_____________________________________________ Laporan Tahunan 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga penyusunan Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2011 ini dapat disusun tepat pada waktunya. Laporan Tahunan ini merupakan pelaksanaan atas kewajiban Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan program dan kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2011 sesuai dengan yang diamanatkan pada peraturan perundangan. Isi laporan ini memuat kinerja pembangunan tanaman pangan, pelaksanaan kegiatan utama (APBN), serapan anggaran tahun 2011 dan permasalahan serta upaya dan tindak lanjut. Selain berfungsi sebagai salah satu wujud pertanggungjawaban, juga dapat menjadi bahan masukan referensi bagi seluruh pemangku kepentingan untuk perbaikan manajemen dan kebijakan program pembangunan tanaman pangan ke depan. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas masukan dan peran serta dalam penyusunan laporan ini. Semoga Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2011 ini dapat bermanfaat.
Jakarta,
Februari 2012
Direktur Jenderal Tanaman Pangan,
Ir. Udhoro Kasih Anggoro, MS NIP. 195611061984031002
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ____________________________________i
_____________________________________________ Laporan Tahunan 2011
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................... RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL ..............................................................................................
i ii vii ix
I.
PENDAHULUAN ...................................................................................... A. Latar Belakang ................................................................................. B. Maksud dan Tujuan .......................................................................... C. Program dan Kegiatan Utama ............................................................
1 1 1 1
II.
KINERJA PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN ........................................... A. Produk Domestik Bruto ..................................................................... B. Ekspor Impor Komoditas Utama Tanaman Pangan ............................... C. Tenaga Kerja .................................................................................... D. Produksi Utama Komoditas Tanaman Pangan ...................................... E. Perkembangan Produksi .................................................................... F. Perkembangan Luas Panen ................................................................ G. Perkembangan Produktivitas .............................................................. H. Tingkat Penggunaan Benih Unggul Bermutu ........................................ I. Dampak Perubahan Iklim (DPI) .......................................................... J. Luas Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) ....................
5 5 6 9 9 10 11 12 13 14 16
III.
PELAKSANAAN KEGIATAN UTAMA ........................................................... A. Pengembangan Budidaya Tanaman .................................................... B. Pengembangan Perbenihan ............................................................... C. Pengembangan Perlindungan Tanaman .............................................. D. Pengembangan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan ................. E. Kegiatan Utama BBPPMBTPH Cimanggis ............................................. F. Kegiatan Utama BBPOPT Jatisari ........................................................ G. Kegiatan Utama BPMPT .....................................................................
17 17 18 28 55 59 67 76
IV.
PEMBINAAN MANAJEMEN PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN .................. A. Rapat Koordinasi Penyusunan ASEM Tahun 2010 dan ARAM I Tahun 2011 Produksi Tanaman Pangan .............................................. B. Rapat Koordinasi Penyusunan ATAP Tahun 2010 dan ARAM II Tahun 2011 Produksi Tanaman Pangan ..............................................
77
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ____________________________________ii
77 79
_____________________________________________ Laporan Tahunan 2011 C. Lembaga Mandiri Mengakar di Masyarakat (LM3) ................................ D. Penyebarluasan Informasi Pembangunan Tanaman Pangan Melalui Media Massa ......................................................................... E. Pemberian Penghargaan Ketahanan Pangan Tingkat Nasional 2011 ...... F. Kondisi Kepegawaian Ditjen Tanaman Pangan 2011 ............................ G. Pembinaan/Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) .................. H. Evaluasi dan Tindaklanjut Laporan Hasil Pengawasan ........................... I. Sosialisasi/Pelatihan Apliksi SIMONEV Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2011 ........................................................... J. Rapat Kerja dan Rapat Dengar Pendapat (RDP) ................................... K. Rapat Pimpinan (Rapim) .................................................................... L. Laporan UKP4 ..................................................................................
82
V.
REALISASI ANGGARAN TAHUN 2011 .......................................................
124
VI.
PERMASALAHAN DAN UPAYA TINDAK LANJUT .......................................... A. Permasalahan ................................................................................... B. Upaya Tindak Lanjut .........................................................................
127 127 128
VII. PENUTUP .............................................................................................
130
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ____________________________________iii
84 86 87 89 89 90 92 112 122
_____________________________________________ Laporan Tahunan 2011
DAFTAR TABEL Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17. Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
PDB Atas Dasar Harga Berlaku (Triliun Rupiah) Tahun 2010-2011 PDB Atas Dasar Harga Konstan (Triliun Rupiah) Tahun 2010-2011 Perkembangan Volume (ton), Nilai Ekspor-Impor (000 US$), Neraca Perdagangan (000 US$) Komoditas Tanaman Pangan Januari-April 2011 Perkembangan Volume Ekspor-Impor Segar dan Olahan Komoditas Tanaman Pangan Januari-April 2011 Perkembangan Nilai Ekspor-Impor Segar dan Olahan Komoditas Tanaman Pangan Januari-April 2011 Tenaga Kerja Pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan Tahun 2009 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun 2011 (ARAM II 2011 BPS) Perbandingan produksi 2011 (ARAM II) Terhadap Sasaran 2011 dan Produksi 2010 (ATAP) Perkembangan Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan 2005-2011 Perbandingan Luas Panen Tanaman Pangan Tahun 2011 (ARAM II) Terhadap Sasaran 2011 dan ATAP 2010 Perkembangan Luas Panen Komoditas Utama Tanaman Pangan 20052011 Perbandingan Produktivitas Tanaman Pangan Tahun 2011 (ARAM II) Terhadap Sasaran dan ATAP 2010 Perkembangan Produktivitas Komoditas Utama Tanaman Pangan 20052011 Perbandingan Luas Banjir Pada Tanaman Padi, Jagung, Kedelai, dan Kacang Tanah Tahun 2011*), Tahun 2010, dan Rerata 5 Tahun (20052009) Perbandingan Luas Kekeringan Pada Tanaman Padi, Jagung, Kedelai, dan Kacang Tanah Tahun 2011*), Tahun 2010, dan Rerata 5 Tahun (2005-2009) Luas Serangan OPT Utama Padi, Jagung, Kedelai, Dan Kacang Tanah Pada Tahun 2011*), Tahun 2010, dan Rerata 5 Tahun (2005-2009) Realisasi SL-PTT Padi, Jagung, Kedelai, Kacang Tanah dan Kacang Hijau Tahun 2011 Penyebaran Varietas Padi MH 2010/2011 dan MK 2011 Penyebaran Varietas Jagung MH 2010/2011 dan MK 2011 Penyebaran Varietas Kedelai MH 2010/2011 dan MK 2011 Penyebaran Varietas Kacang Tanah MH 2010/2011 dan MK 2011 Penyebaran Varietas Kacang Hijau MH 2010/2011 dan MK 2011 Penyebaran Varietas Ubi Kayu MH 2010/2011 dan MK 2011 Penyebaran Varietas Ubi Jalar MH 2010/2011 dan MK 2011 Realisasi Pengiriman Galur Uji Adaptasi/Multilokasi s.d. Juni 2011 Nama dan Jumlah UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ____________________________________iv
_____________________________________________ Laporan Tahunan 2011 Tabel 27. Jumlah Produsen Benih Tanaman Pangan dan Kemampuan Produksi Benih Tahun 2011 Tabel 28. Jumlah Pengawas Benih Tanaman Tabel 29. Rencana dan Realisasi Penyaluran Bantuan Langsung Benih Unggul Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2011 Tabel 30. Perkembangan Pengadaan/Penyediaan, Realisasi Penggunaan dan Stok Akhir Cadangan Benih Nasional Tahun 2004-2011 Tabel 31. Rencana Penyaluran Benih Bersubsidi TA 2011 Tabel 32. Penyebaran Varietas Palawija Lainnya TA. 2010 Tabel 33. Alokasi dan Distribusi Bantuan Bahan Pengendali OPT Utama Padi Tahun 2011 Tabel 34. Jumlah PAK/HAPAK Pejabat Fungsional POPT Tahun 2009-2011 Tabel 35. Realisasi Penyaluran Bansos Pascapanen Padi Tabel 36. Pengujian Mutu Benih s.d. Semester I 2011 Tabel 37. Ramalan Luas Serangan OPT Utama Padi MT 2011 dan Ramalan Sementara MT 2011/2012 di Indonesia Tabel 38. Evaluasi Ramalan Serangan OPT Utama Padi di Indonesia pada MT 2011 Tabel 39. Ramalan Luas Serangan OPT Utama Jagung MT 2011 dan Ramalan Sementara MT 2011/2012 di Indonesia Tabel 40. Evaluasi Ramalan Serangan OPT Utama Jagung di Indonesia Pada MT 2011 Tabel 41. Ramalan Luas Serangan OPT Utama Kedelai MT 2011 dan Ramalan Sementara MT 2011/2012 di Indonesia Tabel 42. Evaluasi Ramalan Serangan OPT Utama Kedelai di Indonesia Pada MT 2011 Tabel 43. Daftar Nama Kabupaten Sasaran Surveillance OPT Padi Tabel 44. Realisasi Pengujian Mutu Pestisida, Pupuk dan Produk Tanaman Tabel 45. Perkembangan Kerugian Negara dan Tindaklanjut Hasil Pemeriksaan Tabel 46. Realisasi Anggaran APBN Sektoral Tahun 2011 Ditjen Tanaman Pangan Berdasarkan Kegiatan Utama Tabel 47. Realisasi Anggaran APBN Sektoral Tahun 2011 Ditjen Tanaman Pangan Berdasarkan Kelompok Satker Pusat dan Daerah Tabel 48. Realisasi Anggaran Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2011 (per provinsi) Tabel 49. Realisasi Anggaran Eselon I lingkup Kementerian Pertanian Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ____________________________________v
________________________________________________Laporan Tahunan 2011
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan tanaman pangan tahun 2011 merupakan lanjutan dan penyempurnaan kebijakan tahun 2010 dan tindak lanjut RPJMN 20102014. Namun berbeda dengan tahun sebelumnya, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebagai salah satu unsur pelaksanan pada Kementerian Pertanian sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian tidak lagi melaksanakan fungsi sarana produksi. Dalam Permentan tersebut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen tanaman pangan serta pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Tidak seperti tahun 2010 yang melaksanakan empat program, tahun 2011 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan hanya melaksanakan satu program yaitu Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan. Sasaran dari program ini adalah perluasan penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat yang didukung oleh sistem penyediaan benih, pengamanan produksi, dan penanganan pasca panen yang efisien untuk mewujudkan produksi tanaman pangan yang cukup dan berkelanjutan. Sesuai dengan arahan Presiden untuk mencapai surplus 10 juta ton beras tahun 2014, maka sasaran produksi padi tahun 2011 mengalami perubahan dan mengalami peningkatan sekitar 5,22% per tahunnya, sehingga sasaran produksi padi yang pada awalnya 68,80 juta ton gabah kering giling (GKG) berubah menjadi 70,60 juta ton GKG. Sedangkan sasaran produksi jagung sebesar 22 juta ton pipilan kering, kedelai 1,56 juta ton biji kering, 0,97 juta ton biji kering, kacang hijau 0,37 juta ton biji
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan _____________________________________
1
________________________________________________Laporan Tahunan 2011 kering, ubi kayu 23,40 juta ton umbi basah dan ubi jalar 2,15 juta ton umbi basah. Capaian produksi komoditas utama tanaman pangan tahun 2011 (ARAM III BPS) belum memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan karena baru kacang hijau dan ubi jalar yang menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan tahun 2010. Apalagi jika dibandingkan dengan sasaran 2011, baru ubi kayu dan ubi jalar yang telah mencapai target. Untuk melihat gambaran capaian kinerja produksi tanaman pangan dan pelaksanaan kegiatan utama selama tahun 2011 ini perlu disusun suatu Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. B. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan disusunnya Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ini adalah untuk dapat memberikan informasi dan gambaran tentang kegiatan yang telah dilaksanakan serta hasil-hasil yang dicapai selama tahun 2011 di bidang tanaman pangan. Diharapkan laporan ini dapat dijadikan bahan evaluasi dan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan dalam menetapkan langkah-langkah perbaikan pada masa yang akan datang. C. Program dan Kegiatan Utama Pada tahun 2011 ini Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melaksanakan satu program yaitu Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan Untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan selain memperoleh anggaran melalui APBN, juga memanfaatkan hasil penghematan anggaran Kementerian Pertanian sebesar 10% dan APBN Perubahan (APBN-P) yang dialokasikan pada delapan kegiatan utama, yaitu sebagai berikut: 1. Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia a. Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi non hibrida seluas 2,20 juta ha atau 88 ribu kelompok di 403 kabupaten/kota, padi hibrida 228.980 ha atau 22.898 kelompok di 224 kabupaten/kota, padi lahan kering 350 ribu ha atau 14 ribu
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan _____________________________________
2
________________________________________________Laporan Tahunan 2011
b.
c. d.
e. f.
g.
kelompok di 254 kabupaten/kota dan jagung hibrida 206.730 ha atau 13.782 kelompok di 236 kabupaten/kota. Pelatihan SL-PTT padi 31 kelas untuk tingkat provinsi dan 413 kelas tingkat kabupaten/kota, pelatihan SL-PTT jagung 25 kelas tingkat provinsi dan 236 kelas tingkat kabupaten/kota. Ubinan padi sebanyak 160 unit di 160 kabupaten/kota dan ubinan jagung 40 unit di 40 kabupaten/kota. Dem area gandum seluas 60 ha di 6 kabupaten, dem area gandum melalui CF-SKR di 4 kabupaten, pembinaan peningkatan produktivitas gandum 6 paket di 6 provinsi, dem area shorgum 180 ha di 16 kabupaten/kota, pembinaan peningkatan produktivitas shorgum 9 paket di 9 provinsi dan dem area hotong 10 ha di 1 kabupaten. Koordinasi, pembinaan, pengawalan, CPCL, monev serealia untuk tingkat pusat, 31 provinsi dan 386 kabupaten/kota. Bantuan tranplanter sebanyak 174 unit di 20 provinsi, 88 kabupaten/kota dan alsin lainnya berupa traktor roda 2 100 unit melalui anggaran penghematan. Khusus traktor roda 2 dialokasikan seluruhnya di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Administrasi, biaya tender dan monev melalui anggaran penghematan sebanyak 1 paket.
2. Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi a. SL-PTT kedelai seluas 300 ribu ha atau 30 ribu kelompok di 185 kabupaten/kota, kacang tanah 100 ribu ha atau 10 ribu kelompok di 170 kabupaten/kota dan kacang hijau 10 ribu ha atau 1.000 kelompok di 20 kabupaten/kota. b. Pelatihan SL-PTT kedelai 27 kelas tingkat provinsi dan 191 kelas tingkat kabupaten/kota, kacang tanah 25 kelas tingkat provinsi dan 178 kelas tingkat kabupaten/kota dan kacang hijau 6 kelas tingkat provinsi dan 20 kelas tingkat kabupaten/kota. c. Pelatihan aneka kacang dan umbi lainnya 27 kelas tingkat provinsi. d. Ubinan kedelai sebanyak 40 unit di 40 kabupaten/kota. e. Dem area ubi kayu seluas 6.540 ha di 100 kabupaten/kota, dem area ubi jalar 9.960 ha di 120 kabupaten/kota, dem area ubi kayu
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan _____________________________________
3
________________________________________________Laporan Tahunan 2011 dan ubi jalar melalui CF-SKR 210 ha di 2 kabupaten dan dem area pangan lokal 125 ha di 22 kabupaten. f. Koordinasi, pembinaan, pengawalan, CPCL, monev aneka kacang dan umbi untuk tingkat pusat, 30 provinsi dan 324 kabupaten/kota. 3. Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan a. Perbanyakan benih di Balai Benih Induk (BBI) padi seluas 255 ha di 27 provinsi, jagung 86 ha di 25 provinsi, kedelai 114 ha di 24 provinsi, kacang tanah 73 ha di 24 provinsi, kacang hijau 21 ha di 9 provinsi, ubi kayu 5 ha di 2 provinsi dan ubi jalar 8 ha di 3 provinsi serta operasional BBI sebanyak 30 Balai. b. Penilaian varietas, pengawasan, sertifikasi sebanyak 7.763 unit, pemberian insentif pengawas benih tanaman (PBT) 695 orang dan operasional BPSBTPH di 32 provinsi. c. Bantuan langsung benih unggul (BLBU) padi non hibrida sebanyak 55.000 ton, padi hibrida 1.304 ton, padi lahan kering 8.750 ton, jagung hibrida 3.101 ton, kedelai 12.000 ton, ubi kayu 49,05 juta stek dan ubi jalar 249 juta stek. d. Pengawalan, monev, pelaporan BLBU dan subsidi benih untuk tingkat pusat, 32 provinsi dan 446 kabupaten/kota. e. Koordinasi, pembinaan, pengawalan, CPCL, monev perbenihan untuk tingkat pusat dan 33 provinsi. f. BLBU non SL-PTT anggaran penghematan yang terdiri padi non hibrida sebanyak 14.203 ton, padi hibrida 3.962 ton, padi lahan kering 3.425 ton, jagung hibrida dari APBN-P 4.525 ton, dan pembinaan, pengawalan BLBU 1 paket. 4. Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI a. Operasional Brigade Proteksi di 33 provinsi. b. Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) sebanyak 505 unit dan Sekolah Lapangan Iklim (SL-Iklim) 250 unit di 31 provinsi. c. Biaya operasional POPT-PHP sebanyak 2.908 orang, insentif dan BOP THL POPT-PHP 1.168 orang di 31 provinsi.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan _____________________________________
4
________________________________________________Laporan Tahunan 2011 d. Operasional LPHP/LAH sebanyak 87 unit dan operasional BPTPH 32 Balai di 32 provinsi. e. Operasional Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT) sebanyak 1 Balai. f. Koordinasi, pembinaan, pengawalan, CPCL, monev perlindungan tanaman untuk tingkat pusat dan 14 provinsi. g. Pengadaan pestisida anggaran penghematan dan administrasi, biaya tender serta monevnya masing-masing 1 paket. h. Bantuan penanganan dampak serangan tikus dan WBC serta administrasi dan biaya tendernya melalui APBN-P masing-masing 1 paket. 5. Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan a. Bantuan sarana pascapanen (power threser, paddy mower, dryer, alat lainnya) sebanyak 378 paket di 189 kabupaten/kota. b. Pengembangan pascapanen (Project FAO/PHLN) dilaksanakan di pusat. c. Koordinasi, pembinaan, pengawalan, CPCL, monev pascapanen untuk tingkat pusat, 31 provinsi dan 189 kabupaten/kota. d. Bantuan mesin pengering tipe bak datar melalui anggaran penghematan sebanyak 231 paket di 15 provinsi, 82 kabupaten/kota, serta administrasi, biaya tender dan monev 1 paket. e. Rapat koordinasi pelaksanaan bantuan anggaran penghematan 1 paket. 6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya a. Pembayaran gaji pegawai Ditjen Tanaman Pangan sebanyak 956 orang, operasional dan pemeliharaan kantor untuk pusat dan dukungan manajemen dan teknis lainnya. b. Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM-3) sebanyak 280 kelompok. c. Bantuan penanganan bencana alam sebanyak 2 paket. d. Insentif Mantritani sebanyak 2.991 orang di 33 provinsi.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan _____________________________________
5
________________________________________________Laporan Tahunan 2011 e. Operasional Satker, perencanaan, keuangan, data statistik, umum, monev, pelaporan untuk tingkat pusat, 33 provinsi dan 393 kabupaten/kota. 7. Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian (BBPPMBTPH). a. Pembayaran gaji pegawai BBPPMBTPH sebanyak 53 orang, operasional dan pemeliharaan kantor. b. Pengembangan, pengujian, penerapan sistem mutu benih dan operasional BBPPMBTPH. 8. Pengembangan Peramalan Tumbuhan (BBPOPT)
Serangan
Organisme
Pengganggu
a. Pembayaran gaji pegawai BBPOPT sebanyak 88 orang, operasional dan pemeliharaan kantor. b. Pengembangan, pengujian, penerapan sistem mutu benih dan operasional BBPOPT.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan _____________________________________
6
________________________________________________Laporan Tahunan 2011
II
KINERJA TANAMAN PANGAN
A. Indikator Makro 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Kinerja sektor pertanian pada periode triwulan III tahun 2011 menunjukkan peningkatan bila dibandingkan triwulan sebelumnya dan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perbaikan kinerja ini dicerminkan melalui peningkatan nilai PDB yang dicapai baik secara riil maupun secara nominal. PDB sektor pertanian dalam arti luas yang mencakup subsektor tanaman bahan makanan (tabama), perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan secara nominal (atas dasar harga berlaku) pada triwulan III 2011 mencapai Rp. 301,30 triliun. Capaian tersebut disumbangkan oleh subsektor tabama sebesar Rp. 142,41 triliun, subsektor perkebunan Rp. 52,51 triliun, peternakan Rp. 32,78 triliun, kehutanan Rp. 13,79 triliun dan perikanan Rp. 59,82 triliun. Kontribusi subsektor tabama merupakan yang terbesar dalam pembentukan PDB sektor pertanian yang mencapai 47,26% diikuti subsektor perikanan 19,85% dan subsektor perkebunan yang berkontribusi sebesar 17,43%. Bila dibandingkan triwulan sebelumnya, capaian PDB sektor pertanian pada triwulan III tahun 2011 meningkat sebesar Rp. 21,17 triliun dan meningkat Rp. 29,22 triliun bila dibandingkan periode yang sama pada tahun 2010. Peningkatan PDB sektor pertanian diikuti oleh semua subsektor pendukungnya. Pada sektor pertanian dalam arti sempit (tanpa kehutanan dan perikanan) terjadi peningkatan sebesar Rp. 16,71 trilliun dibandingkan triwulan II tahun 2011. Peningkatan tersebut dipacu oleh peningkatan PDB subsektor tabama yang berhasil naik Rp. 4,72 trilliun, perkebunan naik Rp. 10,08 triliun, dan peternakan naik Rp. 1,90
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan _____________________________________
7
________________________________________________Laporan Tahunan 2011 triliun. Sementara bila dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama, PDB tiga subsektor tersebut mengalami peningkatan sebesar Rp. 20,49 triliun yang disumbangkan oleh peningkatan PDB sub sektor tabama sebesar Rp. 10,38 trilliun, perkebunan Rp. 7,68 triliun, dan peternakan Rp. 2,44 triliun. Tabel 1. PDB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2010-2011 (Triliun Rupiah) 2010**)
Peningkatan Nilai PDB (Rp. Triliun)
2011***)
Lapangan Usaha/Sektor
Kontribusi Lap. Usaha thd.Total Tw. III 2011 Tw. III 2011 PDB Tw.III thd.Tw. II thd.Tw. III 2010 2011 (%) 2011 (7) (8) (9)
Tw. III
Jumlah
Tw. I
Tw. II
Tw. III
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
272,08
985,14
275,26
280,14
301,30
21,17
29,22
15,66
a. Pertanian Sempit (3 Sub Sektor)
207,20
737,87
212,58
210,98
227,69
16,71
20,49
11,84
- Tanaman Bahan Makanan
132,03
483,52
155,46
137,68
142,41
4,72
10,38
7,40
- Tanaman Perkebunan
44,83
135,26
26,40
42,42
52,51
10,08
7,68
2,73
- Peternakan dan Hasil-hasilnya
30,34
119,09
30,72
30,88
32,78
1,90
2,44
1,70
b. K e h u t a n a n
12,84
48,05
10,60
13,33
13,79
0,46
0,95
0,72
c. P e r i k a n a n
52,30
199,22
52,07
55,82
59,82
4,00
7,52
3,11
2. Pertambangan dan Penggalian
184,31
716,39
207,93
211,78
219,37
7,59
35,06
11,40
3. Industri Pengolahan
405,34
1.594,33
417,73
440,26
460,35
20,09
55,01
23,93
12,80
50,04
13,34
13,96
14,57
0,61
1,77
0,76
5. Bangunan
172,49
660,97
173,90
183,83
194,85
11,02
22,36
10,13
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
226,69
881,11
237,30
252,07
267,70
15,64
41,01
13,92
7. Pengangkutan dan Komunikasi
108,12
417,47
114,32
116,56
122,23
5,66
14,11
6,35
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 118,45
462,79
128,32
131,06
134,72
3,66
16,27
7,00
9. Jasa-jasa
168,09
654,68
174,58
186,43
208,47
22,04
40,38
10,84
1.668,35
6.422,92
1.742,69
1.816,09
1.923,57
107,48
255,22
100,00
1.543,16
5.924,01
1.600,35
1.658,68
1.760,23
101,55
217,07
91,51
(1) 1. Pertanian
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih
Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto Tanpa Migas
Sumber : Badan Pusat Statistik Keterangan : **) Angka sangat sementara ***) Angka sangat sangat sementara
Sementara itu, kinerja sektor pertanian secara riil pada periode triwulan III tahun 2011 ditunjukkan melalui pencapain PDB atas dasar harga konstan (tahun dasar=2000). Pada periode triwulanan tahun 2011, kinerja sektor pertanian menunjukkan pertumbuhan sebesar 4,96% dari Rp. 81,59 triliun pada triwulan II 2011, naik menjadi Rp. 85,64 triliun pada triwulan III 2011. Peningkatan kinerja sektor pertanian pada periode triwulanan ini terjadi pada seluruh subsektor pendukung pertanian, yaitu subsektor tabama tumbuh sebesar 0,99%, subsektor perkebunan 21,96%, subsektor peternakan 2,74%, kehutanan 2,24% dan perikanan 2,37%.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan _____________________________________
8
________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Bila dibandingkan periode yang sama pada tahun 2010, kinerja sektor pertanian pada triwulan III tahun 2011 tumbuh sebesar 2,68%. Peningkatan kinerja sektor pertanian terjadi pada seluruh subsektor pendukungnya, yaitu subsektor tabama tumbuh sebesar 0,19%, subsektor perkebunan 5,75%, subsektor peternakan 4,38%, kehutanan 1,11% dan perikanan 6,15%. Tabel 2. PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Triliun Rupiah) Tahun 2010-2011 2010** Lapangan Usaha 1. Pertanian
Tw. III
Jumlah
Tw. I
2011***)
Laju Pertumbuhan (%)
Tw. II
Tw. III 2011 Tw. III 2011 thd. thd. Tw. II 2011 Tw. III 2010
Tw. III
83,40
304,41
78,76
81,59
85,64
4,96
2,68
65,77
236,64
62,45
63,54
67,16
5,70
2,12
- Tanaman Bahan Makanan
40,64
151,75
44,34
40,32
40,72
0,99
0,19
- Tanaman Perkebunan
15,53
46,75
8,47
13,47
16,42
21,96
5,75
9,60
38,14
9,63
9,75
10,02
2,74
4,38
b. K e h u t a n a n
4,58
17,19
3,67
4,53
4,63
2,24
1,11
c. P e r i k a n a n
13,04
50,58
12,64
13,52
13,84
2,37
6,15
47,62
186,44
46,77
46,38
47,74
2,94
0,26
151,00
595,31
151,35
156,16
160,93
3,06
6,58
4,54
18,05
4,54
4,72
4,78
1,34
5,29
38,27
150,06
37,81
39,47
40,71
3,13
6,37
102,65
400,60
103,40
108,31
113,03
4,36
10,11
7. Pengangkutan dan Komunikasi
55,70
217,39
57,67
58,87
61,00
3,62
9,51
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
55,65
220,65
57,87
58,46
59,53
1,83
6,97
9. Jasa-jasa
54,87
217,78
56,04
57,40
59,15
3,06
7,81
593,70
2.310,69
594,20
611,35
632,51
3,46
6,54
558,05
2.169,54
559,57
576,52
596,79
3,52
6,94
a. Pertanian Sempit (3 Sub Sektor)
- Peternakan dan Hasil-hasilnya
2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto Tanpa Migas Sumber
: Badan Pusat Statistik
Keterangan : **) Angka sangat sementara ***) Angka sangat sangat sementara
2. Penyerapan Tenaga Kerja Sub sektor tanaman pangan merupakan lapangan usaha yang menyerap bagian terbesar tenaga kerja dan sangat dominan dalam mewarnai struktur ketenagakerjaan pada sektor pertanian maupun nasional. Hampir seluruh penduduk di perdesaan bekerja di sub sektor ini.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan _____________________________________
9
________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2010 tercatat total jumlah penduduk Indonesia yang bekerja di sub sektor tanaman pangan mencapai 19,42 juta orang. Jumlah tersebut mencapai 50,19% terhadap total tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan). Bila dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah tenaga kerja sub sektor tanaman pangan pada tahun 2010 terjadi penurunan sebesar 5,50% dari 20,55 juta pada tahun 2009 turun menjadi 19,42 juta orang pada tahun 2010. Hal tersebut ekuivalen dengan peningkatan jumlah tenaga kerja yang terjadi pada sub sektor perkebunan yang mengalami pertumbuhan sebesar 12,91% dibandingkan tahun 2009. Sementara itu, total jumlah tenaga kerja sektor pertanian pada tahun 2010 menunjukkan peningkatan sebesar 0,23% dibandingkan tahun 2009. Tabel 3. Tenaga Kerja Sektor Pertanian dan Sub Sektor Tanaman Pangan Tahun 2009-2010 Sub Sektor Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Pertanian
Tahun 2009 20.552.592 2.947.726 10.723.514 4.386.165 38.609.997
2010 19.421.893 3.001.077 12.108.179 4.167.894 38.699.043
Perkembangan Subsektor thd. 2010 thd. 2009 Pertanian (%) (%) (5,50) 50,19 1,81 7,75 12,91 31,29 (4,98) 10,77 0,23 100,00
Sumber : BPS (diolah)
3. Ekspor Impor Komoditas Utama Tanaman Pangan Peran strategis lainnya dari sub sektor tanaman pangan adalah terhadap penghematan dan perolehan devisa negara. Sub sektor tanaman pangan diharapkan berperan dalam perolehan devisa negara melalui pengembangan ekspor dan penekanan impor. Selama kurun waktu Januari-Juli tahun 2011, neraca perdagangan sub sektor tanaman pangan berada pada volume 9.038.925 ton,
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan _____________________________________
10
________________________________________________Laporan Tahunan 2011 dimana volume ekspor komoditas utama tanaman pangan mencapai 464.460 ton, sementara total volume impornya mencapai 9.503.385 ton. Tabel 4. Perkembangan Volume Ekspor-Impor dan Neraca Perdagangan Sub Sektor Tanaman Pangan Januari-Juli Tahun 2011 (Ton) Bulan Uraian
Ekspor Impor Neraca
Januari
Pebruari
Maret
April
Total Mei
Juni
Juli
79.006 37.954 74.292 94.979 60.806 46.893 70.529 1.079.919 1.311.773 1.547.410 1.399.469 1.236.848 1.439.218 1.488.747 (1.000.913) (1.273.819) (1.473.118) (1.304.490) (1.176.042) (1.392.325) (1.418.219)
Januari - Juli 464.460 9.503.385 (9.038.925)
Sumber : BPS (diolah)
Jika ditinjau dari sisi nilainya, neraca perdagangan sub sektor tanaman pangan periode Januari-Juli 2011 berada pada US$ 3.918.216.000 dengan nilai ekspor mencapai US$ 313.337.000 dan impor mencapai US$ 4.231.553.000. Tabel 5. Perkembangan Nilai Ekspor-Impor dan Neraca Perdagangan Sub Sektor Tanaman Pangan Januari-Juli Tahun 2011 (000 US$) Bulan Uraian
Ekspor Impor Neraca
Januari
Pebruari
Maret
April
Jumlah Mei
Juni
Juli
Januari - Juli
42.263 29.301 49.231 52.136 44.419 43.048 52.939 313.337 507.077 582.541 707.964 621.800 546.688 589.358 676.125 4.231.553 (464.814) (553.240) (658.733) (569.663) (502.269) (546.310) (623.185) (3.918.216)
Sumber : BPS (diolah)
Ekspor utama komoditas tanaman pangan yang menjadi andalan bulan Januari-Juli adalah gandum/meslin dengan volume ekspor
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan _____________________________________
11
________________________________________________Laporan Tahunan 2011 mencapai 316.720 ton atau setara dengan nilai US$ 232.270.000, berikutnya adalah ubi kayu dengan volume ekspor sebanyak 125.261 ton atau setara dengan nilai US$ 57.866.000. Sementara di sisi impor, gandum/meslin masih berada pada tingkat impor yang cukup tinggi mencapai 3.935.640 ton atau setara dengan nilai US$ 1.607.135.000, kemudian disusul oleh jagung yang mencapai 2.499.075 ton atau setara dengan nilai US$ 817.133.000, beras sebanyak 1.563.616 ton atau setara dengan nilai US$ 826.851.000, dan kedelai sebanyak 1.226.322 ton atau setara dengan nilai US$ 746.972. Tabel 6. Perkembangan Volume Ekspor-Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Tanaman Pangan Januari-Juli Tahun 2011 (Ton) Bulan Uraian
Januari
Beras Ekspor 128 Impor 351.537 Neraca (351.408) Jagung Ekspor 2.321 Impor 170.180 Neraca (167.859) Kedelai Ekspor 532 Impor 186.342 Neraca (185.811) Kacang tanah Ekspor 456 Impor 11.821 Neraca (11.365) Ubi kayu Ekspor 28.169 Impor 6.916 Neraca 21.254 Ubi jalar Ekspor 403 Impor 3 Neraca 400 Gandum Ekspor 46.327 Impor 352.168 Neraca (305.841) TANAMAN PANGAN LAINNYA Ekspor 671 Impor 954 Neraca (283)
Pebruari
Maret
Total
April
Mei
Juni
Juli
Januari - Juli
193 240.712 (240.520)
66 597.922 (597.856)
44 203.906 (203.861)
192 45.272 (45.080)
205 66.517 (66.313)
8 57.750 (57.743)
836 1.563.616 (1.562.780)
297 193.984 (193.687)
422 276.156 (275.734)
166 454.328 (454.162)
514 421.810 (421.296)
212 565.546 (565.334)
385 417.071 (416.686)
4.317 2.499.075 (2.494.757)
795 246.062 (245.267)
823 88.886 (88.063)
614 190.966 (190.352)
792 213.524 (212.732)
768 85.126 (84.359)
928 215.415 (214.487)
5.251 1.226.322 (1.221.071)
358 18.306 (17.948)
559 31.735 (31.175)
561 22.704 (22.143)
655 14.425 (13.769)
720 26.687 (25.967)
405 42.417 (42.012)
3.715 168.094 (164.380)
9.748 16.143 (6.396)
35.085 15.494 19.592
23.281 1.575 21.706
7.994 1.964 6.030
9.011 12.147 (3.136)
11.973 43.791 (31.818)
125.261 98.029 27.232
409 1 409
365 1 364
485 2 483
461 3 458
515 2 513
621 1 620
3.260 13 3.247
25.626 595.790 (570.164)
36.069 530.444 (494.375)
68.917 524.831 (455.915)
49.318 539.267 (489.950)
34.978 682.386 (647.408)
55.487 710.755 (655.268)
316.720 3.935.640 (3.618.920)
529 776 (247)
902 6.772 (5.870)
909 1.156 (247)
881 584 297
486 808 (321)
722 1.548 (825)
5.100 12.596 (7.497)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan _____________________________________
12
________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Tabel 7. Perkembangan Nilai Ekspor-Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Tanaman Pangan Januari-Juli Tahun 2011 (000 US$) Bulan Uraian
Januari
Beras Ekspor 80 Impor 191.652 Neraca (191.572) Jagung Ekspor 544 Impor 51.874 Neraca (51.330) Kedelai Ekspor 664 Impor 103.045 Neraca (102.381) Kacang tanah Ekspor 854 Impor 11.730 Neraca (10.876) Ubi kayu Ekspor 9.394 Impor 3.798 Neraca 5.597 Ubi jalar Ekspor 358 Impor 3 Neraca 355 Gandum Ekspor 29.960 Impor 144.404 Neraca (114.444) TANAMAN PANGAN LAINNYA Ekspor 408 Impor 572 Neraca (163)
Pebruari
Jumlah
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Januari - Juli
138 128.010 (127.872)
88 300.896 (300.808)
65 106.897 (106.831)
111 26.210 (26.099)
170 37.434 (37.264)
16 35.751 (35.735)
670 826.851 (826.181)
145 59.401 (59.256)
591 85.837 (85.246)
51 146.497 (146.446)
1.163 141.656 (140.493)
192 190.426 (190.234)
249 141.443 (141.194)
2.934 817.133 (814.200)
1.018 140.760 (139.742)
1.113 59.188 (58.075)
793 119.663 (118.870)
1.040 132.612 (131.572)
1.101 55.622 (54.521)
1.178 136.083 (134.905)
6.906 746.972 (740.066)
703 18.329 (17.626)
992 31.899 (30.907)
1.167 22.830 (21.663)
1.255 15.236 (13.981)
1.516 27.972 (26.456)
903 44.176 (43.273)
7.390 172.172 (164.782)
4.448 9.068 (4.620)
16.922 8.889 8.033
12.335 883 11.452
3.909 1.122 2.787
4.841 7.017 (2.176)
6.017 22.742 (16.726)
57.866 53.518 4.348
349 2 347
301 3 298
382 4 378
336 4 332
455 4 451
509 4 505
2.690 23 2.667
22.243 226.401 (204.158)
28.805 217.332 (188.527)
36.909 224.223 (187.314)
36.112 229.392 (193.280)
34.485 270.333 (235.848)
43.756 295.049 (251.293)
232.270 1.607.135 (1.374.864)
257 571 (314)
419 3.921 (3.503)
434 803 (369)
492 456 36
289 551 (262)
312 876 (564)
2.611 7.749 (5.138)
4. Nilai Tukar Petani Capaian kebijakan pembangunan di sektor pertanian selain dapat diindikasikan melalui tingkat pertumbuhan ekonomi juga diperlukan data pengukur tingkat kesejahteraan penduduk. Salah satu indikator tingkat kesejahteraan petani dan keadaan perekonomian perdesaan adalah Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan pengukur kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani terhadap barang dan jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumahtangga dan kebutuhan dalam memproduksi hasil pertanian.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan _____________________________________
13
________________________________________________Laporan Tahunan 2011 NTP diperoleh dari rasio persentase indeks harga yang diterima petani dan indeks harga yang dibayar petani. Dari data BPS tahun 2011, selama periode Januari-Oktober tahun 2011, rata-rata angka Nilai Tukar Petani diatas 100. NTP tertinggi terjadi pada Oktober 2011 yang mencapai 105,51 menunjukkan bahwa petani lebih sejahtera karena hasil yang didapatkan petani lebih besar dari yang dibelanjakan. Tabel 8. Nilai Tukar Petani (NTP) Januari-Oktober Tahun 2011 Uraian (1)
Tahun 2011
Desember 2010 Januari Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus September Oktober
(2)
(3)
(5)
(7)
(9)
(11)
(13)
(15)
(17)
(19)
(21)
Indeks Harga YangDiterima Petani (IT)
134.27
135.72
136.36
136.34
136.53
137.38
138.25
139.09
140.27
140.71
141.37
Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB)
130.67
131.76
131.96
131.95
131.40
131.46
131.92
132.63
133.45
133.80
133.99
NILAI TUKAR PETANI
102.75 103.01 103.33 103.32 103.91 104.50 104.79 104.87 105.11 105.17 105.51
Sumber : BPS
Dilihat dari perkembangannya pada periode tersebut (Januari-Oktober 2011), perubahan NTP tertinggi terjadi pada NTP April 2011 dan Mei 2011 yang masing-masing meningkat sebesar 0,57% dibandingkan bulan sebelumnya, sementara pada NTP Maret 2011 menunjukan penurunan sebesar 0,01%. Tabel 9. Perkembangan Nilai Tukar Petani Januari-Oktober Tahun 2011 Uraian (1)
Perubahan NTP (%) Des2010 - Jan2011 - Feb2011 - Mar2011 - Apr2011 - Mei2011 - Jun2011 - Jul2011 - Agt2011 - Sep2011 Jan2011 Feb2011 Mar2011 Apr2011 Mei2011 Jun2011 Jul2011 Agt2011 Sep2011 Okt 2011 (4)
(6)
(8)
(10)
(12)
(14)
(16)
(18)
(20)
(22)
Indeks Harga YangDiterima Petani (IT)
1.08
0.47
-0.01
0.14
0.62
0.63
0.61
0.85
0.32
0.47
Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB)
0.84
0.15
-0.01
-0.42
0.05
0.35
0.54
0.62
0.27
0.14
NILAI TUKAR PETANI
0.25
0.31
-0.01
0.57
0.57
0.28
0.07
0.23
0.05
0.33
Sumber : BPS
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan _____________________________________
14
________________________________________________Laporan Tahunan 2011 B.
Capaian Produksi Tanaman Pangan 1. Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan Komoditas utama tanaman pangan meliputi padi, jagung, kedelai, kacang tanah kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Sasaran strategis yang akan dicapai pada tahu 2011 yaitu tercapainya swasembada kedelai dan swasembada padi dan jagung berkelanjutan serta meningkatnya produksi komoditas tanaman pangan unggulan lainnya. Target indikator kinerja ditetapkan sebagai berikut: produksi padi 70,60 juta ton GKG, produksi jagung 22,00 juta ton, produksi kedelai 1,56 juta ton, produksi kacang tanah 970.000 ton, produksi ubikayu 23,40 juta ton dan ubi jalar 2,15 juta ton. Berdasarkan data Angka Ramalan III (ARAM III) 2011 BPS, keragaan produksi komoditas utama tanaman pangan tahun 2011 yaitu: padi dengan luas panen seluas 13,22 juta ha, produktivitas 49,44 ku/ha dan produksi 65,39 juta ton GKG; jagung dengan luas panen 3,87 juta ha, produktivitas 44,52 ku/ha dan produksi 17,23 juta ton pipilan kering; kedelai dengan luas panen 631,43 ribu ha, produktivitas 13,78 ku/ha dan produksi 870,07 ribu ton biji kering, kacang tanah dengan luas panen 540,49 ribu ha, produktivitas 12,52 ku/ha dan produksi 676,90 ribu ton biji kering, kacang hijau dengan luas panen 292,04 ribu ha, produktivitas 11,46 ku/ha dan produksi 334,73 ribu ton biji kering, ubi kayu dengan luas panen 1,20 juta ha, produktivitas 195,00 ku/ha dan produksi 23,46 juta ton umbi basah, dan ubi jalar dengan luas panen 177,61 ribu ha, produktivitas 122,32 ku/ha dan produksi 2,17 juta ton umbi basah. Tabel 10. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun 2011 (ARAM III 2011 BPS) Komoditas Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Sumber : BPS
Luas Panen (Ha) 13.224.379 3.869.855 631.425 540.489 292.040 1.203.293 177.605
Produktivitas (Ku/Ha) 49,44 44,52 13,78 12,52 11,46 195,00 122,32
Produksi (Ton) 65.385.183 17.230.172 870.068 676.899 334.733 23.464.322 2.172.437
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan _____________________________________
15
________________________________________________Laporan Tahunan 2011 2. Capaian Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pangan Berdasarkan ARAM III 2011 BPS, capaian luas panen tanaman pangan pada tahun 2011 mengalami peningkatan untuk luas panen kacang hijau dan ubi kayu. Luas panen kacang hijau seluas 292 ribu ha, naik sebesar 13,12%, dan luas panen ubi kayu seluas 1,20 juta ha, naik 1,71% dibandingkan ATAP 2010. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan luas panen jika dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu padi turun 0,22%, jagung turun 6,34%, kedelai 4,45%, kacang tanah 12,90% dan ubi jalar 1,92%. Jika dibandingkan dengan angka sasaran luas panen tahun 2011, baru padi yang mengalami pencapaian sasaran luas panen yaitu 100,72% dari sasaran yang ditetapkan, sementara komoditas lainnya masih dibawah sasaran. Tabel 11. Perbandingan Luas Panen Tanaman Pangan Tahun 2011 (ARAM III) Terhadap Sasaran 2011 dan ATAP 2010 No.
Komoditas
(1) 1 Padi
(2)
Luas Panen (000 Ha) ATAP 2010 (3)
Sasaran 2011 (4)
Perbandingan (%)
ARAM-III 2011 (5)
(5) thdp (4)
(5) thdp (3)
(6)
(7)
13.253
13.130
13.224
100,72
99,78
2
Jagung
4.132
4.400
3.870
87,95
93,66
3
Kedelai
661
1.036
631
60,95
95,55
4
Kacang Tanah
621
719
540
75,22
87,10
5
Kacang Hijau
258
330
292
88,39
113,12
6
Ubi Kayu
1.183
1.265
1.203
95,13
101,71
7
Ubi Jalar
181
189
178
93,92
98,08
Capaian produktivitas tanaman pangan tahun 2011 (ARAM III BPS) mengalami peningkatan untuk produktivitas jagung, kedelai, kacang hijau dan ubi jalar, sementara padi, kacang tanah dan ubi kayu mengalami penurunan dibandingkan produktivitas ATAP 2010. Produktivitas padi sebesar 49,44 ku/ha (turun 1,42%), jagung sebesar 44,52 ku/ha (naik 0,36%), kedelai 13,78 ku/ha (naik 0,36%), kacang tanah 12,52 ku/ha (turun 0,32%), kacang hijau 11,46 ku/ha (naik 1,42%), ubi kayu 195,00 ku/ha (turun 3,55%) dan ubi jalar 122,32 ku/ha (naik 7,99%). Jika dibandingkan dengan angka sasaran
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan _____________________________________
16
________________________________________________Laporan Tahunan 2011 produktivitas tahun 2011, komoditas yang mengalami pencapaian sasaran yang ditetapkan, yaitu kacang hijau (102,32% dari target), ubi kayu (105,41% dari target) dan ubi jalar (107,58% dari target), sementara untuk padi, jagung, kedelai dan kacang tanah masih di bawah sasaran. Tabel 12. Perbandingan Produktivitas Tanaman Pangan Tahun 2011 (ARAM III) Terhadap Sasaran dan ATAP 2010 No.
Komoditas
(1) 1 Padi
(2)
Produktivitas (Ku/Ha) ATAP 2010 (3)
Sasaran 2011 (4)
Perbandingan (%)
ARAM-III 2011 (5)
(5) thdp (4)
(5) thdp (3)
(6)
(7)
50,15
53,77
49,44
91,95
98,58
2
Jagung
44,36
50,00
44,52
89,04
100,36
3
Kedelai
13,73
15,06
13,78
91,51
100,36
4
Kacang Tanah
12,56
13,50
12,52
92,74
99,68
5
Kacang Hijau
11,30
11,20
11,46
102,32
101,42
6
Ubi Kayu
202,17
185
195,00
105,41
96,45
7
Ubi Jalar
113,27
114
122,32
107,58
107,99
Capaian produksi tanaman pangan tahun 2011 (ARAM III BPS) dibandingkan produksi ATAP 2010 yang mengalami peningkatan adalah kacang hijau dan ubi jalar, sedangkan padi, jagung, kedelai dan kacang tanah dan ubi kayu mengalami penurunan. Produksi padi mencapai 65,39 juta ton gabah kering giling/GKG (turun 1,63%), jagung 17,23 juta ton pipilan kering (turun 5,99%), kedelai 870 ribu ton biji kering (turun 4,08%), kacang tanah 677 ribu ton biji kering (turun 13,13%), kacang hijau 335 ribu ton biji kering (naik 14,75%), ubi kayu 23,46 juta ton umbi basah (turun 1,90%) dan ubi jalar 2,17 juta ton umbi basah (naik 5,92%). Sementara jika dibandingkan dengan angka sasaran produksi tahun 2011, baru komoditas ubi kayu dan ubi jalar yang mengalami pencapaian sasaran produksi yaitu ubi kayu mencapai 100,27% dan ubi jalar mencapai 101,04% dari sasaran yang ditetapkan.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan _____________________________________
17
________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Tabel 13. Perbandingan Produksi 2011 (ARAM III) Terhadap Sasaran 2011 dan Produksi 2010 (ATAP) No.
Komoditas
(1) 1 Padi
(2)
Produksi (000 Ton) ATAP 2010 (3)
Sasaran 2011 (4)
Perbandingan (%) ARAM-III 2011 (5)
(5) thdp (4)
(5) thdp (3)
(6)
(7)
66.469
70.599
65.385
92,61
98,37
2
Jagung
18.328
22.000
17.230
78,32
94,01
3
Kedelai
907
1.560
870
55,77
95,92
4
Kacang Tanah
779
970
677
69,78
86,87
5
Kacang Hijau
292
370
335
90,47
114,75
6
Ubi Kayu
23.918
23.400
23.464
100,27
98,10
7
Ubi Jalar
2.051
2.150
2.172
101,04
105,92
Tidak tercapainya sasaran produksi komoditas utama tanaman pangan tahun 2011 disebabkan beberapa hal, antara lain: 1) Iklim 2011 lebih kering dibanding tahun 2010, khususnya terjadi pada bulan Mei-September 2011 yang mengakibatkan penurunan potensi produktivitas, 2) Keterbatasan lahan dan air serta sarana prasarana irigasi banyak yang rusak, 3) Luas pertanaman (padi) yang mengalami puso mencapai sekitar 83 ribu ha yang sebagian besar terjadi di Jawa Timur dan Jawa Tengah yang tingkat produktivitasnya relatif tinggi, 5) Pergeseran pelaksanaan sebagian kegiatan APBN 2011 (SL-PTT, bantuan benih, dem area, bantuan sarana pascapanen) ke bulan Oktober 2011 sehingga tidak memberikan kontribusi secara optimal pada produksi tahun 2011. C. Tingkat Penggunaan Benih Unggul Bermutu Penggunaan benih varietas unggul bersertifikat merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi tanaman pangan, yang sekaligus dapat meningkatkan pendapatan petani. Berdasarkan laporan yang diterima, penggunaan benih varietas unggul bersertifikat kelas Benih Sebar (BR) yang digunakan oleh petani sampai dengan bulan Desember, untuk padi sebesar 64,86%, untuk benih jagung sebesar 69,36% dan untuk benih kedelai sebesar 63,22%.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan _____________________________________
18
________________________________________________Laporan Tahunan 2011 D. Dampak Perubahan Iklim 1. Banjir Banjir pada tanaman padi tahun 2011 mencapai luas 169.464 ha (puso: 29.383 ha), lebih rendah apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 (307.810 ha, puso: 93.929 ha) dan rerata 5 tahun (2005-2009) yaitu 292.180 ha (puso: 96.244 ha). Pertanaman jagung yang terkena banjir tahun 2011 seluas 13.318 ha (puso: 6.510 ha), lebih rendah apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 (40.463 ha, puso: 17.778 ha) dan rerata 5 tahun (20052009) yaitu 17.827 ha (puso: 6.992 ha). Pada tanaman kedelai tahun 2011 luas banjir mencapai 7.674 ha (puso: 3.751 ha), lebih rendah apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 (17.012 ha, puso: 11.782 ha) dan rerata 5 tahun (2005-2009) yaitu 8.597 ha (puso: 2.829 ha). Pada tanaman kacang tanah, luas banjir tahun 2011 seluas 963 ha (puso: 146 ha), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 (929 ha, puso: 284 ha) tetapi lebih rendah apabila dibandingkan dengan rerata 5 tahun (2005-2009) yaitu 1.412 ha (puso: 184 ha). Pada tanaman kacang hijau, luas banjir tahun 2011 seluas 1.636 ha (puso: 1.037 ha), lebih rendah apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 (19.908 ha, puso: 11.335 ha) tetapi lebih tinggi apabila dibandingkan dengan rerata 5 tahun (2005-2009) yaitu 717 ha (puso: 182 ha). Pada tanaman ubi kayu, luas banjir tahun 2011 seluas 175 ha (puso: 90 ha), lebih rendah apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 (303 ha, puso: 43 ha) dan rerata 5 tahun (2005-2009) yaitu 242 ha (puso: 126 ha). Sedangkan pada tanaman ubi jalar, luas banjir tahun 2011 seluas 9 ha (puso: 4 ha), lebih rendah apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 (164 ha, puso: 11 ha) dan rerata 5 tahun (2005-2009) yaitu 26 ha (puso: 20 ha).
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan _____________________________________
19
________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Tabel 14. Perbandingan Luas Banjir Pada Tanaman Padi, Jagung, Kedelai, dan Kacang Tanah Tahun 2011*), Tahun 2010, dan Rerata 5 Tahun (2005- 2009) (ha) Komoditas Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Tahun 2011*) T 169.464 13.318 7.674 963 1.636 175 9
P 29.383 6.510 3.751 146 1.037 90 4
Tahun 2010 T 307.810 40.463 17.012 929 19.908 303 164
P 93.929 17.778 11.782 284 11.335 43 11
Rerata 5 Tahun T 292.180 17.827 8.597 1.412 717 242 26
P 96.244 6.992 2.829 184 182 126 20
Ket.: T = Terkena (termasuk puso), P = Puso, *= data sementara
2. Kekeringan Kekeringan pada tanaman padi tahun 2011 seluas 250.836 ha (puso: 53.127 ha), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 (96.721 ha, puso: 20.856 ha) tetapi lebih rendah apabila dibandingkan dengan rerata 5 tahun (2005-2009) yaitu 325.483 ha (puso: 59.862 ha). Luas kekeringan pada tanaman jagung tahun 2011 seluas 22.644 ha (puso: 1.441 ha), lebih rendah apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 (82.875 ha, puso: 20.724 ha) dan rerata 5 tahun (2005-2009) yaitu 68.229 ha (puso: 5.521 ha). Luas kekeringan pada tanaman kedelai tahun 2011 seluas 2.229 ha (puso: 154 ha), lebih rendah apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 (5.014 ha, puso: 643 ha) dan rerata 5 tahun (2005-2009) yaitu 7.016 ha (puso: 564 ha). Demikian pula pada tanaman kacang tanah, luas kekeringan tahun 2011 mencapai 86 ha (puso: 1 ha), lebih rendah apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 (2.703 ha, puso: 1.164 ha) dan rerata 5 tahun (2005-2009) yaitu 10.837 ha (puso: 482 ha). Luas kekeringan pada tanaman kacang hijau tahun 2011 mencapai 2.458 ha (puso: 419 ha), lebih rendah apabila dibandingkan dengan periode
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan _____________________________________
20
________________________________________________Laporan Tahunan 2011 yang sama tahun 2010 (2.747 ha, puso: 1.380 ha) tetapi lebih tinggi apabila dibandingkan dengan rerata 5 tahun (2005-2009) yaitu 925 ha (puso: 49 ha). Pada tanaman ubi kayu, luas kekeringan tahun 2011 mencapai 1.365 ha (puso: tidak ada), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 (803 ha, puso: 204 ha) dan rerata 5 tahun (2005-2009) yaitu 67 ha (puso: tidak ada). Kekeringan pada tanaman ubi jalar tahun 2011 seluas 1 ha (puso: tidak ada), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 karena tidak ada kekeringan, tetapi lebih rendah apabila dibandingkan dengan rerata 5 tahun (2005-2009) yaitu 10 ha (puso: 4 ha). Tabel 15. Perbandingan Luas Kekeringan Pada Tanaman Padi, Jagung, Kedelai, dan Kacang Tanah Tahun 2011*), Tahun 2010, dan Rerata 5 Tahun (2005-2009) (ha) Komoditas Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Tahun 2011 T 250.836 22.644 2.229 86 2.458 1.365 1
*)
P 53.127 1.441 154 1 419 -
Tahun 2010 T 96.721 82.875 5.014 2.703 2.747 803 -
T 20.856 20.724 643 1.164 1.380 204 -
Rerata 5 Tahun P 325.483 68.229 7.016 10.837 925 67 10
T 59.862 5.521 564 482 49 4
Ket.: T = Terkena (termasuk puso), P = Puso, *= data sementara
E.
Luas Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Luas serangan OPT utama tanaman padi tahun 2011 712.493 ha (puso: 40.526 ha), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 (682.683 ha, puso: 10.856 ha) dan rerata 5 tahun (20052009) yaitu 396.259 ha (puso: 3.574 ha). Luas serangan OPT utama jagung tahun 2011 38.793 ha (puso: 236 ha), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 (16.315 ha, puso: 42 ha) dan rerata 5 tahun (2005-2009) yaitu 17.172 ha (puso: 402 ha).
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan _____________________________________
21
________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Luas serangan OPT utama kedelai tahun 2011 9.956 ha (puso: tidak ada), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 (5.247 ha, puso: 8 ha) dan rerata 5 tahun (2005-2009) yaitu 6.156 ha (puso: 46 ha). Sedangkan OPT utama kacang tanah tahun 2011 7.560 ha (puso: 13 ha), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 (4.210 ha, puso: tidak ada) dan rerata 5 tahun (2005-2009) yaitu 4.369 ha (puso: 16 ha). Luas serangan OPT utama kacang hijau tahun 2011 2.312 ha (puso: 2 ha), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 (555 ha, puso: tidak ada) dan rerata 5 tahun (2005-2009) yaitu 709 ha (puso: 3 ha). Serangan OPT utama tanaman ubi kayu tahun 2011 4.738 ha (puso: 11 ha), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 (1.967 ha, puso: 2 ha) dan rerata 5 tahun (2005-2009) yaitu 1.132 ha (puso: 1 ha). Luas serangan OPT utama ubi jalar tahun 2011 726 ha (puso: 5 ha), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 (528 ha, puso: tidak ada) dan rerata 5 tahun (2005-2009) yaitu 623 ha (puso: tidak ada). Tabel 16. Luas Serangan OPT Utama Padi, Jagung, Kedelai, Dan Kacang Tanah Pada Tahun 2011*), Tahun 2010, dan Rerata 5 Tahun (2005-2009)
Komoditi Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Tahun 2011*) T P 712.493 40.526 38.793 236 9.956 7.560 13 2.312 2 4.738 11 726 5
Tahun 2010 T P 682.683 10.166 16.315 42 5.247 8 4.210 555 1.967 2 528 -
(ha) Rerata 5 tahun T P 396.259 3.574 17.172 402 6.156 46 4.369 16 709 3 1.132 1 623 -
Ket.: T = Terkena (termasuk puso), P = Puso, *= data sementara
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan _____________________________________
22
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011
III
PELAKSANAAN KEGIATAN UTAMA
A. Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia 1. Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi dan Jagung Hibrida Pada tahun 2011, kegiatan SL-PTT padi non hibrida direncanakan seluas 2,2 juta ha di 31 provinsi, 403 kabupaten/kota, padi hibrida 228,98 ribu ha di 21 provinsi, 224 kabupaten/kota, padi lahan kering 350 ribu ha di 29 provinsi, 254 kabupaten/kota dan jagung 206,73 ribu ha di 25 provinsi, 236 kabupaten/kota. Sampai dengan Desember 2011 realisasi tanam SL-PTT tahun 2011 untuk padi non hibrida mencapai 2.191.395 ha (99,61% dari target 2,2 juta ha), padi hibrida 206.907 ha (90,36% dari target 228,98 ribu ha), padi lahan kering 340.997 ha (97,43% dari target 350 ribu ha) dan jagung hibrida 206.730 ha (100,00% dari target). Tabel 17. Realisasi SL-PTT Padi dan Jagung Hibrida Tahun 2011 (Posisi Laporan s.d Desember 2011)
No.
SL-PTT
1 Padi 1.1 Padi Non Hibrida 1.2 Padi Hibrida 1.3 Padi Lahan Kering 2 Jagung Hibrida
Rencana
Realisasi
Ha 2.778.980
Unit/Klp 124.898
Ha 2.739.299
Unit/Klp 121.986
% 97,67
2.200.000 228.980 350.000
88.000 22.898 14.000
2.191.395 206.907 340.997
87.656 20.691 13.640
99,61 90,36 97,43
206.730
13.782
206.730
13.782
100,00
Produktivitas SLPTT jika dibandingkan dengan sasaran untuk padi non hibrida mencapai 100,20%, padi hibrida 88,58%, padi lahan kering 97,15% dan jagung hibrida 76,38%. Sedangkan jika dibandingkan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 23
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 dengan produktivitas non SL semuanya berada diatas rata-rata produktivitas non SL, dengan kisaran 111%-134%. Tabel 18. Perbandingan Produktivitas SLPTT terhadap Sasaran dan Non SL Tahun 2011 No.
