Keadilan Post Informatif, Komunikatif, Aspiratif
Lini/Keadilan
FOKUS UTAMA
Selasa, 10 Agustus 2011. Peserta PETASAN semakin berkurang menginjak hari kedua Ospek
PETASAN YANG TIDAK MELEDAK!!! penyelenggaran pesta saat momen yang kurang tepat atau karena hanya sekedar tradisi tanpa urgensi membuat pesta kali ini kurang semarak sehingga terkesan sepi peserta. Oleh: Aradila Caesar Ifmaini Idris
Tamansiswa-Keadilan. Seperti biasa dalam menyambut tahun ajaran baru 2011/2012, Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) FH UII mengadakan Pesta (Pesona Ta’aruf) tingkat fakultas. Seperti tahun-tahun sebelumnya Pesta selalu memiliki nama yang berlainan tiap tahunnya. Tahun ini diberi nama PETASAN (Pesona Ta’aruf Sejuta Kesan). Acara yang diselenggarakan pada tanggal 9 dan 10 Agustus 2011, dan terpusat di halaman parkir mobil FH UII dihadiri oleh mahasiswa dan mahasiswi baru sebagai peserta Petasan. Pesta tahun ini mengangkat tema “Menumbuhkan Kesadaran Intelektual, Emosional dan Spiritual Guna Mewujudkan Progresifitas Gerakan Mahasiswa yang Diridhoi Allah swt”. Pesta kali ini bertujuan untuk menggugah semangat mahasiswa untuk melakukan pergerakan. “Alasan kita mengambil tema tersebut adalah, karena regenarasi yang
sekarang aktif di organisasi kurang, tidak seperti zaman dahulu. Kita ingin atmosfir yang berbeda. Pergerakan tidak hanya ditunjukkan dalam kecerdasan intelektual saja, tetapi juga meliputi emosional, spiritual bidang keagamaan”. Ujar Achmad Kurniawan selaku Steering Commitee (SC). Pesta kali ini terasa berbeda dengan pesta sebelumnya yang pernah diadakan di kampus FH UII. Hal ini dikarenakan pesta tahun ini diselenggarakan bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Entah karena penyelenggaran pesta saat momen yang kurang tepat atau karena hanya sekedar tradisi tanpa urgensi membuat pesta kali ini kurang semarak sehingga terkesan sepi peserta. Hal ini terlihat pada hari pertama Pesta diikuti sekitar 390 maba dari total sekitar 500-an maba FH UII. Namun pada hari kedua jumlah peserta yang semula 390 mengalami penurunan signifikan hingga hanya mencapai 190 K-Post EDISI KHUSUS PETASAN
01
FOKUS UTAMA maba. Penurunan jumlah peserta ini dibenarkan oleh Achmad kurniawan selaku Ketua SC, menurutnya kesadaran mahasiswa semakin menurun. Namun ia tidak mempermasalahkan jumlah peserta yang mengikuti petasan “ ya, yang penting mereka benar-benar niat untuk mengenal lembaga, kampus serta berta’aruf, dan tidak hanya meramaikan acara tapi setelah itu lupa”. Berbeda pendapat dengan Achmad Kurniawan, menurut Ketua OC Arif syahni ia tidak mementingkan kualitas acara, “Tapi bagaimana dapat membuat acara tersebut dihadiri peserta yang banyak” ujarnya. Namun perkataan Arif tersebut berbanding terbalik dengan kenyataan, dimana acara petasan kali ini hanya dihadiri sedikit peserta terutama pada hari kedua petasan. Ketua LEM Fakultas Hukum menjelaskan salah satu faktor penyebab turunnya minat maba mengikuti Petasan adalah dipengaruhi oleh pesta yang dilakukan LEM Universitas beberapa waktu lalu. Menurutnya yang menjadi referensi maba untuk ikut Petasan adalah pengalaman mereka mengikuti Pesta di Universitas, “Kalau Pesta yang diatas mereka agak terbebani maka mereka juga akan mempunyai pemikiran bahwa di fakultas pun akan sama”. Ia pun menambahkan sebelumnya sudah ada wacana untuk membuat konsep yang berbeda untuk mengantisipasi minimnya minat maba untuk hadir, namun ia beranggapan sulit agaknya konsep baru itu untuk dilaksanakan di tengah-tengah bulan puasa seperti sekarang. Selain acara yang dilaksanakan bertepatan dengan bulan suci Ramadhan ada hal lain yang patut dicermati. Tahun ini LEM dan Dekanat tidak bekerja sama seperti tahun lalu. Tahun lalu LEM dan pihak Dekanat bekerja sama dalam proses penyelenggaraan Pesta. Kerja sama dilakukan dengan cara penggabungan acara kelembagaan dan kegiatan yang diadakan Dekanat, hingga keluarlah SK wajib Pesta. Tahun ini tidak ada lagi SK Dekan tentang kewajiban maba mengikuti Petasan. Disinggung keadilan tentang SK wajib, Achmad Kurniawan menyatakan “adanya SK wajib terkesan membuat mahasiswa takut, karena temanya kesadaran maka tujuannya
