Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
XXII. Restrukturisasi dan Kebangkrutan 1. Pengertian dan Definisi Kesulitan Keuangan dan Kebangkrutan Definisi yang pasti mengenai istilah-istilah tersebut sulit dirumuskan. Pengertian kebangkrutan bisa dilihat dari dua pendekatan: a.
Pendekatan aliran kas masuk. Perusahaan akan bangkrut jika tidak bisa menghasilkan aliran kas masuk yang cukup.
b.
Pendekatan stock.
Perusahaan bisa dinyatakan bangkrut jika total hutang melebihi total aktiva. Misal, perusahaan mempunyai hutang Rp1.000.000.000,-, sedangkan total asetnya Rp500.000.000,-,
maka
perusahaan
sudah
bisa
dinyatakan bangkrut. Wihandaru Sotya Pamungkas Restrukturisasi dan Kebangkrutan 437
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
Perusahaan bisa dinyatakan bangkrut meskipun masih memungkinkan menghasilkan aliran kas yang cukup, atau
mempunyai
prospek
yang
baik
di
masa
mendatang.
2. P e n ye b a b K e su l i t a n K e u a n g a n Penyebab kesulitan keuangan dan kebangkrutan cukup bervariasi, antara lain: a.
Jenis industri. Ada industri yang relatif mudah dikerjakan namaun ada yang sulit.
b.
Umur perusahaan.
3 . Al t e r n a t i f P e r b a i k a n K e s u l i t a n K e u a n g a n Jika perusahaan “tidak solvabel (insolvabel)”, ada dua pilihan: a.
Likuidasi. Langkah ini dipilih jika nilai perusahaan dilikuidasi lebih besar dibanding dengan nilai perusahaan kalau diteruskan (going concern).
Wihandaru Sotya Pamungkas Restrukturisasi dan Kebangkrutan 438
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta b.
Reorganisasi. Langkah ini dipilih jika perusahaan masih menunjukkan prospek yang baik, sehingga nilai perusahaan
going
concern
lebih
besar
dibanding
dengan
nilai
perusahaan dilikuidasi.
Pemecahan Secara Informal: a.
Masalah belum parah.
b.
Masalah yang ada hanya bersifat sementara, dan memiliki prospek.
Cara: a.
Perpanjangan
(Extension),
dilakukan
dengan
memperpanjang jatuh tempo hutang. Misal, hutang yang semula jatuh tempo 5 tahun, sekarang diperpanjang menjadi 10 tahun. b.
Komposisi (Composition), dilakukan dengan mengurangi besarnya tagihan (pokok hutang). Misal klaim hutang diturunkan menjadi 60%, jika hutang awal besarnya Rp1.000.000.000,-, maka hutang yang baru menjadi Rp600.000.000.000,- atau [60% x Rp1.000.000.000,- ].
Wihandaru Sotya Pamungkas Restrukturisasi dan Kebangkrutan 439
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta c.
Likuidasi, jika nilai perusahaan dilikuidasi lebih besar dibanding nilai perusahaan going concern, perusahaan bisa dilikuidasi secara informal.
Pemecahan Secara Formal: Hal ini dilakukan apabila masalah sudah parah, kreditur dan pemasok dana lainnya ingin mempunyai jaminan keamanan dan keadilan. Pemecahan secara formal biasanya melibatkan pihak ketiga yaitu pengadilan.
Cara: a.
Apabila nilai perusahaan going concern ‘lebih besar’ nilai perusahaan dilikuidasi Æ dilakukan reorganisasi, dengan merubah struktur modal lama menjadi struktur modal baru yang layak. Perubahan bisa dilakukan melalui extension,
composition, atau keduanya. b.
Apabila nilai perusahaan going concern ’lebih kecil’ nilai perusahaan dilikuidasi Æ likuidasi lebih baik dilakukan. Likuidasi dilakukan dengan cara menjual aset perusahaan,
Wihandaru Sotya Pamungkas Restrukturisasi dan Kebangkrutan 440
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta kemudian didistribusikan ke pemasok modal (kreditur). Likuidasi dapat dilakukan secara informal maupun formal. Likuidasi informal mempunyai kelebihan dibanding dengan likuidasi formal, karena lebih cepat dan bisa menghemat biaya pengadilan, sehingga nilai likuidasi yang diperoleh bisa lebih tinggi dibanding dengan nilai yang diperoleh jika likuidasi dilakukan melalui pengadilan.