Komoditi
(1) 1 2 3 4
(2) Padi Non Hibrida Padi Hibrida Padi Lahan Kering Jagung Hibrida
Produktivitas (Ku/ha) Sasaran Realisasi Non SL (3) (4) (5) 60,00 60,12 51,01 77,00 68,21 51,01 37,50 36,43 31,18 65,00 49,65 44,52
Perbandingan (%) (4) thd (3) (4) thd (5) (6) (7) 100,20 117,86 88,58 133,72 97,15 116,84 76,38 111,52
2. Pelatihan Pemandu Lapang (PL) SL-PTT Pelatihan diperuntukkan bagi petugas kabupaten (PPL, PBT, POPT) mantri tani dan lain-lain yang nantinya akan mengawal pelaksanaan SLPTT ditingkat lapangan. Pelatihan dimaksudkan untuk memberikan tambahan pengetahuan, sikap dan keterampilan agar pelaksanaan kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik. Pelatihan petugas SL-PTT dilaksanakan secara berjenjang dan idealnya berurutan yang dimulai dari pelatihan Pemandu Lapang I dilanjutkan pelatihan Pemandu Lapang II dan terakhir pelatihan Pemandu Lapang III. Pelatihan dilaksanakan oleh masing-masing kabupaten pelaksana SLPTT padi dan jagung. Pelatihan Pemandu Lapang (PL) III padi akan dilaksanakan di 413 kabupaten/kota dan pelatihan PL III Jagung Hibrida di 236 kabupaten/kota bertempat di balai pendidikan dan pelatihan daerah/swasta. Biaya pelatihan untuk masing-masing komoditi antara 20-35 juta rupiah sesuai kebutuhan personil yang dilatih sebagai PL III di masing-masing kabupaten/kota. Materi pelatihan meliputi tatacara pelaksanaan SL-PTT dan dititikberatkan pada praktik lapangan. Narasumber/pengajar adalah PL II, para ahli dapat berasal dari Dinas Pertanian Kabupaten, Dinas Pertanian Provinsi, BPTP dan instansi terkait lainnya serta stakeholders yang diutamakan telah mendapat pelatihan.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 24
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Realisasi pelaksanaan pelatihan PL II padi telah dilaksanakan di 31 provinsi (100%), PL III telah dilaksanakan di 412 kabupaten (99,77%) dari rencana 413 kabupaten, yang tidak melaksanakan PL III padi Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur. Realisasi pelaksanaan PL II jagung telah dilaksanakan di 25 provinsi (100%), PL III telah dilaksanakan di 236 kabupaten (100%). 3. Pengembangan Gandum, Sorgum dan Hotong Program pengembangan serealia lainnya (gandum, sorgum dan hotong) tahun 2011 dilaksanakan dalam rangka mendukung diversifikasi pangan, dan mengurangi tekanan permintaan beras sebagai makanan pokok serta memanfaatkan lahan-lahan yang belum diusahakan (lahan marginal) dan lahan yang diusahakan tetapi tanaman lain tidak dapat tumbuh dengan baik karena terbatasnya air, sehingga lahan dapat dimanfaatkan secara optimal. Tujuan pengembangan serealia lain untuk jangka panjang adalah mewujudkan desa mandiri pangan dan energi. Sasaran luas tanam, luas panen, produktivitas dan produksi gandum, sorgum dan hotong tahun 2011 adalah sebagai berikut: Tabel 19. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Gandum, Sorgum dan Hotong Tahun 2011 No
Komoditas
L.Tanam
L. Panen
Produktivitas
Produksi
(Ha)
(Ha)
(Ku/ha)
(Ton)
1
Gandum
1,50
1,43
29,00
4,15
2
Sorgum
8,50
8,08
35,00
28,25
3
Hotong
22,00
-
-
-
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut pada tahun 2011 untuk kegiatan serealia lain telah dialokasikan anggaran melalui dana tugas pembantuan di provinsi dan kabupaten serta pemanfaatan bantuan Jepang (CF-SKR). Kegiatan pengembangan serealia lainya berupa: (a) Dem farm gandum di 4 provinsi pada 6 kabupaten seluas 60 ha, (b) Dem area gandum di 3 provinsi pada 4 kabupaten seluas 300 ha, (c)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 25
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Dem farm sorgum di 9 provinsi pada 16 kabupaten seluas 180 ha, (d) Demfarm hotong di 1 provinsi pada 1 kabupaten seluas 30 ha. a. Dem-Farm Gandum Dem-farm gandum terdapat di 4 provinsi pada 6 kabupaten, sampai dengan 31 Januari 2012 realisasi tanam seluas 50 ha atau 83,33% dari rencana seluas 60 ha. Belum tercapainya realisasi tanam sesuai rencana disebabkan keterbatasan benih (Kabupaten Malang dan Kabupaten Probolinggo masing-masing hanya menanam 5 ha dari rencana masing-masing 10 ha). b. Dem-Area Gandum Melalui Dana Bantuan CF-SKR Tahun 2011 Dem-area gandum melalui dana bantuan CF-SKR tahun 2011 terdapat di 3 provinsi pada 4 kabupaten. Sampai dengan Desember 2011 realisasi tanam seluas 117 ha atau 39,00% dari rencana seluas 300 ha. Rendahnya realisasi tanam disebabkan Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan Kabupaten Toraja Utara Provinsi Sulawesi Selatan mengalami dampak perubahan iklim sehingga pengadaan benih tidak dapat terpenuhi. c. Dem Area Sorgum Pengembangan dem-area sorgum terdapat di 9 Provinsi pada 16 Kabupaten, sampai dengan Desember 2011 realisasi tanam seluas 112 ha atau 67,78% dari rencana seluas 180 ha. Rendahnya realisasi tersebut umumnya terkendala oleh keterbatasan benih dan belum tersedianya pasar dan alat pengolahan, sehingga menyebabkan petani kurang termotivasi untuk menanam sorgum. d. Dem Area Hotong Pengembangan dem-area hotong terdapat di provinsi Maluku pada kabupaten Pulau Buru, sampai dengan bulan 31 Januari 2012 realisasi tanam seluas 30 ha atau 100,00% dari rencana seluas 30 ha.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 26
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 4. Kegiatan P2BN Untuk memacu serta memantapkan program peningkatan produksi padi khususnya Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), maka perlu dilakukan terobosan/gerakan masal baik terkait dengan masa tanam maupaun masa panen padi. Gerakan tersebut dimaksudkan untuk memberi motivasi/dorongan kepada petani/kelompok tani, pelaku kegiatan usahatani lainnya (stakeholders) baik provinsi maupun kabupaten agar memberikan kontribusi terhadap upaya pencapaian sasaran yang sudah ditetapkan. Beberapa hal yang diharapkan dapat tercapai melalui kegiatan ini adalah mendorong gubernur/walikota/bupati dengan menggerakkan petani/kelompok tani dalam melaksanakan kegiatan tanam maupun panen, serta kepada stakeholders yang ada sesegera mungkin menyiapkan sarana produksi yang dibutuhkan dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi. a. Gerakan Tanam Dalam rangka menggerakkan dan mempercepat tanam MT. 2011/2012 untuk mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), telah dilaksanakan Pencanangan Tanam Padi, Jagung dan Kedelai di Desa Linduk, Kecamatan Pontang Kabupaten Serang Provinsi Banten pada tanggal 20 Desember 2011. Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama yang baik antara Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian dengan Pemerintah Provinsi Banten (Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten) dan Pemerintah Kabupaten Serang (Dinas Pertanian Kabupaten Serang) serta beberapa instansi BUMN dan swasta lainnya. Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan swasembada dan swasembada berkelanjutan komoditas padi, jagung, dan kedelai menuju kemandirian pangan ini diawali dengan pencanangan tanam di lahan sawah oleh Direktur Perbenihan Tanaman Pangan, Dr. Bambang Budhianto yang mewakili Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Wakil Gubernur Banten, Bupati Serang,
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 27
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Asisten II Provinsi Banten, Ketua DPRD dan Komisi II DPRD Provinsi Banten, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten, Wakil Dinas Pertanian Provinsi Jabar dan Lampung, Wakil Badan Litbang Pertanian Kementan, Ketua DPRD Kabupaten Serang, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Serang dan Kepala BPTPH Provinsi Banten serta Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Banten. b. Gerakan Panen Untuk memberikan apresiasi petani dan pemangku kepentingan lain dalam rangka Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) telah dilakukan panen padi baik oleh Menteri Pertanian maupun Direktur Jenderal Tanaman Pangan di beberapa kabupaten/provinsi. Dalam acara panen padi tersebut baik Menteri Pertanian maupun Direktur Jenderal Tanaman Pangan memberikan arahan antara lain sebagai berikut :
1) Dalam pembangunan tanaman pangan pada saat ini dan ke depan, kita dihadapkan pada tantangan yang berat yaitu: a) Pertambahan jumlah penduduk (1,49% per tahun); b) Dampak perubahan iklim; c) Alih fungsi lahan; d) Target produksi naik tetapi dukungan anggaran minimal.
2) Peluang untuk meningkatkan produksi yang harus dikelola dengan lebih baik dan optimal. Peluang-peluang tersebut adalah: a) Produktivitas yang dicapai masih dibawah potensi genetisnya; b) Susut hasil masih tinggi; c) Tersedia paket teknologi yang mudah diadopsi; d) perluasan areal di lahan kering, lahan perkebunan, kehutanan, peningkatan indeks pertanaman serta dukungan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk mendukung pencapaian sasaran.
3) Menyikapi
kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi tanaman pangan, dan sebagai wujud nyata keberpihakan pemerintah kepada para petani, maka pemerintah pada Tahun 2011 ini masih tetap memberikan fasilitasi maupun bantuan serta bimbingan antara lain: (a) bantuan benih baik
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 28
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 melalui Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) pada areal SLPTT padi, jagung, kedelai maupun pada areal Non SL-PTT serta penggunaan cadangan benih nasional; (b) penyediaan subsidi untuk benih, pupuk Urea, SP-36/Superphos, ZA, NPK dan organik; (c) biaya operasional untuk kegiatan penyuluhan dan pendampingan bagi para Peneliti, Penyuluh Pertanian, POPT, Pengawas Benih; (d) bantuan peralatan pra dan pasca panen seperti traktor, pompa air, thresher, dll; (e) perbaikan jaringan irigasi desa, jalan usaha tani, tata air mikro dll; (f) pengamanan produksi melalui penerapan dan pengembangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penguatan brigade proteksi tanaman, Sekolah Lapangan Iklim; (g) penguatan modal petani melalui dana KKP-E, KUR dll.
4) Pada tahun 2011 fokus kegiatan dalam upaya peningkatan produksi padi sebagaimana pada tahun-tahun sebelumnya dilakukan melalui SL-PTT. Melalui dana tugas pembantuan di Provinsi Sumatera Utara, dialokasikan kegiatan SL-PTT padi seluas 149.625 ha (6.966 unit SL). Terdiri dari 124.775 ha (4.991 unit) padi non hibrida; 16.350 ha (1.635 unit) padi hibrida dan 8.500 ha (340 unit) padi lahan kering. Untuk Kabupaten Simalungun mendapat alokasi seluas 13.000 ha (580 unit SL) terdiri atas 12.000 ha (480 unit) SL-PTT padi non Hibrida, 1.000 ha (100 unit) SL-PTT padi hibrida.
5) Dalam upaya mengamankan produksi gabah/padi nasional serta antisipasi dan respon cepat untuk menghadapi kondisi iklim yang ekstrim, maka telah dikeluarkan Inpres Nomor 5 Tahun 2011, tanggal 2 Maret 2011, tentang Pengamanan Produksi Beras Nasional Dalam Menghadapi Kondisi Iklim Ekstrim. Dalam Inpres tersebut Presiden menginstruksikan kepada seluruh jajaran yang terkait, mulai dari tingkat pusat (kementerian), provinsi dan kabupaten/kota, agar segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan secara terkoordinasi dan terintegrasi sesuai tugas dan fungsi, dan wewenang masing-masing, untuk mengamankan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 29
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 produksi gabah/beras nasional serta antisipasi dan respon cepat mnghadapi iklim yang ekstrim. Mendukung Inpres tersebut, maka telah dikeluarkan pula Perpres Nomor 14 Tahun 2011, tanggal 2 Maret 2011, tentang Bantuan Langsung Benih Unggul dan Pupuk. Dalam Perpres tersebut pada prinsipnya mengatur mekanisme penyaluran Bantuan Langsung Pupuk (BLP) dan Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) agar tepat jumlah, mutu, varietas/jenis, waktu, dan lokasi. Dengan Perpres ini diharapkan SL-PTT 2011 dapat dilaksanakan lebih cepat (awal), sehingga mampu berkontribusi terhadap produksi tahun 2011 (ditanam paling lambat September 2011), tidak seperti pada tahun-tahun sebelumnya.
6) Dalam rangka mengamankan pencapaian sasaran produksi tanaman pangan pada tahun 2012, maka kami mengharapkan kerjasama dan partisipasi semua stakeholders untuk: 1) Mengoptimalkan potensi lahan yang ada untuk pertanaman tanaman pangan, utamanya padi jagung dan kedelai; 2) Melakukan pengawalan yang ketat dalam penerapan paket teknologi; 3) Mengamankan pertanaman yang telah ada dari serangan OPT dan DPI secara optimal; 4) Mengamankan penanganan panen dan pasca panen untuk meminimalkan kehilangan hasil; 5) Memfasilitasi dalam pemasaran hasil. c. Retreat Pangan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) Menuju Surplus 10 Juta Ton Beras Tahun 2014 1) Indonesia menghadapi sejumlah tantangan di bidang pangan, antara lain: a) Permintaan beras yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk; b) Perubahan iklim menjadi lebih ekstrim akibat pemanasan global berdampak pada potensi terganggunya produksi pangan;
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 30
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 c) Pasar beras dunia menjadi terbatas sehingga kita harus swasembada beras berkelanjutan dan memiliki cadangan beras yang memadai; d) Beras masih sebagai kontributor utama terhadap inflasi sehingga harga beras harus terkendali. 2) Arahan Presiden untuk merespon tantangan tersebut adalah: “Indonesia harus mencapai Surplus Beras 10 juta ton pada tahun 2014”. 3) Indonesia masih memiliki peluang untuk meningkatkan produksi beras surplus 10 juta ton, antara lain: a) Kesenjangan hasil antara potensi dan kondisi di lapangan masih tinggi (rata-rata produktivitas nasional sebesar 5,017 ton/ha, potensi > 6 ton/ha, terutama pada lahan irigasi teknis); b) Tersedia teknologi untuk meningkatkan produktivitas (benih unggul, jajar legowo, pemupukan berimbang dll); c) Potensi sumberdaya lahan sawah, rawa/lebak, lahan kering (perkebunan, kehutanan dll) yang masih luas; d) Pengetahuan/ketrampilan SDM (petani, PPL, POPT dan petugas pertanian lainnya) masih dapat dikembangkan; e) Tersedianya potensi pengembangan produksi pangan alternatif; f) Ketersediaan sumber genetik. 4) Untuk mencapai sasaran tersebut, peran aktif dan kontribusi Pemerintah Daerah sangat penting, karena pangan adalah urusan bangsa, jadi perlu kerjasama yang lebih baik antara pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 5) Untuk mencapai sasaran surplus beras 10 juta ton, dilakukan dengan 4 strategi yaitu: a) Perluasan areal dan pengelolaan lahan, melalui optimalisasi lahan, cetak sawah dan pengelolaan air; b) Peningkatan produktivitas melalui penggunaan benih varietas unggul, penerapan teknik budidaya, penggunaan pupuk
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 31
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 berimbang, pengendalian OPT ramah lingkungan, adaptasi perubahan iklim, dan penanganan pasca panen; c) Penurunan konsumsi beras melalui pengembangan diversifikasi pangan dan olahan serta perubahan pemberian raskin menjadi pangkin d) Penyempurnaan manajemen, melalui dukungan kebijakan dan regulasi, penyempurnaan manajemen teknis, penyempurnaan data dan informasi 6) Retreat menghadirkan Gubernur karena Pemerintah Daerah berperan sangat penting dalam mensukseskan pencapaian sasaran surplus beras 10 juta ton. Perlu dirumuskan bersama apa yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dalam mencapai surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014. Pada tahap ini dipilih 20 provinsi yang akan diminta komitmen dan partisipasi untuk mendukung pencapaian sasaran tersebut. 7) Retreat juga dimaksudkan untuk melakukan “pembagian tugas” antar Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam perumusan kebijakan, regulasi dan pelaksanaan program untuk mendukung pencapaian sasaran surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014. 8) Komitmen yang disepakati pada retreat pangan Senin 19 September 2011 dituangkan dalam Nota Kesepahaman (MoU) yang ditandatangani oleh Menteri Pertanian dan Gubernur. 9) Presiden menilai bahwa sasaran surplus 10 juta ton beras di tahun 2014 dapat tercapai bila: a) didukung oleh seluruh pemangku kepentingan secara nyata; b) kebijakan penganggaran pertanian menjadi prioritas utama dalam pembangunan nasional; dan c) komitmen aparat pusat, provinsi, dan kabupaten dalam upaya pencapaian surplus 10 juta ton beras dilaksanakan dengan baik.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 32
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 10) Komitmen yang disepakati diharapkan dilanjutkan pula oleh para Gubernur dengan para Bupati/Walikota seterusnya secara berjenjang hingga Pemerintah Kecamatan dan Desa. Hal ini karena surplus pangan merupakan tanggung jawab kita bersama. 11) Retreat Pangan menyepakati perlunya dirumuskan kebijakan dan regulasi untuk mendukung pencapaian surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014. Kebijakan yang diperlukan antara lain:
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 33
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 No. 1 2 3 4
5 6 7 8
9
10
11
12
13
14
15
16
Uraian Instruksi Presiden/Menteri tentang Penetapan Sasaran Produksi Beras Nasional Kebijakan impor beras berupa fleksibilitas bea masuk impor beras Penurunan pajak industri alsin dalam negeri Penurunan pajak industri pangan olahan berbasis bahan baku lokal
Meningkatkan anggaran untuk ketahanan pangan minimal 10% dari APBN Kebijakan khusus pengadaan barang dan jasa untuk pertanian Kebijakan penetapan akun khusus Bansos sarana dan prasarana pertanian Kebijakan percepatan penyelesaian RPP sistem informasi, RPP pembiayaan dan RPP insentif sebagai turunan UU 41 tahun 2009 tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan Menerbitkan regulasi tataniaga beras, pelaporan asal usul pembelian beras, jumlah, kapasitas gudang, dan aktivitas penggilingan padi per bulan oleh Gubernur/Bupati/Walikota secara periodik dan berjenjang Mengalokasikan DAK untuk pembangunan dan rehabilitasi gudang/infrastruktur pendukung cadangan beras yang harus dikelola oleh Gubernur dan Bupati/Walikota untuk memenuhi Standar Kebijakan reviltalisasi Kelembagaan Petani dan Pengelolaan Air Mempercepat Pembentukan Posko P2BN sesuai Surat Menteri Dalam Negeri No: 027/317/SJ tanggal 1 Februari 2011 Kebijakan pengangkatan tenaga lapangan, POPTPHP 3.060 orang, Penyuluh 13.929 orang, Pengawas Benih 800 orang, menata ulang Mempercepat penyelesaian status Eks KUT
Membentuk Tim dan menugaskan Konsorsium BUMN (Perum Bulog, PT. Pusri Holding, PT Pertani, PT. Sang Hyang Seri, Perum Perhutani, BUMN Karya (Waskita Karya, Adhi Karya, Hutama Karya, dll), dan PT Rekayasa Industri untuk membangun food estate di Aceh (Aceh Barat Daya), Sumsel (Banyuasin), Kalbar (Kubu Raya, Pontianak), Kalteng (Pulang Pisau), Kaltim (Bulungan), Kepri (Natuna), Kalsel (Barito Kuala) Kebijakan pembangunan, penyediaan kredit dan insentif pengelola resi gudang padi, jagung, kedelai di setiap provinsi dan kabupaten
17
Kebijakan perbaikan konektivitas dan transportasi bahan pangan
18
Mempercepat realisasi alokasi 200.000 ha lahan pertanian dari target 2 juta ha menurut provinsi dan kabupaten
Pelaksana Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Menteri Perdagangan Menteri Menteri Menteri Menteri Menteri Menteri Menteri
Keuangan Keuangan Perindustrian Pertanian Perdagangan Keuangan Pertanian
Kepala Bappenas/LKPP Menteri Keuangan Menteri Pertanian Menteri Kumham Mensesneg Menteri Menteri Menteri Menteri Menteri Menteri Menteri Menteri
Dalam Negeri Pertanian Perdagangan Perindustrian BUMN Dalam Negeri Pertanian Keuangan
Menteri Menteri Menteri Menteri Menteri
Pertanian Dalam Negeri PU Dalam Negeri Pertanian
Menteri Pertanian Menteri Dalam Negeri Menteri PAN dan RB Menko Bid. Perekonomian Menteri Keuangan Menteri Koperasi dan UKM Gubernur Bank Indonesia Menteri Pertanian Menteri BUMN Menteri PU
Menteri Dalam Negeri Menteri Perdagangan Menteri Pertanian Menteri Keuangan Gubernur dan Bupati/Walikota Menteri Perhubungan Mabes TNI Pemerintah Daerah Menteri Kehutanan
B. Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 1. SL-PTT Kedelai, Kacang Tanah dan Kacang Hijau Target areal pelaksanaan kegiatan SL-PTT Kedelai 2011 seluas 300 ribu ha di 27 provinsi pada 191 kabupaten/kota. Dengan adanya upaya percepatan tanam kedelai, maka untuk pelaksanaan percepatan pertanaman bulan Maret dan April menggunakan benih dari Cadangan Benih Nasional (CBN) dengan realisasi mencapai 30.039 ha (10,01%),
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 34
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 sedangkan untuk pelaksanaan SL-PTT mulai bulan Mei menggunakan benih dari BLBU. Kegiatan SL-PTT kacang tanah tahun 2011 ditargetkan pada areal seluas 100.000 ha di 25 provinsi pada 178 kabupaten/kota, sedangkan SL-PTT kacang hijau 10.000 ha di 6 provinsi pada 20 kabupaten/kota. Realisasi tanam SL-PTT kedelai tahun 2011 mencapai 300 ribu ha (100,00% dari target 300 ribu ha), kacang tanah 51.083 ha (51,08% dari target 100 ribu ha) dan kacang hijau 4.250 ha (42,50% dari target 10 ribu ha). Tabel 20. Realisasi SL-PTT Kedelai, Kacang Tanah dan Kacang Hijau Tahun 2011 (Posisi Laporan s.d Desember 2011) No. 1 2 3
SL-PTT Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau
Rencana Ha 300.000 100.000 10.000
Realisasi
Unit/Klp 30.000 10.000 1.000
Ha 300.000 51.083 4.250
Unit/Klp 30.000 5.108 425
% 100,00 51,08 42,50
Produktivitas SLPTT kedelai jika dibandingkan dengan sasaran mencapai 95,93%, sedangkan jika dibandingkan dengan produktivitas non SL 104,43%, sementara untuk kacang tanah dan kacang hijau baru ditanam pada bulan Oktober-Desember, sehingga belum ada panen. Tabel 21. Perbandingan Produktivitas SLPTT terhadap Sasaran dan Non SL Tahun 2011 No. (1) 1
Komoditi (2) Kedelai
Produktivitas (Ku/ha) Sasaran Realisasi Non SL (3) (4) (5) 15,00 14,39 13,78
Perbandingan (%) (4) thd (3) (4) thd (5) (6) (7) 95,93 104,43
2. Pelatihan Pemandu Lapang (PL) SL-PTT Pelaksanaan pelatihan pemandu lapang (PL) SL-PTT kedelai tahun 2011 direncanakan sebanyak 219 kelas yang terdiri dari 1 kelas PL I, 27 kelas PL II dan 191 kelas PL III, kacang tanah 204 kelas yang terdiri dari 1 kelas PL I, 25 kelas PL II dan 178 kelas PL III dan kacang hijau 26 kelas yang terdiri 6 kelas PL II dan 20 kelas PL III. Keadaan sampai dengan 31 Januari 2012 pelatihan PL SL-PTT kedelai sudah terealisasi
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 35
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 216 kelas (98,63%), yang tidak terealisasi PL III di 3 kabupaten yaitu Berau, Pare-Pare dan Serdang Bedagai dikarenakan lewatnya musim tanam dan ada pelaksanaan SL-PTT yang direalokasikan ke kabupaten lainnya. PL SL-PTT kacang tanah telah terealisasi 108 kelas (52,94%) dan PL SL-PTT kacang hijau 15 kelas (57,69%). 3. BLBU Non SL-PTT Kegiatan BLBU Non SL-PTT Kedelai 2011 dilaksanakan pada areal seluas 30.623 ha di 8 Provinsi pada 56 Kabupaten. Realisasi kegiatan sampai dengan Desember 2011 seluas 10.815 ha (35,20%). 4. Pengembangan dan Pemulihan melalui CBN Kedelai Cadangan Benih Nasional (CBN) bertujuan untuk menyediakan kebutuhan benih yang bersifat mendesak untuk pemulihan pertanaman yang rusak berat/puso, mendorong pengembangan penggunaan benih bermutu varietas unggul bagi daerah yang belum menggunakannya, menyediakan kebutuhan benih untuk upaya percepatan pencapaian produksi dalam kondisi tertentu dan meningkatkan ketersediaan benih bermutu varietas unggul. Pada tahun 2011 CBN kedelai ditargetkan seluas 100.000 ha yang tersebar di 22 provinsi, sampai dengan Desember 2011 berdasarkan Surat Penugasan dari Direktur Jenderal Tanaman Pangan terealisasi seluas 45.407 ha (45,40%), sedangkan realisasi tanam baru mencapai 16.239 ha (35,76%).
5. Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) Kedelai Tahun 2011 Pelaksanaan kegiatan GP3K kedelai dilaksanakan oleh BUMN yaitu PT Pertani, PT Sang Hyang Seri, PT PUSRI dan Perum Perhutani seluas 125.000 ha. Dari luasan tersebut pengembangan kedelai di lahan Perum Perhutani seluas 47.000 ha. Realisasi sampai dengan Desember 2011 seluas 86.571,5 ha (69,26%). 6. Dem Area
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 36
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 a. Dem Area Ubikayu Kegiatan dem area ubikayu tahun 2011 direncanakan di 21 provinsi pada 100 kabupaten/kota dengan sasaran seluas 6.540 ha sebanyak 262 unit. Realisasi pelaksanaan sampai dengan Desember 2011 mencapai 5.440 (83,18%). b. Dem Area Ubijalar Pelaksanaan kegiatan dem area ubijalar tahun 2011 direncanakan di 22 provinsi pada 120 kabupaten/kota dengan sasaran seluas 9.960 ha. Realisasi pelaksanaan sampai dengan Desember 2011 mencapai 7.760 ha (77,91%). c. Dem Area Pangan Alternatif Pelaksanaan kegiatan dem area pangan alternatif tahun 2011 direncanakan di 10 provinsi pada 22 kabupaten/kota dengan sasaran seluas 125 ha sebanyak 25 unit. Realisasi pelaksanaan sampai dengan Desember 2011 mencapai 105 ha (84,00%). d. Dem Area Ubikayu, Ubijalar melalui dana CF-SKR Pelaksanaan kegiatan dem area ubikayu melalui CF-SKR tahun 2011 direncanakan di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada kabupaten Lombok Timur dengan sasaran seluas 120 ha dan dem area ubijalar di Provinsi Papua pada Kabupaten Jayawijaya dengan sasaran seluas 90 ha untuk 6 kelompok tani. Realisasi pelaksanaan sampai dengan Desember 2011 mencapai 339 ha (161,43%) dari rencana 210 ha. 7. Optimalisasi Pembinaan a. Kedelai Kegiatan optimalisasi pembinaan kedelai 2011 atau swadaya masyarakat seluas 142.000 ha. Pengembangan kedelai pada kegiatan ini tanpa bantuan pemerintah secara langsung namun memanfaatkan dana pembinaan yang tersedia. b. Kacang Tanah
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 37
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Kegiatan optimalisasi pembinaan/swadaya kacang tanah seluas 640.486 ha. Sampai dengan Desember 2011 realisasi tanam mencapai 495.247 ha (77,32%). Untuk kegiatan tersebut tidak ada bantuan yang dananya berasal dari pemerintah. c. Kacang Hijau Kegiatan optimalisasi pembinaan/swadaya seluas 317.300 ha. Sampai dengan bulan Desember realisasi tanam mencapai 281.694 ha (88,76%). Untuk kegiatan tersebut tidak ada bantuan yang dananya berasal dari pemerintah. d. Ubikayu Kegiatan peningkatan produktivitas berupa optimalisasi pembinaan/swadaya/kemitraan ubikayu dengan luas tanam 1.321.440 ha realisasi sampai dengan bulan Desember seluas 1.161.338 ha (87,88%). e. Ubijalar Kegiatan peningkatan produktivitas berupa optimalisasi pembinaan/swadaya/ kemitraan ubijalar dengan luas tanam 188.950 ha realisasi sampai dengan bulan Desember seluas 166.511 ha (88,17%). 8. Pelatihan Teknis Umbi-umbian dan Pangan Alternatif Pelaksanaan pelatihan teknis umbi-umbian dan pangan alternatif dengan dana yang berasal dari APBN dialokasikan di 27 provinsi (27 kali). Realisasi pelaksanaan sampai dengan bulan Desember sebanyak 23 kali (85,19%) yaitu Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Banten, Jawa Timur, Bali, NTT, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, Papua dan Papua Barat sedangkan yang tidak melaksanakan ada 4 provinsi yaitu Provinsi Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah dan Maluku. C. Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 38
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 1. Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) Tanaman Pangan TA 2011 Benih untuk Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) merupakan benih bersertifikat kelas benih sebar dari hasil produksi PT Sang Hyang Seri dan PT Pertani atau dari hasil kerjasama PT Sang Hyang Seri atau PT Pertani dengan produsen lain. Rencana alokasi Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) Tahun 2011 sumber dana dari APBN dan APBN P meliputi: - BLBU APBN benih padi non hibrida sebanyak 55.000 ton, padi hibrida sebanyak 1.304 ton, padi lahan kering sebanyak 8.750 ton, jagung hibrida sebanyak 3.101 ton, kedelai sebanyak 12.000 ton. - BLBU APBN-P terdiri dari APBN-Penghematan yang meliputi: padi non hibrida 14.203 ton, padi hibrida 4.511 ton, padi lahan kering 3.425 ton, dan APBN-P yaitu jagung hibrida 4.525 ton. Realisasi penyaluran Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) TA. 2011 - Realisasi BLBU APBN komoditi padi non hibrida sebesar 55.000 ton (100,00%), padi hibrida sebesar 1.304 ton (100,00%), padi lahan kering sebesar 8.750 ton (100,00%), jagung hibrida sebesar 3.101 ton (100,00%), serta kedelai sebesar 12.000 ton (100,00%). - Kegiatan penyaluran bantuan benih di beberapa wilayah dilakukan realokasi dari rencana alokasi awal baik dalam satu wilayah provinsi maupun antar provinsi disebabkan keterbatasan lahan dan musim tanam yang sudah terlambat. Tabel 22. Rencana Dan Realisasi Bantuan Langsung Benih Unggul BLBU APBN Tanaman Pangan Tahun 2011 No.
Komoditas
1
Padi Non Hibrida
2
Padi Hibrida
3
Padi Lahan Kering
4
Jagung Hibrida
5
Kedelai Jumlah
Rencana Ton 55.000
Realisasi Ha
Ton
2.200.000
55.000
1.304
86.933
8.750
350.000
3.101
Ha
%
2.200.000
100,00
1.304
86.933
100,00
8.750
350.000
100,00
206.733
3.101
206.733
100,00
12.000
300.000
12.000
300.000
100,00
80.155
3.143.666
80.155
3.143.666
100,00
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 39
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 - Realisasi BLBU APBN Penghematan komoditi padi non hibrida sebesar 14.203,30 ton (100,00%), padi hibrida sebesar 4.510,53 ton (100,00%), padi lahan kering sebesar 3.425,00 ton (100,00%), dan APBN P untuk jagung hibrida sebesar 4.524,88 ton (100,00%). - Sama halnya dengan APBN reguler, adanya keterbatasan lahan dan musim tanam yang sudah terlambat maka dilakukan realokasi dari rencana alokasi awal baik dalam satu wilayah provinsi maupun antar provinsi. Tabel 23. Rencana Dan Realisasi Bantuan Langsung Benih Unggul BLBU APBN Penghematan dan APBN P Tanaman Pangan Tahun 2011 No.
Komoditas
1
Padi Non Hibrida
2 3 4
Rencana Ton
Realisasi Ha
Ton
Ha
%
14.203
568.132
14.203
568.132
100,00
Padi Hibrida
4.511
300.702
4.511
300.702
100,00
Padi Lahan Kering
3.425
137.000
3.425
137.000
100,00
Jagung Hibrida Jumlah
4.525
301.659
4.525
301.660
100,00
26.664
1.307.493
26.664
1.307.494
100,00
2. Penilaian Varietas a. Jumlah Varietas yang Dilepas Selama tahun 2011, Badan Benih Nasional (BBN) telah melaksanakan pelepasan varietas tanaman pangan sebanyak 4 (empat) kali dengan varietas tanaman pangan yang dilepas Menteri Pertanian sebanyak 35 varietas. b. Pemasukan (Impor) dan Pengeluaran (Ekspor) Benih Tanaman Pangan 1) Impor Benih Tanaman Pangan Dalam tahun 2011, Badan Benih Nasional telah memproses surat izin pemasukan (impor) bagi 14 (empat belas) perusahaan swasta yang bergerak di bidang perbenihan tanaman padi hibrida dan jagung hibrida. 2) Ekspor Benih Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 40
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Dalam tahun 2011, Badan Benih Nasional telah memproses surat izin pengeluaran (ekspor) bagi 2 (dua) perusahaan swasta yang bergerak di bidang perbenihan tanaman padi hibrida dan 5 (lima) perusahaan swasta yang bergerak dibidang perbenihan tanaman jagung hibrida. c. Inventarisasi Penyebaran Varietas 1) Padi Inventarisasi luas penyebaran varietas padi pada TA. 2011 yang meliputi MH.2010/2011 dan MK.2011 sampai dengan bulan Desember 2011 seluas 9.188.689 ha, dimana sebagian besar telah menggunakan Varietas Produksi Tinggi (VPT) yaitu seluas 6.728.170 ha atau 73,22%, Varietas Produksi Sedang (VPS) 724,116 atau 7,88%, dan 1.736.403 ha atau 18,90% masih menggunakan Varietas Produksi Rendah (VPR). Tabel 24. Penyebaran Varietas Padi MH 2010/2011 dan MK 2011 No 1 2 3
Golongan VPT VPS VPR Jumlah
Luas Penyebaran (Ha) MH 2010/2011 & MK 2011 6.728.170 724.116 1.736.403 9.188.689
% 73,22 7,88 18,90 100,00
Keterangan : Data bersumber dari Subdit PVPMB VPT : Varietas produksi tinggi VPS : Varietas produksi sedang VPR : Varietas produksi rendah
Berdasarkan data inventarisasi luas penyebaran varietas padi, varietas yang dominan yaitu: varietas Ciherang dengan luas 3.563.890 ha atau 38,79%, varietas IR 64 742.095 atau 8,08%, dan varietas Mekongga 486.394 atau 5,29%. 2) Jagung Inventarisasi luas penyebaran varietas jagung pada TA. 2011 yang meliputi MH.2010/2011 dan MK.2011 adalah 1.763.775 ha, dimana sebagian besar telah menggunakan Varietas Produksi
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 41
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Tinggi (VPT) yaitu seluas 1.265.401 ha atau 71,74%, Varietas Produksi Sedang (VPS) 11.310 ha atau 0,64%, dan 487.064 ha atau 27,61% masih menggunakan Varietas Produksi Rendah (VPR). Tabel 25. Penyebaran Varietas Jagung MH 2010/2011 dan MK 2011 No 1 2 3
Golongan VPT VPS VPR Jumlah
Luas Penyebaran (Ha) MH 2010/2011& MK 2011 1.265.401 11.310 487.064 1.763.775
% 71,74 0,64 27,61 100,00
Berdasarkan data inventarisasi luas penyebaran varietas jagung, varietas yang dominan yaitu BISI-2 dengan luas 353.732 ha atau 20,06%, varietas BISI-16 155.569 ha atau 8,82% dan varietas P12 99.074 ha atau 5,62%. 3) Kedelai Inventarisasi luas penyebaran varietas kedelai pada TA. 2011 yang meliputi MH.2010/2011 dan MK.2011 adalah 284.426 ha, dimana sebagian besar menggunakan Varietas Produksi Tinggi (VPT) seluas 205.736 ha atau 72,33%, Varietas Produksi Sedang (VPS) 22.579 ha atau 7,94%, dan 56.111 ha atau 19,73% masih menggunakan Varietas Produksi Rendah (VPR). Berdasarkan data inventarisasi luas penyebaran varietas kedelai, varietas yang dominan yaitu Anjasmoro dengan luas mencapai 75.872 ha atau 26,7%, varietas Wilis 52.017 ha atau 18,29%, varietas Baluran 15.427 ha atau 5,42%. Tabel 26. Penyebaran Varietas Kedelai MH 2010/2011 dan MK 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 42
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 No 1 2 3
Golongan VPT VPS VPR Jumlah
Luas Penyebaran (Ha) MH 2010/2011 & MK 2011 205.736 22.579 56.111 284.426
% 72,33 7,94 19,73 100,00
4) Kacang Tanah Inventarisasi luas penyebaran varietas kacang tanah pada TA. 2011 yang meliputi MH.2010/2011 dan MK.2011 seluas 199.770 ha. Tabel 27. Penyebaran Varietas Kacang Tanah MH 2010/2011 dan MK 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Varietas Gajah Kelinci Tuban Kidang Macan Jerapah Kancil Singa Situraja DM Banteng Tupai Bison Bima Tapir Jepara Komodo Anoa Turangga Pelanduk Panter Rusa Domba Mahesa Lokal Jumlah
Luas Penyebaran (Ha) MH 2010/2011 & MK 2011 44.050 23.107 18.199
8.530 3.366 2.351 2.338 1.902 1.435 697 620 573 572 404 398 255 225 119 107 83 56 24 8 90.351 199.770
% 22,05 11,57 9,11 4,27 1,68 1,18 1,17 0,95 0,72 0,35 0,31 0,29 0,29 0,20 0,20 0,13 0,11 0,06 0,05 0,04 0,03 0,01 0,00 45,23 100,00
Berdasarkan inventarisasi luas penyebaran varietas kacang tanah, varietas yang dominan yaitu Gajah dengan luas mencapai 44.050 ha atau 22,05%, varietas Kelinci dengan luas mencapai 23.107 ha atau 11,57%, varietas Tuban dengan luas mencapai 18.199 ha atau 9,11%. 5) Kacang Hijau
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 43
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Inventarisasi luas penyebaran varietas kacang hijau pada TA. 2011 yang meliputi MH.2010/2011 dan MK.2011 adalah 117,881 ha. Berdasarkan data inventarisasi luas penyebaran varietas kacang hijau, varietas yang dominan yaitu No.129 dengan luas mencapai 13.133 ha atau 11,14%, varietas Bakti dengan luas mencapai 6.893 ha atau 5,85%, varietas Walet dengan luas mencapai 6.856 ha atau 5,82%. Tabel 28. Penyebaran Varietas Kacang Hijau MH 2010/2011 dan MK 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Varietas No. 129 Bakti Walet Betet Merak Sampeong Parkit Kutilang Manyar Kenari No. 124 Sriti Perkutut Gelatik Merpati Arto Ijo Camar Vilma Ringgit Nuri Siwalik Murai Lokal Jumlah
Luas Penyebaran (Ha) MH 2010/2011 & MK 2011 13.133 6.893 6.856
5.846 3.469 1.730 1.650 1.140 1.075 979 946 862 594 511 405 263 237 155 147 72 66 25 70.827
117.881
% 11,14 5,85 5,82 4,96 2,94 1,47 1,40 0,97 0,91 0,83 0,80 0,73 0,50 0,43 0,34 0,22 0,20 0,13 0,12 0,06 0,06 0,02 60,08 100,00
6) Ubi Jalar Inventarisasi luas penyebaran varietas ubi jalar pada TA. 2011 yang meliputi MH.2010/2011 dan MK.2011 adalah adalah 75.569 ha.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 44
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Berdasarkan data inventarisasi luas penyebaran varietas ubi kayu, varietas dominan yaitu Intro Taiwan dengan luas mencapai 5.530 ha atau 7,32%, varietas Cangkuang dengan luas mencapai 5.228 ha atau 6,92%, varietas Muara Takus dengan luas mencapai 3.391 ha atau 4,49%. Tabel 29. Penyebaran Varietas Ubi Jalar MH 2010/2011 dan MK 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Varietas Intro Taiwan Cangkuang Muara Takus Daya Southern Queen Tembakur Ungu Sewu Tembakur Putih Prambanan Cilembu Shiroyutaka Sari Jago Borobudur Mendut Kalasan Sukuh Puertorico Kidal Lokal Jumlah
Luas Penyebaran (Ha) MH 2010/2011 & MK 2011 5.530 5.228 3.391
3.008 2.826 1.649 940 643 626 608 565 499 447 441 401 280 235 226 148 47.878 75.569
% 7,32 6,92 4,49 3,98 3,74 2,18 1,24 0,85 0,83 0,80 0,75 0,66 0,59 0,58 0,53 0,37 0,31 0,30 0,20 63,36 100,00
7) Ubi Kayu Inventarisasi luas penyebaran varietas ubi kayu pada TA. 2011 yang meliputi MH.2010/2011 dan MK.2011 adalah adalah 809.222 ha. Berdasarkan data inventarisasi luas penyebaran varietas ubi kayu, varietas dominan yaitu UJ 5 dengan luas mencapai 346,624 ha atau 42,83%, varietas UJ 3 dengan luas mencapai 67.274 ha atau 8,31%, varietas Adira 1 dengan luas mencapai 63.112 ha atau 7,80%. Tabel 30. Penyebaran Varietas Ubi Kayu MH 2010/2011 dan MK 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 45
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Varietas UJ 5 UJ 3 Adira 1 Adira 4 Mentega Manalagi Adira 2 Malang 4 Darul Hidayah Apuy Malang 2 SPP Malang 1 Malang 6 Valenca Gading Manihot Bogor Lokal Jumlah
Luas Penyebaran (Ha) MH 2010/2011 & MK 2011 346.624 67.274 63.112
46.664 26.552 13.008 10.326 9.332 8.178 5.093 4.039 3.998 3.708 3.657 1.952 810 186 116 194.593 809.222
% 42,83 8,31 7,80 5,77 3,28 1,61 1,28 1,15 1,01 0,63 0,50 0,49 0,46 0,45 0,24 0,10 0,02 0,01 24,05 100,00
d. Uji Adaptasi Sampai Desember 2011, pengiriman galur untuk kegiatan uji adaptasi/ multilokasi yang dilaksanakan oleh BPSBTPH dibeberapa propinsi pada tahun 2011 sebanyak 76 unit. Untuk realisasi tanam dari galur yang telah dikirim untuk galur padi telah terealisasi sebanyak 64 unit dari 64 unit yang telah terkirim (100,00%) dan untuk galur palawija telah terealisasi sebanyak 12 unit dari 12 unit yang telah terkirim (100,00%).
Tabel 31. Realisasi Pengiriman Galur Uji Adaptasi/Multilokasi T.A. 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 46
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Provinsi Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Lampung Bangka Belitung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Bali NTB NTT Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Jumlah
Terkirim (Unit) 1 5 2 5 2 2 5 2 1 2 2 1 2 3 2 4 2 3 2 3 1 3 2 2 2 3 64
Padi Realisasi Tanam (Unit) 1 5 2 5 2 2 5 2 1 2 2 1 2 3 2 4 2 3 2 3 1 3 2 2 2 3 64
Komoditi Palawija Terkirim Realisasi (Unit) Tanam (Unit) 2 2 1 1 1 1 3 3 1 1 1 1 3 3 12 12
Terkirim (Unit) 1 5 4 5 3 2 5 2 2 2 2 3 2 2 3 2 4 2 4 5 3 1 3 2 2 2 3 76
Total Realisasi Tanam (Unit) 1 5 4 5 3 2 5 2 2 2 2 3 2 2 3 2 4 2 4 5 3 1 3 2 2 2 3 76
e. Sertifikasi 1) Luas Sertifikasi Areal sertifikasi benih (BD, BP dan BR) sampai dengan Desember 2011 untuk komoditi tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau) seluruhnya 186.056,26 ha, dengan rincian sebagai berikut: - Sertifikasi benih padi seluas 112.495,99 ha (60,46%) - Sertifikasi benih jagung seluas 45.243,67 ha (24,32%) - Sertifikasi benih kedelai seluas 25.678,22 ha (13,80%) - Sertifikasi benih kacang tanah dan kacang hijau seluas 2.638,67 ha (1,42%)
Tabel 32. Realisasi Luas Sertifikasi BD, BP, BR dan Hibrida Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 47
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 No
Komoditi
1
Padi
2
Jumlah Jagung
3
Jumlah Kedelai
4
Jumlah Kacang Tanah
5
Jumlah Kacang Hijau
Jumlah Total
Kelas Benih BD BP BR Hibrida BD BP BR Hibrida BD BP BR BD BP BR BD BP BR
Luas Penangkaran Benih (Ha) s.d bulan yg lalu bulan Desember s.d bulan Desember 1.290,380 122,940 1.413,320 34.718,710 1.892,159 36.610,869 62.339,171 9.701,778 72.040,949 2.411,860 19,000 2.430,860 100.760,121 11.735,877 112.495,998 74,060 10,000 84,060 297,750 29,900 327,650 17.508,544 102,830 17.611,374 26.996,638 223,945 27.220,583 44.876,992 366,675 45.243,667 83,580 19,000 102,580 471,600 72,300 543,900 23.104,240 1.927,500 25.031,740 23.659,420 2.018,800 25.678,220 29,715 1,000 30,715 97,950 3,100 101,050 2.323,680 22,250 2.345,930 2.451,345 26,350 2.477,695 2,875 4,000 6,875 56,610 2,000 58,610 92,000 3,500 95,500 151,485 9,500 160,985 186.056,565
%
60,46
24,32
13,80
1,33
0,09
2) Produksi Benih - Realisasi produksi BD sampai dengan bulan Desember 2011, untuk benih padi sebanyak 2.189,29 ton, benih jagung 75,13 ton, benih kedelai 208,61 ton, benih kacang tanah 119,61 ton, dan benih kacang hijau 1,48 ton, ubi kayu 156.000,00 stek, ubi jalar 635.000,00 stek. - Realisasi produksi BP sampai dengan bulan Desember 2011, untuk benih padi 69.708,56 ton, benih jagung 501,18 ton, benih kedelai 198,31 ton (hasil perbanyakan kedelai kelas BP produksinya ada yang carry over di tahun 2012), benih kacang tanah sebanyak 256,879 ton, kacang hijau 15,53 ton, ubi kayu 136.000 stek dan ubi jalar 841.500 stek. - Realisasi produksi BR sampai dengan bulan Desember 2011, untuk benih padi 127.696,51 ton, benih jagung 15.742,01 ton, benih kedelai 17.877,08 ton, benih kacang tanah 3.351,64 ton, kacang hijau 5,40 ton.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 48
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 - Realisasi produksi benih padi hibrida dan jagung hibrida sampai dengan bulan Desember 2011 masing-masing sebanyak 3.211,12 ton dan 45.124,50 ton. Tabel 33. Realisasi Produksi Benih Kelas BD, BP, BR dan Hibrida No
Komoditi
1
Padi
2
Jumlah Jagung
3
Jumlah Kedelai
4
Jumlah Kacang Tanah
5
Jumlah Kacang Hijau
Kelas Benih BD BP BR Hibrida BD BP BR Hibrida BD BP BR BD BP BR BD BP BR
Jumlah Total
Produksi Benih (Ton) s.d bulan yg lalu bulan Desember s.d bulan Desember 1.774,836 414,455 2.189,291 66.382,349 3.326,215 69.708,564 121.233,306 6.463,200 127.696,506 3.195,122 16,000 3.211,122 192.585,613 10.219,870 202.805,483 65,410 9,720 75,130 455,881 45,300 501,181 15.626,805 115,204 15.742,009 44.426,833 697,670 45.124,503 60.574,929 867,894 61.442,823 206,015 2,600 208,615 181,460 16,849 198,309 16.665,215 1.211,865 17.877,080 17.052,690 1.231,314 18.284,004 117,111 2,500 119,611 43,174 213,705 256,879 3.314,044 37,600 3.351,644 3.474,329 253,805 3.728,134 1,485 1,485 14,970 0,560 15,530 5,400 5,400 21,855 1 22,415 286.282,859
%
70,84
21,46
6,39
1,30
0,01
3) Pengecekan Mutu Benih Berdasarkan laporan yang diterima pengecekan mutu benih TA 2011 dilakukan terhadap benih padi, jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau. Jumlah benih yang dicek terdiri dari benih padi sebesar 5.405,28 ton, jagung 2.097,72 ton, kedelai 669,79 ton, kacang tanah 107,43 ton dan kacang hijau 0,24 ton. Dari jumlah tersebut yang masih memenuhi standar mutu benih, untuk benih padi sebesar 3.602,75 ton (66,65%), benih jagung hibrida 1.605,90 ton (84,81%), benih jagung komposit 137,13 ton (67,14%), benih kedelai 310,91 ton (46,42%), benih kacang tanah 41,355 ton (38,50%) dan benih kacang hijau 0,245 ton (100,00%).
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 49
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Tabel 34. Realisasi Pengecekan Mutu Benih T.A 2011 No. 1
1 2 3 4 5 6 7
Komoditi 2
Jumlah Benih yang dicek (Ton)
Padi Jagung Komposit Jagung Hibrida Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Gandum Jumlah
3
5.405,278 204,239 1.893,476 669,799 107,425 0,245 8.280,462
Hasil Pengecekan Mutu Memenuhi Standar Dibawah Standar (Ton) % (Ton) % 4
3.602,752 137,127 1.605,903 310,913 41,355 0,245 5.698,295
5
66,65 67,14 84,81 46,42 38,50 100,00 68,82
6
1.802,526 67,112 287,573 358,886 66,070 2.582,167
7
33,35 32,86 15,19 53,58 61,50 31,18
3. Penguatan Kelembagaan a. BPSBTPH Berdasarkan Surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 46/M.PAN/2/2001 tanggal 26 Februari 2001 perihal Penyampaian Daftar Instansi Vertikal dan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen dan LPND dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 168/Kpts/PL.810/3/2001 tanggal 8 Maret 2001 tentang Penghapusan Barang Milik/Kekayaan Negara (BM/KN) Departemen Pertanian yang ditindaklanjuti dengan pengalihan kepada Pemerintah Daerah, kelembagaan pengawasan dan sertifikasi benih yang telah diserahkan ke daerah dan menjadi kewenangan daerah berjumlah 25 BPSB di 25 provinsi. Dalam perkembangan selanjutnya berdasarkan SK Gubernur atau Peraturan Pemerintah Daerah, telah terbentuk institusi yang menangani pengawasan dan sertifikasi benih yang berbentuk UPTD yaitu UPTD BPSB. Dari hasil inventarisasi kelembagaan pengawasan dan sertifikasi benih, sampai dengan bulan Desember 2011, dari 33 provinsi di Indonesia telah terbentuk 32 UPTD Institusi Pengawasan dan Sertifikasi Benih; sementara 1 provinsi pengembangan yaitu Kepulauan Riau belum membentuk UPTD BPSB, sehingga kegiatan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 50
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 pengawasan dan sertifikasi benih masih dilaksanakan di provinsi terdekat, yaitu oleh UPTD BPSB Riau. Tabel 35. Nama dan Jumlah UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tahun 2011 No 1 2 3 4
Jenis/Nama Institusi UPTD Balai Perbenihan Pertanian UPT Balai Pengawasan Sertifikasi Benih UPTD Balai Pengawasan Sertifikasi Benih UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura 5 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman 6 UPTD Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
7 UPT Balai Perbenihan Tanaman 8 UPT Balai Pengawasan dan Sertifikasi Mutu benih 9 UPT Pengujian Mutu dan Sertifikasi Hasil Pertanian dan Hasil Hutan 10 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian 11 UPT Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan 12 Unit Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura 13 UPT Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura 14 UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih 15 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih/Bibit Pertanian dan Peternakan 16 UPTD Balai Pengawasan, Pengujian dan Sertifikasi Benih Tanaman Pertanian 17 Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Jumlah
Jumlah 1 1 2 2
Provinsi Aceh Sumut Sumbar, Jawa Tengah Riau, Jawa Timur
1 Jambi 14 Bengkulu, Lampung, Jawa Barat Banten, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Sulut, NTB, Gorontalo, Sulsel Sultra, Sulbar, Papua Barat 1 Sumsel 1 Babel 1 DKI Jakarta
1 DIY 1 Bali 1 Kalbar 1 Sulteng
1 NTT 1 Maluku
1 Malut
1 Papua 32
UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura memiliki tugas dan fungsi melaksanakan berbagai kegiatan sertifikasi benih tanaman pangan dan hortikultura, pengujian benih secara laboratories, penilaian varietas tanaman pangan dan hortikultura, pengawasan peredaran benih, tugas-tugas ketatausahaan dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam rangka meningkatkan tugas dan fungsi serta kompetensi Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) khususnya laboratorium benih, maka perlu menerapkan Sistem Manajemen
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 51
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Mutu Laboratorium SNI 19-17025 -2005, dengan tujuan didapatkan suatu standar yang sama dari hasil suatu pengujian laboratorium, untuk itu laboratorium BPSB perlu diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Jumlah laboratorium pengujian benih yang telah mendapatkan akreditasi sebanyak 17 laboratorium dan 20 laboratorium belum terakreditasi. Tabel 36. Jumlah Laboratorium yang Terakreditasi dan yang Belum Terakreditasi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Laboratorium Terakreditasi KAN BPSB TPH Sumatera Utara BPSB TPH Sumatera Barat BPSB TPH Sumatera Selatan BPSB TPH Lampung Balai Besar PPMB TPH Cimanggis BBMSHPHH DKI Jakarta BPSB TPH Jawa Barat BPSB TPH Jawa Tengah BPSB TPH DI Yogyakarta BPSB TPH Jawa Timur BPSB TPH Bali BPSB TPH Nusa Tenggara Barat BPSB TPH Kalimantan Selatan BPSB TPH Sulawesi selatan Balai Besar Padi Balai Penelitian Tanaman Sayuran BPSB TPH Kalimantan Barat
Laboratorium Belum Terakreditasi KAN BPSB TPH Aceh BPSB TPH Riau BPSB TPH Bengkulu BPSB TPH Jambi BPSB TPH Banten BPSB TPH Nusa Tenggara Timur BPSB TPH Maluku Sub Lab. BPSB TPH Kalimantan Tengah BPSB TPH Kalimantan Tengah BPSB TPH Kalimantan Timur BPSB TPH Gorontalo BPSB TPH Sulawesi Tengah BPSB TPH Sulawesi Tenggara BPSB TPH Sulawesi Barat BPSB TPH Sulawesi Utara BPSB TPH Papua Balitkabi Malang Balai Penelitian Serealia, Maros BPTP Jawa Barat BBPPTP Surabaya
b. Balai Benih (Provinsi dan Kabupaten/Kota) Keberadaan kelembagaan Balai Benih setelah diberlakukannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, pada umumnya telah menjadi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Pertanian Provinsi, dan menjadi kewenangan daerah. Sampai dengan tahun 2011, dari 33 provinsi baru 32 provinsi yang telah membentuk UPTD Balai Benih. Sedangkan 1 provinsi yaitu Kepulauan Riau secara struktural berada dibawah Seksi Benih, pada
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 52
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Subdin Produksi Dinas Pertanian Provinsi yang berfungsi sebagai unit produksi benih sumber. Dengan beragamnya organisasi di daerah, maka nomenklatur (penamaan) kelembagaan Balai Benih sangat beragam, yaitu: Balai Benih Induk (BBI), Balai Benih Utama (BBU), Instalasi Kebun Benih, Unit Produksi Benih, Kebun Benih, Balai Perbenihan dan Pembibitan, Instalasi Benih Induk, Balai Benih/Bibit, Unit Pengembangan Benih, Unit Perbenihan Induk, dan Kebun Benih Kabupaten. Dari hasil inventarisasi kelembagaan Balai Benih, telah terbentuk 32 UPTD Balai Benih di 33 provinsi, dan terdiri dari beberapa unit produksi yang penamaannya beragam sesuai dengan keadaan daerah masing-masing. Berdasarkan keputusan Menteri Pertanian Nomor 347/Kpts/OT.210/6/2003 tentang Pedoman Pengelolaan Balai Benih Tanaman Pangan dan atau Hortikultura, adapun tugas pokok Balai Benih adalah melaksanakan produksi dan penyebarluasan benih varietas unggul bersertifikat kelas Benih Dasar (BD) dan Benih Pokok (BP), sedangkan fungsi Balai Benih yaitu melaksanakan Produksi Benih Dasar (BD) dan Benih Pokok (BP), Penyebarluasan (penyaluran) Benih Dasar (BD) dan Benih Pokok (BP) kepada produsen benih, melaksanakan observasi penerapan teknologi perbenihan, baik teknologi produksi maupun pasca panen, melaksanakan pemurnian kembali varietas unggul, melaksanakan pembinaan teknis kepada produsen benih, melaksanakan penyebarluasan informasi perbenihan dan melaksanakan pengawasan internal. c. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (LSSMBTPH) LSSMBTPH adalah lembaga yang melekat pada Direktorat Perbenihan pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura, yang mempunyai kewenangan untuk melaksanakan Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu pada pelaku agribisnis perbenihan.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 53
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 LSSMB TPH dibentuk sejak tahun 1999, berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1100.1/Kpts/KP.150/10/1999 Tahun 1999 jo Nomor 361/Kpts/ KP.150/5/2002 Tahun 2002 sebagai peraturan pelaksanaan dari Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman dan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman, sedangkan operasional LSSMBTPH berlandaskan pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/8/2006 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina. Lembaga ini juga telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan Sertifikat Akreditasi LSSM020-IDN tanggal 28 Januari 2005. Re-akreditasi oleh KAN yang terakhir telah dilaksanakan dengan Sertifikat Nomor LSSM- 033-IDN tanggal 18 Agustus 2011 sesuai acuan ISO 17021. Sampai dengan Desember 2011, Jumlah perusahaan yang menerapkan Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu (jumlah akumulasi dari sebelum tahun 2008) sebanyak 11 (sebelas) perusahaan/produsen benih, yaitu: 1) PT Dupont Indonesia, 2) PT Branita Sandhini, 3) PT East West Seed Indonesia, 4) PT BISI Internasional Tbk, 5) PT Jagung Hibrida Sulawesi (berubah nama menjadi PT Asian Hybrid Seed Technologies Indonesia), 5) PT Sang Hyang Seri (persero) PBS Cabang Khusus Sukamandi, 7) PT Benih Citra Asia, 8) PT Agri Makmur Pertiwi, 9) UPBS Balai Besar Padi Sukamandi, 10) PT Tunas Agro Persada dan 11) CV Aditya Sentana Agro. Saat ini ada 3 (tiga) perusahaan benih juga yang telah mengajukan permohonan untuk menerapkan Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu dan sedang dalam proses penilaian, yaitu: 1) PT Sang Hyang Seri (Persero) Cabang Pasuruan, Jawa Timur (telah dilakukan audit awal tahap 1 dan tahap 2), 2) PT Sang Hyang Seri (Persero) Cabang Pujon Jawa Timur (dalam proses penilaian kecukupan dokumen mutu/persyaratan permohonan), dan 3) CV Aura Seed Indonesia, Malang, Jawa Timur (dalam proses penilaian kecukupan dokumen mutu/persyaratan permohonan). Selama tahun 2011, telah dilakukan Witness oleh Tim dari Komite Akreditasi Nasional yang dilaksanakan di 2 (dua) produsen benih
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 54
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 yang menerapkan sertifikasi sistem manajemen mutu, yaitu PT Agri Makmur Pertiwi di Kediri dan PT Dupont Indonesia di Malang. Pelaksanaan witness langsung dihadiri oleh Direktur Lembaga Sertifikasi, Komite Akreditasi Nasional (Dra. Zakiyah), yaitu pada tanggal 30 Juni s.d 2 Juli 2011 ke PT Dupont Indonesia, dan pada tanggal 22-23 Juli 2011 ke PT Agri Makmur Pertiwi. Peningkatan SDM melalui pelatihan untuk mengikuti perkembangan sistem manajemen mutu telah dilaksanakan oleh LSSMBTPH. Pada tahun 2011, telah diikutsertakan 2 (dua) orang personil LSSMBTPH dari Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan mengikuti pelatihan ISO 9001:2008 (Paket Pengenalan dan Implementasi). LSSMBTPH dari Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan yang berjumlah 2 (dua) orang personil, dengan fasilitas kerja representatif di Lantai 3 Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan, antara lain berupa komputer (2 unit), pendingin ruangan, meja kerja, meja rapat serta lemari arsip. Disamping itu, juga telah dipasang jaringan internet, yang merupakan salah satu persyaratan yang diminta oleh Komite Akreditasi Nasional. Permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan LSSMBTPH selama ini adalah: 1. Pengelolaan LSSMBTPH masih sangat tergantung pada anggaran pemerintah (APBN), karena saat ini usulan tarif PNBP Kementerian Pertanian (yang didalamnya ada usulan mengenai tarif pengelolaan Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu) sedang dalam proses. 2. Pengelolaan LSSMBTPH belum optimal, seluruh personil yang menangani LSSMBTPH merupakan PNS dari Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura, yang juga melaksanakan tugas pokok Direktoratnya masing-masing. 3. Saat ini sudah ada LSSM swasta (dengan nama LSSM Bebi), tetapi pengawasan terhadap produsen-produsen benih yang telah
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 55
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 disertifikasi oleh LSSM swasta ini sulit dilaksanakan oleh Direktorat Perbenihan, karena tidak pernah ada laporan aktivitasnya, padahal ada kewajiban yang harus dipenuhi oleh produsen benih yang telah disertifikasi oleh LSSM Bebi yaitu kewajiban melaporkan kegiatannya sercara berkala kepada BPSB setempat dan Direktur Jenderal melalui Direktur Perbenihan, sebagaimana dinyatakan pada Permentan Nomor 39 tahun 2006 Pasal 23 ayat (1). 4. Insentif Pengawas Benih Insentif Pengawas Benih Tanaman (PBT) tahun 2011 dialokasikan untuk 31 provinsi di Indonesia sejumlah Rp. 2.064.000.000,00 untuk 688 orang PBT, sedangkan 2 provinsi yaitu Provinsi Kep. Riau dan Bangka Belitung tidak mendapatkan alokasi insentif PBT karena belum ada Petugas Pengawas Benih. 5. Perbanyakan Benih Perbanyakan benih tanaman pangan yang berada di Balai Benih sesuai dengan data yang diterima sampai dengan bulan Desember telah terealisasi sebesar:
a. Realisasi perbanyakan benih padi non hibrida untuk kelas Benih Dasar (BD) 87,60 ha (84,23% dari target 104 ha) dan Benih Pokok (BP) seluas 153 ha (92,17% dari target 166 ha).
b. Realisasi perbanyakan benih jagung hibrida untuk kelas Benih Dasar (BD) 29,00 ha (87,80% dari target 33 ha) dan Benih Pokok (BP) seluas 40 ha (90,90% dari target 77 ha).
c. Realisasi perbanyakan benih kedelai untuk kelas Benih Dasar (BD) 46,50 ha (45,59% dari target 102 ha) dan Benih Pokok (BP) seluas 71 ha (42,26% dari target 170 ha).
d. Realisasi perbanyakan benih kacang tanah untuk kelas Benih Dasar (BD) 32 ha (100% dari target) dan Benih Pokok (BP) seluas 47 ha (97,90% dari target 48 ha).
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 56
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 e. Realisasi perbanyakan benih kacang hijau untuk kelas Benih Dasar (BD) 8 ha (88,80% dari target 9 ha) dan Benih Pokok (BP) seluas 11 ha (100% dari target).
f. Realisasi perbanyakan benih ubi kayu untuk kelas Benih Dasar (BD) 3 ha (100% dari target) dan Benih Pokok (BP) seluas 2 ha (100% dari target).
g. Realisasi Perbanyakan benih ubi jalar untuk kelas Benih Dasar (BD) 3 ha (100% dari target) dan Benih Pokok (BP) sebesar 3 ha (100% dari target). 6. Cadangan Benih Nasional (CBN) Sejak tahun 2004 pemerintah juga menyediakan cadangan benih Nasional (CBN) yang dananya bersumber dari APBN dan pelaksanaan oleh PT Sang Hyang Seri (Persero) dan PT Pertani (Persero). Berbeda dengan tahun sebelumnya Cadangan Benih Nasional (CBN) tahun 2011 selain untuk memenuhi kebutuhan benih yang bersifat mendesak guna pemulihan pertanaman yang rusak/puso sebagai akibat/dampak anomali iklim (bencana alam) dan/atau serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) juga untuk mendorong pengembangan penggunaan benih bermutu varietas unggul pada daerah-daerah yang belum menggunakannya, serta untuk meningkatkan ketersediaan benih bermutu varietas unggul, guna meningkatkan produktivitas dan produksi padi, jagung dan kedelai. Penyediaan Cadangan Benih Nasional (CBN) yang dimulai sejak TA. 2004-2011, untuk komoditi padi non hibrida sebanyak 75.717,02 ton, padi hibrida 2.130,77 ton, jagung hibrida 15.393,86 ton, jagung komposit 3.619,50 ton dan kedelai 18.140,03 ton. Realisasi penggunaan Cadangan Benih Nasional (CBN) TA. 2011 berdasarkan Surat Penugasan Direktur Jenderal Tanaman Pangan sampai dengan Desember 2011, benih padi non hibrida sebanyak 20.362,98 ton, benih padi hibrida sebanyak 1.650,30 ton, jagung hibrida sebanyak 5.187,60 ton, benih jagung komposit sebanyak 1.549,02 ton dan benih kedelai sebanyak 4.031,53 ton.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 57
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Tabel 37. Perkembangan Pengadaan/Penyediaan, Realisasi Penggunaan dan Stok Akhir CBN Tahun 2004-2001
No.
(1) 1 2 3 4 5
Komoditas
Ketersediaan (Ton) Sisa Stok CBN Target Total s.d 2010 2011
(2) Padi Non Hibrida Padi Hibrida Jagung Komposit Jagung Hibrida Kedelai
(3) 14.716 1.996 1.362 6.171
(4) 15.000 2.130 558 3.993 6.800
(5) 29.716 2.130 2.554 5.355 12.971
Rencana Pengadaan 2004-2011 (Ton)
(5) 75.717 2.130 3.620 15.394 18.140
Penggunaan 2011 s.d 31 Des (Ton)
(Ha)
%
(6) 20.362 1.650 1.549 5.188 4.032
(7) 814.494 110.020 61.961 345.840 100.788
(8) 68,52 77,48 60,65 96,87 31,08
Sisa Stok Posisi 31/12/ 2011
Volume (Ton)
(9) 9.354 480 1.005 167 8.939
Luas Areal (000 Ha)
(10)
374 32 40 11 223
7. Subsidi Benih Realisasi penyaluran benih bersubsidi/subsidi harga tahun 2011 (kondisi sampai dengan Desember 2011) untuk padi non hibrida mencapai 42.166 ton setara 1.686.660 ha (67,47%), jagung hibrida 580 ton setara 38.683 ha (16,82%), jagung komposit 209 ton setara 6.952 ha (16,69%), serta kedelai 564 ton setara 14.089 ha (43,15%) dari rencana penyaluran. Tabel 38. Rencana dan Realisasi Penyaluran Subsidi Benih Tahun 2011 (Kondisi s.d. Desember 2011)
No.
