18 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1
Bahan Penelitian
3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang digunakan adalah 48 ekor itik Cihateup fase grower dengan rata-rata berat badan 1037±47,305 gram. Itik diperoleh dari Pusat Breeding Itik Laboratorium Ternak Unggas, Fakultas Petenakan Universitas Padjadjaran. 3.1.2
Kandang Percobaan Jenis kandang yang digunakan adalah kandang panggung dengan atap
asbes.
Kerangka kandang terbuat dari bambu dan kawat dibuat petak-petak
berukuran 1 x 0,75 x 0,5 m setiap petak terdiri dari dua ekor itik Cihateup. 3.1.3 Ransum yang digunakan Ransum yang digunakan berbentuk mash. Air minum pada penelitian diberikan secara adlibitum. Kandungan nutrisi ransum disajikan pada Tabel 1.
19 Tabel 1. Bahan Pakan Jagung kuning Dedas Halus Bungkil kedelai Bungkil kelapa Tepung Ikan Tepung tulang Minyak kelapa Premix
EM Kkal/kg 3370
Kandungan Energi Metabolis dan Nutrien dalam Bahan Pakan Percobaan PK
LK
SK
Ca
P
Lisin Metionin
Sistin
. . . . . . . . . . .. . . . % . . . . . . . . . . . . . . . . 8.60 3.90 2.00 0.02 0.10 0.20 0.18 0.18
1630
12.00
13.00
12.00
0.12
0.20
0.77
0.29
0.40
2240
45.00
0.90
6.00
0.32
0.29
2.90
0.65
0.67
2120
21.00
1.80
15.00
0.20
0.20
0.64
0.29
0.30
3080
60.00
9.00
1.00
5.50
2.80
5.00
1.80
0.94
0
0.00
0.00
0.00
24.00 12.00
0.00
0.00
0.00
8600
0.00
100.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0
0.00
0.00
0.00
10.00
5.00
0.30
0.30
0.10
Sumber: Data Sekunder diperoleh dari Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, 2015. Keterangan : EM = Energi Metabolis LK = Lemak Kasar Ca = Calsium PK = Protein Kasar SK = Serat Kasar P = Phospor Tabel 2. Formula Ransum Percobaan Bahan Pakan Jagung kuning Dedak halus Bungkil kedelai Bungkil kelapa Tepung ikan Tepung tulang Minyak kelapa Premix Total Sumber : Hasil Perhitungan Tabel 1.
Jumlah (%) 65.00 12.00 8.00 3.00 8.00 2.00 1.50 0.50 100
20 Tabel 3. Kandungan Energi Metabolis dan Nutrien Ransum Percobaan Nutrien
Ransum Penelitian*
EM (Kkal/Kg) PK (%) Ca (%) P (%) Lys (%) Met (%)
Kebutuhan Itik Grower**
3014,3 15,96 1,028 0,6 0,87 0,36
2800 16,00 0,60 0,60 0,90 0,56 ***
Sumber : Hasil Perhitungan Tabel 1. Keterangan: *) Hasil perhitungan **) NRC (1984 ***) ARC (1975)
3.2
Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1
Alat yang digunakan
a. Mikropipet 100-1000 µL : Untuk mencekokkan minyak buah makasar ke itik secara oral b. Thermometer infra red : digunakan untuk mengukur suhu permukaan bagian dada, punggung, dan shank c. Thermometer bola kering/ Dry Bulb (DB), thermometer bola basah/ Wet Bulb (WB) : digunakan untuk mengukur mengukur suhu dan kelembaban lingkungan d. Stetoskop : digunakan untuk mengukur laju denyut jantung e. Stopwatch : digunakan untuk menghitung waktu f. Alat tulis : digunakan untuk mencatat data hasil penelitian 3.2.2 Bahan yang Digunakan Minyak Buah Makasar
21 3.3
Metode Penelitian
3.3.1 Ekstraksi Minyak Produksi minyak esensial diperoleh secara ekstraksi sesuai dengan prosedur penelitian Subeki dkk. (2006), yaitu sebanyak 80 kg tepung buah makasar direndam selama 1 minggu dan setiap hari selama 10 menit dilakukan pengadukan. Selanjutnya filtrat disaring dengan menggunakan kain saring dan kemudian diuapkan dengan evaporator menjadi 1 L.
Filtrat pekat tersebut
kemudian diekstrak dengan etil asetat (EtOAc) hingga diperoleh fraksi air dan EtOAc. Fraksi EtOAc diuapkan hingga kering dan selanjutnya dimasukkan ke dalam silika gel kolom khromatografi dan dielusi dengan CHCl3(3 L), MeOHCHCl³ (3:97,3L), dan MeOH-CHCl³ (1:4, 3 L), secara berurutan. Fraksi CHCl³ diuapkan hingga kering dan kemudian dimasukkan ke dalam silika gel kolom kromatografi dan dielusi dengan klorofom sehingga diperoleh 3 fraksi.
Minyak
esensial diperoleh dari fraksi 2 (1:2) lalu dievaporasi untuk memperoleh minyak esensial murni (Kaffi, 2011). Prosedur ekstraksi minyak esensial dapat dilihat pada Ilustrasi 4.
Ilustrasi 4. Prosedur Ekstraksi Minyak Esensial dari Buah Makasar (Kaffi, 2011).
22 3.3.2 Tahap Persiapan a.
Membersihkan kandang,
b.
Menyekat tiap flock menggunakan triplek dan kawat. Setiap flock berukuran 1 x 0,75 x 0,5 m dengan kapasitas dua ekor.
c.
Sanitasi kandang meliputi pengapuran pada bagian alas dan dinding kandang satu minggu sebelum itik dimasukan dan mencuci peralatan pakan dan minum itik
d.
