadi Blitar. Peringatan HUT Blitar ini
H. Luhur Sejati, MPd.
12
dipusatkan di Pendopo Ronggo Hadinegoro. “Tahun ini, Hari Jadi Blitar dilaksanakan agak beda dengan tahun sebelumnya, meski sama-sama dipusatkan di Pendopo,” katanya. Lebih lanjut Luhur Sejati menyatakan, yang berbeda dengan tahun sebelumnya adalah rangkaian upacara inti. Jika biasanya para camat, kades, lurah, dan perangkat desa langsung duduk di kursi undangan, untuk tahun ini tidak demikian. “Para camat hingga perangkat desa melaksanakan kegiatan yang dinamakan Pisowanan Agung,” jelasnya. Dalam kegiatan itu, rombongan yang dibagi per kecamatan akan dipimpin camat masing-masing yang diawali dari Alun-alun Kota Blitar menuju pendopo melakukan Pisowanan Agung dan mereka diterima Wakil Bupati Blitar Drs. H. Rijanto, MM. Hal ini dilaksanakan sebelum acara inti dimulai. “Kegiatan seperti ini pernah dilakukan pada peringatan Hari Jadi Blitar sebelum
Majalah PEN ATARAN PENA
tahun 1998. Kita akan mengulanginya lagi. Kita akan libatkan 3500 orang yang terdiri dari camat hingga perangkat desa/ kelurahan,” kata Luhur Sejati. Hal senada juga diungkapkan Kabid Budaya, Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Blitar, H. Achmad Irfan, SE, MSi. Diungkapkannya, serangkaian kegiatan digelar dalam rangka peringatan Hari Jadi Blitar ke 690 di antaranya lomba tenis lapangan antar Bupati dan Walikota se bakorwil Madiun, antar SKPD, dan masyarakat. Di bidang seni, lebih dipusatkan di kawasan Candi Penataran. “Dalam rangkaian Hari Jadi Blitar ke 690, digelar berbagai event kesenian yang di pusatkan di kawasan Candi Penataran” jelas Achmad Irfan. Dijelaskan Achmad Irfan, kegiatan yang berlangsung di Penataran di antaranya, Pagelaran Seni Budaya Kawasan Wisata Penataran, Pesona Bumi Penataran
yang didalamnya mempersembahkan penampilan seniman tari yang membawakan cerita yang ada di relief Candi Penataran. Festival Penataran yang dikemas untuk penampilan seniman lokal serta pameran produk unggulan Kabupaten Blitar. “Selain itu ada pula lomba kebersihan kantor/ instansi pemerintah, antar SKPD dan Kecamatan, lomba penataan arsip kantor, dan lomba keindahan,” tambah Achmad Irfan. Sementara dalam rangkaian kegiatan Hari Jadi Kabupaten Blitar ke 690, para pejabat Pemerintah Kabupaten Blitar juga melakukan Ziarah Leluhur dengan berziarah ke Taman Makam Pahlawan, Makam Proklamator Bung Karno. Selain itu juga digelar Sema’an Al Qur’an Jantiko Mantab. Puncak kegiatan Hari Jadi ini ditandai dengan menggelar Pagelaran Wayang kulit semalam suntuk yang menghadirkan dalang asal Klaten Jawa Tengah, Ki Tantut Sutanto. Beberapa rangkaian kegiatan pada puncak kegiatan Hari Jadi juga digelar seperti perayaan sebelumnya. Bedanya pada peringatan tahun sebelumnya yang digelar pada sore hari karena bertepatan dengan puasa Ramadhan, kali ini kegiatan tersebut digelar pada pagi hari. Prosesi kirab juga digelar pasukan pembawa lambang daerah dan kitab sejarah yang diawali dari Alun-alun menuju ke dalam Pendopo Kabupaten Blitar. Kirab tersebut di antaranya, 8 orang Prawirotomo, Raja dan Permaisuri (Gus dan Jeng Kabupaten Blitar ), 20 orang Pager Ayu dan Pager Bagus (Gus Jeng Kabupaten Blitar), 8 orang Pembawa Tumpeng Raksasa, 14 orang pembawa foto mantan Bupati Blitar, 4 orang Pembawa Pataka Parasamyakarya Nugraha, 2 orang Pembawa Lambang Daerah dan Kitab Sejarah, 2 orang Sobomanggolo, 40 orang Bayangkara-Bayangkari dan 2 orang pembawa payung.
Kirab kitab sejarah dan lambang daerah diterima Ketua Panitia Peringatan Hari Jadi Kabupaten Blitar ke 690 dan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 69, Luhur Sejati yang selanjutnya diserahkan kepada Sekda Blitar, Palal Ali Santoso yang kemudian diserahkan lagi kepada Bupati Blitar, Herry Noegroho dan yang terakhir Kitab Sejarah dan Panji Lambang Daerah tersebut diserahkan kepada Ketua DPRD Kabupaten Blitar, Guntur Wahono untuk disemayamkan. Kegiatan dilanjutkan acara tasyakuran yang ditandai dengan acara potong tumpeng oleh Bupati Blitar Herry Noegroho, yang selanjutnya diberikan kepada Ketua DPRD Kabupaten Blitar, Guntur Wahono. Kegiatan tersebut juga diselingi penampilan seni tari yang ditampilkan di depan para tamu undangan yang hadir di Pendopo Ronggo Hadinegoro. Usai acara, tumpeng raksasa dibawa ke alun-alun untuk diperebutkan masyarakat yang hadir. Tumpeng raksasa ini dipercaya sebagai sarana tolak bala dan dipercaya memperlancar rejeki. Dirgahayu Blitar dan Dirgahayu Republik Indonesia. (hend)
Majalah PEN ATARAN PENA
13
Hambangun Praja
Jalan Layang, Kreasi Untuk Masyarakat
Jalan-jalan di lokasi ekstrem dikebut di Kabupaten Blitar
Pembangunan infrastruktur jalan merupakan jurus awal yang dipakai pasangan Bupati Herry Noegroho, SE.MH dan Wabup Drs. Rijanto, MM, dalam merealisasikan visi pengabdiannya. Strategi ini cukup efektif dalam rangka mewujudkan misi Kesejahteraan Masyarakat.
D
ata di Dinas PU Binamarga dan Pengairan Kabupaten Blitar menyebutkan, di sepanjang 4
tahun belakangan ini, Pemkab Blitar telah berhasil memperbaiki infrastruktur jalan yang dibutuhkan masyarakat. Potensi jalan di seluruh
Buldoser-buldoser pembuka isolasi wilayah
14
Majalah PEN ATARAN PENA
Kabupaten Blitar adalah 2.527 km. Jalan dalam kondisi bagus 733 km, kondisi sedang 1.264 km, sedangkan yang rusak 531 km. Kepala Dinas PU Binamarga dan Pengairan Kabupaten Blitar, Ir. Harpiyanto Nugroho, MM mengatakan, pihaknya memprioritaskan rehabilitasi jalan-jalan yang potensial memungkinkan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di pedesaan. “Salah satu yang kami anggap penting, misalnya jalan di Desa Suru,” ujarnya. Di sepanjang tahun 2013, instansinya menargetkan pembangunan jalan aspal 1.857 km, dan jalan makadam 699 km. Proyek pembanganan jalan di Suru, cukup menyita perhatian, karena menggunakan konstruksi jalan layang. Kreativitas dan inovasi dilakukan oleh Haripyanto dan kawan-kawan, setelah memperhitungkan berbagai keuntungan yang diperoleh. Peningkatan jalan layang beton di Desa Suru Kecamatan Doko Kabupaten Blitar, sepanjang 300 meter dan lebar 5 meter di ruas arteri akhirnya rampung selama lima bulan di penghujung tahun 2013 lalu. “Perubahan yang dirasakan masyarakat, jalan yang menghubungkan dari Wlingi ke Doko lebih lebar menjadi 5 meter. Kalau dulu, cuma satu lajur saja, sehingga kendaraan truk pengangkut hasil bumi atau pakan ternak, yang lewat harus bergantian,” imbuh Harpiyato. Harpiyanto memang harus memeras otak, karena proyek jalan diharapkan menjadi solusi menyeluruh karena berada di lereng tebing dengan lembah sedalam 30 meter di atas Sungai Mbambang. Kostruksi jalan layang atau secara teknis disebut chanti lever kemudian menjadi pilihan, karena lebih
mengutungkan dari sisi pembiayaan. Konstruksi jalan layang itu hanya membutuhkan dana Rp 857 juta, jauh lebih hemat dibanding dengan konstruksi jalan biasa dengan penambahan pengamanan di sepanjang sisi tebing yang membutuhkan dana mencapai Rp 2 milyar. “Ini tentu keuntungan yang bisa kita manfaatkan, agar bisa membangun jalan yang lain,” imbuhnya. Stross atau tiang-tiang pancang utama, tampak berdiri kokoh menyangga balok-balok beton yang menjadi badan jalan. Peningkatan jalan seperti ini, terbukti membawa perubahan pada perilaku kehidupan masyarakat setempat. Meski hanya oleh dilewati truk seberat 8 ton, namun lalu lintas rantai perekonomian masyarakat, bisa berlangsung semakin mudah. “Jalan layang di Suru itu, adalah penggabungan dari kebutuhan dan aspirasi masyarakat, dipadukan dengan kemampuan teknis sipil yang
Kepala PU Binamarga dan Pengairan, meninjau kegiatan pembangunan
kita miliki di Kabupaten Blitar ini,” lanjut Harpiyanto. Menyadari bahwa pembanguan infrastruktur jalan merupakan andalan pasangan Bupati Herry Noegroho dan Wabup Rijanto, maka
Dinas PU Bina Marga dan Pengairan bertekad akan menggenjot pembangunan di daerah- daerah isolasi, dalam sisa waktu masa bhakti kepala daerah yang tinggal menyisakan satu setengah tahun lagi. (pur)
Peningkatan jalan terus-menerus, menggenjot pertumbuhan ekonomi.
Majalah PEN ATARAN PENA
15
Hambangun Praja
Pasar Murah, Minimalisir Lonjakan Harga
Pemerintah Kabupaten Blitar kembali menggelar pasar murah kebutuhan bahan pokok. Ini dilakukan untuk menekan tingginya harga kebutuhan pokok di pasaran jelang ramadhan hingga Idul Fitri 1435 Hijrah. Tahun ini kegiatan pasar murah digelar Pemerintah Kabupaten Blitar bertempat di Kecamatan Selorejo.
