Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
XXI. Kebijakan Dividen
(Dividend Policy) 1. Tipe dan Cara Pembayaran Dividen a. Dividend kais (Cash Dividends). b. Dividen non-kas (Stock Dividends).
Penjelasan untuk masing-masing tanggal yang berkaitan dengan dividen: a.
Tanggal
pengumuman
pembayaran
dividen
adalah
tanggal
diumumkan
oleh
pada
saat
perusahaan
(emiten). b.
Tanggal ex-dividend adalah tanggal dimana pembeli saham sebelum tanggal tersebut berhak atas dividen.
c.
Tanggal pencatatan adalah tanggal dimana semua pemegang saham yang terdaftar pada tanggal tersebut berhak atas dividen. Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 411
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta d.
Dividen dibayarkan kepada semua pemegang saham berdasarkan
catatan
yang
dibuat
pada
tanggal
pencatatan. Tanggal pencatatan secara formal merupakan tanggal yang penting, namun secara ekonomis tanggal ex-dividend.
2. Kebijakan Pembayaran Dividen 2.1. Kebijakan Dividen yang Stabil Besarnya pembayaran dividen setiap tahun relatif stabil.
Jika
EAT perusahaan
meningkat
dividen
yang
dibayarkan belum meningkat menunggu hingga beberapa tahun. Jika digambarkan sebagai berikut:
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 412
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
Kebijakan ini ditempuh dengan beberapa alasan: a.
pemegang saham menggantungkan hidupnya dari perolehan dividen.
b.
meningkatkan
kepercayaan
masyarakat
terhadap
prospek perusahaan. c.
peraturan pemerintah.
2.2. Kebijakan Fixed dan Variable Kebijakan ini dengan cara memberikan dividen minimal (fixed dividend) ditambah dividen extra (variable dividend) tertentu jika perusahaan memperoleh EAT yang lebih besar dari EAT yang disyaratkan. Misal:
Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 413
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta Tahun
EAT
Tetap
Variabel
Total
(Dalam Rp) (Dalam Rp) (Dalam Rp) (Dalam Rp)
1999 100.000.000 50.000.000
0
50.000.000
2000 120.000.000 50.000.000 12.000.000 62.000.000 2001 130.000.000 50.000.000 13.000.000 63.000.000 2002 125.000.000 50.000.000 12.500.000 62.500.000
2.3. Kebijakan dengan Dividend Pay-out
Ratio (DPR) Konstan Kebijakan
ini
besarnya
dividen
secara
nominal
berubah-ubah sesuai dengan EAT yang diperoleh. Misal, dividend pay-out ratio (DPR) sebesar 60%. EAT sebesar Rp.100.000.000,- maka besarnya dividen [60%x100.000.000] = Rp.60.000.000,-. Jika EAT menurun menjadi
Rp.90.000.000,- maka
besarnya dividen [60% x 90.000.000] = Rp.54.000.000,-. Kebijakan ini besarnya dividen secara nominal akan berubah-ubah tergantung dari besarnya EAT yang diperoleh perusahaan. Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 414
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
3. Kontroversi Kebijakan Dividen a. Miller dan Modigliani (MM) berargumen bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan (kebijakan dividen tidak relevan). b. Argumen lain mengatakan bahwa dividen yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan. c. Argumen terakhir mengatakan bahwa dividen yang rendah yang akan meningkatkan nilai perusahaan.
3.1. Kebijakan Dividen Tidak Relevan Miller dan Modigliani (MM) (1961) mengemukakan bahwa kebijakan dividen tidak relevan, karena investor indifferent (sama saja) terhadap kebijakan dividen. Misal, ada dua periode, yaitu tahun ini dan tahun depan. Jika tahun ini perusahaan tidak membagi dividen, maka pada tahun depan investor akan memperoleh dividen sebesar = [dividen tahun depan + dividen tahun ini] + [keuntungan dari dividen yang ditahan]
Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 415
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
Asumsi yang digunakan MM: a.
Pasar diasumsikan sempurna (perfect). Tidak ada pajak maupun biaya lainnya.
b.
Semua pelaku pasar mempunyai expected yang sama terhadap investasi, keuntungan, dan dividen di masa mendatang. Expected investor homogen.
c.
Kebijakan
dividen
tidak
mempengaruhi
kebijakan
investasi, karena kebijakan investasi ditentukan sebelum kebijakan dividen.
