Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
ISSN 2302-0253 pp. 97- 111
15 Pages
FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI KINERJA WAKTU PELAKSANAAN KONSTRUKSI GEDUNG SECARA SWAKELOLA ( STUDI KASUS : PROYEK PENGEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI PROVINSI ACEH ) Rusman1, Muttaqin2, Nurul Malahayati2 1)
Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
Abstract: The construction project has a varied number of risks, especially in a self-managed project involving multiple parties, and uses a variety of resources, and also faces many problems of uncertainty and risk, when it occurs may reduce the loss of time that could make the project delayed. The objective of this study is to find out the risk factors affecting the performance time of a self-managed building construction management in a Vocational High School (SMK) project development in Aceh province. The process of risk management project is the identification of risk factors, risk analysis, risk evaluation and risk management measures. Research to determine the risk factors conducted qualitatively, by analyzing the perception data obtained from questionnaires by respondents project owner, the implementation team and the planning team/supervisor of the vocational project development in Aceh province fiscal year 2009 to 2011. The data analysis processed by descriptive statistics, Analytic Hierarchy Process (AHP), and analysis of the level of risk, to get a ranking factor. Correlation nonparametris done by Spearman correlation. The result of the data analysis shows there are seven major risk factors that affect the performance of a self-managed building construction in SMK project development in Aceh, namely: the ability and manager’s skill, first ranking (14.168%); short-time jobs, second ranking (13.562%); lack of project management experience, third ranking (12.529%); taxation, fourth ranking (11. 230%); weather disruption, fifth ranking (11.046%); labor and equipment productivity, sixth ranking (11.039%), and Bill of Quantity estimation is less accurate, seventh ranking (10.314%). From a nonparametris correlation analysis obtained that the risk factors are correlated with the performance time that can degrade the performance project time. Keywords : Up to six keywords should also be included Abstrak: Proyek konstruksi memiliki sejumlah resiko yang bervariatif, terutama pada proyek swakelola dengan melibatkan banyak pihak, dan memakai berbagai macam sumberdaya, serta menghadapi banyak masalah ketidakpastian dan resiko, jika terjadi dapat mengurangi kerugian waktu yang dapat menjadikan proyek tertunda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktorfaktor resiko yang mempengaruhi kinerja waktu pelaksanaan konstruksi gedung secara swakelola pada proyek pengembangan Sekolah Mengengah Kejuruan (SMK) di Provinsi Aceh. Proses didalam manajemen resiko proyek adalah identifikasi faktor-faktor resiko, analisa resiko, evaluasi resiko, dan tindakan mengelola resiko. Penelitian untuk mengetahui faktor-faktor resiko dilakukan secara kualitatif, dengan menganalisa data persepsi yang didapat dari kuesioner dengan responden pemilik proyek, tim pelaksana dan tim perencana/pengawas proyek pengembangan SMK di Provinsi Aceh tahun anggaran 2009 sampai dengan 2011. Analisa data diolah dengan statistik deskriptif, Analytic Hierarchy Process (AHP), dan analisa level resiko, untuk mendapatkan rangking faktor. Korelasi nonparametris dilakukan dengan korelasi Spearman. Hasil analisa data menunjukkan ada tujuh faktor resiko utama yang berpengaruh terhadap kinerja waktu pelaksanaan konstruksi gedung secara swakelola pada proyek pengembangan SMK di Aceh, yaitu : Kemampuan dan kecakapan pelaksana, rangking 1 (14.168%); Singkatnya waktu pekerjaan, rangking 2 (13.562%); Manajemen proyek yang kurang pengalaman, rangking 3 (12.529%); Perpajakan, rangking 4 (11.230%); Gangguan cuaca, rangking 5 (11.046%); Tenaga kerja dan produktifitas peralatan, rangking 6 (11.039%); dan Perkiraan Bill of Quantity yang kurang akurat, rangking 7 (10.314%). Dari analisa korelasi nonparametris didapat bahwa faktor resiko berkorelasi dengan kinerja waktu yang dapat menurunkan kinerja waktu proyek. Kata kunci : Faktor-Faktor Resiko, Kinerja Waktu , dan Proyek Swakelola
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
- 97
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Kebijakan pokok Direktorat Pembinaan SMK
tindakan koreksi atau treatmeant terhadap
mengacu pada tujuan strategis Kementerian
resiko utama.
Pendidikan Nasional yaitu tersedianya dan
Ruang lingkup pada penelitian ini adalah
terjangkaunya layanan pendidikan menengah
kinerja waktu pelaksanaan konstruksi gedung
kejuruan
secara
yang
bermutu,
relevan,
dan
swakelola
pada
20
proyek
berkesetaraan di semua provinsi, kabupaten,
pengembangan sekolah menengah kejuruan
dan kota. Dalam upaya mendukung pemerintah
(SMK) di Propinsi Aceh mulai dari tahun 2009
Daerah untuk melaksanakan pengembangan
sampai dengan 2011.
pendidikan menengah kejuruan diwilayahnya, serta
untuk
pemerataan
merealisasikan pendidikan,
maka
terjadinya
TINJAUAN PUSTAKA Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK )
direktorat
pembinaan SMK telah mengalokasikan dana melalui bantuan pembangunan SMK yang dilaksanakan dengan cara swakelola melalui unsur pendekatan partisipasi masyarakat.