3.1. Perbaikan Informal (Penyelesaian Suka Rela) Jika prospek perusahaan di masa mendatang cukup baik, kesulitan keuangan bersifat sementara, maka restrukturisasi dapat dilakukan. Jika kesulitan tersebut bersifat permanen, maka likuidasi (kebangkrutan) merupakan pilihan yang lebih baik. Hal ini karena nilai perusahaan yang dilikuidasi akan lebih tinggi dibanding dengan nilai perusahaan going concern.
Wihandaru Sotya Pamungkas Restrukturisasi dan Kebangkrutan 441
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
Cara: 1.
2.
Restrukturisasi, cara yang ditempuh: a.
Perpanjangan (extension).
b.
Komposisi (composition).
Likuidasi
3.2. Perbaikan Formal Perbaikan
formal
melibatkan
pihak
ketiga
seperti
pengadilan, dengan harapan pihak-pihak yang terlibat dalam kebangkrutan bisa memperoleh perlindungan dari pihak lainnya dan memperoleh perlakuan yang adil.
K e u n t u n g a n P e rb a i ka n F o r m a l Ada
dua
alasan
secara
teoritis
yang
mendorong
perusahaan menggunakan jalur resmi, yaitu: a.
Permasalahan Common Pool.
b.
Permasalahan Hold Out.
Wihandaru Sotya Pamungkas Restrukturisasi dan Kebangkrutan 442
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
Common Pool Misal, suatu perusahaan mempunyai nilai hutang sebesar Rp20.000.000.000,-, yang berasal dari 10 kreditur dengan besaran
masing-masing
Rp2.000.000.000,-.
Nilai
pasar
perusahaan tersebut jika bertahan sebesar Rp15.000.000.000,-. Jika dilikuidasi, aset perusahaan bisa dijual menghasilkan kas sebesar
Rp10.000.000.000,-.
Misal,
kondisi
perusahaan
memburuk sehingga salah satu kreditur membangkrutkan dan minta pelunasan penuh, sedangkan ada kreditur yang tidak memperoleh pelunasan. Hal ini dapat digambarkan, sebagai berikut: • Kreditur 1 s/d 5 memperoleh bagian masing-masing Rp2.000.000.000,-. • Kreditur 6 s/d 10 tidak memperoleh bagian karena nilai likuidasi Rp10.000.000.000,- dan telah digunakan untuk membayar kreditur 1 s/d 5. Jika menggunakan jalur kebangkrutan formal, peraturan perundangan akan menetapkan peraturan-peraturan untuk
Wihandaru Sotya Pamungkas Restrukturisasi dan Kebangkrutan 443
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta mencegah common pool. Misal, ada salah satu kreditur akan membangkrutkan perusahaan dan meminta pelunasan “secara sepihak (hanya untuk dia)”, akan dibatasi oleh peraturan.
Hold-Out Misal, pada contoh di atas “manajemen” berhasil meyakinkan kreditur agar dilakukan restrukturisasi. Hutang lama setiap kreditur (terdapat 10 kreditur) Rp2.000.000.000,-, diganti dengan
hutang
baru
yang
nilainya
lebih
rendah,
misal
Rp1.400.000.000,-. Jika kreditur menyetujui usulan tersebut, total hutang menjadi Rp14.000.000.000,- atau [10 x 1.400.000.000] Nilai perusahaan jika jalan terus Rp15.000.000.000,-, maka
pemegang
saham
memperoleh
sisa
sebesar
Rp1.000.000.000,-. Dengan demikian perusahaan tidak perlu dilikuidasi, dan kreditur diuntungkan dibanding jika perusahaan dibangkrutkan (dilikuidasi). Jika menggunakan jalur kebangkrutan formal, peraturan perundangan akan menetapkan peraturan-peraturan untuk Wihandaru Sotya Pamungkas Restrukturisasi dan Kebangkrutan 444
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta mencegah
hold-out.
Misal,
peraturan
bisa
menetapkan
persetujuan restrukturisasi jika sebagian besar dari kreditur, atau untuk kelas kreditur tertentu menerima rencana restrukturisasi.
4. R e o r g a n i sa s i Jika nilai perusahaan going concern lebih tinggi dibanding dengan
nilai
perusahaan
dilikuidasi,
maka
pilihan
reorganisasi/restrukturisasi layak dilakukan. Trustee (kurator) bisa ditunjuk untuk menjalankan reorganisasi tersebut. Rencana reorganisasi didasarkan pada prinsip keadilan dan kelayakan. Prinisip keadilan berarti semua pihak harus diperlakukan secara adil (fair). Prinsip kelayakan berarti rencana tersebut harus layak (bisa) dilakukan. Misal, perusahaan mempunyai beban hutang terlalu tinggi sedangkan kemampuan penjualan sangat kecil, maka reorganisasi tidak layak dilakukan.