W
Wabub Rijanto menyerahkan paket sembako murah ke warga. (foto-foto:humaskabblitar)
akil Bupati Blitar, Drs. H. Rijanto, MM. saat membuka kegiatan pasar murah di Kecamatan Selorejo, pada pertengahan Juli lalu mengungkapkan, kegiatan pasar murah akan sangat membantu warga untuk mendapatkan sembako lebih murah dibandingkan harga pasar. “Dengan pasar murah ini masyarakat
tetap bisa menjangkau berbagai kebutuhan terutama beras, minyak goreng dan gula,” katanya. Pasar murah ini juga dapat memecahkan solusi bagi warga untuk mendapatkan kebutuhan pokok yang murah di bulan Ramadhan. Melalui pasar murah ini, masyarakat dapat memanfaatkanya dengan membeli kebutuhan pokok
Pasar murah dio Selorejo, diserbu ratusan warga
16
Majalah PEN ATARAN PENA
yang sudah disubsidi pemerintah Kabupaten Blitar. Sehingga harga kebutuhan pokok yang dijual lebih murah dari harga pasaran. Memang, harga kebutuhan pokok di pasaran, harganya senantiasa melonjak akibat tingginya konsumsi warga di Bulan Ramadhan hingga lebaran Lebih lanjut Rijanto menambahkan, tingginya harga kebutuhan pokok di Bulan Ramadhan hingga lebaran memaksa masyarakat untuk lebih berhemat. “Saya berharap, masyarakat bisa berhemat dan tidak berlebihan selama bulan Ramadhan ini,” katanya. Hal ini mengingat kebutuhan masyarakat menjelang lebaran sangat tinggi. Menjelang Idul fitri, seperti tahun sebelumnya, kegiatan pasar murah digelar Pemerintah Kabupaten Blitar di berbagai kecamatan. Tujuannya untuk menekan lonjakan harga kebutuhan pokok. Hal ini seperti yang disampaikan Kabag Perekonomian Sekretariat Daerah Kabupaten Blitar, Ahmad Budi Hartawan, S.Sos saat membacakan laporannya pada pembukaan pasar
murah di Kecamatan Selorejo, Jumat (11/7). Dijelaskan Ahmad Budi Hartawan, dengan pasar murah seperti yang digelar Pemerintah Kabupaten Blitar, akan mengurangi beban masyarakat terhadap melonjaknya harga kebutuhan pokok menjelang ramadhan hingga lebaran bisa lebih berkurang. “Tahun ini, Pemerintah Kabupaten Blitar mendistribusikan paket beras, gula dan minyak goreng,” katanya. Diakui Ahmad Budi Hartawan, sekitar 13.200 paket sembako murah dijual kepada masyarakat. Paket bahan kebutuhan pokok tersebut juga sudah disubsidi pemerintah Kabupaten Blitar. Bahan kebutuhan pokok yang dijual ke warga dengan harga yang sangat murah di antaranya, beras 5 kg yang harga umumnya di pasar Rp.44.250 dan mendapat subsidi pemerintah Rp 20.000 menjadi Rp 24.250. Demikian pula dengan gula seberat 2 kilogram yang semula Rp.25.160 mendapat subsidi Rp.8.000 menjadi Rp.17.160,-. Minyak goreng 2 liter yang semula harganya Rp.30.770 mendapat subsidi Rp.8.000 menjadi Rp.22.770. Alhasil paket sembako murah tersebut ludes dibeli warga di Selorejo. Ditegaskan Ahmad Budi Hartawan, tak hanya warga di Kecamatan Selorejo yang mendapatkan jatah paket sembako, warga lainya juga mendapatkan paket sembako murah ini. Mereka di antaranya warga di Kecamatan Bakung, Wates, dan Udanawu telah disiapkan sebanyak 350 paket sembako murah. Sementara, sebanyak 450 paket akan disiapkan untuk warga yang berdomisili di Kecamatan Sutojayan, Wlingi dan Wonodadi. Sedangkan warga di Kecamatan Garum, Srengat, Kanigoro, dan Binangun akan disiapkan sebanyak 550 paket. Pasar murah ini digelar
Wabub Rijanto meninjau stand produk unggulan masyarakat Blitar
Pemerintah Kabupaten Blitar sejak 11 Juli hingga 23 Juli 2014. Pantauan di lapangan, kegiatan pasar murah dibuka langsung Wakil Bupati Blitar, Drs. H, Rijanto, MM. Ia juga didampingi Kepala SKPD, Wakil Tim Penggerak PKK Kabupaten Blitar juga berkesempatan
mengunjungi stand yang didirikan di pasar murah tersebut. Wabub Rijanto dengan bangga meninjau stand di pasar murah yang menjual hasil produk unggulan warga di Kabupaten Blitar. Tak hanya itu, ada pula yang menawarkan kain batik tulis kreasi anak-anak sekolah dasar. (hend)
Siswa sekolah dasar memamerkan cara membuat batik tulis di sebuah stand di Pasar Murah Selorejo
Majalah PEN ATARAN PENA
17
Hambangun Praja Peringatan Hari Lingkungan Hidup
Bagi-bagi Sticker kepada Pengguna Jalan
K
epala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Blitar, Ir. M. Krisna Triatmanto, M.Si. kepada Majalah Penataran mengungkapkan, tahun ini peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2014 digelar dengan membagikan sticker kepada masyarakat. “Kita bagikan sticker kepada pengguna jalan di Wlingi, yang nantinya sticker tersebut menjadi pengingat masyarakat untuk dapat peduli lingkungan dengan mengelola sampah dengan benar,” katanya. Diakui M. Krisna Triatmanto, bagi-bagi stcker dan pamflet ini dinilai efektif sebagai bentuk kampanye peduli lingkungan kepada masyarakat. Melalui kegiatan ini, masyarakat akan lebih sadar dalam menjaga lingkungan hidup. Utamanya, akan lebih meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah, sebagai salah satu langkah dalam menyelamatkan lingkungan. Setiap tahunnya, tema Hari Lingkungan Hidup sedunia ditetapkan oleh United Nations Enviroment Programs (UNEP) yaitu Badan Lingkungan Hidup PBB. Untuk 2014 ini ditetapkan tema “Raise Your Voice, Not The Sea Level”. Sementara, di Indonesia tema tersebut disesuaikan menjadi “Satukan Langkah, Lindungi Ekosistem Pesisir dari Dampak Perubahan Iklim”. Tema ini sangat relevan dengan negara kita, karena selain sebagai negara kepulauan dengan 13.466 pulau dan dengan panjang pesisir 95.181 km, tempat bermukim 60 % penduduk dan menyumbang 6,45 % GDP nasional. Selain itu pesisir mempunyai potensi SDA yang sangat
18
Ir. M. Krisna Triatmanto, M.Si. memimpin langsung bagi stiker kepada pengemudi angkutan umum di Wllingi
Pemerintah Kabupaten Blitar memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2014 dengan cara sederhana. Yakni dengan membagi-bagikan sticker berisikan peduli lingkungan hidup kepada para pengguna jalan di Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, Jum’at (6/06) lalu. Harapannya, melalui seruan yang tertulis dalam sticker, masyarakat Kabupaten Blitar memiliki kepedulian dalam menjaga lingkungan. menakjubkan yaitu 14 % terumbu karang dunia, 27 % mangrove dunia serta 25 % ikan dunia, dengan berbagai biota yang hidup didalamnya. Bahkan disebut sebagai Marine Mega-Biodiversity terbesar di dunia, karena memiliki 8.500 species ikan, 555 species rumput laut dan 950 species biota terumbu karang. Dijelaskan M. Krisna Triatmanto, dengan kekayaan hayati yang dimiliki tersebut, sudah saatnya masyarakat khususnya di Kabupaten Blitar berperan serta dalam menjaga lingkungan pesisir. Yakni dengan mengawalinya di lingkungan masingmasing. “Pengelolaan sampah merupakan suatu rangkaian yang tak
Majalah PEN ATARAN PENA
Ir. M. Krisna Triatmanto, M.Si.
dapat dipisahkan. Melindungi ekosistem pesisir bisa dimulai dari ekosistem di hulu, salah satunya menjaga kelestarian hutan dan keletarian lingkungan, yang saat ini program utama adalah pengelolaan sampah,” terangnya. Dijelaskan pula, melakukan kampanye dengan bagi-bagi sticker dimaksudkan agar masyarakat lebih peduli dalam pengelolaan sampah. “Yang utama adalah membuang sampah pada tempatnya, jangan sampai membuang sampah ke sungai yang mengakibatkan hanyut dan menumpuk di pesisir pantai. Kita bagikan sticker kepada pengguna jalan agar menjadi pengingat untuk mengelola sampah dengan benar,” jelas M. Krisna Triatmanto. Potensi yang besar yang dimiliki Indonesia khususnya di Kabupaten Blitar harus dikelola secara optimal bagi kemakmuran rakyat. Yakni dengan cara yang lestari, serta terus dilindungi dari kerusakan lingkungan yang menyebabkan penurunan potensinya. Salah satu penyebab kerusakan lingkungan yang perlu diantisipasi adalah perubahan iklim. Perubahan iklim akibat pemanasan global memberi berbagai dampak terhadap kehidupan di muka bumi, kondisi ini ditandai dengan meningkatnya frekuensi hujan
M. Krisna Triatmanto bersama Gus Kabupaten Blitar, bagikan sticker kepada pengendara motor
dengan instensitas yang sangat tinggi, ketidakpastian musim hujan maupun kemarau, dan munculnya berbagai bencana seperti kekeringan, badai, banjir dan longsor. Dalam mengatasi perubahan iklim, pemerintah RI telah menetapkan kebijakan berupa penurunan emisi dari kondisi business as usual pada tahun 2020 sebesar 26 % dengan usaha sendiri dan 41 % dengan dukungan negara lain. Untuk itu dikembangkan berbagai kebijakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Antara lain melalui Peraturan Presiden Nomor: 61 Tahun 2011 tentang rencana aksi nasional penurunan gas rumah kaca serta
Peraturan Presiden Nomor: 71 Tahun 2011 tentang penyelenggaran inventarisasi gas rumah kaca nasional yang seiring dengan UU Nomor: 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pantauan di lapangan, kegaiatan bagi-bagi sticker dilakukan aparat Badan Lingkungan Hidup yang dipimpin langsung M. Krisna Triatmanto. Mereka membagikan sticker peduli lingkungan kepada pengguna jalan di perempatan Beru Wlingi dan di Pasar Wlingi. Tak hanya membagikan sticker dan pamflet, mereka juga menanam sejumlah pohon di Ruang Terbuka Hijau di Wlingi. (hend)
Para pecinta lingkungan bentangkan spanduk peduli lingkungan di Jalan Bromo Wlingi, saat peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2014
Majalah PEN ATARAN PENA
19
Hambangun Praja
Para TKI Purna, serius mengikuti program Disnakertrans
Edukasi TKI Purna Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Blitar, ribuan jumlahnya. Banyak yang sukses, sehingga berubah jalan hidupnya. Namun banyak pula yang tidak sukses, sehingga membutuhkan bantuan pemerintah untuk menemukan profesi yang cocok buat mereka.
K
Herman Widodo, Kepala Disnakertrans
ondisi itulah yang mendorong Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Blitar melakukan gerakan
20
edukasi kepada TKI Purna, istilah yang cocok untuk menyebut kepada mereka yang pernah bekerja di luar negeri. Mereka tersebar di seluruh penjuru Kabupaten Blitar, terutama di
Majalah PEN ATARAN PENA
desa-desa pinggiran. Kepala Disnakertrans Kabupaten Blitar, Herman Widodo, menyatakan pihaknya tidak bisa hanya berdiam diri menyikapi keberadaan TKI Purna yang posisi sosial mereka kembali menjadi job less alias pengangguran kembali setelah pulang kembali di kampung halamannya di Blitar. “Mereka belum merasa kesulitan pada tahun pertama dan kedua. Tetapi setelah tabungan mulai menipis dan habis, maka munculah problem-problem klasik di keluarga mereka,” ungkap Herman kepada Majalah Penataran. Pemicu utama kasus kegagalan TKI Purna, adalah tidak munculnya kesadaran menjadi wirausaha pada diri mereka. Tatkala bekerja di luar negeri, di sektor privat alias pembantu rumah tangga, maupun sektor korporasi atau pabrikan, terbiasa bekerja di bawah komando atau
perintah. Sebab bekerja dengan cara itu, sudah menghasilkan banyak uang di bandingkan dengan di desanya. Akibatnya, mereka tidak pernah terdidik untuk bekerja mandiri. Itulah sebabnya, Disnakertrans Kab. Blitar menyelenggarakan edukasi kepada mereka, dengan metode untuk membangkitkan jiwa wirausaha ke dalam diri mereka. Dikenalkanlah pekerjaan-pekerjaan yang kelihatan biasa, tetapi sesungguhnya bermanfaat untuk memulai hidup baru. “Kami tampilkan cara membuat kue kering, pengananpenganan siap saji kepada mereka. Hal-hal yang cukup gampang, tetapi mereka enggan memulainya,” lanjutnya. Dengan pelatihan tersebut, goal yang ingin dicapai adalah greget untuk memulai usaha, misalnya membuka warung penganan kecilkecilan. Pihaknya tidak mengajak para TKI Purna itu berangan-angan terlampu muluk-muluk dan bombastis, seperti membangun industry garmen, membuka rumah fashion, atau sejenisnya. “Tujuan edukasi ini, yang paling dasar adalah menyadarkan mereka agar tidak semakin larut jatuh ke sikap konsumenitis. Tradisi TKI pulang kampung, identik dengan foya-foya. Kami mencegah situasi itu, agar tidak menyesal di tahun-tahun berikutnya,” imbuh Herman lagi. Herman mencontohkan, banyak TKI Purna kreatif yang telah memanfaatkan pengalaman mereka di luar negeri, lantas dipraktikkan di desanya. Contohnya adalah menjamurnya warung-warung roti canay. Roti canay adalah makanan khas kegemaran masyarakat Malaysia. Banyak TKI yang akhirnya tertular gemar makan roti ini. “Warung-warung canay yang ada di desa-desa itu, efektif untuk menjaring konsumen. Nyatanya, tempat-tempat itu dijadikan ajang nostalgia para TKI Purna,” lanjutnya.
Iseng-iseng jualan makanan kecil, berubah jadi jutawan
Herman Widodo mengingatkan, tahun 2015 mendatang akan dimulai berkembangnya Masyarakat Ekonomi ASEAN. Artinya, akan terjadi kemudahan-kemudahan kunjungan warga sesama anggota ASEAN, baik untuk pariwisata
maupun penanaman modal. Bisa saja, masyarakat Negeri Jiran akan kesengsem berada di Blitar, karena ternyata di pedesaan sudah banyak warung canay, makanan kesukaan mereka. (pur)
Lulusan SD, SMP, dan SMA, beban angkatan kerja yang lahir setiap tahun
Majalah PEN ATARAN PENA
21
Hambangun Praja
Siswa di Blitar Terima Beasiswa Sampoerna
Wabub Rijanto, menyerahkan secara simbolis bantuan beasiswa dari PT. HM Sampoerna Tbk kepada siswa Blitar berprestasi
Raut wajah gembira tampak menghiasi sekitar 75 siswa berprestasi di Kabupaten Blitar. Ini lantaran para siswa SMA sederajat ini diberikan beasiswa dari PT. HM. Sampoerna Tbk. Pemberian beasiswa ini sebagai komitmen perusahaan yang memproduksi rokok tersebut, untuk mendukung proses pendidikan di negeri ini, termasuk di Kabupaten Blitar.
kepada 75 siswa berprestasi, Jumat (13/ 6) di Pendopo Ronggo Hadinegoro. Menurutnya, pemberian beasiswa SMA/SMK/MA baik negeri maupun swasta ini juga sebagai upaya meminimalisir angka putus sekolah.
