llrlilrllllllll
Volume I Nomor I
Jurnal Peternakan Srirvijaya (JPS)
Desember 2012
Kualitas Nutrisi Silase Pucuk Tebu (Saccaharum officinarum) de n ga n Pena mb ahan lnoku lan Effe c tiv e M ic r o o r g a n is m e-4 (EM-4) Sofia Sandi', Asep lndra M. Ali', dan Nugroho Arianto' tProgranr
StLrdi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwr.laya
.ll. Palembang
-
Prabumulih KM 32 Kampus Unsri Indralaya,30662.
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kualitas nutrisi silase pucuk tebu dengan penambahan effective microorganisms-4 (EM-4). Pucuk tebu difermentasi dengan menggunakan effective microorganisms-4 (EM-4) selama 30 hari di dalam silo mini. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap, yang terdiri atas 5 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakan terdiri atas T0 : Pucuk tebu tanpa perlakuan (kontrol), Tr : Pucuk febu + 4% EM-4 (v/w), T: : Pucuk Tebu + 6% EM-4 (v/w), T3: Pucuk Tebu + 8% EM-4 (v/w), T+: Pucuk Tebu + 10% EM-4 (v/w). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan penambahan EM-4 sebanyak 60/o adalah yang terbaik, yaitu terjadinya penunman serat kasar 17,42o , kehilangan bahan kering 2,99o dan'kehilangan bahan organik 2,7604. Kata kunci : silase pucuk rebu, elJbctive microorganisms-4 (EM-4), kualitas nutrisi.
safu hektar kebun tebu akan diperoleh 180 ton
PENDAHULUAN Pakan merupakan faktor yang telpenting
untuk menunjang
pengembangan populasi
biomassa / tahun yang terdiri atas 38 ton pucuk
tebu dan 72 ton ampas tebu yang mampu
ternak ruminansia, disisi lain peternak masih
menyediakan pakan ternak sapi sebanyak
juga dihadapi oleh masalah penyediaan bahan
ekor dengan bobot 250-450 kg,
pakan yang sifatnya mengikuti musim. Hijauan merupakan pakan utama ternak
pemanfaatan pucuk tebu lebih optimal dalam
ruminansia yang biasanya tersedia
gunanya maka
secara
melimpah pada musim penghujan, sedangkan
meningkatkan
dan
17
Agar
mempertahankan daya
di lakukan
teknologi
pengolahan dengan pembr,ratan silase.
pada musim kemarau sangat sulit diperoleh
Silase adalah pakan yang diawetkan yang
perlu dicari alternatif untuk
di proses dari bahan berupa tanaman hijauaan.
menggantikan hijauaan yang salah satunya
limbah industri perlanian dan bahan baku
adalah pucuk tebu.
alami lainnya dengan kadar air pada tingkat
sehingga
Pucuk tebu merupakan salah satu limbah
teftentu kemudian dimasukan dalam sebuah
pertanian yang murah dan dapat menggantikan
tempat yang tertutup rapat kedap udara. Silase
rumput gajah sebagai pakan temak (Mucthar el
dengan mutu baik diperoleh dengan menekan
a/.. 1983). Menurut Leng (1995) bahwa dalam
berbagai aktivitas enzim yang tidak
Volume I Nomor I
Jurnal Peternakan Sriwijal'a (JPS)
Desember 2012
dikehendaki, sefta mendorong berkembangnya
tahap kedua yaitu analisa nutrisi silase pucuk
bakteri asam laktat yang sudah ada pada bahan
tebu, Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan
(Schroeder, 2004). Agar bakteri asam laktat
dari bulan Juni sampai Agustus 201 I bertempat di Laboratoriurn Dasar Bersama Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas
dapat berkembang dengan baik pada proses
ensilase maka diperlukan penambahan inokulum, salah satunya adalah Ef/bctit,e
Pertanian Universitas Sriwiiava.
microargani s me (EM-4).