Komoditas
1 2 3 4
Padi Non Hibrida Jagung Hibrida Jagung Komposit Kedelai Jumlah
Rencana Ton 62.500 3.450 1.250 1.306 68.506
Ha 2.500.000 230.000 50.000 32.650 2.812.650
Ton 42.166 580 209 564 43.519
Realisasi Ha 1.686.660 38.683 6.952 14.089 1.746.383
% 67,47 16,82 16,69 43,15 63,53
D. Penguatan Perlindungan Tanaman dari Gangguan OPT dan DPI 1. Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) a. Pelaksanaan SLPHT Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 58
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) merupakan salah satu metode pemberdayaan masyarakat petani yang dinilai cukup berhasil dalam menerapkan PHT. Melalui SLPHT diharapkan dapat terwujud kemandirian petani dalam pengambilan keputusan di lahan usaha taninya. Pengaruh SLPHT harus multi efek yaitu tidak hanya merubah paradigma pola pikir para petani alumni SLPHT saja, namun juga harus dapat membuat perubahan terhadap petani non SLPHT dan generasi petani selanjutnya untuk melaksanakan PHT. Kegiatan SLPHT skala kelompok diikuti oleh 20-25 orang petani dan dilaksanakan selama satu musim tanam dengan menggunakan metode pembelajaran teori dan praktek yang bersifat partisipatoris. Pertemuan dilakukan secara berkala seminggu sekali dengan waktu efektif 6 jam pertemuan yang berlangsung selama 12 kali pertemuan. Pada tahun 2011 telah dirancang kegiatan SLPHT skala kelompok yang berjumlah 505 unit (pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan di lapangan), terdiri dari SLPHT Padi inbrida/Palawija 467 unit dan Padi Hibrida 38 unit, yang tersebar di 31 provinsi. Berdasarkan evaluasi pelaksanaan kegiatan SLPHT skala kelompok di masing-masing provinsi, pelaksanaan SLPHT tahun 2011 terealisasi 502 unit (99,41%) dari rencana 505 unit dengan sebaran 464 unit SLPHT padi inbrida/palawija (yang terdiri atas 328 unit SLPHT padi inbrida, 73 unit SLPHT jagung, 48 unit SLPHT kedelai, 12 unit SLPHT kacang tanah, dan 3 unit SLPHT kacang hijau) dan 38 unit SLPHT padi hibrida. Realisasi kegiatan SLPHT tahun 2011 tidak mencapai 100% disebabkan adanya pengalihan alokasi dana SLPHT (sesuai revisi DIPA) sebanyak 3 unit di Provinsi Sulawesi Barat. Pelaksanaan SLPHT menghasilkan 3 orang petani andalan yang terdiri dari 2 orang petani pemandu dan 1 orang petani pengamat OPT. Dengan terlaksananya kegiatan SLPHT diharapkan petani alumni SLPHT dapat menjadi ahli PHT di lahannya, melanjutkan/
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 59
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 mengembangkan penerapan PHT dan menyebarluaskan penerapan PHT kepada petani lain di sekitarnya. b. Evaluasi Pelaksanaan SLPHT Untuk mengetahui efektivitas, dampak dan permasalahanpermasalahan yang muncul dalam pelaksanaan SLPHT, telah dilaksanakan pertemuan evaluasi pelaksanaan SLPHT pada tanggal 14-16 Juni di Bandung, Jawa Barat. Pertemuan dihadiri oleh para Pemandu Lapangan, penanggungjawab pelaksanaan SLPHT dari 26 provinsi, dan para pakar/narasumber terkait. Berdasarkan hasil evaluasi dari masing-masing provinsi, ulasan para pakar, dan diskusi yang berkembang, dihasilkan rumusan sebagai berikut: 1) Pelaksanaan SLPHT belum sepenuhnya sesuai pedoman. Beberapa hal yang menjadi kendala, antara lain terbatasnya kuantitas dan kualitas Pemandu Lapangan (PL), terbatasnya pembinaan yang dilakukan oleh institusi terkait, dan beban pekerjaan pemandu yang semakin berat terkait kegiatan teknis maupun administrasi. Disamping itu pemandu lapangan (POPTPHP) juga ditugaskan untuk memandu kegiatan SLPTT, SLI, melaksanakan pengamatan OPT, bimbingan pengendalian OPT, dan pengawasan pestisida dan pupuk. 2) Kelompok Tani (alumni SLPHT) yang telah mengembangkan Pos Pelayanan Agens Hayati (PPAH) menyediakan agens hayati sebagai pengendali OPT. Di Sumatera Utara 7 kelompok, Riau 3 kelompok, Sumatera Selatan 12 kelompok, Bengkulu 1 kelompok, Lampung 1 kelompok, Babel 6 kelompok, DKI Jakarta 1 kelompok, Jawa Barat 54 kelompok, Jawa Tengah 2 kelompok, DIY 19 kelompok, Jawa Timur 1 kelompok, Banten 7 kelompok, NTB 1 kelompok, Kalbar 6 kelompok, Kalsel 2 kelompok, Kaltim 2 kelompok, Sulteng 3 kelompok, Sulsel 44 kelompok, dan Maluku Utara 17 kelompok.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 60
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 3) Untuk mengoptimalkan pelaksanaan SLPHT perlu diupayakan hal-hal sebagai berikut: - Penambahan jumlah PL melalui Training of Trainer (TOT) Pemandu Lapangan (PL I dan PL II) maupun petani pemandu melalui pemberdayaan alumni SLPHT. - Penyegaran kembali para PL sehingga meningkatkan kualitas pemandu dan kepemanduan. - Pembentukan Team Work (Kelompok Kerja) di tingkat kecamatan, kabupaten, dan provinsi untuk menjaga kualitas pelaksanaan SLPHT secara berkelanjutan. - Pemberdayaan LPHP sebagai Field Training Facilities (FTF), sesuai dengan fungsi LPHP dalam pemberdayaan SDM perlindungan dan mengkoordinasikan pelaksanaan Sekolah Lapangan. 4) Pedoman pelaksanaan SLPHT Tanaman Pangan sebagai acuan yang digunakan masih perlu penyempurnaan pada beberapa hal, diantaranya: - Kegiatan persiapan pelaksanaan perlu ditingkatkan, antara lain pertemuan persiapan SLPHT dengan pihak terkait, menentukan lokasi, peserta, dan analisis ekosistem setempat (keadaan OPT, kesuburan tanah, dan lain-lain). - Perlu adanya studi pendukung PHT dalam upaya peningkatan produktivitas. - Sasaran/target pengembangan SDM petani sebanyak 3 (tiga) orang petani andalan, yang terdiri dari 2 (dua) orang Petani Pemandu dan 1 (satu) orang Petani Pengamat OPT pada setiap unitnya. Petani Pengamat diharapkan dapat membantu operasional POPT-PHP, Petani Pemandu diharapkan dapat memandu SLPHT dari petani ke petani untuk mengakselerasi pemasyaratan konsep PHT. - Diperlukannya pedoman SLPHT Tindak Lanjut dalam rangka pemberdayaan alumni SLPHT dan mewujudkan desa/kecamatan PHT.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 61
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Untuk menyikapi adanya permasalahan di masing-masing provinsi, Pedoman dapat disesuaikan dalam Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis di tingkat provinsi. Dalam mendukung Program Peningkatan Produksi Tanaman Pangan, pelaksanaan SLPHT perlu didampingi studi/kajian yang berorientasi pada peningkatan produksi tanaman pangan. 5) Untuk memasyarakatkan penerapan PHT diperlukan pemberdayaan alumni SLPHT antara lain melalui: - Pelaksanaan SLPHT Tindak Lanjut - Peningkatan pembinaan dan pendampingan - Pembentukan wadah bagi alumni SLPHT sehingga tercipta jaringan dan kelembagaan PHT yang kuat - Pembentukan Petani Pengamat dan Regu Pengendalian Hama (RPH). 2. Sekolah Lapangan Iklim (SL-Iklim) a. Pelaksanaan SLI Tahun 2011 Peningkatan kemampuan, keahlian dan pemberdayaan petani dalam memanfaatkan informasi prakiraan iklim dilaksanakan melalui kegiatan Sekolah Lapangan Iklim (SLI). Kegiatan ini terutama dilaksanakan di daerah yang sering mengalami dampak perubahan iklim (banjir dan kekeringan). SLI dimulai pada MT 2002/2003 di Kabupaten Indramayu sebagai Pilot Project melalui kerjasama antara Departemen Pertanian, Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, IPB dan Asian Disaster Preparedness Centre (ADPC). Secara nasional, SLI diselenggarakan sejak Tahun 2007 dengan pendanaan dari APBN yang tersebar di provinsi rawan banjir dan kekeringan. Sejak tahun 2003, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian mulai melakukan rintisan pelaksanaan SLI di Kabupaten Indramayu sebagai lokasi Pilot-Project. Pada tahun 2007, Sekolah Lapangan Iklim mulai dilaksanakan di 19 provinsi. Pada tahun 2008 dan 2009 SLI dilaksanakan di 20 provinsi, tahun
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 62
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 2010 dilaksanakan di 29 provinsi, dan pada tahun 2011 dilaksanakan di 31 provinsi. Realisasi pelaksanaan SLI tahun 2011 sebanyak 247 unit atau 98,80% dari rencana 250 unit. b. Evaluasi Pelaksanaan SLI Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan SLI di daerah, telah dilakukan Workshop Evaluasi Pelaksanaan Sekolah Lapangan Iklim. Hasil yang diharapkan dari pertemuan tersebut adalah teridentifikasinya berbagai permasalahan/kendala serta berbagai masukan yang dapat digunakan untuk penyempurnaan pelaksanaan SLI pada masa yang akan datang. Evaluasi Pelaksanaan Sekolah Lapangan Iklim dilaksanakan pada tanggal 24-26 Mei 2011 di Bandung, Jawa Barat. Peserta yang hadir berjumlah 75 orang yang berasal dari 20 Provinsi (Kepala UPTD BPTPH dan Pemandu Lapangan SLI), Balai Besar Peramalan OPT Jatisari, dan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Adapun Narasumber berasal dari: - Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan - Balai Besar Peramalan OPT, Jatisari - Pusat Iklim, Agroklimat dan Iklim Maritim, BMKG - Departemen Geofisika dan Meteorologi, Institut Pertanian Bogor - Universitas Wiralodra Indramayu Hasil dari evaluasi pelaksanaan SLI adalah sebagai berikut:
-
Salah satu upaya pengamanan produksi dalam rangka meningkatkan produksi adalah melalui SLI. Kegiatan SLI merupakan salah satu strategi yang efektif untuk meningkatkan kemampuan petani dalam memanfaatkan informasi prakiraan iklim dan penerapannya dalam manajemen usaha tani yang sesuai dengan situasi dan kondisi iklim setempat/spesifik lokasi.
-
Peran pemerintah berupa fasilitasi dan dukungan, regulasi dan kebijakan akan sangat mendukung pengembangan SLI. Pengembangan SLI seyogyanya dilaksanakan melalui tahaptahap sebagai berikut:
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 63
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Tahap I
: Perbaikan dalam pengelolaan teknik budidaya sesuai iklim Tahap II : Penguatan kelembagaan petani dan strategi bisnis pertanian dengan mempertimbangkan informasi iklim. Tahap III : Membangun dan memperkuat kemitraan untuk mengelola risiko iklim. - Pada saat ini pengembangan SLI baru berada pada Tahap I, dengan demikian diperlukan suatu komitmen yang kuat dari seluruh stakeholder terkait dalam pengembangan SLI.
-
Secara umum, hasil evaluasi pelaksanaan SLI adalah sebagai berikut: Belum membudaya di daerah dan masih bersifat kegiatan proyek; Belum berkembangnya/tersedianya modul SLI yang bersifat spesifik lokasi; Pemanfaatan informasi iklim masih belum optimal karena kurangnya pemahaman petugas dan petani; Informasi prakiraan iklim belum tersedia tepat waktu dan transparansi terkait dengan tingkat keakurasian prakiraan; Pengetahuan iklim dari pemandu lapangan masih terbatas sehingga sulit berinovasi dalam pengembangan modul, TOT saja tidak cukup; Kurikulum SLI belum dikembangkan sehingga masih bersifat umum dan belum mengakomodasi keberagaman masalah iklim; Dukungan pemerintah daerah (provinsi-desa) masih kurang.
-
Rekomendasi yang dapat diberikan dalam rangka pengembangan SLI adalah: Pengembangan kurikulum, modul TOT dan modul-modul SLI di tingkat lokal melalui pembentukan Forum Alumni dan Pemandu Lapangan SLI
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 64
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Fasilitasi pembentukan Tim Iklim di daerah yang membantu menjembatani program pusat-daerah di bidang pengelolaan risiko iklim yang dilanjutkan dengan pertemuan berkala dengan pimpinan daerah tentang perkembangan teknologi pemanfaatan informasi iklim Kebijakan prioritasasi pengalokasian anggaran pelaksaanaan program pengelolaan risiko iklim perlu dikaitkan dengan kesiapan daerah (misalnya kesiapan pemandu lapang, Tim Iklim) Pelatihan Pemandu Lapangan dalam bentuk short-training course (2-3 bulan)
-
Salah satu tolok ukur tingkat keberhasilan setiap bentuk Sekolah Lapangan adalah potensi yang dimiliki oleh setiap Pemandu Lapangan. Namun demikian ada beberapa perilaku pemandu yang dapat menghambat proses belajar, antara lain: (a) perhatian terpecah; (b) tidak bersemangat; (c) penjelasan dan penugasan tidak jelas; (d) metode tidak tepat dan peraga kurang; (d) menunjukkan sikap tidak simpatik kepada anggota; (e) memojokkan, menyalahkan anggota belajar; (f) kurang persiapan; (g) pengaturan waktu belajar tidak tepat; (h) kurang atau tidak percaya diri; (i) tidak memahami topik bahasan.
-
Wacana dan masukan dari peserta workshop untuk menyatukan kegiatan Sekolah Lapangan (SL-I, SL-PHT dan SL-PTT) menjadi suatu kegiatan terpadu. Namun demikian, apabila dapat diciptakan satu kegiatan Sekolah Lapangan (Tanaman Pangan) maka perlu dipikirkan suatu bentuk modul yang tepat dan sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing (spesifik lokasi).
-
Dalam rangka menghadapi dampak perubahan iklim khususnya dalam menentukan saat mulai musim hujan atau musim kemarau dapat dikembangkan melalui informasi iklim dari BMKG dan menggabungkan tanda-tanda alam berdasarkan kearifan lokal yang ada di masing-masing wilayah.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 65
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 -
Beberapa teknologi budidaya spesifik lokasi yang dilakukan petani setelah mengikuti SLI antara lain:
Perubahan pola tanam (waktu tanam disesuaikan dengan spesifik lokasi)
Memilih komoditi tanaman sesuai dengan curah hujan setempat (padi- palawija-padi)
Memanfaatkan data curah hujan dan informasi iklim lainnya sesuai kebutuhan
Memanfaatkan genangan air untuk pembibitan pada sawah tadah hujan
Sistem “salome” (satu lobang rame-rame) dilakukan oleh petani di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Disebut sistem salome karena dalam satu lubang tugal diisi lebih dari satu macam benih dalam waktu yang bersamaan, dengan asumsi apabila salah satu benih tidak tumbuh masih ada harapan benih yang lainnya. Apabila keduanya tumbuh, tetap dibiarkan misalnya jagung dengan kacang panjang dan kacang nasi.
Sistem teradak, adalah sistem persemaian kering pada tempat yang tidak terkena genangan air (teradak) menyemainya dikenal sebagai “meneradak” dan persemaiannya adalah “teradakan”
Sistem semai terapung atau apung, dilaksanakan di atas lahan yang tergenang air menggunakan rakit dan sebagai media tumbuh bibit maka pada rakit diberi lumpur rawa. Sistem ini dikenal sebagai “Palaian”. Sistem “palaian” sebenarnya adalah sistem persemaian basah, karena media tumbuh masih mendapat air dari rawa melalui sistem kapilaritas.
c.
Pengelolaan Data dan Informasi Pelaksanaan Sekolah Lapangan Iklim
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 66
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 SLI merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas dan petani dalam proses kegiatan budidaya pertanian dengan memanfaatkan informasi iklim. SLI lebih diarahkan pada pengamanan produksi dari DFI dengan menyiasati kondisi iklim setempat sesuai pola usahataninya sehingga kehilangan hasil dapat diminimalisasi. Pengelolaan Data dan Informasi pelaksanaan SLI bertujuan untuk melakukan bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi pelaksanaan SLI serta menyebarluaskan informasi iklm dan teknologi kepada petugas dan petani melalui Sekolah Lapangan Iklim. Bimbingan teknis dilakukan untuk memperlancar pelaksanaan SLI di lapangan. Hal penting yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan SLI berikutnya adalah pemahaman analisis iklim secara lokal oleh para petani dan petugas PL-3 harus lebih ditingkatkan, sehingga mereka mampu melangkah secara operasional dalam kegiatan usahataninya. Bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi pelaksanaan SLI dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Sulawesi Utara. 3. Pedoman Teknis Perlindungan Tanaman Pangan a. Penyusunan Buku Wereng Batang Coklat (WBC) dan Upaya Pengendaliannya Berkaitan dengan penanganan OPT khususnya wereng batang coklat (WBC), perlindungan tanaman pangan berperan dalam mengelola perkembangan populasi, luas serangan dan intensitas serangan OPT supaya berada di bawah ambang pengendalian atau ambang ekonomi. Untuk itu gangguan OPT di lapangan tidak sampai mengakibatkan kehilangan hasil yang signifikan, sehingga tingkat kerugian secara ekonomi dapat diminimalkan. Dalam meningkatkan kinerja perlindungan tanaman pangan serta efektivitas dan efisiensi penanganan gangguan OPT khususnya
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 67
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 WBC di lapangan perlu didukung dengan referensi dan pedoman teknis yang memadai untuk pelaksanaannya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada Tahun 2011 telah dicetak buku “Hama Wereng Batang Coklat (WBC) dan Upaya Pengendaliannya”, yang bertujuan untuk menyediakan pedoman teknis tentang WBC dan pengendaliannya bagi petugas perlindungan tanaman pangan, sehingga petugas mampu dan terampil mengidentifikasi permasalahan dan menyusun strategi pengendalian WBC di lapangan. b. Penyusunan Buku Teknologi Pengendalian OPT Ramah Lingkungan
Pada Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Buku ini disusun sebagai bahan informasi dalam pengendalian OPT pada tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian yang pelaksanaannya diarahkan untuk menggunakan cara-cara pengendalian yang ramah terhadap lingkungan. Hal tersebut diharapkan dapat mendukung terciptanya pertanian yang lestari dan berkelanjutan. Dalam hal ini pengendalian OPT dilakukan dengan memanfaatkan agensia hayati dan pestisida nabati, yang aman bagi tanaman maupun lingkungan, sehingga menghasilkan produk tanaman pangan yang aman dari residu pestisida. Produkproduk pertanian tersebut diharapkan mampu memenuhi tuntutan pasar yang semakin mengetahui tentang kesehatan. c. Penyusunan Pedoman Rekomendasi Pengendalian OPT pada Tanaman Serealia Penyusunan buku pedoman rekomendasi pengendalian OPT pada tanaman serealia bertujuan untuk menyediakan standar operasional pengendalian OPT pada Tanaman Serealia, dalam hal ini tanaman padi dan jagung sehingga petugas mempunyai pedoman dalam merumuskan dan memberikan rekomendasi langkah-langkah operasional dalam pengendalian OPT tanaman serealia di lapangan kepada masyarakat petani.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 68
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Dalam penyusunan pedoman ini dilakukan dua kali pertemuan yaitu penyusunan draf, kemudian dilakukan pembahasan draf dengan beberapa narasumber, yaitu, narasumber berasal dari Perguruan Tinggi (IPB, UGM, dan Universitas Brawijaya), Badan Litbang (Pusat Penelitian Tanaman Pangan), LPHP (Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan D.I.Yogyakarta), BBPOPT Jatisari, dan Koordinator POPT (Jawa Barat dan D.I. Yogyakarta). Pertemuan pembahasan draf guna membahas dan menganalisa serta menyusun data dan informasi tentang perkembangan OPT dan upaya pengendaliannya. Selanjutnya hasil pertemuan tersebut dituangkan dalam bentuk buku pedoman rekomendasi pengendalian OPT pada tanaman serealia. Hasil pembahasan penyusunan buku pedoman rekomendasi pengendalian OPT tanaman serealia antara lain:
- Sasaran pengguna dan peruntukan Pedoman Rekomendasi Pengendalian OPT Serealia adalah POPT. Untuk mengantisipasi perkembangan teknologi dan semakin banyaknya POPT yang berlatar belakang bukan perlindungan tanaman, maka buku rekomendasi hendaknya dilengkapi dengan bioekologi dan berbagai aspek pengendalian lainnya. - Muatan PHT (batasan, prinsip dasar, strategi, taktik) dalam bab pendahuluan agar diperdalam dan diperkaya sejalan dengan perkembangan PHT. - Terminologi pengendalian alamiah hendaknya tidak sematamata memuat pengendalian hayati, tetapi juga cara bercocok tanam, cara fisik dan mekanik. - Pemahaman agroekosistem berbasis padi sawah/padi gogo sebagai ekosistem buatan perlu dibedakan dari ekosistem. Untuk itu pengelolaan agroekosistem pada tiap-tiap fase tumbuh tanaman dilakukan pencermatan karakteristik ekosistem, budidaya dan pengelolaan agroekosistem, pengamatan, analisis dan pengambilan keputusan.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 69
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 - Pengendalian preemtif dan responsif merupakan upaya untuk menghentikan atau mengendalikan serangan OPT dengan pendekatan PHT yang dilakukan pada titik/daerah sumber serangan OPT yang akan berkembang, atau titik/daerah dimana ditemukan populasi OPT yang mendekati ambang pengendalian dan berpotensi untuk berkembang lebih lanjut (SPOT STOP). - Fase tumbuh tanaman pratanam dan persemaian merupakan fase tumbuh yang menentukan dalam keberhasilan penerapan PHT. Pada fase ini pendekatan preemtif, melalui budidaya tanaman sehat dan pengaturan pola tanam, pemanfaatan agens hayati mengkondisikan agroekosistem yang tahan terhadap tekanan lingkungan (termasuk ketahanan tanaman terhadap OPT). - Fase tumbuh tanaman muda sampai dengan tua, mencerminkan penerapan preemtif. Memperhatikan banyaknya jenis OPT yang muncul dan kepadatannya mulai meningkat, pengendalian responsif akan lebih sering dilakukan dengan memberikan ruang kepada agens hayati. - Sejalan dengan pengembangan dan pemasyarakatan penggunaan agens hayati oleh LPHP, maka dalam setiap pengambilan keputusan pengendalian pada tiap fase tumbuh tanaman agar diberikan ruang bagi agens hayati/musuh alami untuk diaplikasikan sebagai rekomendasi. - Untuk pengambilan keputusan pengendalian OPT yang spesifik di suatu daerah, agar diberikan ruang digunakannya teknologi lokal spesifik sebagai kearifan lokal yang diakui efektif dan berkembang luas di daerah tersebut. - Oleh karena kompleksitas waktu tanam di lapangan dan belum tersedianya hasil penelitian ambang pengendalian atas dasar kondisi waktu tanam yang tidak serempak, kondisi outbreak, maka ambang pengendalian WBC diusulkan untuk kembali pada 1 ekor per tunas pada berbagai umur tanaman padi.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 70
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 - Pada kepadatan populasi atau intensitas serangan OPT yang cenderung meningkat namun masih di bawah ambang pengendalian dianjurkan untuk menggunakan agens hayati Metarrhizium sp., Beauveria sp., Lecanicillium sp., Serratia sp. dan Corynebacterium. - Apabila setelah aplikasi agens hayati, populasi atau intensitas OPT meningkat di atas ambang pengendalian, maka dilakukan pengendalian responsif dengan pestisida yang terdaftar dan diijinkan. - Pada langkah-langkah budidaya tanaman sehat, pada tiap-tiap fase tumbuh tanaman (pergiliran varietas, pengolahan tanah, pemupukan) agar diberi penjelasan dari aspek perlindungan tanaman/OPT. - Untuk memenuhi kebutuhan Rekomendasi Pengendalian yang dilengkapi dengan Buku Pendukung (Juknis) Rekomendasi, maka disarankan agar dibentuk semacam Tim Text Force/Panitia Kerja untuk menginventarisasi pengendalianpengendalian, membahas dan menyusun Buku Pedoman Rekomendasi. - Untuk menyebarluaskan dan mendapat masukan penyempurnaan, Buku Pedoman Rekomendasi agar disosialisasikan kepada jajaran perlindungan tanaman pangan di daerah. d. Penyusunan Bahan Informasi Pengendalian OPT Tanaman Pangan Dalam rangka mengoptimalkan upaya penanganan gangguan OPT pada tanaman pangan, perlu didukung dengan langkah-langkah operasional yang efektif dan efisien. Salah satu langkah operasionalnya adalah dengan mensosialisasikan teknologi perlindungan tanaman pangan terutama pengendalian OPT kepada masyarakat petani. Upaya sosialisasi teknologi perlindungan tanaman pangan dapat dilakukan secara langsung melalui forum pertemuan teknis dan bimbingan teknis di lapangan maupun secara
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 71
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 tidak langsung melalui selebaran bahan informasi berupa leaflet, brosur, dan poster. Bahan informasi tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran tentang ruang lingkup teknologi perlindungan tanaman pangan, tentang OPT dan pengendaliannya. Dalam rangka menunjang pencapaian tujuan dan sasaran kegiatan tersebut, dalam operasionalnya dilaksanakan melalui penyusunan bahan informasi perlindungan tanaman pangan khususnya tentang pengendalian OPT tanaman pangan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas, pada Tahun 2011 telah dicetak brosur tentang penggerek batang pada padi, hama tikus pada padi, ulat penggulung daun pada kedelai, dan penggerek batang pada ubi jalar. Sedangkan leaflet yang dicetak tentang lalat bibit jagung, kutu kebul kacang tanah, dan penyakit hawar bakteri pada ubi kayu. Brosur dan leaflet tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman/acuan bagi para petugas lapang dalam memberikan rekomendasi pengendalian OPT. Brosur yang telah dicetak adalah: - Waspadalah Terhadap Hama Penggerek Batang Padi - Waspadai Ancaman Ulat Penggulung Daun Kedelai Lamprosema indicata (Lapidoptera: Pyralidae) - Waspadalah Terhadap Hama Tikus !!! - Kenali dan Waspada Terhadap Hama Penggerek Batang Ubi Jalar Omphisa anastomasalis Gn. (Lapidoptera: Pyralidae)
Leaflet yang telah dicetak adalah: - Lalat Bibit Atherigona, sp. Pada Tanaman Jagung - Kutu Kebul Bemisia tabaci Genn. Pada Kacang Tanah - Penyakit Hawar Bakteri Pada Tanaman Ubi Kayu e.
Pedoman Pelaksanaan Surveilans OPT Padi Surveilans merupakan suatu bentuk pengamatan yang dilaksanakan dalam rangka mengumpulkan, mencatat dan menghitung data tentang dinamika populasi atau tingkat serangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 72
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 OPT, musuh alami, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya pada waktu dan tempat tertentu. Data informasi yang diperoleh digunakan untuk menganalisa keadaan dan perkiraan perkembangan OPT serta menyusun langkah operasional pengendalian. Kegiatan surveilans bertujuan untuk mengetahui atau memeriksa kembali perkembangan OPT berdasarkan hasil pengamatan periode sebelumnya, terutama terhadap perkembangan populasi dan intensitas serangan OPT yang meningkat tajam, mengetahui dinamika populasi OPT dan musuh alami dalam rangka peramalan untuk musim tanam saat itu dan musim tanam berikutnya serta menyediakan data untuk menyusun rekomendasi pengendalian OPT. f.
Buku Perkembangan Data Luas dan Sebaran Daerah Serangan OPT Utama Tanaman Pangan (Padi) Tahun 2010, Tahun 2009 dan Rerata 5 Tahun (2004-2008) Database perlindungan tanaman pangan merupakan kumpulan data dan informasi tentang perlindungan tanaman pangan yang terkompilasi secara periodik dan dikelola dengan metode yang sistematis, sehingga data dan informasi tersebut dapat tersedia secara tepat, akurat, lengkap dan berkesinambungan. Data dan informasi tersebut juga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi kinerja perlindungan tanaman pangan, baik untuk kegiatan yang sedang berjalan maupun yang sudah selesai dilaksanakan serta untuk merumuskan kegiatan pada masa mendatang. Data yang akurat akan menghasilkan perencanaan yang baik, sehingga keluaran yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Buku ini bertujuan untuk memberikan gambaran Perkembangan Data Luas dan Sebaran Daerah Serangan OPT Utama Tanaman Pangan (Padi) Tahun 2010, Tahun 2009 dan rerata 5 Tahun sebelumnya (2004-2008).
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 73
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 g.
Buku Perkembangan Data Luas dan Sebaran Daerah Serangan OPT Utama Tanaman Pangan (Jagung dan Kedelai) Tahun 2010, Tahun 2009 dan Rerata 5 Tahun (2004-2008) Database perlindungan tanaman pangan merupakan kumpulan data dan informasi tentang perlindungan tanaman pangan yang terkompilasi secara periodik dan dikelola dengan metode yang sistematis, sehingga data dan informasi tersebut dapat tersedia secara tepat, akurat, lengkap dan berkesinambungan. Data dan informasi tersebut juga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi kinerja perlindungan tanaman pangan, baik untuk kegiatan yang sedang berjalan maupun yang sudah selesai dilaksanakan serta untuk merumuskan kegiatan pada masa mendatang. Data yang akurat akan menghasilkan perencanaan yang baik, sehingga keluaran yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Buku ini bertujuan untuk memberikan gambaran Perkembangan Data Luas dan Sebaran Daerah Serangan OPT Utama Tanaman Pangan (Jagung dan Kedelai) Tahun 2010, Tahun 2009 dan rerata 5 Tahun sebelumnya (2004-2008).
h.
Buku Saku Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2011 Keberhasilan pengamanan produksi tanaman pangan sangat dipengaruhi oleh kecepatan dan ketepatan dalam pengambilan tindakan pengelolaan OPT dan DPI di lapangan. Langkah pengelolaan OPT dan DPI yang diambil harus cepat dan tepat serta sesuai dengan fenomena yang berkembang di lapangan. Oleh karena itu, diperlukan data dan informasi OPT dan DPI yang cepat, tepat, akurat, lengkap dan berkesinambungan. Buku Saku Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2011 berisikan informasi tentang kelembagaan, keadaan SDM, serta perkembangan serangan OPT dan DPI pada tanaman pangan (padi, jagung dan kedelai) selama 5 tahun terakhir yang disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan peta. Informasi tersebut dapat
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 74
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 dijadikan sebagai dasar monitoring, evaluasi, dan perencanaan penanggulangan OPT dan DPI pada waktu mendatang. i.
Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapangan Iklim Pelaksanaan SLI diharapkan dapat dilaksanakan oleh petugas lapangan terutama pada lokasi yang rawan bencana alam (banjir dan kekeringan). Agar pelaksanaan SLI ini dapat berjalan secara baik, maka diperlukan pedoman pelaksanaan Sekolah Lapangan Iklim yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pelaksanaan SLI di lapangan. Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapangan Iklim bertujuan agar pelaksanaan SLI di lapangan dapat berjalan secara baik. Pedoman pelaksanaan Sekolah Lapangan Iklim tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk pelaksanaan SLI di lapangan.
j.
Buku Keragaan Data Banjir dan Kekeringan Pada Tanaman Pangan Dalam rangka pengamanan produksi dari dampak perubahan iklim diperlukan data secara lengkap, detil dan akurat. Data tersebut diperoleh dari seluruh provinsi di Indonesia. Untuk memperoleh data dan informasi yang sesuai dengan kebutuhan di Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, maka perlu dilakukan pengelolaan dan analisis data dampak perubahan iklim. Data dan informasi kerusakan tanaman akibat dampak perubahan iklim terutama banjir dan kekeringan tersebut kemudian direkapitulasi, dianalisis, dan dievaluasi di Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Hasil analisis dan evaluasi data banjir dan kekeringan yang ditabulasi dan dikompilasi kemudian disajikan dalam bentuk buku tahunan sehingga tersedia data dan informasi kerusakan tanaman pangan secara lengkap dan serie. Disamping itu, data dan informasi tersebut dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi oleh penentu kebijakan atau pihak yang berkepentingan. Penyusunan buku Keragaan Data Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Pangan bertujuan untuk memberikan informasi perkembangan banjir dan kekeringan pada tanaman pangan di
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 75
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Indonesia untuk 3 jenis komoditi yaitu Data banjir dan kekeringan pada tanaman Padi selama 10 tahun (Tahun 2000-2009), Data banjir dan kekeringan pada tanaman Jagung dan Kedelai Tahun 2010. 4. Koordinasi Perlindungan Tanaman a. Koordinasi Teknis Pelaksanaan Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2011 Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 23-26 Maret 2011 di Hotel Lor In, Jln. Adisucipto No. 47, Solo-Jawa Tengah. Peserta pertemuan, yaitu: 1) Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) se-Indonesia, 2) Kepala Sub Dinas Perlindungan Tanaman/Kepala Seksi Perlindungan Tanaman pada Dinas Pertanian Tanaman Propinsi Aceh, Lampung, Banten, Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku Utara, dan Maluku. Adapun hasil pertemuan sebagai berikut: 1) Tahun 2011 Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menetapkan sasaran indikator kinerja menurunkan luas serangan OPT dengan intensitas ringan dan luas DPI, maksimal 5 % dari luas areal tanaman pangan (95% pertanaman aman dari gangguan OPT dan DPI). Untuk mencapai sasaran indikator tersebut, serangan OPT diupayakan pada batas maksimal Ringan. Untuk itu agar serangan tidak berkembang menjadi ringan, perlu dilakukan penggunaan pestisida dengan cara “ spot treatment” dengan tetap memperhatikan ambang pengendalian. 2) Kegiatan perlindungan tanaman yang perlu diaktifkan kembali pada Tahun 2011, 2012 dan seterusnya adalah surveillance, rapat koordinasi tingkat wilayah kerja LPHP sebagai tindak lanjut hasil surveillance, taksasi kehilangan hasil, rice garden/observasi reaksi varietas, klinik tanaman, kajian teknologi spesifik lokasi, pemetaan, pengamatan lampu
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 76
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 perangkap (light trap), dan pengamatan penakar curah hujan/stasiun meteorologi pertanian khusus (SMPK). SLPHT tindak lanjut diharapkan mampu mencetak petani mandiri, dari setiap unit dapat menghasilkan 2 (dua) petani pengamat dan 1 (satu) petani pemandu untuk membantu tugas POPT-PHP. Rapat koordinasi tingkat wilayah kerja LPHP di Pulau Jawa sudah dilaksanakan rutin setiap bulan. 3) Sesuai dengan UU No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem PHT. Dengan pendekatan preemtif, kelompok tani diharapkan dapat mewujudkan ekosistem yang tahan terhadap OPT dan tekanan lingkungan, melalui budidaya tanaman sehat (pengaturan pola tanam, pupuk organik, agens hayati, dan sanitasi lingkungan). 4) Apabila pada saat musim tanam berlangsung, dilakukan pendekatan responsif dengan menerapkan teknik pengendalian OPT berdasarkan hasil pengamatan, yaitu melalui pengamatan rutin, pemanfaatan musuh alami, penggunaan agens hayati/pestisida nabati, dan penggunaan pestisida efektif dan selektif. 5) Format pelaporan perlindungan tanaman pangan perlu ditinjau kembali dengan menghitung luas tanaman yang sembuh dari tindakan pengendalian sehingga laporan tidak hanya menampilkan data kumulatif tambah serangan. Oleh karena itu perlu adanya workshop untuk menentukan format laporan yang baru. 6) Brigade Proteksi Tanaman merupakan unit pelaksana pengendalian yang mempunyai tugas pokok membantu petani dalam mengendalikan OPT dari sumber serangan dan daerah yang mengalami eksplosi serangan OPT. Peran BPT di lapangan sangat penting dalam menentukan langkah operasional pengendalian, maka perlu dilakukan revitalisasi BPT yang meliputi SDM, prasarana gudang dan peralatannya.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 77
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 7) Bantuan biaya usaha tani dalam bentuk Bantuan Penanggulangan Padi Puso (BP3) merupakan bantuan yang diberikan kepada petani yang tergabung dalam kelompok tani yang pertanamannya mengalami gagal panen (puso) akibat banjir, kekeringan dan serangan OPT agar dapat melanjutkan kegiatan usaha taninya. 8) CPCL bantuan BP3 diusulkan oleh Dinas Pertanian Provinsi (tembusan Bupati) atas usulan POPT-PHP yang ditandatangi bersama oleh POPT-PHP dan Mantri Tani. Verifikasi dan kompilasi data CPCL dilakukan secara berjenjang oleh Dinas Pertanian Kabupaten dan Dinas Pertanian Provinsi melalui BPTPH. CPCL yang ditetapkan Dinas Pertanian Provinsi disampaikan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Direktur Jenderal Tanaman Pangan menerbitkan Penetapan CPCL dan menyampaikan kepada Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian untuk proses penyaluran dana. 9) Dalam rangka pengembangan Sistem Informasi Dini melalui Base Server, Balai Besar Peramalan OPT (BBPOPT) Jatisari sudah mengembangkan SMS Base Server di 6 (enam) provinsi, yaitu Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Untuk pengembangannya, perlu kerjasama dan komitmen UPTD-BPTPH setempat. Provinsi Lampung dan Banten telah mensosialisasi SMS server tersebut. 10) Berdasarkan informasi BMKG, prediksi MK 2011 akan mengalami La Nina moderat lemah sampai normal, yang mengindikasikan bahwa memasuki Musim Kemarau 2011 curah hujan sebagian besar wilayah Indonesia akan berkisar normal, sehingga perlu diwaspadai adanya pengaruh terhadap perkembangan OPT. 11) Berdasarkan hasil ramalan antar musim BBPOPT Jatisari pada MT 2011 serangan OPT utama yang perlu diwaspadai: penggerek batang padi, WBC, tikus, tungro, blas, dan BLB di
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 78
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Propinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara. 12) Dalam upaya menangani serangan WBC dan OPT utama padi lainnya dengan Prinsip Dasar PHT yang mengutamakan kepada berfungsinya kembali musuh alami dan kemandirian petani, Institut Pertanian Bogor bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan melaksanakan Riset Aksi Petani di 40 lokasi. 13) Hama kepik biji/hitam (Paraeucosmetus pallicornis) merupakan hama baru yang ditemukan pada tahun 2006 di Luwu Timur, Sulawesi Selatan namun pada saat itu belum merupakan hama penting. Saat ini mengalami peningkatan serangan dan menyebar ke provinsi lain (Sulut, Gorontalo, Sultra dan NTT). Hama ini menyebabkan beras hancur dan rasanya pahit sehingga kualitas beras rendah. Hama ini sudah dilaporkan sebagai OPTK A2. Upaya pengendaliannya dengan kultur teknis, sistem tanam legowo 2: 1; tanam serentak; pemanfaatan agens hayati Beauveria bassiana; penggenangan dan pestisida nabati (tembakau). Belum ada insektisida yang terdaftar untuk hama tersebut. Hama kepik biji/hitam di Indonesia bagian timur berpotensi menjadi hama penting/utama, oleh karena itu harus diwaspadai kemunculannya di provinsi lain. 14) Virus yang dapat terbawa oleh benih padi ada 2 jenis, yaitu: Rice Stripe Virus (RSV) dan Rice Dwarf Virus (RDV). Namun virus tersebut belum terdapat di Indonesia dan masih tergolong ke dalam OPTK A1. Untuk itu benih padi yang diimpor harus mengikuti prosedur pemeriksaan yang diterapkan Badan Karantina Pertanian. Saat ini virus yang ada di Indonesia yaitu tungro, ragged stunt dan grassy stunt tidak terbawa benih.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 79
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 b. Evaluasi Penerapan Teknologi Pengendalian OPT Tanaman Pangan Berwawasan PHT Pertemuan Evaluasi Penerapan Teknologi Pengendalian OPT Tanaman Pangan Berwawasan PHT dilaksanakan pada tanggal 1417 Juni 2011 di Bandung, Jawa Barat. Peserta pertemuan terdiri dari: 1) Kepala Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit seIndonesia, 2) UPTD-Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Jawa Barat. Hasil pertemuan sebagai berikut: 1) Untuk mendorong masyarakat petani dan masyarakat luas turut berpartisipasi langsung dalam pengamanan produksi padi secara serentak dalam areal yang luas dan terkoordinasi, Presiden RI memandang perlu mencanangkan “GERAKAN LAWAN HAMA”. 2) Agar Gerakan Lawan Hama ini efektif maka perlu dicanangkan slogan “SPOT STOP”. SPOT adalah titik sumber serangan OPT berupa populasi/serangan OPT yang tingkatannya mendekati ambang pengendalian dan apabila tidak dikendalikan akan menyebar luas ke lahan sekitarnya. STOP adalah upaya untuk menghentikan/mengendalikan spot populasi/serangan OPT agar kehilangan hasil yang diakibatkannya dapat diminimalkan. 3) Kebijakan Perlindungan Tanaman dalam mengelola SPOT-STOP antara lain: - Mengelola SPOT-STOP dengan sistem PHT: 1) mengupayakan agar SPOT tidak terjadi dengan melakukan upaya preemtif, merencanakan agroekosistem agar kuat/toleran terhadap OPT dengan melakukan pengaturan pola tanam dan budidaya tanaman sehat; 2) pengendalian SPOT dengan melakukan upaya responsif melalui gerakan deteksi/pengamatan dini dan pengendalian dini. - Dukungan penyediaan sarana pengendalian didekatkan dengan lapangan.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 80
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 - Harmonisasi dan sinergi antar petugas lapangan dan petani/kelompok tani. 4) Petugas perlindungan tanaman pangan sudah waktunya menjadi leader di wilayahnya masing-masing dalam pengamanan produksi. Untuk keberhasilan pengendalian OPT perlu dukungan Pemerintah Daerah berupa surat Gubernur kepada Bupati yang ditindaklanjuti dengan instruksi Bupati kepada POPT-PHP. 5) Menyikapi cepatnya perkembangan teknologi pengembangan agens hayati dewasa ini, maka kita perlu mengevaluasi secara hati-hati, holistik, dan menempatkan agens hayati dalam kerangka PHT. Untuk agens hayati yang telah dan sedang berkembang luas di lapangan, maka kita tetap konsisten pada strategi pelepasan/inokulasi agens hayati yang diikuti konservasi. Untuk diseminasi agens hayati kepada petani, tetap mengacu pada pendekatan SL-PHT melalui suatu proses belajar lewat pengalaman. 6) Untuk meningkatkan peran musuh alami dalam pengendalian OPT, utamanya yang terjadi di daerah dengan pertanaman monokultur (padi-padi-padi), maka diperlukan upaya rekayasa ekologi dengan: 1) penanaman tanaman golongan leguminosae pada pematang padi (seperti okra, crotalaria, bunga matahari, palawija) sebagai tempat hidup musuh alami, 2) penggunaan pupuk organik untuk mendorong perkembangan serangga saprofit sebagai makanan musuh alami. Hasil penelitian BB Padi menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik dan penanaman tanaman kacang-kacangan (leguminosae) pada pematang dapat meningkatkan pengkayaan populasi musuh alami di pertanaman. 7) Upaya pengendalian ramah lingkungan untuk menangani hama kepik hitam di Sulawesi Selatan yang tiga (3) tahun terakhir ini cenderung meningkat serangannya antara lain: - Tanam legowo 2:1
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 81
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 - Tanam serempak , mengatur varietas padi menurut umurnya (umur pendek, sedang, panjang) sehingga pada saat panen bisa serempak. - Pemanfaatan musuh alami predator laba-laba - Penggenangan - Pemanfaatan agens hayati Beauveria - Pemanfaatan pestisida nabati tembakau - Panen bawah (dipotong bagian batang bawah) - Tidak menggunakan herbisida karena akan membunuh musuh alami (predator) 8) Untuk meningkatkan peranan LPHP sebagai sentra perlindungan tanaman di wilayah kerjanya diperlukan kreativitas dalam pengembangan teknologi pengendalian sesuai dengan keadaan lapangan. Rekayasa teknologi pengendalian OPT sangat dibutuhkan untuk menghasilkan teknologi tepat guna dalam mendukung tupoksi laboratorium sebagai jembatan antara para peneliti dengan para pengguna/petani. LPHP harus proaktif melakukan pengembangan teknologi pengendalian OPT spesifik lokasi seperti: memanfaatkan sumber daya alam yang ada di wilayah kerja LPHP, misalnya pemanfaatan pestisida nabati dari daun mimba, daun tithonia, dan pengendalian kepik hitam dengan tembakau. 9) Teknologi pengendalian OPT tanaman pangan berwawasan PHT yang dikembangkan dan diterapkan oleh LPHP adalah: - Pengendalian dengan penggunaan agens hayati: Predator (belalang sembah, laba-laba, dan kumbang koksi) Parasitoid (Trichogramma spp) Entomopatogen (Trichoderma sp, Metharizium sp, Nomuraea sp, Corynebacterium, Beauveria bassiana, dan SlNPV) - Penggunaan pestisida nabati (sirsak, tembakau, tithonia, gadung, kulit kakao, mimba, dan srikaya)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 82
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 - Untuk mendukung pertanian ramah lingkungan, Pemerintah DI. Yogyakarta menerapkan pertanian berkelanjutan menuju desa PHT melalui Sekolah Lapang (SL), LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture), dan penguatan jejaring/kelompok tani alumni SLPHT. 10) Baku kegiatan LPHP dalam rangka mendukung pengamanan produksi yaitu: a) pemetaan daerah endemis OPT, b) penyampaian hasil ramalan OPT, c) pengamatan OPT, d) surveillans, e) rekomendasi pengendalian OPT, f) pertemuan koordinasi, g) pengembangan AH/Pos Agens Hayati, h) pembinaan SLPHT dan SLI, i) gerakan pengendalian OPT, j) SMPK dan light trap. Kondisi saat ini SDM LPHP dan sarana prasarana sangat minim untuk menangani 10 baku kegiatan tersebut, oleh karena itu perlu dibuat standar LPHP. 11) Upaya-upaya pengembangan agens hayati secara konkrit yang perlu dilakukan oleh LPHP untuk mendukung pengamanan produksi tanaman pangan adalah: - Meningkatkan jumlah dan kualitas SDM LPHP - Meningkatkan sarana LPHP - Mengembangkan dan memperkuat jejaring petani pengembang/ pengguna AH - Konsolidasi alumni SL-PHT - Sosialisasi penggunaan AH - Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten - Meningkatkan jejaring teknologi dengan Perguruan Tinggi dan Lembaga-Lembaga Penelitian. c.
Pertemuan Masyarakat Indonesia (MPTHI)
Perlindungan
Tanaman
dan
Hewan
Pertemuan MPTHI dilaksanakan di Hotel Swarna Dwipa, Palembang pada tanggal 5-7 Oktober 2011. Peserta pertemuan terdiri dari petani, petugas lapangan, akademisi, organisasi profesi, lembaga penelitian, stake holders/swasta di bidang sarana produksi
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 83
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 pertanian dan perlindungan tanaman dll. Pembukaan pertemuan dihadiri lebih dari 1.000 orang. Hasil pertemuan sebagai berikut: 1)
Berdasarkan hasil Konggres MPTHI terpilih sebagai Ketua Umum MPTHI periode 2011-2014, Ir. Sutarto Alimoeso, MM. (Direktur Utama BULOG), dan Wakil Ketua Banun Harpini (Kepala Badan Karantina Pertanian), Ketua harian Ir. Erma Budiyanto, MS. (Direktur Perlindungan Tanaman Pangan) dan Sekretaris Jenderal Ir. Sarsito WGS. MM. (Kepala BBPOPT Jatisari).
2)
Penerimaan penghargaan kepada 28 POPT-PHP berprestasi dan 3 LPHP berprestasi.
3)
Dampak perubahan Iklim (DPI) akan mengancam ketahan pangan dan meningkatkan kemiskinan petani.
4)
Pembanguan pertanian dari hulu sampai hilir diharapkan untuk menempatkan petani sebagai subyek. Untuk itu dalam rangka penanganan permasalahan OPT dan DPI diperlukan penguatan SDM petani dan petugas lapangan pendamping petani.
5)
Untuk mencari solusi masalah OPT dan Iklim agar kembali ke prinsip PHT.
6)
Penggunaan pestisida berlebihan telah membunuh musuh alami OPT dan merusak kesehatan lingkungan.
7)
Pengaruh perubahan iklim menyebabkan banyak tekanan dari hulu sampai hilir pada petani, diantaranya tekanan keragaman dan perubahan iklim itu sendiri, serta tekanan kebijakan pasar.
8)
Perubahan iklim menyebabkan kelimpahan dan penyebaran OPT, sehingga diperlukan adaptasi penguatan sistem PHT, meliputi : teknologi, SDM dan kelembagaan PHT.
9)
Untuk memperkuat ketahan pangan, secara umum Pemerintah melaksanakan kombinasi kebijakan perbaikan teknologi usaha tani, investasi di pedesaan dan intervensi pemasaran.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 84
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 10) Kebijakan harga dalam negeri harus selaras dengan kebijakan produksi untuk terwujudnya swasembada. 11) Keberhasilan pengendalian WBC berkaitan erat dengan faktor kepemimpinan yang memberikan contoh dan motivasi langsung pada upaya-upaya tindakan pengendalian di tingkat lapang. 12) Penanganan eksplosi WBC dilakukan dengan : 1) menurunkan populasi WBC, 2)tidak menggunakan pestisida yang dilarang, 3) menggunakan pestisida yang terdaftar dan efektif secara benar dengan 6 tepat. 4) pengendalian virus dengan eradikasi selektif dan/atau total dan pengendalian vektor, 5) STOP semai baru, kembali menuju tertib pola tanam, 6) kembali ke khittah PHT. 13) Meningkatkan peran karantina untuk aselerasi pasar domestik dan ekspor pertanian. 14) Meningkatkan peran karantina dalam melindungi keluar masuknya barang komoditas pertanian dengan regulasi. 15) Pameran diikuti oleh 34 peserta dari instansi pemerintah dan swasta. 16) Akan diadakan Pertemuan MPTHI Tahun 2012 di Kota Palu Sulawesi Tengah. d.
Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2011 Pertemuan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2011 dilaksanakan pada tanggal 8-11 November 2011 di Pontianak, Kalimantan Barat. Pertemuan ini bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2011 dan mengkoordinasikan serta mensinergikan pelaksanaan kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012. Peserta pertemuan ini terdiri dari : 1) Kepala UPTD-BPTPH dari seluruh provinsi, 2) Kabid/Kasie yang membidangi Perlindungan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 85
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Tanaman Pangan dari seluruh Provinsi, 3) Jajaran Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 4) Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Jatisari, 5) Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman. Adapun Narasumber berasal dari instansi sebagai berikut: 1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2) Inspektur II, Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian, 3) Bagian Evaluasi dan Pelaporan, Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Hasil Pertemuan adalah sebagai berikut: 1)
Kebutuhan beras setiap tahun semakin meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk. Produksi padi secara umum sudah memenuhi kebutuhan konsumsi nasional namun belum mampu mengimbangi laju pertumbuhan penduduk. Dalam rangka mencapai sasaran peningkatan produksi dan mengurangi konsumsi beras tahun 2011-2014, perlu dilakukan upaya perluasan areal dan pengolahan lahan, peningkatan produktivitas, penurunan konsumsi beras, serta penyempurnaan manajemen.
2)
Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan dampak perubahan iklim (DPI) sebagai faktor pembatas dalam pencapaian sasaran produksi cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2011, luas puso OPT Utama pada tanaman padi mencapai 38.509 ha, terutama disebabkan oleh serangan Wereng Batang Coklat (WBC) yaitu seluas 34.969 ha atau mencapai 90,81% sedangkan luas puso DPI (banjir dan kekeringan) seluas 36.234 ha. Oleh karena itu upaya pengamanan produksi, perlu lebih ditingkatkan secara terencana, sinergis dan terkoordinasi.
3)
Pengelolaan OPT tetap mengacu pada prinsip pengendalian hama terpadu (PHT), yaitu dilakukan dengan upaya pre-emtif dan responsive. Upaya pre-emtif dilakukan dengan mengupayakan agar spot serangan OPT tidak terjadi (spot
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 86
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 stop) melalui pengaturan pola tanam, tanam serentak dan budidaya tanaman sehat. Sedangkan upaya responsif dilakukan apabila berdasarkan pengamatan rutin terjadi spot serangan OPT, maka segera dilakukan pengendalian secara dini sehingga serangan OPT tidak meluas. 4)
Gerakan pengendalian dengan merespon cepat hasil pengamatan dari POPT-PHP diperlukan koordinasi antara POPT-PHP, PPL dan Mantri tani. Untuk mengoptimalkan keberhasilan pengendalian OPT perlu campur tangan kepala daerah (Gubernur, Bupati/Walikota) sebagai pemegang komando dalam melakukan pengendalian OPT secara terkoordinasi.
5)
Revitalisasi Brigade Proteksi Tanaman (BPT) perlu segera dilaksanakan karena kondisi BPT di daerah pada umumnya jauh dari memenuhi syarat baik SDM, luas tanah/bangunan, peralatan, lokasi juga perlu dianggarkan biaya operasional.
6)
Pemanfaatan sarana pengendalian dalam hal ini pestisida bantuan pusat tahap 1, 2 dan 3 maupun cadangan nasional agar dimanfaatkan sebaik-baiknya dan dilaporkan penggunaannya secara rutin ke Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.
7)
Penyampaian laporan OPT dari 19 provinsi dan pelaporan DPI dari 9 provinsi sampai saat ini masih terlambat. Hal ini disebabkan oleh alur pelaporan yang panjang karena masih dilakukan secara berjenjang, lokasi pengamatan di beberapa provinsi yang masih berupa kepulauan, terbatasnya sarana operasional pengamatan petugas POPT-PHP, terbatasnya sarana pengolah data (komputer dan jaringan komputer).
8)
Penyempurnaan metode pengamatan perlu dilakukan dengan menyederhanakan blanko pelaporan dan meningkatkan kemampuan petugas POPT-PHT melalui sosialisasi penggunaan aplikasi SIM OPT kepada petugas pelaksana serta
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 87
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 penyediaan sarana pengolah data dan sarana operasional petugas POPT-PHP. 9)
Untuk mendukung optimalisasi penerapan PHT perlu diupayakan antara lain penguatan SDM POPT baik kuantitas maupun kualitasnya, peningkatan jumlah SLPHT, pendampingan dalam pelaksanaan dan pasca pelaksanaan SLPHT, pemberdayaan kelembagaan PHT di tingkat lapangan, penguatan jejaring PHT dan monitoring serta evaluasi.
10) Pelaksanaan SLPHT diupayakan sesuai dengan “roh” nya (tujuan awal). Untuk itu pelaksanaan SLPHT diharapkan tidak berorientasi keproyekan, difasilitasi pemandu yang mempunyai kompetensi memadai, menggunakan bahasa komunikasi yang mudah diterima petani, dan didampingi/dikawal secara berkelanjutan, baik dalam pelaksanaan maupun pasca SLPHT. 11) Keberadaan jejaring kelembagaan PHT yang kuat, yang dibangun dari organisasi petani alumni SLPHT akan sangat mendukung keberlanjutan penerapan PHT di tingkat petani. 12) Pelaksanaan Sekolah Lapangan baik PHT, Iklim maupun PTT sebaiknya disinergikan, dengan misi utama pendidikan orang dewasa yaitu melakukan pembelajaran petani (Farmer First Paradigm), bukan hanya sebagai alih teknologi dan realisasi subsidi, tetapi harus tercipta petani yang tangguh, ekosistem yang tangguh, dan target produksi pangan terpenuhi. 13) Sistem informasi dengan memanfaatkan SMS center untuk peringatan dini dengan melatih petugas dan pemasangan server pemantauan serangan OPT telah dikembangkan di beberapa provinsi (Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, dan Jawa Timur). Diharapkan dalam waktu dekat dapat segera dikembangkan ke provinsi yang lain. 14) Hasil evaluasi Satker BPTPH masih terdapat kegiatan-kegiatan yang belum efektif dan kurang tertib, sehingga perlu ditindaklanjuti untuk mencapai kinerja yang sesuai dengan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 88
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 rencana dan ketentuan yang berlaku. Untuk meningkatkan efektifitas pengawasan dan menunjang terwujudnya penyelenggaraan pemerintah yang bersih bebas dari KKN, maka setiap temuan hasil pengawasan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), wajib ditindaklanjuti secara konsisten oleh pimpinan unit kerja/atasan langsung. 15) Satuan Pelaksana Pengawasan Internal (Satlak PI) diharapkan dapat mempercepat penyelesaian Kerugian Negara dan penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaaan. Satlak PI di beberapa Satker provinsi (Dinas Pertanian, BPSB, dan BPTP) yang belum terbentuk, agar segera dibentuk dan surat keputusan penetapannya disampaikan ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 16) Secara umum, realisasi kegiatan perlindungan di satker UPTDBPTPH (SLPHT, SLI, gerakan pengendalian dan operasional pengamatan) baik fisik maupun keuangan dapat direalisasikan sesuai dengan target, serapan anggaran sampai saat ini telah mencapai 75%. Prakiraan realisasi anggaran sampai bulan Desember + 96%. 5. Pengamatan, Peramalan OPT, dan Penanganan DPI Operasional pengamatan, peramalan OPT, dan penanganan DPI dilaksanakan di daerah oleh petugas POPT-PHP. Kegiatan tersebut salah satunya bertujuan untuk memantau perkembangan luas serangan OPT dan terkena DPI. Data yang dihasilkan selanjutnya dilaporkan ke UPTD BPTPH dan diteruskan ke pusat berupa laporan 2 (dua) mingguan. Sampai saat ini, laporan yang diterima sebanyak 701 (91,28%) dari 768 laporan. Sedangkan pada Tahun 2010, jumlah pelaporan OPT dan DPI sebanyak 619 (80,6%) dari 768 laporan. Data OPT dan DPI yang dikirim oleh daerah selanjutnya digunakan sebagai dasar analisis dan rekomendasi penanganan OPT dan DPI sehingga luas serangan OPT dan terkena DPI dapat ditekan seminimal mungkin.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 89
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Kegiatan peramalan, pengamatan OPT, dan penanganan DPI yang telah dilaksanakan yaitu: a. Workshop Penyempurnaan Buku Pedoman Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan.
Pengamatan
dan
Workshop Penyempurnaan Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Tahun 2011 dilaksanakan pada tanggal 1922 Juli 2011 di D.I. Yogyakarta. Pertemuan ini dihadiri oleh perwakilan dari UPTD BPTPH, BBPOPT, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, dan narasumber. Berdasarkan hasil diskusi kelompok dan arahan dari narasumber dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1) Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan disempurnakan sesuai dengan kondisi terkini dengan tetap menjaga akurasi data yang dihasilkan. 2) Pengamatan petak tetap masih perlu untuk dilakukan, namun lebih disederhanakan, yaitu mengurangi jumlah petak contohnya dari 2 (dua) unit menjadi 1 (satu) unit petak contoh untuk komoditas utama dan 2 (dua) komoditas lainnya. Dengan demikian pada setiap wilayah pengamatan terdapat 3 (tiga) petak contoh pengamatan tetap. 3) Lokasi wilayah pengamatan petak tetap berada di wilayah kerja POPT, yang sering dilalui oleh POPT pada saat melakukan pengamatan dan merupakan daerah endemis OPT. 4) Kategori serangan hama dan penyakit disederhanakan menjadi kategori serangan OPT dengan kriteria sebagai berikut: - Serangan ringan bila tingkat serangan < 25% - Serangan sedang bila tingkat serangan ≥ 25% – 50% - Serangan berat bila tingkat serangan ≥ 50% – 85% - Puso bila tingkat serangan > 85% 5) Apabila terjadi perubahan kategori serangan dari ringan ke sedang atau sedang ke berat maka luasannya hanya
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 90
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 dicantumkan di luas keadaan serangan sehingga tidak merubah angka pada luas tambah serangan periode berjalan atau tidak terjadi double counting. 6) Apabila pada satu areal pertanaman yang terdapat lebih dari 1 (satu) jenis OPT (multi infestation), luas serangan dihitung dengan cara menghitung luas serangan masing-masing OPT yang ditemukan. 7) Metode penaksiran luas serangan masih relevan pada penentuan tingkat serangan ringan, sedang, berat, dan puso. Untuk menentukan luas tanaman puso merupakan penjumlahan dari spot-spot tanaman yang puso. 8) Perlu dilakukan perbaikan tabulasi data pada laporan dengan memunculkan luas sembuh dan sisa serangan selain luas tambah serangan dan luas keadaan serangan. b. Pemantapan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan. 1) Laporan Tahunan Laporan tahunan bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan, permasalahan dan capaian yang telah diperoleh, perlu disusun Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Laporan ini juga menyajikan kegiatan ketatausahaan yang mendukung pelaksanaan program dan kegiatan, Koperasi Daya Guna, serta Ikatan Karyawati (Ikawati). Pada Tahun 2010 telah disusun Laporan tahunan sebanyak 1 paket. 2) Laporan Akuntabilitas (LAKIP) Perlindungan Tanaman Pangan. LAKIP ini merupakan evaluasi pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan dan sasaran perlindungan tanaman pangan sesuai dengan Rencana Kinerja Tahun 2010. Kegiatan utama meliputi peningkatan kemampuan SDM, pengamanan produksi dari serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Fenomena Iklim (DFI), peningkatan mutu produk tanaman pangan, dan penguatan kelembagaan perlindungan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 91
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 tanaman pangan. Diharapkan hasil evaluasi tersebut dapat menjadi acuan untuk lebih menyempurnakan program dan kegiatan pengamanan produksi tanaman pangan di masa mendatang. 3) Laporan Bulanan Perkembangan luas serangan OPT dan luas terkena DPI serta kegiatan-kegiatan perlindungan dilaporkan dalam bentuk Laporan Bulanan. Laporan bulanan telah disusun sebanyak 12 paket (100%). 4)
Laporan Mingguan Data luas serangan OPT dilaporkan setiap minggu. daerah yang dilaporkan sampai ke pusat. Laporan paket (100%).
dan terkena DPI perkembangannya Data yang diperoleh adalah data dari petugas POPT secara berjenjang mingguan telah disusun sebanyak 52
c. Monitoring Dampak Perubahan Iklim
1) Monitoring Dampak Perubahan Iklim Monitoring Dampak Perubahan Iklim dilakukan ke Provinsi Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Beberapa hal penting sebagai berikut: - Dari hasil monitoring tersebut, secara umum kondisi cuaca pada Musim Hujan 2010/2011 dan Musim Kemarau 2011 tidak terlalu ekstrim. Pada bulan Desember 2010 seluruh wilayah Indonesia umumnya sudah memasuki MH 2010/2011 dan bulan Agustus 2011 seluruh wilayah Indonesia sudah memasuki MK 2011. - Kumulatif luas banjir tahun 2011 di Indonesia pada pertanaman pangan umumnya lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2010 maupun rerata 5 tahun. Untuk kumulatif luas kekeringan Tahun 2011 di Indonesia pada pertanaman
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 92
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 tanaman pangan umumnya juga lebih rendah dari Tahun 2010 dan rerata 5 tahun.