Di negeri ini, banyak siswa yang berprestasi berasal dari keluarga yang tidak mampu. Alhasil, para siswa ini tak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Inilah salah satu alasan PT. HM. Sampoerna Tbk
22
Majalah PEN ATARAN PENA
foto-foto: humaskabblitar
P
erwakilan PT. HM. Sampoerna,Tbk. Agus Suyanto mengatakan, pemberian beasiswa ini diberikan kepada siswa yang berprestasi, sebagai wujud kepedulian PT. HM. Sampoerna Tbk. terhadap pendidikan. “Pemberian beasiswa ini sebagai komitmen perusahaan untuk mendukung proses pendidikan di negeri ini,” ungkapnya usai menyerahkan beasiswa secara simbolis
Suasana acara penyerahan beasiswa PT. HM Sampoerna Tbk di Pendopo Ronggo Hadinegoro
memberikan bantuan beasiswa kepada siswa berprestasi, termasuk di Kabupaten Blitar. Para siswa yang berasal dari SMA/SMK/ MAN di Kabupaten Blitar yang berprestasi tersebut menerima beasiswa sebesar Rp 5,8 juta per anak. Sebanyak 75 siswa yang menerima beasiswa dari PT.HM. Sampoerna Tbk, mendapatkan bantuan beasiswa sebesar Rp 5,8 juta per siswa tersebut, akan dibayarkan dalam kurun waktu satu tahun pelajaraan 2014/2015. Sehingga secara keseluruhan dana bantuan beasiswa dari PT.HM.Sampoerna,Tbk sebesar Rp.435 juta. Dengan program ini diharapkan dapat meningkatkan pemerataan untuk memperoleh kesempatan pendidikan yang seluas luasnya bagi siswa-siswi berprestasi dari keluarga pra sejahtera. Wakil Bupati Blitar, H. Rijanto yang didampingi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar , Totok Subihandono menyampaikan, rasa terima kasihnya kepada PT. HM. Sampoerna Tbk yang telah berkontribusi memperhatikan siswasiswi berprestasi di Kabupaten Blitar. “Kita perlu bersyukur dan berterima kasih kepada PT.HM.Sampoerna Tbk, karena anak-anak kita yang berprestasi namun tidak mampu secara ekonomi bisa diberikan beasiswa guna membiayai pendidikannya,” katanya. Para siswa khususnya di Kabupaten Blitar senantiasa terus berharap dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, perlu dukungan dari semua pihak, agar program seperti ini dapat ditingkatkan di masa mendatang. Sepertii halnya bantuan dari PT HM. Sapoerna Tbk yang bisa mendorong dan memacu semangat anak-anak untuk meningkatkan prestasinya dalam semua bidang baik akademik maupun nonakademik. Dijelaskan Wabub Rijanto, tanpa pendidikan yang baik dan bermutu, tidak akan tumbuh bangsa
Para penerima beasiswa berfoto bersama dengan Wabub Rijanto beserta perwakilan PT HM Sampoerna Tbk
yang cerdas. Bangsa yang tidak cerdas dan berpendidikan, tidak mungkin bisa membangun masa depan yang lebih baik. “Pendidikan yang kita laksanakan saat ini adalah untuk mempersiapkan anak didik yang mampu menguasai masa depan yang ampu membangun dirinya dan bangsanya, seiring dengan berbagai
tantangan di era keterbukaan,” katanya. “Pada kesempatan ini kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada PT.HM. Sampoerna Tbk atas pemberian bantuan beasiswa yang telah diberikan kepada anak-anak kita khususnya di Kabupaten Blitar,” imbuh Wabub Rijanto. (hend)
Majalah PEN ATARAN PENA
23
Artikel
Berharap Terhadap Keberadaan Inpres No: 12 Tahun 2011 Oleh: Anwar Nuris, *) Narkoba, merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi bagi pendengaran kita. Hampir setiap hari kita selalu mendengar dan melihat berita tentang penyalahgunaan narkoba baik di media cetak maupun elektronika. Berbicara masalah narkoba ada beberapa aspek yang bisa kita kaji, diantaranya: Produsen, Bandar, pengedar, kurir, kacung, maupun konsumen.
P
ada saat ini kondisi penyalahgunaan narkoba di Indonesia boleh dibilang dalam keadaan darurat. Dahulu kita mengenal mafia narkoba, sementara saat ini, dari tindak kejahatan narkoba banyak yang sudah menjadi kartel, dan tentu hal ini sangat membahayakan kelangsungan hidup bangsa kita tercinta. Ketika para penjahat yang berupaya
Sosialisasi bahaya penggunaan narkoba oleh BNN Kab. Blitar
24
Penulis memberikan materi tentang bahaya narkoba
mengedarkan barang haram ini mulai berkuasa, bukan tidak mungkin akan menjadi sebuah kekuatan yang bisa menggoyang supremasi hukum, ketatanegaraan, kualitas sumber daya manusia maupun moralitas anak bangsa. Narkoba merupakan penjajah kelas atas yang menyerang kepribadian, nasionalisme dan ideologi negara. Ketika terjadi pembiaran maupun ketidak tegasan aparat, lambat laun akan memunculkan dominasi kekuatan oleh para kartel narkoba, hal ini seperti dicontohkan di negara lain misalnya Kolumbia. Tentu kita tidak ingin anak kita akan terkoyak oleh kejahatan narkoba yang begitu dahsyat. Untuk konstelasi nasional berkaitan penyalahgunaan narkoba, Indonesia merupakan pasar yang sangat menjajikan bagi para pelaku kejahatan narkoba. Berdasarkan data yang dihimpun BNN, saat ini jumlah pengguna atau pecandu sudah menyentuh pada angka 5 juta jiwa. Dengan kerugian negara mencapai kisaran lebih dari 46 T dari total APBN l900 T. Untuk tingkat kerugian negara dari sisi
Majalah PEN ATARAN PENA
sosial termasuk untuk rehabilitasi, proses ungkap kasus, detoksifikasi dll, Jawa Timur menduduki peringkat pertama, kemudian Jawa Barat dan DKI Jakarta. Dan secara umum pulau Jawa memegang rekor tertinggi dengan nilai 68 %. Nilai tersebut tentu menjadi perenungan luar biasa bagi kita semua, karena angka ini tergolong fantastis bagi bangsa yang berkembang sekelas Indonesia. Kita membutuhkan formula istimewa untuk membendung angka yang semakin tinggi. Mengapa Angka penyalah-gunaan narkoba semakin meningkat? Semakin tingginya tingkat penyalahgunaan narkoba, diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya : a. Faktor budaya, saat ini terjadi pergeseran luar biasa yang dialami oleh generasi kita, kecanggihan tehnologi berakibat fatal juga bagi perubahan sikap dan perilaku anak bangsa. Mereka beranggapan bahwa budaya asing jauh lebih baik ketika dibandingkan dengan budaya kita sendiri. Persepsi ini akan mendorong seseorang untuk terjun ke hal-hal negatif tanpa disadari.
b. Faktor Ekonomi, Salah satu penyangga dalam kehidupan kita adalah masalah perekonomian. Seseorang akan mengambil langkah apapun ketika terlilit dengan masalah ekonomi tersebut. Hal ini tentu memberikan celah dan potensi seseorang untuk terjun kedunia narkoba. c. Faktor pertemanan, Teman sebaya menjadi faktor penentu juga dalam proses kehidupan seseorang. Usia remaja menjadi usia rentan untuk penyalahgunaan narkoba, karena pada usia tersebut, masih dalam usia pencarian jati diri, sehingga mudah sekali terombang ambingkan oleh pengetahuan yang didapatnya walaupun bersifat negatif. d. Faktor orang tua, Keluarga merupakan faktor penentu dalam kehidupan seseorang. Keharmonisan keluarga menjadi hal utama dalam memperoleh sebuah generasi berkualitas. Banyak kasus penyalahgunaan narkoba yang diakibatkan kekurang harmonisan dalam keluarganya. e. Faktor lingkungan, Ling-kungan masyarakat turut menentukan perilaku seseorang, remaja mudah sekali terseret arus, yang memuat gaya hidup dan kadangkala bukan sesuatu yang positif.Gerakan anak muda dengan bergaya kebarat baratan cenderung akan mengarahkan kesesuatu yang bersifat negatif. Kelima faktor tersebut akan semakin kuat mempengaruhi pola hidup anak bangsa yang menyeret mereka kedalam lembah hitam narkoba. Apa yang bisa kita lakukan ? Ketika kita dihadapkan berbagai permasalahan serius terkait dengan penyalah gunaan narkoba, tentu harus melakukan berbagai langkah kongkrit, yang menyangkut permasalah problem internal. diantaranya : a. Penguatan individu, untuk memperkuat ideologi maupun rasa nasionalisme, dibutuhkan mental yang berkualitas dan rasionalitas yang sangat tinggi. b. Penerapan lingkungan yang tanggap dan respons terhadap masalah sosial termasuk penyalahgunaan narkoba. c. Peningkatan dan pember-dayaan masyarakat, sehingga tercipta masyarakat yang tangguh. Bagaimana dengan kebijakan di negeri ini ? Di Indonesia, berkaitan dengan
Bagian belakang gedung BNN Kab. Blitar
penyalahgunaan narkoba, membuat berbagai aturan yang ketat dan dirumuskan pencegahan maupun punnishmen yang begitu tinggi. Hal ini diharapkan mampu memberikan solusi untuk menekan angka penyalahgunaan narkoba. Berkaitan hal tersebut diatur melalui Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Sebuah harapan besar muncul dalam benak kita , untuk menciptakan kondisi yang kondusif, dan agar bangsa ini tidak terseret lebih dalam lagi kearah panyalahgunaan narkoba. Dari Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 itu kemudian lahir pula Inpres No. 12 Tahun 2011 sebagai bentuk instruksi oleh presiden agar gerakan massif di setiap lini untuk perang melawan narkoba dapat terwujud. Yang terpenting bukan apa-apa melainkan pengaplikasian Inpres tersebut apakah sudah bisa berjalan dengan baik atau belum, itu harus kita apresiasi. Inpres yang diperuntukkan kepada setiap kepala daerah ini seolah menjadi solusi alternatif untuk lebih meningkatkan pola Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba atau P4GN secara menyeluruh. Yang menjadi titik lemah kenapa Inpres belum berjalan dengan sempurna dilapangan adalah salah satunya karena sistem otonomi daerah. Otoda ini menjadikan para kepala daerah menjadi Super Power yang memiliki kekuatan superior dan tentu akan memberikan imbas bagi kebijakan yang lebih atas. Melihat kondisi seperti ini, dibutuhkan peran aktif semua elemen yang ada di masyarakat, diantaranya, legislatif yang merepresentasikan rakyat, Ormas/LSM, akademisi maupun berbagai pihak yang
Suasana sosialisasi P4GN di sekolah
memiliki kepedulian terhadap penanganan permasalahan yang ada di masyarakat. Program P4GN yang digagas pemerintah ini, harus berjalan berimbang dan menyeluruh, mulai aparat penegak hukum, pemerintah daerah, maupun masyarakat. Kita juga mengapresiasi positif dengan lahirnya Permendagri No. 21 Tahun 2013. Didalamnya termaktub agar pemerintah daerah memberikan fasilitasi terhadap penanggulangan narkoba, baik itu fasilitas untuk sosialisasi, rehabilitasi yang diambilkan dari APBN, APBD Provinsi maupun APBD Kabupaten. Dengan fasilitasi ini diharapkan untuk semakin meningkatkan kinerja sekaligus keterlibatan semua pihak dalam hal pemberantasan narkoba. *) Staf Humas BNN Kabupaten Blitar
Majalah PEN ATARAN PENA
25
Real Action
TP PKK Kabupaten Blitar dan pengukuhan Bunda PAUD Kabupaten Blitar
Lebih Tingkatkan Prestasi Tim Penggerak PKK Kabupaten Blitar kembali mengukuhkan pengurus barunya di beberapa kecamatan. Pengukuhan ini dipimpin langsung Ketua TP PKK Kabupaten Blitar, Ny. Era Herry Noegroho di Pendopo Ronggo Hadinegoro, akhir Juni lalu. Diharapkan, para pengurus baru dilantik tersebut mampu meningkatkan prestasi yang telah dicapai TP PKK sebelumnya serta meningkatkan kinerja pada tahun-tahun mendatang.
Bupati Herry Noegroho saat melantik pengurus baru TP PKK Kabupaten Blitar
G
e r a k a n Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di Kabupaten Blitar dengan 10 program pokoknya telah berhasil memberdayakan keluarga dan masyarakat termasuk masyarakat di pedesaan. Tim Penggerak PKK kecamatan pun diyakini akan mampu membina serta meningkatkan tata kehidupan dan penghidupan keluarga agar bahagia lahir dan batin. Hal ini seperti yang d i s a m p a i ka n Ke t u a T P P K K Kabupaten Blitar, Ny. Hj. Era Herry Noegroho usai melantik Ketua TP PKK Kecamatan Bakung, Binangun, Kanigoro, Srengat, Talun, Udanawu, dan Wonodadi di Pendopo Ronggo Hadinegoro. “Kami yakin, Tim
26
Majalah PENATARAN
Penggerak PKK kecamatan akan
mampu membina serta meningkatkan tata kehidupan dan penghidupan keluarga agar bahagia lahir dan batin,” katanya. Ibu-ibu kader PKK sebagai motor pengg erak agar dapat mewujudkan dan mengembangkan masyarakat Kabupaten Blitar yang religius, sehat, maju, mandiri, bahagia dan sejahtera. Untuk itu peran PKK di Kabupaten Blitar akan terus ditingkatkan dan dikembangkan di semua bidang pembangunan seperti; bidang kesehatan, pendidikan, pertanian, sosial, ekonomi, perkoperasian, Keluarga Berencana, kelestarian lingkungan dan sebagainya. Mengingat peran PKK sangat strategis dalam pemberdayaan
Ny. Era Herry Noegroho, bersalaman dengan pengurus PKK yang purna tugas
Para Pengurus baru TP PKK Kabupaten Blitar berfoto bersama Bupati dan Wakil Bupati Blitar
keluarga dan masyarakat, maka perhatian Pemerintah Kabupaten Blitar terhadap pelaksanaan 10 program pokok PKK akan senantiasa ditingkatkan, dibuktikan dengan adanya; Kelembagaan PKK yang semakin mantap yang didukung penuh Ketua Pembina mulai dari TP PKK Kabupaten, TP PKK Kecamatan dan TP PKK Desa/Kelurahan. Selain itu adanya komitmen politis dan koordinasi serta dukungan yang kuat dari anggota pembina yaitu kepala dinas/badan/kantor/bagian Pemerintah Kabupaten Blitar selaku Pembina PKK. Adanya pula komitmen operasional lintas sektor yang semakin meningkat d alam pelaksanaan kegiatan 10 Program Pokok PKK dengan melibatkan semua komponen masyarakat dan LSOM. Ny. Hj. Era Herry Noegroho juga mengungkapkan, prestasi PKK Kabupaten Blitar baik di tingkat nasional dan regional Propinsi Jawa Timur telah banyak meraih prestasi antara lain; juara nasional PHBS, juara nasional bina lingkungan keluarga, juara nasional UP2K-PKK, dan juara nasional lomba Kesatuan Gerak PKK KB Kesehatan. Dijelaskan Ny. Era Herry Noegroho, angka kematian ibu
m elah irkan ( AK I) d an an g ka Kematian Bayi (AKB) masih sangat tinggi. Terkait hal tersebut diharapkan, untuk melaksanakan revitalisasi dan optimalisasi keberadaan kader PKK yakni dasa wisma yang ada di setiap desa/kelurahan. Diharapkan agar kader dasa wisma tersebut dapat melaksanakan deteksi dini terhadap gejala yang mengakibatkan terjadinya angka kematian ibu melahirkan dan angka kematian bayi. Dengan gejala tersebut, para kader dasa wisma untuk segera menghubungi bidan yang ada di setiap desa/kelurahan. Pada Tahun 2014 ini, Tim Penggerak PKK Propinsi Jawa Timur m e n c a n a n g ka n 1 0 .0 0 0 t a m a n Posyandu yang ada di desa/kelurahan. Dengan adanya program tersebut, Ketua TP PKK Kecamatan diharapkan d apat m emb uat m inim al s atu percontohan taman Posyandu. Pantauan di lapangan, Selain melantik dan mengukuhkan para pengurus TP PKK Kecamatan, dalam acara tersebut juga menobatkan Ny. Era Herry Noegroho sebagai Bunda PAUD Kabu[paten Blitar. Dengan adanya Bunda PAUD ini diharapkan dapat menampung dan mengambangkan bakat dan minat anak agar lebih berkembang dengan
baik dan optimal. Keberadaan PAUD sangat penting dan strategis dalam membina tumbuh kembang anak secara oprimal. Dengan adanya PAUD, bakat dan minat anak bisa digali dan diekplorasi sejak usia dini. Dimasa usia dini (masa ke emasan) inilah potensi, minat, bakat dan kemampuan anak bisa dibina agar dapat berkembang lebih baik dan optimal. Harapan ini akan lebih terbuka dengan dukungan penuh Bunda PAUD. (Hend)
Bupati Herry Noegroho memasang serempang kepada Bunda Paud Kabupaten Blitar
Majalah PENATARAN
27
Edukatif
MTsN Mojorejo, Siap Hantarkan Siswa/Siswi Raih Brighter Future
Foto siswa siswi berlatar belakang gedung madrasah
MTsN Mojorejo terletak di wilayah Blitar bagian selatan atau tepatnya berada di Jl. Dahlia No. 37 Desa Mojorejo Kecamatan Wates. Merupakan satu-satunya MTs di Kec. Wates yang berdiri sejak 17 Maret 1997 dan saat ini dibawah kepemimpinan Drs. H. Hadi Mukhlison, M. Pd.