Sesuai dengan Keputusan Mendiknas, Nomor 053/U/2001 tanggal 19 April 2001 tentang Pelayanan
anggaran APBN sejumlah 20 proyek yang tersebar di 8 kabupaten pada Provinsi Aceh, berdasarkan hasil observasi lapangan didapat hanya 5 proyek yang menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dan sesuai jadwal sedangkan 15 proyek SMK lainnya mengalami keterlambatan. Kinerja proyek dapat diukur dari salah
terjadinya
keterlambatan dalam penyelesaian proyekproyek konstruksi. Untuk meningkatkan kinerja waktu proyek perlu dilakukan langkah-langkah manajemen resiko, seperti mengindentifikasi faktor-faktor resiko dan rencana tindakan atau respons terhadap resiko yang ada. Penelitian
ini
dilakukan
Minimal
Standar
Penyelenggaraan
Menengah dijelaskan bahwa Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa untuk menyiapkan mereka sebagai tenaga kerja tingkat menengah yang terampil, terdidik dan profesional, serta mampu mengembangkan diri
sejalan
mengidentifikasikan dan menganalisis variabelvariabel resiko yang mempengaruhi kinerja
perkembangan
ilmu
Untuk membedakan penampilan SMK dengan sekolah lainnya maka ada ciri umum penampilan
SMK
berdasarkan
pedoman
perencanaan pembangunan USB-SMK tahun 2009 (Dirjen pembinaan SMK 2009) sebagai berikut: a.
Desain bangunan dan lingkungan sekolah harus
untuk
dengan
pengetahuan dan teknologi.
satunya adalah pencapaian kinerja waktu sehingga
Penyusunan
Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan
Proyek SMK yang diteliti bersumber dari
pelaksanaannya,
Pedoman
bisa
mengakomodasi
dan
mencerminkan ciri sekolah kejuruan secara umum maupun ciri proses/mekanisme pendidikan dalam skala yang lebih kecil.
waktu pelaksanan konstruksi pada proyek pengembangan SMK di Aceh. dan melakukan Volume 1, No. 1, Agustus 2012
- 98
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala b.
Sekolah kejuruan berperan sebagai agen perkembangan/ disamping
c.
perubahan
tempat
pencetakan
Manfaat Manajemen Resiko
budaya
Manajemen resiko dalam penerapannya
tenaga
akan mendatangkan manfaat bagi kelangsungan
terampil.
proyek itu sendiri, diantaranya adalah :
Ciri arsitektur daerah yang sering dituntut
membantu mencapai tujuan, pengoptimalan
untuk memberi warna bangunan dan
efisiensi operasional, memahami hambatan
lingkungan sekolah, ditempatkan pada
yang mengganggu proyek, memastikan kita
daerah yang bersifat umum, terutama yang
berada dalam kontrol, mendukung strategi
bisa terlihat dari luar lingkungan sekolah.
perencanaan bisnis, meningkatkan komunikasi, peningkatan promosi berkesinambungan.
Manajemen Resiko Resiko
Menurut Flanagan (1993), manajemen
menurut
beberapa
pakar
memberikan pengertian yang berbeda-beda
resiko memiliki manfaat, yaitu: a.
mengenai arti dari kata ‘resiko’ ini. Resiko adalah kejadian yang tidak pasti jika terjadi
Memudahkan
pengambilan
keputusan
yang lebih sistematis dan objektif. b.
Memudahkan pengendalian resiko dengan
mempunyai dampak negative atau positif
belajar dari pengendalian resiko proyek
terhadap tujuan dan sasaran proyek (PMBOK
lain.
Guide, 2004). Kerzner (2006) mendefinisikan
c.
Membuat
resiko
dapat
ukuran
resiko sebagai kegiatan-kegiatan atau faktor-
kepentingannya sesuai dengan akibat yang
faktor yang apabila terjadi akan meningkatkan
ditimbulkannya.
kemungkinan tidak tercapainya tujuan proyek
d.
yaitu sesuai dengan waktu, biaya dan performa.
mengetahui,
menganalisis
dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan
efesiensi
yang
lebih
berbagai
skenario
yang
ditimbulkannya. e.
Memiliki pengaruh yang nyata dalam mengendalikan hasil akhir proyek.
Proses dalam manajemen resiko
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut disusun
pemahaman
tinggi
(Darmawi,1996).
dapat
dan
serta
mengendalikan resiko dalam setiap kegiatan
perbaikan
tentang proyek melalui identifikasi resiko
Manajemen resiko merupakan suatu usaha untuk
Memberikan
konsep
resiko
dalam proses manajemen resiko dalam PMBOK
sebagai bentuk pengelolaan terhadap resiko
Guide 2000, adalah : risk management planning,
untuk meminimalisasi konsekuensi buruk yang
risk identification, qualitative risk analysis,
mungkin
quantitative
muncul
identifikasi,
analisa,
manajemen
Tahapan-tahapan yang harus dilakukan
melalui
perencanaan,
penanganan,
pemantauan resiko.
dan
risk
analysis,
risk
response
planning dan risk monitoring and control. Pendekatan profesional terhadap resiko adalah dengan memahami, mengindetifikasi
99 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dan mengevaluasi resiko yang berhubungan
dengan
dengan suatu proyek. Proses ini dinamakan
kombinasi
dengan
Selanjutnya
menggunakan teknik analitis, kemudian menilai
penilaian
mempertimbangkan terhadap
resiko
resiko.
dari
tipe
tipe
resiko
resiko
atau
dengan
apa
yang
dilakukan
dampak dari resiko tersebut dengan berbagai
yang
telah
dipahami
macam teknik pengukuran (Flanagan, 1993).
dampaknya. Adapun
masing-masing
Proses menurut
Duffield
(2003)
mengenai tahapan proses dalam manajemen resiko adalah: menetapkan konteks, identifikasi resiko, analisa resiko, evaluasi resiko, alokasi
merupakan
dan
evaluasi
resiko
proses
yang
penting
dalam
menghubungkan
antara
sistem
identifikasi
resiko dengan manajemen rasional dari resiko, karena hal ini yang mendasari pengambilan keputusan
resiko dan pengurangan resiko.
analisis
dari
strategi
manajemen
yang
berbeda (Al-Bahar, 1990). Identifikasi Resiko Sebelum resiko dapat ditangani, terlebih
Penanganan Resiko
dahulu resiko-resiko tersebut harus dapat diidentifikasi dengan baik. Sangat perlu untuk memahami cara-cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi resiko sehingga resikoresiko yang terjadi seolah-olah tidak kelihatan akan lebih mudah teridentifikasi. Ada tiga hal
Strategi
untuk
menangani
resiko
diformulasikan berdasarkan sumber dampak yang ditimbulkannya. Tujuan dari strategi ini adalah sedapat mungkin untuk menghilangkan kemungkinan
dampak
potensial
dan
meningkatkan pengontrolan terhadap resiko.
penting yang perlu diketahui dalam proses Cara merespon resiko menurut Flanagan
identifikasi resiko (Kountur, 2004) yakni : a.