3.2. Kebijakan Dividen dan Kebijakan Investasi Jika
perusahaan
membayar
dividen,
sehingga
mengurangi kesempatan investasi yang mempunyai [NPV = +], bagaimana akibatnya terhadap nilai perusahaan. Yang lebih penting adalah memanfaatkan dana untuk menghasilkan investasi yang mempunyai return lebih besar dibandingkan dengan tingkat keuntungan yang disyaratkan (k), untuk itu digunakan alat analisis internal rate of return (IRR). Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 416
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
3.3. Argumen yang Mendukung Relevansi Dividen Argumen kebijakan dividen tidak relevan menggunakan asumsi “pasar sempurna” dan “ pasar efisien”. Argumen yang menyatakan bahwa kebijakan dividen relevan berangkat dari asumsi “pasar tidak sempurna”. Di satu sisi, argumen tersebut mengatakan bahwa perusahaan perlu membayar dividen yang tinggi, di sisi lain, argumen tersebut mengatakan sebaliknya, yaitu perusahaan perlu membayar dividen yang rendah.
3.3.1. Dividen Dibayar Tinggi
(Bird In the Hand Theory) Argumen ini mengatakan bahwa pembayaran dividen mengurangi
ketidakpastian
Æ
mengurangi
risiko
Æ
mengurangi tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemegang saham (biaya modal saham atau ks).
Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 417
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta a. Mengurangi Ketidakpastian Dividen ketidakpastian.
yang
tinggi
Beberapa
akan tipe
membantu investor
mengurangi
akan
menyukai
pendapatan (cash dividend) saat ini dibanding capital gain yang diterima di masa mendatang. Gordon (1961) berargumentasi bahwa nilai saham akan ditentukan oleh present value dari dividen yang akan diterima investor saat ini dan di masa mendatang. b. Mengurangi Konflik Keagenan antara Manajer dengan Pemegang Saham Argumen lain yang mendukung pembayaran dividen yang tinggi datang dari kerangka teori keagenan (agency theory). Menurut teori tersebut konflik bisa terjadi antar pihakpihak yang berkaitan di perusahaan. c. Efek Pajak Meskipun dividen mempunyai pajak efektif yang lebih tinggi dibandingkan dengan capital gain, tetapi dalam beberapa situasi, investor memilih pembayaran dividen yang Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 418
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta lebih tinggi karena membayar pajak yang lebih rendah, misal, investor yang pajaknya rendah karena pendapatannya rendah.
3.3.2. Dividen Dibayar Rendah Variabel pajak dan flotation cost mendasari argument ini. a. Efek Pajak Litzenberger dan Ramaswamy mengajukan argumen efek pajak terhadap dividen. Menurut argumen mereka, pajak capital gain biasanya lebih rendah dibandingkan dengan pajak dividen. Pada kenyataannya investor mempunyai tingkat pajak yang beragam, sehingga efek pajak terhadap dividen tidak bisa digeneralisir untuk semua investor. b. Biaya Emisi (Flotation Costs) Jika perusahaan membayarkan dividen dan kemudian menerbitkan saham, maka perusahaan akan mengeluarkan biaya emisi saham baru, oleh sebab itu perusahaan lebih baik
Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 419
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta membayar dividen rendah sehingga tidak perlu menerbitkan saham baru.
4. Isi Informasi Dividen dan Efek
Clientele 4.1. Isi Informasi Dividen
(Information Content of Dividend) Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen, dan harga saham akan turun jika ada pengumuman penurunan dividen. Ada argumen lain yang lebih masuk akal, yaitu dividen tidak menyebabkan kenaikan (penurunan) harga, tetapi menunjukkan prospek perusahaan,
yang
ditunjukkan
oleh
meningkatnya
(menurunnya) dividen yang dibayarkan, hal ini menyebabkan perubahan harga saham. Argumen tersebut kemudian dikenal sebagai teori signal atau isi informasi dari dividen (information content of dividend).
Menurut
teori
tersebut,
dividen
mempunyai
kandungan informasi, yaitu prospek perusahaan di masa mendatang. Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 420
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
4.2. Efek Klien (Clientele Effect) Kebijakan dividen tertentu akan menarik segmen inevestor tertentu, oleh sebab itu tugas perusahaan (manajer keuangan) adalah melayani segmen tersebut. Kebijakan dividen yang berubah-ubah akan mengacaukan efek klien tersebut,
sehingga
harga
saham
berubah.
Beberapa
penelitian empiris mendukung teori tersebut.