M
eski letaknya boleh dikatakan berada di wilayah pinggiran, namun MTsN Mojorejo sudah cukup memiliki nama dalam hasanah pendidikan di Blitar Raya. Dimana hal itu tak lepas dari berbagai pencapaian prestasi dari madrasah ini baik dalam bidang akademis maupun non akademis. Dan tentu saja yang paling membuat warga madrasah ini bangga, pada Tahun 2007/2008 madrasah ini adalah peraih nilai tertinggi atau Peringkat I UN MTsN se-Kab. Blitar. Prestasi yang sekaligus menjadi cambuk semangat sehingga sampai sekarang kelulusan siswa/siswi MTsN Mojorejo selalu seratus persen. Jumlah total siswa/siswi madrasah
28
Drs. H. Hadi Mukhlison, M. Pd.
ini ada 300 anak. Mereka diasuh oleh tiga puluh dua pendidik dan tujuh orang karyawan dengan hampir semuanya
Majalah PEN ATARAN PENA
memiliki kualifikasi ijazah sarjana dan lima orang diantaranya telah menyelesaikan studi S2. Menyimak rekam jejak prstasi siswa/siswi madrasah ini rasanya memang cukup mengesankan. Dimana pada event PORSENI MTs Kab. Blitar, MTsN Mojorejo meraih Juara I Story Telling, pada ajang KSM (Kompetisi Sains Madrasah) Juara I Mapel IPA dan Juara I Speech Contest. Meraih Juara I bidang IPA Fisika dan Bahasa Inggris pada olimpiade bidang studi, dan pada KSM Tahun 2014, MTsN Mojorejo memperoleh Juara I pidato Bahasa Inggris Putra/Putri, Juara I pidato Bahasa Indonesia dan Juara III pidato Bahasa Arab. Selain itu, pada ajang Olahraga dan Seni, prestasi siswa/siswi madrasah ini juga cukup membanggakan. Thropy cabang olah raga Lompat Jauh Putra, Tolak Peluru Putra dan Kaligrafi Putri tertata rapi di dalam almari thropy madrasah. Sementara itu, seolah tidak ingin kalah dengan prestasi murid-muridnya, dalam lomba guru berprestasi MTs/MA se -Kab. Blitar pada Tahun 2009, madrasah ini meraih Juara I atas nama Moh. Fahrudin, S. Pd. Sedangkan untuk lomba guru inti kurikulum Tahun 2013, madrasah ini menempatkan Adib Nur Huda, M. Pd. sebagai guru inti Bahasa Indonesia Kantor Kementerian Agama Kab. Blitar. Apa rahasia keberhasilan madrasah ini? Disampaikan oleh Adib Nur Huda, M. Pd. -Waka Kurikulum, kunci keberhasilan itu diantaranya dari kesamaan komitmen para pendidik dalam menjalankan tugas. Faktor lainnya yakni input peserta didik yang bagus dengan dibarengi keberadaan fasilitas yang cukup memadai berupa ruang belajar yang bagus, Laboratorium IPA, Bahasa/Multimedia, Komputer, Perpustakaan dan Musholla.
Mendatangkan native speaker untuk menambah keterampilan ber Bahasa Inggris bagi siswa
Selain itu kegiatan pembelajaran di madrasah ini dilakukan dengan mengedepankan pendekatan hati. “Meng-‘orang’-kan peserta didik dengan menganggap mereka layaknya anak kandung serta aktif dalam memberikan layanan konseling kepada siswa,” kata Adib Nur Huda. Ada dua guru BK yang siap melayani serta membantu menyelesaikan problem peserta didik. Mengembangkan komunikasi dengan wali murid dan stakeholders sehingga potensi masalah bisa diatasi sedini mungkin selain panggilan wali murid dan homevisit ke rumah wali murid sering dilakukan oleh guru BK dan wali kelas untuk memantau perkembangan rekam jejak peserta didik. Sistem point juga diberlakukan madrasah untuk setiap pelanggaran terhadap peraturan dan tata tertib di madrasah. Dimana pada akhir semester jumlah point itu akan diakumulasikan untuk dilakukan treatment. Bila point telah maksimal, maka wali murid diminta datang dan aktif menyelesaikan kasus peserta didik tersebut. Lima belas menit pertama dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari dibiasakan membaca Al Qur’an dengan disimak oleh para guru. Kemudian pada saat istirahat secara bergiliran mereka melaksanakan sholat Duha berjama’ah yang kemudian siangnya dilanjutkan dengan shalat Dzuhur berjama’ah di musholla madrasah.
Untuk menunjang ketrampilan peserta didik, native speaker juga pernah didatangkan untuk menambah keterampilan ber-Bahasa Inggris. Selain itu peserta didik juga dibimbing lewat ekstra kurikuler pramuka PMR, PASKIBRA, Bengkel AlQur’an/ Bimbingan Baca Al Qur’an, Olimpiade MIPA Bahasa, Olahraga dan Seni serta aktifitas Outbond. Drs. H. Hadi Mukhlison, M. Pd, dengan bangga menambahkan, khusus untuk peserta story telling dan speech dilakukan karantina minimal seminggu di rumah salah satu guru Bahasa Inggris
untuk menyiapkan mental dan pengetahuan peserta. Sehingga hasilnya, “Hampir di setiap event yang diikuti senantiasa meraih prestasi (juara).” Khusus untuk Kelas IX, sejak bulan Oktober setiap tahun diwajibkan mengikuti pendalaman mulai pukul 13.30 s/d. 15.00 WIB setiap hari Senin s/ d. Jum’at dengan materi pelajaran yang akan di-UN-kan. Kegiatan lainnya agar siswa/siswi Kelas IX lebih berprestasi, yakni dengan mengikutkan mereka lima kali try out UN dan satu kali try out UAM (Aqidah, Qur’an Hadits, Fiqih, SKI, Bhs Arab). Dan yang tidak kalah pentingnya, “Madrasah juga menyelenggarakan istighotsah dengan melibatkan semua wali murid Kelas IX.” Alhamdulillah, pada 17 Maret 2014 MTsN Mojorejo telah genap berusia 17 tahun, tutur Kepala Madrasah. Ibarat manusia telah mencapai usia remaja menuju ke masa dewasa. Sudah cukup matang usia perjalanan hidup madrasah ini. Pahit getir, suka duka pengalaman telah dirasakan selama ini. “Banyak perubahan terjadi dan pelajaran telah dipetik untuk meraih brighter future atau masa depan yang lebih baik,” pungkas H. Hadi Mukhlison. (Moza)
Keberadaan mushalla madrasah yang sangat penting untuk pengembangan pendidikan agama
Majalah PEN ATARAN PENA
29
Edukatif
MIN Ngaringan
Raih Adiwiyata Mandiri Prestasi membanggakan diraih sekolah yang berada di pelosok desa di Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar. Sekolah tersebut adalah MIN Ngaringan Gandusari, yang meraih penghargaan Adiwiyata Mandiri tingkat Nasional. Penghargaan tersebut diserahkan langsung Wakil Presiden Republik Indonesia, Boediono kepada Kepala MIN Ngaringan, Aceng Sutrisno, Spd. MPd. di Istana Wakil Presiden, 5 Juni 2014 lalu. Penghargaan ini diberikan berkat kepedulian warga sekolah MIN Ngaringan terhadap lingkungan.
K
epala Badan Lingkungan Hidup, Ir. M. Krisna Triatmanto, M.Si. melalui Kasubid Komunikasi Lingkungan dan Peningkatan Peran Serta Masyarakat, Indra Suswanto, ST. MT. mengungkapkan program Adiwiyata merupakan salah satu program Kementrian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat dan menghindarkan dampak lingkungan yang negatif. “Tujuan Program Adiwiyata adalah menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya – upaya
30
Indra Suswanto, ST. MT.
penyelamatan lingkungan hidup,” katanya. Ditambahkan Indra Suswanto, MIN Ngaringan ditunjuk untuk maju
Majalah PEN ATARAN PENA
ke tingkat Nasional dalam lomba Adiwiyata yang digelar Kementrian Lingkunagn Hidup tersebut. “Kita senantiasa mengawal MIN Ngaringan agar menjadi yang terbaik di tingkat nasional. Langkah tersebut kami lakukan di antaranya dengan rutin memberikan pembinaan tentang lingkungan kepada siswa, serta membantu pengadaan tempat sampah, gerobak sampah, alat komposter, dan tanaman,” terangnya. Sementara itu, Kepala MIN Ngaringan Aceng Sutrisno, SPd. MPd. kepada Majalah penataran mengungkapkan, rasa bangganya telah mendapatkan penghargaan Adiwiyata Mandiri dari Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. “Kami sangat bangga dengan penghargaan ini dan ke depan akan kita pertahankan penghargaan ini,” katanya. Menurutnya, yang paling penting adalah melalui penghargaan ini akan lebih menanamkan rasa cinta
lingkungan kepada siswa dan siswa MIN Ngaringan. Melalui program Adiwiyata ini, diakui Aceng Sutrisno, dapat menanamkan karakter anak untuk peduli lingkungan, serta membiasakan diri untuk menjaga kebersihan lingkungan. Menurutnya, siswa-siswi MIN Ngaringan sudah terbiasa membuang sampah dengan cara memisahkan jenis sampah organik maupun non organik. “Anak-anak sudah terbisa membuang sampah sesuai jenisnya. Tak hanya itu, anakanak juga senang dalam menanam pohon. Kerja bhakti di lingkungan sekolah rutin kita gelar tiap Hari Jum’at,” katanya. Bahkan sekolah yang beralamat Jalan Kawi No. 4 Desa Ngaringan, Kecamatan Gandusari ini memiliki kantin yang keseluruhan makanan yang dijual tanpa ada pembungkus plastik. Hal ini untuk meminimalisir adanya sampah plastik. “Kita bekerjasama dengan produsen makanan dari luar agar tidak menggunakan pembungkus plastik. Biasa dibungkus bahan organik seperti daun pisang. Karena sampah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali,” jelas Aceng Sutrisno. Sekolah yang memiliki murid sebanyak 250 siswa ini telah membentuk kelompok-kelompok kerja guna melaksanakan program Adiwiyata secara berkesinambungan. Tak hanya itu, MIN Ngaringan juga telah membina 10 sekolah yang lain dalam penerapan program Adiwiyata. Sekolah- sekolah binaan MIN Ngaringan tersebut adalah, MIN Olak Alen, MIN Kolomayan, MIN Sidorejo, MIN Sukosewu, MI Miftahul Huda, MI Ma’arif Talok, MI Darul Huda Bence, MI Darul Ulum Nglegok, MI Mifatahunnajah Selopuro, dan SDN 04 Karangrejo Garum. “Kami bertekad akan mempertahankan prestasi yang telah kami raih ini. Dan saya berharap prestasi yang kami raih dapat
ditularkan kepada sekolah yang lain agar diterapkan pula di sana,” imbuh pria lulusan S-2 Kanjuruhan Malang tersebut. Selain itu, karakter cinta lingkungan yang sudah ditanamkan kepada anak didik agar dapat diimplementasikan ke lingkungan keluarga dan masyarakat. Juga pihak sekolah akan lebih meningkatkan kerjasama dengan semua pihak di antaranya, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Blitar, Depag Kabupaten Blitar, Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, komite sekolah, paguyuban kelas, dan walimurid. (hend)
(foto dari atas) Pintu masuk MIN Ngaringan Gandusari. Kantin sekolah yang tampak bersih. Anak-anak aktif membersihkan sampah. Aceng Sutrisno menunjukan ikan Lele hasil ternak organik di kolam sekolah. Anak-anak rajin memelihara tanaman
Majalah PEN ATARAN PENA
31
Edukatif
Anak Genius Pengin ke Kontes Dunia
Whasky (bercelana army paling kanan) si genius menjadi Juara 1 Nasional di Yogyakarta, Juni 2014 lalu
Keluarganya Pasrah Tak Punya Biaya Banyak anak berpotesi genius. Tapi sayang, bakat mereka seringkali tidak “konangan”, gara-gara keterbatasan di lingkungannya. Misalnya, dipicu keterbatasan biaya di keluarganya.