Mengetahui dimana saja resiko berada.
b.
Mengetahui penyebab timbulnya resiko.
c.
Mengetahui metode yang digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab
(1993) adalah : menghindari resiko (risk avoidance); mereduksi resiko (risk reduction); aborsi/retensi
resiko
(risk
retention/
absorbtion); transfer resiko (risk transfer).
resiko. Metode yang dapat digunakan dalam
2.1. Kinerja Waktu Pelaksanaan Berdasarkan
identifikasi resiko menurut PMBOK : Review dokumentasi,
Mengumpulkan
informasi,
Analisa Asumsi, Check Lists and Diagramming Techniques.
PMBOK
Guide
2004,
pengukuran kinerja waktu pelaksanaan proyek dilakukan dengan 2 cara, yaitu : 1.
Penyimpangan jadwal (schedule variance), dan
Analisis dan Evaluasi Resiko Menganalisis resiko adalah mengestimasi
2.
Indeks
kinerja
jadwal
(schedule
performance indeks).
dan mengevaluasi konsekuensi sehubungan Volume 1, No.1 Agustus 2012
- 100
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Pada penelitian ini pengukuran kinerja waktu
proyek
dilakukan
dengan
dilakukan
memiliki
tujuan
khusus
yaitu
cara
didapatkannya hasil berbentuk fisik, seperti
penyimpangan jadwal dimana Kinerja Waktu
halnya bangunan, jembatan dll. Di dalam proses
dengan penyimpangan jadwal adalah proses
mencapai tujuan tersebut, ada batasan yang
dari
memperbandingkan kerja di lapangan
harus dipenuhi yaitu besar biaya (anggaran)
dengan jadwal yang direncanakan (PMBOK
yang dialokasikan, jadwal serta mutu yang
Guide 2004).
harus dipenuhi. Ketiga hal tersebut merupakan parameter penting bagi penyelenggara proyek
Kinerja Waktu ={ ( Waktu rencana – Waktu
yang sering diasosiasikan sebagai sasaran
aktual
proyek. Jadwal proyek harus dikerjakan sesuai
)
100%
:
Waktu
rencana
}
x
.......................................(2)
dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang telah ditentukan.
Keterangan :
Kinerja
Penjadwalan waktu
negatif
(-),
artinya
terpenting
selama
merupakan
aktifitas
perencanaan
konstruksi
pelaksanaan lebih lambat dari jadwal
(preconstruction stage) dalam suatu proyek.
(Behind schedule)
Pemilik proyek (owner) perlu mengetahui
Kinerja waktu nol (0), artinya pelaksanaan
segala kemajuan yang ada jika pelaksanaan
sesuai dengan jadwal (On schedule)
proyek selesai pada waktunya, dan owner
Kinerja
waktu
positif
(+),
artinya
dalam memastikan keuangan proyek harus tetap
pelaksanaan lebih cepat dari jadwal (Ahead
mempertahankan
komitmennya
terhadap
schedule)
batasan akhir penyelesaian proyek. Selain pada tahap preconstruction, penjadwalan juga sangat
Penilaian terhadap kinerja waktu proyek didasarkan atas skala kinerja pada
Tabel 1
penting
pada
keseluruhan
tahap
mengatur
konstruksi
secara
keberhasilan
dalam
Skala Output Kinerja Waktu Proyek
koordinasi aktifitas proyek sehari-hari. Seperti
Tabel 1. Skala Output Kinerja Waktu Proyek Skala Penilaian Keterangan
dalam hal pengiriman material, penyediaan alat-
1
Buruk
Terlambat > -16%
2
Sedikit terlambat
Terlambat antara -8% sampai 16%
3
Rata-rata
Terlambat 0% sampai -8%
4
Agak baik
Lebih cepat antara 0% - 4%
alat kerja, dan kebutuhan tenaga kerja serta yang
lainnya
diatur
dalam
penjadwalan.
Penjadwalan merupakan media untuk mengatur kemajuan proyek dan keterlambatan yang tidak dapat dicegah (Gloud, 1997).
5
Baik Lebih cepat > 4% Sumber : Kog, et al. (1999)
Keterlambatan yang Mempengaruhi Waktu Pelaksanaan Proyek
Penjadwalan dalam Pelaksanaan Konstruksi
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi,
Setiap kegiatan proyek konstruksi yang
beberapa hal yang tidak diharapkan dan tidak
101 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala diantisipasi dapat terjadi dan mempengaruhi
seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa
waktu penyelesaian yang dibutuhkan atau
(Pasal 1 Ayat 1 Perpres Nomor 54 Tahun 2010).
ditetapkan, dan jika kontraktor atau pelaksana gagal menyelesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan
dalam
perjanjian
kerja,
maka
keterlambatan dipastikan terjadi dalam proyek tersebut (Jin Sheng Shi, 2001). Terjadinya pelaksanaan
suatu proyek
Sebuah kegiatan pengadaan barang/jasa dapat
dilaksanakan
dan pengawasan dikerjakan sendiri), atau barang/jasa
sepenuhnya
(artinya
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
dapat
oleh penyedia barang/jasa), maupun gabungan
disebabkan oleh pelaksana atau faktor lainnya
antara swakelola dengan penyedia barang/jasa.
yang
Tidak
mempengaruhi
konstruksi
swakelola
sepenuhnya (artinya perencanaan, pelaksanaan,
penyedia keterlambatan
melalui
pelaksanaan
proyek.
seluruh
pekerjaan dengan
juga
cara
dapat
Keterlambatan juga dapat disebabkan oleh
dilaksanakan
pihak owner, perencana, kondisi alam, dan
Persyaratan
pihak lainnya yang terlibat dalam proses
diswakelolakan dituangkan dalam Pasal 26 Ayat
pelaksanaan konstruksi (Callahan, 1992).
