III. DATA PERANCANGAN 1. Tabel Data Perancangan Sifat Data Rincian Data
A.
Data Objek Perancangan Buku tentang desain furniture
Primer (Utama)
Sekunder (Penunjang)
Kesiapan Data Manfaat Data dalam Perancangan
Sudah
Guna memperkuat keakuratan info tentang metode pembuatan furniture dengan lingkup konsep, inovasi dan implementasi.
Keakuratan info tentang furniture berbahan dasar rotan sintetis, serta penerapan bentukbentuk yang sudah ada.
Melakukan pendekatan pada dasar-dasar desain untuk melakukan proses perancangan.
Untuk mengoptimalkan proses perancangan.
Alur dalam penentuan konsep dan ide
Identifikasi material rotan sintetis/ plastik
Pemilihan media pendukung
Untuk mengetahui tentang karakteristik rotan sintetis/ plastik Untuk dijadikan sebagai konstruksi furniture
Data material rotan sintetis dari berbagai sumber (webseite dan buku)
Dasar-dasar pembuatan desain guna menunjang dalam pembuatan furniture
Anlisis teori sebagai penunjang pembuatan furniture B. Data Teknis Perancangan Brain Storming
23
Belum
Pemilihan warna dan proses finishing furniture
Untuk mengetahui pengapplikasian warna saat finishing
Tabel 2. Data Perancangan (Sumber: Gadis Nawaqibullaeli) 2. Rincian Data Perancangan 2.1 Identifikasi Karakter Rotan Sintetis Rotan sintetis berbentuk seperti bilah-bilah rotan, dengan panjang dalam satu gulungan bisa mencapai pluhan meter. Rotan sintetis ini memiliki banyak pilihan tekstur, waarna serta bentuk. Material furniture berbahan dasar rotan sintetis ini sudah diminati di Eropa dan Amerika, sebagai bahan yang sudah masuk kedalam kategori “Green”. Material rotan sintetis ini mudah digunakan sebagai pelapis bahan-bahan furniture, yang bisa dengan mudah digabungkan dengan konstruksi bahan pendukung seperti kayu, besi maupun stainless steel. Pilihan warna dan tekstur yang beragam memudahkan para desainer furniture untuk menciptakan karya-karya yang muntakhir. Berikut penulis jabarkan beberapa perbandingan material rotan sinetis dengan rotan alam: Rotan Alam
Rotan Sintetis
1.
Rotan alam jika diberi tekanan berlebih atau mendapatkan beban berat akan mudah melengkung atau berubah bentuk.
2.
Dapat dengan mudah rusak dengan Tahan terhadap serangan hama dan kutu serangan hama atau kutu, dan dapat karena terbuat dari bahan plastik. menimbulkan bau.
3.
Sedkit keras dan kaku jika sudah diapplikasikan pada kursi, dan akan menimbulkan bunyi jika diduduki, sehingga manjadi kurang nyaman bagi pengguna.
Karena terbuat dari plastik, rotan sintetis sangat lentur dan lunak, sehingga pada saat sudah diapplikasikan pada bentuk kursi akan lebih nyaman dan tdak menimbulkan bunyi saat sedang diduduki.
4.
Ketika pada proses menganyam, jumlah tekukan pada rotan alam akan terbatas dari ukuran panjang yang tersedia.
Rotan sintetis berukuran puluhan meter dari setiap gulungannya, sehingga ketika pada proses menganyam akan lebih leluasa
24
Lebih kuat, sehingga ketika ditekan dengan kuat atau saat menerima beban yang cukup berat akan tidak mudah merubah bentuk dari rotan sintetis itu sendiri.
5.
Dapat dengan mudah ditumbuhi jamur atau lumut, dapat bereaksi ketika terkena zat kmia yang menyebabkan busuk dan perubahan warna pada material.
Tidak dapat ditumbuhi jamur serta lumut yang dapat menyebabkan material lapuk dan dapat tahan pada saat ketika terkena zat kimia sehingga tidak mengalami perubahan warna dan pembusukan.
6.
Jika ditempatkan diluar ruangan akan cepat rusak, keropos, ditumbuhi hama dan jamur. Karena sifatnya yang tidak tahan terhadap cuaca.
Sangat tahan terhadap cuaca sehingga cocok untuk ditempatkan di dalam maupun di luar ruangan.
7.
Dengan berjalannya waktu pemakaian, material rotan alam akan terkeropos dengan berbagai faktor.
Umur pemakaian pada material rotan sintetis akan lebih lama karena dapat tahan keropos.