S
alah satu contoh adalah anak berusia 9 tahun, bernama Rohvaro Whasky, putra pertama dari pasangan Rohman – Reni, warga Jalan Bakung RT 84 RW 49 Blitar. Otaknya tergolong brilian untuk anak se usianya. Reporter Majalah Penataran mencoba melakukan tes kecil sambil bercanda. “Coba Mas Whasky, berapa hasil penjumlahan 8 + 7 + 9 + 8 + 5 + 6 + 4 ….? “ tanya saya kepada bocah berperawakan kecil itu. Whasky hanya butuh waktu satu detik untuk berpikir, kemudian menjawab: “47..!” jawabanya membuat saya terperangah. Beberapa kali angka dirubah, hasil selalu tepat. Begitupun untuk
32
perkalian dan penjumlahan. Tidak puas dengan angka-angka sederhana,
Majalah PEN ATARAN PENA
Rohvaro Whasky
kemudian saya mencoba memberi test berupa angka-angka desimal. “Berapa hasilnya 7,9 dikali 8,8...,” tanya saya. Lalu sedetik kemudian, Whasky menjawab:” 68,52...”. Itulah fenomena salah seorang anak Blitar yang berpotensi genius. Ayahnya, Rohman, yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang servis komputer, melihat gelagat anaknya itu sejak Whasky masih duduk di kelas 1 sekolah dasar. Ia heran, karena anaknya tidak pernah memanfaatkan buku tulis untuk menulis pelajaran dari para gurunya. “Dia ternyata bisa menghafal, semua tulisan bapak dan ibu gurunya yang di papan tulis,” kata Rohman. Ia pun mencoba melakukan tes untuk membuktikan daya ingatan anaknya, dengan mencocokkan buku temantemanya yang lain. Hasilnya ternyata tidak meleset. Pada awalnya, ia dan istrinya sering uring-uringan, karena anaknya sama sekali tidak pernah mau menulis semua pelajaran di buku tulisnya.
Setiap kali ditegur hingga dimarahi, Whasky selalu menjawab, sudah hafal. Ayah-ibunya pun tidak bisa berbuat banyak, karena setiap ulangan harian maupun ujian semester, soal- soal matematika Whasy selalu bisa diselesaikan dengan sempurna, alias mendapat nilai 10. Menyadari kemampuan anaknya, Rohman kemudian mengikutkan anaknya pada konteskontes atau kompetisi cara berpikir aritmetika. “Kami ingin bergaul dengan lingkungan anak-anak yang memiliki kemampuan seperti itu,” kata Rohman. Di luar dugaan, ternyata banyak anak yang memiliki keistimewaan serupa dengan Whasky. Pada pertengahan tahun 2014 lalu, Rohman mengantar anaknya mengikuti kontes aritmetika yang diikuti anak-anak dari seluruh Indonesia, bertempat di Yogyakarta. Hasilnya, Whasky yang masih duduk di Kelas III sekolah dasar itu berhasil menjadi Juara 1 untuk Kategori E atau untuk anak berusia 9 tahun. Berkat menjadi juara nasional itu, panitia pelaksana kemudian memberikan rekomendasi keluarga Rohman, agar mempersiapkan diri,
karena anaknya telah memiliki hak untuk mengikuti kompetisi aritmetika tingkat dunia, yang akan dilaksanakan di Malaysia pada bulan Desember 2014. Hal inilah yang membuat Rohman dan keluarganya bersedih, karena ia merasa tidak akan mampu membiayai anaknya untuk ikut kompetisi di luar negeri itu. “Kalau di Yogya atau di tempat lain, kami masih bisa membiayai walaupun harus ngutang ke teman-teman dan keluarga yang lain. Tapi kalau ke luar negeri, kami tidak akan mampu membiayai...,” ujar Rohman berterus terang. Yang bisa dilakukan, adalah berdoa dan pasrah kepada Tuhan, semoga memberi rejeki lain yang memungkinkan Whasky bisa ikut kejuaraan dunia. “Kalau mengandalkan penghasilan saya dari servis komputer dan TV seperti ini, kok rasanya sulit nggih...” imbuh Rohman. Jikalau ada pihak-pihak lain yang sudi memberikan bantuan biaya untuk anaknya, ia akan berterima kasih dan membiarkan anaknya mampu berkembang hingga setinggi cita-cita yang ia inginkan. (pur)
(foto atas): Lingkungan rumah keluarga Rohman di gang sempit pinggiran rel KA Blitar
Whasky dan keluarganya di dekat Candi Penataran
Majalah PEN ATARAN PENA
33
Dinamika Kepegawaian
Diklatpim, Mencetak Aparatur yang Kompeten
W
Sekkab Blitar, Palal Ali Santoso saat membuka Diklatpim IV di LEC Garum
Pemkab Blitar kembali menggelar Diklat Kepemimpinan (Diklatpim). Tahun ini dua Diklatpim digelar sekaligus dalam kesempatan yang hampir bersamaan. Yakni Diklatpim IV dan Diklatpim III yang keduanya sama-sama digelar di Local Education Center (LEC), di Jalan Raya Garum, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar. Kegiatan ini dijadikan ajang untuk mengembangkan wawasan, pengetahuan dan peningkatan kompetensi aparatur pemerintah menjadi lebih profesional dalam bekerja memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Wabub Blitar Rijanto, mengalungkan tanda peserta Diklatpim III di LEC Garum
34
Majalah PEN ATARAN PENA
akil Bupati Blitar, Drs. H. Rijanto, MM. saat membuka Diklat Kepemimpinan Tingkat III Angkatan XIII di Local Education Center (LEC), Senin(23/6) lalu mengungkapkan, dalam rangka memperbaiki kualitas penyelenggaraaan pemerintah dan pelayanan kepada masyarakat. “Senantiasa dilakukan upaya perubahan dan perbaikan-perbaikan kinerja disemua aspek. Ini juga demi mewujudkan Kabupaten Blitar kedepan lebih bermartabat,” ungkapnya. Menurutnya, perubahan dan perbaikan tersebut meliputi disiplin, etos kerja, dan kompetensi pegawai diiringi kerja keras sehingga dapat bekerja lebih produktif. Untuk itu pengembangan SDM perlu dilakukan secara berkesinambungan. Upaya pengembangan SDM tersebut melalui pendidikan dan latihan seperti yang digelar saat ini. Hal ini menjadi katalisator dalam mengembangkan wawasan, pengetahuan dan peningkatan kompetensi aparatur menjadi lebih profesional dalam performa kinerjanya. Wabub Rijanto juga menyatakan, Pejabat Eselon III dituntut mampu dan terampil mengerjakan tugas pokok dan fungsinya dengan sebaik-baiknya. “Diklatpim merupakan salah satu tahapan pengembangan kualitas aparatur, dalam rangka pemenuhan kompetensi jabatan struktural,” katanya. Untuk itu diharapkan Wabub Rijanto, para peserta yang berjumlah 30 orang tersebut dapat mengikuti kegiatan Diklatpim dengan serius. Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar, Drs. Palal Ali Santoso, MM. mengungkapkan, tugas aparatur pemerintah ke depan cukup
Sekkab Blitar, Palal Ali Santoso mengalung tanda peserta Diklatpim IV di LEC Garum
beratzzzzzzzzzz. “Melalui Dikaltpim ini, para peserta akan berlatih disiplin dan ilmu yang didapat dari Diklat ini sangat dibutuhkan nantinya,” katanya. Diharapkan para peserta akan dapat lulus Diklatpim dengan baik guna bersama-sama membangun Kabupaten Blitar. Serta hasil dari diklat ini harus dikembangkan agar dapat berguna dan dinikmati masyarakat di Bumi Penataran ini. Sementara itu, Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Blitar, Ahmad Lazim mengungkapkan, Diklatpim III ini diselenggarakan mulai 23 Juni hingga 29 Oktober 2014 mendatang, dengan metode pembelajaran klasikal dan non
klasikal. “Harapannya, selain mengembangkan kompetensi kepemimpinan juga mampu meningkatkan pemahaman terhadap visi, misi, dan arah pembangunan Kabupaten Blitar yang nantinya dapat secara riil dikerjakan masing-masing SKPD,” katanya. Dijelaskan Ahmad Lazim, proses pembelajaran Diklatpim ini dilaksanakan berbeda dengan diklat yang sebelumnya pernah digelar pemerintah. Diklat digelar di dalam kelas dan di luar kelas. Di luar kelas, para peserta diberikan kesempatan untuk kembali ke SKPD masingmasing untuk menerapkan ilmu yang didapat di dalam kelas.
Para peserta Diklatpim, melaksanakan on the job training yang di masing-masing SKPD akan menciptakan pemimpin yang dapat memberikan perubahan pembangunan, melalui ide yang dihasilkan berkat Diklatpim ini. “Para peserta wajib menyusun project perubahan sesuai dengan SKPD masing-masing, yang nantinya akan diterapkan pula dalam SKPD itu. Sebelumnya project tersebut harus mendapat persetujuan dari mentor masing-masing,” jelasnya. Kepala Bidang Diklatpim Badan Diklat Provinsi Jawa Timur, Bagus Pujianto menjelaskan, pada diklatpim kali ini telah diterapkan Diklat Pola Baru dengan metode multi arah dan multi sumber. Ini dalam rangka penataan reformasi birokrasi. “Para peserta Diklatpim akan dipandu mentor dari atasannya di masing-masing SKPD,” katanya. Diharapkan melalui diklatpim ini selain menjadikan pemimpin yang profesional juga berkarakter. Catatan redaksi, Diklatpim IV diikuti yang sebanyak 30 peserta yang diselenggarakan pada 6 Mei hingga 17 September mendatang. Para peserta akan menjalani pendidikan dan latihan selama 97 hari. Sementara Diklatpim III juga digelar LEC Garum yang juga diikuti 30 peserta. Diklatpim III ini berlangsung 23 juni hingga 29 Oktober 2014. (hend)
Majalah PEN ATARAN PENA
35
Dinamika Kepegawaian
Bupati: KORPRI Jangan Berpolitik
Motivator, Dr. Umi Hidayati, M.Pd dari Universitas Negeri Malang
Bupati Blitar wanti-wanti agar KORPRI Kabupaten Blitar berdiri dalam posisi netral dalam kancah politik. Dengan demikian, urusan birokrasi tidak akan goyah meski terjadi pasangsurut dalam perpolitikan nasional. “Saya minta agar KORPRI Kabupaten Blitar terbebas dari kepentingan politik,” ujar Bupati
Herry Noegroho ketika menghadiri Pembinaan KORPRI di Pendopo Ronggo Hadinegoro, Juni 2014 lalu.
Pendopo Ronggo Hadinegoro, daya tarik kegiatan
36
Majalah PEN ATARAN PENA
Pesan ini disampaikan terhitung satu bulan menjelang pelaksanaan Pemilihan Presiden RI yang berlangsung 9 Juli 2014. Keberpihakan KORPRI, lanjut Bupati, semata-mata diberikan kepada bangsa dan negara. Maka tidak dibenarkan jika ada anggota yang terjebak menjadi kaki tangan politisi, atau sepak terjangnya dikendalikan oleh kepentingan partai. Orientasi peran KORPRI memiliki 3 peran, yaitu sebagai abdi Negara, abdi masyarakat, dan abdi pemerintah. Pantauan Majalah Penataran, kegiatan pembinaan KORPRI yang diikuti oleh 450 orang itu menghadirkan motivator Dr. Umi Hidayati, M.Pd dari Universitas Negeri Malang. Dosen senior itu tampil santai dan humoris, dalam memberikan pesan-pesan agar
anggota KORPRI Kabupaten Blitar mampu bekerja profesional dalam koridor tugas dan kewenangan yang sudah digariskan oleh organisasi. “Aparat profesional adalah dia yang bisa bekerja sesuai dengan tugas dan wewenang yang diembannya. Kalau dia mengerjakan hal-hal di luar batas kewenangan, bisa beresiko bagi dirinya sendiri,” salah satu pesan Dr. Umi Hidayati, M.Pd seolah mengamini ajakan Bupati agar aparat Pemkab Blitar tidak tergoda oleh dahsyatnya animo dalam Pileg dan Pilpres yang berlangsung secara berdekatan di pertengahan tahun 2014 ini. Kegiatan Pembinaan KORPRI kemarin merupakan agenda yang sudah dipersiapkan oleh pengurus KORPRI Kabupaten Blitar. Ketua Dewan Pengurus KOPRI, Drs. Palal Ali Santoso. MM mengatakan, pihaknya secara serius menyelenggarakan forum pendayagunaan KORPRI itu setiap Selapan Hari, mengambil Malam Selasa Kliwon. “Anggota KORPRI kita itu sudah hebat. Baik secara intelektual, maupun kecakapan kerjanya. Tapi yang selalu harus kita jaga adalah kualitas moralnya,” kata Palal Ali Santoso. Ia menunjukkan fakta, datadata kasus birokrasi yang ditemukan BPK, BPKP, Inspektorat, maupun laporan masyarakat, sebagian besar berkutat pada pelanggaran etika dan moral penyelenggara kegiatan. “Kalau yang distorsi diawali oleh niat melanggar, maka segala kecakapan, kecerdasan, kualitas analisa, akan jadi hilang sehingga terjadilah sebuah pelanggaran,” lanjut pria yang menjabat sebagai Sekda Kabupaten Blitar itu. Tantangan KORPRI di masa kini, berbeda dengan di masa lalu. Di masa lalu, aparat Pemerintah Kabupaten Blitar sering berkeluh kesah oleh minimnya anggaran kegiatan. “Sekarang terbalik.