mendidik mahasiswa datang ke kampus dengan kesadaran. Walaupun sedikit itu tidak masalah yang penting niatnya ta’aruf mengenal Lembaga dan UKM”. Rusli Muhammad beranggapan bahwa sesungguhnya Pesta wajib diikuti seluruh mahasiswa baru karena sudah menjadi tradisi turun temurun. Ia juga menyesalkan minimya peserta Pesta kali ini, “Ada kemungkinan kurangnya penyampaian atas informasi pada mahasiswa baru tentang arti penting dari Pesta itu sendiri” imbuhnya. Sebatas tradisi tanpa urgensi Pesta yang telah menjadi agenda tahunan LEM dipandang banyak kalangan hanya sebatas tradisi. Rangkaian kegiatan yang cenderung sama dari tahun ketahun membuat hasil dari Pesta banyak dipertanyakan. Konsep yang jelas dan out put yang ingin dicapai dari penyelenggaraan pesta merupakan hal mutlak agar Pesta tidak dianggap hanya sebatas tradisi tahunan. “Kalau tahun lalu kita ingin melahirkan cikal bakal penegak hukum di Indonesia. Kalau yang sekarang, pertama mengajarkan, menumbuhkan, kesadaran intelektual, spiritual dan emosional guna menumbuhkan profesi pergerakan yang diridhoi allah swt. Ini terlihat dari setiap kegiatan yang tidak lepas dari bimbingan emosional, spiritual dan intelektual” kata Arif Syahni. “Jika dilihat Pesta memang terkesan kegiatan periodik, namun Pesta ini penting karena merupakan bentuk penyambutan kami bagi maba. karena jika mereka masuk kuliah tidak ada penyambutan maka tidak tau apa-apa” ujar Erna Wati. Ia beranggapan bukan hanya semata-mata kegiatan rutin tahunan, melainkan ada nilai yang ingin ditumbuhkan dalam acara ini, yaitu nilai kesadaran berorganisasi serta nilainilai keislaman. Tantangan bagi penyelenggaraan Pesta kedepan adalah bagaimana meningkatkan minat maba dalam mengikuti Pesta. Tanpa animo maba yang besar sulit untuk menghasilkan out put yang diharapkan pihak penyelenggara Pesta. Reportase bersama : Lini Dyahtantri
ACARA PETASAN 2011 Kegiatan yang berlangsung pada tanggal 9-10 agustus 2011 di lingkungan FH UII menimbulkan keraguan dari ketua LEM FH UII. Oleh: Sakti Haryo Bismoko
Tamansiswa-Keadilan. Pesona Ta'ar uf berkesan (PETASAN) merupakan salah satu acara yang diselenggarakan Lembaga Eksekutif Mahasiwa (LEM) FH UII. Meskipun terlihat hanya acara rutin tahunan, tapi urgensi dari ospek ini sangatlah penting. Sebagai bentuk sambutan terhadap mahasiswa baru (maba) yang akan berdinamika di FH UII. Acara yang bertepatan dengan bulan ramadahan ini telah berjalan dengan lancar. Kegiatan yang berlangsung pada tanggal 9-10 agustus 2011 di lingkungan FH UII menimbulkan keraguan dari ketua LEM FH UII. Keadaan fisik maupun kondisi saat puasa memang berpengaruh dengan kondusifnya acara petasan di tahun 2011. Saat keadilan wawancara dengan ketua LEM UII menuturkan, ” Untuk masalah kegiatannya sendiri saya sedikit K-Post EDISI KHUSUS PETASAN
2
sanksi karena ini puasa”. Minat dari mahasiswa baru untuk mengikuti petasan sangatlah minim. Dari jumlah mahasiwa sekitar 570 yang datang hanya sekitar 390 orang di hari pertama. Namun Kehadiran maba dan miba ini cukup memuaskan erna selaku ketua LEM FH UII. “alhamdulilah hari pertama yang datang lebih dari separo dengan jumlah 390”. Kemerosotan jumlah peserta yang hadir dari hari pertama dengan kedua terlihat sangat drastis Diahri kedua kemerosotan maba miba terlihat sangat signifikan. Dari jumlah 390 dihari kedua kini yang hadir tinggal 190, senada dengan yang dituturkan ketua DPM FH UII saat penutupan. “kini peserta petasan tinggal 190, tapi memang calon pemimpin memang sedikit”. Tutur ketua DPM FH UII.