8.
Keelastisan bahan bergantung pada serabut batang rotan itu sendiri, sehingga bentuk-bentuk furniture yang dihasilkan terbatas.
Karena berbahan dasar plastik, sehingga tingkat keelastisan lebih tinggi, sehingga eksplorasi bentuk furniture pun lebih luas dan beragam.
9.
Kurang mudah dibentuk, karena rotan alam memiliki tekstur lebih keras, dan dapat dengan mudah tercoak.
Lebih mudah dibentuk, karena tingkat kelenturan yang tinggi. Kemampuan tekukan pada saat dibentuk menjadi furniture dibatasi oleh kepadatan bukan dari serat.
10.
Proses menganyam atau pembuatan Proses pembuatan bahan dasar cepat furniture memakan waktu yang karena menggunakan cetakan mesin dan lama, juga membutuhkan waktu dapat kering dengan cepat. untuk pengeringan dan proses yang panjang sebelum dijadikan bahan dasar furniture.
11.
Setelah jadi atau setelah dianyam, produk furniture berbahan rotan alam akan lebih berat karena teksture bahan yang padat, sehingga lebih sulit untuk dipindahpindahkan.
Walaupun mempunyai tekstur yang padat, berat keseluruhan pada material rotan sintetis setelah jadi produk furniture atau setelah dianyam akan lebih ringan, sehinga dapat dengan mudah dipindahkan.
12.
Rotan alam tidak mempunyai varian warna yang banyak, karena hanya cocok dengan warna aslinya saja, jika diberikan pewarna tambahan tidak dapat maksimal, dan warna tidak akan tahan lama.
Banyak sekali varian warna yang ditawarkan, warna akan tahan lama, karena warna dibuat hanya dengan mencampurkan zat kimia (zat pewarna) pada larutan awal saat proses pembuatan yang sesuai dengan pesanan konsumen, sehingga dapat dengan mudah memadukan selera.
25
13.
Terdapat sambungan-sambungan pada saat proses menyaman, sehingga akan terlihat kurang rapih setelah menjadi produk furniture.
Terlihat lebih rapih karena tidak terdapat sambungan pada material rotan sintetis.
Tabel 3. Perbandingan material rotan (sumber: http://puslit2.petra.ac.id/gudangpapper/files/2086.pdf) 2.2 Identifikasi Furniture Rak Rumah atau ruangan akan terlihat berantakan jika barang-barang yang terdapat didalamnya tidak mendapatkan tempat yang baik. Untuk menyimpan barang-barang didalam rumah atau ruangan dibutuhkan tempat penyimpanan khusus (storage) baik berupa ruangan ataupun furniture. Furniture dalam bentuk ruang diakomodasi oleh ruangan gudang. Sementara storage dalam bentuk furniture difasilitasi oleh rak atau lemari. Dalam sebuah rumah, rak dapat diletakan pada interior setiap ruangan, dan masing-masing rak dalam setiap ruangan memiliki fungsi yang berbeda. Selain hadir untuk mewadahi kebutuhan fungsional, keberadaan rak sebagai pengisi interior juga dapat dimaksimalkan sebagai elemen estetik suatu ruang. Bentuk rak dapat didesain menarik dengan suatu komposisi yang harmonis. Rak juga dapat dihadirkan dengan bentuk atraktif yang mengagumkan, tetapi juga dapat diciptakan dengan bentuk simpel minimalis yang elegan. Agar tampilan bentuk rak lebih menonjol, perlu didukung dengan penggunaan material yang tepat. 2.3 Objek Refrensi Sebuah perancangan suatu desain haruslah memiliki suatu objek refrensi sebagai bahan acuan inspirasi, acuan, rujukan serta sebagai bahan pembanding. Berikut beberapa desain yang menjadi inspirasi :
Gambar 5. Rak sepatu berbahan dasar kayu
26
Gambar 6. Rak sepatu berbahan dasar plastic (sumber: http://furnikidz.com/colorful-shoe-rack-by-flexi/) rak sepatu berbahan dasar kayu jati( sumber: http:// home-with-interior.com/)
Gambar 7. Rak sepatu berbahan dasar kayu jati (sumber: http://furnikidz.com/colorful-shoe-rack-by-flexi/) rak sepatu berbahan dasar kayu jati( sumber: http:// home-with-interior.com/)
2.4 Pengukuran Ergonomi dan Antropometri Ergonomi memfokuskan pada bagaimana sesuatu diciptakan supaya menghasilkan suatu integrasi antara keterbatasan badan manusia dan aktifitas. Ergonomis tidak memaksakan manusia yang disesuaikan pada pekerjaan atau 27
ruang, tetapi pekerjaan atau ruang yang disesuaikan dengan keterbatasan manusia. Tujuan ergonomis adalah menciptakan desain yang bermanfaat dan praktis bagi manusia dengan mempertimbangkan keterbatasan manusia aspek fisikal maupun psikologis. Selain ergonomi dalam menciptakan sebuah produk furniture dibutuhkan juga pengukuran antropometri. Secara definisi antropometri dapat dinyatakan suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran suatu dimensi tubuh manusia (Wignjosoebroto, 2000, hal.125). Dalam perancangan furniture bentuk, ukuran dan dimensi yang berkaitan dengan produk yang berhbungan langsung dengan manusia harus disesuakan dengan data antropometri manusia. Dan data antropometri pada dasarnya memiliki variasi yang
sangat
besar,
maka
perancangan
produk
harus
mampu
mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang menggunakan produk hasil rancangan tersebut.