2) Pembahasan Analisis Hasil Monitoring Dampak Perubahan Iklim Pembahasan Analisis Hasil Monitoring Dampak Perubahan Iklim dilaksanakan pada tanggal 11-13 November di Ciawi, Bogor. Fokus pembahasan analisis tersebut terutama pada Musim Hujan 2010/2011, Musim Kemarau 2011 dan Tahun 2011 sampai dengan Bulan Oktober 2011. Data yang digunakan adalah data banjir dan kekeringan yang diperoleh dari hasil monitoring pada tahun 2011 ke beberapa daerah. Disamping itu juga dibahas keadaan banjir dan kekeringan di Indonesia secara umum. 6.
Penguatan Kelembagaan a. Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Proteksi/Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD-BPTPH) Unit
Pelaksana
Teknis
Daerah
Balai
Proteksi/Perlindungan
Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD-BPTH) merupakan pelaksana
dan
penanggungjawab
pelaksanaan
kegiatan
perlindungan tanaman pangan di provinsi yang bertanggung jawab
langsung
kepada
Kepala
Dinas
Pertanian
Provinsi.
Umumnya keberadaan UPTD-BPTPH di daerah telah menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan baik. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001 telah terbentuk 28 UPTD-BPTPH yang tersebar di 28 provinsi dari 30 provinsi yang ada pada saat itu. Dalam perkembangannya, sampai tahun 2011 sesuai dengan pemekaran provinsi telah terbentuk 32 UPTD-BPTPH dari 33 provinsi yang ada saat ini (Provinsi Kepulauan Riau belum membentuk UPTD-BPTPH). UPTD-BPTPH sebagai pelaksana kegiatan perlindungan tanaman pangan di tingkat provinsi, bertugas mengumpulkan dan mengolah laporan tengah bulanan keadaan OPT dan antisipasi DPI, melaksanakan kegiatan pengembangan teknologi di
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 93
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit/Laboratorium Agens Hayati (LPHP/LAH), Sekolah Lapangan (SLPHT dan SLI), pengembangan SDM, dan kegiatan perlindungan tanaman lainnya. Setiap akhir tahun UPTD BPTPH wajib melaporkan pelaksanaan kegiatan tersebut, namun pelaporan tersebut masih kurang tertib, karena masih ada provinsi yang belum mengirimkan laporan. b. Brigade Proteksi Tanaman (BPT) Brigade Proteksi Tanaman (BPT) merupakan unit penanganan eksplosi serangan OPT yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh Regu Pengendali Hama (RPH)/petani setempat. Pada awal terbentuknya, kedudukan BPT berada di bawah pengelolaan Dinas Pertanian Provinsi. Seiring dengan berjalannya waktu, keberadaan BPT pada beberapa provinsi telah diserahkan kepada UPTD BPTPH dan sampai saat ini terdapat 86 unit BPT yang tersebar di 32 provinsi. Provinsi Kepulauan Riau belum memiliki BPT. Permasalahan yang dihadapi oleh BPT saat ini antara lain adalah prasarana dan sarana yang sudah tidak layak dan memadai lagi untuk operasional pengendalian serta keterbatasan jumlah dan keterampilan SDM. Hal ini mengakibatkan operasioanl BPT belum optimal. Untuk lebih meningkatkan keberadaan dan fungsi kelembagaan BPT, perlu dilakukan pembenahan dan penyempurnaan baik dari segi prasarana, sarana, maupun SDM serta pemberdayaannya. c. Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit/Laboratorium Agens Hayati (LPHP/LAH) Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit/Laboratorium Agens Hayati (LPHP/LAH) merupakan ujung tombak penerapan dan pengembangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di lapangan. LPHP/LAH berperan sebagai klinik tanaman dan rujukan dalam pengembangan dan diseminasi teknologi perlindungan tanaman.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 94
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Sebagai pusat pengembangan teknologi perlindungan tanaman, kegiatan yang dilaksanakan antara lain eksplorasi, perbanyakan, pengembangan, dan pemasyarakatan agens hayati/pestisida nabati. Beberapa agens hayati dan pestida nabati yang telah dikembangkan hingga saat ini yaitu: Beauveria bassiana, Metarhizium sp, Verticillium sp, SI-NPV dan Corynebacterium sp, Trichoderma sp, Gliocladium sp, Trichogramma sp, serta pestisida nabati antara lain: minyak selasih, nimba, sirsak, dan sambiloto. Keberadaan LPHP/LAH dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sehingga sampai saat ini terdapat 93 unit yang tersebar di seluruh provinsi kecuali Provinsi Kepulauan Riau. d. Pejabat Fungsional Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan-Pengamat Hama Penyakit Tumbuhan (POPT-PHP) dan Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu POPT-PHP (THL-TB POPTPHP) Dalam sistem perlindungan tanaman, ujung tombak keberhasilan perlindungan tanaman terletak pada kinerja POPT-PHP, yang dalam tugasnya mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melaporkan hasil pengamatan perkembangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI), memberikan rekomendasi pengendalian OPT dan penanganan DPI pada lingkup wilayah pengamatannya, dan melakukan pengawasan peredaran dan penggunaan bahan pengendali OPT serta pupuk bersubsidi. Jumlah POPT-PHP saat ni berjumlah 3.183 orang, yang tersebar di 33 provinsi, 497 kabupaten/kota. Seiring dengan pemekaran wilayah di era otonomi daerah, jumlah POPT-PHP saat ini belum mencapai kondisi ideal yang diharapkan, yaitu 1 (satu) orang POPT-PHP di tiap wilayah kerja pengamatan (kecamatan) yang saat ini berjumlah 6.543 kecamatan. Kurang memadainya jumlah POPT-PHP dapat mengakibatkan kurang akuratnya data dan informasi hasil pengamatan, sehingga kegiatan operasional pengendalian/penanganan serta perencanaan pengendalian OPT
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 95
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 dan antisipasi DPI dalam rangka pengamanan produksi tidak optimal. Oleh karena itu untuk menambahn jumlahh POPT-PHP, pada tahun 2007 telah direkrut tenaga kontrak THL-TB POPTPHP yang tujuannya untuk membantu POPT-PHP dalam melaksanakan kegiatan pengamanan produksi melalui kegiatan pengamatan OPT, DPI, serta pengawasan penggunaan pupuk bersubsidi dan bahan pengendali OPT. Pada awalnya petugas THL-TB POPT-PHP berjumlah 1.288 orang yang tersebar di 32 provinsi, dan pada tahun 2011 berkurang menjadi 1.168 orang, dikarenakan adanya petugas yang mengundurkan diri, meninggal dunia, dan lulus seleksi CPNS (Pusat maupun daerah). e. Pos Pengembangan Agens Hayati (PPAH) Pos Pengembangan Agens Hayati (PPAH) adalah kelembagaan perlindungan tanaman di tingkat petani dan merupakan kelompok tani binaan dari BPTPH/LPHP/LAH. PPAH memiliki peran yang besar dalam pemasyarakatan penerapan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) melalui kegiatan perbanyakan dan pemanfaatan agens hayati serta pestisida nabati, untuk memenuhi kebutuhan di lahan usahatani kelompok tani tersebut. Keberadaan PPAH dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat sehingga sampai saat ini terdapat 689 unit PPAH yang terdapat di 28 provinsi. Provinsi yang belum melaporkan keberadaan PPAH adalah Kepulauan Riau, Bali, Kalimantan Tengah, Papua, dan Papua Barat. f.
Pertemuan Koordinasi Komisi Perlindungan Tanaman (KPT) Pertemuan Koordinasi Komisi Perlindungan Tanaman bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan kebijakan dan membahas permasalahan aktual di bidang perlindungan tanaman sebagai bahan masukan kepada Menteri Pertanian dalam penetapan kebijakan yang strategis dan akomodatif. Pada tahun 2011 telah dilaksanakan 2 (dua) kali Pertemuan Koordinasi Komisi Perlindungan Tanaman. Pertemuan I
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 96
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 dilaksanakan pada tanggal 24-26 Maret 2011, di Solo, Jawa Tengah. Pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 2-4 November 2011, di Batam. Pertemuan dihadiri oleh Anggota Komisi Perlindungan Tanaman (KPT), Pejabat Eselon Dua dan perwakilan dari Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktur Perlindungan Perkebunan, Direktur Perlindungan Hortikultura dan Pusat Karantina Tumbuhan, narasumber dan undangan lainnya. Pertemuan dibuka oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan selaku Ketua KPT. Hasil penting dari pertemuan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Di tengah derasnya arus globalisasi dan meningkatnya kebutuhan pangan bagi penduduk Indonesia, peran perlindungan tanaman dirasakan semakin penting. Saat ini jumlah SDM POPT-PHP belum memadai dibandingkan dengan jumlah wilayah pengamatan yang ada (berbasis kecamatan) dan dalam waktu 5 (lima) tahun ke depan banyak yang akan memasuki masa purna-tugas. Hal ini dikhawatirkan menyebabkan kurang optimalnya penanganan serangan OPT/DPI di lapangan. Untuk mengisi kekurangan dan mengoptimalkan kinerja POPT-PHP, perlu diupayakan penambahan jumlah, peningkatan kerjasama “tripartit” (PPL, Mantri Tani/KCD, dan POPT-PHP), koordinasi, serta peningkatan kemampuan dan pengetahuan.
2) Berkaitan dengan peningkatan serangan/eksplosi WBC dan OPT lain akhir-akhir ini, perlu diupayakan hal-hal sebagai berikut: a) Menetapkan komitmen bersama antara Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat dalam penanganan OPT tersebut. Pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam pengelolaan eksplosi OPT akan dituangkan dalam pasal-pasal Permentan tentang Pedoman Pengendalian OPT yang saat ini sedang dalam proses penyelesaian.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 97
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 b) Mengawal penggunaan pestisida berdasarkan prinsip 6 (enam) tepat (jenis, sasaran, dosis dan konsentrasi, waktu aplikasi, cara aplikasi, dan mutu) untuk menghindari terjadinya resistensi dan resurjensi OPT. Pengawasan dan penanganan pestisida palsu dan ilegal juga perlu ditingkatkan. Untuk itu diperlukan pembentukan Komite Aksi penanganan resistensi dan mengefektifkan kinerja Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) dalam pengawasan peredaran, penyimpanan, dan penggunaan pestisida. c) Membatasi penanaman padi hibrida impor dan varietas rentan lainnya, terutama di daerah endemis serangan WBC. d) Melakukan pergiliran dengan tanaman selain padi untuk memutus siklus hidup WBC. Di daerah eksplosi WBC, diharuskan untuk melakukan pemberaan minimal selama 2 (dua) bulan. e) Mengoptimalkan mekanisme kerja “tripartit” (POPT-PHP, PPL, dan Mantri Tani/KCD) dalam pengendalian OPT. f) Petugas lapangan perlu melakukan evaluasi, pendampingan, dan pembinaan penerapan PHT di tingkat lapangan, karena kegiatan tersebut dirasakan belum berjalan optimal.
3) Impor benih dalam jumlah besar beresiko mengintroduksi OPT yang belum ada di Indonesia (OPTK). Oleh karena itu, pemasukan benih dalam jumlah besar harus dihindari dan peraturan tentang batas waktu impor benih perlu diterapkan secara tegas. Pengembangan benih padi hibrida hasil pemuliaan dalam negeri, yang mengutamakan sifat ketahanan terhadap OPT utama juga perlu dipercepat untuk mengurangi impor benih komoditas tersebut.
4) Kesehatan
benih hendaknya menjadi salah satu kriteria/persyaratan dalam penetapan standar mutu benih.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 98
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Selain itu diperlukan perbaikan sistem sertifikasi melalui sertifikasi produk maupun sertifikasi sistem mutu sehingga menjamin benih bebas patogen.
5) Dengan adanya/dugaan penyakit baru yang disebabkan oleh Erwinia carotovora pv.atroseptica pada kentang dan Ceratocystis cacaofunesta pada kakao, perlu dilakukan surveillance dan diagnosis lebih lanjut tentang penyakit tersebut.
6) Penyediaan
sarana pengendalian OPT yang ramah lingkungan seperti pestisida nabati, agens hayati, dan musuh alami sangat diperlukan di tingkat petani. Oleh karena itu Pos Pelayanan Agens Hayati (PPAH) perlu lebih didorong untuk dapat memproduksi secara massal disertai dengan pengendalian mutu sesuai dengan standar teknis minimal. Perizinan untuk memproduksi pestisida nabati dan agens hayati oleh PPAH perlu diberi kemudahan, untuk mendorong penggunaan agens hayati di masa depan.
7) Saat ini jumlah merek dagang pestisida terdaftar sangat banyak, disamping itu pestisida untuk sasaran OPT tertentu juga sangat banyak. Untuk melindungi kesehatan ekosistem pertanian, jumlah merek pestisida perlu dibatasi, diantaranya dengan menerapkan kebijakan bahwa jumlah merek pestisida yang terdaftar untuk suatu OPT pada tanaman tertentu ditetapkan maksimum 10 (sepuluh) merek.
8) Makin meningkatnya ancaman penyakit busuk batang oleh Ganoderma pada kelapa sawit menuntut perbaikan teknik pengamatan dan analisis data pengamatannya.
9) Standarisasi teknik pengujian residu pestisida pada produk pertanian perlu ditetapkan, disesuaikan dengan ketersediaan sumberdaya dan standar internasional. Hal ini untuk mendukung ekspor produk perkebunan dan hortikultura.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 99
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 10) Kegagalan panen yang diakibatkan serangan OPT dan dampak perubahan iklim (DPI), dimungkinkan dapat ditanggung melalui program asuransi. Kementerian Pertanian perlu mengembangkan kebijakan dan peraturan terkait pelaksanaan program asuransi tersebut. Pertemuan KPT II 1) Kesehatan benih merupakan komponen penting dalam menjamin keberhasilan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Banyak patogen yang terbawa benih, diantaranya Xanthomonas oryzae (BLB), Pyricularia oryzae (blas), Helminthosporium sp (bercak coklat) pada padi; Perenosclerospora maydis (bulai) dan Helminthosporium sp (hawar daun) pada jagung; Soybean Stunt Virus (kerdil), Soybean Mosaik Virus (Mosaik), dan Colletotrichum sp (antraknosa) pada kedelai; Colletotrichum sp (antraknosa pada cabai); serta Alternaria porri (bercak ungu) dan Fusarium oxysporum (moler) pada bawang merah. Untuk itu, perlu ditetapkan kelembagaan yang menangani patogen benih, yang tugasnya menetapkan ambang toleransi infeksi benih terhadap patogen. 2) Organisme pengganggu tumbuhan (OPT)/dampak perubahan iklim (DPI) masih merupakan ancaman utama untuk mencapai target produksi beras tahun 2012. Beberapa OPT utama, antara lain WBC, penggerek batang, hawar daun bakteri, dan blas masih akan menjadi masalah dan berkecenderungan meningkat. Untuk itu diperlukan langkahlangkah strategis dalam pengamanan produksi, antara lain penggunaan benih unggul bermutu dan bebas patogen, budidaya tanaman sehat, dan pengendalian OPT secara intensif sesuai dengan prinsip PHT. 3) Penggunaan benih padi hibrida (terutama benih padi impor) yang ditujukan untuk meningkatkan produksi beras nasional
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 100
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 harus dievaluasi kembali, mengingat beberapa hal sebagai berikut : a) Tingkat kerentanan yang tinggi terhadap OPT Utama; b) Indikasi introduksi OPT karantina terbawa benih, misalnya nematoda Aphelenchoides besseyi; c) Terdapatnya kasus-kasus kegagalan berproduksi di lapangan sehingga menimbulkan keresahan di tingkat petani dan dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. 4) Untuk mencapai produksi dan produktivitas yang tinggi, upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain: penanaman varietas unggul lokal yang mempunyai produksi tinggi, budidaya tanaman sehat antara lain penggunaan benih unggul bermutu bebas patogen, sistem tanam yang baik, penggunaan bahan organik secara optimal, pemupukan berimbang, pengaturan air secara tepat, dan tindakan responsif berdasarkan monitoring dengan menggunakan teknologi pengendalian OPT sesuai prinsip PHT. 5) Mengingat pesatnya perkembangan pemanfaatan agens hayati dan pestisida nabati di lapangan, diperlukan standar pengembangan (benefit dan risk analysis), registrasi dan penjaminan mutu, baik di tingkat laboratorium maupun pos agens hayati. Hal ini diperlukan untuk mendorong penggunaan agens hayati. Persyaratan untuk pendaftaran agens hayati meliputi identifikasi yang tepat dan akurat, kefektifan yang tinggi, informasi daya simpan, serta keamanan terhadap manusia dan lingkungan. 6) Pengkajian penggunaan insektisida yang berbahan aktif imidakloprid, fipronil, abamectin, dan kelompok piretroid untuk padi perlu dilakukan karena terindikasi menyebabkan resistensi dan resurjensi. Regulasi dan evaluasi yang lebih ketat dalam perizinan dan pengawasan pestisida diperlukan untuk menjamin kualitas pestisida yang beredar di lapangan.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 101
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 7) Untuk mengoptimalkan peran dan fungsi NPPO (National Plant Protection Organization), dipandang perlu meningkatkan keterlibatan pakar perlindungan dan anggota NPPO dalam kegiatan NPPO. 8) Diperlukan kesiapsiagaan menghadapi peningkatan serangan OPT baru dan perubahan status OPT pada tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Beberapa OPT dimaksud antara lain: penyakit pucuk putih pada padi (Aphelenchoides besseyi), nematoda puru akar padi sawah Meloidogyne graminicola, layu stewart pada jagung (Pantoea stewartii), virus kuning kacang panjang, die back (mati pucuk) dan hawar ekor kuda pada kakao. 9) Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) merupakan model sekolah yang dinilai telah berhasil memberdayakan petani. Untuk menjamin kualitas, konsistensi, dan keberlanjutan SLPHT, pelaksanaannya harus mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan. g.
Penyusunan Standar Operasional LPHP Pembinaan penerapan PHT di tingkat lapangan yang dilakukan petugas perlindungan tanaman dikoordinasikan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Perlindungan/Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD BPTPH) dan Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) di tingkat wilayah agroklimat. Peran LPHP saat ini cukup beragam, tergantung pada kebijakan dan komitmen daerah dalam meningkatkan peran perlindungan tanaman untuk mendukung pencapaian sasaran produksi. Demikian juga halnya dengan bangunan gedung, sarana kantor, dan sumberdaya petugas baik kualitas maupun kuantitasnya yang masih belum memenuhi standar.Untuk mendukung optimalisasi kinerja LPHP, diperlukan standar operasional LPHP untuk dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatannya.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 102
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Pertemuan Penyusunan Standar Operasional LPHP/LAH telah dilaksanakan pada tanggal 9-11 Mei 2011 di Cisarua, Jawa Barat. Pertemuan ini dihadiri oleh Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Kepala BBPOPT Jatisari, Kepala LPHP Semuli Raya Lampung, Kepala Instalasi POPT Cianjur, Jawa Barat, Kepala LPHP Temanggung Jawa Tengah, Kepala LPHP Pandaan, Jawa Timur, Kepala LPHP Bantul, DIY, Kepala LPHP Pontianak, Kalimantan Barat, Kepala IP3OPT Pinrang, Sulawesi Selatan, Kasubdit lingkup Direktorat Perlindungan TP, dan staf Subdit Pengelolaan PHT. Hasil pertemuan tersebut berupa buku Standar Operasional LPHP. Standar tersebut diharapkan dapat menjadi acuan dalam merencanakan, melaksanakan, dan memfasilitasi operasional kegiatan LPHP. h.
Penyusunan Pedoman Penyusunan dan Pengajuan DUPAK Jabatan fungsional Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) termasuk salah satu jabatan fungsional Rumpun Ilmu Hayat Pertanian (RIHP) yang telah ditetapkan pada tahun 2000. Sesuai dengan Peraturan dan Petunjuk Pelaksanaan POPT, ditetapkan bahwa kenaikan jabatan atau pangkat POPT ke jenjang di atasnya dipersyaratkan harus memenuhi angka kredit kumulatif sesuai jenjang atau kepangkatan. Data Usulan Angka kredit (DUPAK) POPT akan dinilai oleh Tim Penilai. Kondisi saat ini, masih banyak POPT yang merasa kesulitan dalam menyusun dan mengajukan DUPAK sehingga memerlukan pedoman yang dapat dijadikan acuan. Pertemuan penyusunan Pedoman Penyusunan dan Pengajuan DUPAK telah dilaksanakan pada tanggal 7-10 September 2011 di Cisarua, Jawa Barat. Peserta pertemuan adalah Pejabat Fungsional POPT yang berasal dari Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dan Direktorat Perlindungan Hortikultura. Hasil pertemuan berupa draft Pedoman Penyusunan dan Pengajuan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 103
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 DUPAK. Draft tersebut selanjutnya disosialisasikan ke daerah untuk mendapat masukan.
i.
Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional POPT Penilaian angka kredit POPT dilakukan untuk menilai angka kredit POPT berdasarkan prestasi kerjanya untuk kenaikan pangkat (KP) atau jabatan setingkat lebih tinggi. Penilaian angka kredit dilakukan terhadap DUPAK POPT yang berasal dari Pusat dan UPT Pusat yang berada di daerah. Penilaian ini dilaksanakan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari untuk Kenaikan Pangkat (KP) bulan April, serta bulan Agustus untuk KP bulan Oktober. Kegiatan penilaian untuk KP bulan April dilaksanakan pada tanggal 31 Januari-3 Februari, di Cisarua Jawa Barat dan untuk KP bulan Oktober dilaksanakan pada tanggal 15-17 Juli 2011, di Cisarua, Jawa Barat. Berdasarkan hasil penilaian, untuk KP bulan April, POPT yang mendapatkan Penetapan Angka Kredit (PAK) sebanyak 20 orang dan yang mendapatkan Hasil Penilaian Angka Kredit (HAPAK) sebanyak 39 orang. Hasil penilaian untuk KP bulan Oktober, yang mendapatkan PAK sebanyak 20 orang dan yang mendapatkan HAPAK sebanyak 33 orang.
7. Pemanfaatan Bantuan Bencana Alam (Cadangan Pestisida Stok Nasional) Pengamanan produksi dari serangan OPT tidak selalu bertumpu pada penggunaan pestisida kimiawi, namun dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai teknologi pengendalian lainnya, seperti pemanfaatan agensia hayati, dan pestisida nabati, serta teknologi spesifik lokasi yang ada di daerah. Sedangkan untuk pengendalian penyakit perlu dilakukan tindakan secara preventif. Namun dalam keadaan tertentu apabila terjadi serangan mendadak dengan penyebaran yang cepat serta terindikasi menyebabkan eksplosi, maka peran pestisida dalam pengendalian sangat menentukan.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 104
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Untuk mendorong masyarakat petani dan masyarakat luas berpartisipasi langsung dalam pengamanan produksi padi secara serentak dalam areal yang luas dan terkoordinasi, Presiden RI memandang perlu mencanangkan “GERAKAN LAWAN HAMA”. Agar Gerakan Lawan hama ini efektif maka perlu dilakukan “SPOT STOP”. Kebijakan SPOT STOP adalah upaya menghentikan titik awal serangan sehingga sumber serangan tidak menyebar ke daerah lain. SPOT STOP didahului oleh penerapan upaya preemtif (budidaya tanaman sehat dan pengaturan pola tanam). Untuk dapat melakukan SPOT STOP harus dilakukan pengamatan dini dan pengendalian dini. Dalam upaya pengendalian OPT, ketersedian pestisida sangat diperlukan terutama dalam mengatasi serangan OPT yang bersifat eksplosi (terjadinya serangan OPT yang sangat cepat) daerah serangan tidak mempunyai kemampuan untuk segera melakukan tindakan pengendalian, oleh karena itu cadangan pestisida stok nasional bersifat mobil bagi daerah yang bahan pengendaliannya tidak mencukupi kebutuhan lapangan. Sebagaimana diketahui bahwa tahun 2011 telah terjadi peningkatan serangan Wereng Batang Coklat (WBC) di provinsi sentra produksi padi di pulau Jawa yang diakibatkan oleh dampak perubahan iklim ekstrim, maka ketersediaan pestisida untuk mengendalikan pada kondisi eksplosi memiliki peran yang strategis. Oleh karena itu pada tahun 2011, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah memberikan bantuan pestisida sebanyak 35.308,5 kg/ltr dan bahan pengasapan sebanyak 348.000 biji ke 8 (delapan) provinsi (Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Bali dan Sulawesi Utara). Dibandingkan dengan Tahun 2010, bantuan pestisida tahun 2011 yang dikeluarkan dari cadangan nasional lebih besar, hal ini dikarenakan semakin meningkatnya luas serangan OPT, yang mengalami peningkatan sebesar 7.413,5 kg/ltr (26,57%). Bantuan bahan asap mengalami peningkatan 201.000 biji (136,73%). Diharapkan dengan adanya bantuan pestisida tersebut dapat menurunkan luas serangan OPT dan menjadi stimulan bagi daerah
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 105
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 untuk memenuhi kebutuhan lapang dalam pengendalian OPT.
Tabel 39. Bantuan Pestisida dari Cadangan Nasional Tahun 2011 No 1 2 3 4
Provinsi Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat Banten
5
Nusa Tenggara Barat
6
Kalimantan Selatan
7
Bali
8
Sulawesi Utara
9
Jawa Barat Total Bantuan Tahun 2011
Jenis Pestisida Pestisida Pestisida Pestisida Pestisida Bahan Asap Pestisida Bahan Asap Pestisida Bahan Asap Pestisida Bahan Asap Pestisida Rodentisida Bahan Asap Pestisida Bahan Asap
Jumlah 5.221,5 kg/l 9.000 kg/l 5.750 kg/l 1.900 kg/l 2.575 kg/l 8.000 biji 2.500 kg/ltr 100.000 biji 2.200 kg/l 100.000 biji 2.150 kg/l 100.000 biji 144 kg/l 3.868kg/l 40.000 biji 35.308,5 kg/l 348.000 biji
8. Bantuan Pengendali OPT Tahun 2011 APBN Penghematan dan APBN-P a. Bantuan Bahan Pengendali OPT Utama Padi APBN Penghematan Tahun 2011 Untuk memenuhi konsumsi 237 juta jiwa penduduk Indonesia, swasembada beras berkelanjutan harus terus dipertahankan. Untuk mempertahankan produksi beras nasional pertanaman harus diamankan dari gangguan OPT. Dalam rangka mendorong masyarakat petani dan masyarakat luas turut serta berpartisipasi aktif dalam pengamanan produksi padi, Presiden RI memberikan arahan agar seluruh komponen masyarakat melakukan “GERAKAN LAWAN HAMA”. Menindaklanjuti arahan tersebut, Kementerian Pertanian mengeluarkan kebijakan “SPOT STOP”, yaitu upaya menghentikan titik-titik awal sumber serangan OPT sehingga tidak menyebar ke area yang lebih luas. SPOT STOP didahului oleh penerapan upaya preemtif (budidaya tanaman sehat dan pengaturan pola tanam).
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 106
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Untuk dapat melakukan SPOT STOP harus dilakukan pengamatan dini dan pengendalian dini. Tabel 40. Alokasi dan Distribusi Bantuan Penghematan Tahun 2011
Pestisida
APBN
1
Aceh
46.017
Bahan Asap (Boks) 1.650
2
Sumatera Utara
93.200
3.360
3
Sumatera Barat
57.200
2.050
4
Riau
19.120
680
5
Jambi
20.340
730
6
Sumatera Selatan
95.673
3.430
7
Bengkulu
16.635
590
8
Lampung
76.940
2.760
No
Provinsi
Pestisida (kg/ltr)
9
DKI Jakarta
270
20
10
Jawa Barat
245.038
8.780
11
Jawa Tengah
230.385
8.260
12
DIY
13
Jawa Timur
14 15
18.990
680
264.221
9.480
Banten
51.645
1.850
Bali
18.878
675
16
NTB
51.495
1.850
17
NTT
24.135
860
18
Kalimantan Barat
51.605
1.850
19
Kalimantan Tengah
26.515
950
20
Kalimantan Selatan
61.960
2.220
21
Kalimantan Timur
18.502
670
22
Sulawesi Utara
14.705
530
23
Sulawesi Tengah
27.544
990
24
Sulawesi Selatan
113.690
4.080
25
Sulawesi Tenggara
14.318
520
26
Gorontalo
6.727
240
27
Sulawesi Barat
9.943
360
28
Maluku
2.320
80
29
Maluku Utara
2.075
71
30
Papua Barat
1.201
45
31
Papua
3.526
130
1.685.419
60.441
Jumlah
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mendukung gerakan SPOT STOP dalam upaya pengamanan produksi padi, terutama pada Musim Tanam Oktober-Maret 2011/2012, perlu dipersiapkan sarana dan/atau bahan pengendali yang memadai melalui Penghematan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBNP) 2011. Untuk itu diadakan pengadaan pestisida bantuan tahap III ke daerah (31 provinsi). Jumlah bahan pengendali OPT (pestisida) bantuan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan lapangan dan anggaran yang tersedia, serta jenis pestisida yang diperlukan memenuhi
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 107
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 persyaratan teknis sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Tujuan dari pengalokasian bantuan pestisida APBN Penghematan adalah: - Mengamankan produksi tanaman padi di seluruh Indonesia terutama di sentra-sentra produksi dan propinsi endemis serangan OPT utama padi. - Menyiapkan stok pestisida di 31 provinsi untuk mengantisipasi peningkatan serangan OPT b. Bantuan Bahan Pengendali OPT Utama Padi Tahun 2011 APBN-P Untuk meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia, diperlukan langkah-langkah strategis antara lain peningkatan produksi pangan dan diversifikasi pangan. Peningkatan produksi dapat dicapai melalui
kegiatan
pengamanan
produksi
dari
faktor-faktor
pengganggunya. Salah satu faktor pengganggu tersebut adalah OPT. Untuk lebih menguatkan upaya pengamanan produksi padi di MT 2011/2012, terutama dari gangguan hama wereng batang coklat (WBC) dan Tikus, serta untuk mencapai sasaran surplus 10 juta ton beras, maka diadakan bantuan bahan pengendalian OPT APBN-P kepada 10 provinsi sentra produksi padi. Tujuan dari pengalokasian bantuan pestisida APBN-P adalah: Mengamankan produksi tanaman padi di 10 (sepuluh) provinsi terutama di sentra-sentra produksi dan daerah endemis serangan WBC dan tikus. Tabel 41. Alokasi dan Distribusi Bantuan Pestisida APBN-P Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 108
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011
-
Bahan Asap (Boks) 11.100
Sumatera Selatan
3.350
5.540
Lampung
3.700
6.870
Jawa Barat
38.170
27.800
5
Jawa Tengah
63.760
20.100
6
DI Yogyakarta
11.715
1.700
7
Jawa Timur
128.700
16.700
8
Banten
17.825
3.390
9
NTB
No
Provinsi
1
Aceh
2 3 4
10
Pestisida (kg/ltr)
3.050
2.750
-
14.600
270.270
110.550
Sulawesi Selatan Jumlah
9. Peningkatan Kualitas SDM (Pelatihan) a. Training of Trainer Sekolah Lapangan Iklim TOT SLI dilaksanakan pada tanggal 12-21 April 2011 di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Jakarta Selatan. Pertemuan dihadiri oleh 50 orang peserta, yang berasal dari 30 Provinsi, Balai Besar Peramalan OPT Jatisari, Direktorat Perlindungan Hortikultura, dan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Narasumber dan pemandu berasal dari: - Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, - Balai Besar Peramalan OPT Jatisari, - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, - Badan Litbang Pertanian, - Pusat Iklim Agroklimat dan Iklim Maritim BMKG, - Departemen Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor, - Direktorat Pengelolaan Air Irigasi Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, - Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB, - Penyuluh Pertanian, Koordinator POPT dan POPT kabupaten Indramayu, dan Kelompot Tani Buyut Musa Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu. Hasil dari kegiatan ini sebagai berikut: 1) Perlu dilakukan perbaikan materi modul TOT SLI sehingga lebih mudah dipahami oleh petugas dan petani.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 109
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 2) Perlunya bimbingan atau pelatihan teknis bagi para pemandu SLI di lapang baik dari pemerintah ataupun instansi terkait lainnya. 3) Pasca pelatihan SLI ditindaklanjuti antara lain dengan membentuk ikatan petani alumni SLI dan memberikan mereka kegiatan sehingga tetap berkesinambungan seperti studi banding dan pertemuan antara alumni. 4) Perlu adanya dukungan dari PEMDA setempat (terutama Bupati, Camat dan Kepala Desa) dalam pelaksanaan SLI, dengan memberikan pemahaman tentang SLI melalui Sosialisasi kepada para pejabat PEMDA tersebut. 5) Pelaporan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan SLI di lapangan harus disampaikan ke Pusat (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan) karena sangat penting sebagai dasar merencanakan pelaksanaan SLI tahun berikutnya dan untuk penyusunan bahan penyempurnaan modul SLI, sesuai dengan perubahan lingkungan yang bersifat spesifik lokasi. 6) Kunjungan lapangan dilaksanakan ke Stasiun Klimatologi Darmaga, dan Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Bogor. Di Stasiun Klimatologi peserta dapat melihat dan mengetahui cara pemanfaatan alat-alat klimatologi, sedangkan di Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi peserta menerima penjelasan mengenai aplikasi kalender tanam. 7) Hasil evaluasi awal (pre test) diperoleh nilai rata-rata 67 sedangkan nilai rata-rata hasil evaluasi akhir (post test) 77, sehingga peningkatan yang diperoleh sebesar 15%. Hal ini mengindikasikan bahwa ada peningkatan pemahaman peserta terhadap materi yang diberikan. 8) Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, maka bagi daerah yang memiliki kegiatan SLI pada Tahun 2011 diharapkan segera melaksanakan TOT di tingkat provinsi maupun kabupaten.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 110
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Selain itu, diharapkan para peserta dapat terus mengembangkan SLI, baik dengan melaksanakan TOT-SLI di Provinsi maupun melakukan pembinaan SLI untuk kelompok-kelompok tani. Melalui pembinaan SLI ini diharapkan, penggunaan informasi iklim bagi pelaksanaan usahatani dan agribisnis dapat dikembangkan.
b. Pemantapan Teknis Penerapan dan Pengembangan PHT pada Tanaman Pangan Beberapa aspek pengendalian hama terpadu yang perlu dikuasai oleh petugas maupun petani, antara lain adalah sistem peringatan dini dan rekomendasinya, peramalan OPT dan langkah-langkah antisipasinya, pengelolaan agroekosistem, penguasaan teknis sarana dan prasarana aplikasi pengendalian baik aplikasi agens hayati, pestisida botanis maupun pestisida kimia sintetis, operasional pengendalian secara tepat dan akurat, dll. PHT menitikberatkan pada pengelolaan agroekosistem yang dinamis, dalam penerapan dan pengembangannya bersifat dinamis pula. Untuk memenuhi kebutuhan petugas POPT-PHP yang kompeten dan konsisten dalam penerapan PHT dipandang perlu membekali petugas tersebut dengan pelatihan teknis yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas dalam mendukung optimalisasi pelaksanaan dan pengembangan PHT. Pelatihan teknis dalam rangka pemantapan teknis penerapan dan pengembangan PHT pada tanaman pangan dilaksanakan pada tanggal 22 September-3 Oktober 2011 di Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari. Peserta pelatihan berjumlah 40 orang yang berasal dari 23 provinsi dan pusat. Hasil pelaksanaan kegiatan:
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 111
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 1) Metode yang digunakan dalam penyampaian materi adalah dalam bentuk ceramah/kuliah, diskusi, praktikum, observasi lapangan, dan tugas mandiri.
2) Selain kuliah dan praktikum, juga dilakukan materi pemantapan di lapangan dalam bentuk fieldtrip ke Paguyuban Petani Organik di desa Pasawahan, Kabupaten Purwakarta. Paguyuban petani organik ini adalah kelompok tani alumni SLPHT pengembang pertanian organik, sekaligus sebagai model kelompok tani yang konsisten melaksanakan sistem PHT.
3) Pengajar yang menyampaikan materi berasal dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Direktorat Perlindungan TP, dan BBPOPT Jatisari.
4) Meskipun dengan tingkat kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang beragam, secara keseluruhan para peserta antusias mengikuti setiap materi dan kegiatan pelatihan. Peserta berharap pelatihan seperti ini dapat diselenggarakan setiap tahun.
5) Peserta memiliki tingkat kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang beragam. Hasil pre test peserta rata-rata 46,24 dan post test rata-rata 64,35. Berdasarkan hasil tersebut, terjadi peningkatan pengetahuan peserta sebanyak 39,16%. c.
Penilaian dan Berprestasi
Penghargaan
POPT,
LPHP,
Kelompok
Tani
Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan-Pengamat Hama Penyakit (POPT-PHP) adalah petugas terdepan dalam pelaksanaan pengendalian OPT dan penanggulangan DPI di lapangan. Demikian juga Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) adalah institusi terdepan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Sebagai petugas atau institusi terdepan dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat/petani yang membutuhkan informasi terkait masalah pengelolaan OPT dan DPI. Pelaksanaan kegiatan pengendalian OPT/penanggulangan DPI
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 112
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 tersebut akan lebih optimal apabila dapat bersinergi dengan petani/kelompok tani. Di beberapa daerah, Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati telah mampu berperan dalam penanggulangan OPT melalui perbanyakan dan pemanfaatan agens hayati/pestisida nabati. Untuk meningkatkan motivasi, kinerja, dan profesionalisme POPTPHP dan LPHP, meningkatkan peran Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati, serta memberikan apresiasi atas prestasi kerjanya telah dilaksanakan penilaian dan pemberian penghargaan kepada POPT-PHP, LPHP, dan Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati berprestasi. Kegiatan penilaian calon penerima penghargaan dilaksanakan pada tanggal 4-6 Juli 2011, di Cisarua, Jawa Barat. Berdasarkan hasil penilaian, dengan menggabungkan seluruh komponen penilaian dan hasil verifikasi, ditetapkan penerima penghargaan sebagai berikut:
1) POPT-PHP Berprestasi adalah Yohanis Parama, SP dari Sulawesi Selatan, Joko Sadyono dari Kalimantan Timur, dan Arnoldus Molo, SP dari Nusa Tenggara Timur.
2) LPHP Berprestasi adalah IP3OPT Wilayah Luwu, Sulawesi Selatan, LPHP Pati, Jawa Tengah, dan LPHP Semuli Raya, Lampung.
3) Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati Berprestasi adalah: a) Kelompok Tani PAH Bakti Mandiri III, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat b) Kelompok Tani PAH Mitra Tani, Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta c) Gapoktan PAH Makmur Sejahtera, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah d) Gapoktan PAH Berkat Karya Bersama, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan e) Kelompok Tani PAH Aneka Tani, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 113
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 f) Kelompok Tani PAH Cinta Alam, Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan. 10. Bantuan Penanggulangan Padi Puso Kementerian Pertanian pada tahun 2011 ini mengusulkan anggaran khusus sebagai bantuan pembiayaan usahatani padi atas ketidakberdayaan petani melawan dampak negatif yang diakibatkan oleh banjir, kekeringan dan serangan OPT. Bantuan ini diharapkan dapat segera disalurkan kepada petani yang tergabung dalam kelompok tani yang lahan dan atau pertanamannya mengalami puso. Dengan ganti rugi ini, maka petani dapat dengan cepat melakukan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan usahatani dengan baik karena sudah memiliki modal kerja yang memadai. Pengelolaan dana bantuan tersebut mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 66/Permentan/OT.140/12/2010 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Untuk Pertanian Tahun Anggaran 2011. Maksud pemberian bantuan penanggulangan padi puso sebagai bentuk upaya mempertahankan produksi pangan dalam mendukung ketahanan pangan, sedangkan tujuannya adalah: memberikan bantuan kepada petani yang mengalami puso; meningkatkan produksi pangan secara berkelanjutan; dan mewujudkan ketahanan pangan nasional. Mekanisme Pelaksanaan Pengusulan Bantuan Penanggulangan Padi Puso (BP3) sebagai berikut: a. Direktur Jenderal Tanaman Pangan mengirimkan surat permintaan Calon Petani Calon Lokasi (CPCL) penerima bantuan modal usaha tani penanggulangan gagal panen padi kepada Kepala Dinas Pertanian (yang membidangi tanaman pangan) di Provinsi. b. Kepala Dinas Pertanian Provinsi menyampaikan permintaan usulan CPCL kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, dan menugaskan Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) untuk mengumpulkan dan memverifikasi usulan CPCL dari Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Surat
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 114
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 permintaan tersebut disampaikan sebagai tembusan kepada Kepala Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian Provinsi. c. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bersama Koordinator POPTPHP tingkat kabupaten dan berkoordinasi dengan Kepala Badan Penyuluhan Pertanian Kabupaten menugaskan POPT-PHP, Mantri Tani dan PPL melakukan identifikasi dan verifikasi luas areal pertanaman padi yang mengalami puso di wilayah masing-masing, serta mengusulkan kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, tembusan BPTPH (POPT-PHP, Mantri Tani, dan PPL melakukan tandatangan bersama pada formulir usulan). d. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Koordinator POPT-PHP tingkat kabupaten menginventarisasi, menelaah dan merekapitulasi, serta melakukan verifikasi lapangan terhadap usulan CPCL berdasarkan data dan rekomendasi dari POPT-PHP yang diketahui oleh ketua kelompok tani dan/atau Kepala Cabang Dinas Kecamatan/Mantri Tani, serta Penyuluh Pertanian Lapangan. e. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota menetapkan CPCL penerima BP3 melalui Surat Keputusan, selanjutnya diusulkan kepada Kepala Dinas Provinsi dilampiri surat pernyataan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang menyatakan bahwa penetapan usulan CPCL tersebut benar adanya. f. Kepala Dinas Pertanian Provinsi memverifikasi usulan dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan menetapkan CPCL penerima BP3, selanjutnya mengusulkan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan. g. Direktur Jenderal Tanaman Pangan melakukan verifikasi terhadap usulan CPCL penerima BP3 secara sampel yang dilaksanakan oleh Tim Verifikasi tingkat pusat (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian). Selanjutnya Direktur Jenderal Tanaman Pangan menetapkan CPCL penerima BP3, dan diusulkan kepada Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 115
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 h. Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian menetapkan Kelompok Tani penerima BP3. Sampai Bulan Oktober 2011 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah menerbitkan 10 Keputusan tentang CPCL Bantuan Penanggulangan Padi Puso (BP3). Areal puso yang diusulkan untuk menerima bantuan tersebut seluas 71.193,13 ha untuk 6.665 kelompok tani yang tersebar di 100 kabupaten, 20 provinsi. Keputusan tersebut diteruskan ke Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian untuk diproses pencairannya.
11. Kerjasama Luar Negeri a. Mengikuti Seminar on Low Carbon Agriculture Energy Conservation
and Emission Reduction Seminar on Low Carbon Agriculture Energy Conservation and Emission Reduction dilaksanakan pada tanggal 10-21 Mei 2011 di Beijing, China. Seminar diikuti oleh 27 peserta dari negara-negara anggota APEC (Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina, Vietnam) dan China. Seminar ini membahas beberapa topik utama, antara lain: status quo/ pengalaman/prospek pertanian rendah karbon di China; pengembangan pola pertanian rendah karbon; pertanian rendah karbon dan teknologi pemanfaatan jerami tanaman; pertanian rendah karbon dan daur ulang ekonomi, dll. b. Mengikuti Pertemuan Konferensi Perubahan Iklim PBB ke -17 (COP17 UNFCCC) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ikut berpartisipasi dalam Pertemuan Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-17 (COP-17 UNFCCC) pada tanggal 28 Nopember-9 Desember 2011 di Durban, Afrika Selatan. Delegasi RI dipimpin oleh Ketua Harian DNPI/Utusan Khusus Presiden Untuk Pengendalian Perubahan Iklim, Ir. Rachmat Witoelar
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 116
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 dengan anggota perwakilan dari Bappenas, Kantor Menko Kesra, Kemenlu, Kementan, Kemenhut, KLH, Kemenperind, KKP, Kemen PU, Kemen ESDM, Setkab, KBRI Afsel serta Akademisi, Asosiasi dan LSM mitra DNPI. Agenda utama konferensi tahun ini diantaranya kelanjutan pembahasan untuk mencapai kesepakatan kedua dari Kyoto Protokol, Mitigasi, Adaptasi, Pendanaan, Transfer Teknologi, Capacity Building dan REDD+. Dalam konferensi ini tidak ada agenda pembahasan khusus untuk pertanian seperti halnya kehutanan melalui REDD+. Namun dalam pembahasan mengenai Adaptasi dan Kerjasama Sektoral, secara khusus dicakup pertanian dan ketahanan pangan yang menjadi perhatian dari semua pihak, negara berkembang maupun negara maju. Hasil dari pertemuan ini adalah:
1) Mulai 2020 negara berkembang akan terikat secara legal untuk sama-sama menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Ini berarti bahwa tersedia waktu hanya 8 tahun untuk persiapan terutama untuk metode MRV (dapat diukur, dapat dilaporkan dan dapat diverifikasi), penyusunan reference emission level (REL), penyusunan NAMAs di tingkat provinsi dan kabupaten. Kementerian Pertanian sangat terkait dengan MRV dan action plan di bidang perkebunan dan pengelolaan lahan gambut.
2) Peluang pendanaan dalam kerangka UNFCCC untuk adaptasi dan mitigasi sektor pertanian masih jauh dari harapan dan akan melalui perundingan yang berkepanjangan. Untuk mengamankan ketahanan pangan, adaptasi terhadap perubahan iklim perlu diprioritaskan dan akan dilaksanakan dengan kekuatan sendiri tanpa menunggu bantuan internasional. Berbagai aspek yang perlu diprioritaskan adalah: - Pengembangan varietas yang tahan terhadap terpaan iklim - Pengembangan teknologi pengelolaan sumberdaya lahan dan iklim seperti improvisasi kalender tanam yang senantiasa
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 117
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 dapat menjawab perubahan iklim jangka pendek ke depan, pemanenan air, konservasi tanah dan air serta teknologi pemupukan untuk peningkatan produksi - Pengetatan penerapan peraturan perundang-undangan berkenaan dengan lahan pertanian abadi dan pengamanan jaringan irigasi - Mitigasi sektor pertanian perlu diprioritaskan untuk subsektor yang berpotensi berkontribusi besar dan tidak mengganggu produksi. Aspek tersebut antara lain adalah perbaikan sistem pengelolaan air pada lahan gambut, pemilihan jenis tanaman yang toleran terhadap muka air tanah tinggi pada lahan gambut dan rehabilitasi lahan terlantar untuk pengembangan perkebunan. - Penelitian untuk menganalisis aspek lingkungan dan ekonomi rehabilitasi lahan gambut terlantar berupa semak belukar (yang terpengaruh drainase dan peka terhadap kebakaran) untuk pertanian perlu mendapatkan prioritas. 12. Kegiatan Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT) Realisasi pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pada tahun 2011 sebanyak 1.597 sampel atau mencapai 106,47% yang terdiri dari sampel eksternal sebanyak 1.141 dan sampel internal sebanyak 456. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) diperoleh dari penerimaan mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman. Pada tahun 2011, PNBP pada BPMPT sebanyak Rp. 635,690 atau 158,92% dari target Rp. 400 juta. Tabel 42. Realisasi Pengujian Mutu Pestisida, Pupuk dan Produk Tanaman
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 118
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 No. 1 2 3 4 5
E.
Jenis Pengujian Mutu Pestisida Mutu Pupuk Mutu Produk Tanaman Aflatoksin Logam Berat Jumlah
Target (Sampel) 1.085 125 250 30 10 1.500
Realisasi (Sampel) 1.014 220 313 40 10 1.597
% Realisasi 93,46 176,00 125,20 133,33 100,00 106,47
Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan 1. Penyaluran dan Realisasi Bantuan Sarana Pascapanen ( power thresher, paddy mower, dryer, dan alat lainnya). Dalam rangka mendukung swasembada pangan dan meningkatkan nilai tambah serta daya saing produk, maka peranan penanganan pascapanen sangat penting. Sampai saat ini tingkat susut hasil panen dan pascapanen masih cukup tinggi, oleh karena itu untuk menurunkan susut hasil tersebut diperlukan upaya penanganan pascapanen yang intensif dan kontinyu. Pada Tahun Anggaran 2011 untuk mendukung kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan di daerah, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mengalokasikan dana dekonsentrasi untuk provinsi dan dana tugas pembantuan untuk kabupaten/kota. Pelaksanaan kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan di alokasikan pada 31 provinsi dan 189 kabupaten/kota meliputi kegiatan bimbingan teknis dan apresiasi penanganan pascapanen. Sedangkan bantuan pembelian sarana pascapanen dialokasikan pada 378 kelompoktani (poktan) atau gabungan kelompoktani (gapoktan) yang tersebar pada 189 kabupaten/kota. Setiap Dinas Pertanian Kabupaten/kota menerima 2 (dua) paket bantuan sarana pascapanen padi. Bantuan sarana pascapanen padi merupakan salah satu wujud kepedulian Pemerintah Pusat dalam rangka mengembangkan sarana pascapanen dan upaya mengurangi susut hasil panen padi di lokasi penerima bantuan dan dalam membantu poktan/gapoktan melalui pemberian dana bantuan sosial dengan pola Bantuan Langsung
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 119
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Masyarakat (BLM) yang dananya ditransfer ke rekening bank milik poktan/gapoktan penerima bantuan berdasarkan DIPA 2011 yang telah dialokasikan pada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota sejumlah Rp 185.000.000,- (seratus delapan puluh lima juta rupiah) per paket. Untuk itu, diperlukan peran aktif Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam merealisasikan sarana penanganan pascapanen. Penerima bantuan dalam membeli sarana pascapanen padi harus sesuai prioritas kebutuhan dalam rangka menurunkan susut hasil padi. Pilihan sarana pascapanen padi yang akan dibeli berupa: a. Reaper (mesin pemanen padi tipe pisau bergerigi gerak bolak balik 4 alur pemotongan), paddy mower (mesin pemanen padi tipe sandang), dan atau sabit bergerigi. Sarana panen dapat dipilih, namun alsin yang dipilih harus mempertimbangkan upaya penekanan susut hasil semaksimal mungkin. b. Power Thresher (alat mesin perontok padi tipe throw in) dengan kelengkapan 2 unit terpal minimal ukuran 8 x 8 m (apabila belum memiliki terpal). c. Pedal Thresher Bermotor dengan kelengkapan 2 unit terpal minimal ukuran 8 x 8 m (apabila belum memiliki terpal). d. Flat Bed Dryer (mesin pengering biji-bijian tipe bak datar) dengan tungku sekam. Bagi poktan/gapoktan yang telah memiliki dryer dengan kompor/tungku berbahan bakar selain sekam dan berkeinginan untuk mengganti dengan tungku sekam, maka diperbolehkan untuk membeli tungku sekamnya saja. e. Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil, dengan perbaikan/ pembelian komponen penggilingan antara lain : 2 unit Polisher (Milling, Spiral, Screen), 2 unit Ayakan kawat (separator), 1 unit Moisture tester, dan 1 unit water polisher. Realisasi bantuan penanganan pascapanen tanaman pangan 2011 yaitu:
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 120
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 a. Realisasi CPCL Realisasi CPCL sebanyak 377 (99,74%) dari target 378 paket. Kabupaten Solok Selatan hanya menetapkan 1 poktan/gapoktan penerima, karena kesulitan mencari poktan/gapoktan yang akan menerima. b. Realisasi SP2D Realisasi SP2D 373 paket (98,93%) dari realisasi 377 CPCL yang ditetapkan. Kabupaten yang tidak terealisasi SP2Dnya yaitu: Kabupaten Solok (2 paket), dan Kabupaten Tanah Karo (2 paket). 1) Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Solok telah bersurat kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor: 520/1482/Usta/IX-2011 tanggal 27 September 2011 perihal Pembatalan Penerima Bantuan Kegiatan Pascapanen Tahun 2011. Hal ini disebabkan karena pilihan sarana pascapanen padi dalam pelaksanaan tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan yang diusulkan poktan/gapoktan calon penerima bantuan. 2) Kabupaten Tanah Karo tidak merealisasikan bantuan sarana pascapanen padi disebabkan Pemerintah setempat memprioritaskan merealisasikan bantuan yang berasal dari dana APBD. c. Realisasi Pembelian Realisasi pembelian 373 paket (98,6 %) dari target 378 paket. Di samping itu, dalam upaya mendukung peningkatan produksi tanaman pangan terutama padi perlu diikuti dengan penanganan pasca- panen yang baik guna menyelamatkan hasil, mempertahankan mutu, efisiensi, nilai tambah dan daya saing bagi petani. Namun dengan adanya dampak perubahan iklim berpotensi mengganggu kegiatan pascapanen padi khususnya proses pengeringan, karena sebagian besar petani Indonesia masih bergantung pada sinar matahari.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 121
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Agar perubahan iklim tidak mempengaruhi proses penanganan pascapanen khususnya pengeringan, maka di tahun 2011 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mengalokasikan dana APBN-Penghematan untuk bantuan sarana pengering (flat bed dryer) sebanyak 231 unit di 16 Propinsi pada 82 kabupaten/kota. Adapun kriteria pemberian bantuan alat pengering (flat bed dryer) sebagai berikut: a. Kelompoktani (Poktan)/Gabungan Kelompok tani (Gapoktan) penerima bantuan merupakan poktan/gapoktan yang aktif dan bersedia mendukung program pencapaian sasaran produksi tanaman pangan. b. Diprioritaskan bukan penerima bantuan sarana pascapanen reguler (Bantuan Sosial Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota) tahun 2011. c. Penerima bantuan bersedia menyiapkan lahan dan bangunan untuk tempat sarana pengering/flat bed dryer yang dikuatkan dengan surat pernyataan kesediaan dari pemilik lahan/bangunan untuk penempatan dryer. d. Penerima bantuan bersedia mengikuti semua kewajiban yang diberikan dan bertanggung jawab dalam kegiatan operasional tersebut untuk mensukseskan pencapaian tujuan pemberian bantuan yang telah ditetapkan. e. Lokasi penempatan bantuan sarana pengering/flat bed dryer berada di lokasi SL-PTT dan berdekatan dengan penggilingan padi. f. Adanya surat perjanjian tertulis antara poktan/gapoktan penerima bantuan dengan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang menyatakan bahwa bantuan sarana tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk mengoptimalkan dukungan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). g. Penerima bantuan mau dan bersedia membuat laporan perkembangan pemanfaatan pengering/flat bed dryer yang
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 122
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 diterimanya, termasuk kelompoknya sendiri.
manfaatnya
bagi
perkembangan
Penentuan lokasi kabupaten/kota, mempertimbangkan beberapa hal, sebagai berikut: a. Memberi prioritas pada daerah sentra produksi tanaman pangan b. Mempertimbangkan proposal yang dibuat oleh daerah/masyarakat, terkait dengan kebutuhan pengering tipe bak datar/flat bed dryer di wilayahnya. c. Mempertimbangkan respon daerah dalam merealisasikan bantuanbantuan alsintan yang pernah diberikan tahun-tahun sebelumnya yang diantaranya ditunjukkan melalui laporan pemanfaatan alsintan bantuan tersebut setiap tahunnya. d. Mempertimbangkan letak lokasi penerima bantuan mengingat keterbatasan waktu yang tersedia yang dibutuhkan untuk proses pengadaan, distribusi dan perakitan bantuan sarana pengering tipe bak datar/flat bed dryer tahun 2011. Penetapan calon penerima dan calon lokasi melalui tahapan sebagai berikut: a. Usulan calon penerima dan calon lokasi bantuan sarana pengering tipe bak datar yang telah masuk di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota/Provinsi/Pusat diverifikasi oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bersama-sama dengan Dinas Pertanian Provinsi. b. Hasil verifikasi tersebut direkapitulasi oleh Dinas Pertanian Provinsi yang selanjutnya disampaikan kembali kepada Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, cq. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian. c. Hasil finalisasi usulan tersebut selanjutnya akan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan sebagai penerima bantuan sarana pengering/flat bed dryer Dana Penghematan tahun 2011. Ketentuan dalam pendistribusian dan perakitan bantuan sarana pengering sebagai berikut:
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 123
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 a. Sebelum pendistribusian, penyedia barang berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota/Calon Penerima bantuan untuk menginformasikan jadwal pengiriman sarana pengering tipe bak datar dan mendapatkan informasi tentang petugas yang akan memeriksa barang yang telah ditunjuk oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. b. Petugas pemeriksa barang Dinas Pertanian Kabupaten/Kota melakukan pemeriksaan terhadap sarana pengering beserta kelengkapannya. c. Pendistribusian bantuan sarana pengering sampai titik bagi di lokasi yang ditentukan oleh poktan/gapoktan. Lahan dan bangunan yang merupakan titik bagi telah disediakan oleh poktan/gapoktan penerima bantuan dengan ukuran minimal (p x l x t) 12 x 6 x 4 meter. d. Sarana pengering yang dikirim, dalam kondisi terpasang, baru, baik, terakit sempurna, sudah di running test (diuji coba dengan dihidupkan mesinnya), serta dilengkapi dengan petunjuk operasional/manual penggunaan dan perawatan sarana pengering tersebut. e. Bantuan yang telah diterima oleh Poktan/Gapoktan agar diketahui oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan dilaporkan ke Dinas Pertanian Provinsi dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan cq. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan untuk memudahkan pembinaan selanjutnya. Dengan terbatasnya waktu pelaksanaan pengadaan sarana pengering gabah, maka pelatihan operasional sarana pengering untuk operator yang ditunjuk oleh poktan/gapoktan penerima dipusatkan pada satu lokasi di masing-masing provinsi dengan pelatih dari pihak pabrikan. Waktu pelatihan ditetapkan berdasarkan kesiapan poktan/gapoktan, pabrikan sebagai pelatih, sedangkan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota atau Provinsi sebagai pembina. 2. Pengembangan Pascapanen (Project FAO/PHLN)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 124
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Proyek FAO (Food and Agriculture Organization of The United Nations) merupakan proyek hibah dengan nomor TCP/INS/3202 (D) melalui rekening FAO: Standard Chartered Bank (No Rekening 30600600456). Grand Agreement ditandatangani oleh FAO dan Dirjen Pengelolaan Utang Kemenkeu (an. Pemerintah RI) pada tanggal 3 April 2009 dengan nomor register 70856401. Proyek FAO direncanakan Januari 2009 s/d November 2010. Dikarenakan Grand Agreement baru ditandatangani 3 April 2009, maka pelaksanaan proyek dimulai Mei 2009 s/d Maret 2011, kemudian diperpanjang s/d Juni 2011. Lokasi proyek di 2 kabupaten, yaitu: Kabupaten Lamongan (Jatim) dan Subang (Jabar). Dengan adanya reorganisasi di Kementan (Permentan Nomor: 61/Permentan/ OT.140/ 10/2010), sehingga pelaksana FAO TCP/INS/3202 (D) beralih dari Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen P2HP yang dari awal menangani proyek FAO ke Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan (dengan serah terima pada tanggal 29 Desember 2010), sehingga kegiatan FAO dari Januari 2011 s/d Juni 2011 ditangani oleh Ditjen Tanaman Pangan. Nilai proyek FAO TCP/INS/3202 setelah direvisi FAO dari rencana US $ 483.542 menjadi 450.400 US $, dan adanya perpanjangan proyek 3 bulan (dari rencana closing date Maret 2011 menjadi Juni 2011). Berdasarkan budget expenditure yang disampaikan FAO TCP/INS/3202 per 30 Juni 2011 bahwa nilai approved budget (US $ 450.400) dikurangi total expenditure US $ 425.203 (94,4%), sehingga sisa dana (balance = US $ 25.197). Hibah proyek FAO dengan nomor TCP/INS/3202 (D) dilaksanakan langsung oleh FAO dengan cara pembayaran langsung (direct funding) dan Pemerintah RI sebagai implementing partner, sehingga tidak ada rekonsiliasi dengan KPPN. Proyek FAO TCP/INS/3202 (D) memberikan sarana kerja adalah sebagai berikut: a. Handycam Sony (2 buah)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 125
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 b. c. d. e. f.
Projector Toshiba dan Sanyo (2 buah) Laptop Compaq dan Sony VAIO (2 buah) Komputer desktop HP Pavilion (2 buah) Printer HP Deskjet D4360 dan Laserjet P3005 (2 unit) Lemari besi 1 buah
Proyek FAO TCP/INS/3202 (D) juga memberikan bantuan sosial berupa 6 unit power thresher ke kelompoktani di Kabupaten Lamongan (3 unit) dan Subang (3 unit). Adapun pelatihan-pelatihan yang telah dilakukan FAO: a. TOT Penanganan Pascapanen sesuai Good Handling Practices (GHP)/Loss Assesment Metodology and Preparation for Loss Assesment Study Phase I, di Kabupaten Subang 23-27 Oktober 2009 dan di Kabupaten Lamongan, 15-19 Oktober 2009 dengan peserta Widyaiswara, Penyuluh Pertanian, Staf Bulog dan Dinas Pertanian kedua Kabupaten. b. Pelatihan Metodologi Perhitungan Susut Bobot dan Susut Mutu Padi Tahap I di Kabupaten Subang 12-15 Agustus 2009 dengan peserta Penyuluh Pertanian, KCD, staf BPS dan Dinas Pertanian kedua Kabupaten. c. Penanganan Pascapanen sesuai Good Handling Practices (GHP)/TOT on Good Post Harvest Management for Agricultural Extension Worker and Chairman of Farmer Group Associations di Kabupaten Subang 23-27 Desember 2009 dan di Kabupaten Lamongan, 21-24 Desember 2009 dengan peserta Penyuluh Pertanian dan Ketua Gapoktan d. Pelatihan Metodologi Perhitungan Susut Bobot dan Susut Mutu Padi Tahap II/Loss Assesment Metodology and Preparation for Loss Asseement Study Phase II, di BB Padi Sukamandi, Kabupaten Subang 14-18 Desember 2009 dengan peserta Penyuluh Pertanian, KCD, staf BPS dan Dinas Pertanian kedua Kabupaten serta staf Ditjen P2HP.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 126
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 e. Teknologi Pengeringan Padi/Rice Drying Technology di BB Padi Sukamandi, Kabupaten Subang 4-5 Mei 2010 dengan peserta Penyuluh Pertanian, pengurus gapoktan, operator pengeringan skala kecil, KCD, staf Dinas Pertanian kedua Kabupaten dan BB Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong. f. Pemeliharaan dan Perbaikan Alat dan Mesin Pascapanen Padi/ Maintenance and Repair of Harvest Machinary ke PT. Rutan Surabaya dan CV. Padi Sentra Mekatani, Pakis Aji, Malang, Jatim pada tanggal 2-4 Agustus 2010 dengan peserta Penyuluh Pertanian, pengurus gapoktan, operator pengeringan dan penggilingan baik skala kecil maupun skala besar. g. Cara Pengoperasian Penggilingan Padi yang Baik dan Benar di BB Padi Sukamandi, Kabupaten Subang 9-10 November 2010 dan di Kabupaten Lamongan, 24-25 November 2010 dengan peserta Penyuluh Pertanian, pengurus gapoktan, operator penggilingan/ RMU skala kecil dan sedang. Cara Mengoperasikan Power Thresher/Thresher Demonsration di Kabupaten Subang 11-14 Oktober 2010 dan di Kabupaten Lamongan, 25-28 Oktober 2010 dengan peserta Penyuluh Pertanian.
h. Demonstrasi
i. Pelatihan Penguatan Kapasitas Kelompoktani/Strengthening of the Capacity of the Farmer Group di Kabupaten Subang 24-27 Januari 2011 dan di Kabupaten Lamongan, 7-10 Februari 2011 dengan peserta Penyuluh Pertanian. Cara Mengoperasikan Power Thresher/Thresher Demonsration di Kabupaten Subang 28 Februari-3 Maret 2011 dan di Kabupaten Lamongan, 14-17 Maret 2011 dengan peserta Penyuluh Pertanian.
j. Demonstrasi
Penyampaian hasil-hasil kegiatan FAO dilakukan dalam bentuk expose kegiatan FAO. Kegiatan ini dibuka oleh Dirjen Tanaman Pangan yang diwakili oleh Direktur Pascapanen Tanaman Pangan dan dihadiri oleh sekitar 60 orang peserta dari perwakilan Ditjen Pengelolaan Utang,
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 127
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Kementerian Keuangan, Perum Bulog, FAO Representation in Indonesia (Dr. Benny Sormin dan Juniati), Bappenas, BPS, Tim Konsultan Nasional FAO, Direktorat lingkup Ditjen Tanaman Pangan dan P2HP, wakil dari Kepala Dinas Pertanian dan Regional Project Coordinator dari Kabupaten Subang dan Lamongan. Beberapa hasil kegiatan yang dipaparkan sebagai berikut: a. Survey Penyimpanan Padi dan Beras (dilaksanakan oleh Konsultan Sutrisno S. Mardjan/IPB) 1) Waktu survey pada bulan April-Mei 2010 di Kabupaten Lamongan dan Subang. 2) Tujuan Survey; (1) Survey untuk mengetahui teknik dan lama penyimpanan, masalah penyimpanan dan upaya pencegahannya pada level petani, pedagang dan pelaku usaha padi/beras; (2) informasi tersebut sebagai dasar kajian penyimpanan dalam periode lama.
