HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan Mitra Tani Farm atau yang lebih dikenal dengan sebutan MT Farm yang merupakan salah satu penyedia hewan qurban di Bogor. MT Farm mulai berdiri pada bulan September tahun 2004 di Desa Tegal Waru, Ciampea, Bogor. Peternakan ini telah terdaftar di Dinas Peternakan dan Perikanan Pemerintahan Kabupaten Bogor sebagai Usaha Peternakan Rakyat dengan nomor registrasi 1.5/010-TD.Nak/VI/2006. Kondisi jalan yang baik membuat transportasi menuju MT Farm cukup lancar dan mudah dijangkau oleh kendaraan untuk mendukung usaha peternakan menjadi maju dan berkembang pesat. Hal ini sesuai dengan persyaratan lokasi lahan usaha yang baik untuk sapi impor maupun sapi lokal menurut Keputusan Menteri Pertanian No.419/Kpts/OT.210/7/ 2001 tentang Pedoman Budidaya Ternak Sapi Potong yang Baik (Good Farming Practices), yaitu mudah dijangkau oleh truk (mobil angkutan) (Departemen Pertanian, 2001). Awalnya MT Farm hanya melakukan usaha penggemukan kambing dan domba, namun beberapa tahun kemudian MT Farm mulai melebarkan sayap ke penggemukkan sapi potong untuk keperluan ibadah qurban pada Hari Raya Idul Adha. Perusahaan ini dikelola oleh 4 orang yang merupakan alumni Fakultas Peternakan IPB, adapun struktur organisasinya dapat diamati pada Gambar 1. General Manager
Manager Produksi
Manager Pemasaran
Manager Administrasi
Asisten Gambar 1. Diagram Struktur Organisasi Perusahaan MT Farm Perusahaan dipimpin oleh satu orang General Manager yang membawahi 3 orang manager, yakni manager produksi yang membawahi satu orang asisten, manager pemasaran dan manager administrasi. Manager produksi bertanggung jawab 22
dalam proses produksi seperti pemeliharaan ternak, menyusun rencana dan anggaran produksi. Seorang manager pemasaran bertugas sebagai koordinator kegiatan penjualan, ekspansi pasar, melakukan tagihan kepada konsumen yang melakukan pembelian secara kredit dan sebagainya. Manager administrasi bertugas sebagai pencatat masalah keuangan dan pengarsipan. Tingkat pendidikan para pengelola ini minimal sarjana dengan kompetensi sesuai bidang yang ditekuni, hal ini berdampak pada pengelolaan dapat dijalankan dengan baik berdasarkan ilmu kompetensi yang dimiliki. Selain itu, terdapat 20 orang pegawai dengan tingkat pendidikan terakhir Sekolah Dasar dengan tugas masing-masing yaitu 2 orang di kandang penggemukan, 2 orang di kandang pembibitan, 6 orang pencari rumput, 2 orang supir, 1 orang menangani tanaman organik, 5 orang penusuk sate aqiqah, 1 orang pembakar sate dan 1 orang koki. Ternak yang dipelihara antara lain kambing, domba, kelinci dan sapi potong. Selain itu, MT Farm juga mengelola pertanian organik dan menyediakan jasa katering aqiqah. Usaha MT Farm ini dibina dan dibimbing oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Pemerintahan Kabupaten Bogor. Ternak yang tersedia di peternakan ini, khususnya untuk hewan qurban memiliki surat keterangan sehat dari Dinas Peternakan tersebut. Fasilitas yang dimiliki oleh Mitra Tani Farm diantaranya adalah kandang penggemukan kambing dan domba, kandang pembibitan domba, kandang peng-gemukan sapi, gudang pakan, kebun rumput, dan pengolahan pupuk bokasi. Peralatan yang terdapat di MT Farm antara lain adalah mobil pick up carry, 2 buah sepeda motor, 1 unit komputer, printer, freezer, pesawat telpon, mesin steam, 3 jet pump dan peralatan kandang berupa sprayer, timbangan, cangkul, garpu, arit dan sebagainya. Karakteristik Sapi Qurban di MT Farm Karakteristik ternak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu karakteristik kualitatif dan kuantitatif. Karakteristik kuantitatif adalah karakteristik yang dapat diukur atau memiliki satuan, misalnya bobot badan, umur dan bangsa. Karakteristik kualitatif adalah salah satu karakter dimana individu dapat diklasifikasikan ke dalam satu kelompok dari dua atau lebih kelompok dengan perbedaan yang jelas satu sama lain, misalnya warna rambut, bentuk atau ukuran tanduk dan bentuk tubuh.