2 Perpres Nomor 54 Tahun 2010. Proyek
sebuah
swakelola.
pekerjaan
dapat
swakelola yang dimaksud, dimana pemilik terlibat
Proyek Swakelola (Force Account) Peraturan
perundang-undangan
yang
langsung
bertanggung
dalam
jawab
pekerjaan
sepenuhnya
dan
terhadap
membahas tentang swakelola adalah Peraturan
penyelenggaraan proyek, dan pemilik dapat
Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010
menggunakan jasa subkontraktor atau konsultan
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
yang melapor langsung kepada pemilik.
Pengertian swakelola dijelaskan pada Pasal 26 Ayat 1, yaitu Swakelola merupakan kegiatan
METODE PENELITIAN
Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya
Lokasi, Objek Dan Subjek Penelitian
direncanakan,
diawasi
Survei pada penelitian ini dilakukan pada
sendiri oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab
proyek pengembangan gedung SMK yang
anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau
dilaksanakan secara swakelola
kelompok masyarakat. Pada pasal ini jelas
dikabupaten/kota dalam wilayah Propinsi Aceh.
bahwa swakelola bukanlah sebuah kegiatan
Kajian
yang 100% dilaksanakan sendiri, melainkan
pengembangan SMK yang bersumber dari dana
dapat salah satu atau seluruh tahap pekerjaan,
APBN pada kurun waktu 2009 – 2011.
yaitu
dikerjakan
perencanaan,
pengawasan.
dan/atau
pelaksanaan,
Pengadaan
dan/atau
barang/jasa
tidak
akan
dilakukan
pada
dibangun
20
proyek
Objek penelitian difokuskan pada faktorfaktor resiko yang mempengaruhi kinerja waktu
hanya terdiri atas pelelangan atau tender
pelaksanaan
melainkan
pengembangan gedung SMK secara swakelola.
kegiatan
yang
dimulai
dari
konstruksi
pada
proyek
perencanaan kebutuhan hingga diselesaikannya Volume 1, No.1 Agustus 2012
- 102
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Subjek pada penelitian ini adalah 5 orang
1)
pakar (ahli) yang sudah berpengalaman dalam pelaksanaan proyek
Pengumpulan Data Tahap I Kuisioner A (tahap I)
disebarkan atau
pengembangan gedung
melakukan wawancara kepada pakar sebanyak
sekolah terutama gedung SMK yang dikerjakan
5 orang yang sudah berpengalaman dalam
secara swakelola dan responden terdiri dari
pekerjaan pengembangan SMK.
stakholder yaitu Owner (kepala sekolah), pelaksana proyek (Tim Pembangunan) dan
2)
Pengumpulan Data Tahap II
Perencana/Pengawas proyek (Tim Perencana &
Hasil dari pereduksian variabel dari pakar,
Pengawas) dengan jumlah responden 60 orang,
kemudian baru disebarkan kuisioner B (tahap
untuk masing-masing proyek berjumlah 3 orang.
II) kepada stakeholder yang terdiri dari Owner (kepala
sekolah),
Pelaksana
(Tim
Pembangunan), Perencana & Pengawas (Tim
Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah berupa data
Perencana & Pengawas).
sekunder dan data primer.
Jumlah responden tahap kedua adalah sebanyak 48 orang, dengan jumlah 16 proyek SMK yang sudah dan sedang dikerjakan dengan
Data Sekunder Data sekunder berupa dokumen surat
kurun waktu anggaran 2009 - 2011.
perjanjian kerjasama antara Subdit Sarana dan Prasarana dirjen SMK dengan Kepala SMK dan jadwal proyek dari sejumlah SMK yang mendapat
bantuan
proyek
3)
Pengumpulan Data Tahap III Setelah
prioritas
faktor-faktor
resiko
pembangunan
diketahui kemudian dilakukan kuesioner C
pengembangan SMK di Propinsi Aceh dari
(tahap III), kepada para ahli untuk validasi dan
dana APBN.
mengetahui rencana tindakan terhadap resiko utama tersebut. Responden untuk kuesioner tahap ke III ini adalah pakar/ahli sebagaimana
Data Primer Data primer berupa faktor-faktor resiko
tersebut pada tahap I.
yang berpengaruh terhadap pelaksanaan proyek pengembangan
SMK
secara
swakelola
berdasarkan kajian pustaka adalah perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan,
dan
kebijakan/
wewenang owner, yang kemudian akan dipecah
Metode Analisa Data Metode
analisa
yang
dipakai
dalam
penelitian ini disesuaikan dengan tahapan pengumpulan data.
kembali menjadi beberapa bagian yang kita jadikan variabel bebas (X), Pengumpulan Data Primer menggunakan kuisioner yang disebarkan kepada responden, yang terdiri dari tiga tahapan yaitu : 103 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
Analisa Data Tahap I Adapun
langkah-langkah
dilaksanakan terhadap data tahap I adalah :
yang
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala a.
Tabel 1.
Validasi Variabel hasil literatur untuk faktor-faktor
resiko pada proyek pengembangan SMK secara
Symbol H
Level Resiko Level Resiko Resiko tinggi
Keterangan
Resiko signifikan Resiko sedang
Perlu pengamatan rinci, penanganan harus level pimpinan Perlu ditangani oleh manajer proyek Resiko rutin, ditangani langsung di tingkat proyek
Resiko rendah
Resiko rutin, ada dianggaran pelaksanaan resiko
general dibawa ke pakar untuk validasi. Data S
dari pakar dikumpulkan, variabel yang ada dihitung, jika mayoritas dari pakar berpendapat setuju maka variabel tersebut adalah variabel
M L
atau faktor-faktor resiko yang berdampak pada
Sumber : Duffield (2003)
kinerja waktu proyek pengembangan SMK di Analisa Data Tahap II
Aceh.