3) Kondisi Penyimpanan gabah/beras saat ini: a) Penyimpanan masih dilakukan secara terbuka dalam karung maupun wadah tertentu (lumbung, keranjang, dll). b) Gabah/beras sering diserang serangga, tikus, burung atau binatang lainnya. c) Kadar air di atas 14℅. d) Gabah/beras tidak selalu dilindungi seperti pada musim hujan. 4) Kesimpulan a) Teknik penyimpanan padi dan beras dilakukan mengunakan kemasan karung (plastik/goni) yang ditumpuk dalam ruangan b) Lama penyimpanan kurang dari 6 bulan c) Permasalahan: serangan tikus. d) Upaya pencegahan yang petani, pedagang dan pelaku usaha lakukan adalah (1) pemberantasan tikus secara intensif
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 128
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 dengan metode konvensional, tidak menggunakan fumigasi; (2) pengelolaan ruang penyimpanan yang baik. e) Dalam pengadaan padi/beras parameter mutu yang sangat diperhatikan adalah warna (penampakan produk) serta kadar air. f) Penentuan harga dalam rantai pasok padi/beras berdasarkan harga pasar, sedangkan harga pokok pemerintah (HPP) dijadikan acuan kesepakatan harga pasar tersebut. 5) Rekomendasi a) Penerapan teknologi penyimpanan di tingkat petani dapat dilakukan melalui peningkatan pemahaman penyimpanan dalam upaya perbaikan mutu dan peningkatan nilai tambah produk. b) Penyimpanan sebagai mata rantai dalam penanganan pascapanenyang baik perlu dikelola dalam manajemen kelompok tani, agar pengendalian kualitas dapat dilakukan secara terintegrasi. c) Penguatan petani/kelompok tani dalam pemahaman praktek penyimpanan yang baik dan benar melalui reorganisasi rantai pasok produksi padi/beras. b. Studi banding/Post-harvest Rice Conference and Exhibition ke Bangkok, Thailand pada 15-18 Juli 2009 yang dilaksanakan oleh Sutrisno S. Mardjan sebagai konsultan pascapanen. c. Pengembangan Metode Cepat dalam Penentuan Susut pada Simpanan Gabah dan Beras (dilaksanakan oleh Tim SEAMEO BIOTROP, Bogor, yaitu Okky S. Dharmaputra, Idham Sakti Harahap, Sunjaya dan Sri Widayanti). 1) Tujuan: a) Menilai susut pada gabah dan beras akibat serangan S. Zeamais di laboratorium. b) Menghubungkan jumlah biji rusak dengan susut berat yang terjadi pada gabah dan beras.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 129
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 c) Mengembangkan metode praktis untuk pemantauan di lapangan (beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor, Kerawang dan Indramayu. d) Dengan visualisasi biji rusak untuk digunakan dalam menilai susut gabah dan beras di lapangan. 2) Point-point hasil survei antara lain: a) Penyusutan terjadi dikarenakan tempat penyimpaan kurang memadai dan teknik penyimpanan yang dilakukan petani tidak baik, sehingga berakibat terjadinya serangan serangga, tikus dan kapang b) Pengendalian susut hasil dari kerusakan hama gudang dengan mengimplementasikan Pengendalian Hama Gudang Terpadu (PHGT) dengan melakukan pemeriksaaan dan pemantauan populasi hama dan kerusakan yang ditimbulkan c) Korelasi antara % kerusakan biji dan % susut bobot menghasilkan faktor pengali, yaitu 0,45 untuk gabah dan 0,4 untuk beras, misal % kerusakan 50% maka susut bobot pada gabah sebesar 19,74% dan susut bobot pada beras sebesar 20,25% d) Sebagian besar responden menyimpan gabah dalam jumlah sedikit dalam periode singkat e) Kerusakan gabah dan beras akibat serangan hama sangat rendah. Kerusakan yang tertinggi sebesar 5% atau setara dengan 2,28% susut berat. d. Keefektifan superbag dalam melindungi beras dari serangan serangga selama penyimpanan (dilaksanakan oleh Tim SEAMEO BIOTROP, Bogor, yaitu Idham Sakti Harahap, Sunjaya, Sri widayanti), dengan hasil sebagai berikut: 1) Kondisi penyimpanan hermatis,yang juga disebut sebagai penyimpan tertutup atau penyimpanan kedap udara, dapat digunakan untuk melindungi biji-bijian dari serangan serangga dan faktor kerusakan lainya.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 130
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 2) Grain Pro Superbag diklaim memiliki fungsi seperti sistem penyimpanan kedap udara 3) Untuk mengevaluasi efektifitas Grain Pro dan membadingkannya dengan kantong semar (superbag produksi lokal), kantong PVC dan kantong polypropylene dalam beras dari serangan hama maka dilakukan penyimpanan selama 3 bulan. 4) Semua superbag (Grain Pro dan kantong semar), dan kantong plastic PVC efiktif melindungi beras giling dari serangan hama selama 3 bulan penyimpanan. 5) Serangga yang mencemari butiran pada periode penyimpanan awal terlihat secara visual mati dalam satu minggu karena kondisi kedap udara didalam kantong percobaan dan juga menjaga kadar air beras giling menjadi konstan dan kualitas biji tetap terjaga baik. 6) Tidak terdektesi adanya susut beras maupun perkembangan serangga pada perlakuan superbag dan kantong plastic PVC; di sisi lain susut berat pada perlakuan kantong Polypropylene relatif tinggi. 7) Dari sudut pandang ekonomi, penggunaan superbag “kantong semar” yang paling efesien bagi petani. e. Rice Marketing System In Indonesia (pelaksana Konsultan Dewa Ketut Sandra Swastika/Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian), dengan hasil sbb: 1) Petani menjual padi dengan 3 cara, yaitu: a) Tebasan (jual sebelum panen). b) Jual setelah panen dan perontokan di sawah. c) Jual setelah panen dan perontokan, dibawa pulang (dijual di rumah). 2) Alasan petani menjual dengan tebasan: a) Butuh uang cepat untuk berbagai kebutuhan mendesak. b) Praktis, petani tidak repot ngurus panen dan pengangkutan.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 131
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 c) Tidak perlu khawatir akan kehilangan hasil selama panen dan perontokan. 3) Masalah dalam tebasan a) Harga jual 1-2 juta/ha lebih rendah dari pada penjualan setelah panen. b) Perontokan dengan gebot dalam tebasan menghasilkan gabah 700 kg/ha lebih rendah daripada panen dan perontokan dengan power thresher, untuk mengurangi penjualan dengan tebasan. 4) Mekanisme tebas a) Penebas menemui petani yang akan menjual padi b) Penebas melakukan survei lapang dan estimasi hasil c) Negosiasi harga antar penebas dengan petani d) Penebas membayar uang muka(down payment) e) Penebas mendatangkan buruh panen dan pembeli gabah f) Panen dan perontokan oleh buruh panen g) Penjualan kepada pembeli gabah di sawah h) Pembayaran kepada petani dan buruh panen di sawah i) Klasifikasi Penggilingan Padi berdasarkan kapasitas mesin penggiling/RMU: - Penggilingan Kecil: 500 – 1000 kg/jam - Penggilingan Sedang: 1000 – 3000 kg/jam - Penggilingan Besar: > 3000 kg/jam 5) Implikasi Kebijakan a) Salah satu pelaku pasar yang membuat biaya pemasaran tinggi adalah perantara/calo. b) Perlu Perda atau Perdes tentang peran dan hak perantara/calo. c) Fee untuk perantara/calo hendaknya berupa persentase keuntungan dari pedagang padi. d) Penjualan dengan tebasan, selain menjatuhkan harga jual, juga kehilangan hasil lebih tinggi.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 132
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 e) Untuk mengurangi sistem tebasan, perlu dikembangkan teknologi panen yang cepat dan efisiensi, disertai perontokan dengan power thresher. f) Pedagang padi tidak tertarik melakukan pengeringan, karena saat ini tidak menguntungkan. Hal ini beresiko terlambatnya proses pengeringan, sehingga menurunkan mutu gabah dan beras. g) Untuk memenuhi tuntutan mutu di masa mendatang, perlu dikembangkan dari sekarang pengering mekanis dengan tenaga sekam. h) Untuk mengembangkan sistem pengeringan yang baik, diperlukan kebijakan penentuan HPP dari GKP, GKG, dan beras yang lebih cermat. i) Untuk mempertahankan kelangsungan hidup penggilingan padi, diperlukan peningkatan akses penggilingan padi ke super market dan pelaksanaan operasi pasar harus dilakukan secara hati-hati. f. The Constraints of Farmers, Labors, Traders, And Millers To Adopt The Improved Post Harvest Technology (pelaksana Konsultan Dewa KS Swastika dan Sutrisno). 1) Lokasi Subang dan Lamongan pada bulan Januari – Maret 2010. 2) Teknologi panen yang diterapkan. a) Padi siap dipanen ketika 90% - 95% menguning b) Panen masih menggunakan sabit biasa c) Setelah dipotong, padi masih ditumpuk 1-2 hari sebelum dirontok 3) Perbaikan Teknologi Panen Modern a) Reaper b) Stripper c) Combine Harvester d) Alat panen tipe gendong 4) Kendala Adopsi
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 133
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Tidak ada responden yang pernah melihat atau mengikuti demonstrasi penggunaan keempat alat panen modern di atas, hanya di Sulsel stripper diproduksi dengan merk Candhu dan sudah digunakan petani. 5) Teknologi Perontokan a) ILES, teknologi tradisional paling sederhana (kini sudah hampir tidak ada) b) Sebagian besar panen masih menggunakan gebot c) Sebagian sudah menggunakan pedal thresher dan power thresher (hasil perontokan 700 kg/ha lebih tinggi dari teknologi gebot) 6) Kendala adopsi di Subang a) Kurangnya sosialisasi penggunaan power thresher kepada petani dan kelompok tani, banyak petani yang tidak tahu tentang power thresher dan keunggulannya. b) Kurangnya lapangan kerja bagi penduduk yang tidak punya lahan, satu-satunya sumber pendapatan dari mengasah/mengeprik. c) Tekanan kelompok pengasah pada kepala desa dan pemilik thresher. 7) Teknologi Pengeringan a) Pengeringan dengan tikar atau lantai sederhana di samping rumah (digunakan oleh hampir semua rumah tangga dan penggiling padi kecil). b) Lantai Jemur. c) Lantai Jemur dan dryer mekanis. d) Pengeringan mekanis vertical (digunakan oleh penggiling besar). 8) Kurangnya sosialisasi tentang alat pengering mekanis, kebanyakan petani tidak tahu tentang teknologi tersebut dan keunggulannya.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 134
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 9) Perbedaan harga GKG dengan GKP tidak menarik bagi petani dan pedagang untuk menjual GKG, petani dan pedagang tidak tertarik untuk investasi alat pengering. 10) Penggilingan padi lebih suka membeli GKP, untuk mengontrol proses pengeringan. 11) Teknologi Penggilingan a) Penggilingan Kecil: teknologi sederhana, konfigurasi mesin Husker Polisher (tanpa separator) b) Penggilingan menengah: teknologi double pass, konfigurasi mesin husker – husker - separator – poliher – polisher. 12) Kendala adopsi a) Penggilingan kecil merasa tidak membutuhkan alat mesin lain, selain yang sudah dimiliki saat ini. b) Sebagian penggiling menengah belum memiliki pengering mekanis, karena keterbatasan modal. c) Sebagian penggiling menengah belum mengetahui tentang pengering mekanis tenaga sekam. d) Penggilingan menengah belum merasa perlu menambah grader, karena permintaan pasar masih didomisasi beras kualitas medium. 13) Kendala utama petani dan buruh panen menerapkan teknologi panen modern adalah ketidaktahuan petani tentang teknologi tersebut dan keunggulannya. 14) Implikasi Kebijakan: dengan introduksi teknologi modern.
meningkatkan
intensitas
lainnya yang dilakukan adalah National Concluding Workshop. Kegiatan ini dibuka oleh Dirjen Tanaman Pangan yang diwakili oleh Direktur Pascapanen Tanaman Pangan dan dihadiri oleh sekitar 80 orang peserta dari perwakilan Ditjen Pengelolaan Utang, Kementerian Keuangan, Perum Bulog, International Expert FAO (Mr. Peter Golob dan Mr. Andrew Shepherd) serta FAO Representation in Indonesia (Dr. James McGrane), Bappenas, BPS, Tim Konsultan Kegiatan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 135
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Nasional FAO, Direktorat lingkup Ditjen Tanaman Pangan dan P2HP, wakil dari Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten, jabar, Jateng, Di.Yogyakarta, Jatim, Kepala Dinas Pertanian dan Regional Project Coordinator dari Kabupaten Subang dan Lamongan. Hasil workshop sebagai berikut: a) Tingkat kehilangan hasil gabah/padi di lapang masih tinggi disebabkan penggunaan peralatan dan cara panen masih konvensional seperti: sabit, gebotan, penjemuran. Kualitas beras yang dihasilkan Penggilingan Padi Kecil (PPK) masih rendah dengan rendemen dibawah 60% dan tingkat patah (broken) di atas 20%, sehingga perlu dilakukan penerapan teknologi penanganan pascapanen. b) Teknologi yang dapat memperbaiki pascapanen tersebut antara lain menggunakan paddy mower/reaper untuk pemanenan, power thresher untuk perontokan, combine harvester untuk panen sampai perontokan, dryer untuk pengeringan dan revitalisasi PPK serta peningkatan SDM petugas dan petani. c) Kendala utama petani dan buruh tani dalam mengadopsi teknologi pascapanen modern, antara lain: ketidak tahuan tentang teknologi tersebut, tidak ada jasa penyewaan di beberapa desa, tekanan dari tenaga kerja dan pengasak karena khawatir kehilangan kesempatan kerja, salah informasi mengenai teknologi pascapanen, dan harga teknologi pascapanen yang tidak terjangkau dan kepemilikan lahan yang sempit. d) Penerapan teknologi yang lebih maju akan menimbulkan berbagai persoalan sosial yang perlu mendapatkan perhatian. Sebagai contoh, akan kehilangan pekerjaan bagi buruh tani dan pendapatan para penderap yang mengumpulkan sisa panen. Isu tersebut akan berkurang sejalan dengan kondisi buruh tani yang akan berkurang akibat migrasi orang desa ke kota. e) Pemerintah harus membangkitkan kesadaran dan meningkatkan minat masyarakat dengan menyediakan media publikasi
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 136
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 (kampanye di radio dan TV, surat kabar lokal dan nasional, dan internet) terkait dengan kegiatan pascapanen serta praktik dan teknologi apa yang dapat diintroduksi untuk menyelamatkan padi. f) Pengenalan teknologi harus berupa pelatihan dengan dilengkapi praktik dan pengalaman praktis dengan penekanan pada operasionalisasi, perbaikan sederhana dan perawatan baik bagi PPL dan petani pengguna. g) FAO telah melakukan pengukuran dan perhitungan serta survey susut bobot padi. Namun selain susut bobot, juga perlu dilakukan susut kualitas yang akan memiliki pengaruh sangat kuat terhadap ekonomi nasional. Standar kualitas beras perlu disepakati bersama untuk mengontrol sekaligus untuk melindungi produsen (petani). h) Apabila pemerintah ingin mengembangkan teknologi pengeringan untuk menghindari kerusakan gabah sebelum dijual serta menciptakan nilai tambah di tingkat petani dan pedagang, maka diperlukan kebijakan penentuan HPP gabah kering giling (GKG) yang lebih cermat, dengan memperhitungkan biaya pengeringan dan konversi dari GKP menjadi GKG. Demikian juga HPP beras dengan memperhitungkan biaya penggilingan, rendemen giling dan marjin keuntungan penggiling. Kebijakan pendukungnya adalah komitmen yang tinggi dari pemerintah untuk membeli GKG dan beras masyarakat, jika harga pasar di bawah HPP. i) Untuk mempromosikan keamanan pangan melalui penurunan susut dan mengantisipasi dalam menghadapi permintaan beras mutu premium di masa mendatang, Indonesia harus mulai meningkatkan kinerja dari seluruh aspek penanganan pascapanen padi. Teknologi pemanenan, perontokan dan pengeringan harus diperkenalkan dan disebarkan secara lebih intensif, serta investasi secara massif harus dilakukan untuk memperbaiki fasilitas penggilingan dan mutu penggilingan. j) Proyek FAO TCP/INS/3202 (D) telah melatih lebih dari 1.000 orang, termasuk petani/kelompok tani, PPL, staf BPS dan staf BULOG
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 137
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Kabupaten, operator perontok pada kelompok pemanen, dan lainlain di Kabupaten Subang dan Lamongan. Semua pihak yang sudah dilatih tersebut telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai, sehingga mereka dapat membantu dalam meningkatkan sistem pasca panen yang lebih baik. k) Oleh karenanya, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian diharapkan dapat menindak lanjuti pilot proyek ini pada provinsi-provinsi lain, agar memperoleh manfaat secara maksimal dari perbaikan sistem penanganan pascapanen padi. Rekomendasi dari FAO untuk Pemerintah Indonesia: a. Sangat diperlukan peningkatan kesadaran masyarakat akan permasalahan pasca panen serta bagaimana jalan keluar untuk menyelesaikannya. Target utamanya adalah pimpinan kelompok tani, penggiling padi, pedagang beras/gabah dan petugas PPL. Kementerian Pertanian harus mengalokasikan atau mencari pembiayaan untuk menyebarkan leaflet, booklet dan poster yang telah dibuat oleh proyek FAO ke seluruh wilayah sentra produksi padi, dengan target jumlah masing-masing bahan yang dapat disebarkan adalah 50.000. Perlu dilakukan upaya juga agar media elektronik (televisi) dapat menyiarkan video pascapanen yang telah dibuat; b. Sangat penting juga untuk memperluas pelatihan manajemen pasca panen yang baik serta penerapan teknologi untuk memperbaiki teknik pemanenan, perontokan, pengeringan, penggilingan dan penyimpanan. Perlu ada upaya untuk melatih pelaku kunci (termasuk PPL) di seluruh sentra produksi padi di Indonesia. Pelatihan ditekankan pada pengetahuan dan ketrampilan praktis yang dapat dikerjakan dengan beberapa pilihan teknologi, serta petani diberikan kesempatan untuk memutuskan apa yang bisa dikerjakan dan apa yang tidak; c. Teknologi yang lebih baik yang didemonstrasikan oleh proyek FAO ternyata dapat diterima secara luas oleh petani dan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 138
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 kelompoktaninya/gapoktan. Akan tetapi, ada beberapa hambatan dalam adopsi teknologi tersebut, seperti kesenjangan informasi dari petugas PPL dan tidak tersedianya kredit. Sebagai tambahan, perusahaan kecil yang dapat memproduksi alsintan seperti perontok mekanis biasanya membuat alat mesin hanya berdasarkan pesanan. Mereka tidak memiliki kesempatan untuk memproduksi alsintan dalam jumlah besar dan kemudian mencari pembeli. Bantuan dalam pengembangan keterampilan teknis dan bisnis pada perusahaan seperti itu akan sangat bermanfaat. d. Akan sangat penting agar kegiatan lanjutan dari proyek ini lebih fokus pada susut bobot dan susut mutu. Sampai saat ini pengukuran susut hanya terfokus pada susut bobot, padahal penanganan dan pengolahan yang buruk akan sangat besar pengaruhnya terhadap mutu, dan juga nilai susut yang akan besar implikasinya kepada petani.
3. Apresiasi/Monitoring dan Evaluasi, Bimbingan Teknis, Pembinaan, dan Sosialisasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan a. Apresiasi/Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Kondisi saat ini pengetahuan dan keterampilan serta kesadaran dan kepedulian petani terhadap penanganan pascapanen masih rendah, sehingga tingkat susut hasil tanaman pangan masih cukup tinggi. Agar susut hasil tanaman pangan dapat diperkecil, maka perlu meningkatkan kemampuan dan keterampilan Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu petugas/aparat, penyuluh dan kelompoktani dalam menangani pascapanen di tingkat lapang, khususnya padi. Kegiatan Apresisasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan dialokasikan di 15 provinsi (Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, NTB, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Tengah) berupa pertemuan dan pelatihan bagi petugas
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 139
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Sedangkan apresiasi di tingkat kabupaten/kota berupa pertemuan dan pelatihan bagi kelompoktani, terutama penerima bantuan sarana pascapanen lingkup kabupaten/kota bersangkutan. Penanganan pascapanen tanaman pangan bertujuan meningkatkan efisiensi, menurunkan tingkat susut hasil dan mempertahankan mutu hasil. Susut hasil tanaman pangan dapat terjadi secara kuantitatif yaitu terjadi pada kegiatan panen dan perontokan serta secara kualitatif atau turunnya mutu yang disebabkan oleh rusaknya atau rendahnya kualitas hasil tanaman pangan. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan, kemajuan maupun kendala penanganan pascapanen tanaman pangan di tingkat petani perlu dilakukan monitoring dan evaluasi, sehingga dapat dilakukan perbaikan penanganan pascapanen di tahun mendatang. Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen yang telah dilakukan antara lain: 1) Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Padi Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pascapanen padi dilakukan untuk memonitor realisasi bantuan sarana pascapanen yang diperoleh poktan/gapoktan. Monitoring dan evaluasi dilakukan ke beberapa propinsi yaitu; Provinsi Aceh, Lampung, Bengkulu, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Papua Barat. 2) Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Jagung dan Serealia Lain Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen jagung dan serealia lain dilaksanakan ke Provinsi Banten, Jawa Barat, Sumatera Barat, Lampung, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan DIY untuk memonitor kegiatan penanganan pasca panen jagung dan serealia lain di tingkat lapang agar mutu hasil panen dapat dipertahankan, dan melakukan evaluasi kegiatan penanganan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 140
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 pascapanen, mulai dari kegiatan panen, pengeringan, pemipilan, pengangkutan, dan penyimpanan. Diharapkan pada setiap kegiatan tersebut dilakukan secara tepat untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi. 3) Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Kedelai dan Aneka Kacang Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang pada tahun 2011 dilaksanakan di Provinsi Banten, Gorontalo, Maluku Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta dengan tujuan untuk mengetahui penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang di tingkat petani dan permasalahan yang ada serta upaya yang telah dilakukan pemerintah daerah. Hasil evaluasi tersebut dapat sebagai perbaikan penanganan pascapanen di tahun mendatang.
4) Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Aneka Umbi Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen aneka umbi telah dilakukan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Gorontalo, dan Jambi bertujuan untuk memonitor pelaksanaan penanganan pascapanen aneka umbi di tingkat lapang. Selama ini, penanganan pascapanen aneka umbi belum dilakukan secara tepat dan benar di tingkat petani. b. Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan merupakan bentuk fasilitasi dalam rangka peningkatan efisiensi produksi, menurunkan susut hasil, meningkatkan rendemen dan mutu hasil, nilai tambah dan daya saing serta pengamanan harga untuk mendukung peningkatan produksi tanaman pangan. Penanganan pascapanen akan memberikan hasil sesuai yang diharapkan apabila dilakukan secara professional, untuk itu kegiatan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 141
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 tersebut diharapkan dapat berkembang secara optimal dan menguntungkan serta berkelanjutan sehingga mampu memberikan andil yang signifikan dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan kemampuan dan keterampilan sumber daya manusia dengan melakukan bimbingan teknis di tingkat lapangan untuk penanganan pascapanen tanaman pangan. Bimbingan teknis di provinsi dan kabupaten/kota penerima bantuan sarana pascapanen diberikan dalam rangka mengidentifikasi, memverifikasi dan menentukan kelompoktani penerima bantuan, membimbing/membina dan memonitor kelompoktani penerima bantuan serta mengevaluasi perkembangan dan pemanfataan sarana pascapanen. Kegiatan bimbingan teknis di tingkat lapangan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan para pelaku pascapanen (petugas, petani/kelompok tani) yang menangani pascapanen tanaman pangan, sehingga peningkatan efisiensi produksi, penurunan susut hasil, peningkatan rendemen dan mutu hasil, panen akan dapat menambah nilai tambah dan daya saing serta pengamanan harga hasil panen sesuai yang diharapkan. Bimbingan teknis penanganan pascapanen padi telah dilaksanakan di Provinsi Aceh, Lampung, Sumatera Utara, Jambi, Jawa Tengah, Sulawesi Tenggara, dan D.I Yogyakarta. Bimbingan teknis penanganan pascapanen jagung dan serealia lain dilaksanakan di Provinsi Gorontalo, Lampung, Sumatera Barat, NTB, Bengkulu, Sulawesi Selatan, Maluku, DIY, dan Sumatera Utara. Untuk bimbingan penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat, Bali, Sumatera Utara, Jambi, NTB, Jawa Tengah, dan D.I Yogyakarta. Sedangkan bimbingan teknis penanganan pascapanen aneka umbi dilaksanakan di Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. c. Pembinaan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 142
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Pembinaan penanganan pascapanen tanaman pangan dimaksudkan untuk membina para petani, petugas instansi terkait yang bergerak di bidang penanganan pascapanen agar dapat sesuai dengan Good Handling Practises (GHP). Selain itu, dengan melakukan pembinaan di tingkat lapangan diharapkan dapat meningkatkan SDM (petugas, petani/kelompok tani) yang menangani pasca panen dan menurunkan kehilangan hasil panen. Peningkatan efisiensi produksi, menurunnya susut hasil, meningkatnya rendemen dan mutu hasil, dapat menambah nilai tambah dan daya saing serta pengamanan harga hasil panen sesuai yang diharapkan. Pembinaan penanganan pascapanen padi dilaksanakan ke beberapa provinsi yaitu Provinsi Aceh, Lampung, Riau, Gorontalo, Kalimantan Barat, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Pembinaan penanganan pascapanen jagung dan serealia lain dilaksanakan ke beberapa provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan Jambi. Untuk pembinaan penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Timur, Lampung, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, dan Aceh. Sedangkan pembinaan penanganan pascapanen aneka umbi dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat, Aceh, Gorontalo, Maluku Utara, Kalimantan Barat, Riau dan Papua Barat. d. Sosialisasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan Pelaksanaan sosialisasi penanganan pascapanen dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada petugas daerah dan pelaku penanganan pascapanen mengenai pentingnya penanganan pascapanen sehingga diharapkan mutu produk yang dihasilkan mempunyai nilai tambah dan berdaya saing. Melalui sosialisasi penanganan pascapanen secara tidak langsung dapat memberikan sumbangan terhadap peningkatan pendapatan petani dan keluarganya. Sosialisasi penanganan pascapanen tanaman pangan diarahkan untuk memotivasi dan meningkatkan pengetahuan petani dan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 143
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 petugas yang memiliki kompetensi dibidang penanganan pascapanen tanaman pangan, agar semakin meningkatkan perhatiannya dalam penanganan pascapanen di daerahnya dan dilaksanakan secara optimal sehingga peluang terjadinya kehilangan hasil dapat diminimalkan. Sosialisasi penanganan pascapanen padi dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Sosialisasi penanganan pascapanen jagung dan serealia lain dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara, Riau, Bengkulu, Bangka Belitung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara. Untuk sosialisasi penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat, Sulawesi Utara, Sumatera Utara, NTB, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan. Sedangkan sosialisasi penanganan pascapanen aneka umbi dilaksanakan di Provinsi Jawa Tengah, Sumatera Utara, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), D.I. Yogyakarta, dan Bali. 4. Kegiatan Lain a. Workshop Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan Pertemuan Koordinasi/ Workshop Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan dilaksanakan tanggal 18-20 Mei 2011 di di Hotel Golden Flower, Bandung Provinsi Barat. Beberapa hal pokok yang perlu mendapat perhatian dan tindak lanjut baik daerah maupun pusat adalah sebagai berikut: 1) Sesuai Peraturan Menteri Pertanian No. 61/Permentan/ OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, maka wewenang Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan menangani pascapanen tanaman pangan dari panen
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 144
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 sampai produk setengah jadi (padi dari GKP – Beras; Jagung dari ontong basah – pipilan kering; kedelai dari polong – biji kering dan ubi kayu dari umbi basah – gaplek). 2) Dengan adanya perubahan struktur organisasi di Pusat diharapkan di tingkat daerah dapat melakukan sinergi antara bidang produksi dengan bidang yang menangani pascapanen tanaman pangan. 3) Susut hasil tanaman pangan sampai saat ini masih sangat bervariasi, disebabkan metodologi dan cara pengukuran serta penghitungan yang digunakan masih beragam. Untuk itu konsep tersebut sedang disusun oleh Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan bersama dengan Peneliti, Perguruan Tinggi dan Instansi terkait, dan akan segera dibakukan untuk acuan dalam pengukuran dan penghitungan susut hasil pascapanen tanaman pangan ditingkat lapang. 4) Pemahaman proses penanganan pascapanen mempunyai peranan penting dalam upaya menekan susut hasil dan mempertahankan mutu. Untuk itu dalam mengimplementasikan teknologi pascapanen tanaman pangan harus mempertimbangkan faktor teknis, ekonomi sosial budaya sehingga teknologi tersebut dapat diterapkan oleh petani yang bersifat spesifik lokasi. 5) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah mengalokasikan dana dekonsentrasi untuk provinsi dan dana tugas pembantuan untuk kabupaten/kota pada 31 provinsi dan 189 kabupaten/kota meliputi kegiatan bimbingan teknis dan apresiasi penanganan pascapanen. Sedangkan bantuan pembelian sarana pascapanen dialokasikan pada 378 kelompoktani (poktan) atau gabungan kelompoktani (gapoktan) yang tersebar pada 189 kabupaten/kota. 6) Dalam pilihan pembelian jenis sarana tersebut diprioritaskan pada kebutuhan poktan/gapoktan yang tetap mengacu pada
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 145
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 pedoman pelaksanaan penanganan pascapanen tanaman pangan tahun 2011, sedangkan spesifikasinya disesuaikan dengan spesifikasi teknis kebutuhan daerah dan dapat menggunakan produsen/pengrajin di daerah sepanjang sudah memiliki persyaratan minimal test report dari lembaga uji yang ditunjuk Kementerian Pertanian. Kepada Kabupaten/Kota penerima bantuan untuk segera merealisasikan kegiatan tersebut dan memfasilitasi pengadaan sarana dengan memperhatikan peraturan/pedoman pelaksanaan yang telah ada. 7) Pengadaan sarana pertanian di lingkungan Kementerian Pertanian dalam bentuk bantuan sosial diatur sepenuhnya dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 66/Permentan/OT.140/12/2010 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial untuk Pertanian Tahun 2011, dan diharapkan dapat dilengkapi dengan dokumen administrasi berupa Surat Perintah Kerja/Kontrak yang dibuat oleh kelompok tani/gabungan kelompok tani dengan Penyedia Barang. 8) Untuk penyaluran Bantuan Sosial dalam bentuk transfer uang kepada kelompok tani atau gabungan kelompok tani secara teknis pelaksanaannya disesuaikan dengan ketentuan yang terdapat pada Permenkeu Nomor: 134/PMK/2005 tentang Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan APBN dan Perdirjen Perbendaharaan Nomor 66/PB/2005 juncto Nomor 11/PB/2011 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran atas Beban APBN dan perubahannya. 9)
Masalah utama dalam proses penanganan panen dan pascapanen padi adalah kehilangan (susut) hasil yang masih relatif tinggi serta mutu gabah/beras yang dihasilkan belum baik. Titik kritis terjadinya susut yang tinggi yaitu pada tahapan panen dan perontokan padi serta susut saat penggilingan. Selain terjadi kehilangan bobot di dalam perlakuan penanganan pascapanen juga terjadi kerusakan kualitas fisik gabah. Upaya
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 146
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 yang dapat dilakukan untuk menekan tingkat kerusakan fisik dan mutu beras adalah dengan memperbaiki cara, keterampilan, perbaikan sarana dan prasarana. 10) Dalam upaya memperbaiki kualitas beras yang dihasilkan dapat melalui perbaikan pada tahapan proses penggilingan, terutama pada Pengilingan Padi Kecil yang banyak tersebar di seluruh daerah. Sampai saat ini jumlah Penggilingan Padi Kecil (PPK) sebanyak 90.400 unit pada umumnya masih menghasilkan beras dengan kualitas rendah, kadar rendemen dibawah 60%, kadar beras broken diatas 20%, dan tingkat kehilangan hasil dalam proses pengolahan GKG menjadi beras sebesar 3,25%. 11) Untuk meningkatkan kinerja PPK perlu dilakukan pembinaan dan pemberdayaan PPK, melalui kegiatan pelatihan dan praktek secara langsung agar dapat meningkatkan rendemen dan mutu beras, serta menurunkan beras patah (broken). Dengan meningkatkan kinerja PPK tersebut diperkirakan dapat menurunkan kehilangan hasil sebesar 1,8 juta ton beras pertahun atau setara dengan Rp 9,9 triliun dengan asumsi harga beras medium sebesar Rp 5.500,-/kg. 12) Masing-masing provinsi diharapkan memiliki analisa kebutuhan sarana pascapanen untuk mengetahui ketersediaan dan kebutuhan, sehingga penyebaran sarana pascapanen dapat efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan lapang untuk menghindari terjadinya sarana pascapanen yang tidak termanfaatkan secara optimal. 13) Teknologi penanganan pascapanen tanaman pangan di tingkat petani umumnya masih dilakukan secara tradisional, sehingga diharapkan dengan diterapkannya teknologi penanganan pascapanen yang baik (Good Handling Practices) terhadap komoditas tanaman pangan akan memberikan dampak yang lebih baik untuk mengurangi tingkat kehilangan hasil dan mempertahankan mutu.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 147
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 14) Perhitungan susut pascapanen selama ini masih pada komoditas padi saja, sehingga kedepan perlu dilakukan penghitungan susut pascapanen jagung, kedelai dan ubikayu, dan direncanakan dalam bentuk Pilot Project pada tahun 2012. 15) Dalam rangka menetapkan kebijakan pascapanen yang tepat perlu dukungan data base yang lengkap dan akurat. Hasil workshop dari 29 provinsi yang hadir masih perlu melengkapi data yang ada. b. Pertemuan Metodologi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan Dalam rangka menyusun metodologi susut hasil tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, ubikayu), telah dilakukan pertemuan pada tanggal 13-15 April 2011 di Bandung yang dihadiri oleh pakar/peneliti dari BB Padi, Balai Penelitian Serealia, Balai Penelitian Kacang dan Umbi, Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, IPB, UGM, UNPAD, UNILA dan BPS.
Adapun hasil dari kegiatan tersebut sebagai berikut: 1) Draf metode pengukuran dan perhitungan susut pascapanen tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, ubikayu) telah disusun, namun masih memerlukan perbaikan dan konsultasi dengan para pakar/narasumber. 2) Metodologi pengukuran dan perhitungan susut pascapanen padi telah disusun oleh Ditjen P2HP dan dilakukan survei pada tahun 2005-2007. Sedangkan jagung, kedelai dan ubikayu sudah pernah disusun oleh Hadi K. Purwadaria pada tahun 1987, namun aplikasi di lapangan belum dilakukan dan belum didiskusikan lebih lanjut. 3) Beberapa masukan yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan setiap komoditas sebagai berikut: a) Padi
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 148
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 - Metodologi pengukuran dan perhitungan susut pascapanen padi yang digunakan pada tahun 2005-2007 oleh Kementan (Ditjen P2HP, Pusdatin) dan BPS, yaitu metode papan 9. Namun demikian, masih diperlukan perbaikan tabel konversi susut panen papan 9 karena tabel tersebut disusun IRRI dengan asumsi alat panen yang digunakan adalah stripper. - Prioritas survei pengukuran susut pascapanen padi adalah pada waktu panen (termasuk penumpukan sementara), perontokan, pengeringan dan penggilingan. Pengangkutan dan penyimpanan dilakukan apabila tersedia cukup dana. b) Jagung - Metodologi pengukuran dan perhitungan susut pascapanen jagung masih menunggu kesepakatan dan koreksi dari narasumber, karena ada perbedaan perhitungan setiap kegiatan pascapanen. - Secara kuantitatif, susut pascapanen jagung terjadi saat panen, pengeringan, pemipilan, pengangkutan dan penyimpanan. Namun, susut hasil pada saat panen dan penyimpanan relatif kecil sehingga bukan merupakan hal yang kritis. Untuk itu, susut yang diukur pada pascapanen jagung sesuai kesepakatan adalah tahap pengeringan tongkol, pemipilan/perontokan (manual dan mekanis) dan pengangkutan. c) Kedelai - Tahap kritis yang mempengaruhi susut pascapanen kedelai adalah di penjemuran dan perontokan. Tahap penyimpanan kedelai merupakan tahap baru yang dimasukkan di pembahasan karena sebelumnya belum tercantum pada metodologi. - Hal-hal yang menjadi pertimbangan pada penggunaan metodologi pengukuran dan perhitungan susut pascapanen kedelai antara lain:
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 149
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Metodologi dapat diaplikasikan/diterapkan di lapangan oleh petugas lapangan. Penentuan petak ubinan dilakukan di lahan homogen dan lahan tidak homogen. Petak ubinan mewakili kesuburan lahan serta penerimaan sinar matahari yang sama oleh tanaman. Pengukuran dan perhitungan susut pascapanen kedelai dilakukan di musim hujan dan musim kemarau dengan rumus perhitungan yang berbeda. d) Ubikayu - Tahap kritis yang mempengaruhi susut pascapanen ubikayu adalah di saat panen dan penyimpanan. - Penanganan pascapanen ubikayu mengalami kendala yaitu umur simpan ubikayu yang tidak tahan lama. Disarankan agar waktu panen menggunakan alat pengungkit untuk mengurangi susut panen. - Tingkat kesulitan perhitungan susut pascapanen ubikayu yang tinggi, sehingga harus selalu dilakukan tes kadar air (KA) ubikayu. - Produk pascapanen ubikayu hanya sampai bentuk gaplek (chip maupun sawutan). 4) Draf dari penyusunan metode pengukuran dan perhitungan susut pascapanen tanaman pangan akan dibahas kembali dan direncanakan metode tersebut digunakan sebagai acuan/ pedoman survei pengukuran dan perhitungan susut pascapanen padi pada tahun 2012, sedangkan untuk jagung, kedelai dan ubikayu baru dilaksanakan dalam bentuk kajian. F.
Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya 1. Gaji dan Honor (mengikat) Pembayaran gaji dan honor pegawai Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2011 terealisasi sebanyak Rp. 36.939.028.132 atau 84,69% dari pagu anggaran Rp. 43.616.035.000. Serapan anggaran
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 150
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 belanja pegawai ini tidak mencapai target karena tidak terlaksananya program remunerasi yang telah dianggarkan untuk pada tahun 2011. 2. Pembinaan SAI/SABMN/Peralatan a. Pendampingan dan Supervisi Manajemen PNBP Dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 16 telah mengamanatkan bahwa Setiap Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja perangkat daerah yang mempunyai sumber pendapatan wajib mengintensifkan perolehan pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 Pasal 89 menyatakan bahwa dalam hal pelaksanaan Dekonsentrasi menghasilkan penerimaan, maka penerimaan tersebut merupakan penerimaan APBN dan harus disetor ke Rekening Kas Umum Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Berkenaan dengan hal tersebut, maka dalam rangka intensifikasi dan ekstensifikasi PNBP lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan baik pusat maupun daerah serta tercapainya target PNBP yang telah ditetapkan, akan dilakukan pembinaan terhadap para petugas pengelola PNBP di pusat maupun di daerah. Untuk tahun ini, target sementara yang telah ditetapkan oleh Kementerian Keuangan adalah sebesar Rp. 2.791.743.640,Realisasi PNBP sampai dengan bulan Desember 2011 adalah Rp. 4.804.875.062,- (191,11%). b. Pelaksanaan Akuntansi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA. 2011 mendapat alokasi dana Sektoral APBN BA. 018 sebesar Rp. 2.258.710.384.000,-. Pada Bulan Oktober 2011 ini terdapat revisi DIPA sehingga pagu bertambah menjadi Rp. 2.481.493.681,-. Satker yang telah melaporkan revisi DIPA ini adalah Kantor Pusat dan Dinas Kabupaten Semarang.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 151
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Dana Sektoral dikelola oleh satuan kerja Kantor Pusat, UPT Pusat, Dinas Provinsi, UPTD BPTPH, UPTD BPSBTPH serta Dinas Kabupaten/Kota dengan jumlah seluruhnya 493 satker. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dijelaskan bahwa setiap Pengguna Anggaran (PA)/satuan kerja yang mendapat alokasi dana pembangunan (dana Sektoral dan dana Subsidi) wajib menyusun dan menyampaikan laporan keuangan. Juga dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat dijelaskan Tata Cara Penyusunan dan Penyampaian Laporan. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebagai salah satu Entitas Pelaporan dan sebagai penanggung jawab atas penggunaan anggaran baik dana sektoral dan dana subsidi telah melaksanakan penyusunan dan penyampaian Laporan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Laporan yang telah disusun berupa Neraca, Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) yang disampaikan pada triwulanan, semesteran dan tahunan.
c. Pelaksanaan Rapat Koordinasi Bidang Keuangan Dalam rangka memperbaiki kinerja Pengelola Keuangan lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, telah dilaksanakan Rapat Koordinasi Pengelola Keuangan TA. 2011, di Hotel Goodway Batam dari tanggal 18-20 Mei 2011, yang dihadiri oleh Pejabat Penguji Penerbit dan Penanda tangan (P4) SPM, Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran, serta PPK dan PUMK yang berasal dari Dinas Pertanian, BPSBTPH, BPTPH, UPT Pusat dan seluruh unit Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dihadiri 315 orang. Setelah mendapatkan materi, melaksanakan diskusi dan pembahasan bersama para nara sumber dari Direktorat Jenderal
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 152
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Tanaman Pangan, Biro Keuangan dan Perlengkapan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian, Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian, Kantor Pelayanan Pajak Kementerian Keuangan, Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Provinsi Kepulauan Riau, diperoleh pokok-pokok rumusan sebagai berikut: 1)
Dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan dan barang lingkup Ditjen Tanaman Pangan masih ditemui berbagai kelemahan dan permasalahan, yaitu: - Pengelolaan Keuangan, kelemahannya adalah pengelolaan kas di bendahara belum tertib, penerimaan negara bukan pajak belum optimal, penyelesaian TGR/KN lambat ditindaklanjuti, pengendalian pengeluaran Dana Bansos belum optimal, lambatnya pengiriman Laporan SAK, kesalahan input penyusunan SAK, pengelolaan dana Hibah belum tertib, data rekening bendahara tidak dikirim ke pusat, lambat dalam proses pengajuan calon Pengelola Keuangan. - Pengelolaan barang, kelemahannya adalah: pengelolaan aset pengadaan pusat ditempatkan di daerah belum tertib, pengelolaan dan pemanfaatan aset tanah atas nama pusat yang ada di daerah belum tertib, adanya aset yang hilang belum diadministrasikan, adanya aset yang diserahterimakan belum dilengkapi bukti yang sah, aset tidak jelas keberadaannya tapi di laporan tercatat, pengelolaan aset pada satker yang tidak dialokasikan anggaran lagi (inaktif) belum jelas, pengiriman Laporan SIMAK-BMN tidak tepat waktu, ada yang tidak mengirim, dan kualitasnya belum optimal.
2)
Untuk memperbaiki kinerja Pengelola Keuangan Ditjen Tanaman Pangan, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: - Pengelolaan Keuangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 153
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Meningkatkan ketelitian dalam melakukan pengujian SPM Perbaikan kinerja bendahara penerima dan pengeluaran, untuk menaati segala peraturan yang ada Membuat jadwal rencana penyelesaian TGR/KN dan selalu berkoordinasi dengan pimpinan masing-masing unit kerja Memperbaiki penyusunan dan pengiriman laporan SAK dengan mengawasi dan membina petugas pelaporan Melakukan penyusunan laporan hibah bantuan luar negeri secara tertib Mempercepat realisasi penyerapan anggaran Memahami dan melaksanakan seluruh peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara. - Pengelolaan Aset Melaporkan kondisi aset peralatan mesin pengadaan pusat yang digunakan di daerah secara teratur dan tepat waktu (triwulan). Mencatat dan melaporkan persediaan barang (cek persediaan/stok opname) berupa pestisida dan barang lainnya ke pusat secara rutin (bulanan). Melakukan inventarisasi ulang terhadap aset yang tidak diketahui keberadaannya. Melengkapi data administrasi barang dan serah terima barang dengan benar. Mengajukan penghapusan terhadap barang yang sudah rusak berat. Membuat usulan pemanfaatan aset lahan dan berkoordinasi dengan pusat. Meningkatkan kinerja penyampaian laporan SIMAK-BMN dan melakukan pembinaan terhadap petugas SIMAKBMN. Melakukan koordinasi dengan satker inaktif dalam mencatat aset yang ada di satker tersebut.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 154
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 3)
Dalam rangka percepatan pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran TA. 2011 Satker Lingkup Ditjen Tanaman Pangan, telah disepakati perkiraan Target Realisasi Keuangan Semester I (Januari-Mei) sebesar ± 25,26% (data terlampir) untuk anggaran Dekonsentrasi (Dinas Provinsi, BPSBTPH, dan BPTPH). Diharapkan pada bulan Juni dapat dicapai realisasi minimal 35%.
4)
Pada TA. 2011, Kementerian Pertanian harus mendapat opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dari BPK RI atas Laporan Keuangan Kementerian Pertanian. Oleh karena itu seluruh Satker Kementerian Pertanian khususnya Satker lingkup Ditjen Tanaman Pangan harus melakukan: Penyajian Laporan Keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, Sistem Pengendalian Intern (SPI) harus memadai, Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan Full Disclosure, patuh pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Langkah dan upaya lain dalam mencapai opini WTP sebagai berikut: - Optimalisasi target dan capaian Penerimaan Negara Bukan Pajak. - Segera menyelasaikan/menindaklanjuti TGR/KN pada masing-masing Satker. - Mendorong penerapan SPI (Sistem Pengendalian Intern) di Kementerian Pertanian khususnya di masing-masing Satker. - Optimalisasi pemantauan pengelolaan dana Bantuan Sosial. - Percepatan pelaksanaan Inventarisasi dan Penilaian, Penatausahaan Aset pada tiap Satker dalam rangka penertiban Barang Milik Negara.
5)
Pada dasarnya di dalam setiap penggunaan dana APBN/APBD terdapat PPN dan atau PPh yang wajib dipungut oleh bendaharawan pengeluaran dana APBN/APBD yang telah memiliki NPWP. Hal yang paling penting dari masalah perpajakan adalah bahwa setiap jenis pajak mempunyai tarif masing-masing, harus disetor sebelum jatuh tempo, serta
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 155
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 harus dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 6)
Dalam penyusunan target PNBP, masih terjadi penggunaan besaran tarif yang tidak sesuai dengan besaran tarif atas jenis PNBP yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor: 49/2002 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 7/2004. Potensi PNBP masing-masing Satker belum semua terakomodasi dalam PP Tarif yang berlaku saat ini. Tarif PNBP yang telah diatur dalam PP sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini. Masih sulit untuk memantau potensi PNBP yang bersumber dari dana APBN (dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan) karena masih banyaknya SKPD yang belum melaporkan realisasi PNBP secara rutin setiap bulannya. Juga sering terjadi kerancuan penyetoran PNBP yang merupakan pendapatan Pemerintah Pusat dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
7)
Kerugian negara adalah kekurangan uang, surat berharga dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai. Berdasarkan data Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian, nilai Kerugian Negara pada Satuan Kerja lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sangat besar sehingga harus segera ditindaklanjuti dengan berkoordinasi dengan satker terkait, Biro Keuangan dan Perlengkapan serta Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian. Namun demikian, masih terdapat kelemahan dalam pencatatan kerugian negara dikarenakan dari total nilai yang ada hanya beberapa yang ada SKTJMnya (Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak).
8)
Pada TA. 2011 pola pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian diantaranya audit kinerja, tindak lanjut hasil audit, dan Gerakan SPI. Maksud dan tujuan Gerakan SPI diantaranya untuk mendorong penerapan SPI di lingkungan Kementerian Pertanian sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008,
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 156
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 meningkatkan pengendalian intern di unit kerja lingkup Kementerian Pertanian, dan memberikan keyakinan yang memadai bahwa tugas telah dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam mewujudkan Tata Kepemerintahan Yang Baik. 9)
Menurut PMK Nomor 104/PMK.02/2010, Bansos adalah transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan. Yang termasuk Bantuan Sosial adalah bantuan kompensasi sosial; bantuan kepada Lembaga Pendidikan dan Peribadatan; bantuan kepada lembaga sosial lainnya.
10) Tidak ada perbedaan pelaksanaan baik untuk Penatausahaan serta Pengelolaan BMN untuk satker Aktif dan Inaktif. Tanggung jawab pelaksanaan inventarisasi setelah berakhirnya Keppres No.13 tahun 2009 yaitu pelaksanaan Penertiban BMN berada pada Pengguna Barang (Kementerian/Lembaga). Satker tetap bertanggung jawab untuk melakukan Penatausahaan dan Pengelolaan BMN sepanjang masih tercatat (baik di KPPN maupun KPKNL) sebagai satuan kerja yang melaporkan pengelolaan keuangan maupun pengelolaan BMN. Inventarisasi dan Penilaian BMN satker Aktif maupun Inaktif dapat dilakukan oleh KPKNL sepanjang ada permohonan dari satker dan belum pernah dilakukan inventarisasi dan penilaian pada satker yang bersangkutan. Permohonan penilaian bisa dilakukan terpisah dengan permohonan inventarisasi khusus dalam rangka Pemindahtanganan dan Pemanfaatan BMN serta Penghapusan BMN
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 157
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 11) Dalam penggunaan dana APBN/APBD bendahara pemerintah akan selalu berkaitan dengan masalah perpajakan. Semua hal tersebut diatur dalam peraturan perpajakan yaitu: - Belanja Pegawai; (PPh Ps 21 bagi gaji, honor, dll bagi Wajib Pajak Pribadi) - Belanja Barang dan Jasa; (PPh Ps 22 berdasarkan UU PPh Nomor : 7 Th 1983 stdtd UU 36/2008, Ps 23, PPN). - Belanja Modal; (PPh Ps 22,23, PPN) PPh Pasal 22 dipungut berkenaan dengan: Pembayaran Bendaharawan Pemerintah atas penyerahan barang oleh Wajib Pajak (Rekanan), Kegiatan di Bidang Impor, dan Kegiatan usaha di bidang lain. PPh Pasal 23 dipungut terhadap penghasilan Badan baik Badan Pemerintah maupun Swasta. Adapun penghasilan dipotong Pph Pasal 23 adalah: - Dividen, Bunga termasuk Premium, Diskonto dan Imbalan karena pengembalian utang, Royalti, Hadiah dan Penghargaan sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan selain yang dipotong Pph Pasal 21. - Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta selain Sewa Atas Tanah dan atau Bangunan (PP 29 Tahun 1996 Jo. PP 5 Tahun 2002). - Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pph Pasal 21 (PMK 244/Pmk.03/2008) Penghasilan Yang Dipotong PPh Final: - Penghasilan Bangunan - Penghasilan - Penghasilan - Penghasilan
dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan dari Hadiah Undian dari Jasa Konstruksi (PP 51 Th. 2008)
Ppn adalah pajak yang dikenakan atas:
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 158
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 ◦ Konsumsi Barang dan Jasa, ◦ Di dalam Daerah Pabean Ppnbm adalah pajak yang dikenakan atas: ◦ Konsumsi Barang yang berdasarkan ketentuan tergolong barang mewah ◦ Di dalam Daerah Pabean Dari keterangan di atas, hal paling penting dari masalah perpajakan adalah bahwa tiap-tiap jenis pajak mempunyai tarif masing-masing, harus disetor sebelum jatuh tempo, serta harus dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 12) Diharapkan Rapat Koordinasi Pengelola Keuangan TA. 2011 lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ini dapat ditindaklanjuti dan memberikan hasil optimal sesuai dengan harapan dalam rangka melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing. d. Pelaksanaan Workshop SAK Dalam rangka rencana penyusunan laporan Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) Semester I Dana Pusat, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2011, telah dilaksanakan workshop pada tanggal 11-15 Juli 2011 di Solo Jawa Tengah. Peserta workshop adalah seluruh petugas pelaporan SAK Satuan Kerja Pusat, Provinsi dan Kabupaten lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2011. Peserta yang hadir sebanyak 400 Petugas Pelaporan. Hasil Workshop adalah sebagai berikut: - Pelaksanaan verifikasi laporan SAK beserta dokumen pendukung yang terdiri dari neraca, laporan realisasi anggaran (LRA), Catatan atas laporan keuangan dan catatan atas laporan Barang Milik Negara;
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 159
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 - Dalam pelaksanaan verifikasi permasalahan antara lain:
masih
ditemukan
beberapa
Terdapat denda keterlambatan pekerjaan yang tidak dimasukkan ke dalam Tuntutan Ganti Rugi (TGR) pada kelompok aset lancar di neraca; Belum semua satker melakukan stock opname terhadap barang persediaan perolehan TA. 2011; Masih ada satker yang belum melengkapi data BA. Rekon KPPN, KPKNL dan internal SAK dan SIMAK; Salah dalam menempatkan akun pengembalian belanja untuk tahun yang lalu dan tahun berjalan; Saldo awal satker tidak sama dengan saldo awal audited; Catatan atas laporan keuangan dan barang belum disusun; Salah dalam menetapkan kode wilayah satuan kerja; Belum melakukan penyelesaian terhadap satker inaktif; Hasil IP belum dibukukan dalam Barang Milik Negara; Dalam pelaksanaan workshop tersebut seluruh permasalahan dibahas dan diselesaikan, dengan hasil akhir laporan yang telah dianggap benar akan digabungkan dengan bukti Berita Acara Rekonsiliasi yang ditandatangani oleh Petugas Pelaporan dari Satker dan Petugas Penggabungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
3. Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3) Target LM3 Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2011 sebanyak 280 LM3 telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 4525/Kpts/HK.310/ 11/2011 untuk LM3 terpilih tahap 1 (138 LM3) dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 4526/Kpts/HK.310/11/2011 untuk LM3 terpilih tahap 2 (142 LM3). Namun yang melaksanakan proses administrasi untuk pencairan anggaran hanya 275 LM3, sebanyak 5 LM3 tidak melakukan pencairan karena mengundurkan diri dan tidak mampu memenuhi syarat-syarat kelengkapan dokumen pencairan.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 160
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Pagu anggaran Kegiatan LM3 Tahun 2011 Rp. 30 miliar terdiri dari Rp. 2 miliar untuk anggaran pembinaan dan 28 miliar untuk bansos. Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka mendukung LM3 Tahun 2011 antara lain sebagai berikut: a. Terlaksananya peningkatan pengetahuan dan sikap sumberdaya manusia di LM3 terpilih melalui workshop; b. Tersalurkannya dana bantuan sosial penguatan modal usaha agribisnis secara langsung ke rekening LM3 terpilih dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 27.529.890.000,00 atau sekitar 98,32%; c. Terlaksananya fasilitasi pembinaan kelembagaan agribisnis pada LM3 terpilih dengan realisasi anggaran pembinaan sebesar Rp. 1.869.855.560,00 atau sekitar 95,95%. d. Telah diterbitkan dan diperbanyak buku Petunjuk Pelaksanaan LM3 Tahun 2011 Dampak yang diharapkan dari kegiatan ini adalah meningkatnya pendapatan LM3 dan masyarakat binaan serta berkembangnya usaha agribisnis di perdesaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan dan berkembangnya perekonomian masyarakat di wilayah tersebut.
4. Bantuan Bencana Alam Untuk mengantisipasi meningkatnya serangan OPT, pada Tahun 2011 telah dialokasikan bantuan bahan pengendali OPT utama padi. Dampak perubahan iklim diprediksi akan terjadi sampai bulan Mei 2011 dan akan memicu perkembangan serangan OPT utama antara lain hama wereng batang coklat, penggerek batang padi, penyakit kresek, blas, dan tungro. Peningkatan serangan tersebut apabila tidak diantisipasi dan dikendalikan secara dini dikhawatirkan akan mempengaruhi pencapaian produksi secara nasional.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 161
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Secara tidak langsung dampak dari perubahan iklim yang menjadikan kondisi basah sepanjang tahun dengan masa kekeringan yang sangat pendek, menyebabkan ketersediaan air cukup melimpah sehingga terjadi peningkatan Indeks Pertanaman padi dari 100 menjadi 200 atau 300, sehingga sepanjang tahun terdapat pertanaman padi. Kondisi seperti ini akan mengakibatkan peningkatan serangan OPT terutama Wereng Batang Coklat (WBC). Untuk itu diperlukan berbagai upaya untuk mengamankan produksi padi. Dalam rangka pengamanan target produksi padi tahun 2011 sebesar 70,6 juta ton GKG ini dari gangguan OPT utama diperlukan upayaupaya pengawalan yang ketat terhadap pertanaman Mei-September 2011, dengan melakukan gerakan deteksi dini terhadap munculnya populasi/serangan OPT dan melakukan gerakan pengendalian dini untuk menghentikan serangan agar tidak menyebar luas (SPOT STOP). Untuk mendukung gerakan “SPOT STOP”, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan pada TA. 2011 mengalokasikan bantuan berupa bahan pengendali OPT melalui Kegiatan Bantuan Penanganan Bencana Alam, Serangan OPT dan DPI dalam Rangka Pengamanan Produksi Tanaman Pangan. Bantuan pestisida tersebut sebanyak 84.650 kg/ltr (tahap I) dan sebanyak 91.330 kg/ltr (tahap II). Bantuan tersebut dialokasikan kepada sebelas provinsi untuk digunakan dalam pengamanan produksi dengan mempertimbangkan azas efektif, efisien dan aman. Terkait dengan upaya tersebut di atas, beberapa provinsi telah mengajukan permohonan bantuan bahan pengendali (pestisida) untuk menunjang gerakan operasional pengendalian OPT dalam upaya pengamanan produksi. Disamping itu stok bahan pengendali OPT (pestisida) baik di pusat maupun provinsi sudah sangat terbatas. Untuk mengantisipasi hal tersebut dan memperkuat pengamanan produksi padi nasional, maka diberikan bantuan bahan pengendali OPT Tahap I dan II. Tujuan dari pengadaan pestisida tahap I dan II ini adalah:
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 162
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 - Mengamankan produksi tanaman padi di seluruh Indonesia terutama di sentra-sentra produksi dan propinsi endemis serangan OPT serta daerah pelaksana SLPTT dari serangan OPT utama padi.
- Menyiapkan stok pestisida di provinsi sentra produksi padi untuk mengantisipasi peningkatan serangan OPT utama padi. Bantuan pestisida Tahap I dan II dialokasikan di provinsi sentra produksi padi dan daerah endemis serangan OPT utama atau daerah yang berpotensi terjadi peningkatan serangan OPT serta daerah pelaksana SL-PTT yang rentan serangan OPT. Tabel 43. Alokasi dan Distribusi Bantuan Pestisida Tahap I Tahun 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Provinsi Aceh Sumatera Selatan Lampung Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Banten Nusa Tenggara Barat Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan Jumlah
Jumlah (kg/ltr) 3.050 1.775 3.250 18.525 23.400 1.930 15.430 4.940 2.225 1.180 8.945 84.650
Tabel 44. Alokasi dan Distribusi Bantuan Pestisida Tahap II Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 163
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Provinsi Aceh Sumatera Utara Lampung Jawa Barat Jawa tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Nusa Tenggara Barat Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan Jumlah
Jumlah (kg/ltr) 3.670 2.930 4.490 18.965 20.175 3.490 18.200 5.800 3.040 2.400 8.170 91.330
5. Kepegawaian
a. Jumlah Pegawai Direktorat Jenderal Tanaman Pangan per 31 Desember 2011 Jumlah pegawai Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sampai akhir Desember 2011 sebanyak 945 orang yang terdiri dari pegawai pusat sebanyak 744 orang yang tersebar di 6 Eselon 2 dan 3 UPT Direktorat Jenderal Tanaman Pangan serta pegawai pusat yang ditugaskan di daerah sebanyak 201 orang yang tersebar di beberapa provinsi. Dibandingkan jumlah pegawai Direktorat Jenderal Tanaman Pangan pada akhir tahun 2010 (per 31 Desember 2010) sebanyak 1.033 orang terjadi pengurangan pegawai yang disebabkan mutasi alih tugas 19 orang, pelimpahan pegawai pusat ke daerah 107 orang dan pensiun/meninggal 22 orang.
Tabel 45. Jumlah Pegawai Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 164
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 No.