2.4.1 Pengukuran Data Antropometri Variasi dalam ukuran tubuh manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa dan posisi tubuh. Berdasarkan posisi tubuh, terdapat dua cara pengukuran antropometri, yaitu: a. Pengukuran dimensi struktur tubuh (structural body dimension atau static antrhopometry). Pada pengukuran ini tubuh diukur dengan berbagai posisi standar dan tidak bergerak. Dimensi yang diukur pada posisi ini antara lai berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun posisi duduk, ukuran kepala, tinggi/ panjang lutut pada saat berdiri/ duduk dan sebagainya. b. Pengkuran dimensi fungsional tubuh (fungtional body dimensions atau dynamic antrhopometri). Pengukura dilakukan pada posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakangerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan.
28
2.4.2 Dimensi Tubuh Manusia Berikut adalah gambar yang merupakan bagian-bagian tubuh manusia yang pada umumnya perlu diukur dimensinya untuk applikasi sebuah perancangan desain furniture.
Gambar 8. Dimensi Bagian Tubuh Manusia (Sumber: Manusia Dan Ergonomi)
29
Keterangan: 1. Stature, tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai ujung kepala). 2. Eye height, tinggi mata dalam posisi berdiri tegak. 3. Shoulder height, tinggi bahu dalam posisi tegak. 4. Elbow height, tinggi siku dalam posisi tegak. 5. Hip height, tinggi pinggul dalam posisi berdiri tegak. 6. Knuckle height, tinggi kepalan tangan terjulur lepas dalam posisi tegak. 7. Fingertip height, tinggi ujung jari terbuka kebawah dalam posisi tegak. 8. Sitting height, tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas empat duduk/ pantat sampai dengan kepala) 9. Sitting eye height, tinggi mata dalam posisi duduk. 10. Sitting shoulder height, tinggi bahu dalam posisi duduk. 11. Sitting elbow height, tinggi siku dalam posisi duduk. 12. Thigh thickness, tebal atau lebar paha. 13. Buttock-knee lenght, panjang paha yang diukur dari pantat hingga ujung lutut. 14. Buttock-popliteal lenght, panjang paha yang diukur dari pantat hingga bagia belakang dari lutut/ betis. 15. Knee height, tinggi lutut (diukur baik dalam posisi duduk maupun berdiri). 16. Popliteal height, tinggi tubuh pada posisi duduk yang diukur dari lantai samai dengan dasar paha. 17. Shoulder breadth (bideltoid), lebar bahu terluar. 18. Shoulder breadth (biocromial), lebar bahu dalam. 19. Hip breadth, lebar pinggul/ pantat. 20. Chest, tebal dada dalam keadaan membusung. 21. Abdminal depth, tebal perut. 22. Shoulder-elbow length, panjang siku dari bahu dalam keadaan tegak lurus. 23. Elbow-fingertrip length, panjang siku dari ujung jari-jari pada posisi tegak lurus.
30
24. Upper limb lenght, panjang lengan dari bahu sampai ujung jari tengah. 25. Shoulder-grip lenght, panjang lengan dari bahu sampai kepalan. 26. Head lenght, tebal kepala. 27. Head breadht, lebar kepala. 28. Hend lenght, panjang tangan. 29. Hand breadht, lebar tangan. 30. Foot lenght, panjang kaki. 31. Foot breadht, lebar kaki. 32. Span, lebar antara ujung jari kanan dan jari kiri pada saat lengan terbuka paling lebar. 33. Elbow span, lebar antara ujung siku kanan dan jari kanan pada saat kedua siku terbuka kesamping. 34. Vertical grip reach (berdiri), panjang jangkauan tangan keatas pada saat berdiri. 35. Vertical grip reach (duduk), panjang jangkauan tangan keatas pada saat duduk. 36. Forward grip reach (berdiri), panjang jangkauan tangan pada saat berdiri dari ujung belakang punggung sampai kepalan. 37. Body weight, masa badan (kg).