5. Teori Dividen Residual
(Residual Theory of Dividend) Menurut teori dividen residual, perusahaan menetapkan kebijakan
dividen
setelah
semua
investasi
yang
menguntungkan habis dibiayai. Dengan kata lain, dividen yang dibayarkan merupakan ‘sisa’ (residual) setelah semua usulan investasi yang menguntungkan habis dibiayai.
Langkah-langkah: a. Menetapkan penganggaran modal yang optimum. Semua usulan investasi yang mempunyai NPV yang positif akan diterima (dilaksanakan). Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 421
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta b. Menentukan jumlah saham yang diperlukan untuk membiayai investasi baru, dengan mempertahankan struktur modal yang ideal. c. Menggunakan dana internal untuk mendanai kebutuhan dana dari saham tersebut. d. Membayarkan dividen hanya jika ada sisa dari dana internal, setelah semua usulan investasi dengan NPV positif didanai. Smoothed Residual Dividend Policy Smoothed
residual
dividend
policy,
merupakan
penggabungkan kebijakan dividen residual dan pembayaran dividen stabil.
Langkah-langkah: a. Memperkirakan pendapatan dan kesempatan investasi untuk
jangka
waktu
panjang,
misal
5-10
tahun
mendatang. b. Menghitung rata-rata sisa kas yang bisa dibagikan sebagai dividen dalam jangka waktu tersebut. Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 422
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta c. Menetapkan target rasio pembayaran dividen selama jangka waktu tersebut. Dengan demikian smoothed residual dividend policy dipakai untuk memperkirakan target rasio pembayaran dividen jangka panjang, bukan untuk tahun tertentu.
6. Bebarapa Faktor dalam Kebijakan Dividen 6.1. Kesempatan Investasi Semakin besar kesempatan investasi menghasilkan [NPV = + ] Æ dividen yang dibagikan semakin sedikit.
6.2. Profitabilitas dan Likuiditas Aliran kas atau profitabilitas yang baik memungkinkan perusahaan bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Sebaliknya jika aliran kas tidak baik. Alasan lain adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain. Perusahaan yang mempunyai kas yang berlebihan seringkali Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 423
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta menjadi target dalam akuisisi. Untuk menghindari akuisisi, perusahaan bisa mengeluarkan cash dividend, dan sekaligus dapat membuat pemegang saham senang.
6.3. Akses ke Pasar Keuangan Perusahaan bisa membayar dividen lebih tinggi, jika perusahaan memiliki akses ke pasar keuangan yang baik, sehingga
dapat
membantu
memenuhi
kebutuhan
likuiditasnya.
6.4. Stabilitas Pendapatan Perusahaan dapat membayar dividen yang lebih tinggi, jika pendapatan perusahaan relatif stabil, aliran kas di masa mendatang bisa diperkirakan dengan lebih akurat. Sebaliknya jika perusahaan memperoleh pendapatan yang tidak stabil dan aliran kas di masa mendatang tidak bisa diperkirakan dengan akurat.
Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 424
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
6.5. Pembatasan-pembatasan Dalam situasi tertentu kontrak hutang, obligasi, maupun saham preferen membatasi pembayaran dividen, misal dalam situasi aliran kas masuk kecil.
7. Pembelian Saham Kembali
(Stock Repurchases), Dividen Saham (Stock Dividends), dan Pemecahan Saham (Stock Splits) Dividen saham (stock dividends) dan stock splits mempunyai efek ekonomis yang sama, namun mempunyai perbedaan dari sudut pandang akuntansi.
7.1. Pembelian Saham Kembali
(Stock Repurchases) Perusahaan bisa melakukan pembelian kembali saham yang beredar (stock repurchases) sebagai alternatif dari cash dividends. Pembelian kembali saham yang beredar tersebut bisa dilakukan melalui pasar sekunder Bursa Efek. Saham Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 425
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta yang dibeli tersebut dimasukkan dalam rekening treasury stock. Secara teoritis, nilai perusahaan sebelum dan sesudah pembelian saham kembali akan sama.
Keuntungan Pembelian Saham Kembali a.
Bisa menghemat pajak.
b.
Pengumuman ini bisa dianggap sebagai signal positif oleh investor, karena seringkali didorong oleh motivasi manajer yang mengganggap bahwa harga saham undervalued (lebih rendah dari yang seharusnya).
c.
Pembayaran dividen biasanya dilakukan dengan pola stabil.
d.
Pemegang saham mempunyai pilihan, jika membutuhkan kas, mereka bisa menjual saham. Sebaliknya, jika tidak membutuhkan kas, atau menghindari pajak, mereka bisa menginvestasikan kembali.
e.