Unit Kerja
I. Pusat 1 Sekretariat Ditjen Tanaman Pangan 2 Direktorat Perbenihan TP 3 Direktorat Budidaya Serealia 4 Direktorat Budidaya Akabi 5 Direktorat Perlindungan TP 6 Direktorat Pascapanen TP Jumlah I II. UPT 7 BBPPMBTPH Cimanggis 8 BBPOPT Jatisari 9 BPMPT Jumlah II III. Pegawai Daerah 10 Pegawai Ditjen TP Ditugaskan di Daerah Jumlah III Total
Golongan II III
I
IV
Total
8 2 3 3 1 17
48 12 15 16 14 21 126
125 53 44 38 53 38 351
13 10 9 11 8 7 58
194 77 71 68 75 67 552
1 2 3
10 37 8 55
44 53 25 122
5 5 2 12
60 97 35 192
16 16 36
134 134 315
50 50 523
1 1 71
201 201 945
b. CPNS Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah menerima 61 orang Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) rekruitmen tahun anggaran 2010. Total CPNS lingkup Kementerian Pertanian rekruitmen tahun anggaran 2010 sebanyak 1.557 orang. Pembekalan CPNS lingkup Kementerian Pertanian yang diselenggarakan oleh Biro Organisasi dan Kepegawaian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian pada tanggal 7 April 2011 di Audotorium Gedung F tersebut dihadiri oleh Menteri Pertanian dan Para Pejabat Eselon I dan pejabat Eselon II Sekretariat Direktorat Jenderal/Badan lingkup Kementerian Pertanian. Menteri Pertanian juga sekaligus memberikan pengarahan kepada para CPNS tersebut. Setelah mendapatkan pengarahan di Audotorium Gedung F tersebut dilanjutkan dengan penyerahan CPNS ke masing-masing Eselon I dan untuk Ditjen Tanaman Pangan mendapatkan 61 orang CPNS yang terdiri 43 orang S1, 15 orang D3 dan 4 orang SPMA/SMK Pertanian. Untuk CPNS Direktorat Jenderal Tanaman Pangan langsung dilanjutkan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 165
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 pembekalan dari Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman didampingi oleh Kepala Bagian Umum dan Kepala Subbagian Organisasi dan Kepegawaian di ruang Rapat P2BN yang dihadiri oleh para Kasubag Tata Usaha lingkup Ditjen Tanaman Pangan. Untuk mengenal lebih lanjut tupoksi masing-masing Eselon II lingkup Ditjen Tanaman Pangan dan sebelum penempatan, CPNS mengikuti orientasi di masing-masing unit kerja Eselon II selama satu minggu yang dilakukan secara bergilir oleh 6 kelompok. Orientasi CPNS pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dimulai tanggal 11 April-21 Mei 2011. Pada akhir orientasi CPNS melakukan kunjungan ke dua UPT Ditjen Tanaman Pangan yaitu BBPOPT Jatisari dan BBPPMBTPH Cimanggis pada tanggal 23 Mei 2011 dan didampingi oleh para Kasubbag Tata Usaha Direktorat. Tujuan kegiatan tersebut agar para CPNS bisa mengetahui dan mengenal UPT yang ada di Ditjen Tanaman Pangan. Setelah orientasi berakhir, CPNS diberikan pengarahan dari Sekretaris Ditjen Tanaman Pangan dan sekaligus secara simbolis menyerahkan SK CPNS kepada dua orang CPNS. Satu orang CPNS Ditjen Tanaman Pangan atas nama Ayu Indah Safitri, SE ditugaskan di Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian berdasarkan surat dari Biro Organisasi dan Kepegawaian Nomor 7/KP.320/A2/5/2011 tanggal 2 April 2011 yang baru terima tanggal 2 Mei 2011. Pada tanggal 11 September 2011 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memperoleh tambahan CPNS sebanyak 3 orang, sehingga total CPNS yang ada di Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebanyak 64 orang.
c. PNS Memproses SK PNS Gol. III dan II sebanyak 76 orang terdiri dari SK PNS dari pelamar umum sebanyak 74 orang dan 1 orang dari tenaga honorer dengan rincian golonan II sebanyak 15 orang dan 62 orang golongan III termasuk satu orang dari honorer.
d. Pelantikan Pejabat Eselon III dan IV Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 166
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Sehubungan dengan adanya perubahan struktur organisasi lingkup Kementerian Pertanian, dalam rangka mengisi kekosongan jabatan struktural eselon III dan IV Pada hari Senin tanggal 3 Oktober 2011 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melakukan pelantikan pejabat eselon III dan IV bersadarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor: 3997/Kpts/KP.330/9/2011 tanggal 23 September 2011 tentang pengangkatan dalam jabatan struktural Eselon III dan IV lingkup ditjen Tanaman Pangan. Pada pelantikan tersebut dilakukan penandatanganan pakta integritas. Pejabat eselon III dan IV yang dilantik terdiri dari:
a. Ir. Sigit Setiawan, MM, promosi menjadi Kepala Subdit Produksi Benih Padi, Dit. Perbenihan Tanaman Pangan
b. Ir. Wahyu Suci Handayani, MM, promosi menjadi Kepala Subdit Produksi Benih Aneka Kacang dan Umbi, Dit. Perbenihan Tanaman Pangan
c. Nila Sovy, SP, M.AP, promosi menjadi Kepala Seksi Intensifikasi Aneka Kacang, Dit Budidaya Aneka Kacang dan Umbi
d. Wiji Astutiningsih, SP, MM, promosi menjadi Kepala Subbagian Kerjasama, Sekretariat Ditjen Tanaman Pangan
e. Ir. Sugiyanto mutasi menjadi Kepala Seksi Padi, Dit. Perbenihan Tanaman Pangan
e. Pindah Antar Intansi 1) Mutasi yang masuk ke Ditjen Tanaman Pangan Pegawai yang masuk ke Ditjen Tanaman Pangan sebanyak 2 orang yaitu atas nama: Erlina, SP dan Sorta Pane, SP 2) Mutasi Pegawai Unit Kerja Eselon II Lingkup Ditjen TP ke Intansi Lain Pegawai Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang pindah keluar (mengurangi bezeting) sebanyak 18 orang sebagaimana daftar terlampir. Pindah/keluar dari Ditjen Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 167
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 karena diangkat sebagai pejabat Eselon di Eselon I lain sebanyak 7 orang terdiri diangkat menjadi pejabat eselon II satu orang, pejabat eselon III sebanyak 4 orang dan pejabat eselon IV sebanyak 2 orang. 3) Mutasi Pegawai Ditjen Tanaman Pangan Antar Unit Kerja Eselon II Untuk tahun 2011 mutasi antar intern Ditjen Tanaman Pangan sebanyak 10 orang. Daftar nama pegawai Ditjen Tanaman Pangan antar unit kerja Eselon II sebanyak 5 orang dan 5 orang lainnya pindah unit kerja antar Bagian lingkup Setditjen Tanaman Pangan. Tabel 46. Daftar Mutasi Pegawai Intern Ditjen Tanaman Pangan No.
Nama
Nip
1 2 3 4 5
Teguh Puji Lestari, S.Si Anastasia Giring Rumengan, ST Dasmeri, SP Acep Herdiana, SP Retno Pujihastuti, S. Si
19780419 200901 2 005 19820705 200901 2 011 19840601 200901 2 007 19770307 200901 1 003 19840307 200901 2 009
6
Supangat, SP
19570818 198002 1 001
7
Adek Justam, SH
19570210 199603 1 001
8
Suyono
19560901 198103 1 001
9
Didi Hadi Ismanto, S.Sos
19640305 199503 1 001
10 Susanto
19820928 200501 1 002
Unit Kerja Lama
Unit Kerja Baru
BBPOPT Jatisari BPMPT BBPOPT Jatisari BPMPT BBPOPT Jatisari Dit. Perlindungan Tanaman Pangan BBPOPT Jatisari Dit. Perlindungan Tanaman Pangan Setditjen Tanaman Pangan Dit. Perlindungan Tanaman Pangan Bagian Evaluasi dan Pelaporan Bagian Keuangan dan Perlengkapan Setditjen TP Setditjen TP Bagian Evaluasi dan Pelaporan Bagian Keuangan dan Perlengkapan Setditjen TP Setditjen TP Bagian Keuangan dan Perlengkapan Bagian Umum Setditjen TP Setditjen TP Bagian Keuangan dan Perlengkapan Bagian Umum Setditjen TP Setditjen TP Bagian Keuangan dan Perlengkapan Bagian Umum Setditjen TP Setditjen TP
4) Pelimpahan Pegawai yang ditugaskan di Daerah Pelimpahan pegawai Ditjen Tanaman Pangan yang ditugaskan di daerah masih terus dilakukan. Pada tahun 2011 juga telah mengirimkan kembali surat pelimpahan pegawai ke Gubernur seluruh Indonesia melalui surat Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian untuk melimpahkan pegawai tersebut menjadi pegawai pemerintah daerah dengan surat nomor: 138/KP.330/C1/4/10 tanggal 27 April 2010 perihal Usul Pelimpahan PNS. Namun sampai sekarang masih banyak daerah yang belum bersedia menerima pelimpahan tersebut meskipun
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 168
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 telah berulang kali melayangkan surat Direktur Jenderal ke Gubernur seluruh Indonesia dimana pegawai tersebut ditugaskan. Ada beberapa faktor daerah belum bersedia menerima pelimpahan pegawai Ditjen Tanaman Pangan yang di tugaskan di daerah yaitu belum tersedianya formasi dan anggaran, kurangnya koordinasi antara Dinas Pertanian dengan Pemerintah Daerah Provinsi sehingga proses pelimpahan berjalan lambat, dan hal-hal lainnya yang memperlambat proses pelimpahan tersebut. Untuk akhir Desember 2010 pegawai yang ditugaskan di daerah realisasi proses pelimpahan hingga keluar SK BKD dan penggajiannya sudah terealisasi di daerah sudah mencapai 70 orang. Sementara terdapat 34 orang masih menunggu SK dari BKD meskipun surat lolos butuh dari Biro Organisasi dan Kepegawaian sudah dikirim ke daerah namun SK BKD belum terbit sampai akhir Desember 2010. Secara rinci pegawai pusat yang mutasi ke daerah sejak 2005-2009 sebanyak 303 orang. Pada tahun 2011 jumlah pegawai yang pindah/beralih tugas intern dan ekstern Ditjen Tanaman Pangan maupun ke Kementerian Pertanian dan lainnya sebanyak 96 orang, baik yang bersifat mengurangi maupun yang menambah bezetting pegawai.
Tabel 47. Daftar Mutasi Pegawai Pusat yang ditugaskan di Daerah Tahun 2005 – 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 169
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 27 28
Provinsi Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Sumatera Selatan Jambi Kepulauan Riau (Otorita Batam) Bengkulu Riau Lampung Banten Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Jumlah
Jumlah Pegawai
38 34 12 41 12 1 24 12 18 23 34 12 11 46 1 4 10 29 39 4 55 10 28 3 89 1 18 5 5 619
Mutasi Ke Daerah Pusat 9 34 12 9 8 6 1 16 21 23 12 11 43 1 3 5 18 8 4 43 1 1 40 12 5 346
Lolos Butuh 1 1 1 1 2 6
Sisa 2 2
29 32 4 1 18 11 2 2 10 2 5 11 30 12 9 28 2 47 1 6 5 267
f. Kenaikan Pangkat Memproses usul Kenaikan Pangkat (KP) pegawai lingkup Ditjen Tanaman Pangan sebanyak 185 orang terdiri dari 2 tahap usulan yaitu; Kenaikan Pangkat Periode April 2011 sebanyak 195 orang dan periode Oktober rencana kenaikan pangkat sebanyak 49 orang. Untuk kenaikan pangkat tahun 2011 semua terealisasi. Tabel 48. Target dan Realisasi Kenaikan Pangkat Tahun 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Unit Kerja Setditjen TP Dit. Perbenihan Dit. Budidaya Serealia Dit. Budidaya Kabi Dit. Perlindungan TP Dit. Pascapanen TP BBPOPT BBPPMBTPH BPMPT Jumlah
Periode April Rencana Realisasi 122 122 15 15 10 10 11 11 9 8 7 7 10 9 9 9 4 3 197 194
Periode Oktober Rencana Realisasi 34 34 1 1 2 2 1 1 3 3 4 4 4 49
4 49
g. Kenaikan Gaji Berkala (KGB) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 170
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Selama tahun 2011 telah memproses usulan Kenaikan Gaji Berkala pegawai Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebanyak 230 orang terhitung mulai tanggal 1 Januari 2011 hingga 1 Desember 2011, tidak termasuk Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) dan Balai Besar Pengembangan pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH). Tabel 49. Kenaikan Gaji Berkala (KGB) Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 No 1 2 3 4 5
Jumlah KGB (orang) 114 32 35 29
Unit Kerja Sekretariat Direktorat Jenderal Direktorat Sarana Produksi Direktorat Perbenihan Direktorat Budidaya Serealia Direktorat Budidaya Kacang-kacangan Umbi-umbian
6
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
7 8
BPMPT Daerah
dan
Jumlah
33 35 7 80 365
h. Pensiun Pada tahun 2011 jumlah pegawai Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang memasuki masa purna bakti berjumlah 22 Orang terdiri dari 20 orang memasuki batas usia pensiun dan 2 orang meninggal dunia. 6. Kegiatan Hukum dan Humas a. Bidang Hukum 1) Evaluasi Implementasi Peraturan Perundang-undangan Kegiatan Evaluasi Implementasi Peraturan Perundang-Undangan di selenggarakan pada tanggal 11-13 Mei 2011 di Hotel Puncak Raya, Cisarua, Bogor Provinsi Jawa Barat. Kegiatan Evaluasi Implementasi Peraturan Perundang-Undangan dihadiri oleh Kepala Biro Hukum dan Informasi Publik Kementerian Pertanian, Direktur Pasca Panen Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 171
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Serta perwakilan dari Pusat lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan maupun perwakilan dari Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Provinsi Banten, Dinas Pertanian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah dan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur. Materi yang dipaparkan oleh narasumber dalam kegiatan Evaluasi Implementasi Peraturan Perundang-Undangan meliputi Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010, Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/6/2010, Draf Keputusan Menteri Pertanian yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri Pertanian tentang Rekomendasi Teknis Dalam Rangka Penanaman Modal dan Tata Kelola Keputusan/Peraturan Perundang-Undangan lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, dengan hasil sebagai berikut: - Sosialisasi Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 2010 tentang Usaha Budidaya Tanaman Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 2010 ini adalah turunan dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Latar belakang dari lahirnya PP No 18 Tahun 2010 ini adalah: Usaha Budidaya Tanaman merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang diarahkan untuk mencapai usaha pertanian yang bernilai tambah, berdaya saing, berkelanjutan dan berkeadilan. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya merupakan karunia dan amanah dari Tuhan yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, yang pemanfaatannya harus ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Pemerintah menetapkan luas maksimum lahan untuk Unit Usaha Budidaya Tanaman yang dilakukan di atas tanah yg dikuasai Negara.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 172
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Sebagai wujud dari semangat untuk menciptakan kepastian berusaha di bidang budidaya tanaman, sehingga tercipta suatu iklim usaha yg kondusif bagi para pelaku usaha. Peraturan ini terbitkan sebagai tindak lanjut dari program nasional merauke rice dimana peraturan ini bertujuan mewujudkan kedaulatan pangan. Arah pengembangan wilayahnya meliputi daerah luar jawa. Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini tdk berlaku untuk usaha budidaya tanaman perkebunan. Dalam pemaparan materi sosialisasi Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 2010 ada beberapa tanggapan maupun pertanyaan dari peserta diantaranya ialah: Direktur Pasca Panen yang menanggapi tentang kemungkinan apabila awal usaha di bidang perkebunan lalu beralih menjadi usaha budidaya tanaman pangan, Perwakilan Dari Direktorat Budidaya Serealia menanggapi tentang ketentuan yang ada di dalam pasal 7 ayat 2,3,4 tentang luas lahan dimana dalam realitanya para petani hanya mengolah rata-rata 0,3 Ha dan besaran modal bila dengan modal 49% dianggap tidak menarik, Perwakilan dari Direktorat Aneka Kacang dan Umbi menanggapi dimana dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah ini akan sulit menarik investor terutama untuk komoditas kedelai. Dari beberapa pertanyaan diatas pembicara memberikan jawaban sebagai berikut: HGU untuk izin usaha perkebunan tidak bisa dialihkan menjadi usaha budidaya tanaman pangan, apabila ada kerawanan pangan wajib di utamakan untuk negeri sendiri dan melindungi ketahanan pangan dan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 173
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 dasar dari besaran modal untuk PMA 49% adalah untuk mewujudkan kemandirian pangan. - Sosialisasi Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39 Tahun 2010 tentang Pedoman Perizinan Usaha Budidaya Tanaman Pangan Permentan ini disusun sebagai tindak lanjut dari Pasal 18, 21 dan Pasal 22 ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010 tentang Usaha Budidaya Tanaman dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Dimana dalam penjelasan masing-masing pasal diamanahkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan budidaya tanaman, pelaporan, pembinaan, pelayanan, dan pedoman peran masyarakat diatur dengan Peraturan Menteri. Sistimatika dari Permentan 39 Tahun 2010 terdiri dari 10 bab, 46 pasal dan 2 lampiran, dimana dalam Bab I dan Ketentuan Umum berisikan batasan pengertian atau definisi dimana ada 12 pengertian antara lain usaha budidaya tanaman, pelaku usaha budidaya tanaman, petani, perusahan tanaman pangan, izin usaha tanaman pangan, tanda daftar tanaman pangan, maksud dan tujuan di terbitkannya Peraturan Menteri Pertanian. Bab II dalam Permentan ini menjelaskan tentang jenis dan perizinan usaha budidaya tanaman dimana didalamnya menjelaskan jenis-jenis usaha budidaya tanaman, wilayah pengembangan, pelaku usaha yang melakukan usaha budidaya tanaman dan luasan lahan. Dalam Bab III dijelaskan mengenai persyaratan dan tatacara permohonan usaha budidaya tanaman pangan yang setiap masing-masing jenis usaha memilik syarat tersendiri dan menjelaskan kepada pelaku usaha tentang pengajuan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 174
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 permohonan walikota.
yang
ditujukan
kepada
gubernur/bupati/
Dalam bab IV dijelaskan bahwa dalam pengembangan usaha tanaman dilakukan melalui kemitraan, berasaskan manfaat, berkelanjutan saling menguntungkan, saling menghargai, saling bertanggungjawab dan saling memperkuat. Untuk memberdayakan dan peningkatan nilai tambah petani, karyawan dan/atau masyarakat sekitar serta menjamin keberlanjutan UTP, bentuknya penyediaan bahan baku, sarana produksi, pengolahan dan pemasaran, transportasi, operasional, penyertaan modal, dan/atau pendukung lainnya. Dilakukan secara tertulis (hak, kewajiban, pembinaan, pengembangan usaha, pendanaan, jangka waktu, dan penyelesaian perselisihan) dan harus ditandatangan kedua belah pihan dengan diketahui oleh bupati/walikota atau gubernur, Kemitraan paling singkat satu musim tanam. Dalam Bab V dijelaskan tentang pengembangan usaha yang terdiri atas perubahan luas dan/atau perubahan kapasitas unit pengolahan. Dalam Bab VI dijelaskan mengenai pembinaan dan pengawasan dimana pelaku usaha wajib merealisasikan usaha paling lambat 6 bulan kecuali menggunakan HGU selama 3 tahun,menerapkan AMDAL,UKL dan UPL, menumbuhkan dan memberdayakan masyarakat sekitar, dan Gubernur/Bupati/Walikota melakukan pengawasan secara berkala. Dalam Bab VII dijelaskan mengenai peran serta masyarakat Masyarakat baik perorangan/kelompok dapat berperan dalam perlindungan pengembangan UTP, melalui pola partisipatif mulai perencanaan, pengembangan, pengawasan, dan/atau pemberdayaan petani, lebih lanjut ditetapkan dengan Peraturan Bupati/walikota atau Peraturan Gubernur .
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 175
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Dan didalam Bab terakhir dari Permentan 39 Tahun 2010 ini menjelaskan bahwa pemberian izin dalam rangka PMA/PMDN harus terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari Direktur Jenderal Tanaman Pangan atas nama Menteri Pertanian. Di dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39 Tahun 2010 di dalam Pasal 45 diamanahkan bahwa untuk mendapatkan izin untuk usaha budidaya tanaman pangan harus mendapat rekomendasi teknis dari Direktur Jenderal atas nama Menteri Pertanian, dimana fungsi dari rekomendasi teknis ini berfungsi sebagai fungsi kontrol terhadap pengusaha yang melakukan usaha dibidang tanaman pangan. 2) Penyusunan Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Tentang Pemberian Rekomendasi Teknis dalam Rangka Penanaman Modal Usaha Budidaya Tanaman Pangan Diterbitkannya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/PERMENTAN/OT.140/6/2010, tentang Pedoman Perizinan Budidaya Tanaman adalah sebagai wujud dari pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2010 tentang Usaha Budidaya Tanaman dimana secara yuridis, Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39 Tahun 2010 tentang Pedoman Perizinan Usaha Budidaya Tanaman Pangan, Pasal 45 mengamanatkan agar “Pemberian izin usaha budidaya tanaman pangan dalam rangka penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri terlebih dahulu harus mendapatkan rekomendasi teknis dari Direktur Jenderal atas nama Menteri Pertanian”. Pemberian rekomendasi teknis usaha budidaya tanaman pangan dalam rangka penanaman modal juga diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 3480/KPTS/HK.300/10/2009 tentang Pendelegasian Wewenang Pemberian Izin Usaha di Bidang Pertanian Dalam Rangka Penanaman Modal kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. dimana fungsi dari rekomendasi teknis ini berfungsi sebagai fungsi kontrol terhadap pengusaha yang melakukan usaha di bidang tanaman pangan.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 176
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Dalam pertemuan ini judul dari Keputusan Direktur Jenderal ini dirubah menjadi Keputusan Menteri Pertanian. 3) Tata Kelola Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Pertanian Pembangunan pertanian akan dapat terwujud apabila didukung beberapa unsur yang salah satunya regulasi dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang merupakan dasar atau payung hukum setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemangku kepentingan dalam hal ini adalah Kementerian Pertanian, oleh karena itu pemahaman tentang bagaimana menyusun peraturan perundang-undangan sangat diperlukan. Dalam kegiatan evaluasi implementasi peraturan perundangundangan disampaikan materi tentang tatacara menyusun peraturan perundang-undangan yang disampaikan oleh Kepala Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Adapun materi yang disampaikan sebagai berikut: - Teknik Penyusunan Perundang-undangan Adapun yang dimaksud dengan perundang-undangan adalah peraturan yang dibentuk oleh lembaga pemerintahan yang berwenang baik dalam lingkup nasional maupun daerah, dan teknik penyusunan perundang-undangan adalah metode atau sistem yang dipergunakan oleh lembaga pemerintah dalam membentuk segala aturan baik secara nasional maupun secara lokal/daerah. Adapun yang menjadi dasar hukum dari penyusunan peraturan perundang-undangan adalah Pasal 22 A UUD 1945 yang berbunyi Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan undang-undang diatur undangundang, oleh karena itu diundangkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan yang merupakan dasar hukum tertinggi berkaitan dengan teknik penyusunan perundang-undangan terutama pada aspek teknis perencanaannya. Asas-asas yang menjadi dasar penyusunan peraturan perundang-undangan ialah:
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 177
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Azas Kelaziman Mengajarkan cara-cara pembentukan yang sudah biasa dilakukan oleh pembentuk peraturan masa lampau sepanjang belum ada ketentuan normatif yang mengaturnya secara lain dapat diikuti. Azas Mutatis Mutandis Mengajarkan bahwa cara-cara pembentukan peraturan perundang-undangan nasional (lebih tinggi) dalam pembentukan peraturan perundang-undangan daerah (lebih rendah). Dalam penyusunan peraturan perundang-undangan ada beberapa unsur yang harus diperhatikan yaitu: Unsur Filosofis Pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan salah satu syarat dalam rangka pembangunan hukum nasional yang hanya dapat terwujud apabila didukung oleh cara dan metode yang pasti, baku standar yang mengikat semua lembaga yang berwenang membuat peraturan perundang-undangan. Unsur Sosiologis Untuk meningkatkan koordinasi dan kelancaran proses pembentukan peraturan perundang-undangan. Unsur Yuridis Peraturan perundang-undangan yang mengatur pembentukan peraturan perundang-undangan tersebar dalam berbagai peraturan perundangan, dan ada pula peninggalan kolonial Belanda sehingga dengan hukum ketatanegaraan Republik Indonesia. Definisi terminologi dari penyusunan peraturan perundangundangan ialah: Pembentukan peraturan perundang-undangan adalah proses pembuatan peraturan perundang-undangan yang
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 178
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011
dimulai dari perencanaan, persiapan, teknik penyusunan, perumusan, pembahasan, pengesahan, pengundangan dan penyebarluasan. Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh Lembaga Negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum. Undang-undang adalah peraturan perundang-undangan yang di bentuk oleh DPR dengan persetujuan bersama Presiden. Perpu adalah Peraturan Perundang-undangan yang di tetapkan oleh presiden dalam hal ikhwal kepentingan memaksa. Peraturan pemerintah adalah peraturan perundangundangan yang di tetapkan Presiden untuk menjalankan Undang-undang sebagaimana mestinya. Perpres adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden.
- Asas Peraturan Perundang-Undangan Dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan harus berdasarkan pada asas pembentukan Peraturan Perundangundangan yang baik, meliputi:
Kejelasan umum; Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat; Kesesuaian antara jenis materi muatan; Dapat dilaksanakan; Kedayagunaan dan kehasilgunaan; Kejelasan rumusan; dan Keterbukaan.
Materi muatan dalam Peraturan Perundang-undangan - Undang-Undang
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 179
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Mengatur lebih lanjut ketentuan UUD 1945 meliputi hakhak asasi manusia, hak dan kewajiban warga negara pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian kekuasaan negara, wilayah negara dan pembagian daerah, kewarganegaraan dan kependudukan, keuangan negara; Diperintahkan oleh suatu Undang-undang untuk diatur dengan Undang-undang. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang. Peraturan Pemerintah berisi materi untuk menjelaskan Undang-undang. Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh undang-undang atau materi melaksanakan PP. - Hierarki Peraturan Perundang-Undangan
Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Undang-undang/Perpu Peraturan Pemerintah Peraturan Presiden Peraturan Daerah (Perda Provinsi, Perda Kab/Kota, dan Peraturan Desa)
Jenis peraturan perundang-undangan lain yang diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundangundangan yang lebih tinggi, yaitu peraturan yang dikeluarkan oleh MPR dan DPR, DPRD, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, BPK, BI, Menteri, Kepala Badan, Lembaga, atau Komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-undang atau pemerintah atas perintah undang-undang, DPRD Provinsi, Gubernur, DPRD Kab/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat. - Pembangunan Hukum Pertanian Visi
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 180
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Terwujud dan berfungsinya hukum pertanian yang lengkap, kuat, terdesentralisasikan, berkerakyatan yang dapat memberikan kepastian dan keadilan dengan pendekatan sisitem usaha agribisnis Misi Mengkaji pelaksanaan peraturan perundang-undangan Menyusun dan menyiapkan peraturan perundangundangan Mengembangkan SJDI Hukum Mensosialisasikan hukum bidang pertanian Memantau Memberikan advokasi hukum Arah prolegtan di dalam hukum bidang pertanian adalah: Percepatan proses penyelesaian tindak lanjut amanat peraturan perundang-undangan; Peninjauan kembali peraturan perundang-undangan di bidang pertanian yang tidak sesuai dengan perkembangan organisasi, tuntutan dan dinamika nilainilai kehidupan bermasyarakat; Percepatan penyelesaian proses RUU yang telah masuk prolegnas; Pembentukan peraturan perundang-undangan baru untuk percepatan reformasi, mendukung pemulihan pembangunan pertanian, perlindungan hak petani dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. b. Bidang Humas 1) Publikasi Pembangunan Tanaman Pangan Melalui Pameran, Perpustakaan & Keprotokolan
- Pameran
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 181
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Berpartisipasi dalam Pameran Agrinex International Expo 2011 pada tanggal 4 s.d 6 Maret 2010 bertempat di Hall A dan Cendrawasih Room, JCC, Jakarta. Penyelenggara Agrinex International Expo 2010 adalah Institut Pertanian Bogor (IPB), Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan PERFORMAX. Peserta pameran adalah semua elemen yang bergerak dalam bidang agribisnis di Indonesia mulai dari perusahaan-perusahaan besar pemerintahan sampai UKM dan Litbang serta Universitas yang memiliki Fakultas terbaik dengan agribisnis. Pengunjung pameran adalah pelaku bisnis yang bergerak dalam bidang agribisnis baik dari dalam negeri maupun luar negeri dan masyarakat umum. Pameran dibuka oleh Menteri Koordinator Perekonomian Bapak Hatta Rajasa. Publikasi Pembangunan Tanaman Pangan Melalui Hari Pangan Sedunia (HPS) 2011 Menghadiri Peringatan Hari Pangan Sedunia ke XXXI pada tanggal 19-23 Oktober 2011 bertempat di Bone Bolango Gorontalo, Ditjen TP bersama Eselon I lain menampilkan materi pameran berupa display komoditi yaitu padi, beras, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah, kacang hijau, kedele, koro pedang, talas, garut, ganyong serta brosur dan leaflet. HPS dibuka oleh Wapres pada tanggal 20 Oktober 2011 dan dihadiri oleh sekitar 30 duta besar, 33 gubernur, para menteri, asosiasi petani, dan semua pihakpihak yang berkepentingan dalam bidang pangan. Peresmian puncak peringatan Hari Pangan Sedunia ke-31 tahun 2011 yang diselenggarakan tanggal 20 s.d 23 Oktober 2011 itu ditandai Wakil Presiden dengan memukul Palo-palo (alat musik tradisional) Gorontalo. Tema HPS ke XXXI adalah "Menjaga Stabilitas Harga dan Akses Pangan Menuju Ketahanan Pangan Nasional" Dalam kunjungan itu, Wapres didampingi Menteri Pertanian dan istrinya, Herawati Boediono, yang disambut tarian tradisional
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 182
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 penyambut tamu, tidi lo oayabu. Wapres juga meninjau menara jagung, rumah pangan lestari, area gelar teknologi dan pameran Hari Pangan Sedunia ke- XXXI. Wapres menyerahkan bantuan pengabdian masyarakat secara simbolis dari lima kementerian, berupa bantuan langsung masyarakat program pengembangan usaha agribisnis pedesaan kepada 71 gabungan kelompok tani Gorontalo sebesar Rp7,1 miliar. Wakil Presiden menyatakan, keadaan pangan secara umum di Indonesia saat ini masih bisa mengimbangi pertambahan penduduknya, meskipun hanya dengan cara yang paspasan. Puncak peringatan Hari Pangan Sedunia, untuk Indonesia, diselenggarakan di Badan Pusat Informasi Jagung, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo pada tanggal 20 sampai 23 Oktober 2011. Acaranya antara lain seminar, gelar teknologi, lomba cipta menu bergizi, pameran, bazaar, dan penyerahan bantuan sosial, seminar yang terkait dengan tema HPS ke-XXXI, serta lomba cipta beragam menu bergizi seimbang yang diikuti oleh Ibu PKK seluruh Indonesia. Penyerahan simbolis bantuan social. Diakhir acara penutupan gelaran Hari Pangan Sedunia (HPS) ke XXXI di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, ribuan pengunjung dan peserta dari 33 Provinsi dihibur dengan kehadiran Norman Camaru. Gubernur Gorontalo, Gusnar Ismail dalam sambutannya pada acara penutupan HPS mengatakan berbagai manfaat diperoleh dengan adanya gelaran nasional. Diantaranya perputaran ekonomi yang berjalan begitu cepat selama HPS berlangsung. Penutupan resmi ditutup setelah Gubernur Gorontalo didampingi perwakilan Kementerian Pertanian, dan Kepala Badan Ketahanan Pangan.
Berpartisipasi dalam pameran PENAS ke-XIII bertempat di Tenggarong pada tanggal 18 s.d 23
Juni 2001,
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 183
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 pembukaan dilakukan oleh Wakil Presiden dan ditutup tanggal 23 Juni 2011 oleh Menteri Pertanian. Direktorat Jenderal TP berpartisipasi dengan mengambil 2 stand dengan tema “Swasembada Pangan Berbasis Pangan Lokal”. Para peserta pameran adalah eselon I lingkup Kementan, Dinas Provinsi dan Kabupaten serta stakeholder. Stand Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dikunjungi ± 1200 orang pengunjung terdiri dari petani dan pengunjung umum. - Perpustakaan Perpustakaan Direktorat Jenderal tanaman Pangan telah dilengkapi dengan sarana komputer, printer, rak buku dan diadakan pembelian buku yang berkaitan dengan tanaman pangan, agama dll. 2) Publikasi dan Dokumentasi Tanaman Pangan
Lingkup
Direktorat
Jenderal
- Pemberitaan Pembangunan Tanaman Pangan Melalui Media Cetak Pemberitaan beberapa media cetak mengenai budidaya tanaman pangan dari Agro Indonesia, Sinar Tani. - Buku Agenda Kerja Merupakan buku kerja pegawai Ditjen Tanaman Pangan, dalam agenda kerja memuat Daftar nama Pejabat Ditjen Tanaman Pangan, Alamat, Nomor Telp dll. Disamping itu ada daftar nama dan alamat Kepala Dinas Pertanian Propinsi, BPSBTPH, BPTPH seluruh Indonesia. - Pemberitaan Tanaman Pembangunan Tanaman Pangan Melalui Website Web Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebagai sumber informasi yang handal dan dapat menampilkan informasiinformasi terbaru baik yang berhubungan dengan kebijakan, srategi, program dan kegiatan yang sedang berjalan maupun
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 184
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 yang direncanakan. Selain itu Website Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah mempublikasikan informasi tentang profil Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, visi misi serta berita seputar Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2011. - Dialog Interaktif Televisi TVRI tanggal 10 Mei 2011, Topik Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dengan narasumber Direktur Perbenihan TP (Ir. Suharyono), narasumber penyeimbang Dir. Penelitian & Pengembangan PT SHS (Ir. Mizwar Syafaat) pada pukul 10.30-11.00 WIB; TVRI tanggal 13 Juni 2011, Topik Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) dengan narasumber Dir. Budidaya Aneka KABI (Ir. Rahman Pinem), narasumber penyeimbang Kepala Pusat Litbang Tanaman Pangan (Dr. Hasil Sembiring) pada pukul 17.3018.00 WIB; RRI (Programa 4) tanggal 14 Juli 2011, Topik Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) dengan narasumber Direktur Perlindungan TP (Ir. Erma Budiyanto, MS) ditayangkan pukul 10.00 s.d 11.00 WIB; RRI (progama 4) tanggal 12 Agustus 2011 Topik Usaha Khusus Pengurangan Kehilangan Hasil Produksi Padi dengan narasumber Direktur Pascapanen TP (Ir. Tri Susetyo) pukul 09.00-10.00 WIB. - Running Text Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menindaklanjuti terbitnya Undang-undang Informasi publik dengan memberikan akses informasi tentang pembangunan tanaman dalam bentuk Running Text, sehingga informasi tentang pembangunan dan program-program pembangunan tanaman pangan dapat diakses dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 185
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Running Text ditayangkan dimedia elektronik yaitu Metro TV dan TV One dengan tanggal dan Topik sbb: 1 Juni 2011 Ubi Kayu merupakan potensi sumber energi terbarukan, sumber karbohidrat, pakan dan industri; 2 Juni 2011 Ubi Jalar merupakan pangan alternatif masa depan yang kaya nutrisi dan anti oksidan; 3 Juni 2011 Serangan hama dan penyakit tanaman meningkat, petani butuh pendampingan menanganinya, ayo kita bergerak! 4 Juni 2011 Penggunaan insektisida yang tidak tepat jenis, waktu, cara, mutu, sasaran dan dosis dapat meningkatkan serangan hama; 6 Juni 2011 Pemalsu pestisida adalah musuh masyarakat, wajib diberantas, diancam 5 tahun penjara dan denda Rp. 200 juta; 7 Juni 2011 Gubernur, Bupati/Walikota hendaknya mengoptimalkan kinerja Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3); 8 Juni 2011 Pemalsu Pestisida adalah musuh masyarakat, wajib diberantas, diancam 5 tahun penjara dan denda Rp. 200 juta; 9 Juni 2011 Gubernur, Bupati/Walikota hendaknya mengoptimalkan kinerja Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3); 10 Juni 2011 Ubi Kayu merupakan potensi sumber energi terbarukan, sumber karbohidrat, pakan dan industri;
Running Text ditayangkan dimedia elektronik yaitu Metro TV tanggal 24 s.d 30 September 2011 dengan topik: Melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) kedelai seluas 300.000 ha, diharapkan akan mampu mendongkrak produksi kedelai sesuai sasaran tahun 2011 sebesar 1.560.000 ton;
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 186
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Kacang koro merupakan alternatif sebagai bahan baku tempe pengganti kedelai; Kedelai dapat diolah sebagai bahan baku produk pangan 17 macam, non pangan 7 macam, kosmetik 5 macam dan obat-obatan 3 macam; Melalui SL-PTT kacang tanah seluas 100.000 ha, diharapkan dapat mendongkrak produksi kacang tanah tahun 2011 sebesar 970.000 ton; Melalui SL-PTT kacang hijau seluas 10.000 ha, dapat mendongkrak produksi kacang hijau tahun 2011 sebesar 370.000 ton. - Pembuatan Video Profil Ditjen TP Kegiatan pembuatan video profile Direktorat Jenderal Tanaman Pangan agar tersedia informasi secara lengkap dalam bentuk audio visual tentang Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, beserta visi dan misi, tugas pokok, unitunit kerja dan lain-lain. Durasi Video profile Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 30 (tiga puluh) menit dibuat dalam 2 (dua) versi yaitu Bahasa Indonesia dan versi Bahasa Inggris. 5. Pemberian Penghargaan Ketahanan Pangan Kepada Kelompok Tani Dan Mantri Tani Berprestasi Tahun 2011 Berdasarkan hasil verifikasi dan penilaian ke daerah dan rapat tim pemenang sebanyak 15 Kelompok Tani dari 3 komoditi masingmasing 5 Kelompok Tani Padi, 5 Kelompok Tani Jagung, 5 Kelompok Tani Kedelai serta 5 Petugas Mantri Tani yang berprestasi dan berhak menerima penghargaan Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan tahun 2011. Pemberian penghargaan kepada Kelompok Tani dan Mantri Tani tingkat nasional disampaikan secara simbolis oleh Presiden Republik Indonesia di Istana Negara pada tanggal 6 Desember 2011 kepada 3 Kelompok Tani yaitu: Kelompok Tani Padi “Buyut Musa” dari Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Kelompok Tani Jagung “Karya
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 187
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Tani” dari Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan dan Kelompok Tani Kedelai “Margo Mulyo” dari Kabupaten Sleman Provinsi DI. Yogyakarta serta 1 orang Mantri Tani yaitu: Made Buanayas, SP dari Kabupaten Klungkung Provinsi Bali. Pada Tanggal 6 Desember 2011 pukul 14.00 WIB diadakan acara temu wicara antara Menteri Pertanian didampingi oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian dan pejabat Eselon I lingkup Kementerian Pertanian serta instansi lain terkait dengan para penerima Penghargaan Ketahanan Pangan termasuk KelompokTani, Mantri Tani dan petugas lain berprestasi tahun 2011 yang bertempat di Aula Kantor Pusat Kementerian Pertanian. Kemudian pada sore hari dilanjutkan acara ramah tamah antara Direktur Jenderal Tanaman Pangan beserta pejabat eselon II lingkup Ditjen TP dengan para petani penerima penghargaan. Pada kesempatan tersebut Direktur Jenderal Tanaman Pangan menyerahkan trophy, uang tunai maupun lainnya kepada seluruh pemenang Penghargaan Ketahanan Pangan tahun 2011. Penetapan pemenang penerima penghargaan Kelompok Tani dan Mantri Tani adalah Keputusan Menteri Pertanian No. 4947/Kpts/KP.450/11/2010 tanggal 2 Desember 2011 tentang Penetapan Penerima Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara Tingkat Nasional Tahun 2011 dan Keputusan Menteri Pertanian No. 4924/Kpts/KP.450/11/2011 tanggal 2 Desember 2011 tentang Penetapan Penerima Penghargaan Ketahanan Pangan Tingkat Nasional Tahun 2011 Kategori Petani, Kelompok Tani, Penyuluh, Aparat Menurut Eselon I Lingkup Kementerian Pertanian. Nama-Nama Kelompok Tani dan Mantri Tani adalah sebagai berikut:
a. Komoditi Padi 1) Kelompok Tani Buyut Musai dari Kabupaten Indramayu, Jawa Barat
2) Kelompok Tani Margo Mulyo dari Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah
3) Kelompok Tani Oryza Sativa dari Kabupaten Aceh Besar, Aceh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 188
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 4) Kelompok Tani Sido Maju II dari Kabupaten Lampung Selatan, Lampung
5) Kelompok Tani Bina Usaha dari Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan
b. Komoditi Jagung 1) Kelompok Tani Karya Tani dari Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan 2) Kelompok Tani Tipas II dari Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat 3) Kelompok Tani Mekar Jaya dari Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat 4) Kelompok Tani Mukti Tani dari Kabupaten Garut, Jawa Barat 5) Kelompok Tani Subak Penaban dari Kabupaten Karang Asem, Bali
c. Komoditi Kedelai 1) Kelompok Tani Margo Mulyo dari Kabupaten Sleman, DI.Yogyakarta 2) Kelompok Tani Margo Tani dari Kabupaten Sampang, Jawa Timur 3) Kelompok Tani Sumber Tirto dari Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah 4) Kelompok Tani Mekar Sari dari Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan 5) Kelompok Tani dari Setia Kawan dari Kabupaten Bungo, Jambi
d. Mantri Tani 1) Made Buanayasa, SP dari Kabupaten Klungkung, Bali 2) Sumarlan SPKP dari Kabupaten Bungo, Jambi 3) H. Suyono, SP dari Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan 4) Koco Setyono, SP dari Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah 5) Sri Hadi A.Md,PP dari Kabupaten Belitung Timur, Bangka Belitung
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 189
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Sedangkan petugas PBT, Petugas POPT-PHP, Analis Benih Produsen/penangkar benih yang mendapat penghargaan dari Menteri Pertanian Republik Indonesia adalah: a. Petugas POPT-PHP 1) Yohanis Parama, SP dari Provinsi Sulawesi Selatan 2) Joko Sadyono, SP dari Provinsi Kalimantan Timur 3) Arnoldus Molo, SP dari Provinsi Nusa Tenggara Timur b. Petugas Pengawas Benih 1) Ir. Purwono Rabito, MP dari Kabupaten Sragen Sukoharjo, Jawa Tengah 2) Fitriyanto Toluhula, SP dari Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo 3) Suyudi, S.Sos dari Kabupaten Sleman, DI. Yogyakarta c. Produsen/Penangkar Benih 1) Suwardi dari Kabupaten Kowane, Sulawesi Tenggara 2) M. Jana dari Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan 3) Drs. Muharaam dari Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan d. Analis Benih 1) Burdah, SP, MP dari Bojong Soang, Bandung, Jawa Barat 2) Sutri dari Palu, Sulawesi Tengah 3) Ir. Defri B. Motulo dari Manado, Sulawesi Utara 6. Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Sesuai Inpres Nomor 7 tahun 1999 mewajibkan setiap instansi pemerintah untuk menyusun laporan akuntabilitas kinerja sebagai wujud pertanggungjawaban atas segala tugas dan kewajiban yang diamanatkan kepadanya. Pada tahun 2011 LAKIP yang disusun adalah LAKIP Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2010, secara umum realisasi pelaksanaan kegiatan telah mencapai kinerja yang cukup baik dan beberapa kegiatan mencapai kinerja diatas 100%. Hasil evaluasi Inspektorat Jenderal Kemtan terhadap LAKIP Ditjen Tanaman Pangan 2010 menetapkan katagori “Baik” dengan nilai 74,25.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 190
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 7. Pelatihan/Sosialisasi Aplikasi SIMONEV Tahun 2011 Kegiatan pelatihan/sosialisasi Aplikasi Simonev dilaksanakan di D.I Yogyakarta dengan peserta sebanyak 120 orang yang terdiri dari peserta Pusat (Direktorat, UPT Pusat dan Balai) dan 33 provinsi yaitu petugas Dinas Pertanian, BPSB, dan BPTPH kecuali Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, BPSBTPH (Sulawesi Tenggara, Maluku, Sulawesi Barat dan Kepulauan Riau), dan BPTPH (Aceh, Kalimatan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Kepulauan Riau) yang tidak hadir. Tim pengajar dan Narasumber dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Rumusan Sosialisasi/Aplikasi SIMONEV adalah sebagai berikut: a. Aplikasi SIMONEV ini telah sesuai dengan struktur program, kegiatan dan output sebagaimana pada Renstra Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2010-2014, dan sudah terintegrasi dengan: Aplikasi RKA-KL Ditjen Anggaran Kemenkeu Aplikasi Renja Bappenas Aplikasi SAI Keuangan dan Perlengkapan Ditjen Tanaman Pangan Kedepan SIMONEV juga dapat on-line dengan aplikasi sistem Monev Bappenas (mengacu pada PP 39/2006) yang saat ini sedang dirancang aplikasinya oleh Bappenas b. Dengan diterapkannya Reward and Punishment sesuai Peraturan Menteri Keuangan No.38/PMK.02/2011 tanggal 2 Maret 2011, terhadap realisasi kegiatan/anggaran, maka petugas SIMONEV dituntut untuk bekerja lebih keras, sistematis, efektif dan efisien. c. Dalam upaya memudahkan pengisian dan penyampaian laporan, serta mengakomodir beberapa informasi yang diperlukan, maka pada tahun 2011 digunakan software SIMONEV yang aplikasinya telah disempurnakan. d. Pelatihan/Sosialisasi dilaksanakan dalam bentuk TOT, setelah itu masing-masing peserta agar melakukan TOT bagi petugas kabupaten/kota di wilayah masing-masing.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 191
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 e. Pemahaman peserta terhadap Sosialisasi/Aplikasi Simonev 2011 cukup baik terbukti dengan tersusunnya laporan perkembangan program/kegiatan periode triwulan I yang masuk sebanyak 80 satker. f. Bedasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi, seperti pada pasal 3 Nomor 1 (b) Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota di wilayah provinsi yang bersangkutan; pasal 3 Nomor 1 (i) Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan di daerah provinsi dan kabupaten/kota. g. Dinas Pertanian Provinsi selaku wakil pemerintah pusat menyusun rekapitulasi laporan realisasi kegiatan dan anggaran dari seluruh satker tingkat provinsi dan kabupaten/kota di wilayah masingmasing. Rekap tersebut disampaikan ke pusat setiap bulan paling lambat tanggal 8 bulan berikutnya. h. Untuk meningkatkan kinerja pelaporan dan evaluasi perlu penyediaan insentif untuk petugas pengelola, penyediaan alat pengolah data/laptop pertemuan secara berkala/triwulan dengan pelaksana/penanggungjawab kegiatan dari seluruh satker provinsi dan kabupaten/kota serta penerapan reward dan punishment atas kinerja pelaporan. Perlu koordinasi dan integrasi antar unit kerja di Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mulai dari aspek perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan terkait dengan sistem pelaporan SAI, SIMONEV, dan SIMAK-BMN baik antar unit kerja di Pusat, maupun antara Pusat dan Daerah. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas laporan kegiatan dan anggaran menuju predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 192
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 8. Perkembangan Kerugian Negara Perkembangan Kerugian Negara (KN) Tahun 2011 sampai dengan akhir Desember 2010 sebesar Rp. 4.890.396.800,50 adapun tambahan KN sampai dengan Desember 2011 sebesar Rp. 12.981.643.350,71 sehingga jumlah KN selama periode JanuariDesember 2011 sebesar Rp. 17.872.040.151,21. Sisa KN posisi Desember 2011 sebesar Rp. 5.094.188.263,91, karena terdapat tindaklanjut sebesar Rp. 12.777.851.887,30 (71,50%). Secara rinci dilaporkan sebagai berikut:
a. Data temuan reguler (Inspektorat Jenderal Kementan dan BPKP) periode Januari s.d Desember 2011 terdapat tambahan KN sebesar Rp. 500.574.421,00 sehingga jumlah KN sebesar Rp. 5.290.649.559,50 dan Sisa KN posisi s.d Desember 2011 sebesar Rp. 4.571.154.686,15, terdapat tindaklanjut sebesar Rp. 719.494.873,35 (13,60%).
b. Data temuan BPK-RI terdapat tambahan KN sebesar Rp. 12.448.269.929,71 dan telah ditindaklanjuti sebesar Rp. 12.025.558.013,95 (96,60%) sehingga sisa KN sebesar Rp. 422.711.915,76.
c. Data temuan Pemeriksaan Khusus Itjen Kementan terdapat tambahan KN sebesar Rp. 32.799.000,00 sehingga jumlah KN sebesar Rp. 133.120.662,00 dan telah ditindaklanjuti sebesar Rp. 32.799.000,00 sehingga sisa KN sebesar Rp. 100.321.662,00 Tabel 51. Data Temuan Kerugian Negara s.d Desember 2011 No.
Temuan
Sisa KN s/d Des 2010
Tambahan KN s.d Des 2011
Jumlah KN s/d Des 2011
Jumlah Tindak Lanjut s/d
Sisa KN s/d %
Des 2011
Des-11 KN
1 Reguler
4.790.075.138,50
500.574.421,00
5.290.649.559,50
719.494.873,35
13,60
4.571.154.686,15
- ITJEN
1.890.805.170,42
366.606.802,00
2.257.411.972,42
366.157.330,20
16,22
1.891.254.642,22
- BPKP
2.899.269.968,08
133.967.619,00
3.033.237.587,08
353.337.543,15
11,65
2.679.900.043,93
2
BPK-RI
-
12.448.269.929,71
12.448.269.929,71
12.025.558.013,95
96,60
422.711.915,76
3
RIKSUS ITJEN
10.032.166.200,00
32.799.000,00
133.120.662,00
32.799.000,00
24,64
100.321.662,00
JUMLAH
4.890.396.800,50
12.981.643.350,71
17.872.040.151,21
12.777.851.887,30
71,50
5.094.188.263,91
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 193
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011
9. Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang mewajibkan pimpinan instansi untuk bertanggungjawab terhadap efektifitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern (SPI). Dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) telah dibentuk Tim Satuan Pelaksanaan Pengendalian Intern (SATLAK-PI) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2011 sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor 27/HK.310/C/4/2011, tanggal 14 April 2011 tentang Pembentukan Tim Satuan Pelaksana Pengendalian Intern (SATLAK-PI) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2011. SATLAK PI diharapkan dapat menjadi penggerak pelaksanaan implementasi SPI diseluruh unit kerja, sehingga diharapkan upaya pencapaian program dan kegiatan tanaman pangan oleh seluruh unit kerja dapat berjalan secara efektif, efisien dan tertib dalam penyelenggaraan pemerintahan, kehandalan laporan keuangan, pengamanan aset dan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan dalam rangka mewujudkan Good Governance. Penerapan SPI dilaksanakan menyatu menjadi bagian integral dari kegiatan Instansi Pemerintah. a. Penyusunan Konsep Petunjuk Pelaksanaan SPI Konsep petunjuk pelaksanaan ini disusun dengan tujuan untuk memberikan panduan bagi Unit Kerja Eselon II, Unit Pelaksana Teknis, dan Satuan Kerja (Satker) lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dalam pelaksanaan SPI dalam rangka pengelolaan Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara (APBN), dana Dekonsetrasi, maupun dana Tugas Pembantuan dan sebagai petunjuk pelaksanaan bagi Tim SPI dalam melakukan penilaian penerapan Sistem Pengendalian Intern di lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Ruang lingkup pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) diharapkan dijabarkan ke dalam masing-
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 194
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 masing Kegiatan Utama di lingkungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, meliputi unsur-unsur berikut:
1) Lingkungan Pengendalian Pimpinan dan seluruh pegawai Direktorat Jenderal Tanaman Pangan harus mampu menciptakan dan memelihara lingkungan dalam keseluruhan organisasi yang menimbulkan perilaku positif dan mendukung terhadap pengendalian intern dan manajemen yang sehat.
2) Penilaian Risiko Pengendalian intern harus mampu memberikan penilaian atas risiko yang dihadapi unit organisasi baik dari luar maupun dari dalam.
3) Kegiatan Pengendalian Kegiatan pengendalian membantu memastikan bahwa arahan pimpinan dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi.
4) Informasi dan Komunikasi Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada pimpinan Instansi Pemerintah dan pihak lain sesuai ketentuan. Informasi disajikan dalam bentuk dan sarana tertentu serta tepat waktu sehingga memungkinkan pimpinan secara berjenjang melaksanakan pengendalian dan tanggung jawabnya.
5) Pemantauan Pengendalian Intern Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja baik secara kualitatif dan kuantitatif dari waktu ke waktu serta memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat segera ditindaklanjuti. b. Penyusunan Laporan Hasil Monitoring Pelaksanaan SPI Monitoring pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) dilaksanakan ke beberapa provinsi dengan hasil sebagai berikut:
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 195
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 1) Belum semua instansi lingkup pertanian di daerah membentuk Tim SPI, hasil inventarisasi data diketahui di tingkat provinsi, dinas yang telah membentuk Tim SPI sebanyak 17, BPSB 14, dan BPTPH 16.
2) Beberapa kelemahan penerapan SPI baik di provinsi/satker daerah pelaksana tugas dekonsentrasi pembantuan, masih relatif sama yaitu:
maupun
tugas
- Masih terjadi kerugian negara yang disebabkan oleh
-
-
-
pimpinan dan penanggungjawab kegiatan belum melaksanakan kegiatan pengendalian secara memadai, seperti misalnya belum dilakukannya reviu oleh pimpinan terhadap capaian kinerja bawahan, pencatatan yang kurang tertib, kegiatan belum dilengkapi dengan Juknis, TOR dan lain-lain. Terjadinya penggunaan anggaran yang tidak efektif, tidak efisien dan tidak tertib umumnya disebabkan oleh jajaran pimpinan yang belum mengkondisikan lingkungan pengendalian yang dapat menjamin pelaksanaan pengendalian kegiatan yang efektif seperti misalnya belum adanya uraian tugas yang jelas terhadap organisasi penunjang yang ditetapkan, belum disusun dan diterapkannya SOP secara memadai serta perencanaan yang kurang cermat. Unsur SDM Satlak PI pada umumnya belum memadai untuk melaksanakan tugas pokok Satlak PI yang handal. Masih ada kerancuan persepsi antara SPI dengan Monev, dan SPI dengan Pengendalian, sehingga pelaksanaan SPI kurang optimal. Masih lemahnya komitmen dari pimpinan unit kerja dalam menyelenggarakan/menerapkan SPI dan memberdayakan Satlak PI.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 196
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 - Tim Satlak belum mensosialisasikan SPI ke tingkat bawah, sehingga belum semua pegawai lingkup Dinas Pertanian memahami arti dari SPI. - Implementasi SPI belum berjalan dengan baik, pada lingkungan pengendalian karena belum adanya pemberian sanksi dalam bentuk pelanggaran kedisiplinan. - Aspek prosedur belum ada SOP Kegiatan, sebagai acuan dalam menjalankan kegiatan. Saran - Untuk Mendorong penerapan SPI pada seluruh unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan serta satker pelaksana Tugas Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan agar mensosialisasikan gerakan SPI antara lain melalui evaluasi SPI, Penilaian Penerapan SPI, Sosialisasi pada UPT dan Satker yang dirasa masih memerlukan. - Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, perlu berkoordinasi secara internal di ingkup Kementerian Pertanian, maupun di luar Kementerian Pertanian untuk memfasilitasi persoalan-persoalan yang terkait dengan pelaksanaan SPI, seperti penyusunan SOP, penyusunan Juklak dan Juknis, penyusunan laporan serta penatausahaan aset maupun keuangan. 10. Rapat Koordinasi Evaluasi Pembangunan Tanaman Pangan Kegiatan Rapat koordinasi Evaluasi dilaksanakan di Batam pada bulan November 2011 dengan realisai 98,38% atau Rp. 232.479.800,- dari pagu anggaran Rp. 236.310.000,-. Hasil dari kegiatan ini diharapkan diperoleh gambaran seberapa jauh keberhasilan/realisasi kegiatan Direktorat Jenderal TP baik dana tugas pembantuan maupun dana dekonsentrasi yang ada di pusat, provinsi maupun kabupaten/kota. Pertemuan Evaluasi Program dan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan Tahun 2011, dihadiri 100 orang peserta yang terdiri dari Sekretaris Dinas, Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan dari seluruh provinsi dan wakil dari Direktorat dan Balai lingkup Direktorat
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 197
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Jenderal Tanaman Pangan. Hasil pertemuan dapat dilaporkan sebagai berikut:
a. Realisasi anggaran APBN 2011 lingkup Satker Ditjen Tanaman Pangan sampai dengan posisi 18 November 2011 mencapai Rp. 1,142 triliun (44,38%) dari pagu Rp. 2,575 triliun, dengan rician sebagai berikut: UPT Pusat mencapai Rp. 10,155 miliar (78,12% dari pagu Rp. 13 miliar), satker Provinsi mencapai Rp. 117,087 miliar (64,21% dari pagu Rp.182,350 miliar) dan satker Dinas Kabupaten/Kota mencapai Rp.478,828 miliar (59,71% dari pagu 801,877 miliar).
b. Realisasi pelaksanaan SL-PTT padi tahun 2011 mencapai 1,744 juta ha (62,75%) dari sasaran seluas 2,779 juta ha, dengan rincian, padi non hibrida mencapai 1,583 juta ha (71,98%) dari sasaran seluas 2,200 juta ha, padi hibrida mencapai 88 ribu ha (38,56%) dari sasaran 229 ribu ha, padi lahan kering mencapai 72 ribu ha (21,00%) dari target 350 ribu ha. Realisasi pelaksanaan SL-PTT jagung hibrida mencapai 152 ribu ha (74,00%) dari sasaran seluas 207 ribu ha. Dan SLPTT kedelai mencapai 196 ribu ha (65%) dari target 300 ribu ha .
c. Realisasi pelaksanaan SL-PHT tahun 2011 mencapai 491 unit atau 98% dari target 505 unit. Sedangkan realisasi pelaksanaan SL Iklim tahun 2011 mencapai 242 unit atau 97% dari target 250 unit.
d. Realisasi bantuan sarana pascapanen tahun 2011, mencapai 348 paket (92%) dari target 378 paket.
e. Realisasi Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) tahun 2011 mencapai 65.992 ribu ton (17,45%) dari 378.205 ton yang terdiri bantuan BLBU padi non hibrida mencapai 45.705 ton atau 83,10% dari target 55 ribu ton, padi hibrida mencapai 1.065 (81,63%) dari target 1.304 ton, padi lahan kering mencapai 6.073 ton (69,41%) dari target 8.750 ton, jagung hibrida mencapai 2.820 ton atau 90,93% dari target 3.101 ton, Kedelai mencapai 10.329 ton atau 86,07% dari target 12.000 ton.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 198
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 f. Penyelesaian tindak lanjut LHP agar ditingkatkan dan dilakukan upaya-upaya percepatan penyelesaian temuan kerugian negara dan temuan administrasi sesuai rekomendasi auditor. Sesuai UU No 15 tahun 2004 pasal 20 ayat (1) dan ayat (5), pasal 26 ayat (2), serta SE Menpan No. SE/02/M.PAN/01/2005, setiap pejabat negara wajib menindaklanjuti laporan hasil pemeriksaan (LHP), pejabat yang diketahui tidak melaksanakan kewajiban tersebut akan menerima sanksi administrasi, pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000 (Lima Ratus Juta Rupiah).
g. Sejalan dengan prinsip anggaran berbasis kinerja, mulai diterapkan sistem reward and punishment dengan unsur penilaian meliputi: capaian produksi, capaian realisasi anggaran, capaian kegiatan utama, tindak lanjut LHP, dan penyampaian laporan keuangan dan manajemen.
h. Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada prinsipnya (dinas provinsi, BPSBTPH, BPTPH) sudah membentuk Tim Satuan Pelaksana Sistem Pengendalian Intern (SPI), bagi daerah yang belum membentuk SATLAK SPI, agar segera membentuk Tim SATLAK, mengingat penilaian oleh aparat pengawas berdasarkan 5 (lima) unsur SPI: (1) Lingkungan Pengendalian, (2) Penilaian Resiko, (3) Kegiatan Pengendalian, (4) Komunikasi dan Informasi, dan (5) Pemantauan dan Pengendalian.
i. Perkiraan realisasi anggaran 2011 sampai dengan akhir tahun dapat mencapai 90-95% dari pagu. Rendahnya perkiraaan realisasi anggaran tersebut antara lain terdapat beberapa kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan terkait revisi penghematan seperti dem farm ubi kayu, dem farm ubi jalar, SL-PTT kacang tanah yang revisinya baru terbit bulan November 2011, serta kegiatan SL-PTT padi hibrida yang disebabkan karena ketidaksiapan beberapa kelompok tani pelaksana, serta keterbatasan waktu pelaksanaan APBN-P.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 199
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 11. Agenda dan Kesimpulan Rapat Kerja, Rapat Dengar Pendapat Kementerian Pertanian dengan DPR-RI/DPD-RI Tahun 2011 a. Rapat Kerja (Raker) Kementan dengan DPR-RI 1) Raker 8 Maret 2011 dengan agenda: a) Evaluasi Pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2010, b) Rencana Kerja Tahun Anggaran 2012. - Komisi IV DPR-RI memberikan apresiasi atas serapan APBN Tahun 2010 Kementerian Pertanian sebesar Rp. 8,03 triliun atas 89,67% dari total pagu APBN tahun 2010 sebesar Rp. 8,95 triliun. Selanjutnya Komisi IV DPR-RI menerima usulan rencana pengajuan RAPBN Kementerian Pertanian Tahun 2012 sebesar Rp. 24,71 triliun untuk penguatan program swasembada pangan. - Komisi IV DPR-RI meminta Kementerian Pertanian untuk memberikan data penerima program PUAP, LM3 dan program bantuan sosial lainnya Tahun Anggaran 2010, dan diserahkan kepada Komisi IV DPR-RI paling lambat 1 (satu) minggu terhitung mulai Rapat Kerja hari ini. Selanjutnya Komisi IV DPR-RI akan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program dimaksud. - Komisi IV DPR-RI menyetujui rencana revisi APBN Tahun 2011 Kementerian Pertanian sebesar Rp. 440 miliar yang semula dialokasikan untuk revitalisasi Gernas Kakao sebesar Rp. 400 miliar dan kegiatan Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFFE) sebesar Rp. 40 miliar, yang direncanakan direalokasikan untuk membiayai (a) penguatan perkarantinaan sebesar Rp. 150 miliar; (b) sarana dan alat pengolahan penepung sebesar Rp. 50 mliar; (c) alsintan rice transplanter sebesar Rp. 100 miliar; (d) dryer sebesar Rp. 100 miliar; (e) sarana penanganan cabe, bawang merah dan hortikultura sebesar Rp. 20 miliar; dan (f) penanganan rabies sebesar Rp. 20 miliar.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 200
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 - Komisi IV DPR-RI menerima usulan rencana penggunaan anggaran penghematan APBN Tahun 2011 Kementerian Pertanian sebesar Rp. 1,457 triliun untuk digunakan pada APBN Tahun 2011, mengenai program/ kegiatannya akan dibahas pada Rapat Kerja/Rapat Dengar Pendapat selanjutnya. 2) Raker 31 Maret 2011 dengan agenda: Membahas Usulan Anggaran Kementerian Pertanian Tahun 2011 sesuai Surat Menteri Pertanian No. 174/KU/210/M/3/2011 Tanggal 18 Maret 2011. - Komisi IV DPR-RI menyetujui usulan alokasi penghematan anggaran kementerian/lembaga Tahun Anggaran 2011 sebesar 10% sesuai Surat Edaran Menteri Keuangan No. S522/MK.2/2010 tanggal 3 Desember 2010 dan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2011 sebesar Rp. 1,457 triliun yang digunakan untuk program peningkatan produksi beras surplus 10 juta ton, yang meliputi kegiatan: pengendalian hama penyakit dan pengadaan pestisida; pengadaan dan operasional alat pengolahan dan pengeringan; Bantuan Langsung Pupuk (BLP); penyediaan dan perbanyakan benih unggul; diseminasi dan pengawalan inovasi teknologi untuk peningkatan produksi padi; penyediaan informasi dampak perubahan iklim; penyuluhan; pendampingan gerakan percepatan tanam; rehabilitasi lahan pertanian dan revitalisasi saluran tersier; dryer dan transplanter; perangkat uji tanah sawah dan alat pengukur unsur iklim; dan diversifikasi pangan. - Komisi IV DPR-RI mendukung usulan Kementerian Pertanian untuk menunda kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 201
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 pupuk bersubsidi tahun 2011 dengan konsekuensi pengurangan volume pupuk bersubsidi dari 11,282 juta ton menjadi 9,885 juta ton dengan rincian sebagai berikut: pupuk urea semula 5,82 juta ton menjadi 5,10 juta ton; pupuk non urea semula 4,37 juta ton menjadi 3,95 juta ton; dan pupuk organik semula 1,092 juta ton menjadi 835.000 ton. - Komisi IV DPR-RI mendukung usulan Kementerian Pertanian untuk menurunkan HET pupuk orhanik yang semula Rp. 700,-/kg menjadi Rp. 500,-/kg untuk mendorong penggunaan pupuk organik dan mengurangi ketergantungan pupuk an-organik, dengan memperhatikan keberadaan produsen pupuk organik non subsidi. - Komisi IV DPR-RI menerima usulan Kementerian Pertanian terhadap kurang bayar subsidi pupuk tahun 2009 sebesar Rp. 1,967 triliun diupayakan melalui APBN-P Tahun Anggaran 2011. - Komisi IV DPR-RI menyetujui alokasi Cadangan Benih Nasional (CBN) dan Subsidi Benih Tahun Anggaran 2011 kepada PT Sang Hyang Seri (Persero) dan PT Pertani (Persero). 3) Raker 9 Juni 2011 dengan agenda: a) Membahas Tindak Lanjut Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II BPK RI Tahun 2010, b) Evaluasi Pelaksanaan APBN Tahun 2011, c) RKA-KL dan RKP-K/L Tahun 2012. - Komisi IV DPR-RI meminta kepada Kementerian Pertanian agar APBN Tahun 2011 memprioritaskan realisasi programprogram pro rakyat yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan petani. Selanjutnya Komisi IV DPR-RI meminta agar dalam pelaksanaan program disertai peningkatan pengawasan baik di tingkat pusat maupun di daerah.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 202
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 - Komisi IV DPR-RI meminta Pemerintah agar rencana revisi APBN Tahun 2011 Kementerian Pertanian sebesar Rp. 440 miliar yang semula dialokasikan untuk kegiatan Gernas Kakao sebesar Rp. 400 miliar dan kegiatan MIFFE sebesar Rp. 40 miliar untuk tetap digunakan sesuai keputusan Rapat Kerja Komisi IV DPR-RI dengan Kementerian Pertanian pada tanggal 8 Maret 2011. - Komisi IV DPR-RI menugaskan Anggota Badan Anggaran Komisi IV DPR-RI untuk memperjuangkan penggunaan anggaran eks pengurangan kuantum pupuk urea bersubsidi sebesar 1 juta ton pada APBN Tahun 2011 setara Rp. 1 triliun, agar dapat digunakan sesuai dengan keputusan Rapat Kerja Komisi IV DPR-RI dengan Menteri Pertanian pada hari Rabu tanggal 15 Desember 2010. - Komisi IV DPR-RI menyetujui rencana penggunaan anggaran penghematan APBN Tahun 2011 Kementerian Pertanian sebesar Rp. 1,457 triliun, mengenai program/kegiatannya akan dibahas pada Rapat Kerja/Rapat Dengar Pendapat selanjutnya. - Komisi IV DPR-RI meminta Kementerian Pertanian agar dalam menyusun kegiatan dan program kerja konsisten dengan rencana strategis yang telah ditetapkan dan dalam RAPBN 2012 Kementerian Pertanian dapat mengakomodir usulan program dan kegiatan dari hasil kunjungan lapangan Komisi IV DPR-RI serta usulan dari berbagai daerah yang disampaikan kepada Komisi IV DPR-RI sesuai dengan skala prioritas nasional. - Komisi IV DPR-RI mendukung kenaikan anggaran RAPBN Kementerian Pertanian Tahun 2012 untuk kegiatan benih, pupuk, dan pemulihan kesuburan lahan dengan mekanisme Public Service Obligation (PSO).