Pada penelitian ini digunakan statistik Analisa deskriptif
nonparametris
Analisa ini memiliki kegunaan untuk
digunakan pada kasus-kasus tertentu dimana
menyajikan karakteristik tertentu suatu data dari
peneliti tidak mengetahui tentang parameter
sampel tertentu. Analisa ini memungkinkan
dari variabel didalam populasi. Data yang
peneliti mengetahui secara cepat gambaran
dilaporkan nantinya berupa skala ordinal yang
sekilas dan ringkas dari data yang didapat. nilai
bersifat
mean yang berarti nilai rata-rata, dan nilai
perangkingan data.
b.
median
yang
diperoleh
dengan
yang
natural
dikembangkan
untuk
untuk
menganalisa
cara
mengurutkan semua data. Hasil data deskriptif akan disajikan dalam masing-masing variabel.
a. Uji U Mann-Whitney & Kruskall-Wallis H Data yang didapat pada tahap kedua di uji
c.
Analisa resiko
dengan pengujian dua sampel bebas (Uji U
Analisa level resiko dilakukan dengan
Mann-Whitney)
untuk
mengetahui
adanya
indeks level resiko, dimana indeks level resiko
pengaruh pengalaman dan pendidikan terhadap
adalah perkalian antara frekuensi dan dampak.
jawaban responden. Dan untuk menguji adanya
Indeks level resiko dikelompokkan ke dalam
pengaruh jabatan terhadap jawaban digunakan
empat kelas sesuai Tabel 3.1. Rentang kelas
pengujian k sample bebas dengan analisa Uji
diketahui
Kruskal-Wallis H.
dari
bobot yang paling tinggi
dikurangi dengan bobot yang paling rendah dan hasilnya dibagi dengan banyaknya kelas. Hasil dari
analisa
resiko
ini
digunakan
untuk
b. Analisa Deskriptif Analisa
deskriptif
ini
memungkinkan
mereduksi jumlah variabel, yang diambil adalah
peneliti mengetahui secara cepat gambaran
variabel resiko yang mempunyai indeks level
sekilas dan ringkas dari data yang didapat untuk
resiko signifikan dan tinggi.
masing-masing
variabel
dengan
bantuan
program SPSS, sehingga didapat nilai mean Volume 1, No.1 Agustus 2012
- 104
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala yang berarti nilai rata-rata, dan nilai median.
pengembangan
SMK
dapat
meningkatkan
kinerja waktu secara efektif dengan fokus pada b.
resiko dengan prioritas signifikan dan tinggi.
Analisa Hierarchy Process (AHP) Analisa AHP adalah salah satu metode
yang digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui bobot atau nilai faktor resiko yang berpengaruh pada kinerja waktu
Analisa Data Tahap III Analisa
data
untuk
tahap
ketiga
Proyek
dilaksanakan untuk validasi ke pakar. Variabel
pengembangan SMK di Aceh. Menurut Saaty
hasil penelitian yang telah diolah dan dianalisa,
(1980) AHP adalah salah satu metode yang
yaitu
digunakan dalam menyelesaikan masalah yang
kepakar untuk validasi, apakah pakar setuju
mengandung banyak kriteria (Multi-Criteria
dengan hasil penelitian, jika mayoritas dari
Decision Making).
pakar berpendapat setuju maka penelitian ini
Perhitungan
utama,
dibawa
dikatakan valid. Kemudian pakar diminta
perlakukan normalisasi matriks, perhitungan
komentarnya mengenai tindakan yang perlu
konsistensi matriks, konsistensi hirarki dan
dilakukan terhadap faktor resiko utama.
akurasi,
dimulai
resiko
dengan
tingkat
AHP,
faktor-faktor
perhitungan
nilai
lokal
pengaruh, dan perhitungan nilai lokal frekwensi,
HASIL DAN PEMBAHASAN
dari hasil perhitungan ini akan didapat nilai
Hasil Penelitian
akhir resiko (goal) dan peringkat berdasarkan
Kuesioner Tahap Satu
bobot hasil perhitungan.
Pengumpulan Data Tahap Satu dilakukan analisa secara deskriptif sehingga didapat nilai
Analisa Level Resiko
rata-rata minimum 5,6, maximum 10,8, mean
Setelah rangking prioritas diperoleh maka
9,20, modus 9.40, median 9.60, dan standar
selanjutnya dilaksanakan analisa level resiko.
deviasi 1.254. Variabel yang direduksi adalah
Indeks level resiko adalah perkalian antara
nilai di bawah mean. Selanjutnya berdasarkan
frekuensi dan dampak. Indeks level resiko
analisa level resiko untuk empat kelas yaitu L
dikelompokkan kedalam empat kelas sesuai
( Low ), M ( Medium ), S (Significant ), dan H
Tabel 3.1 rentang kelas diketahui dari bobot
(High ), dimana nilai terendah
yang paling tinggi dikurangi dengan bobot yang
terbesar adalah 10.8, rentangan 5.2, dan batas
paling rendah dan hasilnya dibagi dengan
kelas 1.3, berdasarkan tujuan manajemen resiko
banyaknya kelas. Hasil dari analisa level resiko
dimana proyek fokus pada level resiko S
ini digunakan untuk mengambil variabel resiko
(Significant ) dan H (High) untuk meningkatkan
yang mempunyai indeks level resiko signifikan
kinerja waktu proyek, variabel yang tereduksi
dan tinggi.
adalah variabel dengan level resiko L (Low )
c.
5.6, nilai
Level resiko yang diambil adalah level
dan M ( Medium ), sehingga dari 38 variabel
resiko signifikan dan tinggi agar proyek
yang diusulkan ke pakar, hasil olah data didapat
105 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 30
variabel
yang
akan
digunakan
pada
yang hilang (Missing) adalah nol. disini
pengumpulan data tahap kedua.
berarti semua data diproses
adalah
nilai
rata-rata
jawaban
responden yaitu Y= ∑Yi / N
Kuesioner Tahap Dua Kuesioner disebarkan kepada dua puluh (20)
Mean
SMK yang tersebar di Propinsi Aceh
dengan masing-masing 3 kuesioner, sehingga
Median adalah nilai tengah yang dicari menurut ranking.