2.5 Penganyaman 2.5.1 Pengertian Anyaman Kerajinan anyaman merupakan kerajinan tradisional yang masih ditekuni sampa dengan saat ini. Disamping banyak kegunaannya juga karena unsur kemudahannya. Saat ini anyaman banyak mengalami perkembangan mulai dari bentuk dan motif yang bervariasi sehingga bentuk dan motif tidak terlihat monoton. Dengan demikian maka anyaman adalah suatu kegiatan keterampilan masyarakat dalam pembuatan barang dengan cara atau teknik susup menyusup, tindih menindih dan saling lipat melipat antara rotan satu dengan lainnya sehingga saling menguatkan (Rosiana, 2009:9).
31
Setiap produk mungkin saja memiliki bentuk anyaman yang sama atau berbeda cara mengerjakannya. Anyaman yang sering digunakan adalah anyaman sasag, anyaman kepang dan anyaman persegi. Anyaman sasag banyak digunakan untuk pembuatan keranjang, anyaman kepang untuk pembuatan bilik dan anyaman persegi untuk pembuatan furniture rotan.
Gambar 9. Anyam Sasag
Gambar 10. Anyam Kepang
Gambar . Anyam Kepang
Gambar 11. Anyam Persegi
32
Selain jenis-jenis tersebut masih banyak corak anyaman yang merupakan pengembangan dari jenis anyaman sasag dan anyaman kepang. Corak-corak tersebut dapat digunakan untuk pembuatan produk-produk tertentu. 2.5.2 Teknik Menganyam Menganyam merupakan salah satu seni tradisi tertua didunia. Kegiatan menganyam ditiru manusia dari cara burung menjalin ranting-ranting menjadi bentuk yang kuat, kemudian manusia mengembangkannya menjadi karya seni anyaman. Di Indonesia tradisi ini sudah menjadi karya seni yang turun menurun dilakukan dibeberapa daerah Aceh dan Sumatra Selatan. Pada awalnya kegiatan menganyam dilakukan menggunakan bahan-bahan alam, serta menggunakan bahan tekstil sebagai bahan dasarnya. Menganyam merupakan salah satu teknik kriya tekstil dengan menyilangnyilangkan bagian lusi (arah vertikal) dengan bagian pakan (arah horizontal) hingga berbentk suatu pola tertentu. Teknik anyaman dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: 1. Anyaman silang tunggal. Merupakan anyaman yang memiliki dua arah sumbu yang saling tegak lurus atau miring satu sama lainnya. 2. Anyaman silang ganda. Menganyam dengan teknik ini sama dengan silang tunggal ialah menyisipkan dan menumpang dua benda dipilih, yaitu pakan dan lusi yang diselusup dan ditumpangi tidak hanya satu tepi tetapi dua, tiga, empat, lima dan seterusnya sehingga dikenal dengan ganda dua, ganda tiga, ganda empat, ganda lima dan seterusnya sesuai dengan benda pipih yang dilompati dan disusupi. 3. Anyaman tiga sumbu. Teknik ini sama dengan teknik anyaman silang, hanya saja perlu diingat bahwa benda pipih, yaitu pakan dan lusi yang akan dianyam tersusun menurut tiga arah. Teknik anyaman ini memberi peluang untuk memperoleh hasil anyaman tiga sumbu jarang dan anyaman tiga sumbu rapat, sedangkan anyaman tiga sumbu rapat dengan pola bentuk heksagonal (segi enam beraturan) atau belah ketupat. 4. Anyaman empat sumbu. Teknik anyaman ini berprinsip menyisip dan menumpangkan benda pipih yaitu pakan dan lusi secara satu sama lainnya berbeda arah. Hanya saja benda pipih yang berbeda arah disini makin banyak jumlahnya (empat buah sumbu). Jenis anyaman empat
33
sumbu termasuk jenis anyaman yang berlubang-lubang dengan pola oktogonal (segi delapan beraturan).
Gambar 12. Jenis-jenis anyaman (Sumber: Soemarjadi 1991).
34