Korpri potensial dimanfaatkan politisi
Anggaran kita banyak. APBD Kabupaten Blitar mencapai Rp 1,7 trilyun. Tantanganya adalah,
bagaimana menjalankan anggaran itu agar tidak melakukan kesalahan,” tukas Palal secara mantap. (pur)
Kopri, terikat etik profesi
Majalah PEN ATARAN PENA
37
Peluang Bisnis
Barongan dan Topeng Ganongan dari Desa Ngadri,
Tembus Kota Solo dan Pulau Bali
Berawal dari sepinya order ukiran mebeler ditempatnya bekerja, Shokib Mudhofi warga Desa Ngadri RT. 02 RW. 02 Kecamatan Binangun ini lantas coba-coba bekerja mandiri. Berbekal bakat alam berupa keterampilan mengukir, warga kelahiran Tahun 1987 yang lulusan SMP ini kemudian membuat barongan dan topeng ganongan.
B
arongan dan topeng ganongan ini merupakan bagian dari pertunjukan Kesenian Jaranan. Barongan berbentuk mirip kepala naga, dengan hiasan lukisan ditambah ukiran di bagian atasnya serta dilengkapi kain/baju yang akan menutupi tubuh penarinya. Sedangkan topeng ganongan bentuk dasarnya menyerupai wajah manusia, tetapi ukirannya dibuat sangat
38
menyeramkan sehingga lebih mirip dengan muka monster. Barongan dan topeng ganongan ini, kata Ndhofi -demikian ia biasa dipanggil, menggunakan bahan dari Kayu Waru. Selain mudah diolah dan diukir, jenis kayu ini termasuk sangat ulet. “Sehingga tidak gampang pecah apabila terjatuh.” Selain itu, dibandingkan jenis kayu lain harganya lebih murah dan lebih mudah didapatkan karena di desanya saja jenis kayu ini masih ada cukup banyak. Suami dari Puji Astuti ini sudah sejak dua tahun yang lalu telah menggeluti usaha ini. Dari ceritanya kepada Majalah Penataran saat ditemui di bengkel seninya di Desa Ngadri, ada beberapa tahapan yang dilakukan untuk menghasilkan barongan dan topeng ganongan ini.
Majalah PEN ATARAN PENA
Setelah kayu waru dipotong sesuai ukuran, k e m u d i a n dibelah. B a g i a n dalamnya l a l u d i b u a n g, kemudian bagian
Shokib
Mudh
ofi
Perlu kejelian dan ketelatenan dalam buat kerajianan barongan
luarnya diukir sesuai bentuk yang dikehendaki. Selesai diukir, kemudian dilakukan proses penggosokan agar permukaannya menjadi halus dan lebih berbentuk. Proses selanjutnya yaitu pengecatan dan yang terakhir yakni pemasangan aksesoris. Kayu waru yang ditebang, lanjut bapak dua anak ini, tidak ada yang terbuang percuma. Dari batang yang besar sampai dahan-dahan yang kecil bisa di manfaatkan semua. Batang yang besar untuk membuat barongan dan topeng ganongan untuk keperluan para profesional (penari jaranan tulen). Sedangkan dahan-dahan yang lebih kecil digunakan untuk kerajinan lain yang sifatnya hanya untuk hiasan atau mainan anak-anak sehingga ukurannya lebih kecil. Selain itu, bisa juga digunakan untuk bahan produksi jenis kerajinan lain yang lagilagi masih untuk memenuhi kelengkapan seni tari jaranan. Salah satunya untuk membuat gagang pecut. Dari sisi bisnis, kata Ndofi,
“Usaha ini cukup menguntungkan dan pangsa pasarnya cukup luas.” Sehingga dengan kondisi usahanya saat ini, dia mengaku seringkali sampai kewalahan untuk memenuhi permintaan konsumen. Shokib Mudhofi mengirimkan produk kerajinannya ke pengepul kerajinan di Kota Kediri. Oleh pengepul kerajinan di Kota Kediri ini, dari informasi yang ia dapatkan disana, kerajinannya itu kemudian di kirim lagi sampai ke Kota Solo dan Pulau Bali dengan sebagian kecil lainnya untuk konsumen di lokal di Kediri, Nganjuk, Tulungagung dengan sebagian ada yang kembali lagi ke Blitar Raya. Dalam sebulan, tutur Ndofi, kalau dituruti ia sebenarnya harus setor ke pengepul sebanyak seratus item kerajinan. Namun selama ini ia hanya mampu memenuhi enam puluh item saja. Sebab, “Modalnya terbatas.” Selain itu, Shokib Mudhofi juga kesulitan memperoleh tenaga kerja tetap untuk membantunya. Idealnya, ia membutuhkan lima
sampai sepuluh tenaga kerja setiap hari. Tetapi meskipun di desanya banyak pemuda yang tidak memiliki pekerjaan tetap, sayangnya mereka tidak tertarik untuk membantunya. Alasannya, “Karena tidak telaten.” Sehingga selama ini praktis ia mengerjakan produk kerajinannya itu hanya dibantu oleh bapaknya saja. Barongan seperti yang ditunjukkan oleh Ndofi dalam foto itu harganya enam ratus ribu rupiah. Yang membuatnya mahal yaitu hiasan kepala barongan itu terbuat dari kulit (kulit kambing, red.). Tetapi apabila hiasan itu dibuat dari bahan lain, biasanya plastik talang air, harganya bisa lebih murah. Tinggal separonya atau tiga ratus ribu rupiah. Dan untuk memproduksi barongan seperti yang ditunjukkan oleh Ndofi dalam foto tadi, dibutuhkan waktu selama empat hari fulltime. Tetapi keuntungan yang diperoleh Ndofi ternyata cukup lamayan juga, “Bersih bisa seratus ribu,” kata Shokib Mudhofi. (moza)
Majalah PEN ATARAN PENA
39
Liputan Khusus
Rukyatul Hilal dan Wisata di Pantai Serang
Para pemerhati Hilal sedang berupaya untuk meihat bulan
Sama seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, terdapat perbedaan dalam penetapan awal puasa atau tanggal 1 Ramadhan 1435 Hijriah. Beberapa waktu yang lalu ormas Muhammadiyah telah menetapkan tanggal 1 Ramadhan jatuh pada hari Sabtu, 28 Juni 2014. Itu artinya Jum’at, 27 Juni 2014 malam setelah shalat Isya’ sudah dilaksanakan shalat Tarawih.
S
edangkan Nahdlatul Ulama (NU), salah satu ormas terbesar di Indonesia ini pada Jum’at, 27 Juni 2014 petang baru menggelar Rukyatul Hilal atau proses melihat bulan dengan kasat mata untuk menentukan awal kalender. Kegiatan Rukyatul Hilal dilakukan oleh Tim Rukyat Kabupaten Blitar di Pantai Serang Kecamatan Panggungrejo Kabupaten Blitar. Dimana Tim Rukyat Kab. Blitar itu terdiri dari perwakilan Kementerian Agama, Majelis Ulama Indonesia (MUI), tokoh agama dari Blitar Raya, serta para pemerhati Hilal. Rukyat merupakan aktivitas pengamatan terhadap kenampakan hilal. Hilal sendiri adalah
40
penampakan bulan sabit pertama setelah terjadinya konjungsi (ijtimak). Rukyat dapat dilakukan dengan mata
Majalah PEN ATARAN PENA
telanjang maupun menggunakan teleskop. Apabila Hilal terlihat, maka pada magrib waktu setempat telah memasuki bulan baru Hijriyah. Apabila hilal tidak terlihat maka awal bulan ditetapkan mulai maghrib hari berikutnya. Hal ini dikarenakan dalam kalender Hijriyah, sebuah hari diawali sejak terbenamnya matahari waktu setempat, bukan saat tengah malam seperti pada kalender masehi. Sejak pukul 16.00 WIB rombongan anggota Tim Rukyat sudah berdatangan, kemudian dilanjutkan dengan pengaturan dan pemasangan berbagai perangkat untuk melihat bulan dengan kasat mata agar bisa ditentukan awal kalender. Dimulai dengan menentukan titik arah, kemudian dilanjutkan dengan mengatur tata letak garpu tala dan teleskop. Namun sampai batas waktu yang telah ditentukan, tidak satu pun anggota dari Tim Rukyat Kab. Blitar yang melihat kenampakan hilal. Proses Rukyatul Hilal kemudian dilanjutkan dengan Sidang Isbat
Suasana sidang Isbat Rukyatul Hilal di Pantai Serang
Indahnya senja hari di tepi Pantai Serang Kec Panggungrejo
Rukyatul Hilal oleh hakim dari Pengadilan Agama (PA) Blitar dengan menghadirkan Drs. H. Mubasyir, MA –Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Blitar selaku Ketua Tim Rukyat Kabupaten Blitar. Dimana dalam sidang Isbat Rukyatul Hilal itu diputuskan Tim Rukyat Kab. Blitar tidak melihat adanya kenampakan hilal. Oleh karenanya penentuan tanggal 1 Ramadhan 1435 Hijriah menunggu keputusan dari pemerintah. Usai pelaksanaan sidang Isbat Rukyatul Hilal, Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Blitar menyampaikan agar masyarakat bisa bersikap dan menjaga toleransi tentang penentuan 1 Syawal. Terlebih lagi, ketika ada golongan tertentu memilih atau menentukan 1 Syawal berbeda dengan pemerintah. Tidak masalah jika ada perbedaan penetapan awal Ramadhan, yang terpenting adalah umat islam tetap memegang teguh persatuan. “Dan kami harapkan kita semua tetap menjaga perbedaan itu,” tegas Drs. H. Mubasyir, MA. Setiap tahunnya Rukyatul Hilal di Pantai Serang selalu ramai pengunjung. Keberadaan event ini merupakan daya tarik tersendiri bagi
pengunjung Pantai Serang. Seperti yang terjadi pada Jum’at petang itu. Selain para petugas yang telah ditunjuk, banyak juga warga masyarakat umum yang datang ke lokasi. Mereka membaur, sambil menikmati indahnya pantai dan cakrawala diatas hamparan hitam pasir Pantai Serang. Rupanya para pengunjung ini bukan hanya penasaran dengan informasi kapan akan dimulainya ibadah puasa 1435 H. Warga yang berbondong-bondong datang ke lokasi, juga ingin tahu seperti apa proses dan perangkat apa saja yang digunakan dalam proses Rukyatul Hilal tersebut. Uzal Syahruna yang merupakan salah satu anggota Tim Badan Hisab Rukyat Provinsi dan Nasional asal Kab. Blitar yang sore itu juga ikut bertugas, di sela- sela kegiatan menyampaikan,
Rukyatul Hilal adalah kegiatan yang harus dilakukan. “Dan Pantai Serang merupakan salah satu tempat yang telah ditunjuk oleh Kementerian Agama untuk digunakan sebagai tempat pelaksanaan Rukyatul Hilal baik awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijah.” Tetapi selain itu, Pantai Serang juga memiliki peran penting bagi Pemerintah Kab. Blitar, lanjut anggota Tim Badan Hisab Rukyat Provinsi dan Nasional asal Kab. Blitar ini. Selain memiliki fungsi seperti yang telah disebutkan diatas, pesona elok pantai ini sudah cukup dikenal. Sehingga pemilihan lokasi rukyatul hilal disini, tegas Uzal Syahruna, “Juga sangat berkaitan dengan promo pariwisata di wilayah Kabupaten Blitar.” (moza)
Rukyatul Hilal dimulai dengan penentuan arah dan pemasangan teleskop
Majalah PEN ATARAN PENA
41
Liputan Khusus
Dharma Shanti 2014 bersama Gus Ipul Dharma Shanti Tingkat Provinsi Jawa Timur Tahun Baru Caka 1936 telah digelar di Candi Pallah atau Penataran Kec. Nglegok Kab. Blitar pada Sabtu (3/5). Acara yang merupakan puncak Perayaan Hari Raya Nyepi Tahun 2014 ini diselenggarakan dengan tema ‘Dengan Melaksanakan Dharma Negara, Kita Wujudkan Harmoni Nusantara’.