Dalam beberapa situasi tertentu, dilakukan secara selektif (targeted repurchase).
Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 426
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
Kerugian Pembelian Kembali Saham a.
Pemegang saham bisa mempunyai preferensi yang berbeda antara dividen kas dan keuntungan diperoleh dari capital gain. Dividen kas cenderung lebih bisa ‘diandalkan’ karena memberi pendapatan yang jelas (kas yang diterima), dan relatif stabil.
b.
Perusahaan barangkali membayar harga pembelian saham kembali terlalu tinggi, sehingga merugikan pemegang saham yang tetap memegang saham.
c.
Pemegang saham yang menjual sahamnya barangkali tidak mengetahui persis implikasi dan efek dari program pembelian
kembali
saham.
Jika
mereka
merasa
dirugikan, mereka bisa saja menuntut perusahaan. Contoh 1 Pembelian Kembali Saham Perusahaan tahun 2001 mempunyai data sebagai berikut: EAT
Rp20.000.000,-
Jumlah lembar saham
125.000 lb
Harga pasar saham/lb.
Rp3.200,-
Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 427
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta Kebijakan manajemen ada 2 alternatif, yaitu: Alternatif 1
EAT dibagikan sebagai cash dividends sebesar 80%.
Alternatif 2
EAT
digunakan
untuk
membeli
saham
(repurchasing of stock) 30% dan dibagikan sebagai cash dividend 50%.
Penyelesaian Alternatif 1 EAT
Rp20.000.000,-
Cash Dividends (80%) Rp16.000.000,Laba ditahan (R/E) DPS =
[16.000.000]
Rp4.000.000,/ [125.000] = Rp128,-
Alternatif 2 EAT
Rp20.000.000,-
Cash Dividends (50%)
Rp10.000.000,-
Repurchasing of Stock (30%)
Rp6.000.000,-
Laba ditahan (R/E)
Rp4.000.000,-
Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 428
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta Jumlah lembar saham yang dibeli [6.000.000]
=
/ [3.200] = 1.875 lb.
Jumlah lembar saham yang ada di perushaan = 125.000 − 1.875 = 123.125 lb. DPS =
[10.000.000]
/ [123.125] = Rp81.218,-
Contoh 2 Pembelian Kembali Saham Pada tahun 2002 perusahaan mempunyai data, sebagai berikut: EAT
Rp20.000.000,-
Cash dividends (80%) Rp16.000.000,Laba Ditahan (R/E)
Rp4.000.000.,-
Kebijakan manajemen ada 2 alternatif ( = contoh 1), yaitu: Alternatif 1
EAT dibagikan sebagai cash dividends sebesar 80%.
Alternatif 2
EAT
digunakan
untuk
membeli
saham
(repurchasing of stock) 30% dan dibagikan sebagai cash dividends 50%. Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 429
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
Penyelesaian Implikasi dari alternatif kebijakan di atas sebagai berikut: Alternatif 1 EAT
Rp20.000.000,-
Cash Dividends (80%) Rp16.000.000,Laba Ditahan (R/E) DPS =
[16.000.000]
Rp4.000.000,-
/ [125.000] = Rp128,-
Alternatif 2 EAT
Rp20.000.000,-
Cash Dividends (80%)
Rp16.000.000,-
Laba Ditahan (R/E) DPS =
[16.000.000]
Rp4.000.000,/ [123.125] = Rp129,95
*) Keterangan 123.125 lihat hitungan contoh 1 Kesimpulan: Contoh 1 (terjadi tahun 2001), DPS mengalami penurunan. Contoh 2 (terjadi tahun 2002), DPS mengalami peningkatan.
Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 430
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta Dalam jangka pendek (contoh 1) pembelian kembali saham
tidak menguntungkan sedangkan dalam jangka
panjang
(contoh
2)
pembelian
kembali
saham
menguntungkan, dengan asumsi EAT konstan.
7.2. Stock Dividends dan Stock Splits 7.2.1. Penyesuaian Akuntansi Stock Dividends dan Stock Splits Konsekuensi dari stock dividends dan stock splits adalah bertambahnya jumlah saham yang beredar. Tetapi, karena tidak ada nilai tambah (secara ekonomis), maka harga saham per lembar menjadi lebih kecil. Total efek dari stock dividends dan stock splits tidak ada, dengan kata lain, nilai total modal sendiri sama.
