III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
2.1
Objek Penelitian
2.1.1
Ternak Penelitian Penelitian menggunakan itik lokal jantan asal Gunungmanik, Tanjung Sari,
Sumedang sebanyak 60 ekor. Itik lokal berumur 35 hari dengan bobot badan 0,8-1,2 kilogram, koefisien variasi kurang dari 10% (Lampiran 3). 2.1.2
Peralatan dan Bahan Penelitian
1) Peralatan a. Timbangan duduk digital kapasitas 5 kilogram dengan ketelitian 1 gram untuk menimbang daun kecubung (Datura metel. Linn) b. Pisau untuk mengiris daun kecubung (Datura metel. Linn) c. Gelas ukur kapasitas 500 mL dengan ketelitian 10 mL untuk mengukur volume air minum dan infusa daun kecubung (Datura metel. Linn) d. Kompor untuk merebus daun kecubung (Datura metel. Linn) e. Panci untuk tempat merebus daun kecubung (Datura metel. Linn) f. Kain flanel untuk menyaring infusa daun kecubung (Datura metel. Linn) g. Pagar pemisah (sekat) untuk membedakan setiap perlakuan di kandang h. Gelang kaki untuk membedakan tiap perlakuan pada itik dan memudahkan pencatatan data i. Timbangan gantung digital kapasitas 9 kilogram dengan ketelitian 5 gram untuk menimbang bobot badan itik
15
j. Tempat pakan untuk tempat makan pada saat di kandang k. Tempat minum (modifikasi dari botol plastik bekas) untuk tempat minum pada saat di kandang l. Mobil bak terbuka (pick up) untuk sarana transportasi yang dilengkapi odometer pada panel speedometer mobil m. Keramba dengan ukuran P x L x T (93,7 x 56,5 x 28)cm untuk penempatan itik selama transportasi n. Thermohygrometer tipe RC-4H mini (temperature and humidity data logger) untuk mecatatat suhu dan kelembaban selama perjalanan. Alat ini akan mencatat suhu dan kelembaban setiap 15 menit selama perjalanan berlamgsung. o. Masker untuk biosafety p. Sarung tangan latex untuk biosafety q. Kapas dan alkohol untuk membersihkan tempat pengambilan sampel darah (vena pektroralis eksterna). Jarum dan spuit untuk mengambil sampel darah r. Vacumtube EDTA (Etil Diamin Tetra Acetid) 5 mL untuk menyimpan darah s. Cooling box untuk menyimpan sampel darah t. Alat tulis untuk menulis 2) Bahan 1. Daun kecubung (Datura metel. Linn) yang diambil secara acak 2. Air 3. Alkohol 70% 4. Es batu
16
2.2
Metode Penelitian
2.2.1
Prosedur Penelitian
1) Tahap Persiapan Pembuatan Infusa Daun Kecubung (Datura metel. Linn) a. Tanaman kecubung diperoleh dari sekitar Jatinangor, dipisahkan bagian daun dari batangnya. Daun kecubung diris dengan ukuran 2-4 mm dan selanjutnya di buat infusa dengan menggunakan metode infundasi (Badan POM RI, 2010). Prosedur pembuatan infusa disajikan pada Lampiran 1. b. Infusa yang dihasilkan dimasukan dalam botol plastik tertutup dan disimpan di suhu ruang 2) Tahap Persiapan Itik a. Itik jantan terpilih sebanyak 60 ekor diberi tanda gelang kaki, di tempatkan dalam kandang-kandang yang telah disekat sesuai perlakuan. Itik tetap berada dalam kandang bersekat selama 2 hari dengan tujuan untuk beradaptasi dengan lingkungan (sosial) yang baru. 3) Tahap Perlakuan a. Sebelum perlakuan diberikan, terlebih dahulu itik dipuasakan dari pakan dan minum selama tiga jam. Infusa daun kecubung sesuai dengan dosis perlakuan diberikan bersama air minum.
Itik diberi sebanyak 60 mL infusa daun
kecubung sesuai dengan perlakuannya satu jam sebelum ditransportasikan. b. Itik dimasukan ke dalam keramba bersekat sesuai dengan tata letak yang telah dirancang. Kapasitas keramba berjumlah 12 ekor itik sehingga satu keramba diisi dengan 4 unit percobaan.
17
c. Itik ditransportasikan menggunakan mobil bak terbuka pada pukul 13.00 WIB dari Gunungmanik, Tanjung Sari, Sumedang menuju Kadipaten dan kembali ke Tanjung Sari, Sumedang dengan jarak tempuh ± 106 km dengan rata-rata kecepatan 40 km/jam dan lama perjalanan 3 jam. d. Suhu dan kelembaban udara diukur dengan alat thermohygrometer tipe RC4H ( mini temperature and humidity data logger). Alat tersebut mencatat suhu dan kelembaban setiap 15 menit selama perjalanan e. Jarak tempuh diukur selama perjalanan dengan melihat odometer pada panel speedometer mobil. 4)
Pengambilan Sampel Darah a. Sampel darah diambil segera setelah tiba ditempat tujuan, setiap ulangan, diambil satu ekor. Pengambilan sampel darah dilakukan dengan menggunakan jarum spuit ukuran 5 mL dari bagian vena pektoralis eksterna yang telah dibersihkan. b.