EM-4 merupakan suatu tambahan untuk
Bahan
Bahan-bahan
mengoptimalkan pernanfaatan zat-zat makanan
yang digunakan
adalah
karena bakteri yang terdapat dalam EM-4
pucuk tebu yang berasal dari perkebunan tebu
dapat mencerna selulose, pati, gula, protein,
Cinta Manis Kabupaten Ogan
lemak khususnya bakteri Lactobastillus
Ellbctive lv{icroorganisms-4 (EM-4),
Sp
llir,
inokulan HzSO+,
(Akmal et a|.,2004). Hasil penelitian Mathius
NaOH. Alat-alat yang digunakan antara lain
(1993) bahwa penggunaan (EM-4) sebanyak
plastik, alat pencacah, pisau, solotif, baskom,
6% mampu menurunkan kasar rumput raja dari
kandungan serat
gelas ukur, timbangan, oven, eksikator. labu
34,6Aoh menjadi
destruksi, labu Erlenmeyer, gelas ukur, pipet,
buret, batu didih, labu kjeldhal, spatula. hot
24.47%.
Menurut Riswandi (2010) (EM-4) 8% dan urea
penambahan
plate, kertas saring (Sandi, 2012)
0,8%o pada ampas tebu
pada proses fermentasi dapat menghasilkan
Rancangan Penelitian
kecernaan yang terbaik. Berdasarkan uraian di
Penelitian
ini
dilakukan dengan metode
yang
atas maka perlu dilakukan suatu penelitian
eksperimen. Rancangan
tentang kualitas silase pucuk tebu dengan
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
penarnbahan (EM-4), Penelitian
ini bertujuan
digunakan
terdiri dari 5 perlakuan dan 3 kali
ulangan.
Llntuk mengetahui kualitas nutrisi silase pucuk
Perlakuan dalam penelitian ini yang digunakan
tebu yang di beri inokulan (EM-41.
adalah penambahan EI,I-4 (Sandi, Perlakuan yang di teliti adalah
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian
ini
To:
dilaksanakan dalam dua
tahap, tahap pertama yaitu pembuatan silase
pucuk tebu {Suc:caharum rfficinurtnn)
dan
2012).
:
Tr
Pucuk tebu tanpa perlakuan (kontrol) Pucuk Tebu + 4o/o EM-4 (vlw) Pucuk Tebu + 60/o Elv{-4 (vlw)
Ta:
Pucuk Tebu
: T:: T:: Pucuk Tebu + 8o/o EM-4 (vlw) +
10o/o
ElVl-4 (v/w)
t2
1*iume I Nomor I
rk
%,s,,,*":,*,
TN
?'
I
Jurnal Peternakan Sriwijal'a (.IPS)
1:near rancangan adalah
Desember 2012
dalarn keadaan panas dengan menggunakan
:
corong louncher yang telah berisi kertas saring
: $ ' tj * t! (Steel and Torrie, l99l)
yang telah ditimbang.
.:
]a tS
.1*i:*:';1ngan
Cuci endapan yang terdapat pada kertas
:
': .., .t:kror pengamatan - .. *ilai rerata harapan r : p€ngaruh perlakuan c=
saring berturut-turut dengan H:S0+
panas,
aquadest panas dan etanol. Angkat kertas
?d:lgamh galat
saring dan isinya, masukan dalarn crus yang sudah ditimbang, keringkan (oven) pada suhu
Prosedur Kerja
P*cuk tebu dipotong-potong kecil sekitar
:-'3 cm dilayukan kemudian masuk
kan
i:edalam plastik dan tiap perlakuan masing-
1050C dan dinginkan dalam eksikator l5
menit, timbang sampai bobotnya tetap. Kemudian tanur selama 6 iam.
n":asing disemprot dengan EM-4 sebanyak 4%, o/o
r'+.
8o4, 10% dan tanpa EM-4 (v/w). Sampai
Serat Kasar =
Berat sampel awal
prdat lalu diikat agar terjadi kondisi anaerob.