Mode dari suatu set pengamatan, adalah
ada sebanyak 60 kuesioner yang disebarkan dan
nilai yang muncul terbanyak, atau yang
respon
mempunyai frekuensi pemunculan yang
atau
jawaban
yang
berhasil
dikumpulkan/dikembalikan adalah sebanyak 16
terbanyak
SMK berarti ada 48 responden atau tingkat pengembalian sebesar 80%.
Penjelasan skala 1 sampai dengan 5 pada
Dari hasil kuesioner tahap kedua tersebut, dilakukan tabulasi data berupa variabel di
penilaian kinerja waktu proyek dapat dihat pada Tabel 1.
proyek dengan responden 48 orang. Tabulasi data
tersebut
kemudian
diolah
dengan
pengujian sample bebas untuk mengetahui adanya pengaruh pengalaman, jabatan dan pendidikan dengan jawaban responden. Hasil analisa deskriptif akan disajikan
Hasil analisa data menggunakan AHP dan Analisa level resiko maka didapat 7 variabel yang masuk pada level significant risk (S) dan High risk ( H ), masing-masing faktor resiko ini berkorelasi
kuat
terhadap
kinerja
waktu.
Adapun faktor-faktor resiko tersebut adalah :
dalam masing-masing variable. Untuk variabel Y, yang merupakan kinerja waktu proyek,
(X12) = rangking 1 (14.168%)
diperoleh nilai modus sebesar 3 yang berarti kinerja waktu proyek rata-rata (terlambat -8%
Kemampuan dan kecakapan pelaksana
Singkatnya
waktu
pekerjaan
(X1)
=
rangking 2 (13.562%)
atau terlambat 4 minggu dari skedul). Tabel 1. Hasil Analisa Deskriptif Variabel Kinerja Waktu (Y) Valid
48
Missing
0
Manajemen
proyek
yang
kurang
pengalaman (X28) = rangking 3 (12.529%)
Perpajakan (X21) = rangking 4 (11.230%)
Gangguan cuaca (X14) = rangking 5
N Mean
3.00
Median
3.00
Mode
(11.046%)
(X9) = rangking 6 (11.039%)
3
Keterangan :
Tenaga kerja dan produktifitas peralatan
Perkiraan Bill of Quantity yang kurang akurat (X5) = rangking 7 (10.314%)
N atau jumlah data yang valid (sah untuk diproses) adalah 48 buah, sedangkan data Volume 1, No.1 Agustus 2012
- 106
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala diperlukan tindakan nyata dari pihak sekolah
Kuesioner Tahap Tiga Analisa validasi data tahap 3 ini dilakukan dengan mengajukan kuesioner terhadap pakar
yang menerima bantuan proyek pengembangan sekolah.
yang memenuhi persyaratan untuk mengetahui pendapat mereka tentang hasil yang didapat.
Pembahasan
Pakar yang dihubungi pada validasi tahap ini,
Pembahasan merupakan review terhadap
sama dengan pakar pada kuesioner tahap
prosedur tahapan pelaksanaan
pertama. Para pakar tersebut memberikan
gedung secara swakelola yang telah ada dan
penilaian dan masukan mengenai tindakan
input
pencegahan dan kereksi terhadap 7 (tujuh)
variabel-variabel dominan yang telah direspon
variabel dominan yang berpengaruh terhadap
yang berbasis resiko dalam hal pencegahan dan
kinerja waktu. Analisa validasi pakar ini tidak
tindakan koreksi hasil penelitian ini. Adapun
mempermasalahkan urutan tingkat level resiko
pencegahan dan tindakan koreksi dihimpun dari
(rangking) dari hasil perhitungan atau analisa
pendapat para pakar yang telah memberikan
AHP, demikian pula jumlah variabel dominan
tanggapannya dan disesuaikan dengan referensi
tidak mengalami penambahan atau pengurangan.
yang tersedia.
diberikan
berdasarkan
konstruksi
respon
dari
Hasil dari penilaian dan masukan berupa
Pembahasan dari 7 (tujuh) faktor dominan
tindakan pencegahan dan koreksi terhadap 7
yang berpengaruh pada kinerja waktu pada
(tujuh)
pelaksanaan
variabel
dominan
tersebut
secara
konstruksi
gedung
secara
keseluruhan, 5 (lima) orang pakar/ahli telah
swakelola pada proyek pengembangan SMK di
menyatakan
Aceh dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga)
variabel
menyetujui
dominan
mempengaruhi keseluruhan gedung
bahwa
tersebut
kinerja pada
secara
7
(tujuh)
yang
dapat
waktu
pelaksanaan
swakelola
secara konstruksi
untuk
proyek
pengembangan SMK di Propinsi Aceh. Para pakar
tidak
diminta
untuk
kelompok
faktor
yaitu
Perencanaan,
Pelaksanaan, dan Kebijakan/wewenang pemilik. Ketiga
kelompok
faktor
tersebut
dapat
dijabarkan sebagai berikut : a.
Tahap Perencanaan, terdapat 2 (dua) faktor
memberikan
resiko, yaitu singkatnya waktu pekerjaan
penilaian atas rangking yang merupakan output
dan perkiraan Bill of Quantity (BQ) yang
dari analisa data. Dengan demikian hasil
kurang akurat.
penelitian ini dapat dikatakan valid, dimana dari
b.
Tahap Pelaksanaan, terdapat 4 (empat)
30 (tiga puluh) variabel didapat 7 (tujuh)
faktor resiko, yaitu tenaga kerja dan
variabel dominan yang berpengaruh pada
produktifitas peralatan, kemampuan dan
kinerja waktu pelaksanaan konstruksi pada
kecakapan pelaksana, gangguan cuaca, dan
proyek pengembangan SMK. Agar variabel-
perpajakan.
variabel resiko tersebut bisa dikelola dan tidak berdampak 107 -
luas
terhadap
kinerja
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
waktu,
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala c.