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 203
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 - Komisi IV DPR-RI menerima usulan Pagu Indikatif Kementerian Pertanian pada RAPBN Tahun 2012 sebesar Rp. 17.146.775.400.000,- namun demikian mempertimbangkan masih adanya program/kegiatan yang belum tertampung dan belum menjamin pencapaian sasaran maka Komisi IV DPR-RI menerima usulan anggaran tambahan guna mempercepat peningkatan nilai tambah dan daya saing serta mencapai swasembada dan kedaulatan pangan. Usulan tersebut selambat-lambatnya diserahkan kepada Komisi IV DPR-RI pada tanggal 10 Juni 2011 untuk selanjutnya disampaikan kepada Badan Anggaran DRP-RI dalam pembahasan pendahuluan. 4) Raker 11 Juli 2011 dengan agenda: a) Membahas Perubahan RKA-KL pada APBN-P Tahun 2011, b) Penyempurnaan Alokasi Anggaran menurut fungsi, program dan kegiatan K/L Tahun 2012, c) Laporan Keuangan Negara Tahun 2010. - Komisi IV DPR-RI meminta Kementerian Pertanian untuk menyelesaikan berbagai temuan BPK-RI atas Laporan Keuangan Negara Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2010. - Komisi IV DPR-RI memberikan apresiasi atas serapan APBN Tahun 2011 Kementerian Pertanian sampai dengan tanggal 30 Juni 2011 sebesar Rp. 344.729.521.507 atau 25,98% dari Pagu APBN Tahun 2011 sebesar Rp. 16.724.401.700.000,-. Selanjutnya Komisi IV DPR-RI memberikan tanda bintang terhadap Anggaran Gernas Kakao sebesar Rp. 400 miliar dan MIFFE sebesar Rp. 40 miliar sampai dengan Pemerintah merealokasikan anggaran tersebut sesuai dengan Keputusan Rapat Kerja tanggal 9 Juni 2011. - Komisi IV DPR-RI menerima usulan APBN-P Tahun 2011 Kementerian Pertanian sebesar Rp. 3,71 triliun, dan selanjutnya dalam pelaksanaan Program APBN-P Tahun 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 204
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 dimaksud akan dibahas bersama Kementerian Pertanian terkait.
dengan
Eselon
I
- Komisi IV DPR-RI menerima usulan Pagu Sementara RAPBN T.A. 2012 Kementerian Pertanian sebesar Rp. 17.761.179.302.000,- dengan rincian: Rupiah Murni sebesar Rp. 17.382.937.041.000, PNBP sebesar Rp. 85.185.461.000, PHLN sebesar Rp. 293.056.800.000,Selanjutnya Komisi IV DPR-RI mendukung usulan penambahan anggaran Kementerian Pertanian Tahun 2012 sebesar Rp. 7.574.000.000.000,-. Sedangkan mengenai program dan kegiatan akan dibahas lebih lanjut dengan Komisi IV DPR-RI. - Komisi IV DPR-RI meminta agar Pemerintah mereviu dan/atau merevisi Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri Pertanian dalam rangka memberikan payung hukum terhadap seluruh program pemberdayaan masyarakat dan program pembangunan sektor pertanian sesuai rencana strategis Kementerian Pertanian untuk mendukung swasembada pangan berkelanjutan. - Komisi IV DPR-RI dan Kementerian Pertanian sepakat bahwa dalam rangka standarisasi kualitas dan peningkatan keberhasilan program, mekanisme penyaluran program pemberdayaan masyarakat terkait dengan Alsintan dan UPPO dilakukan secara terpusat. Untuk itu Komisi IV DPR-RI memberikan tanda bintang terhadap anggaran terkait, sampai dengan mekanismenya disesuaikan. - Komisi IV DPR-RI menugaskan kepada Badan Anggaran Komisi IV DPR-RI untuk mengusulkan dan mengawal program anggaran yang terkait dengan program swasembada pangan berkelanjutan termasuk programprogram intensifikasi dalam rangka mendukung surplus beras
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 205
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 10 juta ton, sesuai dengan rencana strategis pembangunan sektor pertanian. 5) Raker 15 September 2011 dengan agenda: a) Membahas Penyerapan APBN Tahun 2011, b) Membahas Pelaksanaan APBN-P Tahun 2011, c) Membahas RKA-KL Tahun 2012. - Komisi IV DPR-RI memahami penyerapan APBN Tahun 2011 Kementerian Pertanian sampai dengan 31 Agustus 2011 sebesar Rp. 7.135.373.171.076,- atau 42,28% dari Pagu APBN Tahun 2011 sebesar Rp. 17.099.081.960.00,-. Namun demikian Komisi IV DPR-RI meminta Kementerian Pertanian agar meningkatkan efisiensi dan efektivitas anggaran untuk melaksanakan program dan kegiatan prioritas yang telah disepakati bersama Komisi IV DPR-RI. - Komisi IV DPR-RI menerima usulan perubahan anggaran pada APBN-P Tahun 2011 Kementerian Pertanian sesuai Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-442/MK.02/2011 tanggal 8 Agustus 2011 sebesar Rp. 637 miliar. Selanjutnya pendistribusian program dan kegiatannya aga mengakomodir aspirasi masyarakat yang disampaikan melalui Anggota Komisi IV DPR-RI, dan akan dibahas lebih lanjut antara Komisi IV DPR-RI dengan Eselon I. - Komisi IV DPR-RI memahami perkemabangan realisasi anggaran Alsintan dan UPPO yang tidak memungkinkan penatalaksanaannya untuk dipusatkan pada Tahun Anggaran 2011, oleh karenanya Komisi IV DPR-RI mencabut pembintangan atas anggaran tersebut. Selanjutnya Komisi IV DPR-RI juga melakukan pencabutan pembintangan anggaran Gernas Kakao dikarenakan adanya pemahaman yang berbeda tentang kewenangan penganggaran oleh Menteri Keuangan yang diatur di dalam peraturan perundangan. - Komisi IV DPR-RI menerima Rancangan RKA-KL Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2012 berdasarkan Nota Keuangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 206
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 dan RAPBN Tahun 2012 dan Surat Edaran Menteri Keuangan No. 215/KMK.02/2011 tanggal 30 Juni 2011 sebesar Rp. 17.761.179.320.000,- dengan rincian: Rupiah Murni sebesar Rp. 17.382.936.002.000, PNBP sebesar Rp. 85.185.500.000, PHLN sebesar Rp. 293.056.800.000,Selanjutnya Komisi IV DPR-RI menerima dan akan memperjuangkan usulan tambahan anggaran Kementerian Pertanian sebesar Rp. 6,96 triliun yang RKA-KL-nya akan dibahas secara terperinci dengan masing-masing Eselon I. - Sejalan dengan penerimaan pagu sementara dan dukungan terhadap program swasembada pangan berkelanjutan, Komisi IV DPR-RI sepakat agar Pemerintah melalui Kementerian Pertanian mengurangi importasi sapi, daging sapi, dan berbagia komoditas pangan lainnya antara lain beras, jagung, kedelai dan gula. - Komisi IV DPR-RI sepakat dengan Kementerian Pertanian agar pada Tahun Anggaran 2012 mempertimbangkan pembangunan terminal induk agribisnis modern, pengembangan sentra industri perbenihan/pembibitan, dan pengembangan kawasan sentra produksi dan industri pangan dengan melibatkan petani, Pemerintah Daerah dan BUMN. - Komisi IV DPR-RI sepakat dengan Kementerian Pertanian apabila terdapat penambahan anggaran di luar Nota Keuangan, penggunaannya harus diputuskan melalui Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR-RI, termasuk untuk membahas kriteria teknis Dana Alokasi Khusus (DAK) dalam rapat pembahasan anggaran yang akan datang. - Komisi IV DPR-RI mengingatkan kembali hasil Rapat Kerja pada tanggal 11 Juli 2011, untuk mereviu Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan-peraturan Menteri Pertanian yang diperlukan untuk memberikan payung
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 207
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 hukum pelaksanaan program-program yang membutuhkan mekanisme penyaluran anggaran dengan mekanisme Public Service Obligation (PSO). - Komisi IV DPR-RI sepakat dengan Kementerian Pertanian, untuk memberikan nilai tambah peternak perlu dipersiapkan prasarana dan sarana pada sentra ternak termasuk prasarama dan sarana untuk mendukung program penyelamatan sapi betina produktif dan insentif sapi betina bunting yang melahirkan. 6) Raker 24 Oktober 2011 dengan agenda: a) Penyesuaian RKA-KL Tahun 2012, b) Tindak Lanjut Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK Semester I Tahun 2011. - Komisi IV DPR-RI menyetujui Pagu Anggaran RAPBN Tahun Anggaran 2012 Kementerian Pertanian sesuai Keputusan Keuangan No, 215/KMK.02/2011 tanggal 30 Juni 2011 sebesar Rp. 17.761.179.302.000,- dengan sumber dana dari: Rupiah Murni sebesar Rp. 17.382.936.002.000, PNBP sebesar Rp. 85.185.500.000, PHLN sebesar Rp. 293.056.800.000,Selanjutnya Komisi IV DPR-RI akan melakukan pembahasan secara terperinci yang berkaitan dengan fungsi, program dan kegiatan dengan Eselon I Kementerian Pertanian tertentu. - Komisi IV DPR-RI menyetujui penggunaan tambahan anggaran optimalisasi untuk perluasan areal jagung melalui bantuan benih jagung hibrida sebesar Rp. 70 miliar. Selanjutnya Komisi IV DPR-RI menyetujui usulan tambahan pagu anggaran dalam RAPBN Tahun 2012 Kementerian Pertanian sebesar Rp. 6,95 triliun untuk mendapatkan alokasi di Badan Anggaran DPR-RI. - Komisi IV DPR-RI sepakat dengan Kementerian Pertanian untuk membentuk Tim Evaluasi terhadap penggunaan benih
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 208
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 padi hibrida dalam rangka mengutamakan benih yang diproduksi penangkar lokal. - Komisi IV DPR-RI sepakat dengan Kementerian Pertanian untuk melakukan penegakan hukum terhadap larangan pemotongan sapi betina produktif dan sapi betina bunting sesuai dengan UU No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. - Komisi IV DPR-RI meminta Kementerian Pertanian melakukan evaluasi terhadap Program Penyelia Mitra Tani (PMT) dan Program MIFFE pada Tahun Anggaran 2011 untuk dilaporkan kepada Komisi IV DPR-RI selambat-lambatnya bulan Desember 2011. - Komisi IV DPR-RI meminta Kementerian Pertanian untuk menindaklanjuti anggaran eks pengurangan kuantum subsidi pupuk anorganik Tahun Anggaran 2011 sebesar Rp. 814,47 miliar yang merupakan kesimpulan Badan Anggaran DPR-RI dengan Pemerintah yang diwakili oleh Menteri Keuangan dan Bank Indonesia dalam rangka pembicaraan Tingkat I RUU tentang Perubahan Atas UU No. 10 Tahun 2010 tentang APBN T.A. 2011 tanggal 5 s.d 22 Juli 2011, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari UU No. 11 Tahun 2011 tentang APBN-P Tahun 2011, untuk penggunaan Bio Dekomposer sebesar Rp. 500 miliar dan sebesar Rp. 314,47 miliar untuk pupuk lainnya (NPK, POG dan POC), agar dilaksanakan dengan pola subsidi 99%. - Komisi IV DPR-RI meminta Kementerian Pertanian untuk segera menindaklanjuti temuan hasil pemeriksaan BPK Semester I Tahun 2011 termasuk hasil temuan BPK yang belum ditindaklanjuti pada tahun-tahun sebelumnya. 7) Raker 22 Nopember 2011 dengan agenda: a) Pencapaian ekstensifikasi/ perluasan areal pertanian, b) Pencapaian target produksi padi dan angka ramalan III.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 209
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 - Komisi IV DPR-RI meminta rincian realisasi program pencetakan sawah baru tahun 2010 dan 2011 dalam rangka pengawalan terhadap upaya ekstensifikasi lahan untuk mendukung swasembada pangan berkelanjutan. - Komisi IV DPR-RI akan mengadakan rapat gabungan dengan Kementerian Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kehutanan, Kementerian Dalam Negeri, dan Badan Pertahanan Nasional untuk membahas perluasan lahan dalam rangka meningkatkan perluasan areal tanam dan produktivitas padi untuk mendukung pencapaian swasembada pangan. - Komisi IV DPR-RI meminta Kementerian Pertanian mendorong intensifikasi lahan dalam rangka mengamankan target produksi padi dan surplus beras berkelanjutan dengan penyaluran benih dan pupuk tepat waktu melalui mekanisme subsidi dan/atau Public Service Obligation (PSO), pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), dan pelaksanaan program Pemulihan Kesuburan Lahan Sawah Berkelanjutan (PKLSB) secara konsisten. b. Rapat Kerja (Raker) Kementan dengan DPD-RI 1) Raker 13 Juni 2011 dengan agenda: Pokok-pokok Kebijakan Di Bidang Pertanian Dalam RAPBN TA 2012 Dan RAPBN-P TA 2011. - DPD-RI mengapresiasi capaian pembangunan di bidang pertanian. Tantangan pembangunan pertanian, terutama swasembada pangan bagi komoditas strategis, harus dihadapi bersama melalui pemantapan tata kelola pusatdaerah dan sinergi antarsektor, iklim usaha yang kondusif melalui kemudahan kredit usaha dan investasi, serta peningkatan peran BULOG secara efektif. - Sebagai negara agraris, DPD-RI mengharapkan Kementerian Pertanian untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan perlindungan petani dalam rangka peningkatan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 210
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 kesejahteraan masyarakat, yang sebagian besar hidup dari sektor pertanian. Salah satu upaya yaitu melalui pembentukan undang-undang mengenai perlindungan dan pemberdayaan petani. - Disamping DAK senilai Rp. 1,8 triliun, Kementerian Pertanian mendapat pagu indikatif TA 2012 senilai Rp. 17,14 triliun, hanya meningkat 2,52% dari alokasi TA 2011. Pagu indikatif ini masih lebih rendah dari usulan Kementerian Pertanian senilai Rp. 24,72 triliun. Adapun pada RAPBN-P 2011, Kementerian Pertanian mengusulkan tambahan anggaran sebesar Rp. 5, 59 triliun. DPD-RI mendukung peningkatan alokasi anggaran bidang pertanian guna mengoptimalkan kesejahteraan petani. - DPD-RI memberikan masukan kepada Kementerian Pertanian, antara lain: Peningkatan sarana bendungan, irigasi, dan kawasan persawahan serta sarana rumah potong hewan. Sosialisasi subsidi bungan KUR agar ditingkatkan. Kemudahan prosedur bagi petani untuk mendapatkan KUR, termasuk fasilitas pembiayaan dari perbankan syariah. Peningkatan subsidi pupuk dan benih bagi petani, serta pengkajian sistem distribusinya agar dapat langsung diterima oleh petani. Mekanisme pengadaan bibit dan pupuk bersubsidi belum optimal dan perlu pengawasan terhadap standar kualitas pupuk. Perlindungan petani dari fluktuasi harga jual, antara lain melalui community development di setiap provinsi dan kabupaten/kota untuk stabilitas harga. Anstisipasi hama sehingga tidak menghambat pencapaian target produksi pertanian. Peremajaan perkebunan pada sentra kelapa dan coklat di daerah.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 211
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Embargo sapi dari Australia agar dijadikan momentum untuk pemenuhan kebutuhan sapi dari dalam negeri. Perkebunan dan pabrik pengolahan komoditas pala masih minim sehingga perlu ditingkatkan. Pemenuhan sarana dan prasarana bagi penyuluh pertanian antara lain kendaraan bermotor terutama bagi daerah yang jarak tempuhnya jauh. Pembangunan infrastruktur pertanian di daerah yang kekurangan sumber air harus terintegrasi dengan sektor lainnya. Perlu peningkatan peran stasiun pemantau untuk memantau perubahan iklim yang ekstrim. Pengelolaan pertanian berbasis RTRW harus segera direalisasikan. Kegiatan pascapanen perlu ditingkatkan sehingga pemasaran produk pertanian dapat memberikan keuntungan secara optimal bagi petani. Peningkatan anggaran untuk revitalisasi pabrik gula. - Kementerian Pertanian mengharapkan dukungan dari Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota, melalui DPD-RI terhadap beberapa hal, antara lain: Menindaklanjuti UU Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Pangan Berkelanjutan dalam bentuk Perda penetapan lahan pertanian pangan, implementasi, dan pengawasan pelaksanaannya. Menerbitkan Perda yang kondusif bagi dunia usaha pertanian. Pembangunan pertanian berbasis kawasan sentra produksi. Mengintensifkan pendampingan penyuluh dan petugas lapangan. Meningkatkan akses petani/peternak kepada sumber permodalan. Memperbesar dukungan kontribusi APBN untuk pertanian.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 212
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Meningkatkan konsumsi pangan lokal dalam rangka diversifikasi pangan. - DPD-RI dan Kementerian Pertanian memandang penting fungsi pengawasan terhadap APBN. Untuk itu, DPD-RI mengharapkan Kementerian Pertanian dapat memberikan data program strategis dan pagu indikatif untuk setiap provinsi dan kabupaten/kota, baik RAPBN 2012 maupun RAPBN-P 2011, sebagai bahan penyusunan pertimbangan DPD-RI terhadap RAPBN 2012 dan RAPBN-P 2011, sekaligus sebagai bahan pengawasan di daerah. - DPD-RI sangat menghargai penjelasan yang disampaikan Kementerian Pertanian. Hasil Rapat Kerja ini akan dijadikan sebagai bahan dalam penyusunan pertimbangan DPD-RI terhadap RAPBN 2012 dan RAPBN-P 2011. Hal-hal yang berkembang menjadi catatan dalam perbaikan kebijakan di bidang pertanian. Hal-hal yang terperinci akan dijawab secara tertulis. 2) Raker 12 Oktober 2011 dengan agenda: membahas/ mendiskusikan program kerja Kementerian Pertanian dan mendiskusikan berbagai aspirasi masyarakat di daerah. - Komite II DPD-RI sangat menghargai penjelasan yang disampaikan Menteri Pertanian beserta jajarannya mengenai program kerja dan tindak lanjut aspirasi masyarakat daerah. Adapun hasil dari Rapat Kerja ini akan dijadikan bahan Komite II sesuai tugas dan fungsi DPD-RI dalam melaksanakan pengawasan program Kementerian di daerah. - Komite II DPD-RI mendukung upaya Kementerian Pertanian untuk meningkatkan pagu anggaran yang diperlukan pada tahun 2012. Dukungan ini diwujudkan dalam bentuk rekomendasi kepada Komite IV DPD-RI dan Badan Anggaran DPR-RI untuk melakukan Rapat Kerja secara terpisah dengan Kementerian Pertanian untuk membahas peningkatan pagu
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 213
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 anggaran Kementerian Pertanian. Peningkatan pagu anggaran ini penting untuk dapat mencapai sasaran rencana strategis Kementerian Pertanian tahun 2012, yaitu: a) Peningkatan Produk Domestik Bruto sebesar 3,69%; b) Peningkatan penyerapan tenaga kerja pertanian sebesa 44,5 juta orang; c) Mempertahankan Indeks Nilai tukar Petani yang ditargetkan sebesar 105-110; dan d) Peningkatan surplus perdagangan pertanian sebesar US$ 36,5 miliar. - Komite II DPD-RI dan Kementerian Pertanian menyepakati untuk memperhatikab persoalan yang dihadapi oleh petani di daerah, antara lain: Keterlambatan distribusi pupuk dan benih kepada petani di daerah; Minimnya akses kelompok petani perempuan kepada bantuan pertanian; Sulitnya pengurusan izin penangkaran benih; Monopoli pengadaan obat-obatan pertanian oleh perusahaan tertentu; Persoalan minimnya infrastruktur irigasi sebagai sarana pendukung pertanian; dan Minimnya alokasi tenaga harian lepas dokter hewan serta petugas penyuluh lapangan pertanian. - Komite II DPD-RI dan Kementerian Pertanian menyepakati untuk mendukung upaya bersama dalam pengawasan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di daerah serta pengawasan terhadap pelaksanaan program strategis pertanian lainnya. - Komite II DPD-RI dan Kementerian Pertanian menyepakati bahwa Kementerian Pertanian akan mengirimkan Program Kerja dan Alokasi Anggaran Kementerian Pertanian tahun 2012 kepada Komite II DPD-RI segera setelah disahkan oleh DPR-RI.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 214
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 - Komite II DPD-RI dan Kementerian Pertanian menyepakati untuk melakukan sosialisasi pemahaman program Kementerian Pertanian di daerah bersama Anggota DPD-RI yang mewakili provinsinya demi peningkatan pembangunan pertanian di masa yang akan dating. - Komite II DPD-RI dan Kementerian Pertanian menyepakati untuk melakukan kerjasama lainnya, khususnya terkait dengan bidang tugas Komite II DPD-RI dalam rangka menindaklanjuti aspirasi dan kepentingan daerah. Disamping itu, Komite II DPD-RI dan Menteri Pertanian juga menyepakati apabila terdapat hal-hal yang memerlukan penjelasan lebih lanjut, maka Anggota Komite II DPD-RI dapat menyampaikan secara langsung permasalahan yang terjadi di daerah kepada Menteri Pertanian dan jajarannya. c. Rapat Dengar Pendapat (RDP) Direktur Jenderal Tanaman Pangan dengan Komisi IV DPR-RI 1) RDP 7 Juni 2011 dengan agenda: Membahas Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Tahun 2010 dan 2011 serta Pendalaman RKA-KL dan RKP-KL Tahun 2012 Kementerian Pertanian Tahun 2012. - Komisi IV DPR-RI mengapresiasi pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2010 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Hortikultura, Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, dan Badan Karantina Pertanian. - Komisi IV DPR-RI meminta Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Hortikultura, Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Prasarana dan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 215
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Sarana Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Badan Ketahanan Pangan, dan Badan Karantina Pertanian agar dalam pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2011 memperhatikan target pencapaian realisasi anggaran, terutama pada target yang tidak tercapai pada APBN Tahun 2010. - Komisi IV DPR-RI menerima penjelasan rencana alokasi anggaran APBN Tahun 2012 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Hortikultura, Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Badan Ketahanan Pangan, dan Badan Karantina Pertanian. Selanjutnya Komisi IV DPR-RI akan membahas lebih lanjut dengan Menteri Pertanian. - Komisi IV DPR-RI menampung usulan tambahan anggaran Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, dan Badan Karantina Pertanian untuk mempercepat peningkatan nilai tambah dan daya saing untuk mencapai swasembada dan kedaulatan pangan. - Komisi IV DPR-RI menyetujui usulan program dan anggaran yang konsisten dengan rencana strategis pembangunan sektor pertanian antara lain mendukung swasembada pangan yang ditingkatkan menuju kedaulatan pangan melalui kegiatan pemulihan kesuburan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 216
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 lahan berkelanjutan, dan kegiatan benih dan pupuk untuk petani dengan mekanisme Public Service Obligation (PSO). 2) RDP 21 September 2011 dengan agenda: a) Membahas Penyerapan APBN Tahun 2011, b) Membahas Pelaksanaan APBN-P Tahun 2011, c) Membahas RKA-KL Tahun 2012. - Komisi IV DPR-RI memahami penyerapan APBN Tahun 2011 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura, dan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian sampai dengan bulan Agustus 2011 sebagai berikut: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebesar Rp. 918.333.614.879,- atau 40,66% dari Pagu APBN Tahun 2011 sebesar Rp. 2.258.710.384.000, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sebesar Rp. 2.612.371.226.518,- atau 55,24% dari Pagu APBN Tahun 2011 sebesar Rp. 4.729.377.001.000, Direktorat Jenderal Hortikultura sebesar Rp. 242.560.493.845,- atau 46,98% dari Pagu APBN Tahun 2011 sebesar Rp. 516.310.000.000, Direktorat Jenderal Perkebunan sebesar Rp. 620.138.351.390,- atau 31,30% dari Pagu APBN Tahun 2011 sebesar Rp. 1.981.018.000.000,Selanjutnya Komisi IV DPR-RI sepakat dengan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura dan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian agar mengoptimalkan penggunaan anggaran untuk melaksanakan program dan kegiatan. - Komisi IV DPR-RI menerima usulan perubahan anggaran pada APBN-P Tahun 2011 Kementerian Pertanian sesuai
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 217
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE442/MK.02/2011 tanggal 8 Agustus 2011 sebagai berikut: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebesar Rp. 265 miliar Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sebesar Rp. 40 miliar Direktorat Jenderal Hortikultura sebesar Rp. 102 miliar. Selanjutnya pendistribusian program dan kegiatannya agar mengakomodir aspirasi masyarakat yang disampaikan melalui Anggota Komisi IV DPR-RI. - Komisi IV DPR-RI menerima usulan Rancangan RKA-K/L Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura dan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanuan Tahun Anggaran 2012, dengan alokasi sebagai berikut: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebesar Rp. 3.045.491.991.000, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sebesar Rp. 4.479.720.700.000, Direktorat Jenderal Hortikultura sebesar Rp. 531.888.300.000, Direktorat Jenderal Perkebunan sebesar Rp. 1.488.774.700.000,Selanjutnya Komisi IV DPR-RI menerima usulan penambahan pagu anggaran Eselon I terkait yang belum tertampung dalam RAPBN Tahun 2012 Kementerian Pertanian. - Komisi IV DPR-RI sepakat dengan Kementerian Pertanian untuk membahas lebih lanjut RKA-K/L Tahun 2012 secara terperinci bersama Eselon I termasuk penyusunan kriteria teknis Dana Alokasi Khusus (DAK) Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2012.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 218
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 3) RDP 21 November 2011 dengan agenda: Membahas RKA-K/L Tahun 2012. - Komisi IV DPR-RI menyetuji RKA-K/L Tahun 2012 Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura, Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Badan Ketahanan Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, serta Badan Karantina Pertanian sebagai berikut: Sekretariat Jenderal sebesar Rp. 677.335.207.000, Inspektorat Jenderal sebesar Rp. 70.489.900.000, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sebesar Rp. 4.479.720.700.000, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebesar Rp. 3.115.491.991.000, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sebesar Rp. 2.598.880.400.000, Direktorat Jenderal Perkebunan sebesar Rp. 1.488.774.700.000, Direktorat Jenderal Hortikultura sebesar Rp. 581.888.300.000, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian sebesar Rp. 519.623.100.000, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian sebesar Rp. 419.377.621.000, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian sebesar Rp. 1.436.952.800.000, Badan Ketahanan Pangan sebesar Rp. 695.250.000.000,-
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 219
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Badan Karantina 747.394.583.000,-
Pertanian
sebesar
Rp.
Dengan catatan untuk anggaran bantuan social akan dievaluasi lebih lanjut. - Komisi IV DPR-RI sepakat dengan Kementerian Pertanian agar memprioritaskan program-program kerakyatan dan bantuan social bidang pertanian serta berbagai aspirasi masyarakat melalui Anggota Komisi IV DPR-RI dan usulan daerah yang disampaikan pada saat kunjungan kerja Komisi IV DPR-RI agar dituangkan dalam pedoman umum, dan dimasukkan dalam program Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2012. 12. Laporan UKP4 Sesuai Inpres No. 14 Tahun 2011 tentang Percepatan Prioritas Pembangunan Nasional, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memiliki tanggung jawab melaksanakan satu rencana aksi yaitu N5P26A7: penyaluran bantuan dan subsidi benih tanaman pangan dengan dua kriteria keberhasilan yang meliputi: a. Tersalurnya bantuan dan subsidi benih tanaman pangan dengan ukuran keberhasilan: penyaluran Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) 80.000 ton, Cadangan Benih Nasional (CBN) padi 17.000 ton dan subsidi harga benih 68.000 ton. b. Luas lahan tanaman padi, jagung dan kedelai yang menerapkan PTT dengan ukuran keberhasilan: pelaksanaan SL-PTT padi, jagung dan kedelai seluas 3,2 juta ha. Realisasi Pelaksanaan: a. Penyaluran Bantuan Subsidi Benih Tanaman Pangan - Realisasi penyaluran BLBU masing-masing check point yaitu: B04 mencapai 100% dengan kegiatannya berupa penyiapan perangkat peraturan yang mengatur penyaluran BLBU (Perpres No. 14/2011, Permentan No. 15/SR.120/3/2011, Keputusan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 220
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Direktur Jenderal Tanaman Pangan No.23/HK.310/C/4/2011); B06 24.772 ton (76,02%); B09 51.409 ton (104,54%) dan B12 80.000 ton (100%) dari target. - Penyaluran CBN padi pada B04 mencapai 9.186 ton; B06 14.382 ton; B09 17.193 ton; dan B12 20.899 ton dari rencana penugasan 17.000 ton. Penyaluran CBN sesuai dengan keadaan/kondisi bencana, tidak ada target bulanan. - Realisasi penyaluran benih subsidi harga B04 mencapai 2.493 ton; B06 20.330 ton; B09 25.809 ton; dan B12 70.068 ton dari rencana 68.000 ton. Penyaluran benih subsidi harga sesuai kondisi pasar, juga tidak ada target bulanan, benih yang disalurkan terdiri dari padi non hibrida, jagung komposit, jagung hibrida dan kedelai. b. Pelaksanaan SL-PTT Padi, Jagung dan Kedelai Pelaksanaan SL-PTT padi, jagung dan kedelai B04 mencapai 239 ribu ha (98,91%); B06 1,070 juta ha (81,56%); B09 2,097 juta ha (101,04%); dan B12 3,2 juta ha (100%) dari target. Tabel 51. Perkembangan Pelaksanaan Inpres No. 14 Tahun 2011
No.
Rencana Aksi/Sub Rencana Aksi
1 Penyaluran BLBU Penyaluran CBN padi Penyaluran Benih Subsidi Harga 2 Pelaksanaan Sl-PTT Padi, Jagung dan Kedelai
Realisasi Keterangan B04 B06 B09 B12 100,00 76,02 104,54 100,00 Memuaskan 9.186 ton 14.382 ton 17.193 ton 20.899 ton 2.493 ton 20.330 ton 25.809 ton 70.068 ton 98,91
81,56
101,04
100,00 Memuaskan
G. Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH) Cimanggis Dalam rangka mendukung program Ditjen Tanaman Pangan yaitu peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman untuk mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutandan melaksanakan tugas pokok dan fungsi Balai Besar PPMB-TPH pada Tahun anggaran 2011
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 221
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 melaksanakan 18 kegiatan operasional yang terbagi dalam aspek administrasi dan aspek teknis. 1. Aspek Administrasi a. Sumber Daya Manusia Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Balai Besar PPMB-TPH didukung oleh 68 orang yang terdiri dari: tenaga teknis sebanyak 6 orang, tenaga administrasi 22 orang, tenaga fungsional PBT 31 orang, (termasuk calon fungsional PBT sebanyak 7 orang) dan Tenaga Kerja Kontrak (TKK) sebanyak 9 orang. b. Pengelolaan Keuangan Tahun anggaran 2011 berdasarkan pengelolaan anggaran berbasis kinerja, Satker Balai Besar PPMB-TPH mendapat anggaran yang berasal dari anggaran APBN melalui dana dekonsentrasi Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp. 6.000.000.000,- (enam miliar rupiah) yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dang belanja modal. Dari anggaran yang dikelola oleh Satker Balai Besar PPMB-TPH sampai dengan tanggal 31 Desember 2011 telah terealisasi sebesar Rp. 5.288.468.984,- (lima miliar dua ratus delapan puluh delapan juta empat ratus enam puluh delapan ribu sembilan ratus delapan puluh empat rupiah) atau 88,14%, sedangkan realisasi fisik mencapai 99.38%. Realisasi tersebut lebih rendah dari target yang ditetapkan dalam ROPAK (Rencana Operasional Pelaksanaan Anggaran Kegiatan) dikarenakan masih terdapat anggaran yang bertanda bintang (cadangan gaji yang tidak dapat di revisi), masih terdapat sisa gaji dan honor serta biaya operasional dengan total anggaran sebesar Rp. 641.686.392,- (enam ratus empat puluh satu juta enam ratus delapan puluh enam ribu tiga ratus sembilan puluh dua rupiah) dan adanya efisiensi dalam belanja barang/jasa modal serta perjalanan dinas. Dalam melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan, Satker Balai Besar PPMBTPH telah berpedoman pada peraturan perundang-
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 222
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 undangan yang berlaku, menyusun laporan keuangan dengan sistem updating data yang berupa laporan Sistem Akuntansi Instansi (SAI), neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Penerimaan Negara yang diperoleh pada tahun 2011 sebesar Rp. 50.036.000,- (lima puluh juta tiga puluh enam ribu rupiah). Nilai tersebut diperoleh dari pengembalian belanja TA. 2011 sebesar Rp. 32.305.000 (tiga puluh dua juta tiga ratus lima ribu rupiah) dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang meliputi penerimaan umum sebesar Rp. 5.945.000 (lima juta Sembilan ratus empat puluh lima ribu rupiah) dan penerimaan fungsional sebesar Rp. 11.756.000 (sebelas juta tujuh ratus lima puluh enam ribu rupiah). c. Pengelolaan Barang Inventarisasi barang milik negara dilakukan melalui Sistem SIMAK – BMN yang dilaporkan secara triwulan, semester dan tahunan kepada UAPB, UAKPB dan UAKPBW.Dalam mendukung pelaksanaan kegiatan, dilakukan dengan perawatan gedung kantor, pengelolaan barang dan pembuatan papan nama kantor. Untuk perawatan peralatan kantor telah dilakukan kalibrasi dan perbaikan alat laboratorium sebanyak 28 jenis termasuk perawatan kendaraan roda 4 dan roda 2. Pada tahun 2011 juga dilakukan pengadaan perlengkapan sarana gedung 21 unit, alat pengolah data sebanyak 8 unit, pemasangan jaringan PABX sebanyak 1 paket, dan pengadaan proyektor, layar elektrik serta audio sistem masing-masing 1unit. 2. Aspek Teknis Dalam rangka mengembangkan pengujian mutu benih di laboratorium dan penerapan sistem manajemen mutu laboratorium telah ditetapkan sasaran yang hendak dicapai, yaitu terwujudnya standardisasi laboratorium pengujian benih dan meningkatnya kerja sama dengan instansi terkait dalam pengembangan pengujian mutu benih serta adanya peningkatan SDM di laboratorium.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 223
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Untuk mencapai sasaran tersebut telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan meliputi:
a. Penerbitan buku pedoman/literatur sebanyak 1 buku literatur yang berjudul Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura dengan nomor ISBN: 978-979-154 96-5-3 mengacu pada amandemen ISTA rules edisi 2011 yang memuat lingkup pengujian, komoditas, metode uji dan teknis pengujian.
b. Pelaksanaan kegiatan pengembangan dan validasi metode dengan diperolehnya metode yang aplikatif dalam pengujian mutu benih di laboratorium sebanyak 1 (satu) metode yang telah divalidasi dan sebanyak 8 (delapan) metode yang masih dalam proses pengembangan (uji laboratorium).
c. Pelaksanaan pelayanan pengujian mutu benih kepada customer baik internal maupun eksternal berupa hasil pengujian mutu benih tanaman pangan dan hortikultura dapat terpenuhi sebanyak 1.113 sampel.
d. Pelaksanaan data dan informasi pengembangan pengujian mutu benih TPH tentang data dan informasi kinerja Balai Besar PPMBTPH sebanyak 1 database. Sampel benih yang telah dikelola secara elektronik untuk tahun 2011 sebanyak 331 (tiga ratus tiga puluh satu) sampel.
e. Pengadaan koleksi varietas/IPTB/DNAberupa koleksi benih kering, isolat patogen tular benih dan koleksi visualisasi produk PCR benih tanaman pangan dan hortikultura sebanyak 130 koleksi.
f. Peningkatan kompetensi institusi Balai Besar PPMBTPH dan laboratorium pengujian benih di Indonesia yaitu dengan: 1) Penerapan sistem manajemen mutu di laboratorium penguji benih berdasarkan SNI ISO/IEC 17025:2008 sebanyak 9 laboratorium penguji benih selengkapnya seperti pada lampiran. 2) Terpeliharanya ruang lingkup pengujian melalui surveilen laboratorium Balai Besar PPMBTPH oleh Komite Akreditasi
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 224
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Nasional (KAN) pada tanggal 18 Maret 2011, terdapat 18 temuan ketidaksesuaian terdiri dari 7 temuan kategori 2 (minor) dan 11 temuan kategori 3 dan telah dilakukan tindakan perbaikan. 3) Peningkatan kompetensi Lembaga Penyelenggara Uji Profisiensi Balai Besar PPMBTPH dengan telah mendapatkan Registrasi/Akreditasi oleh KAN pada tanggal 18 Agustus 2011 dengan nomor akreditasi UPP-001-IDN dengan ruang lingkup pengujian meliputi benih tanaman pangan dan hortikultura dengan parameter pengujian Kadar Air, Analisis Kemurnian, Penetapan Berat 1000 Butir dan Pengujian Daya Berkecambah. 4) Pelaksanaan kegiatan uji profisiensi yaitu dengan tersedianya data unjuk kerja/kinerja laboratorium pengujian benih di Indonesia dalam melakukan pengujian mutu benih tanaman pangan dan hortikultura sebanyak 39 laboratorium pengujian benih. Hasil evaluasi data pada komoditi padi menunjukkan jumlah laboratorium yang toleran pada analisis kemurnian benih sebanyak 36 laboratorium (97,3%). Untuk parameter daya berkecambah jumlah laboratorium yang toleran sebanyak 29 laboratorium (78,4%), sedangkan untuk penetapan kadar air, tidak dilakukan analisa lebih lanjut karena data stabilitas benih tidak memenuhi persyaratan. 5) Peningkatan kompetensi Laboratorium Balai Besar PPMBTPH di dunia internasional dengan terakreditasinya Laboratorium Balai Besar PPMBTPH oleh International Seed Testing Association (ISTA).Penetapan Keanggotaan Indonesia pada International Seed Testing Association (ISTA) telah ditandatangani oleh Presiden pada tanggal 11 Juli 2011 dengan Keppres Nomor 19 Tahun 2011, sedangkan Keputusan Akreditasi ISTA nomor IDML01 diterbitkan pada tanggal 20 September 2011 dengan ruang lingkup Pengambilan Contoh Benih, Penetapan Kadar Air, Kemurnian dan Penentuan Benih Tanaman Lain serta Pengujian Daya Berkecambah.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 225
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 g. Akreditasi Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) yang sesuai standar untuk Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura dengan terlaksananya proses assesmen oleh KAN pada tanggal 29-30 November 2011. Hasil asesmen menunjukkan bahwa secara umum personel LSPro-BTPH memiliki komitmen yang cukup baik dalam mengoperasionalkan LSPro, namun masih ditemukan ketidaksesuaian sebanyak 7 temuan yang terdiri dari 4 temuan katagori mayor dan 3 temuan katagori minor dan pada saat ini sedang dalam proses tindakan perbaikan.
h. Pelaksanaan kegiatan uji petik mutu benih yang beredar dengan tersedianya data mutu benih tanaman pangan dan hortikultura yang beredar di pasaran sebanyak 148 sampel dari 13 Provinsi. Hasil yang diperoleh masih banyak terdapat permasalahan dalam label, antara lain warna label yang tidak seragam, istilah dalam isi label yang masih bervariasi, kesalahan penulisan/cetak pada label dan penulisan kata SNI yang dapat menimbulkan kesalahan pemahaman dengan mutu produk. Untuk data mutu benih yang diujikan selengkapnya tertera pada lampiran.
i. Pelaksanaan pelatihan teknis, umum dan magang terdiri dari 6 sub kegiatan sehingga dengan adanya kegiatan ini terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan kompetensi SDM baik di bidang teknis maupun manajemen/administrasi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah: 1) Pelaksanaan pelatihan sistem mutu yang diikuti oleh 9 pegawai. 2) Pelakanaan pelatihan kepegawaian dan budaya kerja yang diikuti oleh 61 pegawai. 3) Pelaksanaan pelatihan teknis dan administrasi yang diikuti sebanyak 19 pegawai. 4) Pelaksanaan pelatihan analis dasar yang diikuti sebanyak 42 PBT. 5) Pelaksanaan magang pengujian DNA yang diikuti oleh 20 PBT. 6) Pelaksanaan pelatihan analis lanjutan yang diikuti sebanyak 35 PBT.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 226
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 j. Pelaksanaan kegiatan pameran untuk publikasi kegiatan Balai Besar-PPMBTPH sebanyak 3 kali pameran yaitu Pameran MPTHI (Masyarakat Perlindungan Tanaman Hewan Indonesia) yang diadakan pada tanggal 5-7 Oktober 2011 di Hotel Swarna Dwipa, Jakarta; Pameran Masyarakat Perbenihan Perbibitan Indonesia (MPPI) di Pendopo Pencak Silat Taman Mini Indonesia tanggal 1113 November 2011, Pekan Flori dan Fauna Nasional (PF2N) 2011” yang dilaksanakan di Sanur, Bali pada tanggal 19-22 November 2011.
k. Penerbitan jurnal/majalah vigor sebagai media penyebaran infomasi kegiatan Balai Besar PPMBTPH ke 30 provinsi sebanyak 4 edisi dan masing-masing edisi dicetak sebanyak 200 eksemplar yang memuat informasi tentang beragam hasil pengembangan dan pengujian mutu benih, berbagai aktivitas di lingkup Balai Besar PPMBTPH, lensa vigor dan menu masakan. H. Kegiatan Utama Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) mempunyai tugas melaksanakan dan mengembangkan peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura. Dalam melaksanakan tugasnya. BBPOPT menyelenggarakan fungsi: 1) penyusunan program dan rencana kerja; 2) analisis data dan informasi serangan OPT dan faktor penentu perkembangan OPT; 3) pengkajian dan pengembangan teknologi peramalan; pengamatan dan pengendalian OPT berdasarkan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT); 4) perumusan peramalan. pengamatan dan pengendalian OPT; 5) pemantauan dan evaluasi penerapan teknologi peramalan. pengamatan dan pengendalian OPT; 6) pemantauan dan evaluasi pengembangan sistem mutu dan standar Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP); 7) pemberian pelayanan kegiatan peramalan, pengembangan peramalan OPT dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura; serta 8) tata usaha dan rumah tangga BBPOPT.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 227
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Sesuai dengan tugas dan wewenang BB-POPT dalam mendukung Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan Untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan, pada tahun 2011 melaksanakan kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan. Kegiatan tersebut telah ditetapkan di dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2011 yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2011 Nomor: 0412/018-03.2.01/12/201 tanggal 20 Desember 2010. Secara fisik kegiatan teknis dapat terlaksana sebesar 106,11% atau lebih besar dari realisasi keuangan. Realisasi kegiatan berdasarkan jenis belanja sebagai berikut: 1. Gaji dan Tunjangan Pembayaran gaji dan tunjangan merupakan komponen kegiatan dari Output Kegiatan Layanan Perkantoran berupa belanja pegawai. Pembayaran gaji dan tunjangan pada Tahun 2011 mengalami kekurangan sebesar Rp. 465.719.240,- atau mencapai 112,97% dari pagu anggaran belanja pegawai sebesar Rp. 3.590.692.000,-. Kekurangan ini disebabkan adanya penambahan CPNS baru sebanyak 18 orang sejak Juni 2011, dengan demikian total pegawai saat ini sebanyak 103 orang. Rencana kumulatif pembayaran gaji dan tunjangan pegawai sebanyak 1.105 OB (orang bulan) menjadi 1.249 OB atau meningkat secara fisik sebesar 13,03%. 2. Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran Komponen kegiatan operasional dan pemeliharaan perkantoran termasuk dalam jenis belanja barang mengikat dan barang umum, meliputi 7 sub-komponen kegiatan, yaitu a) perawatan gedung kantor, b) perawatan peralatan kantor, c) perawatan kendaraan bermotor roda-4, d) perawatan kendaraan bermotor roda-2, e) langganan daya dan jasa, f) operasional perkantoran dan pimpinan, dan g) pengadaan pakaian dinas.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 228
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Operasional dan pemeliharaan perkantoran mempunyai pagu anggaran sebesar Rp. 748.650.000,-, sampai dengan akhir Desember 2011 dapat terealisasi sebesar Rp. 713.897.192,- atau besarnya serapan 95,36% dengan sisa anggaran pengembalian sebesar Rp. 34.752.808,-. Realisasi fisik kegiatan operasional dan pemeliharaan perkantoran sebesar 98,50%. Rendahnya realisasi dan serapan anggaran kegiatan operasional dan pemeliharaan perkantornan antara lain yang cukup besar disebabkan oleh tidak terealisasinya kegiatan perbaikan peralatan laboratorium sebesar Rp. 15.000.000,-, adanya penghematan pembayaran langganan telepon sampai dengan Desember 2011 sebesar Rp. 4.747.437,-, tidak dilaksanakannya perbaikan pagar lahan percobaan sebesar Rp. 3.814.600,-, perbaikan komputer sebesar Rp. 2.510.000,- karena adanya rencana penghapusan sebanyak 39 unit komputer, penghematan biaya perbaikan dan operasional pompa air sebesar Rp. 2.155.000,-, dan tidak dilaksanakannya perbaikan dan operasional plotter sebesar Rp. 2.000.000,-. 3. Pengembangan Peramalan Serangan OPT dan DPI Kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan OPT dan DPI Tahun 2011 mempunyai tujuan memberikan dukungan pengamanan produksi dan memberdayakan teknologi pengamatan. peramalan dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (P3OPT) dan dampak perubahan iklim (DPI). Adapun sasarannya, meliputi: a. Terlaksananya pengamanan produksi dari serangan OPT melalui antisipasi dan pengendalian serangan OPT secara dini. b. Tercapainya sasaran peningkatan produksi beras nasional 2 juta ton per tahun. Kegiatan pengembangan peramalan serangan OPT dan DPI masuk dalam jenis belanja barang, merupakan kegiatan teknis yang terdiri dari beberapa output kegiatan, yaitu rancangan kerja BBPOPT, data dan informasi ramalan serangan OPT, operasional laboratorium pengelolaan OPT, produk agens hayati padat, produk agens hayati cair, model peramalan OPT, layanan desimininasi P3OPT, penerapan dan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 229
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 pengembangan peramalan OPT, pelatihan P3OPT, administrasi pelaksanaan kegiatan, dan laporan dan evaluasi. Kegiatan teknis pengembangan peramalan serangan OPT dan DPI mempunyai pagu anggaran pada Tahum 2011 sebesar Rp. 2.580.558.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 2.404.071.970,- atau 93,16% dari pagu. Namun demikian realisasi fisik dari kegiatan teknis pengembangan peramalan serangan OPT 112,92% lebih tinggi dari realisasi anggaran. Sisa anggaran yang dikembalikan dari kelompok kegiatan ini sebesar Rp. 176.486.030,-. Besarnya sisa anggaran yang dikembalikan antara lain yang terbesar adalah tidak terlaksananya biaya perjalanan dinas lainnya dari output kegiatan layanan diseminasi P3OPT sebesar Rp. 136.370.365,-. Pencapaian kinerja BBPOPT sesuai dengan kegiatan utama pengembangan peramalan serangan OPT diukur berdasarkan 3 (tiga) Indikator Kinerja Utama (IKU), yaitu: a. Jumlah informasi peramalan serangan OPT sebanyak 36 unit. b. Jumlah teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT (P3OPT) sebanyak 8 (delapan) model. yang terdiri dari 1 teknologi pengamatan, 5 teknologi peramalan, dan 2 teknologi pengendalian. c. Jumlah provinsi yang menerapkan teknologi P3OPT sebanyak 9 (sembilan) provinsi. yang terdiri dari 6 (enam) provinsi lanjutan binaan (Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan DI Yogyakarta) dan 3 (tiga) provinsi tambahan (Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan). Pencapaian kinerja BBPOPT sesuai dengan indikator kinerja kegiatan dapat dilaporkan secara rinci sebagai berikut: a.
Informasi Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan Informasi prakiraan serangan OPT disampaikan dan disebarkan ke Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura atau Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD-BPTPH) Provinsi. Informasi tersebut diharapkan dapat dijadikan dasar dalam menyusun strategi dan antisipasi serta
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 230
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 koordinasi dalam peningkatan kewaspadaan (peringatan dini) terhadap serangan OPT dan kesiapan dini untuk menyusun upaya antisipasi. Dengan strategi dan antisipasi serta koordinasi dimaksud akan menghasilkan keluaran berkurangnya luas serangan OPT dengan terkendalinya perkembangan populasi dan serangan OPT di lapangan. Prakiraan serangan OPT dimaksud adalah menghitung prakiraan luas serangan OPT berdasarkan jenis OPT, komoditi dan luas (ha) dengan menggunakan model prakiraan OPT (musiman) yang dikembangkan oleh BBPOPT berdasarkan data luas serangan OPT musim sebelumnya. Pencapaian kinerja BBPOPT dalam kegiatan informasi prakiraan serangan OPT diukur berdasarkan standar indikator luas serangan OPT di lapangan lebih rendah dibandingkan dengan jumlah data prakiraan luas serangan yang diberikan pada saat awal tanam/sebelum musim tanam. Evaluasi dilakukan pada akhir musim dengan membandingkan jumlah data luas serangan OPT yang dikumpulkan secara bertahap dari Koordinator Pengendali OPT (POPT) kabupaten/kota, LPHP dan UPTD-BPTPH dengan prakiraan serangannya. Secara kuantitatif indikator kinerja informasi prakiraan serangan OPT yang ditargetkan dalam Tahun 2011 berjumlah 36 unit yang diukur berdasarkan jumlah komoditas (3 komoditas; padi, jagung, kedelai), 6 (enam) jenis OPT utama untuk masing-masing komoditi. dan disampaikan sebanyak 2 kali dalam setahun (musim kemarau 2011 dan musim hujan 2011/2012). Tingkat dan arah yang diharapkan dalam penyebaran informasi prakiraan luas serangan OPT ke daerah adalah adanya upaya serius dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura tingkat provinsi dan kabupaten/kota dalam menyikapi informasi prakiraan yang didapat. Penyebaran informasi prakiraan luas serangan OPT disajikan dalam bentuk tabulasi dan peta prakiraan serangan OPT menurut provinsi di Indonesia.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 231
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Angka prakiraan serangan OPT telah disebarkan dan disampaikan secara formal ke seluruh provinsi (33 provinsi) di Indonesia. Angka prakiraan MT. 2011 disampaikan pada saat Rapat Teknis Perlindungan Tanaman Pangan di Solo tanggal 23-26 Maret 2011 dan angka prakiraan MT. 2010/2011 disebarkan pada saat Pertemuan Masyarakat Perlindungan Tumbuhan dan Hewan Indonesia di Palembang tanggal 5-7 Oktober 2011. Informasi prakiraan serangan juga disampaikan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Pejabat Esolon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebagai bahan penyusunan perencanaan dan pengambilan kebijakan. Angka prakiraan serangan OPT utama pada komoditi padi, jagung dan kedelai untuk MT. 2011 dan MT. 2011/2012 disajikan berikut ini: 1) Komoditi Padi Serangan komplek 6 (enam) OPT utama padi pada MT. 2011 akan mencapai maksimal 205.746 ha dan pada MT. 2011/2012 mencapai 251.256 ha. Pada kedua musim tersebut prakiraan serangan yang tertinggi adalah hama tikus, diikuti oleh penggerek batang dan BLB/Kresek. Tabel 52. Prakiraan Luas Serangan OPT Utama Padi MT. 2011 dan Prakiraan MT. 2011/2012 di Indonesia No. 1 2 3 4 5 6
OPT PBP WBC Tikus Tungro Blas BLB Jumlah
Prakiraan MT. 2011 Min Rerata 49.436 56.761 15.730 20.736 59.051 67.799 3.410 4.195 2.624 3.155 20.059 23.031 150.310 175.676
(ha) Maks 65.170 27.335 77.844 5.161 3.793 26.443 205.746
Prakiraan MT. 2011/2012 (ha) Min Rerata Maks 47.839 53.676 60.225 16.156 21.297 28.076 68.739 78.923 90.616 1.591 4.917 15.194 8.024 10.311 12.685 35.316 39.625 44.460 177.664 208.749 251.256
Keterangan: MT = musim tanam. ha = hektar. Min = Minimum. Maks = Maksimum. PBP = penggerek batang padi, WBC = wereng batang coklat, HDB = hawar daun bakteri.
2) Komoditi Jagung
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 232
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Prakiraan serangan komplek 6 (enam) OPT utama jagung pada MT. 2011 akan mencapai maksimal 2.460 ha, serangan tertinggi diprakirakan hama tikus, sedangkan pada MT. 2011/2012 mencapai 5.482 ha dan yang tertinggi adalah penyakit bulai, penggerek batang dan penggerek tongkol. Tabel 53. Prakiraan Luas Serangan OPT Utama Jagung MT. 2011 dan Prakiraan MT. 2011/2012 di Indonesia No. 1 2 3 4 5 6
OPT Lalat Bibit P. Batang Bulai Tikus P. Tongkol U. Grayak Jumlah
Prakiraan MT. 2011 (ha) Min Rerata Maks 172 202 237 320 385 463 330 397 477 458 563 693 332 391 458 91 110 132 1.703 2.048 2.460
Prakiraan MT. 2011/2012 (ha) Min Rerata Maks 413 508 625 753 905 1.088 757 975 1.256 598 753 948 662 815 1.002 339 437 563 3.522 4.392 5.482
Keterangan: MT = musim tanam, ha = hektar, Min = Minimum, Maks = Maksimum, P = penggerek, U = ulat
3) Komoditi Kedelai Tabel 54. Prakiraan Luas Serangan OPT Utama Kedelai MT. 2011 dan Prakiraan MT. 2011/2012 di Indonesia No. 1 2 3 4 5 6
OPT P. Polong L. Kacang U. Grayak Tikus Pl. Daun U. Jengkal Jumlah
Prakiraan MT. 2011 Min Rerata 177 218 150 181 177 229 58 82 269 324 79 100 911 1.133
(ha) Maks 268 217 295 116 389 125 1.410
Prakiraan MT. 2011/2012 (ha) Min Rerata Maks 137 168 207 142 174 215 152 200 264 54 66 81 432 532 654 92 139 210 1.008 1.279 1.631
Keterangan: MT = musim tanam. ha = hektar. Min = Minimum. Maks = Maksimum.. P = penggerek. L = lalat. Pl = penggulung. U = ulat.
Pada tabel di atas menyajikan angka prakiraan luas serangan OPT utama pada tanaman kedelai MT. 2011 dan MT. 2011/2012. Prakiraan serangan komplek 6 (enam) OPT utama kedelai pada MT. 2011 mencapai angka maksimal 1.410 ha dan MT. 2011/2012 sebesar 1.631 ha yang tertinggi adalah hama penggulung daun.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 233
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Penyampaian informasi prakiraan serangan OPT utama padi, jagung dan kedelai ke daerah sebelum musim tanam diharapkan dapat direspon dan ditindaklanjuti dengan upaya-upaya antisipasi dan penyebaran informasi sampai ke tingkat petani. Selama berjalannya musim tanam, perkembangan serangan OPT sangat dipengaruhi oleh perubahan ekosistem. Faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan OPT antara lain perubahan komposisi tanaman/varietas, perubahan iklim dan perubahan keseimbangan ekosistem. Dalam mendukung penyebaran informasi prakiraan serangan OPT dan teknologi P3OPT, BBPOPT selain menyusun prakiraan serangan OPT musiman juga melaksanakan beberapa kegiatan, yaitu: - Surveilan dan monitoring lapang secara intensif, dengan sasaran sebanyak, 50 kabupaten/kota yang menyebar di 6 (enam) provinsi. Sesuai dengan perkembangan kondisi serangan OPT dan DPI di lapangan selama Tahun 2012 dapat terlaksana 68 kabupaten/kota di 17 provinsi. Hasil pengamatan lapang (surveilan) disampaikan kepada Dinas Pertanian, Petugas Lapang (POPT/PPL/Mantri Tani) dan Petani setempat. - Pengembangan Website BBPOPT yang terdiri dari: Melengkapi isi Website BBPOPT di Kementerian Pertanian. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dengan alamat http://www.deptan.go.id/ditjentan/bbpopt, dengan menambahkan informasi peta penyebaran keadaan serangan OPT hasil surveilan yang diupdate setiap 2 (dua) minggu sekali. Pengembangan Web GIS untuk pemetaan hasil prakiraan serangan OPT bekerjasama dengan NEOnet - Nusantara Earth Observation Network. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dengan alamat http://neonet.bppt.go.id/opt/.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 234
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 - Pembuatan, penerbitan dan penyebaran media cetak, berupa: Penerbitan Buletin Peramalan OPT Vol. 10 No. 1. Edisi XIII April 2011 dan Vol. 11 No. 2 Edisi XIII November 2011, masing-masing dicetak sebanyak 500 eksemplar. Leaflet sebanyak 6 (enam) judul, masing-masing dicetak 1.000 lembar yaitu: Penyakit Busuk Pelepah Padi (Serocladium) Hawar Daun Jagung (Helminthosporium maydis) Ulat Polong Kedelai (Heliothis armigera) Wereng batang coklat (Nilaparvata lugens STAL) Penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas Walker) Walang sangit (Leptocorisa oratorius = L. acuta) Poster sebanyak 4 (empat) judul, masing-masing dicetak 500 lembar dengan judul: Ulat Polong Kedelai (Heliothis armigera) Penggerek Batang Jagung (Ostrinia furnakalis) Penyakit busuk pelepah Dampak pengaruh iklim Media cetak Bulletin, Leaflet dan Poster disebarkan ke instansi/ petugas daerah, petani dan masyarakat pengguna lainnya. Dalam rangka mengantisipasi terjadinya peningkatan serangan selama musim tanam berlangsung, penyebaran informasi prakiraan dan saran tindak pengendalian, juga disampaikan melalui kegiatan: - Pameran Tingkat Daerah, Nasional maupun Internasional, yaitu:
Pameran dalam rangka Pencanangan Gerakan Pengendalian OPT di Karawang, Jawa Barat pada tanggal 10 Maret 2011. Pameran dalam rangka Gelar Teknologi Kelompok Tani se Kabupaten Karawang di Pasir Kamuning, Karawang, Jawa Barat pada tanggal 22-23 Maret 2011.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 235
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011
Pameran dalam rangka Workshop Wereng Batang Coklat di Tegalgondo, Sukoharjo, Jawa Tengah pada tanggal 29-31 Maret 2011. Pameran dalam rangka Workshop Wereng Batang Coklat di Lamongan, Jawa Tengah pada tanggal 19-20 April 2011. Pameran dalam rangka PENAS XIII di Kuker, Samarinda, Kalimantan Timur pada tanggal 20-23 Juni 2011. Pameran dalam rangka Munas MPTHI di Palembang, Sumatera Selatan pada tanggal 5-7 Oktober 2011 Pameran dalam rangka KTT Negara-negara ASEAN di Bali (melengkapi bahan pameran).
- Penyebaran ke seluruh UPTD-Balai Proteksi Tanaman di Indonesia - Kunjungan Mahasiswa dan Pelajar. - Kunjungan Kelompok Tani/Magang Petani/Magang Petugas Daerah. - Disebarkan langsung oleh petugas BBPOPT yang melaksanakan dinas luar/kunjungan ke daerah dalam rangka surveilan, monitoring, evaluasi, supervisi dan pembinaan. b.
Teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT Perlindungan tanaman merupakan suatu strategi pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang komprehensif yang meliputi pengamatan. peramalan dan pengendaliannya (P3OPT). Keberhasilan kegiatan perlindungan tanaman pangan akan sangat ditentukan oleh kualitas dari teknologi P3OPT. Untuk mendapatkan teknologi P3OPT yang baik (akurat dan aplikatif) harus didukung dengan pengembangannya yang lebih komprehensif. Terlaksananya teknologi P3OPT yang baik, maka dapat mendukung terlaksananya kegiatan perlindungan tanaman yang efektif dan efisien serta berdaya saing. Pencapaian kinerja pengembangan teknologi P3OPT diukur dari kumulatif jumlah teknologi P3OPT yang lebih banyak dibandingkan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 236
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 dengan kumulatif teknologi yang didapat sebelumnya. Kegiatan ini dievaluasi berdasarkan jumlah penambahan teknologi P3OPT menurut jenis OPT, komoditas, dan model. Tingkat dan arah kinerja yang diharapkan dari kegiatan ini adalah adanya penemuan teknologi P3OPT baru, baik jenis OPT, komoditi, model maupun perbaikan (upgrading) paket teknologi yang telah ada. Secara kuantitatif indikator kinerja pengembangan teknologi P3OPT yang ditargetkan dalam Tahun 2011 berjumlah 8 (delapan) model yang diukur dari pelaksanaan kegiatan pengembangan teknologi P3OPT tingkat lapang dan didukung oleh 3 (tiga) kegiatan semi laboratorium. Dalam rangka menunjang tercapainya teknologi P3OPT yang baik. BBPOPT pada Tahun 2011 melaksanakan kegiatan pengembangan teknologi P3OPT yang tertuang dalam output kegiatan Model Peramalan, komponen Pengembangan P3OPT Lapang dan Semilaboratorium Tahun Anggaran 2011 dengan judul kajiterap sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)
Screening Insektisida untuk Pengendalian Hama Utama pada Tanaman Kedelai. Kajian Dinamika Populasi dan Pengendalian Kepik Hitam Pada Tanaman Padi. Identifikasi Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Perkembangan Ulat Grayak pada Tanaman Padi. Pengembangan Simulasi Model Peramalan WBC. Pengaruh Investasi atau Serangan OPT terhadap Kehilangan pada Beberapa Varietas Padi. Pengembangan Model Peramalan Hama Utama pada Tanaman Jagung. Pengembangan Simulasi Model Peramalan Penyakit HDB pada Tanaman Padi. Pengembangan Pemanfaatan Corynebacterium untuk Pengendalian Penyakit Utama Tanaman Padi Skala Luas. Identifikasi dan Pemetaan Patotipe Penyakit HDB pada Tanaman Padi.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 237
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 10) Uji Reaksi Varietas Padi terhadap Wereng Batang Coklat melalui metode "Rice Garden" dan "Honey Dew Test". 11) Uji “Lethal Concentrate/Lethal Doses” dan pengaruh Corynebacterium terhadap ikan dan tikus putih. Dalam rangka pencapaian keluaran yang lebih baik, dalam pelaksanaan pengembangan teknologi P3OPT, BBPOPT melakukan kerjasama dengan instansi terkait, yaitu: - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam rangka pengembangan peramalan penyakit HDB dengan memanfaatkan data radar cuaca dan pengumpulan pustaka hyperspectral sebagai dasar dalam pengembangan metode pengamatan melalui analisis data citra satelit. - Balai Besar Biogen. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian dalam rangka identifikasi agens antagonis Corynebacterium. dalam rangka Uji “Lethal Concentrate/Lethal Doses” dan pengaruh Corynebacterium terhadap ikan dan tikus putih sudah rearing ikan nila, penggantian, pakan tikus, perlakukan pada tikus
- Institut
c.
Pertanian
Bogor
Penerapan teknologi P3OPT Teknologi P3OPT yang dikembangkan oleh BBPOPT wajib didesiminasikan melalui bimbingan kepada petugas perlidungan tanaman pangan dan hortikulltura yang ada di daerah agar dapat menindak lanjuti merupakan kewajiban BBPOPT untuk menyebarkan dan memberikan. Hasil prakiraan luas serangan OPT yang masih globlal menurut jenis OPT dan provinsi. perlu ditindaklanjuti menjadi bentuk prakiraan detail spesifik lokasi menurut jenis OPT atau kabupaten. sehingga upaya antisipasi akan lebih efektif dan efisien. Sehubungan dengan hal itu. BBPOPT perlu melakukan pemantauan untuk mengidentifikasi setiap respon dan kesiapan provinsi dalam menindaklanjuti informasi prakiraan serangan OPT yang telah disiapkan oleh BBPOPT.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 238
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Pencapaian kinerja BBPOPT dalam kegiatan penerapan teknologi P3OPT diukur berdasarkan kumulatif jumlah provinsi yang dapat menerapkan dan menindaklanjuti informasi prakiraan serangan OPT. Provinsi yang dapat menerapkan dan menindaklanjuti informasi prakiraan serangan OPT dimulai dari provinsi yang ada di pulau Jawa atau provinsi sentra produksi tanaman pangan. Tingkat dan arah kinerja yang diharapkan adalah bertambahnya jumlah provinsi yang menerapkan model peramalan OPT atau semakin banyak provinsi yang menerapkan dan menindaklanjuti informasi prakiraan OPT. Pada Tahun 2011 sasaran BBPOPT dalam penerapan teknologi P3OPT dengan melakukan pengembangan, penyebarluasan dan bimbingan teknis secara intensif di 9 (enam) provinsi, yaitu Provinsi Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah: 1) Optimalisasi sistem pelaporan cepat peringatan dini serangan OPT melalui SMS yang meliputi kegiatan: Pengembangan perangkat lunak (software) SMS Base Server (Main Server) di BBPOPT yang dapat terkoneksi secara langsung (link) dengan SMS Base Server (Mini Server) yang ada di 6 (enam) provinsi sasaran (Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur). Pembekalan teknis operasional SMS Base Server (Mini Server) kepada petugas di 6 (enam) provinsi sasaran. 2) Bimbingan pengembangan dan perbaikan (upgrading) model prakiraan yang terdiri dari: Bimbingan manajemen data, pengembangan dan penerapan model peramalan spesifik lokasi bagi petugas teknis UPTDBPTPH dan Kepala LPHP di 13 (tigabelas) provinsi dari target 9 provinsi sasaran. Provinsi tambahannya adalah Nusa
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 239
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Tenggara Barat, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Gorontalo. 3) Peningkatan kemampuan SDM dalam bidang P3OPT Pangan berupa Bimbingan Teknis P3OPT bagi Petugas Daerah yang dilaksanakan di BBPOPT sebanyak 30 orang peserta. 4) Peningkatan kemampuan SDM BBPOPT dalam bidang P3OPT Pangan dengan keikutsertaan dalam pelatihan dan magang teknis di instansi lain, yaitu: Pelatihan PCR di IPB Bogor sebanyak 2 orang TOT Sekolah Lapangan Iklim, Direktorat Pertlindungan Tanaman Pangan, sebanyak 3 orang Pelatihan pemahaman iklim, Direktorat Pertlindungan Tanaman Pangan, sebanyak 1 orang Pelatihan pemanfaatan citra satelit, BPPT Jakarta sebanyak 2 orang Pelatihan identifikasi hama di LIPI Bogor sebanyak 5 orang Pelatihan identifikasi parasitoid di IPB Bogor sebanyak 3 orang. d.
Operasional BBOPT Kegiatan operasional BBPOPT berupa belanja modal terdiri dari pengadaan sarana prasarana, peralatan dan inventarisasi kantor dan sarana prasarana peralatan laboratorium. Pengadaan sarana prasarana, peralatan dan inventarisasi kantor sebanyak 32 unit, berupa 2 buah notebook (laptop), 1 buah LCD projector (infocus), 17 meja dan kursi, etalase display 12 unit. Pengadaan sarana prasarana peralatan laboratorium sebanyak 26 unit. Secara fisik kegiatan pengadaan sarana prasarana dapat terealisasi 100% dengan penggunaan anggaran sebesar Rp. 78.875.000,atau 98,47% dari pagu anggaran sebesar Rp. 80.100.000,-. Berdasarkan realisasi tersebut terdapat efisiensi penggunaan anggaran sebesar Rp. 1.225.000,-
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ______________________________________ 240
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011
IV
REALISASI ANGGARAN TAHUN 2011
Pagu awal APBN Sektoral (018) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun anggaran 2011 sebesar Rp. 2,259 triliun termasuk bantuan langsung benih unggul (BLBU) pada program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan, tersebar di 523 Satker. Dengan adanya penghematan dan APBN-P pada beberapa kegiatan, maka pagu akhir Ditjen Tanaman Pangan menjadi Rp. 2,840 triliun. Anggaran Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang termasuk dalam penghematan 10% yaitu BLBU kacang tanah, kacang hijau dan ubi jalar sebesar Rp. 219,246 miliar. Sedangkan penggunaan hasil penghematan dan APBN-P Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2011 sebesar Rp. 581,228 miliar yang dialokasikan untuk kegiatan sebagai berikut: 1) akselerasi peningkatan produksi padi (BLBU) dengan anggaran Rp. 335,900 miliar; 2) pengendalian OPT (pengadaan pestisida) Rp. 140 miliar; 3) penyediaan alat dan mesin pertanian yang terdiri dari transplanter, dryer dan hand traktor masing-masing Rp. 20 miliar, Rp. 37,074 miliar, Rp. 2,5 miliar; 4) bantuan langsung benih jagung hibrida Rp. 165 miliar; 5) pengendalian hama terpadu tikus dengan sistem Fumigasi Rp. 50 miliar; dan 6) pengendalian hama wereng batang coklat (WBC) Rp. 50 miliar. Dengan adanya pemanfaatan hasil penghematan dan APBN-P tersebut, anggaran delapan kegiatan utama yang dilaksanakan melalui program APBN tersebut menjadi: 1) Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi dengan anggaran Rp. 181,322 miliar; 2) Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia Rp. 495,683 miliar; 3) Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan Rp. 1,508 triliun; 4) Penguatan Perlindungan Tanaman dari Gangguan OPT dan DPI Rp. 324,900 miliar; 5) Penanganan Pasca Panen Tanaman Rp. 127,633 miliar; 6) Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Ditjen TP Rp. 189,392 miliar; 7) Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih Rp. 6 miliar; dan 8) Pengembangan Peramalan Serangan OPT Rp. 7 miliar.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ____________________________________
239
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Tabel 55.
No.
Penggunaan Hasil Penghematan dan APBN-P Ditjen Tanaman Pangan TA. 2011 Uraian Kegiatan
I. Penghematan 10% Tanaman Pangan (anggaran yang dihemat) - BLBU kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar II. Penggunaan hasil penghematan anggaran 1. Akselerasi peningkatan produksi padi (BLBU) 2. Pengendalian OPT (pengadaan pestisida) 3. Penyediaan Alat & mesin pertanian: - Rice transplanter - Dryer - Hand Traktor III. APBN-P 1. Bantuan Langsung Benih Jagung Hibrida 2. Pengendalian Hama Terpadu Tikus dengan sistem Fumigasi 3. Pengedalian Hama Wereng Batang Coklat (WBC) JUMLAH
Lokasi
Anggaran (Rp. 000)
Volume
(219.246.150)
Keterangan Revisi DIPA-4, Tgl 9 Okt 2011
Pusat
(219.246.150)
Pusat
535.474.447 Revisi DIPA-4, Tgl 9 Okt 2011 335.900.000 17.960 Ton
Pusat
140.000.000 1 Paket
Pusat Pusat Pusat
20.000.000 37.074.447 2.500.000 265.000.000 165.000.000 50.000.000
Pusat Pusat Pusat
1 Paket 1 Paket 1 Paket Revisi DIPA-5, Tgl 11 Nop 2011 1 Paket 1 Paket
50.000.000 1 Paket 581.228.297
Realisasi penyerapan anggaran Direktorat Jenderal Tanaman Pangan satker pusat dan daerah mencapai Rp. 2,665 triliun atau 93,85% dari pagu anggaran Rp. 2,840 triliun. Realisasi anggaran berdasarkan kegiatan utama yaitu: 1) Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi mencapai Rp. 150,380 miliar (82,94%), 2) Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia Rp. 461,905 miliar (93,19%); 3) Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan Rp. 1,440 triliun (95,47%); 4) Penguatan Perlindungan Tanaman dari Gangguan OPT dan DPI Rp. 313,721 miliar (95,56%); 5) Penanganan Pasca Panen Tanaman Rp. 119,545 miliar (93,66%); 6) Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Ditjen TP Rp. 167,531 miliar (88,46%); 7) Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih Rp. 5,288 miliar (88,14%); dan 8) Pengembangan Peramalan Serangan OPT Rp. 7,253 miliar (103,62%).
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ____________________________________
240
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Tabel 56. Realisasi Anggaran APBN Sektoral Tahun 2011 Ditjen Tanaman Pangan Berdasarkan Kegiatan Utama
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Pagu DIPA (Rp.000)
Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Pengembangan Pengujian Mutu Benih Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan Jumlah
Realisasi (Rp.000)
(%)
181.321.931
150.380.336
82,94
495.682.526
461.905.528
93,19
1.508.009.401
1.439.729.873
95,47
324.900.000
313.721.381
96,56
127.633.047 189.391.776 6.000.000
119.544.751 167.531.415 5.288.469
93,66 88,46 88,14
7.000.000
7.253.255
103,62
2.839.938.681
2.665.355.008
93,85
Realisasi anggaran menurut kelompok Satker yaitu Satker Kantor Pusat mencapai Rp. 1,759 triliun (95,48% dari pagu Rp. 1,843 triliun); UPT Pusat Rp. 12,542 miliar (96,47% dari pagu Rp. 13 miliar); dana dekonsentrasi (Dinas Pertanian, BPSBTPH dan BPTPH) Rp. 169,434 miliar (92,92% dari pagu Rp. 182,351 miliar) dan dana tugas pembantuan/kabupaten/kota Rp. 723,983 miliar (90,29% dari pagu sebesar Rp. 801,877 miliar). Tabel 57. Realisasi Anggaran APBN Sektoral Tahun 2011 Ditjen Tanaman Pangan Berdasarkan Kelompok Satker Pusat dan Daerah
No. 1 2 3 4
Satker Kantor Pusat UPT Pusat Dekonsentrasi/Provinsi Tugas Pembantuan/Kab/Kota Jumlah
Pagu DIPA (Rp 000) Realisasi (Rp 000) 1.842.710.451 1.759.396.517 13.000.000 12.541.724 182.350.737 169.433.568 801.877.493 723.983.199 2.839.938.681 2.665.355.008
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ____________________________________
% 95,48 96,47 92,92 90,29 93,85
241
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Tabel 58. Rincian Realisasi Anggaran APBN Sektoral Tahun 2011 Ditjen Tanaman Pangan per provinsi No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Provinsi Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Keppri DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali NTB NTT Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah Daerah Kantor Pusat Ditjen TP BBOPT Jatisari BPPMBTPH Cimanggis Jumlah Pusat Total (Daerah + Pusat)
Pagu DIPA (Rp.000) 36.831.554 51.144.318 32.828.213 14.952.624 17.966.876 36.190.457 17.544.312 46.514.086 3.616.603 441.650 1.261.350 71.650.321 94.484.065 24.066.510 134.597.733 26.507.445 20.629.060 38.448.954 31.204.278 27.661.470 16.031.623 26.936.836 15.289.568 21.578.370 20.043.610 72.420.769 18.313.883 13.069.184 14.220.473 8.500.213 7.036.978 9.552.836 12.692.008 984.228.230 1.842.710.451 7.000.000 6.000.000 1.855.710.451 2.839.938.681
Realisasi (Rp.000) 36.259.226 43.631.327 27.499.397 11.860.709 16.126.771 32.801.348 15.961.401 43.680.427 3.327.421 321.980 1.192.247 65.061.402 88.925.205 22.843.844 116.281.185 25.589.557 18.512.223 34.228.179 30.328.892 27.138.389 14.008.760 23.212.877 10.253.254 20.463.603 19.182.520 67.896.068 17.931.171 12.208.255 12.250.980 8.193.636 6.869.313 9.159.493 10.215.709 893.416.767 1.759.396.517 7.253.255 5.288.469 1.771.938.241 2.665.355.008
% 98,45 85,31 83,77 79,32 89,76 90,64 90,98 93,91 92,00 72,90 94,52 90,80 94,12 94,92 86,39 96,54 89,74 89,02 97,19 98,11 87,38 86,18 67,06 94,83 95,70 93,75 97,91 93,41 86,15 96,39 97,62 95,88 80,49 90,77 95,48 103,62 88,14 95,49 93,85
Sisa Anggaran (Rp.000) 2.040.688 18.408.573 9.848.256 4.808.725 4.147.146 8.076.846 3.437.253 10.621.760 2.464.660 119.670 288.101 18.475.937 13.669.742 2.413.384 42.061.911 6.106.962 9.087.866 8.561.242 7.076.060 4.193.868 7.786.302 5.607.501 9.511.256 4.633.737 2.718.160 10.839.638 2.885.197 3.019.855 5.118.161 2.400.254 1.323.358 5.245.373 6.641.849 90.811.463 83.313.934 (253.255) 727.857 83.772.210 174.583.673
Masih terdapat dua provinsi yang realisasi anggarannya dibawah 75%, yaitu Provinsi Kepulauan Riau dan Kalimantan Timur, masing-masing sebesar 72,90% dan 67,06%. Pada tahun 2011, Ditjen Tanaman Pangan selain mengelola anggaran sektoral (BA. 018) juga terdapat anggaran subsidi (BA. 99) yang dialokasikan untuk kegiatan Cadangan Benih Nasional (CBN) dan benih subsidi harga yang
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ____________________________________
242
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 berjumlah Rp. 556,876 miliar, namun karena adanya kenaikan harga benih subsidi, maka pagu anggaran juga mengalami kenaikan mejadi Rp. 638,657 miliar. Pelaksanaan kegiatan dalam bentuk PSO oleh PT Sang Hyang Seri dan PT Pertani. Realisasi anggaran subsidi harga benih telah terealisasi sebanyak Rp. 35,971 miliar atau 29,90% dari pagu Rp. 120,323 miliar. Sedangkan anggaran CBN telah terealisasi Rp. 472,707 miliar atau 91,20% dari anggaran Rp. 518,334 miliar. Tabel 59. Realisasi Anggaran APBN Subsidi Tahun 2011 Ditjen Tanaman Pangan No.
Uraian
Pagu Awal (Rp 000)
Pagu Revisi I (Rp 000)
Realisasi (%) 29,90
Sisa Anggaran (Rp.000)
I Subsidi Harga Benih
91.109.292
120.322.879
(Rp.000) 35.971.245
- PT. Sang Hyang Seri - PT. Pertani II CBN
59.437.389 31.671.903 465.767.116
78.209.637 42.113.242 518.334.389
26.153.114 9.818.131 472.707.056
33,44 23,31 91,20
52.056.523 32.295.111 45.627.333
- PT. Sang Hyang Seri - PT. Pertani Jumlah (I + II)
355.617.715 110.149.401 556.876.408
405.083.492 113.250.897 638.657.268
365.780.946 106.926.110 508.678.301
90,30 94,42 79,65
39.302.546 6.324.787 129.978.967
84.351.634
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ____________________________________
243
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011
V
PERMASALAHAN LANJUT
DAN
UPAYA
TINDAK
A. Permasalahan 1. Permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian produksi tanaman pangan antara lain: a. Iklim 2011 lebih kering dibanding tahun 2010, khususnya terjadi pada bulan Mei-September 2011 yang mengakibatkan penurunan potensi produktivitas; b. Keterbatasan lahan, air dan sarana prasarana irigasi banyak yang rusak; c. Luas pertanaman (padi) yang mengalami puso akibat dampak perubahan iklim (banjir dan kekeringan) mencapai sekitar 81.648 ha serta puso akibat serangan OPT utama seluas 40.498 ha. Luas puso tersebut sebagian besar terjadi di Pulau Jawa (terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur) yang merupakan daerah sentra dan tingkat produktivitas relatif tinggi, sehingga dampak puso relatif besar terhadap penurunan produksi dengan kehilangan hasil setara 682 ribu ton GKG; d. Khusus untuk produksi kedelai, selain faktor-faktor tersebut diatas juga dipengaruhi oleh terjadinya kompetisi dengan komoditas lain dan kebijakan importasi, sehingga petani kurang berminat untuk mengembangkan kedelai; e. Pergeseran pelaksanaan sebagian kegiatan APBN 2011 (SL-PTT, bantuan benih, dem area, bantuan sarana pascapanen) ke bulan Oktober 2011 sehingga tidak memberikan kontribusi secara optimal pada produksi tahun 2011; f. Sistem pengukuran produksi di lapangan belum terkoordinasi dan berjalan sesuai dengan pedoman;
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ____________________________________
244
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 g. Realisasi penyediaan anggaran APBN untuk mendukung pencapaian sasaran produksi 2011 belum sesuai dengan kebutuhan. 2. Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program/kegiatan utama tanaman pangan, yaitu: a. Keterlambatan penyaluran bantuan benih antara lain disebabkan karena terlambatnya pelimpahan wewenang dari Gubernur kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi dan dari Bupati/Walikota kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota sesuai Perpres No. 14 Tahun 2011 tentang Bantuan Langsung Benih Unggul dan Pupuk; b. Terdapat kelompoktani/petani pelaksana SL-PTT padi hibrida yang belum siap melaksanakan rekomendasi teknologi padi hibrida; c. Tidak tercapainya sasaran kegiatan SL-PTT kacang tanah, kacang hijau, dem area ubikayu, ubijalar dan pangan alternatif tahun 2011 disebabkan adanya perubahan kebijakan realokasi anggaran bantuan benih kepada kegiatan yang lain serta penundaan sementara kegiatan SL-PTT kacang tanah, kacang hijau, dem area ubikayu, ubijalar dan pangan alternatif. Selanjutnya pada pertengahan tahun anggaran, alokasi dana anggaran dapat dimanfaatkan kembali, terutama untuk bantuan bibit pada dem area ubikayu dan ubijalar, sedangkan kegiatan SL-PTT kacang tanah dan kacang hijau hanya disediakan anggaran untuk saprodi pada LL seluas 1 ha dan penyediaan benih harus disediakan melalui swadaya petani atau sumber dana lain; d. Keterlambatan persetujuan pemanfaatan anggaran tersebut, berakibat pelaksanaan SL-PTT kacang tanah, kacang hijau, dem area ubikayu, ubijalar, dan pangan alternatif tidak dilaksanakan sesuai rencana, hal ini disebabkan calon petani sudah melaksanakan pertanaman secara mandiri agar tidak melewati musim tanam, dan ketidakmampuan petani/kelompok tani dalam penyediaan benih kacang tanah dan kacang hijau secara swadaya; e. Dana kegiatan bantuan sarana pascapanen tahun 2011 di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota berada pada satker bidang Tanaman
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ____________________________________
245
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 Pangan, sedangkan kegiatan ditangani pada Bidang Binus/P2HP, sehingga terhambatnya realisasi kegiatan; f. Ada beberapa Kabupaten untuk penetapan SK CPCL bantuan sarana pascapanen ditetapkan oleh Bupati setempat sehingga proses verifikasi CPCL lambat. Di beberapa kabupaten (Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung timur, Lampung utara, Pesawaran, Tanggamus, Tulang Bawang, Way Kanan, Kubu Raya, Sambas), pencairan dana melalui Bank terdekat mensyaratkan poktan/gapoktan memiliki NPWP, sehingga proses pencairan menjadi tertunda karena harus membentuk badan usaha dan persyaratan lainnya melalui notaris yang membutuhkan biaya yang ditanggung oleh poktan/gapoktan B. Upaya Tindak Lanjut 1. Upaya tindak lanjut dalam pencapaian sasaran produksi: a. Menggerakkan 16 kementerian dan lembaga serta Gubernur dan Bupati/Walikota dalam pengawalan P2BN dalam menghadapi kondisi iklim ekstrim melalui Inpres No.5. Tahun 2011; b. Pelaksanaan percepatan prioritas pembangunan nasional sesuai Inpres No. 14 Tahun 2011; c. Percepatan Pembangunan MP3EI, khususnya Koridor IV, V, dan VI; d. Perlu adanya dukungan kebijakan kedelai yang kondusif dalam hal
pembatasan impor melalui penerapan tarif bea masuk, agar pemasaran kedelai lokal/dalam negeri dapat bersaing dengan kedelai impor. e. Perbaikan tata hubungan kerja penyuluh, peneliti dan Dinas sesuai Permentan No. 45 Tahun 2011, tentang Tata Hubungan kerja antar lembaga teknis, penelitian dan pengembangan dan penyuluhan pertanian dalam mendukung peningkatan produksi beras nasional; f. Perluasan dan pengembangan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT);
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ____________________________________
246
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 g. Peningkatan bantuan pemerintah untuk petani berupa sarana produksi benih, pupuk, pestisida dan alsin pra dan pascapanen; h. Meningkatkan upaya pengamanan produksi dari gangguan OPT melalui penguatan pengamatan peramalan dan operasional pengendalian melalui metode “Spot Stop”, antisipasi kekeringan dan banjir, penguatan Brigade Proteksi, dan gerakan pengendalian; i. Mengaktifkan Posko P2BN dari tingkat Pusat sampai Kecamatan/lapangan untuk meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi dengan stakeholder; j. Pengembangan produksi melalui program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K); k. Menggerakan seluruh pemangku kepentingan masyarakat, pelaku usaha swasta dan BUMN);
(pemerintah,
l. Penyempuraan metoda pengumpulan dan penghitungan angka produksi. 2. Upaya tindak lanjut dalam pelaksanaan program/kegiatan utama tanaman pangan: a. Meningkatkan koordinasi dengan daerah melalui pemberdayaan tim Pemantauan dan Pembinaan Pelaksanaan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) lingkup Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2011 sesuai tanggung jawab wilayah binaan. b. Melakukan realokasi bantuan benih padi hibrida di beberapa daerah ke kelompoktani yang siap dan mampu melaksanakan rekomendasi teknologi padi hibrida; c. Provinsi dan kabupaten/kota diharapkan supaya memfasilitasi dan bertindak sebagai mediator ataupun koordinator untuk menggerakkan seluruh stake holder yang ada di daerahnya masingmasing dalam upaya mendorong dan menjalin serta menumbuhkembangkan kemitraan dengan kelompok tani agribisnis aneka kacang dan umbi;
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ____________________________________
247
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011 d. Perlunya kebijakan dari Kepala Dinas serta koordinasi yang baik antara satker Bidang Tanaman Pangan dengan Bidang Bina Usaha/PPHP demi kelancaran pelaksanaan kegiatan penanganan pasca panen tanaman pangan; e. Perlunya pemahaman buku pedoman pelaksanaan pascapanen bahwa penetapan SK penerima bantuan cukup Kepala Dinas Kabupaten/Kota serta adanya koordinasi dan pengawalan antara petugas dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dengan Pemda setempat untuk penetapan SK CPCL setempat, sehingga proses verifikasi CPCL bisa terkawal.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ____________________________________
248
__________________________________________________Laporan Tahunan 2011
VI
PENUTUP
1. Capaian produksi tanaman pangan tahun 2011 (Angka Ramalan III BPS) mengalami peningkatan untuk komoditas kacang hijau dan ubi jalar dibanding produksi 2010 (ATAP). Namun jika dibandingkan dengan angka sasaran produksi tahun 2011, baru komoditas ubi kayu dan ubi jalar yang mengalami peningkatan produksi. Untuk luas panen tanaman pangan tahun 2011 mengalami peningkatan dibanding luas panen 2010 untuk kacang hijau dan ubi kayu. Jika dibandingkan dengan angka sasaran luas panen tahun 2011, baru padi yang mengalami peningkatan luas panen. Produktivitas mengalami peningkatan dibanding produksi 2010 kecuali padi, kacang tanah dan ubi kayu. Jika dibandingkan dengan angka sasaran produktivitas tahun 2011, komoditas yang mengalami peningkatan produktivitas yaitu kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. 2. Secara keseluruhan pelaksanaan kegiatan utama Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan tahun 2011 sudah cukup baik terutama penyaluran BLBU yang mencapai 100% dan pelaksanaan SLPTT padi, jagung dan kedelai yang berkisar 90%-100%. Kegiatan yang realisasi pelaksanaannya masih rendah antara lain SL-PTT kacang tanah dan kacang hijau karena tidak tersedianya benih; dem area ubi kayu dan ubi jalar karena keterlambatan terbitnya DIPA penghematan 10% yang semula ditampung di Pusat dialihkan menjadi bantuan langsung masyarakat pada satker kabupaten/kota; dem area gandum, sorgum dan hotong karena terbatasnya benih dan terlambatnya musim hujan. 3. Realisasi anggaran APBN Sektoral yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan secara keseluruhan telah mencapai 93,85% dari pagu Rp. 2,840 trilliun, dengan realisasi berdasarkan kelompok Satker berkisar antara 90%-96%. Sedangkan realisasi anggaran subsidi yang mencakup subsidi harga benih dan CBN mencapai Rp. 508,578 miliar atau 79,65% dari pagu Rp. 638,657 miliar.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ____________________________________
249
_____________________________________________ Laporan Tahunan 2011
LAMPIRAN
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ____________________________________i
Lampiran 1
REALISASI PELAKSANAAN SL-PTT PADI DAN JAGUNG TAHUN 2011
(Ha) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali NTB NTT Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Jumlah
Padi Non Hibrida Rencana Realisasi 100,700 100,700 124,775 124,775 87,500 87,500 34,675 34,675 50,500 50,500 112,500 112,500 37,700 37,700 120,700 120,700 4,150 4,097 161,500 161,500 175,000 175,000 51,700 50,633 185,000 185,000 82,200 82,200 40,000 40,000 89,700 89,700 60,000 60,000 100,650 100,650 36,600 35,725 45,250 39,140 95,925 95,925 43,000 42,500 64,000 64,000 131,375 131,375 55,625 55,625 28,100 28,100 38,750 38,750 11,000 11,000 8,000 8,000 18,200 18,200 5,225 5,225 2,200,000 2,191,395
(%) 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 98.72 100.00 100.00 97.94 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 97.61 86.50 100.00 98.84 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 99.61
Rencana 3,300 16,350 950 1,500 10,500 800 10,500 12,550 17,970 2,300 58,050 1,580 2,000 8,730 3,100 300 2,500 7,000 60,300 3,700 5,000 228,980
Padi Hibrida Realisasi 3,300 8,400 950 1,500 10,500 800 10,500 9,000 15,260 800 55,450 1,580 1,640 8,730 3,100 300 2,075 6,706 60,300 1,016 5,000 206,907
(%) 100.00 51.38 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 71.71 84.92 34.78 95.52 100.00 82.00 100.00 100.00 100.00 83.00 95.80 100.00 27.46 100.00 90.36
Padi Lahan Kering Rencana Realisasi 1,800 1,800 8,500 8,500 10,000 7,021 8,600 8,480 12,500 12,500 13,000 13,000 7,175 7,175 12,000 12,000 2,300 2,096 27,500 27,500 27,100 27,100 35,500 35,500 36,550 36,550 11,425 9,575 15,750 15,750 22,375 22,375 18,250 18,250 19,500 19,500 13,600 7,900 9,050 9,050 10,450 10,450 4,250 4,250 3,500 3,500 10,000 10,000 2,475 2,475 4,150 4,150 2,200 2,200 100 400 400 350,000 339,047
(%) 100.00 100.00 70.21 98.60 100.00 100.00 100.00 100.00 91.13 100.00 100.00 100.00 100.00 83.81 100.00 100.00 100.00 100.00 58.09 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 96.87
Jagung Hibrida Rencana Realisasi 2,490 2,490 13,155 13,155 5,400 5,400 675 675 1,500 1,500 3,585 3,585 1,905 1,905 17,550 17,550 12,000 12,000 34,125 34,125 1,800 1,800 43,200 43,200 1,050 1,050 6,000 6,000 11,400 11,400 3,000 600 2,280 1,440 9,855 9,855 6,000 6,000 16,005 16,005 1,005 1,005 10,650 10,650 900 900 600 600 206,730 202,290
(%) 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 63.16 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 97.85
Lampiran 2 REALISASI PELAKSANAAN SL-PTT KEDELAI, KACANG TANAH DAN KACANG HIJAU TAHUN 2011 (Ha) No.
Provinsi
Kedelai Rencana
Kacang Tanah
Realisasi
(%)
Rencana
Realisasi
Kacang Hijau (%)
Rencana
Realisasi
(%)
31,000
31,000
100.00
1,750
1,750
100.00
-
-
-
Sumatera Utara
5,400
5,400
100.00
2,800
-
-
-
-
-
3
Sumatera Barat
760
760
100.00
6,000
1,060
17.67
-
-
-
4
Riau
3,100
3,100
100.00
800
-
-
-
-
-
5
Jambi
5,065
5,065
100.00
-
-
-
-
-
-
6
Sumatera Selatan
4,000
4,000
100.00
1,100
200
18.18
1,000
300
30.00
7
Bengkulu
-
-
-
6,000
2,490
41.50
-
-
-
8
Lampung
3,880
3,880
100.00
7,250
500
6.90
-
-
-
9
Bangka Belitung
-
-
-
-
-
-
-
-
-
10
Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11
DKI Jakarta
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12
Jawa Barat
13,750
13,750
100.00
6,100
2,150
35.25
750
-
-
13
Jawa Tengah
42,980
42,980
100.00
13,100
10,920
83.36
2,000
1,500
75.00
14
D.I. Yogyakarta
15
Jawa Timur
16
1
Aceh
2
11,485
11,485
100.00
4,000
4,000
100.00
-
-
-
108,975
108,975
100.00
10,100
2,930
29.01
2,300
-
-
Banten
5,150
5,150
100.00
5,850
5,750
98.29
-
-
-
17
Bali
4,500
4,500
100.00
6,500
4,500
69.23
-
-
-
18
NTB
26,700
26,700
100.00
5,500
2,150
39.09
2,500
1,000
40.00
19
NTT
1,500
1,500
100.00
2,600
2,600
100.00
1,450
1,450
100.00
20
Kalimantan Barat
1,000
1,000
100.00
1,200
150
12.50
-
-
-
21
Kalimantan Tengah
1,790
1,790
100.00
1,100
-
-
-
-
-
22
Kalimantan Timur
1,266
1,266
100.00
-
-
-
-
-
-
23
Kalimantan Selatan
1,100
1,100
100.00
1,500
893
59.53
-
-
-
24
Sulawesi Utara
-
-
-
2,050
1,940
94.63
-
-
-
25
Sulawesi Tengah
2,000
2,000
100.00
2,450
650
26.53
-
-
-
26
Sulawesi Selatan
16,300
16,300
100.00
10,500
5,750
54.76
-
-
-
27
Sulawesi Tenggara
1,000
1,000
100.00
500
500
100.00
-
-
-
28
Gorontalo
2,000
2,000
100.00
-
-
-
-
-
-
29
Sulawesi Barat
3,500
3,500
100.00
600
200
33.33
-
-
-
30
Maluku
300
300
100.00
250
-
-
-
-
-
31
Maluku Utara
700
700
100.00
400
-
-
-
-
-
32
Papua
-
-
-
-
-
-
-
-
-
33
Papua Barat
800
800
100.00
-
-
-
-
-
-
Jumlah
300,000
300,000
100.00
100,000
51,083
51.08
10,000
4,250
42.50
Lampiran 3 REALISASI PELAKSANAAN DEM AREA UBI KAYU DAN UBI JALAR TAHUN 2011 (Ha) No.
Provinsi
Ubi Kayu Rencana
Ubi Jalar
Realisasi
(%)
Rencana
Realisasi
(%)
1
Sumatera Utara
400
400
100.00
600
600
100.00
2
Sumatera Barat
200
200
100.00
500
400
80.00
3
Riau
150
150
100.00
-
-
-
4
Sumatera Selatan
350
250
71.43
-
-
-
5
Bengkulu
200
200
100.00
160
160
100.00
6
Lampung
600
500
83.33
600
600
100.00
7
Bangka Belitung
50
-
-
-
-
-
8
Jawa Barat
550
550
100.00
1,500
1,500
100.00
9
Jawa Tengah
900
900
100.00
550
400
72.73
10
D.I. Yogyakarta
200
200
100.00
100
100
100.00
11
Jawa Timur
800
300
37.50
950
300
31.58
12
Banten
200
200
100.00
300
300
100.00
13
Bali
150
150
100.00
450
350
77.78
14
NTB
150
-
-
450
150
33.33
15
NTT
300
300
100.00
500
500
100.00
16
Kalimantan Barat
250
250
100.00
50
50
100.00
17
Kalimantan Tengah
-
-
-
100
100
100.00
18
Kalimantan Timur
100
-
-
-
-
-
19
Kalimantan Selatan
100
100
100.00
300
-
-
20
Sulawesi Utara
-
-
-
200
200
100.00
21
Sulawesi Selatan
500
450
90.00
1,000
725
72.50
22
Sulawesi Tenggara
140
140
100.00
250
250
100.00
23
Sulawesi Barat
250
200
80.00
-
-
-
24
Maluku
-
-
-
150
150
100.00
25
Maluku Utara
-
-
-
100
100
100.00
26
Papua
-
-
-
700
425
60.71
27
Papua Barat Jumlah
-
-
-
450
450
100.00
6,540
5,440
83.18
9,960
7,810
78.41
Lampiran 4
REALISASI PELAKSANAAN DEM AREA GANDUM, SORGUM DAN HOTONG TAHUN 2011
No. Provinsi Gandum 1 Bengkulu
Kabupaten
Rencana
(Ha) (%)
Realisasi
1 Rejang Lebong
10
10
100.00
2
Jawa Barat
2 Bandung
10
10
100.00
3
Jawa Tengah
3 Semarang 4 Karanganyar
10 10
10 10
100.00 100.00
4
Jawa Timur
5 Malang 6 Probolinggo Jumlah
10 10 60
5 5 50
50.00 50.00 83.33
1 Pasuruan
100
100
100.00
2 Toraja Utara
100
10
10.00
50 50 300
7 117
14.00 39.00
1 Aceh Tengah
10
10
100.00
Gandum melalui CF-SKR 1 Jawa Timur 2
Sulawesi Selatan
3
Nusa Tenggara Timur
Sorgum 1 Aceh
3 Timor Tengah Selatan 4 Manggarai Jumlah
2
Lampung
2 Lampung Tengah
10
-
-
3
Jawa Barat
3 Bandung 4 Subang
10 10
10 10
100.00 100.00
4
Jawa Tengah
5 Demak 6 Wonogiri 7 Purbalingga
10 10 10
10 10
100.00 100.00
5
D.I. Yogyakarta
8 Bantul 9 Gunung Kidul
10 20
10 20
100.00 100.00
6
Jawa Timur
10 Lamongan 11 Sampang
10 10
10 10
100.00 100.00
7
Kalimantan Tengah
12 Barito Timur
10
-
-
8
Nusa Tenggara Timur
13 Sumba Timur 14 Rotendao 15 Ende
10 10 20
10 2 -
100.00 20.00 -
9
Nusa Tenggara Barat
16 Sumbawa Besar Jumlah
10 180
112
62.22
30 30
30 30
100.00 100.00
Hotong 1 Maluku
1 Buru Jumlah
Lampiran 5
REALISASI PELAKSANAAN DEM AREA PANGAN ALTERNATIF TAHUN 2011
No. Provinsi Koro Pedang 1 Lampung
Kabupaten
Rencana
(Ha) (%)
Realisasi
1 Lampung Selatan
5
5
100.00
2
Jawa Barat
2 Bogor 3 Sukabumi 4 Subang
5 5 5
5 5 5
100.00 100.00 100.00
3
Banten
5 Lebak 6 Pandeglang
5 5
5 5
100.00 100.00
4
Jawa Tengah
7 8 9 10 11
Sragen Purworejo Kebumen Karanganyar Wonosobo *)
5 5 5 5 5
5 5 5 5 -
100.00 100.00 100.00 100.00 -
5
D.I. Yogyakarta
12 Gunung Kidul
5
5
100.00
6
Jawa Timur
13 Ponorogo 14 Ngawi Jumlah
5 5 70
5 60
100.00 85.71
Jawa Barat
1 Bogor
5
5
100.00
2
Banten
2 Lebak
5
5
100.00
3
Kalimantan Barat
3 Bengkayang
5
5
100.00
4
Sulawesi Tengah
4 Kepulauan Banggai **)
5
Sulawesi Tenggara
Talas 1
Talas Jepang 1 Jawa Tengah Talas Safira 1 Sulawesi Selatan Garut 1 Jawa Barat Ganyong 1 Jawa Barat Gembili 1 Banten Kimpul 1 Jawa Timur
5
-
-
5 Konawe Jumlah
5 25
5 20
100.00 80.00
1 Brebes Jumlah
5 5
5 5
100.00 100.00
1 Jeneponto Jumlah
5 5
5 5
100.00 100.00
1 Garut Jumlah
5 5
5 5
100.00 100.00
1 Ciamis Jumlah
5 5
5 5
100.00 100.00
1 Padeglang Jumlah
5 5
5 5
100.00 100.00
1 Malang **) Jumlah
5 5
-
-
Keterangan: *) Tidak melaksanakan (direalokasi untuk kegiatan SL-PTT padi untuk medukung kegiatan P2BN) **) Tidak dilaksanakan karena pedoman pelaksanaan kegiatan dem area pangan alternatif terlambat diterima oleh kabupaten yang bersangkutan, karena menjadi satu dengan pedoman pelaksanaan dem area ubi kayu/ubi jalar yang terhambat pelaksanaannya akibat revisi DIPA
Lampiran 6
REALISASI PENYALURAN BLBU PADI, JAGUNG DAN KEDELAI TAHUN 2011
(Ton) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali NTB NTT Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Jumlah
Padi Non Hibrida Rencana Realisasi 2,375 2,375 3,007 3,007 2,318 2,318 699 699 1,549 1,549 3,494 3,494 892 892 4,463 4,463 102 102 3,672 3,672 4,083 4,083 1,266 1,266 3,364 3,364 935 935 1,000 1,000 1,787 1,787 1,443 1,443 2,766 2,766 632 632 979 979 2,077 2,077 843 843 1,600 1,600 6,294 6,294 1,253 1,253 639 639 408 408 275 275 200 200 455 455 131 131 55,000 54,999
(%) 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Rencana 50 68 14 23 158 12 38 41 64 12 243 24 30 131 47 5 31 98 183 22 14 1,304
Padi Hibrida Realisasi 50 68 14 23 158 12 38 41 64 12 243 24 30 131 47 5 31 98 183 22 14 1,304
(%) 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Padi Lahan Kering Rencana Realisasi 48 48 213 213 173 173 210 210 148 148 325 325 183 183 300 300 52 52 774 774 678 678 919 919 914 914 311 311 444 444 684 684 456 456 488 488 197 197 226 226 247 247 106 106 198 198 228 228 57 57 104 104 55 55 3 3 10 10 8,750 8,750
(%) 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Jagung Hibrida Rencana Realisasi 24 24 191 191 234 234 10 10 16 16 54 54 29 29 204 204 160 160 490 490 27 27 577 577 4 4 170 170 171 171 45 45 7 7 26 26 146 146 90 90 214 214 15 15 155 155 35 35 9 9 3,101 3,101
(%) 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Rencana 1,172 211 30 124 79 212 183 641 1,910 459 4,235 101 180 1,248 52 40 72 51 27 80 600 115 65 40 12 28 32 12,000
Kedelai Realisasi 1,172 211 30 124 79 212 183 641 1,910 459 4,235 101 180 1,248 52 40 72 51 27 80 600 115 65 40 12 28 32 12,000
(%) 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
REALISASI PENYALURAN TAMBAHAN BLBU NON SL-PTT APBN PENGHEMATAN DAN APBN-P TAHUN 2011
Lampiran 7
(Ha) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali NTB NTT Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Jumlah
Padi Non Hibrida Rencana Realisasi 1,048 1,048 125 125 75 75 500 500 1,600 1,600 100 100 1,200 1,200 1,350 1,350 1,394 1,394 194 194 1,500 1,500 269 269 300 300 531 531 331 331 99 99 250 250 3,080 3,080 150 150 8 8 100 100 1 1 14,203 14,203
(%) 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Rencana 375 45 167 75 5 20 1,129 18 45 66 38 2 27 2,470 30 4,511
Padi Hibrida Realisasi 375 45 167 75 5 20 1,129 18 45 66 38 2 27 2,470 30 4,511
(%) 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Padi Lahan Kering Rencana Realisasi 25 25 3 3 208 208 56 56 209 209 528 528 153 153 54 54 744 744 100 100 444 444 488 488 192 192 13 13 62 62 150 150 3,425 3,425
(%) 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Jagung Hibrida Rencana Realisasi 300 300 339 339 231 231 15 15 90 90 128 128 331 331 300 300 405 405 113 113 384 384 225 225 300 300 90 90 3 3 96 96 225 225 90 90 375 375 180 180 126 126 128 128 38 38 5 5 11 11 4,525 4,525
(%) 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Lampiran 8 VARIETAS TANAMAN PANGAN YANG DILEPAS MENTERI PERTANIAN TAHUN 2011 No. Komoditi I PADI 1. Padi Hibrida
2. Padi Non Hibrida a) Padi sawah
II
Nama Varietas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 2 3 4 5 6 7 8
Pengusul
Hipa 12 SBU Hipa 13 Hipa 14 SBU Hipa Jatim 1 Hipa Jatim 2 Hipa Jatim 3 Rejo 1 Rejo 3 PAC 809 PAC 801 LPHT 6 LPHT 8 LOPP 11 PERTANI
BB Padi Dan PT. Saprotan Benih Utama BB Padi Dan PT. Saprotan Benih Utama BB Padi Dan PT. Saprotan Benih Utama BB Padi Dan Diperta Provinsi Jawa Timur BB Padi Dan Diperta Provinsi Jawa Timur BB Padi Dan Diperta Provinsi Jawa Timur PT Agri Makmur Pertiwi PT Agri Makmur Pertiwi PT Advanta Seed Indonesia PT Advanta Seed Indonesia PT Longping Hight-Tech Indonesia PT Longping Hight-Tech Indonesia PT Longping Hight-Tech Indonesia
Inpari 14 Pakuan Inpari 15 Parahyangan Inpari 16 Pasundan Inpari Sidenuk Inpari 17 Inpari 18 Inpari 19 Inpari 20
BB Padi dan Diperta TP Provinsi Jawa Barat BB Padi dan Diperta TP Provinsi Jawa Barat BB Padi dan Diperta TP Provinsi Jawa Barat BB Padi dan BATAN BB Padi BB Padi BB Padi BB Padi
2) Padi Sawah lokal
1 Saganggam Panuah
Pemkot. Padang Panjang, BPTP dan BPSB Sumatera Barat
3) Padi Gogo
1 2 3 4
Inpago Unram 1 Inpago Unsoed 1 Inpago 8 Inpago 9
BB Padi BB Padi BB Padi BB Padi
1 2 3 4 5 6
Bima 12 Q Bima 13 Q Bima 14 Batara Bima 15 sayang DK 85 DK 95
Balit Sereal Balit Sereal Balit Sereal dan Pemda Sulsel Balit Sereal dan Pemda Sulsel PT. Branita Sandhini PT. Branita Sandhini
JAGUNG 1. Jagung Hibrida
2. Jagung Komposit
III Kedelai
1 Provit A1 2 Provit A2
Balit Sereal Balit Sereal
1 Gema
Balitkabi
Lampiran 9 REALISASI PENYALURAN BANTUAN SARANA PASCAPANEN DAN RICE TRANSPLANTER TAHUN 2011
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali NTB NTT Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Jumlah
Bantuan Sarana Pascapanen Rencana Realisasi 16 16 24 22 22 19 6 6 8 8 18 18 8 8 16 16 2 2 30 30 52 52 8 8 48 48 8 8 10 10 10 10 2 2 8 8 2 2 2 2 14 14 10 10 12 12 18 18 4 4 6 6 4 4 2 2 2 2 2 2 4 4 378 373
(%) 100.00 91.67 86.36 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 98.68
Bantuan Sarana Pascapanen (APBN Penghematan) Rencana Realisasi (%) 4 4 100.00 5 5 100.00 2 2 33 33 100.00 16 16 100.00 32 32 100.00 25 25 100.00 4 4 100.00 47 47 100.00 12 12 100.00 1 1 100.00 2 2 100.00 5 5 100.00 5 5 100.00 33 33 100.00 5 5 100.00 231 231 100.00
(Unit) Bantuan Rice Transplanter (APBN Penghematan) Rencana Realisasi (%) 5 5 100.00 9 9 100.00 13 13 100.00 4 4 100.00 2 2 100.00 5 5 100.00 18 18 100.00 29 29 100.00 4 4 100.00 31 31 100.00 4 4 100.00 5 5 100.00 4 4 100.00 6 6 100.00 4 4 100.00 12 12 100.00 3 3 100.00 10 10 100.00 4 4 100.00 2 2 174 174 100.00
Keterangan: 1. Kabupaten yang tidak merealisasikan pembelian sarana pascapanen yaitu Kabupaten Solok 2 gapoktan dan Solok Selatan 1 gapoktan (Provinsi Sumbar), karena sarana yang diinginkan oleh gapoktan tidak sesuai dengan buku Pedoman Pelaksanaan 2. Kabupaten Karo (Provinsi Sumut) tidak melaksanakan pembelian karena melaksanakan kegiatan APBD 2011 sehingga tidak cukup waktu untuk melaksanakan bansos pascapanen APBN Ditjen Tanaman Pangan 3. Disamping transplanter juga terdapat bantuan traktor roda 2 sebanyak 100 unit yang dialokasikan di Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah dan telah terealisasi seluruhnya
Lampiran 10
REALISASI PELAKSANAAN SL-PHT DAN SL-IKLIM TAHUN 2011 (Unit) No.
Provinsi
SL-PHT Rencana
SL-IKLIM
Realisasi
(%)
Rencana
Realisasi
(%)
1
Aceh
23
23
100.00
12
12
100.00
2
Sumatera Utara
29
29
100.00
14
14
100.00
3
Sumatera Barat
20
20
100.00
7
7
100.00
4
Riau
7
7
100.00
3
3
100.00
5
Jambi
11
11
100.00
4
4
100.00
6
Sumatera Selatan
18
18
100.00
8
8
100.00
7
Bengkulu
8
8
100.00
3
3
100.00
8
Lampung
18
18
100.00
5
5
100.00
9
Bangka Belitung
4
4
100.00
1
1
100.00
10
Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
11
DKI Jakarta
-
-
-
-
-
-
12
Jawa Barat
46
46
100.00
27
27
100.00
13
Jawa Tengah
46
46
100.00
36
36
100.00
14
D.I. Yogyakarta
7
7
100.00
5
5
100.00
15
Jawa Timur
46
46
100.00
31
31
100.00
16
Banten
15
15
100.00
5
5
100.00
17
Bali
15
15
100.00
3
3
100.00
18
NTB
14
14
100.00
9
9
100.00
19
NTT
13
13
100.00
5
5
100.00
20
Kalimantan Barat
15
15
100.00
6
6
100.00
21
Kalimantan Tengah
8
8
100.00
5
5
100.00
22
Kalimantan Timur
11
11
100.00
3
3
100.00
23
Kalimantan Selatan
15
15
100.00
14
14
100.00
24
Sulawesi Utara
14
14
100.00
3
3
100.00
25
Sulawesi Tengah
17
17
100.00
3
3
100.00
26
Sulawesi Selatan
28
28
100.00
17
17
100.00
27
Sulawesi Tenggara
14
14
100.00
3
3
100.00
28
Gorontalo
12
12
100.00
3
3
100.00
29
Sulawesi Barat
9
6
66.67
3
-
-
30
Maluku
5
5
100.00
3
3
100.00
31
Maluku Utara
5
5
100.00
3
3
100.00
32
Papua
6
6
100.00
3
3
100.00
33
Papua Barat
6
6
100.00
3
3
100.00
Jumlah
505
502
99.41
250
247
98.80
Lampiran 11 Pelaksanaan Kegiatan Validasi dan Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih No. Jenis/Judul Kegiatan 1 2 1 Validasi Metode Penetapan Kadar Air Benih Kedelai Metode Oven Suhu 103 °C Selama 17 Jam dengan Metode Oven Suhu 130 °C Selama 1 Jam
2
Pengembangan metode Verifikasi Keaslian dan Kemurnian Varietas dalam Produksi Padi melalui Plot Kontrol
3
Pengembangan Metode Uji Daya Hantar Listrik Untuk Pendugaan Daya Kecambah dan Daya Tumbuh Benih Padi
4
Pengembangan Metode Pengembangan Uji Cepat Viabilitas Menggunakan Fecl3 Dan Indoksil Asetat (IA) Pada Benih Kedelai (Glycine Max)
Tujuan 3 Mendapatkan metode penetapan kadar air benih kedelai yang terstandardisasi secara nasional
Memverifikasi keaslian dan kemurnian varietas padi kelas BP (Benih Pokok) dengan metode plot kontrol dan membandingkan pemeriksaan lapangan areal sertifikasi dengan menggunakan metode sampling dan metode plot kontrol Menduga daya berkecambah, daya tumbuh di lapang dan vigor benih (indeks vigor dan kecepatan tumbuh) benih kedelai berdasarkan hasil uji daya hantar listrik
Verifikasi uji DB dengan uji FeCl3 dan uji Indoksil Asetat untuk mendapatkan gambaran hubungan antara uji DB, FeCl3 dan uji indoksil asetat
Hasil/Kesimpulan 4 a. Penetapan kadar air dengan metode oven suhu tinggi (130 0C, 1 jam) dapat menggantikan penetapan kadar air dengan metode oven suhu rendah (103 0C, 17 jam) pada benih kedelai b. Penetapan kadar air dengan metode oven suhu tinggi (130 0C, 1 jam) dapat digunakan sebagai metode pengujian kadar air benih kedelai di Indonesia Verifikasi keaslian dan kemurnian varietas dapat dilakukan dengan menggunakan metode plot kontrol karena adanya media pembanding berupa living descriptions (deskripsi hidup) yang dapat membantu PBT terutama pemula dalam memvonis tanaman yang termasuk tipe simpang atau CVL Uji korelasi antara nilai DHL dengan menghasilkan koefisien korelasi bernilai negatif. Hal ini sesuai dengan hipotesa bahwa nilai DHL tertentu dapat digunakan untuk menduga DB, DT, IV dan KCT benih padi. Namun, pengembangan metode ini masih perlu dioptimasikan dengan melakukan pengujian lanjutan menggunakan metode yang telah diverifikasi berdasarkan literatur yang didapat Uji daya berkecambah (DB) dan uji biokimia (FeCl3 dan IA) menunjukkan hasil ada yang berbeda nyata bila dianalisa dengan uji F dan dilanjutkan uji Duncan α 5%. Untuk hasil pengujian viabilitas FeCl3 dan hasil pengujian DB tidak berbeda nyata pada varietas Kaba, Argomulyo dan Rajabasa. Sedangkan pada hasil pengujian viabilitas Indoksil asetat (IA) dan hasil pengujian DB, tidak berbeda nyata pada varietas Kaba, Grobogan, Tanggamus
Lanjutan Lampiran 11 Pelaksanaan Kegiatan Validasi dan Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih No. 1 5
Jenis/Judul Kegiatan 2 Pengembangan Metode Evaluasi Metode Pengujian Vigor untuk Pelabelan Ulang pada Benih Padi
Tujuan 3 Diperolehnya metode uji vigor yang tepat untuk pelabelan ulang pada benih padi
6
Pengembangan Metode Aplikasi Pelapisan (Coating) Dan Pewarnaan Untuk Mempertahankan Mutu Benih Padi Hibrida Selama Penyimpanan
1 Memberikan penciri terhadap benih padi hibrida 2 Mengetahui pengaruh pelapisan dengan aplikasi fungisida terhadap viabilitas benih padi hibrida 3 Mengetahui pengaruh pelapisan terhadap umur simpan benih padi hibrida
7
Pengembangan Metode Aplikasi Berbagai Kemasan Plastik dalam Penyimpanan Benih Kedelai
8
Pengembangan Metode Kajian Keragaman Genetik Varietas Kedelai Menggunakan Metode Simple Sequencing Repeat (SSR)
1 Mengetahui pengaruh berbagai kemasan plastik dalam mempertahankan mutu benih kedelai selama penyimpanan 2 Mengetahui jenis kemasan yang tepat dalam mempertahankan mutu benih kedelai selama penyimpanan Pengembangan metode uji keragaman genetik benih kedelai menggunakan metode SSR (yang dimodifikasi)
9
Pengkajian Metode sesuai ISTA Rules/
OECD Scheme
Mengetahui acuan skema benih dalam perdagangan internasional
Hasil/Kesimpulan 4 Pengujian vigor sampai sejauh (5 lot) ini terlihat kurang efisien untuk pendugaan masa edar benih padi pada pelabelan ulang. Hasil yang diperoleh tidak berbeda signifikan dengan pengujian daya berkecambah. Grafik yang dihasilkan oleh pengujian vigor seperti indeks vigor, kecepatan tumbuh dan daya hantar listrik cenderung landai, seperti pada grafik hasil pengujian daya berkecambah Hasil terhadap empat (4) jenis varietas yang telah diuji, yaitu SL8, DG1, DG2, dan Boshima, menunjukkan bahwa 2 varietas (DG1 &DG2) memberikan pengaruh coating yang lebih baik yang ditunjukkan oleh daya berkecambah yang lebih tinggi dibanding kontrol, tetapi pada 2 varietas lainnya (SL8 dan Boshima) benih kontrol memberikan daya berkecambah yang lebih tinggi daripada benih yang dicoating Jenis kemasan plastik yang dapat mempertahankan mutu benih kedelai setelah 3 bulan simpan, pada tingkat KA sekitar 8,5% & 12,1% adalah kantong semar. Sedangkan kemasan polyetheline dapat mempertahankan mutu benih pada KA 8,5% Metode SSR dapat diaplikasikan untuk uji keragaman genetik varietas benih Kedelai namun perlu kajian lanjut penggunaan penanda (primer) SSR yang lebih beragam sebagai penanda spesifik varietas Penerbitan buku literatur yang diberi judul “Skema Benih OECD dalam Perdagangan Internasional”.
Lampiran 12 Kerjasama Penerapan Sistem Mutu Benih No. Jenis/Judul Kegiatan 1 2 1 Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih/ Bibit Pertanian Peternakan Provinsi Maluku
2
UPTD BPSBTPH Provinsi Kalimantan Timur
Tujuan 3 Penyempurnaan dokumen sistem mutu
Penerapan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium
Hasil/Kesimpulan 4 Adapun saran penyempurnaan antara lain: a. Dalam organisasi laboratorium perlu disesuaikan antara struktur organisasi, tugas dan wewenang serta dikaitkan dengan personil yang menjabat. b. Dokumen sistem mutu perlu mencantukan sasaran mutu. c. Panduan Mutu harus memuat klausulklausul dalam ISO/IEC 17025:2008. Disarankan untuk melakukan tindakan perbaikan sebagai berikut: a. Ruang lingkup dan spesifikasi metode pengujian. 1) Metode pengujian yang digunakan adalah ISTA Rules 9,0-9,2 untuk kadar air, 3,1-3,9 untuk kemurnian dan 5,15,11 untuk daya berkecambah. 2) Di bagian atas Form A1 tersebut dicantumkan kop dan alamat laboratorium. 3) Form A1 (FPA 03.1.b Rev.0) beserta penjelasan pengisiannya dapat diunduh secara langsung melalui website KAN. 4) Disarankan untuk memasukkan beberapa benih hortikultura dalam ruang lingkup yang diajukan untuk diakreditasi. b. Investigasi dan rencana tindakan perbaikan pada pengujian daya berkecambah disarankan laboratorium untuk mencari akar permasalahan dan perencanaan tindakan perbaikan serta mengembangkan form yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan laboratorium.
Kerjasama Penerapan Sistem Mutu Benih No. Jenis/Judul Kegiatan 1 2 3 UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)
Tujuan 3 Sosialisasi pemahaman Penerapan Sistem Manajemen Mutu laboratorium serta penerapan SNI ISO/IEC 17025:2008.
4
UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih Provinsi Nusa Tenggara Timur
Penerapan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium
5
UPTD BPSBTPH Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten
Sosialisasi tentang SNI ISO/IEC 17025: 2008 serta metode pengujian dan penyempurnaan dokumen
Lanjutan Lampiran 12
Hasil/Kesimpulan 4 Saran tindakan perbaikan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: a. Perlu fasilitas AC di ruang pengujian baik basah maupun kering untuk mengendalikan kondisi lingkungan pengujian. Diperlukan penyesuaian sumber listrik dengan kebutuhan listrik untuk alat dan ruang pengujian, sehingga bila terjadi gangguan listrik pada satu alat/ruang tidak berakibat ke semua alat. b. Penempatan peralatan disesuaikan dengan fungsinya. c. Perlu dilakukan validasi dan kalibrasi serta pengecekan antara pada alat yang mempengaruhi hasil uji. d. Memutakhirkan metode uji yang digunakan sebagai acuan. e. Menyediakan instruksi kerja di setiap peralatan yang digunakan. Hasil yang diperoleh, yaitu : a. Sosialisasi Audit Internal dan praktek Audit Internal b. Kunjungan lapang ke laboratorium dalam rangka persiapan asesmen c. Memberi masukan untuk penyempurnaan dokumen Hasil fasilitasi yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Memberikan saran masukan penyempurnaan dokumen b. Berdasarkan hasil kunjungan ke laboratorium, saran dan masukan untuk laboratorium adalah: 1) Mengganti fungsi ruang kering dengan ruang basah, karena ruang basah memerlukan suhu terkendali untuk perkecambahan benih sehingga memerlukan ruangan yang ber AC.
Lanjutan Lampiran 12 Kerjasama Penerapan Sistem Mutu Benih No. 1
6
Jenis/Judul Kegiatan 2
Kantor Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Tengah
Tujuan 3
Penyempurnaan Dokumen Sistem Manajemen Mutu Laboratorium
Hasil/Kesimpulan 4 2) Menempatkan peralatan disesuaikan dengan fungsinya: grinding mills dan devider ditempatkan pada ruang kering. Sebaiknya menggunakan grinding mills yang mempunyai skala untuk memudahkan penentuan tingkat kehalusan benih ( fine atau coarse ). Memiliki saringan untuk memverifikasi tingkat kehancuran benih. 3) Untuk penimbangan pada analisis kemurnian timbangan yang digunakan memiliki ketelitian minimal 3 desimal. 4) Melakukan ketertelusuran alat agar oven yang dikalibrasi pada tahun 2008 segera dikalibrasi ulang dan dilakukan pengecekan antara pada alat yang mempengaruhi hasil. Berdasarkan hasil kunjungan saran dan masukan untuk laboratorium adalah: a. Melakukan penataan letak peralatan di laboratorium sehingga kegiatan pengujian dapat berjalan lancar. b. Melengkapi peralatan yang digunakan sesuai dengan ruang lingkup pengujian yang diajukan. c. Kondisi suhu ruang pengujian kurang memadai karena (AC) yang tersedia tidak berfungsi dengan baik. Kondisi ruangan seperti ini cukup berpengaruh terhadap hasil pengujian yang dilakukan khususnya pengujian daya berkecambah, hal ini juga akan sangat membantu kenyamanan analis dalam bekerja jika kondisi ruangan mendukung. d. Perlu dilakukan validasi metode grinding mills untuk memenuhi persyaratan kelolosan material (benih) yang dihancurkan.
Lanjutan Lampiran 12 Kerjasama Penerapan Sistem Mutu Benih No. Jenis/Judul Kegiatan 1 2 7 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tenggara
Tujuan 3 Penyempurnaan Dokumen Sistem Manajemen Mutu Laboratorium
8
Balai Pengawasan Sertifikasi dan Produksi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Utara
Sosialisasi tentang SNI ISO/IEC 17025: 2008 dan penyempurnaan dokumen
9
BPSB Riau
Penyusunan Dokumen Sistem Manajemen Mutu
Hasil/Kesimpulan 4 Berdasarkan hasil kunjungan saran dan masukan untuk laboratorium adalah: a. Fasilitasi penyempurnaandokumen sistem manajemen mutu laboratorium dalam rangka tindakan perbaikan asesmen awal. b. Melakukan sosialisasi SNI ISO/IEC 17025:2008 Berdasarkan hasil kunjungan saran dan masukan untuk laboratorium adalah: a. Memberikan saran masukan penyempurnaan dokumen sistem mutu meliputi Panduan Mutu, Dokumen Prosedur dan Instruksi Kerja. b. Melakukan sosialisasi audit internal dan praktek audit internal. c. Membantu pengisian formulir permohonan akreditasi untuk diajukan ke Komite Akreditasi Nasional (KAN). Berdasarkan hasil kunjungan saran dan masukan untuk laboratorium adalah: a. Ruangan pengujian di bagi menjadi 3 bagian yaitu ruang kerja, ruang basah dan ruang inkubator. Masing-masing ruang dilengkapi dengan AC. b. Laboratorium sudah mempunyai peralatan untuk pengujian standar dan penempatan peralatan sudah sesuai dengan fungsi alat. c. Ada beberapa alat yang sudah dikalibrasi dan belum dilakukan kalibrasi ulang, disarankan untuk melakukan kalibrasi alat agar tidak mempengaruhi hasil pengujian.