III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
1.1.
Bahan Penelitian
1.1.1. Ternak Percobaan Ternak itik yang digunakan sebanyak 120 ekor yang berumur 0-8 minggu dan dialokasikan ke dalam 24 unit kandang masing-masing sebanyak 5 ekor. Itik diberi 6 perlakuan ransum yang diulang 4 kali. Itik tersebut dipelihara selama 2 bulan.
3.1.2. Kandang dan Perlengkapan Kandang yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 24 unit dan setiap unitnya terbuat dari bilahan bambu dengan ukuran panjang 90 cm, lebar 60 cm, dan tinggi 50 cm untuk kapasitas 5 ekor itik. Setiap unit kandang diberi nomor perlakuan dan ulangannya. Kandang diberi lampu listrik berkekuatan 60 watt. Kandang dilengkapi dengan tempat ransum (Round Feeder), tempat air minum (Round waterer).
3.1.3. Peralatan 1)
Tempat makan dan minum.
2)
Timbangan skala 20 kg untuk menimbang ransum.
3)
Timbangan digital untuk menimbang elektrolit.
4)
Ember plastik untuk tempat menyimpan ransum.
5)
Pisau untuk memotong dan membedah itik.
17 6)
Kertas lebel.
3.1.4. Ransum Percobaan Selama penelitian ransum yang diberikan adalah ransum yang telah ditambah imbangan elektrolit berbentuk crumble. Untuk mengetahui komposisi zat-zat makanan dan energi metabolis bahan pakan penyusun ransum dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan Energi Metabolis dan Zat Makanan Bahan Pakan Percobaan BahanPakan
PK
Jagung Bk. Kedelai Tp. Ikan Dedak padi NH4Cl Na2CO3 CaCO3 Topmix DCP Metionin NaCl
9,00 47,00 50,00 12,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -
EM
Ca
P
Lys
Met
SK
………………………….(%)…………………… 3370 0,22 0,17 0,26 0,18 2,05 2700 0,32 0,29 2,69 0,62 6,00 3080 5,11 2,88 4,51 1,63 1,00 2200 0,12 1,50 0,00 0,00 12,00 0,00 40,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,30 0,30 0,00 0,00 23,30 18,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 90,00 0,00 -
Keterangan : Hasil Analisa Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas dan Bahan Pakan Ternak Fakultas PeternakanUniversitas Padjadjaran Tahun 2010. PK : Protein kasar. EM : Energi Metabolis. Ca : Kalsium. P : Phospor. Lys : Lysin. Met : Metionin. SK : Serat Kasar. LK : Lemak Kasar.
LK 3,90 0,90 10,00 13,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -
18 Ransum disusun berdasarkan kebutuhan itik periode starter yang direkomendasikan oleh Sinurat (2000). Ransum perlakuan ada 6 macam dengan berbagai imbangan elektrolit, susunan ransum penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Sedangkan kandungan zat makanan dan energi metabolis ransum penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 4. Susunan Ransum Percobaan Bahan Pakan
R1
R2
R3
R4
R5
R6
………………………………….(%)………………………. Jagung BK. Kedelai Tp. Ikan Dedak padi NH4Cl Na2CO3 CaCO3 Topmix DCP Metionin NaCl Total
65 13 14 8 0,54 0 0,60 0,50 0,99 0,12 0,25 103
65,29 13 14 8 0,25 0 0,60 0,50 0,99 0,12 0,25 103
65,10 13 14 8 0,21 0,23 0,60 0,50 0,99 0,12 0,25 103
65,23 13 14 8 0 0,31 0,60 0,50 0,99 0,12 0,25 103
64,97 13 14 8 0 0,57 0,60 0,50 0,99 0,12 0,25 103
64,70 13 14 8 0 0,84 0,60 0,50 0,99 0,12 0,25 103
19 Tabel 5. Komposisi Zat-zat Makanan dan Energi Metabolis Ransum Percobaan Zat makanan
R1
R2
R3
EM (kkal/kg) 2943,70 2953,42 2947,05 PK (%) 19,24 19,26 19,25 Lysine (%) 1,05 1,05 1,05 Methionin (%) 0,50 0,50 0,50 M+ S (%) 0,94 0,94 0,94 Ca (%) 0,91 0,91 0,91 Nonphytate P 0,44 0,44 0,44 (%) Cl (%) 0,60 0,42 0,40 K (%) 0,63 0,63 0,63 Na (%) 0,25 0,25 0,35 Na+K-Cl 100,01 149,90 199,94 (mEq/kg) Keterangan : Hasil Perhitungan dari Tabel 3 dan 4
3.2.
R4
R5
R6
2951,41 19,26 1,05 0,50 0,94 0,91 0,44
2942,70 19,24 1,05 0,50 0,94 0,91 0,44
2933,65 19,22 1,05 0,50 0,94 0,91 0,44
0,27 0,63 0,38 251,07
0,27 0,63 0,49 299,86
0,27 0,63 0,61 350,53
Metode Penelitian
3.2.1. Prosedur Kerja 1)
Mempersiapkan kondisi kandang yang bersih.