Wihandaru Sotya Pamungkas Restrukturisasi dan Kebangkrutan 445
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
Langkah-langkah Reorganisasi a. Menentukan Nilai Perusahaan Penilaian yang sering digunakan, dan sederhana, adalah menghitung nilai perusahaan berdasarkan tingkat kapitalisasi. Misal,
penilai memperkirakan perusahaan setelah reorganisasi
mampu menghasilkan pendapatan bersih per tahun (EAT) Rp10.000.000.000,-. Tingkat kapitalisasi untuk perusahaan yang sejenis sebesar 20%. Nilai perusahaan =
10.000.000.000
/ 0,2 = Rp50.000.000.000,-
Nilai perusahaan bisa berbeda antara satu pihak dengan pihak lain karena kesulitan menghitung EAT dimasa mendatang. b. Menentukan Struktur Modal yang Baru Struktur modal tersebut bertujuan mengurangi beban tetap (bunga) agar perusahaan bisa beroperasi dengan lebih fleksibel. Untuk mengurangi beban tetap tersebut, total hutang biasanya akan dikurangi.
Wihandaru Sotya Pamungkas Restrukturisasi dan Kebangkrutan 446
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
Contoh Komponen Hutang
Nilai Rp10.000.000.000,-
Hutang yang Disubordinasikan
Rp5.000.000.000,-
Saham Preferen
Rp5.000.000.000,-
Saham Biasa
Rp20.000.000.000,-
Jumlah
Rp40.000.000.000,-
Ketetapan Kurator 1.
50% hutang lama diturunkan statusnya menjadi hutang yang disubordinasikan.
2.
50% hutang yang disubordinasikan diturunkan statusnya menjadi saham preferen.
3.
50% saham preferen diturunkan statusnya menjadi saham biasa.
Wihandaru Sotya Pamungkas Restrukturisasi dan Kebangkrutan 447
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
Struktur Modal Baru 1 Komponen
Nilai
Hutang [50% x 10.000.000.000]
Rp5.000.000.000,-
Hutang yang Disubordinasikan [50% x 10.000.000.000] + [50% x 5.000.000.000]
Rp7.500.000.000,-
Saham Preferen [50% x 5.000.000.000] + [50% x 5.000.000.000]
Rp5.000.000.000,-
Saham Biasa [50% x 5.000.000.000] Jumlah
Rp2.500.000.000,Rp20.000.000.000,-
Dalam contoh di atas pemegang saham biasa lama tidak memperoleh bagian. Agar memperoleh bagian maka masingmasing pihak memberi Rp1.000.000.000,- maka pemegang saham lama akan memperoleh bagian Rp3.000.000.000,-.
Wihandaru Sotya Pamungkas Restrukturisasi dan Kebangkrutan 448
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
Struktur modal menjadi 1.
Rp4.000.000.000,-
hutang
lama
diturunkan
statusnya
menjadi hutang yang disubordinasikan. 2.
50% hutang yang disubordinasikan (setelah dikurangi bagian pemegang saham lama) diturunkan statusnya menjadi saham preferen.
3.
50% saham preferen (setelah dikurangi bagian pemegang saham lama) diturunkan statusnya menjadi saham biasa.
Wihandaru Sotya Pamungkas Restrukturisasi dan Kebangkrutan 449
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
Struktur Modal Baru 2 Komponen
Nilai
Hutang [10.000.000.000 – 4.000.000.000 – 1.000.000.000]
Rp5.000.000.000,-
Hutang yang Disubordinasikan [4.000.000.000 + {50% x (5.000.000.000 – 1.000.000.000)}]
Rp6.000.000.000,-
Saham Preferen [2.000.000.000 + {50% x (5.000.000.000 – 1.000.000.000)}]
Rp4.000.000.000,-
Saham Biasa [2.000.000.000 + 3.000.000.000] Jumlah
Rp5.000.000.000,Rp20.000.000.000,-
Keterangan: Saham biasa Rp5.000.000.000,- terdiri atas Rp2.000.000.000,- dari saham preferen Rp3.000.000.000,- dari pembagian masing-masing Rp1.000.000.000,Wihandaru Sotya Pamungkas Restrukturisasi dan Kebangkrutan 450
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
5 . L i ku i d a s i Kas yang diperoleh dari likuidiasi aset perusahaan akan didistribusikan dengan urutan tertentu, misal (dari yang paling berhak memperoleh pertama, sampai yang paling terakhir memperoleh hak). a. Biaya administrasi yang berkaitan dengan urusan likuidasi, termasuk biaya pengacara, kurator (trustee). b. Klaim dari kreditur (hutang) yang muncul dari kegiatan bisnis mulai dari saat kasus dibawa ke pengadilan sampai ke saat trustee diangkat. c. Gaji pegawai yang diperoleh dalam waktu 90 hari sesudah
(within) petisi kebangkrutan. Jumlah ini dibatasi sampai Rp ___ per-pegawai. d. Premi pensiun pegawai untuk masa kerja dalam 120 hari petisi kebangkrutan diajukan. Klaim ini dibatasi $2.000 perpegawai dikalikan jumlah pegawai. e. Uang muka dari pelanggan yang membeli barang tetapi belum memperoleh barangnya. Wihandaru Sotya Pamungkas Restrukturisasi dan Kebangkrutan 451
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta f.