Kemudian disimpan ditempat yang tidak
rrkena sinar matahari langsung dan hujan
-
Berat sampel akhir
Ba-t ta",pal t*al
2,
l
rwwzu
Kehilangan Bahan Kering dan Bahan Organik
*elama 21 hari. Setelah tnasa fermentasi 21
n
h.:ri selesai, silase dibuka dan dikeluarkan lalu
Kehilangan bahan kering merupakan
keringkan di oven dengan suhu temperatur 60
jumlah bahan kering yang hilang setelah bahan
'C.
di fermentasi
Kemudian digiling untuk selanjutnya
lakukan analisis nutrisi sesuai perlakuan
bahan kering ditentukan dengan pengurangan
iSandi,2012)
berat bahan sebelum fermentasi dengan berat
r}
bahan setelah fermentasi dikonversikan dalam
l. n ).
dalam waktu tertentu, besaran
Parameter
1.
persen dan diformulasikan sebagai berikut
Serat Kasar (AOAC 1990)
Kehilangan BK (g)
= (A x BKo)- (B x
BKr)
Untuk menghitung kandungan serat kasar rlenggunakan analisa serat kasar. Timbang san-rpel
I
gram, kemudian keringkan sampel
Kehilangan BK (o/o) =
(Ax BKO)- (Bx (A x BK0)
dan masukkan kedalam erlenmeyer 500 ml, tambahkan 50 ml HISO+ dan didihkan selama
30 menit.
tambahkan
50 ml NaOH
dan
didihkan lagi selama 30 menit. Saring larutan
BK1)
x 100%
Keterangan:
A : Berat sampel sebelum fermentasi (g) B : Berat sampel setelah fennentasi (g) BIq: Bahan kering sebelum fermentasi (?'o) BKi--
Bahan kering setelah fermentasi (%)
:
Volume
Desemtrer 2012
Jurnal Peternakan Srinijaya (JPS)
I Nomor I
Kehilangan bahan organik ditentukan
dengan menimbang substrat sebelum fermentasi dan setelah tbrmentasi. Besar kehilangan bahan organik dihitung dengan fumus :
4,
Kadar abu Kadar abu terlebih dahulu cawan porselin
dikeringkan dalam oven dengan suhu 105"C selama beberapa
jam.
Kernudian didinginkan
dengan memasukan cawan tersebut ke dalam Kehilangan BO (g) = 14 x BKex BOx)- (B
eksikator dan ditimbang (x). Sejurnlah contoh
x BKo x BO,)
kira-kira Kehilangan BO (o/o) (Ax BKO x EO0)
-
x L00o/o
Keterangan : A : Berat sampel sebelum fermentasi (g) B = Berat sampel setelah fermentasi (g) BKo : Bahan kering sebelum fermentasi (9/o) BOo = Bahan organik sebelum fermentasi (7o) BK, : Bahan kering setelah fermentasi (70) Bot = Bahan organik setelah fermentasi (Yo)
Kadar air
Sejumlah contoh tertentu ditimbang dengan
teliti kira-kira 5 gram
sebagai (y),
dipijarkan di atas nyala api pembakar bunsen
sampai tidak berasap lagi. Kemudian dirnasukan kedalam tanur listrik dengan suhu
400-600"C. Sesudah abu menjadi
cawan porselen timbang (x) dan sampel yang
berada didalamnya dimasukan dalam alat
24 jam pada suhu
105'C.