Bobby/Keadilan
Banyak faktor yang mempengaruhi sedikitnya minat dari maba untuk mengikuti Ospek fakultas. Acar Ospek Universitas yang monoton merupakan salah satu faktor minat peserta untuk ikut acara ospek di fakultas, seirama dengan apa yang dituturkan Erna wati selaku ketua LEM, ”Sebenarnya yang menjadikan kemrosotan itu pengaruh dari Universitas, karena yang di jadikan referensi anak fakultas pasti pengalaman mereka di universitas”. Acara pertama di mulai dari sambutan dekan fakultas hukum UII sekitar pukul 07.00 wib berlangsung sangat hikmat. Kerjasama antar panitia telah membuah hasil yang cukup memuaskan peserta. Meskipun jumlah yang kurang,tetapi tidak menyurutkan semangat panitia. Rentetan acara yang di rencanakan semua panitia berjaln sesuai dengan apa yang di inginkan. Kegiatan yang telah di Maba mengikuti rangkaian acara petasan 10 Agustus 2011 agendakan dengan kesiapan matang akhirnya membuahkan perubahan, insan akademis dan pemikir yang kritis. Sebagai hasil yang maksimal. puncak acara penutup, panitia telah menyiapkan pesta kembang Serangkaian kegiatan petasan yang diselenggarakan api yang serentak mengejutkan peserta petasan di malam oleh Lembaga Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum UII, terakhir. ditutup oleh sambutan dari bapak wakil dekan FH UII. Beliau menjabarkan bahwa kedepan mahasiswa dapat menjadi agen
SURAT PEMBACA Oleh: M. Maulana Zulkarnaen* Saya ingin berbagi saja masalah ospek, yang kebetulan ospek kali ini namanya Petasan. Pada tahu kan artinya? Aku sendiri masih bingung. Kalau di backdrop nama Petasan itu artinya “Pesona Ta’aruf Sejuta Kesan”, tapi di buku panduan kok namanya bukan sejuta kesan ya? Namun sejuta pesan? Entahlah yang mana, yang penting aku udah jalani dengan happy, walaupun ada beberapa bagian yang membuat aku sangat jenuh. Sejak hari pertama aku sudah membayangkan jika akan ada acara yang bakal buat aku dan kawan-kawan ingin lebih berlama-lama ngejalanin ospek. Ternyata saat waktu beranjak siang justru sebaliknya, tapi asyiknya tak tau kenapa ya walaupun ngebosenin aku tetep ingin berangkat lagi dihari kedua. Mungkin karena mbak-mbaknya dan mas-masnya care kali ya? Applause deh buat panitia. Hhm, untuk tahun depan mungkin lebih ditata lagi. Setidaknya jangan pernah membiarkan maba-miba untuk tak punya kegiatan sedikitpun. Pengalaman kemarin, dari jam enam pagi datang, duduk dilapangan, lihat mc-nya ngomong sendiri, maba mib anya dibiarin ngomong sendiri juga. Jadi tak ada komunikasi antara mc dengan pesertanya. Hasilnya garing ditambah kriuk deh, kayak keripik, hehe. Lebih-lebih ketika hari kedua, setelah sholat maghrib tak ada kegiatan apapun selama sejam lebih. Mau ngapain lagi kan jadi bingung, sedangkan sesama peserta belum pada kenal, baru kenal sehari, kelas dirolling. Huaaaah.. Ngomongin soal kesan nih kawan-kawan, ospek yang aku rasain kok jadi kayak doktrin. Doktrin yang aku maksud itu adalah kami sebagai maba dan miba selalu diantar kesanakemari, sedangkan sesampainya disuatu tempat lagi-lagi
kegiatannya belum jelas, lebih banyak menunggu dan menunggu. Lebih-lebih lagi kalo ada alumni yang udah sukses, pasti disombongin bahwa mereka produk UII dan kita harus jadi seperti mereka. Seperti dipaksa untuk menjadi seperti apa yang universitas/fakultas inginkan. Maaf kawan-kawan, menurutku maba-miba itu cukup diberi arahan untuk kesana-kemari. Biarkan mereka berekspresi, berargumentasi, dan berkreasi sesuai dengan apa yang mereka lihat realitanya. Dengan dididikan seperti itu, menjadikan kita sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Satu