Masing - masing flock diberi tempat pakan dan tempat minum.
3.3.3 Tahap Pemeliharaan a.
Itik diberi pakan dua kali dalam sehari pada pagi hari pukul 07.00 – 08.00 WIB dan sore hari pukul 16.00 – 17.00 WIB.
b.
Pakan diberikan sesuai kebutuhan, umur 14 - 17 minggu diberikan 125 gr/ekor/hari kemudian umur 18 – 20 minggu diberikan 130 gr/ekor/hari. Pemberian air minum dilakukan secara adlibitum.
c.
Tempat minum dicuci setiap hari, setelah itu tempat minum diisi menggunakan air bersih dan diberikan pada itik.
d.
Pemberian MBM dilakukan 3 kali dalam seminggu dengan cara dicekokkan melalui oral yaitu pada hari Selasa, Kamis dan Minggu, pemberiannya dilakukan pada sore hari sebelum itik diberi pakan.
e.
Pengecekan keadaan itik dilakukan setiap hari, bila ada ada itik yang mati maka itik tersebut harus dikuburkan supaya tidak menimbulkan sumber penyakit bagi itik lainnya.
f.
Suhu dan kelembaban diamati setiap harinya pada pagi, siang dan sore dengan menggunakan thermometer bola kering/ Dry Bulb (DB),
23 thermometer bola basah/ Wet Bulb (WB) yang diletakkan pada bagian dalam dinding kandang. 3.3.4 Pengukuran suhu permukaan a.
Menghidupkan thermometer infra red (Codenol digital infrared laser thermometer).
b.
Megarahkan thermometer infra red ke permukaan tubuh bagian dada, punggung dan shank.
c.
Mencatat nilai penunjukan temperatur pada saat displai thermometer tidak berubah lagi.
d.
Pengukuran dilakukan sebanyak 1 kali per minggu selama 4 minggu pada pagi, siang, dan sore, kemudian hasilnya dirata – ratakan.
3.3.5 Pengukuran Laju Respirasi a.
Itik dalam keadaan istirahat (tenang).
b.
Menghitung banyaknya jumlah gerakan thorax pada hewan percobaan selama 1 menit.
c.
Pengukuran dilakukan sebanyak 1 kali per minggu selama 4 minggu pada pagi, siang, dan sore, kemudian hasilnya dirata – ratakan.
3.3.6 Pengukuran Denyut jantung a.
Ternak dalam keadaan istirahat (tenang).
b.
Menempelkan stetoskop pada dada sebelah kiri.
c.
Mendengarkan dengan cermat dan menghitung banyaknya detak jantung pada itik selama 1 menit.
24 d.
Pengukuran dilakukan sebanyak 1 kali per minggu selama 4 minggu pada pagi, siang, dan sore, kemudian hasilnya dirata – ratakan.
3.4
Peubah yang diukur Peubah yang di ukur dalam penelitian ini yaitu profil termoregulasi antar
perlakuan yang berbeda meliputi suhu permukaan tubuh (oC) , laju respirasi (hembusan/menit) dan denyut jantung (detak/menit). 3.5
Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental, dengan 4 perlakuan
dan enam ulangan. Setiap ulangan terdiri dari dua ekor itik, pada penelitian ini menggunakan 48 ekor itik. Perlakuan yang diberikan sebagai berikut : a. P0 = Tanpa pemberian Minyak Buah Makasar b. P1 = Pemberian Minyak Buah Makasar 100 µL /ekor c. P2 = Pemberian Minyak Buah Makasar 150 µL /ekor d. P3 = Pemberian Minyak Buah Makasar 200 µL /ekor Hipotesis yang akan diuji adalah : H0 : P0 = P1 = P2 = P3 = 0 artinya tidak terdapat perbedaan antar perlakuan. H1 : P0 ≠ P1 ≠ P2 ≠ P3 ≠ 0 atau paling sedikit ada sepasang perlakuan yang tidak sama.
Kaidah keputusan : Jika Fhitung ≤ Ftabel 0,05 artinya tidak berbeda nyata (non significant), terima H0 dan tolak H1. Jika Fhitung > Ftabel 0,05 artinya berbeda nyata (significant), terima H1 dan tolak H0.
25 Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode polinomial ortogonal. Suatu derajat polynomial ke-n digunakan untuk mengetahui hubungan antara peubah respon Y dan peubah predictor X diujikan sebagai berikut : Y = α + β1X + β2X2 + …. + βnXn Perhitungan untuk mendapatkan koefisien polinomial ortogonal untuk derajat polinomial pertama (linier), derajat polinomial kedua (kuadratik) dan derajat polinomial ketiga (kubik), sebagai berikut : L = a + X1 Q1 = b + cX1 + Xi2 C1 = d + eX1 + f X12 + X13 Tabel 4. Analisis Ragam Sesuai dengan Perbandingan polinomial ortogonal Sumber Keragaman Perlakuan Linier Kuadratik Kubik Kuartik Galat Percobaan
Derajat Bebas (db) t–1 1 1 1 1 Sisa
Total
n-1
Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah (JK) (KT) JKP JKP1 JKP2 JKP3 JKP4 JKG
KTP KTP1 KTP2 KTP3 KTP4 KTG
Statistik Uji F F F1 F2 F3 F4
JKT
Pengambilan keputusan dapat dilihat dari hasil pembandingan nilai statistik uji F yang telah dihitung dengan nilai kritis.
Penentuan derajat
polinomial didasarkan pada kontras-kontras ortogonal yang nyata, sehingga akan didapatkan hubungan fungsi respon antar perlakuan sesuai dengan derajat polinomial yang signifikan.