Kemudian didinginkan dalam eksikator, lalu
ditimbang (z), Penentuan kadar
air dengan
mempergunakan rumus sebagai berikut
Kadar Air =
(x + y + z)
cara memasukannya ke dalam eksikator, Setelah kira-kira I jam ditimbang kembali dengan berat (z), Penentuan kadar abu dengan
mempergunakan rumus sebagai berikut:
KadarAbu
=
(z-x)
x 100%
v
Dengan demikian kadar bahan organik dapat diketahui dengan cara sebagai berikut
Bahan Organik (BO)
:
:
(Bahan Kering (BK)
-
Abu)%
:
Analisis Data x 1000/o
Data yang diperoleh akan diolah dengan
v
Dengan demikian kadar bahan kering
bahan juga dapat
putih
seluruhnya diangkat dan didinginkan dengan
dimasukan kedalam botol timbang. Kemudian
pengering selama
dimasukan
kedalam cawan porselen. Contoh tersebut
(B x BKtx BOt)
(AxBKOxB0t)
3.
5 gram ditimbang (y)
diketahui
mempergunakan rumus sebagai berikut Bahan Kering (BK) : ( 100 - Kadar Air)o/o
dengan
menggunakan analisa keragaman (Ansira)
berdasarkan rancangan
yang
digunakan'
apabita terdapat perbedaan diantara perlakuan maka dilakukan uji lanjut DNMRT (Duncan's
Mtltiple
Range
lest) (Steel and Torrie, 1991)'
Volume
I
Nomor I
Jurnal Peternakan Sriwijaya (JPS)
HASIL DAN PEMBAHASAI'I
Desember 2{}12
diduga dikarenakan
Pengaruh Perlakuan Terhadap Kehilangan Bahan Kering
pl{ silase akan lebih
cepat
menurun seiring dengan penambahan EM-4 itu pula.(Saputra, 2011).
Penurunan pH yang semakin
cepat
hasil rataan kehilangan bahan kering silase
dikarenakan semakin bertambahnya
asam
pucuk tebu dengan penambahan. EM4
laktat yang diproduksi oleh bakteri
asam
Berdasarkan
uji statistik diperoleh
bahwa
disajikan pada Tabel 3. Perlakuan silase pucuk
tebu dengan penambahan EM-4 berpengaruh
nvata (P<0.05) terhadap kehilangan
bahan
laktat. Hal
ini merujuk
pada Salim et al.,
Q002), tentang tahapan proses terjadinya silase, semakin cepat menuninnya pH akan diikuti semakin cepat berakhimya perombakan
kering.
bahan substrat turun pada fase aerob seperti Tabel 3, Rataan nilai kehilangan bahan kering (%) silase pucuk tebu dengan penambahan Effbctive microorsanism 4 (EM4) Rataan (%) Perlakuan 4,67 + 1,29o 3,58 + 1,58'o 2;gg + 0,44ub' b' 2.59 *0,1 I
TO
TI T2 T3
diketahui pada fase aerob
lah
terjadi
kehilangan bahan kering yang paling besar. Pada fase aerob mikroba aerob masih aktif dalam merombak subtrat menjadi COz dan air serta panas energi respirasi. Ketika pH telah
1,41 + 0,21' T4 \r-r : T0 (kontrol), Tl (pucuk tebu + 4% EM-4), T2(pucuk tebu - 6% EM-4), T3(pucuk tebu + 8% Elv{4). T4{pucuk tebu * l0'/o EM-4). Tanda huruf (superkrip) yang
asam oleh adanya asam laktat yang diproduksi
berbeda pada kolorn yang sama nrenurrjukkan nilai yang berbeda nyata tarap uji P <0.05
perombakan tadi berhenti dan silase menjadi
oleh bakteri asam laktat maka proses stabil (tidak te{adi perombakan lagi karena PH nya turun ) (Salim et a|.,2002).
bahwa
uji laqjut duncan diperoleh perlakuan T0 tidak berbeda nyata
dengan
Tl
Pengaruh Perlakuan Terhadap Kehilangan Bahan Organik
Berdasarkan
,T2 dan T3 sedangkan
Tl
tidak
berbeda nyata dengan T2 dan T3. Sedangkan
T3 tidak berbeda rryata terhadap T4 tetapi T4
Berdasarkan
uji statistik diperoleh
bahwa
Tl. Adatrya peningkatan penambahan EM-4 akan
kehilangan bahan organik silase pucuk tebu
menghasilkan kehilangan bahan kering yang
(P < 0,05) antar perlakuan dapat dilihat pada
lebih rendah dimana T4 mengalami kehilangan
tabel
bahan kering terendah I,4lo/o dan T0 tertinggi
kandungan kehilangan bahan organik T0 tidak
berbeda nyata terhadap
T0 dan
4,670/o. Kehilangan bahan
kering yang lebih
rendah seiring dengan penambahan EM-4
dengan pemberian
4.