2)
Adaptasi kandang yaitu pada saat itik dimasukkan ke dalam kandang dan diberikan air minum bervitamin agar mengurangi stres pada itik dan diberikan beberapa waktu untuk adaptasi kandang.
3)
Membuat ransum dengan imbangan elektrolit 100 meq/kg, 150 meq/kg, 200 meq/kg, 250 meq/kg, 300 meq/kg, 350 meq/kg.
4)
Selama peneletian ransum yang diberikan adalah bentuk crumble.
5)
Pemberian ransum dan air minum diberikan secara ad libitum diberikan dalam keadaan bersih dan segar.
6)
Sampel hati diambil dan dianalisi di laboratorium untuk menganalisis konsentrasi lemak dan proteinnya.
20 3.2.2.
Prosedur Penetapan Kadar Protein Hati Metode Micro Kjeldahl 1)
Pereaksi : a. Asam sulfat padat. b. Larutan Asam Chorida (yang sudah diketahui normalitasnya). c. Larutan Natrium Hydroxsida 40%. d. Larutan Katalis campuran (yang terbuat dari CuSO4.5H2O dan K2SO4 dengan perbandingan 1:5). e. Larutan Asam Borax 5%. f. Indikator campuran (Brom cresolgreen : Melhtyl merah = 4:5. Sebanyak 0,9 g campuran dilarutkan dalam alkohol 100 ml).
2)
Peralatan : a. Labu Kjeldahl 300 ml. b. Satu set alat destilasi. c. Erlenmeyer 250 cc. d. Buret 50 cc skala 0,1 ml. e. Timbangan analitik.
3)
Cara Kerja :
Destruksi : a. Timbang contoh sampel kering oven sebanyak ± 1 gram. (A) b. Masukkan kedalam labu kjeldahl, dan tambahkan 6 gram katalis campuran. c. Tambah 20 ml asam sulfat pekat. d. Panaskan dengan nyala api kecil di lemari asam. Bila sudah tidak berbuih lagi destruksi diteruskan dengan nyala api yang besar.
21 e. Destruksi sudah dianggap selsai bila larutan sudah berwarna hijau jernih, setelah itu dinginkan. Destilasi : a. Siapkan alat destilasi selengkapnya, pasang batu didih, vaselin dan tali pengaman. b. Pindahkan larutan hasil destruksi ke dalam labu didih, kemudian bila dengan aquades sebanyak lebih kurang 50 ml. c. Pasangkan erlenmayer yang telah diisi dengan asam borax 5% sebanyak 15 ml untuk menangkap gas amonia, dan telah diberi indikator campuran sebanyak 2 tetes. d. Basakan larutan bahan dari destruksi dengan menambah 40-60 ml NaOH 40% melalui corong samping. Tutup kran corong segera setelah larutan tersebut masuk ke labu didih. e. Nyalakan pemanas bunsen dan alirkan air ke dalam kran pendingin tegak. f. Lakukan destilasi sampai semua N dalam larutan dianggap telah tertangkap oleh asam borax yang ditandai dengan menyusutnya larutan dalam labu didih sebanyak 2/3 bagian (atau sekurangkurangnya sudah tertampung dalam erlenmeyer sebanyak 15 ml). Titrasi : a. Erlenmeyer berisi sulingan tadi diambil (membilas bagian yang terendam dalam air sulingan). b. Kemudian
titrasi
normalitasnya. (B)
dengan
HCl
yang
telah
diketahui
22 c. Amati titik titrasi dicapai dengan ditandai perubahan warna hijau ke abu-abu. Catat jumlah larutan HCl yang terpakai. (C) 4) Pengamatan a. Berat sampel kering (A) b. Normalitas HCl (B) c. Mililiter HCl yang terpakai (C) 5)
Perhitungan % 𝑃𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟 =
𝐶 × 𝐵 0,14 × 6,25 × 100% 𝐴
3.2.3. Prosedur Penetapan Kadar Lemak Hati Metode Ekstraksi Soxhlet 1) Prinsip : Prinsip dari metode ekstrasi soxhlet adalah menggunakan pelarut yang selalu baru sehingga terjadi ekstrasi kontinyu dengan jumlah konstan dan adanya pendinginan balik. Dalam prosedur lemak yang diekstrasi dengan pelarut lemak. Setelah pelarutnya diuapkan, lemak ditimbang dan dihitung presentasinya. 2) Pereaksi : Pelarut lemak (kloroform). 3) Peralatan : Alat-alat yang digunakan dalam metode soxhlet adalah bulp, pipa volumetrik, labu lemak, gelas ukur, soxhlet, oven pemanas, timbangan elektronik, eksikator.