B
Gus Ipul saat memberikan sambutan pada acara Dharma Santi 2014 di Candi Penataran
ukan hanya dihadiri oleh ribuan umat Hindu dari berbagai daerah di Jawa Timur, tetapi acara ini juga dihadiri oleh Wakil Gubernur Jatim, Drs. H. Saifullah Yusuf. Selain itu juga tampak beberapa pejabat penting dalam acara ini diantaranya Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI Ida Bagus Triguna, Bimas Hindu Kanwil Kemenag Prov. Jatim, Wakil Bupati Blitar Drs. H. Rijanto,
MM, Ketua DPRD Kabupaten Blitar Guntur Wahono, dan lain-lain. Sejak pagi mulai pukul 07.00 WIB umat Hindu dari berbagai daerah sudah mulai berdatangan ke tlatah Candi Penataran dengan mengenakan baju adat sembahyang lengkap dengan aksesorisnya. Sebagian besar yang lakilaki mengenakan baju beskap dengan kamen (sarung) dan memakai distar/udeng yang diikatkan di kepala. Sedangkan
Candi Penataran penuh sesak oleh umat Hindu dari berbagai wilayah
42
Majalah PEN ATARAN PENA
perempuannya mengenakan baju kebaya dengan kampuh (selendang) yang diikatkan. Ribuan umat Hindu yang sudah berkumpul pagi itu lantas mengawali kegiatan Dharma Shanti ini dengan melakukan sembahyang dan do’a bersama yang dipimpin atau di-puput oleh Romo Mangku Gusti Nyoman Suralaga dari Desa Bendosewu Kec. Talun hingga pukul 09.00 WIB atau jelang acara seremonial dimulai. Gus Ipul, sapaan akrab Wakil Gubernur Jatim, tiba di lokasi sekitar pukul 10.00 WIB. Kemudian, Endang Sri Utami Takariati -Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kab./Kota Blitar menyampaikan laporannya. Kegiatan Dharma Shanti Tahun 2014 M ini merupakan yang ketiga kalinya digelar di Candi Pallah. Dimana dalam kegiatan ini selalu diikuti dengan antusias dari umat yang sangat tinggi. Jumlah peserta yang datang semakin banyak dari tahun ke tahun. Seperti pada siang itu, “Acara ini diikuti oleh tidak kurang dari dua puluh ribu umat Hindu,” tutur Endang Sri Utami Takariati. Selain itu, sebagai Ketua PHDI Kab./Kota Blitar, pihaknya mengaku
cukup senang dengan ijin yang diberikan terkait penggunaan Candi Penataran sebagai tempat beribadah. Karena bukan hanya pada saat digelar acara Dharma Shanti saja, kegiatan ibadah yang dilakukan sehari-hari disana juga terbukti bisa memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar. “Sukses ini tahun depan akan diulang. Dan diharapkan bisa semakin besar atau berskala nasional,” kata Endang Sri Utami yakin. Kedepannya, Ketua PHDI Kab./ Kota Blitar ini berharap umat Hindu di Jawa Timur bisa menjadi barometer perkembangan umat Hindu di Indonesia. “Dengan gaung semangat Sumpah Palapa, umat Hindu diharapkan juga bisa mempersatukan nusantara dalam satu harmoni dan kedamaian,” kata Endang yang kemudian memperoleh aplos. Panas matahari yang seperti sedang membakar tempat acara berlangsung segera mencair ketika Wakil Gubernur Jatim memberikan sambutan dengan gayanya yang khas dan sarat dengan guyonan. Mengulang harapan dari Ketua PHDI, Gus Ipul pada kesempatan itu berharap kepada seluruh umat Hindu se-Jawa Timur yang sedang berkumpul disana agar dapat mewujudkan harmoni nusantara. “Perayaan ini seperti kegiatan halal bihalal setelah Idul Fitri,” kata Wagub Jatim. Umat Hindu melakukan Catur Bhrata saat Hari Raya Nyepi sebagai proses mensucikan diri sebagai wujud introspeksi bagi umat sedharma untuk menjadikan diri lebih bersih dan suci. “Inilah hari-hari umat sedharma kembali suci. Dari suci kembali ke suci. Berkumpul dengan keluarga dan bergembira karena telah melakukan proses-proses yang diwajibkan oleh Tuhan sebagai hamba agar menjadi orang yang suci dan bersih kembali.” Menanggapi harapan dari ketua panitia untuk memberikana bantuan bagi sekolah pasraman umat Hindu yang ada di Jawa Timur, Gus Ipul menuturkan, ke depan Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan memberikan bantuan kepada pasraman-pasraman yang ada di Jatim. Pasraman merupakan tempat anak-anak diberi pendidikan agama. Sehingga bisa
Gus Ipul bersama Wakil Bupati Blitar dalam acara Dharma Shanti
menjadi anak yang cerdas, pintar, berakhlak dan moral yang baik. “Hal ini akan dibicarakan lebih lanjut, mudahmudahan Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan memberikan dukungan sesuai kemampuan yang dimiliki,” katanya. Secara khusus Wagub Jatim ini juga memberikan apresiasi yang tinggi atas kepedulian umat Hindu terhadap bencana yang menimpa sebagian warga di Jatim yang terdampak erupsi Gunung Kelud. Dimana sebelum perayaan ini dilaksanakan, umat Hindu telah melakukan bhakti sosial di lereng Gunung Kelud berupa pengobatan massal dan santunan kepada korban Gunung Kelud. Lebih lanjut Gus Ipul mengatakan, masyarakat di sekitar Gunung Kelud sangat hebat dalam mengatasi bencana. Masyarakat
mengetahui yang harus dilakukan ketika akan terjadi bencana. Sehingga ketika Gunung Kelud meletus, masyarakat sudah siap dievakuasi dan taat prosedur. Ini menjadi kebanggan bagi Jawa Timur, sekaligus akan menjadi model untuk mengatasi situasi bencana. “Ini contoh yang sangat baik yang akan dijadikan model bagaimana mengatasi bencana,” pungkasnya. Pada kegiatan yang oleh Gus Ipul sering disebut dengan agenda silaturrahmi umat Hindu se-Jawa Timur ini, juga diisi dengan acara pentas seni dan do’a bersama. Kemudian dilanjutkan dengan penyerahan piala kepada perwakilan kecamatan pembuat Ogoh-ogoh terbaik yang kemarin sudah ditampilkan pada acara Tawur Agung Kasanga dan Pawai Ogoh-ogoh. (moza)
Tidak ada ruang kosong di tribun utama saat perayaan Dharma Shanti Tahun 2014
Majalah PEN ATARAN PENA
43
Profesi
Sebelas Tahun Jadi ‘Naib Keliling’
Beginilah Imam Kucir atau Sang Naib Keliling saat menjalankan tugas
Namanya Imam Riyanto, namun dia lebih akrab dipanggil Imam Kucir. Warga Dusun Parakan RT. 05 RW. 09 Desa Plosorejo Kecamatan Kademangan ini memiliki profesi yang disebutnya dengan nama Naib atau Penghulu Keliling. Sebuah sebutan yang mengacu pada pekerjaannya mengawinkan kambing (meyewakan kambing pejantan unggul kepada para peternak yang membutuhkan benih yang bagus dengan proses reproduksi alami/bukan kawin suntik).
M
enjadi Naib Keliling, kata Imam Kucir, sudah ditekuninya selama sebelas tahun. Dalam kurun waktu itu, dia mengaku sudah pernah merambah hampir semua wilayah yang ada di Kabupaten Blitar. Bahkan beberapa peternak dari luar daerah, sebut saja dari Tulungagung, Kediri dan Trenggalek banyak kambingnya yang sudah pernah ia kawinkan. “Dan mereka (para peternak pe-nyewa) rata-rata puas.”, sahut Kucir bangga. Ia memberi bukti dengan menyebutkan jumlah pelanggannya yang terus bertambah. Sehingga sampai saat ini dalam sehari minimal ia bisa mengawinkan sampai tiga ekor kambing. Bahkan kalau pas ramai, tuturnya, “Sehari bisa sampai lima atau enam ekor kambing.”. Dan tidak seperti di Kementerian Agama, ongkos kawin si Naib Keliling ini
44
Majalah PEN ATARAN PENA
Imam Riyanto
tidak pernah ada yang mempersoalkan. Akadnya jelas, sekali mengawinkan kambing taripnya lima puluh ribu rupiah baik kawin ditempat (di kandang miliknya) maupun bedhol (di kandang penyewa). Kalau peternak mengundangnya, tentu saja ia minta uang transport. Beda tempat beda harga, tergantung jarak tempuh dan kesepakatan. Misalnya untuk wilayah di Kec.Wonotirto ongkosnya lima puluh ribu rupiah, kalau sampai di wilayah Besuki - Campurdarat Tulungagung ia pasang tarip transportnya seratus ribu rupiah. Untuk memuaskan para pelanggan, Imam Kucir memberikan garansi kepada para penyewa pejantannya. Apabila terjadi kegagalan pembuaian, akan dilakukan proses kawin ulang. “Ongkos kawin-nya gratis, tetapi transport ditanggung pelanggan,” pungkas Imam Riyanto.
Namun kegagalan dari proses pembuaian alami ini jika dibandingkan dengan proses kawin suntik, kata Imam Riyanto, prosentase sangat kecil. “Sembilan puluh persen hampir pasti jadi.”, timpal Alumni STM Trijaya ini. Oleh karenanya Imam Kucir menyebut proses kawin alami ini lebih bagus dibandingkan dengan proses kawin suntik. Penjelasan logisnya, sesuai informasi yang diperoleh Imam waktu mengikuti pelatihan di Bogor, “Jumlah benih (sperma, red.) yang dikeluarkan langsung oleh seekor pejantan unggulan jumlahnya sebanding dengan sepuluh sampai dua belas spet benih yang disuntikkan petugas kawin suntik.”. Dan untuk itu, kambing-kambing pejantan dikandangnya selalu dijaga kondisinya agar tetap fit. Optimalisasi kondisi pejantan diantaranya dengan memberikan makanan yang berkualitas, menjaga kebersihan kandang dan merawat kambing secara rutin. Selain itu, kambing pejantan ini juga diberi jamu yang terdiri dari berbagai jenis ramuan menyehatkan seperti telur bebek, hemaviton kapsul, super tetra, ampisilin dan lain-lain setiap sore agar staminanya setiap hari tetap terjaga. Untuk memiliki kambingkambing pejantan yang berkualitas, kata Imam Kucir, selain dipilih dari indukan dan tampilan fisik kambing yang bagus, ternyata juga melalui proses yang cukup panjang. Bisa sampai satu dua tahun lamanya. Sebab, setelah calon pejantan ini dirasa cukup umur dan diperkirakan sudah memiliki kualitas benih yang bagus, terlebih dahulu juga harus dilihat hasil peranakannya. “Apakah kualitas cempe sebagus induknya?” Kalau kualitas anakannya sebagus pejantannya, maka proses menjadikan kambing jantan sebagai pejantan unggul akan diteruskan. Demikian juga sebaliknya, meskipun secara kualitas pejantan itu bagus tetapi kalau tidak bisa memberikan keturunan yang berkualitas, maka statusnya sebagai pejantan unggul akan di-stop. Dalam menentukan jenis
Proses reproduksi secara alami dengan pejantan unggul untuk memperoleh bibit anakan yang bagus
pejantan yang disewakannya, bapak dua anak ini juga mengikuti perkembangan atau selera pasar. Jenis kambing apa yang paling diminati para peternak? Kata suami dari Tutik Setyowati ini. Beberapa waktu yang lalu Kambing Etawa sangat meraja. Namun saat ini yang lagi populer adalah jenis kambing merah atau Kambing England. Sedangkan saat ini Imam memiliki dua jenis kambing pejantan unggul yang siap dioperasikan. Seekor dari jenis Kambing Etawa yang harganya di pasaran pada kisaran dua puluh juta rupiah. Dan seekor lagi dari
jenis kambing merah atau Kambing England yang mana dulunya cempe dari pejantannya ini didatangkan langsung dari Inggris. Mantan sopir bus PO. Harapan Jaya kelahiran Tahun 1976 ini tidak mau merinci berapa penghasilannya per bulan dari profesinya sebagai Naib Keliling. Tetapi yang jelas, kata dia, hasil dari dua pejantan miliknya itu bisa untuk menghidupi ternak kambingnya yang lain yang jumlahnya ada sekitar dua puluh (20) ekor. “Ya pokoknya lumayan.”, begitu saja katanya. (moza)
Kambing pejantan Jenis England yang diimpor langsung dari Inggris
Majalah PEN ATARAN PENA
45
Ana Dina Ana Upa
Bertahan Hidup
dengan Kangkung Liar
Memilah daun kangkung yang bagus yang untuk di konsumsi
Sore ini panas matahari masih terasa sangat menyengat, meskipun jam dinding sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB. Cakrawala di langit ujung barat yang biasanya terlihat indah di sela-sela mega mendung tidak bisa lagi dinikmati. Tiada pemandangan yang mempesona dan hanya menyisakan panas dari tungku api yang seolah-olah sedang menganga di atas sana.