EM4
Berdasarkan
yang berbeda nyata
uji lanjut duncan
berbeda nyata terhadap
Tl
nilai
dan T2 tetapi
berbeda nyata terhadap T3 dan T4.
Volume I Nomor I
Jurnal Peternakan Sri*.ijaya (JPS)
Tabel 4. Rataan nilai kehilangan bahan organik
tebu
silase pucuk dengan penambahan Effective microorganism 4
{%;'1
(EM-4) TO
3,69 = 0.02'
TI
3,68,t l,l-5"
T2
2,76
T3
2,54 L AJTb
T4 Kct: T0 (konhol). T1(pucuk tcbu=
*
0,060b
1.45 = 0.09"
EM-4). Tl(pucuk rcbu * 69ro EM-4). T3(pucuk tebu r 8',6 EM-4), T4(pucuk tebu - l0'1.t, EM-4). Tanda huruf (superkrip.; yarrg berbeda pada kolom yang sama menunjukkan nilai yurg berbeda nyata tarap
T2 tidak
uji
4o/o
diikuti semakin cepat berakhirnyg lase
kehilangan bahan kering maka akan terjadi
juga kehilangan bahan organik. pada fase aerob masih aktif nya mikroba aerob dalam merombak subtrat menjadi COz dan air serta panas energi respirasi. Ketika pH telah asam
bakteri asam laktat maka proses perombakan
berbeda nyata terhadap T3.
Sehingga dengan dilakukannya peningkatan
dosis pemberian EM-4 sampai l0%
T4 dapat mempengamhi
tadi berhenti dan silase menjadi stabil ( tidak terjadi perombakan lagi karena PH nya turun (Salim et a1.,2002).
jumlah
Pengaruh Perlakuan Terhadap Serat Kasar
pada pemberian dosis 10% memiliki jumlah
bakteri asam laktat terbanyak, pH rendah dan
karakteristik fisik yang baik sehingga pada
T4
mengalami kehilangan bahan
organik yang terendah (1,45%). Hal ini menrurjr:kkan bahwa proses kehilangan bahan
organik sama seperti kehilangan bahan kering dimana Kehilangan bahan organik yang lebih
rendah seiring dengan penambahan EM-4 diduga dikarenakan pH silase akan lebih cepat menurun seiring dengan penambahan EM-4 itu pula.(Saputra, 2011).
Berdasarkan rrji statistik diperoleh bahwa perlakuan serat kasar silase pucuk tebu dengan
pemberian EM-4 yang berbeda nyata (P < 0,05) antar perlakuan dapat dilihat pada rabel
5. Berdasarkan uji lanjut duncan menunjukan
bahwa peningkatan penambahan EM-4 berpengaruh nyata terhadap kadar serat kasar. Perlakuan T0 tidak berbeda nyata terhadap T I
tetapi T0 berbeda nyata terhadap T2" T3 dan
T4,
sedangkan
Tl tidak
terhadap T2. T3, dan T4
berbeda nyata
.