lagi nih, tentang uneg-uneg ku yang paling membuat aku pengan marahmarah kalo datang kekampus ketika ospek. Maba miba diwajibkan membawa tugastugas yang sudah ditentukan, tapi ketika kami berusaha keras untuk mendapatkan tugastugas itu, kami sama sekali tidak dihargai. Tidak ditanya, apa lagi diperiksa. Yang melanggar tidak dihukum, yang bawa juga tidak diberi nilai plus, kolom untuk pelanggaran di belakang papan nama jadi siasia. Oleh sebab itu, hari kedua sama sekali aku tidak membawa apapun yang diperintahkan sama panitia. Sesuai dugaan, aku tidak diapa-apakan. Apalagi pas aku ketahuan merokok, aku kira aku bakal diproses dan saat itulah aku pengen berbagi pada panitia kalau kami ini bosan, jadi kami sengaja melanggar, dan ternyata ada panitia yang sangat baik hati malah membela kami-kami yang merokok. Yang pasti itu bukti kalau panitia benar-benar care walau harus merelakan dirinya untuk tidak konsisten pada aturan. Doc.
*Mahasiswa baru, peserta Petasan 2011.
K-Post EDISI KHUSUS PETASAN
03
OPINI
PETASAN: PESONA TA’ARUF SEJUTA KESAN? Lebih baik setetes cinta dan perbuatan baik, dari pada seluas samudera yang hanya terdiri dari wacana dan kekecewaan. Oleh: Maulida Iliyani*
“Hukum Bersatu tak bisa dikalahkan,” jargon yang penuh semangat persatuan ini ternyata hanya mampu menjadi kalimat retorika lisan yang sekedar menabrak dinding-dinding Fakultas Hukum UII. Realitas yang tampak di hari ke-dua PETASAN secara nyata menjadi potret semangat mahasiswa yang sugguh memprihatinkan. Hal demikian disebabkan adanya penurunan jumlah peserta dari hari pertamanya yang berkisar 300-an mahasiswa baru (maba) menjadi 100-an (seratusan) maba yang hadir di hari ke dua. Pertanyaannya kemudian, dimana 200-an (dua ratusan) maba lainnya yang hadir di hari pertama? sakitkah atau ada hal lain yang menyebabkan ketidak hadiran mereka? Berdasarkan penuturan salah seorang pemandu, mayoritas maba berapologi bahwa masa orientasi fakutas kali ini tidak tepat, karena bertepatan dengan Ramadhan, sehingga sangat tidak kondusif dengan kondisi fisik para maba. Sekilas apologi mereka terdengar rasional, tapi mereka secara tidak sadar telah melupakan sejarah bahwa Indonesia dahulu merdeka pada 17 Agustus 1945 yang bertepatan pula dengan Ramadhan. Soekarno pernah mengatakan, “Bedah hati saya maka ada Islam di dalamnya.” Bukankah semangat kemerdekaan demikian adalah bentuk dari perjuangan seorang hamba yang ingin merdeka? sebab Islam tak mengenal kata perbudakan (penjajahan). Lalu mengapa apologi ini masih muncul untuk melegalisasi kelemahan akan pergerakan mahasiswa? Inilah realita kondisi mahasiswa yang sungguh sangat meresahkan. Sifat pragmatis dan tidak ada semangat juang sama sekali kian mewarnai. Kemana jiwa militan para pemuda yang tak pernah mengenal arti panas dan lelah? Maba adalah mereka yang sedang menjalani masa transisi dari seorang anak lulusan SMA yang dalam ilmu psikologi mereka masih digolongkan fase remaja yang kemudian menjadi mahasiswa. Setelahnya beralih pula menjadi sosok yang dewasa yang telah memiliki rasa tanggung-jawab atas segala proses dalam kehidupannya, sehingga dapat memilah dan memilih mana yang baik dan tidak baginya. Apakah PETASAN bukan kegiatan yang baik bagi maba saat ini, hingga mereka memilih untuk tidak hadir? Apakah ini yang nantinya akan menjadi bibit-bibit abnormal dinamika kampus, sehingga dimanamana yang terjadi adaah seminar intelektual dengan segelintir mahasiswa? Mungkin mereka akan hadir jika seminar tersebut
K-Post EDISI KHUSUS PETASAN
4