D
i tepi Kali Bogel di wilayah Kel. Sutojayan Kec. Sutojayan sore itu terlihat seorang bapak tua yang tengah duduk dan sedang sibuk sendirian dibawah pohon jati. Sambil menghisap rokok, lesehan beralas karung bekas diantara tumpukan batang-batang kangkung muda. Setumpuk kangkung sudah terlihat rapi sedangkan tumpukan lainnya masih belum dibersihkan. Dengan telaten satu persatu diambil, kemudian dicabutinya daun-daun kangkung muda yang kotor, yang
46
Majalah PEN ATARAN PENA
dimakan ulat atau yang layu terus dibuang. Bapak tua itu ternyata Pak Tubi, warga Dusun Cungkup Kel. Bacem Kec. Sutojayan. Orang yang sehariharinya bekerja mencari kangkung liar atau biasa disebut dengan Kangkung Jawa di sungai. Habis Shalat Dzuhur, tuturnya, ia sudah mulai beraktifitas. Mengumpulkan batang-batang kangkung Jawa yang diambil diantara tanaman-tanaman liar yang tumbuh di genangan air sungai untuk dijual ke pasar. Berpindah-pindah setiap hari, dari satu sungai ke sungai lainnya dimana disana terdapat kangkung-kangkung liar yang tumbuh subur. “Keliling, dari satu tempat ke lokasi yang lainnya,” kata Tubi lugu. Disini (di wilayah Kec. Sutojayan, red.), cerita Tubi, wilayah yang cukup dikenal dengan banjir tahunannya ini banyak sekali tempattempat yang digenangi air. Oleh sebab itu ada cukup banyak tempat dimana
Potret Pak Tubi saat hendak berburu pecahan 500 perak di Kali
kangkung-kangkung liar bisa tumbuh subur. Kangkung Jawa terutama banyak tumbuh di aliran Kali Bogel, sungai-sungai di Dusun Gondanglegi – Kel. Sutojayan, Kel. Kedungbunder, Kel. Bacem, Kel. Sukorejo dan lainlain. Hanya perkiraan saja Tubi berangkat dari rumahnya menuju ke tempat-tempat yang mungkin banyak kangkung mudanya tanpa melakukan survey terlebih dahulu. Satu saja patokan yang ia pegang, setelah hari ini satu lokasi ia ambil kangkungnya, baru tiga hari lagi kangkungkangkung muda ditempat yang sama telah tumbuh lagi. Tiba di tempat yang diperkirakan cukup banyak kangkungnya untuk bisa dibawa pulang, pekerjaannya akan dimulai. Tubi akan turun ke sungai. Memetik satu demi satu batang-batang kangkung muda yang biasanya untuk untuk sayur rujak uleg itu diantara tumbuhan liar lain yang sama-sama hidup di sungai. Aktifitas yang tampak sederhana ini, ternyata, kata Pak Tubi membutuhkan waktu yang cukup lama. Tidak mudah. Sebab, kangkung liar ini biasanya tumbuh diatas genangan air berlumpur sehingga untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya cukup sulit. Belum lagi kalau pas kangkung-kangkung itu berada di perairan yang agak dalam, “Terpaksa ya harus berenang agar bisa memetiknya,” jelas Tubi. Kesulitan lainnya, ia harus berhati-hati. Bukan sekedar untuk bisa lepas dari perangkap lumpur dan menghindar dari ranting atau dahan pohon atau apa saja didasar sungai yang berpotensi melukai. Tetapi juga oleh aktifias warga yang sedang memancing disungai. Pak Tubi tidak bisa seenaknya bergerak kesana kemari di sungai agar ikan-ikan yang dipancing oleh warga lain tidak kabur. Setelah di salah satu tempat apa yang ia cari sudah habis dan jumlah kangkung yang diperoleh
Mencari batang kangkung muda diantara tanaman liar lain yang tumbuh di kali
sudah cukup untuk dibawa ke pasar besok pagi, baru ia bisa pulang. Atau kalau belum mencukupi, dia harus mencari kangkung lagi ke tempat lain sampai matahari benar-benar tenggelam di ujung langit. Mungkin dalam benak kita pekerjaannya telah selesai setelah batang-batang kangkung muda itu terkumpul. Namun kenyataannya sama sekali belum. Tumpukan batang kangkung muda yang sudah dirapikan itu lalu di bawa pulang. Bersepeda onthel dengan pakaian yang basah menempuh jarak yang terkadang bisa sampai sepuluh kilometer dari rumahnya. Tiba di rumah, tumpukan batang kangkung muda itu kemudian di pilah-pilah agar bentelan-nya sama. Lantas ditali seikat demi seikat agar mudah untuk menjualnya. Untuk membereskan pekerjaan itu, kata Pak Tubi, ia lakukan bersama Wiji istrinya sampai kira-kira pukul 21.00 WIB. Setelah beristirahat beberapa jam, lanjut Tubi, pukul 02.00 WIB ia sudah harus bangun. Kemudian bersepeda onthel lagi pergi ke Pasar Kanigoro untuk mengantarkan dagangannya kepada pelanggan yang sudah menunggu disana. “Ya, cukup
melelahkan juga,” pungkas Pak Tubi. Sebab jarak yang harus ia tempuh dari Dusun Cungkup Kel. Bacem Kec. Sutojayan ke Pasar Kanigoro di Kec. Kanigoro tidak kurang dari lima belas kilometer jauhnya. “Ya mau gimana lagi?,” kata Pak Tubi dengan nada lirih. Saya tidak punya sawah atau pekarangan, sedangkan keahlian saya hanya bercocok tanam. Saya hanya bisa menelateni uang receh lima ratusan yang tercecer di sungai (merujuk pada harga seikat kangkung Rp. 500,-). Mau gimana lagi? Pak Tubi mengulang kalimatnya. Biar sehari hanya bisa mengumpulkan 30 sampai 50 ikat, “Saya tidak punya pilihan (pekerjaan) yang lain.” Begitulah secuil kisah hidup Pak Tubi dan Bu Wiji. Cerita mengenai perjuangan orang pinggiran untuk bisa bertahan hidup meskipun kehidupan mereka terus tergerus oleh perkembangan zaman. Orang-orang yang berusaha memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya meskipun dengan segala keterbatasan dan ketertinggalan. Orang-orang yang selalu memiliki semangat menjalani hidup dan dapat mengatasi berbagai halangan yang ada. (moza)
Majalah PEN ATARAN PENA
47
Pelesir
Vihara Bodhigiri Balerejo Nan Memesona
Patung Buddha versi Candi Mendhut dan Stupa yang mencirikan tempat ibadah bagi pemeluk agama Buddha di Vihara Bodhi Giri Panti Semedi Balerejo
Berbicara tentang apa saja potensi yang ada Kabupaten Blitar, seolah tiada habis-habisnya. Hampir semua aset itu ada di Bumi Bung Karno tercinta ini. Salah satunya -yang mungkin saja luput dari pengamatan kita, yakni keberadaan Vihara Bodhigiri/Panti Semedi Balerejo. Salah satu tempat peribadatan dan bermeditasi bagi umat Buddha dan siapapun juga dengan apapun agama maupun kepercayaan yang dianutnya yang terletak di Dusun Balerejo Desa Balerejo Kec. Wlingi.
V
ihara Bodhigiri/Panti Semedi Balerejo berada di wilayah pedesaan yang berhawa sejuk dengan pemandangan yang sangat indah. Di puncak sebuah bukit yang kondisi lingkungannya sangat nyaman, yang kurang lebih berjarak sepuluh kilo meter arah timur laut dari pusat kota Kec. Wlingi. Dari namanya, kita segera tahu lokasi ini merupakan salah satu tempat peribadatan bagi saudara kita yang beragama Buddha. Namun begitu, kata Koh Ping, salah satu pengurus Vihara Bodhigiri/ Panti Semedi Balerejo, “Kegiatan peribadatan umat Buddha hanya sedikit yang dilakukan di tempat ini.”. Kegiatan peribadatan yang rutin hanya dilaksanakan pada hari Selasa malam dengan peserta yang biasanya hanya berasal dari lingkungan vihara.
48
Sedangkan untuk kegiatan keagamaan umat Buddha, terutama untuk perayaan hari-hari besar agama dan lain-lainnya, seluruh umat Buddha di Blitar Raya lebih banyak melakukannya/ pelaksanaannya dipusatkan di Vihara Samaggi Jaya yang berada di jantung Kota Blitar atau kira-kira lima ratus meter ke arah selatan dari makam Bung Karno. Dan sesuai namanya pula, aktifitas di Vihara Bodhigiri/Panti Semedi Balerejo ini, lanjut Koh Ping, “Adalah merupakan tempat yang ideal untuk melatih meditasi.” Dimana latihan meditasi sendiri merupakan latihan untuk mengendalikan pikiran, ucapan serta perbuatan yang merupakan perilaku utama dalam menghayati Ajaran Sang Buddha. Tempat nan elok, yang terletak pada ketinggian 550 meter di atas permukaan laut dengan luas hampir
Majalah PEN ATARAN PENA
mencapai 60.000 meter persegi ini akan sangat ramai orang/umat Buddha yang sedang mengikuti latihan meditasi pada bulan Juli sampai dengan bulan Oktober setiap tahunnya. Bulan Juli sampai dengan bulan Oktober atau yang lebih dikenal dengan masa Vassa, masa tiga bulan dimana para Bhikkhu tinggal di satu tempat tertentu untuk lebih giat berlatih diri dalam bermeditasi. Dan selama masa Vassa itu pula para peserta meditasi disana dapat berlatih bersama dengan pemimpin Vihara Bodhigiri/Panti Semedi Balerejo yaitu Bhikkhu Uttamo. Pada masa Vassa ini, orang yang datang jumlahnya ribuan. Bukan hanya warga lokal dari Blitar Raya. Tetapi mereka juga datang dari daerah-daerah/ kota-kota lain, sebut saja Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Malang dan lainnya untuk mendapatkan ketenangan dan
kedamaian pikiran dengan melakukan meditasi. Namun tidak jarang, peserta yang sudah harus mendaftar sebulan sebelum kegiatan dimulai itu datang dari Pulau Sulawesi, Kalimantan, Batam dan banyak pulau-pulau lain di Indonesia. Bahkan seringkali pula pengurus vihara juga menerima tamu-tamu yang berasal dari luar negeri. Sesuai fungsi utamanya itu, Vihara Bodhigiri/Panti Semedi Balerejo menawarkan satu tempat yang sangat nyaman, jauh dari hiruk pikuk aktifitas duniawi yang seringkali melelahkan. Damai, dengan lingkungan yang bersih, taman-taman yang indah dan bangunanbangunan dengan arsitektur yang sangat menarik. Dan tentu saja, untuk mendukung kegiatan utama disana dilengkapi dengan banyak sekali bangunan/ruang/pondok-pondok kecil untuk ruang bermeditasi. Setelah melewati pintu masuk/ gerbang yang disebut dengan nama Gerbang Kebebasan, segera bisa kita lihat Tugu Asoka, sebuah pilar yang memiliki pucuk berbentuk empat kepala singa yang berdiri membelakangi satu sama lain. Kemudian Stupa, tempat untuk menyimpan sisa-sisa jasmani para Arrahat atau para suci Buddha dan orang-orang yang telah berjasa bagi Vihara Bodhigiri/Panti Semedi Balerejo. Selain itu ditempat ini kita juga bisa menyaksikan Relief Jaya Manggala Gatha, relief delapan kemenangan Buddha/kemenangan yang tidak menimbulkan pengorbanan/ permusuhan/mengalahkan dengan cinta kasih. Ada juga Patung Buddha versi Candi Mendhut serta banyak lagi bangunan-bangunan lain yang dibuat dengan bentuk, makna dan fungsi tertentu yang tidak kalah memesona. Sedangkan tempat utama dari Vihara Bodhigiri Balerejo itu disebut dengan Dhammasala Terbuka atau tempat meditasi terbuka (beratap langit) yang letaknya ada di puncak lokasi vihara. Tempat meditasi yang paling istimewa/ khusus, yang paling atas letaknya dibandingkan dengan tempat meditasi
Salah satu sudut Vihara Bodhigiri yang indah tertata rapi
Vihara Bodhigiri berada di dataran tinggi yang sejuk
yang lain dan merupakan satu-satunya. Orang-orang yang bermeditasi di tempat ini, tutur Koh Ping, “Bukan hanya umat Buddha.” Tetapi juga dari umat lainnya, siapapun juga dengan apapun agama maupun kepercayaan yang dianutnya juga boleh ikut. Masyarakat umum bisa mengikuti aktivitas meditasi tanpa harus mengikuti ritual keagamaan umat Buddha, “Dan Bhikkhu Uttamo serta pihak vihara siap membantu
memberi pelajaran tentang meditasi yang benar,” pungkas Kong Ping. Vihara ini sudah mulai dibangun sejak Tahun 1987. Namun begitu sampai sekarang belum selesai. Bahkan sebaliknya, melihat begitu besarnya antusias umat untuk datang ke tempat ini, pengembangan bangunan Vihara Bodhigiri/Panti Semedi Balerejo terus dilakukan agar mampu menampung semua umat yang datang. (moza)
Majalah PEN ATARAN PENA
49
Etos
BEJO P
embaca Penataran, hal apa yang Anda p i k i r k a n k e t i ka menghadiri sebuah resepsi hari jadi? Apakah larut dalam konsep acara yang tersusun bagus dan mengalir? Apakah menikmati suguhan pertunjukan tari-tarian dan sejenisnya? Apakah Anda lebih menikmati mode dan motif busana sesama undangan? Apakah tentang sajian makanannya? Dan seterusnya, dan seterusnya. Bagi saya pribadi, resepsi hari jadi Kabupaten Blitar di tahun 2014 ini mendatangkan emosi yang mendalam. Sebab saya masih ingat betul, bahwa penetapan tanggal 5 Agustus sebagai hari lahir Kabupaten Blitar, di saat saya masih menjadi ajudan Bapak Bupati Edy Slamet di periode tahun 70-an. Saat itu, saya bertugas menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh Bapak Bupati beserta tim teknis yang terdiri para sejarawan dan tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya. Sebagai pegawai muda, saya sangat bergairah dan merasa beruntung ikut menghayati, hari demi hari untuk menentukan dan memilih sebuah tanggal yang kelak akan dipakai oleh warga Kabupaten Blitar sebagai episentrum ukuran usianya. Bagi banyak orang, hal itu memang tampak biasa-biasa saja. Dengan kata lain, saya diuntungkan oleh situasi, dimana saya ditugaskan sebagai ajudan pada waktu dan tempat yang 50
Majalah PENATARAN
dalam istilah Jawa yaitu bejo. Namun demikian, saya tidak menghiraukannya, serta menganggap biasa-biasa saja, karena toh saya lebih suka bekerja dan bekerja terus di sepanjang karir saya. Waktu terus bergulir, hingga sampailah pada saat saya memasuki usia pensiun dari kedinasan, yang secara aturan dianggap berada di titik optimal. Tapi saya pribadi masih merasa mampu membuat perencanaan p e ke r j a a n m a u p u n mengevaluasinya. Dan keyakinan itu, menuntun jalan hidup saya, menjalankan amanah menjadi Wakil Bupati Blitar periode 20112016. Entah mengapa, di tahun 2014 ini tiba-tiba saya terhanyut dan benar-benar meresapi istilah bejo tersebut. Nasib saya bejo, yang artinya mendapat berkah dan hidayah dari Allah swt, karena dihindarkan dari kesulitankesulitan hidup yang saya tidak mampu mengatasinya, dan saya diberi manfaat untuk mengoptimalkan otak dan hati saya bagi kepentingan banyak orang. Perasaan bejo itu terlintas, ketika saya menyadari bahwa tahun depan kita akan boyongan, karena Ibukota Kabupaten Blitar akan berpindah ke Kanigoro. Tibatiba saya menyadari bahwa hampir li ma tah un i ni, beker ja mendampingi Bapak Bupati Blitar, akan melakukan perubahan sejarah perpindahan ibukota, yang mungkin sulit terulang di masa
mendatang. Mewu judkan mimpi memiliki Kantor Pemda di wilayah sendiri, merupakan kelegaan yang mendalam, karena selama ini kita menjalankan pemerintahan di lingkungan rumah tangga orang lain. Ibarat orang berumah tangga, kita belanja perabot buat kepentingan sendiri, tetangga l ang su ng m eng et ah u i . K it a menasehati anak-anak sendiri, tetangga juga mendengarnya. Untuk kedua kalinya, saya membenarkan anggapan orang bahwa lagi-lagi saya berada di tempat dan waktu yang tepat sebagai wakil bupati, karena terlibat dalam peristiwa bersejarah lagi. Jikalau dulu sebagai ajudan terlibat dan urusan menentukan tanggal hari jadi. Sedangkan kali ini sebagai wakil bupati, terlibat dalam urusan mem indah ib ukota kabupaten. Kalau Anda bertanya kepada saya, apa yang terpikir pada saat menghadiri resepsi hari jadi kali ini, maka saya akan menjawab: “Saya bersyukur tiada habishabisnya kepada Allah SWT, karena telah diberkahi dengan nasib bejo!” H. Rijanto, MM