23 4) Prosedur kerja : a. Timbang ±5 gram hati itik dan dibungkus dengan kertas saring yang bebas lemak kemudian dipanaskan kedalam oven pada suhu 105 0C selama 12 jam untuk menghilangkan air. b. Hati itik yang kering tersebut ditimbang dan dimasukkan kedalam alat ekstraksi soxhlet kemudian diberi pelarut lemak dengan perbandingan 1 : 2. c. Ekstraksi dilakukan selama 8 jam sampai larutan pelarut lemak dalam pelarut soxhlet berwarna jernih. d. Hati itik yang telah terekstraksi lemaknya dikeringkan lagi dalam oven selama 12 jam pada suhu 105 0C. e. Hati itik kemudian dikeluarkan dari dalam oven dan ditimbang. f. Penentuan kadar lemak, selisih dengan bobot sampel sebelum dan setelah diekstraksi menunjukkan banyaknya lemak yang terkandung kemudian dinyatakan dalam presentasi : Y–Z %kadar lemak=
x100 X
Keterangan : Y = bobot hati itik kering sebelum diekstraksi (b) Z = bobot hati itik setelah diestraksi dan dikeringkan (e) X = bobot hati itik awal (a)
3.2.4. Perubahan yang Diamati 1. Kadar Protein (%) Persentasi kadar protein dapat dihitung menggunakan metode micro kjeldahl dengan prinsip, mencari berat sampel, normalitas HCl dan
24 milliliter HCl yang terpakai dengan melalui tiga tahap yaitu destruksi, destilasi dan titrasi.
Setelah berat sampel, Kadar
normalitas HCl dan mililiter HCl yang terpakai telah diketahui maka protein kasar dapat dihitung persentasinya. 2. Lemak (%) Presentasi kadar lemak dapat dihitung menggunakan metode ekstraksi soxhlet dengan prinsip, sampel lemak diekstraksi dengan pelarut lemak. Setelah pelarutnya diuapkan, lemak dapat ditimbang dan dihitung presentasinya.
3.2.5. Rancangan Percobaan dan Analisis Statistika Penelitian dilakuakan dengan metode eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 6 perlakuan yaitu: 1. Ransum dengan imbangan elektrolit 100 meq/kg 2. Ransum dengan imbangan elektrolit 150 meq/kg 3. Ransum dengan imbangan elektrolit 200 meq/kg 4. Ransum dengan imbangan elektrolit 250 meq/kg 5. Ransum dengan imbangan elektrolit 300 meq/kg 6. Ransum dengan imbangan elektrolit 350 meq/kg Setiap perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 4 kali. Guna mengetahui respon percobaan terhadap perlakuan yang diberikan, data yang diperoleh diuji dengan menggunakan analisis ragam Jika hasil yang diperoleh berbeda, H0 ditolak atau terdapat perbedaan pengaruh perlakuan yang nyata terhadap hasil pengamatan yang dilakukan maka perlu dilakukan uji menggunakan contras
25 ortogonal. Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut: Yij = + i + ij Keterangan : Yij = Nilai pengamatan dari ulangan ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i = Rata-rata umum i = Pengaruh perlakuan ke - i ij = Pengaruh galat (error) yang timbul pada ulangan ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i i = Banyaknya perlakuan j = Banyaknya ulangan Kaidah Keputusan : 1.
Jika F
hitung
≤ F
tabel 0,05
artinya tidak berbeda nyata (non significant),
terima H0 dan tolak H1. 2.
Jika F hitung ≥ F tabel0,05 artinya berbeda nyata (significant), tolak H0 dan terima H1.
Tabel 6. Daftar Sidik Ragam Perlakuan Galat Total Keterangan:
DB 5 18 23
JK JKP JKG JKT
KT KTP KTG
KTP KTG Fhit
K0,05
DB: Derajat Bebas JK: Jumlah Kuadrat KT: Kuadrat Tengah
Jika perbandingan atau kontras mengenai rerata perlakuan (kelompok) telah direncanakan sebelum eksperimen, maka dilakukan dengan metode kontras orthogonal. Dalam hal ini, jumlah kontras tidak boleh melebihi dk antar kelompok yaitu k-1.
26 Definisi : 1. Kontras antara rerata perlakuan (kelompok) ci untuk sejumlah perlakuan 𝑥̅𝑗 , 𝑗 = 1, 2, … , 𝑘 didefiniskan sebagai ci = ci1 + ci2 + … + cik dengan syarat : ci1 + ci2 + … + cik = 0, atau cij = 0 2. Dua kontras cp dan cq dikatakan kontras orthogonal, jika : 𝑐𝑝 = 𝑐𝑝1 ∙ 𝑥̅1 + 𝑐𝑝2 ∙ 𝑥̅2 + ⋯ + 𝑐𝑝𝑘 ∙ 𝑥̅𝑘
Dengan syarat : 𝑘
∑ 𝑐𝑝𝑗 ∙ 𝑐𝑞𝑗 = 0 ⇒ 𝑎𝑡𝑎𝑢 ∶ ∑ 𝑐𝑖𝑗 = 0 𝑗=1
Pengambilan keputusan dapat dilihat dari hasil pembandingan nilai statistik uji F yang telah dihitung dengan nilai kritis. Penentuan didasarkan pada kontraskontras ortogonal yang nyata, sehingga akan didapatkan hubungan fungsi respon antar perlakuan sesuai dengan derajat polinomial yang signifikan.