Contoh Stock Dividends Perusahaan
mempunyai
struktur
modal
sendiri
(sebelum stock dividend), sebagai berikut:
Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 431
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta Saham biasa (Rp1000,- x 10.000 lb) Rp10.000.000,Agio Surplus (200%)
Rp20.000.000,-
Laba ditahan
Rp15.000.000,-
Jumlah modal sendiri
Rp45.000.000,-
Manajemen perusahaan menetapkan stock dividends sebesar 20% maka struktur modal sendiri yang baru (setelah stock dividends), sebagai berikut: Saham biasa (Rp1.000,- x 12.000 lb) Rp12.000.000,Agio Surplus (200%)
Rp24.000.000,-
Laba ditahan
Rp9.000.000,-
Jumlah modal sendiri
Rp45.000.000,-
Sebagai pembanding dapat dibuat tabel, sebagai berikut: Sebelum Sesudah stock dividends stock dividends Saham biasa
Rp10.000.000,- Rp12.000.000,-
Agio (surplus)
Rp20.000.000,- Rp24.000.000,-
Laba ditahan
Rp15.000.000,-
Rp9.000.000,-
Jumlah Modal Sendiri Rp45.000.000,- Rp45.000.000,-
Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 432
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta Dari tabel tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa stock dividends mengakibatkan: a.
Jumlah modal sendiri tidak berubah.
b.
Laba ditahan berkurang sebesar Rp6.000.000,- namun saham
biasa
bertambah
Rp2.000.000,-
dan
agio
bertambah Rp4.000.000,-. Dengan berkurangnya laba ditahan ini menunjukkan bahwa stock dividends dibiayai dengan laba ditahan.
Contoh Stock Splits Perusahaan
mempunyai
struktur
modal
sendiri
(sebelum stock splits), sebagai berikut: Saham biasa (Rp1.000,- x 10.000 lb) Rp10.000.000,Agio Surplus (200%)
Rp20.000.000,-
Laba ditahan
Rp15.000.000,-
Jumlah modal sendiri
Rp45.000.000,-
Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 433
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta Struktur modal sendiri (sesudah stock splits), sebagai berikut: Saham biasa (Rp500,- x 20.000 lb) Rp10.000.000,Agio Surplus (200%)
Rp20.000.000,-
Laba ditahan
Rp15.000.000,-
Jumlah modal sendiri
Rp45.000.000,-
Sebagai pembanding dapat dibuat tabel sebagai berikut: Sebelum stock splits
Sesudah stock splits
Saham biasa
Rp10.000.000,- Rp10.000.000,-
Agio (surplus)
Rp20.000.000,- Rp20.000.000,-
Laba ditahan
Rp15.000.000,- Rp15.000.000,-
Jumlah Modal Sendiri Rp45.000.000,- Rp45.000.000,Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa stock splits hanya merubah harga per lembar saham dan jumlah lembar saham. Oleh karena jumlah lembar saham bertambah dengan asumsi EAT konstan maka EPS akan berkurang, namun penghasialn investor dari cash dividend tetap. Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 434
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
7.2.2. Alasan Dilakukannya Stock Dividends dan
Stock Splits a.
Perusahaan ingin menahan kas, tetapi juga ingin membayar
dividen.
Resolusinya
adalah
dengan
membayar stock dividend atau stock splits. b.
Perusahaan ingin memperoleh trading range yang dianggap ideal.
c.
Perusahaan ingin memberi signal ke pasar. Penemuan empiris menunjukkan bahwa harga akan bereaksi positif pada saat stock splits diumumkan.
7.2.3. Reverse Splits Reverse splits merupakan penggabungan beberapa lembar saham menjadi satu saham.
Alasan reverse splits: a.
Saham yang nilainya terlalu kecil sering dianggap sebagai saham yang tidak baik, dan cenderung dinilai rendah
(underestimate).
Untuk
itu
harga
saham
dinaikkan agar mendekati range yang ideal.
Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 435
Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta b.
Jika harga saham meningkat, biaya transaksi (dalam %) diharapkan menjadi semakin kecil. Biaya transaksi yang lebih kecil diharapkan mendorong likuiditas saham.
Daftar Pustaka
Brigham, Eugene F. dan Philip R. Davis (2004), 8th Edition, Intermediate Financial Management, Thompson South Western, USA. Hanafi, Mamduh M. (2008), Edisi 1, Manajemen Keuangan, BPFE, Yogyakarta. Riyanto, Bambang (1998), Edisi 4, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, BPFE, Yogyakarta. Sartono, Agus R. (2000), Edisi 3, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, BPFE, Yogyakarta.
Wihandaru Sotya Pamungkas Kebijakan Dividen 436