Kebijakan / wewenang pemilik, terdapat 1
Tahapan kelompok faktor dan variabel
(satu) faktor resiko, yaitu manajemen
dominan secara terinci dapat dilihat pada Tabel
proyek yang kurang pengalaman.
2 di bawah ini.
Tabel 2. Variabel Dominan Pada Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja
No
Kelompok Faktor
1
Perencanaan
2
Nama Variabel X1
Variabel Dominan Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Waktu Singkatnya waktu pekerjaan
X5
Perkiraan Bill of Quantity (BQ) yang kurang akurat
X9
Tenaga Kerja dan Produktifitas Peralatan
X12
Kemampuan dan Kecakapan Pelaksana
X14
Gangguan Cuaca
X21
Perpajakan
X28
Manajemen proyek yang kurang pengalaman
Pelaksanaan
Kebijakan/wewenang pemilik
3
SMK di Aceh. Tindakan pencegahan dan Dari hasil penelitian ini dapat dibahas mengenai tindakan koreksi pada faktor-faktor utama yang dominan berpengaruh terhadap kinerja waktu pada proyek pengembangan
koreksi dalam pembahasan ini sesuai dengan input dari pakar pada validasi variabel data tahap tiga dan diselaraskan dengan referensi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. Tindakan Koreksi terhadap Faktor-faktor Utama No
Faktor-faktor resiko
1
Kemampuan dan kecakapan pelaksana (X12)
Tindakan Koreksi Membentuk tim pelaksana yang memiliki latar belakang T. Sipil / Arsitektur Sudah pernah menangani proyek konstruksi
2
Singkatnya waktu pekerjaan (X1)
Pada saat penandatanganan MOU, sudah dipastikan dana proyek akan turun, olehkarenannya, pelaksanaan proyek sudah dapat dikerjakan meskipun uang belum masuk kerekening sekolah dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak toko atau bantuan dana pada Komite sekolah.. Hal ini untuk mengantisipasi waktu pelaksanaan pekerjaan yang singkat.
Volume 1, No.1 Agustus 2012
- 108
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Mempekerjakan pelaksana/ tukang yang berpengalaman dan kompeten Owner diwajibkan untuk mengikuti BIMTEK pelaksanaan pembangunan SMK dan sistim pelaporan keuangan 3
Manajemen proyek yang kurang pengalaman (X28)
4
Perpajakan (X21)
5
Sangsi diberikan kepada kepala SMK yang tidak mengikuti BIMTEK, yaitu dengan mengalihkan bantuan pembangunan SMK ke sekolah lain. Memilah Material bangunan yang dikenai pajak Memperhitungkan secara matang pajak dikeluarkan sesuai aturan yang berlaku.
yang
harus
Membuat laporan pemberitahuan tentang kondisi lapangan dan meminta perpanjangan waktu pelaksnaan sebelum masa kerja berakhir
Gangguan cuaca (X14)
Tim pelaksana yang dibentuk harus mampu mengelola pekerjaan dengan mempertimbangkan skala prioritas
Lanjutan Tabel No
Faktor-faktor resiko
6
Tindakan Koreksi
Tenaga kerja dan produktifitas peralatan (X9)
Mendatangkan tenaga kerja dari luar yang berpengalaman untuk memobilisasi pekerja lokal Melakukan pembinaan dan pembekalan kepada pekerja oleh konsultan perencana sebelum pelaksanaan pekerjaan. Menggunakan peralatan dari pihak lain melalui penyewaan jika sangat membutuhkan Review terhadap metode perhitungan dalam analisa harga satuan dan sofware yang digunakan Membentuk Tim Perencana yang profesional sesuai dengan latar belakang keahlian, boleh diambil dari kalangan SMK yang memiliki jurusan teknik yang dibutuhkan ataupun dari kalangan perusahaan jasa konsultan teknik atas nama perorangan. Pendidikan tim perencana minimal D3 teknik sesuai jurusan yang dibuktikan dengan ijazah.
Perkiraan Bill of Quantity (BQ) yang kurang akurat (X5)
Mengindentifikasi perbedaan teknis baik kualitas maupun kuantitas dari lingkup proyek terdahulu dengan proyek yang akan dikerjakan.
secara KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dihasilkan melalui
tahapan-tahapan
proses
penelitian
Terdapat mempunyai
faktor-faktor dampak
resiko terhadap
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
proyek
faktor-faktor resiko utama tersebut adalah :
Kemampuan dan kecakapan pelaksana (X12)= rangking 1 (14.168%)
yang kinerja
waktu pelaksanaan konstruksi gedung 109 -
pada
pengembangan SMK di Propinsi Aceh,
sebelumnya, dapat diambil kesimpulan. 1.
swakelola
Singkatnya waktu pekerjaan (X1)= rangking 2 (13.562%)
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Manajemen
proyek
pengalaman
(X28)
yang =
kurang
rangking
3
yaitu: 1.
(12.529%)
resiko utama pada pelaksanaan konstruksi
Perpajakan (X21)
=
2.
rangking
4
pengembangan
Gangguan cuaca (X14) = rangking 5
Kejuruan (SMK) di Provinsi Aceh yang
(11.046%)
sangat
Tenaga
kerja
dan =
produktifitas rangking
4.