Darah dimasukkan ke dalam vacumtube EDTA dan sementara disimpan dalam cooling box. Sampel darah akan dianalisis di Laboratorium Biokimia dan Fisiologi
Ternak,
Fakultas
Peternakan
Universitas Padjadjaran,
Kabupaten Sumedang. 5)
Tahap Analisis Perhitungan jumlah sel darah merah dan nilai hematokrit dilakukan dengan
menggunakan Hematology Analyzer.
Hematology Analyzer adalah alat yang
digunakan untuk menganalisa darah secara otomatis sedangkan kadar hemoglobin
18
dihitung secara manual menggunakan metode hematin asam dengan Hemometer Sahli. Prinsip metode hematin asam dengan Hemometer Sahli yaitu darah dengan larutan HCL 0,1 N akan membentuk hematin yang berwarna coklat, warna disamakan dengan warna standar Sahli dengan menambahkan aquadest sebagai pengencer. Alat dan bahan yang digunakan terdiri atas 1 set hemometer Sahli, aquadest, HCL 0,1 N, darah ternak, kapas dan alkohol. Cara kerja penentuan kadar hemoglobin yaitu dengan menyiapkan tabung hemometer yang sudah kering dan bersih, tabung hemometer diisi dengan HCL 0,1 N sampai garis batas bawah, selanjutnya hisap darah sampel dengan menggunakan pipet hemometer sampai tanda garis 20 mm³ dan tuangkan darah ke dalam tabung hemometer. Setelah itu darah dalam tabung diaduk dengan bantuan alat pengaduk hingga merata. Darah terlihat coklat tua, kemudian tambahkan aquadest tetes demi tetes sambil diaduk hingga warna sampel sama dengan warna standar Sahli. Nilai hemoglobin dapat dibaca
melaui tinggi permukaan cairan dalam tabung berskala.
Nilai hemoglobin dapat dibaca dengan gram/dL atau gram%. 2.2.2. Peubah yang Diamati 1.
Jumlah eritosit dengan satuan (juta/µl)
2.
Kadar hemoglobin dengan satuan (gram/dL)
3.
Nilai hematokrit dengan satuan (%)
2.2.3. Rancangan Percobaan dan Analisis Data Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan dan setiap perlakuan
19
diulang 5 kali sehingga terdapat 20 unit percobaan. Masing-masing perlakuan tersebut adalah sebagai berikut : R0 = 60 mL air minum tanpa perlakuan R1 = 48 mL air minum + 12 mL (20%) infusa daun kecubung R2 = 36 mL air minum + 24 mL (40%) infusa daun kecubung R3 = 24 mL air minum + 36 mL (60%) infusa daun kecubung Data yang diperoleh dianalisa menggunakan analisis ragam (analysis of variance) dan bila terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji Duncan (Gaspersz, 1995). Model matematik yang digunakan adalah sebagai berikut: Yij
= µ + τί + εij
Keterangan : Yij
= Respon hasil pengamatan dari perubah pada perlakuan ke-i dengan ulangan ke-j.
µ
= Rata-rata pengamatan
τί
= Pengaruh perlakuan i
εij
= Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
i
= 1, 2, 3 dan 4
j
= 1, 2, 3 dan 4
Asumsi : εij ~ NID (0, 𝛿 2 ) artinya: 1. Nilai εij menyebar normal dan bebas satu sama lain 2. Nilai harapan εij = 0 atau E (εij) = 0 3. Ragam dari εij = 𝛿 2 atau ∑(εij)2 = 𝛿 2 Berdasarkan model matematika diatas, digunakan daftar sidik ragam yang disajiakan pada Tabel 1.
20
Tabel 1. Daftar Sidik Ragam Sumber Keragaman DB Perlakuan 3 16 Galat 19 Total
JK JKP JKG JKT
KT KTP KTG
Fhit F0,05 KTP/KTG
Hipotesis yang akan diuji adalah : H0 : R1 = R2 = R3= R4 H1 : R1 ≠ R2 ≠ R3 ≠ R4, atau paling sedikit ada sepasang perlakuan yang tidak sama. Kaidah Keputusan : 1. Jika Fhitung ≤ F0,05 artinya perlakuan berpengaruh tidak nyata (non significant), terima H0 dan tolak H1. 2. Jika Fhitung> F0,05 artinya perlakuan berpengaruh nyata (significant), tolak H0 dan terima H1. Apabila hasil yang diperoleh signifikan, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Jarak Berganda Duncan dengan rumus : 𝐿𝑆𝑅 = 𝑆𝑆𝑅 × 𝑆𝑦̅
KT galat
Sy =√
r
S2
=√r
Keterangan : Sy = Galat baku KTG = Kuadrat Tengah Galat r = Ulangan LSR = Least Significant Range (Jarak beda nyata terkecil) SSR = Student Significant Range Selisih antar perlakuan (d) dibandingkan dengan LSR : d ≤ LSR, maka tidak berbeda nyata d > LSR, maka berbeda nyata