Pajak pendapatan sampai tiga tahun sebelum kebangkrutan, pajak properti sampai setahun sebelum kebangkrutan, dan semua
pajak
pendapatan
yang
masih
ditahan
oleh
perusahaan g. Kreditur umum. h. Saham preferen. i.
Saham biasa. Klaim untuk setiap kelas harus dibayarkan penuh, sebelum
klaim atas kelas yang dibawahnya bisa dibayarkan. Tujuan pokok dari likuidasi formal adalah likuidasi aset yang teratur dan adil kepada pihak-pihak yang terlibat. Kelemahan likuidasi semacam itu adalah proses yang lambat dan lebih mahal dibanding dengan likuidasi informal. Likuidasi formal bisa dihindari jika kreditur dan perusahaan bisa sampai pada kesepakatan untuk melakukan penyelesaian secara informal.
Wihandaru Sotya Pamungkas Restrukturisasi dan Kebangkrutan 452
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
Contoh Likuidasi dan Reorganisasi (Restrukturisasi) Langkah-langkah: a. Menghitung EAT. Misal, pihak pengadilan dan penilai mengestimasi penjualan di masa mendatang bisa mencapai Rp100.000.000,- per tahun. Marjin keuntungan bersih (net
profit margin) diperkirakan sekitar 10%. Keuntungan bersih (EAT) per tahun Rp10.000.000,- atau [10% x Rp100.000.000,-]. b. Menghitung nilai perusahaan. Misal, tingkat kapitalisasi perusahaan yang sejenis 12,5%. Nilai kapitalisasi =
10.000.000
/ 0,1 = Rp100.000.000,-
Misal, PER (Price Earning Ratio) = 8 kali. Pihak penilai menganggap rasio tersebut cukup wajar untuk perusahaan tersebut. Nilai perusahaan = 10.000.000 x 8 = Rp80.000.000,Metode
penilaian
yang
berbeda
menghasilkan
nilai
perusahaan yang berbeda, yaitu: Wihandaru Sotya Pamungkas Restrukturisasi dan Kebangkrutan 453
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta • Metode kapitalisasi, nilai perusahaan Rp100.000.000,-. • Metode PER, nilai perusahaan Rp80.000.000,Misal,
pihak
penilai
menentukan
nilai
perusahaan
Rp60.000.000,-. c. Menentukan
struktur
modal
yang
baru.
Misal,
nilai
perusahaan berdasarkan penilai sebesar Rp60.000.000,-, sedangkan
total klaim
Rp70.000.000,-, maka struktur
modal yang baru perlu ditentukan, dan diharapkan dapat meringankan beban tetap perusahaan.
6. P r e d i k s i K e b a n g k r u t a n Ada
beberapa
indikator
yang
bisa
dipakai
untuk
memprediksi kebangkrutan. Indikator tersebut bisa berupa indikator internal (dari dalam perusahaan) dan indikator eksternal (dari luar perusahaan). Indikator
internal
dapat
menggunakan
aliran
kas
perusahaan, strategi perusahaan, laporan keuangan, trend penjualan, kemampuan manajemen. Wihandaru Sotya Pamungkas Restrukturisasi dan Kebangkrutan 454
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta Indikator eksternal dapat mengambil data dari pasar keuangan, informasi dari pihak yang berkaitan seperti pemasok, dealer, dan konsumen. Contoh, dealer sepeda motor bisa memonitor merek sepeda motor yang paling laku dan paling tidak laku.
6.1. Prediksi Kebangkrutan dengan Rasio Keuangan 6 . 1 . 1 . A n a l i s is U n i v a r i a t e Analisis univariate dilakukan dengan melihat variabel keuangan yang diperkirakan mempengaruhi atau berkaitan dengan kebangkrutan, dengan menganalisis terpisah (untuk setiap variabelnya). Misal: a. Rasio Biaya Tetap Pendapatan Operasional. b. Time Interest Earned.