Kandungan serat kasar silase pucuk tebu
Penurunan pH yang semakin
cepat
yang memberikan hasil kadar serat
dikarenakan semakin bertambahnya
asam
terendah adalah perlakuan T4 dengan rataan
laktat yang diproduksi oleh bakteri
asam
kadar serat kasar 16,360/o dan tertinggi T0
lakfat. Hal
ini
)
pada
bakteri asam laktat yang dihasilkan, karena
perlakuan
aerob,
oleh adanya asam laktat .vang diproduksi oleh
P <0.05
Sedangkan T3 berbeda nyata terhadap T4.
perlakuan
silase, semakin cepat menurunnya pH akan
seperti diketahui pada fase aerob lah tedadi
Rataan (%)
Perlalanan
Desember 2012
menrjuk pada Salim et al..
(2042\, tentang tahapan proses terjadinya
kasar
dengan rataan kadar serat kasar 19,5lo tanpa
l'olume I Nomor I
Jurnal Peternakan SrirvijaS'a (JPS)
;danya pemberian EM-4. Sehingga dengan
Akmal.
Desember 2012
S 2004. Fermentasi
jerami padi dengan temak
iiiiakukannya peningkatan dosis pemberian
probiotik sebagai pakan
g\'f-4 maka kadar serat
:280-283
:::f,I?ilrun.
Hal
kasarnya akan
dikarenakan
ini
adanya
;+*:sderi lignin oleh bakteri selulitik (Akmal rs.
;j.
!,,r',
i :
tu
lt-t04). Selain itu penelitian (Saputra
t
bahwa
menunjUkan
terjadinya
:r;33fu3n tekstur halus sampai agak halus
j::l:
l\{-+
;elnakin tinggi tingkat sanrpai dosis l0%
penggunaan
pada silase pucuk
i*'fd
ruminansia, Jw"nal Agristtt Vol. 5(3)
R. 1994. llmu Makanan Temak. Gramedia Jakarta AOAC.,,l990. Olficial Methods o/' Anal,vsis. 15"' ed. Washington DC : Association Official Analytic Chemist APNAN. 1995. Pembangunan Pertanian Alami dengan Anggorodi,
Akrab
Lingkungan
Microorganism Effecfive dalam EM-4 Apllication Manual for APNAN Countries. The Fisrt Edition. APNAN. I)armawan, K. 2010. Jerami padi fermentasi pakan alternatif. http :/iem4baliorganik.blogspot. com.
l;**. j
Raraan nilai serat kasar (%) silase pucuk
tebu
mi
dengan penambahan Elfective (EM-4)
crarn'gttni sm 4
Perlakuan TO
TI
Rataan {%) 19,51+ l,g0' 17.99 x.0,46un 17,42 * 0,18b
T2 T3
20081,
16.36
+
1.06b
EilIiTfilillG6i-
i.;": : T() (kontrol), Tl(pucuk tebu o 4,yo 6"1; EM-4). T3(pucuk tebu * 8% EIvl-4), T4(pucuk
-
rebu
+
l0% EN{-4). Tanda huruf lsuperkrip)
bcrbc.da pada
yang
kolom yang sama mcnunjukkan nilai yang
bcrbeda nyata rarap
uji
P
Gervais, P. 2008. Water relations in solid stute Pandey, C. R. .fbrmentation. In: Soccol, and C. Lamoche (Eds). Curent Developments Solid-state Fermentation. Asiatech Publisher Inc,. New Delhi Hasibuan, JA. 2009. Evaluasi kandungan serat ampas yang difermentasikan dengan kombinasi EM-4 dan urea [Skripsi]. Universitas Sriwijaya. Indralaya. Howard R.L., E. Abotsi, E.l-.1, van Rensburg and S. Howard. 2003. Lignocellulose biotechnology: issues of bioconversion
A.
16.45+ l.l7b
T4
[Mei 201l] Davies D. 2007. Improving silage quality and reducing COz emission. httpilwrvw. hnproving silage quality and reducing Cosub2-sub emission.htm [Agustus
<0.05
in
fiaksi
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian dapat
ciisimpulkan bahwa penambahan EM-4 pada
pucuk tebu dapat menumnkan kehilangan calran kering. kehilangan bahan organik serta
and enzyme
B i o tec h no
DAFTAR PUSTAKA {khirany, N. 1998. Ilmiah Populer. Silase lkan Untuk Pakah Unggas. Poultry Indonesia Edisi Maret No. 275. 2003.
production.