diwajibkan sebagai pengganti mata kuliah, hingga kehadiran mereka hanya demi memenuhi presensi kehadiran. Sungguh menyedihkan, apakah ini yang nantinya akan memperlihatkan betapa tidak antusiasnya mahasiswa dalam berbagai acara pergerakan kampus, bahkan hanya untuk sedikit peduli pada pemilihan wakil lembaga kemahasiswaan, atau bahkan sebagai tanda nantinya betapa sulit mencari massa penggerak organisasai kemahasiswaan. Pragmatis dan oportunis telah menjiwai hati nurani mahasiswa yang seharusnya menjadi sosok-sosok peduli, kritis, berani, dan memiliki daya juang tinggi dengan idealisme. Namun di dalam setiap kegelapan selalu ada seberkas sinar harapan, dalam setiap kesempitan selalu ada kesempatan, harapan itu masih ada. Diantara 300-an maba yang seharusnya hadir, masih ada 100-an mahasiswa yang tetap semangat mengikuti berbagai rentetan acara petasan yang telah dirancang dengan sangat baik. Saran konkrit, bahwa sebaiknya secara teknis kehadiran maba dalam acara orientasi fakultas, harus dilegalisasikan dalam bentuk regulitas keputusan rektor atau otonomi fakultas di bawah dekanat untuk mewajibkan kehadiran, sehingga maba mau-tidak mau harus hadir, kecuali dalam kondisi yang tidak memungkinkan, sebab masa orientasi ini sangat penting bagi langkah awal, atau pintu gerbang menjadi sosok mahasiswa yang seharusnya. Hidup Mahasiswa!!! Jargon ini Luar biasa, membakar, mengingatkan kita bahwa, mahasiswa bukan sembarang pemuda, merekalah agent of change, kelompok perubah! Sebab Negara dan bangsa ini bagai benang kusut yang berusaha menjadi baik oleh sekelumit orang, yang kembali rumit dan tak berurai, maka semua itu perlulah untuk segera dirubah, menjadi baik dan seharusnya. Menjadi mahasiswa yang memiiki orientasi jelas dan menyadarkan diri bahwa m a h a s i s wa a d a l a h f a s e d i m a n a b a n g s a s a n g a t mengharapkannya sebagai sosok pemuda unggulan dengan keberanian, kejujuran, dan kepedulian, bahkan rakyat pun hormat akan status ini, akan intelektualitas yang melekat pada sosok mahasiswa, namun yang terbaik adalah saat segala ilmu dan teori itu mampu mengentaskan kemiskinan, dan membantu mereka bangkit dari keterpurukan. *Penulis adalah Mahasiswa FH UII angkatan 2008
OPINI
REFLEKSI MAKNA OSPEK Perlu evaluasi kembali secara menyeluruh supaya OSPEK tetap pada makna sebenarnya dan tidak terkesan hanya untuk menjaga tradisi yang telah wariskan oleh para senior atau menjalankan program untuk eksistensi belaka. Oleh: T.Rinaldi*
Perhelatan tahunan dalam menyambut mahasiswa bar u (maba) telah usai, prosesi yang lazim disebut Oreintasi Pengenalan Kampus ( O S P E K ) merupakan agenda r utin yang har us dipenuhi di setiap penerimaan maba. Suatu tradisi yang diselenggarakan setahun sekali oleh hampir semua perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Begitu juga dengan Universitas Islam Indonesia (UII) dengan judul yang di modifikasi agar lebih bernuansa islami OSPEK di UII sering dinamakan Pesona Ta’aruf (Pesta), dengan tujuan memperkenalkan lembaga kemahasiswaan dan mendidik maba untuk sadar akan berorganisasi. Pesta yang dibalut dengan beberapa kegiatan untuk membuat acara lebih menarik tentu harus disesuaikan dengan tema. Segenap maba pun dituntut untuk ikut serta dalam pelaksanaannya, karena merekalah calon intelektual perubah bangsa. Ospek pada hakikatnya membentuk/merubah mental maba, yang ketika masih duduk di SMA masih bermental individual. Oleh karena itu, hal tersebut harus “dihancurkan” di OSPEK sebelum mereka masuk kedunia perkuliahan untuk memiliki rasa kebersamaan. Dengan berlandaskan rasa kebersamaan lahirlah kepekaan terhadap kondisi masyarakat, sehingga Doc.