Sekolah
kuat
Menengah
berkorelasi
terhadap
menurunnya kinerja waktu proyek. Untuk
6
itu perlu mendapat perhatian yang sangat
(11.039%)
tinggi terhadap faktor-faktor tersebut dari
Perkiraan Bill of Quantity yang kurang
pihak owner maupun pelaksana dan pihak
akurat (X5)= rangking 7 (10.314%)
perencana
dan
sekaligus
pengontrolan
(pengaruh) faktor-faktor resiko terhadap
tersebut untuk mengefisiensikan waktu
kinerja waktu proyek dan faktor-faktor
pekerjaan proyek. 2.
terhadap
melakukan
Dari hasil uji Hipotesis terdapat hubungan
resiko yang ada akan menurunkan kinerja
3.
gedung secara swakelola pada proyek
(11.230%)
peralatan (X9)
Dari hasil analisis terhadap faktor-faktor
faktor-faktor
Semua keterbatasan pada penelitian ini
waktu proyek pengembangan SMK di
hendaknya
Propinsi Aceh.
penelitian berikutnya, yaitu melakukan
Hasil analisa deskriptif untuk kinerja
penelitian terbalik, dengan cara apakah
waktu proyek pengembangan SMK di
tindakan pencegahan dan koreksi yang ada
Aceh
diperoleh nilai modus sebesar 3
apabila diterapkan dengan baik dapat
yang berarti kinerja waktu proyek rata-rata
secara signifikan meningkatkan kinerja
terlambat < -8% atau terlambat 4 minggu
waktu pelaksanaan konstruksi gedung
atau kurang dari 4 minggu dari skedul.
secara
Tindakan koreksi terhadap faktor-faktor
pengembangan
resiko yang mempengaruhi kinerja waktu
Kejuruan (SMK) secara keseluruhan.
pelaksanaan diperlukan
proyek untuk
keterlambatan pencapaian
SMK
di
mengurangi
pekerjaan efesiensi
dan
dan
Aceh
3.
dapat
dilanjutkan
swakelola
Keterbatasan
pada
Sekolah
pada
pada
proyek Menengah
penelitian
ini
resiko
diharapkan dapat dilanjutkan/diperdalam
untuk
pada
penelitian
berikutnya,
karena
efektifitas
penelitian ini dilakukan secara umum
pelaksanaan proyek pengembangan SMK
tanpa mengambil salah satu kasus jenis
di Propinsi Aceh.
proyek
Saran Dari hasil pengamatan dan penelitian dilapangan serta evaluasi terhadap kuesioner,
tertentu.
Sehingga
diharapkan
penelitian selanjutnya dapat dikembangkan pada satu kasus jenis proyek, mengingat proyek bersifat unik.
ada beberapa saran yang perlu dikemukakan Volume 1, No.1 Agustus 2012
- 110
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 4.
Diharapkan
ada
feedback
dari
hasil
penelitian ini, sehingga hasil penelitian ini dapat
lebih
dikembangkan
dan
disempurnakan, dan dapat dijadikan bahan kajian baik secara akademis maupun praktis guna memecahkan permasalahan dalam proses pelaksanaan gedung secara swakelola pada proyek pengembangan SMK yang berpengaruh pada kinerja waktu. DAFTAR PUSTAKA Ahmed, S.M, Ahmad, R & Saram, D., 1999. Risk management trends in the Hong Kong construction industry : a comparison of contractors and owners perception. Journal of Engineering, Construction and Architectural Management, 6. Arisman, M., 2005. Identifikasi sumber resiko pada proyek EPC (study kasus proyek ABC, PT X), Thesis. Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Al-Bahar, JF dan Crandel, K.C, 1990. Systematic Risk Management Approach for Construction Project. Journal of Construction Engineering and Management, ASCE, Vol. 116, No.3, September. Australian Standard, AS/NZS 4360, 1999. Risk Management. B.Mulholand dan J.Christian,1999. Risk Assesment in Constructtion Schedules,Journal of Construction Engineering & Management, Vol.1, January/February. Darmawi, H., 1996. Manajemen Resiko. Jakarta: Bumi Aksara Djohanputro, B., 2004. Manajemen Resiko Korporat Terintegrasi. PPM. Ervianto, I.W., 2005. Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta: Andi. Flanagan, R. and Norman, G., 1993. Risk Management and Construction. London: Blackwell Scientific Publication Hosen Radian Z. et.al., 2006 Prosedur Manajemen Resiko Proyek. PT. Rekayasa Industri. Kangari, R. 1995. Risk management perceptions and trends of U.S construction. Journal of Construction Engineering and Management, 121. Hal: 422-429. Ken, R., Risk Management-Managing Standards Home page-1996. 1997. 1998 – 2003. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
111 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
053/u/2001 tahun 2001 Tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan dasar dan Menengah. Jakarta. Kog, Y.C, et al., 1999. Key Determinants for Construction Schedule Performance. International Journal of Project Management Vol.17, No.6. Hal: 351-359. Mokoginta, Y.F., 2007. Faktor-faktor resiko yang mempengaruhi pada kinerja waktu pelaksanaan konstruksi proyek pengembangan kampus swasta. Tesis. Teknik Sipil MK. Jakarta: Universitas Indonesia. Nazir, M., 2003. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara, Jakarta. Pedoman Perencanaan Pembangunan Unit Sekolah Baru Sekolah Menengah Kejuruan tahun 2009, Direktorat Pembinaan SMK, Dirjen Manajemen Dasar & Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, CV. Tamita Utama, Jakarta. Perry, J.G & Hayes, R.W., 1985. Risk and its Management in Construction Period, Instution of Civil Engineer Procedings. PMI, 2004. A Guide to Project Management Body of Knowledge, (PMBOK@ Guide),Third Edition. Project Management Institute. Priyono, H.E., 2003. Pengaruh Identifikasi Faktor Resiko terhadap Kinerja Waktu untuk Pelaksanaan Pembangunan rusun dan apartment. Thesis. Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Ronny, K., 2004. Manajemen Resiko Operasional. PPM. Saaty & Vargas, 1994. Decision Making With The Analityc Hierarchy Process. RWS Publications. Santoso, S., 2010. Mastering SPSS 18. Jakarta: Elex Media Komputindo. Sitorus, J., 2008. Faktor-faktor Resiko Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Waktu Proyek EPC Gas Di Indonesia. Tesis. Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Sugiono, 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Wideman, M., 1992. Project and Program Risk Management, A Guide to Managing Risk and Opportunities. PMI. Yin, R.K., 1994. Case Study Research ; Design and Methods. USA: Sage Publications Inc.