Wihandaru Sotya Pamungkas Restrukturisasi dan Kebangkrutan 455
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
6 . 1 . 2 . A n a l i s is M u l t i v a r i a t e Analisis multivariate menggunakan dua variabel atau lebih secara bersama-sama ke dalam satu persamaan. Analisis ini untuk
menghilangkan
kelemahan
analisis
univariate
yang
mempunyai kemungkinan konflik antar variabel. Untuk mendefinisikan
membuat variabel
model bebas
multivariat, dan
variabel
kita
perlu
tidak
bebas
selanjutnya dapat dianalisis dengan regresi logit. Y = b0 + b1 X1 + …… + bn Xn Variabel tidak bebas (Y) berupa variabel dummy 0 = perusahaan bangkrut 1 = perusahaan tidak bangkrut Variabel bebas X1 sampai Xn adalah variabel yang diperkirakan mempengaruhi kebangkrutan.
Wihandaru Sotya Pamungkas Restrukturisasi dan Kebangkrutan 456
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
Model Altman Model prediksi kebangkrutan multivariate yang cukup terkenal dan menjadi pioner adalah model kebangkrutan yang dikembangkan oleh Altman (1969). Model tersebut menggunakan analisis diskriminan, dan secara umum bisa dituliskan sebagai berikut ini. Z = a + a1 X1 + ..... + an Xn dimana Z merupakan skor kebangkrutan, sedangkan X1 .... Xn adalah variabel bebas.
Model Altman dengan Analisis Diskriminan Zi = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 X1 = X2 = X3 = X4 = X5 =
(Aktiva lancar – Hutang Lancar) Laba yang ditahan
EBIT
/ Total Aktiva
/ Total Aset
/ Total aset
(Nilai pasar saham biasa + saham preferen) Penjualan
/ Nilai buku total hutang
/ Total Aset
Wihandaru Sotya Pamungkas Restrukturisasi dan Kebangkrutan 457
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta Penelitian yang dilakukan oleh Altman (1969), menggunakan data di Amerika Serikat. Nilai Z kritis = 1,8 Jika suatu perusahaan mempunyai skor di bawah 1,8 Æ perusahaan tersebut mempunyai probabilitas yang tinggi untuk bangkrut, dan sebaliknya.
Apakah model Altman dapat diterapkan di Indonesia? Di Indonesia perusahaan yang go-public masih sedikit sehingga nilai pasar saham tidak bisa dihitung.
Model 2 Model yang kedua ini menggunakan nilai buku saham biasa dan saham preferen sebagai salah satu komponen variabel bebasnya. Zi = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5
Wihandaru Sotya Pamungkas Restrukturisasi dan Kebangkrutan 458
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta X1 = X2 = X3 = X4 = X5 =
(Aktiva lancar – Hutang Lancar) Laba yang ditahan
EBIT
/ Total Aktiva
/ Total Aset
/ Total aset
(Nilai buku saham biasa + saham preferen) Penjualan
/ Nilai buku total hutang
/ Total Aset Nilai Z kritis = 1,2
Jika suatu perusahaan mempunyai skor di bawah 1,2 Æ perusahaan tersebut mempunyai probabilitas yang tinggi untuk bangkrut, dan sebaliknya. Model tersebut kemudian bisa digunakan untuk perusahaan
go-public maupun yang tidak go-public.
Wihandaru Sotya Pamungkas Restrukturisasi dan Kebangkrutan 459
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
Daftar Pustaka
Brigham, Eugene F. dan Philip R. Davis (2004), 8th Edition, Intermediate Financial Management, Thompson South Western, USA. Hanafi, Mamduh M. (2008), Edisi 1, Manajemen Keuangan, BPFE, Yogyakarta. Husnan,
Suad
(1998),
Edisi
4,
Penyelesaiannya Manajemen Penerapan, BPFE, Yogyakarta.
Kumpulan Soal Keuangan Teori
dan dan
Riyanto, Bambang (1998), Edisi 4, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, BPFE, Yogyakarta. Sartono, Agus R. (2000), Edisi 3, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, BPFE, Yogyakarta.
Ringkasan Teori Manajemen Keuangan Soal dan Penyelesaiannya, BPFE, Yogyakarta.
Sartono, Agus R. (2000), Edisi 3,
Wihandaru Sotya Pamungkas Restrukturisasi dan Kebangkrutan 460