,l/i.
J.
l. 2 :6A2-619 .
R. R.
1996, Techniques and procedures for in vitro and in vivo rumen studies. J. Anim. Sci 25 : 855 - 875. Jones CM. Heinrichs AJ, Roth GW dan Issler VA. 2004. Frorn Harvest to Feed: Understanding silage managenwnt. Pensyvania : Pensyvania State University. Jhonson,
serat kasar.
tebu
{ &ffi
;
Ku.mtg"
I-.Jr". L.
h.trme,r
M.
,:
.f
E*r,xi f'rg*En*nan }ritrija.ra
{'.
Ta3,lor, H. P. L1nch, and J. Neylon. 1995. The Effect of Treating
Alfalt'a r.vith Lactobacillus buchneri 40788 on Silage Fennentation,Aerobic Stabiliry, and Nutritive Value for Lactating Dairy Cowas. -L Dain, Sc.i. 86:336-343.
Leng RA, 1991. lmprovement Ruminant Production and Reducing Methan Emission from Ruminant by Strategic SLrplement EPA.400ll9l1004. United states Fnvironrental Protection Agency \lathius. I.\V. 1993. The Potential and Feeding Value of King Grass for Sheep
;::ii {.i"rirts. Puper. Presentet/ otl ;nr1;rr;;;;;',i,';s;i Sl.sliill;:- Lit e.rrt;t
kS und
,.4i.* J-L'1 "',,,;nuu;.n11 ;,; ii'r-;j:;'r,i Padang :: -:i t.i,*.;i.ri** , ';; b{'*ffi.,"n:l1': g'" ,}***i*r* n .{fi.. fier,:n SJE. qf
{,+t+} j,j;r, #ii:€;;t-ryiJ-itia ,.rI Sijrr,ge. $;eqqrn6 ild:lii:i:. Xlart*ri: {'i:alc*mbe Fuhli*ari*n S{t:ran J. :0f}5. Tropical Dain. Fcu.ning Feeding Management for smallholder dairy fanners in the humid tropics. Australia: Landlinks press.
Muchtar, M., S. Tedjowahdjono, y. Kurniawan. dan U. Mardiyanto. 1993. "Potensi hasil sampingan industri gula dalam pengembangan petemakan di Indonesia" . Prosi ding Seminur. Lembaga Kimia Nasional LIPI
Musofie, A.,
N.K. Wardhani.,
S.
Tedjowahjono. 1983. penggunaan pucuk
tebu pada sapi bali jantan
Prosetling Setninctr
muda.
penelitian
Peterncrkan. Bogor.
Pedroso A.F. Campos
Performance
F dan Jorge H. 2006. of hoistein heifers fed
treted with urea,sodium benzoate of Lactobacillus buchneri. Pesq Agt'opec B ras i I i a.4 | (4):649 -6 5 4. Pioner Developrnent Foundation. i991. Silage Technology. A. Trainers Manual. pioner Development Foundation For Asia and The Pasific in 15-74. sugarcance silages
Desember 2012
1."1I'Sy
Ratnakomala, S., R. Ridwan, G. Kartina, dan Y. Widyatuti. 2006. Pengaruh inokulum Lrtctahocillu.s plantarutn !A-Z dan IBL-2 terhadap kualitas silase rumput gajah {Pennisetutn putpureun). Bioclit erlus. 7 : t3 l- t34. Reksohadiprodjo, S, 1985. Bahan il,{akanan Limbah Pertaniqn tlan Industri. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Riswandi. 2010. Peningkatan
nilai nutrisi ampas tebu melalui fennentasi
menggunakan EM-4 dan urea. [Tesis]. Universitas Srii,vijaya. palembang. Rukmantoro, S., Irawan B, Amirudin,
Hendrawan
H,
Masayoshi
N,
2001
.