diharapkan setelah melewati masa OSPEK, mahasiswa sadar akan perlu nya melibatkan diri pada organisasi. Akan tetapi realitas berbanding jauh dengan harapan. Ospek yang digembar-gemborkan pelaksanaan nya untuk menggapai tujuan hanya menjadi romantika sesaat yang jauh dari makna sebenarnya, mengapa demikian? coba lihat perbandingan mahasiswa yang ikut organisasi dengan yang tidak, tiap tahunnya semakin menghawatirkan. Tidak ada korelasi antara pelaksanaan Ospek dengan hasilnya. Bagaimana maba bisa sadar akan beroganisasi jika mereka hanya sekedar mengetahui tanpa ada upaya untuk memberikan stimulus agar mereka paham akan tanggung jawabnya. Terjadi pergeseran makna, jika dahulu ospek dijadikan ajang untuk membentuk mental agar timbul kesadaran untuk berorganisasi, dengan model sedikit menggunakan kekerasan verbal (bentakan) yang dimaksudkan dalam konteks untuk membuat kedisiplinan terbukti mampu merangsang mahasiswa untuk sadar akan pentingnya kebersamaan. Sehingga terwujud lah solidaritas. Sekarang dengan menghadapi tantangan yang jauh lebih besar, tidak cukup hanya dengan sekedar mendidik mahasiswa untuk tahu atau kenal dengan organisasi, tetapi perlu pembinaan mental untuk mewujudkan mental kebersamaan dalam mengahadapi kondisi mahasiswa yang semakin apatis, oleh karena itu perlu evaluasi kembali secara menyeluruh supaya OSPEK tetap pada makna sebenarnya dan tidak terkesan hanya untuk menjaga tradisi yang telah wariskan oleh para senior atau menjalankan program untuk eksistensi belaka. *Penulis adalah Mahasiswa FH UII angkatan 2008 sekaligus Pimpinan Umum LPM Keadilan.
Doc.
K-Post EDISI KHUSUS PETASAN
05
Petasan Kala Kala Ramadhan Ramadhan Petasan Petasan, benda dengan bahan peledak ringan itu memang selalu merebak di bulan ramadhan. Walaupun membuat bising, petasan selalu dicari oleh kebanyakan orang. Namun bukan itu Petasan yang dimaksud, melainkan Pesona Ta’aruf Sejuta Kesan (Petasan) yang diselenggarakan oleh LEM FH UII untuk menyambut mahasiswa baru angkatan 2011/2012. Kegiatan pengenalan kampus ini kebetulan berlangsung saat bulan ramadhan, dimana sebagian besar pesertanya sedang menjalankan ibadah puasa. Di hari pertama, rasa letih, malas, dan kantuk bersatu untuk menjadi sahabat sejati bagi para peserta. Kesan tersebut menurunkan gairah peserta, tak ayal jika banyak peserta yang tak datang di hari kedua. Terlebih konsep acara yang dikemas pihak panitia dirasa kurang menggugah antusias, wajar bila jumlah peserta tak sesuai dengan yang diharapkan.
K-Post EDISI KHUSUS PETASAN
6
Foto dan Narasi oleh : Bobby A. Andrean
Animo mahasiswa baru dalam mengikuti Pesta menurun dibanding tahun lalu. Bulan suci Ramadhan di jadikan alasan Pesta kali ini sepi peminat. Bukan hanya sebagai ajang perkenalan, melainkan ada nilai lain yang di munculkan dalam sebuah penyelenggaraan Pesta. Sudah Sepatutnya Pesta dihadiri seluruh mahasiswa baru, karena disini lah mereka akan berjuang menuntut ilmu. Selain itu perlu ada kerjasama antara penyelenggara Pesta dengan Dekanat demi satu tujuan, mensukseskan Pesta dan lebih jauh lagi tercapainya tujuan Pesta tiap tahunnya. Dan terbentuk output yang diharapkkan dalam sebuah Pesta. Dari tahun ke tahun keberadaan Pesta dianggap hanya sebuah rutinitas tak jelas. Hal yang ironis di kampus perjuangan ini. Bukan semata-mata tradisi tanpa urgensi, atau rutinitas tanpa antusias lebih-lebih acara tak jelas. Tapi ada nilai dibalik penyelenggaraan Pesta. Nilai yang harus diperjuangkan kawan-kawan penyelenggara Pesta demi kampus tercinta. REDAKSI
K-Post EDISI KHUSUS PETASAN
07
K-Post EDISI KHUSUS PETASAN
8