Produksi dan Pemanfaatan Hijauan.
Direktorat Jenderal
peternakan.
Departemen Perlanian, Dinas Peternakan
Propinsi Jawa Barat dan Japan Intemational Cooperation Agency (JICA). PT. Sony Sugema presindo. Bandung.
Salim,
R., B.
Irawan., Amimddin..
H.
Hendrawan dan M. Nakatani. 2002. Pengarvetan Ilijauan Untuk pakan Ternak. Silase. Sonisugema pressindo, Bandung.
Saputra, A. 2012. Kualitas Fisik Silase pucuk Tebr.r dengan Penambahan Effbctive Mic'ronrgcrnisrne-4 (EM-4) [S"lripsi]. Universitas Sriwij aya. Indralaya. Schroeder JW. 2004. Silage Fermentation 4ncl
Preservation. Extension
Dairy
Specialist.AS- 1254. www. exl. nodak. edu/extpubs/ansc il dairy I as l254.htrn. [Mei 201 l]. Slamet. 2004. Tebu (Saccharunt oflicinarum). http :#war.istek.prsgresio. or. id/tebui perkebunaniwari stek/ merrntis bi sn is/pro g csio.htm. f Mei 201 I l. Soervardi. B dan LH. Urorno. 1975. Kemungkinan Pemanfaatan Turnbuhan Penggangu Air Rawa Pening. Inspec:tion Report Biotrop. Bogor Steel, R.G. D dan J.H. Torrie. IggL prinsip dan Pro.seclur Stqtistik. Suatu pendekatan
l2
.n 11
2
h 7:
tl }S
;i jl.i
I,
I.
l I
n n
v ). r
l.
!.
n
k I
J d J
') "I
{
i*ffiE$c
l
, \-
rrrr'rr I
Jurnal Peternakan Srinijava (JPS)
i*:.rr,liirik. Terjemahan Sumatri. PT t:::i::*iia.Jakar1a.
lri:t,ti Peningkatan Kualitas Nutrisi k;,,,i B::ah Kakao Setlagai Pakan Ternak trdii. Pr*ses Fermentasi Phamrochaete
l-tn.4:a,n',..
.',.',:-.,,.,';,:. Poriunt yang di tarnbah ion -!;{,':' J:n Ca '[Diserlasi]. IPB Bogor. '*'ur;i,rf*,, li'r.ri. Kecernaan bahan kering dan .::,s:;,rr:1":l'ganik in t,itro silase rumput : {,,r:,r;;?1 pa'3a umur potong dan level aditif 3*3$ bcrbeda. i. Pengemhangan ,i'*^ry:,:i:*;t Tt'opis. 28 ;204 - 210. y,leii:; T, i'+vl. Pengembangan Pakan Ternak ,F.r::i:re*sia. Proceedittg Seminar {,u,;L'.,r;iji" Usaha Peninskatan , f:,,"*":k:ir itas Peternakan Rakyat. .. ::li*rsitas Jambi. Jambi. r,tl,.*u'o. {-}.A. 2006. Integrasi Usaha F;:i*::'aka* Sapi Pada Perkebunan Tebu. 3.;::s l)inas Petemakan dan Kesehatan F:,firr:i:i Larnpung. [Mei 2007]. &dr,J*:'x.. t;.D.S. dan Higa, T. 1996. F*:*::run bercocok tanaman padi dengan ;:*i:11rrirlgi Ell{-4. Seri Pertanian Akrab i-;.::cl.i:r-igan.
!{. S.^ \'{. Kawai, J. Takahashi, dan S. 3;J"r:.**ke.2002. The eff ect of diff erent :n:::iiure contents at ensiling on silo r,: s;'r5:tion and digestibility of strlretural '';'iuri:rdrates of orchard grass Anim. i".',i ,i,'i. Tet'hnol. l0l : 127-133.
'i,*f,,*r';.;-
Desenrber 2012