23
Bangsa Sapi Sapi qurban yang terdapat di MT Farm terdiri dari lima bangsa, yaitu Sapi PO (Peranakan Ongole), Sapi BX (Brahman Cross), Sapi Simpo (Simental x PO), Sapi Limpo (Limousin x PO) dan Sapi Bali. Persentase jumlah hewan qurban berdasarkan bangsa sapi di MT Farm dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Persentase Jumlah dan Wilayah Pemasaran Sapi Qurban di MT Farm Bangsa Sapi
Wilayah Pemasaran
Total
Persentase
A
B
C
D
E
F
PO
4
4
11
1
1
1
22
62.86
BX
2
1
5
0
0
0
8
22.86
Simpo
1
0
0
0
0
0
1
2.86
Limpo
1
0
2
0
0
0
3
8.57
Bali
0
0
1
0
0
0
1
2.86
Total
8
5
19
1
1
1
35
22.86
14.29
37.14
2.86
2.86
2.86
Persentase
100
Keterangan: A=Jakarta; B=Tangerang; C=Bogor; D=Bekasi; E=Sukabumi; F=Depok
Berdasarkan data pada Tabel 1, Sapi PO menempati urutan tertinggi, yaitu sebesar 62,86%. Jika dikaitkan dengan asal bakalan sapi yang didatangkan oleh MT Farm dari daerah-daerah seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat, yaitu Malang, Boyolali, Bandung dan Sumedang. Ketiga daerah tersebut merupakan tiga diantara delapan sumber bibit PO di Indonesia seperti pada Gambar 2. Hal ini sesuai dengan data Dirjen Peternakan (2010) bahwa populasi Sapi PO di Jawa Timur mencapai 778.000 ekor, di Jawa Tengah sebanyak 602.000 ekor dan di Jawa Barat sebanyak 75.000 ekor. Sementara pengembangan Sapi Limpo, Simpo dan Bali di ketiga daerah asal pemasok sapi bakalan MT Farm sangat jarang ditemukan, pengembangan ketiga bangsa sapi ini lebih banyak dilakukan di wilayah Sulawesi Selatan, Bali, NTT, NTB, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sumatera Selatan, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Lampung.
24
Sumber: Dirjen Peternakan (2010)
Gambar 2. Peta Sumber Bibit Sapi PO di Indonesia Sapi yang diperoleh dari luar Bogor tersebut dibawa menggunakan truk bermuatan 10 ekor sapi dengan biaya transportasi sebesar Rp 3,5 juta. Masyarakat biasanya memilih sapi qurban dengan melihat penampilan, yakni postur tubuh dan kebersihan sapi. Postur maupun bobot tubuh Sapi PO lebih kecil dibandingkan Sapi Ongole. Punuk dan gelambir kelihatan kecil atau berpunuk. Warna bulu bervariasi tetapi pada umumnya berwarna putih atau putih keabu-abuan. Umur Karakteristik yang diamati selain bangsa sapi adalah umur sapi, hal ini karena umur menjadi salah satu faktor penting yang harus dipenuhi penyedia sapi qurban agar sesuai dengan ketentuan syari‟at Islam dalam mengatur hewan yang boleh diqurbankan. Jumlah dan persentase sapi qurban yang dibeli konsumen dari berbagai daerah dapat dilihat pada Tabel 2.
25
Tabel 2. Persentase Jumlah Hewan Qurban Berdasarkan Umur Sapi Qurban di MT Farm Wilayah Pemasaran
Umur
Total
Persentase
1
16
45.71
1
0
12
34.29
0
0
7
20.00
Sapi
A
B
C
D
E
F
2
1
4
10
0
0
3
5
1
5
0
3.5
2
0
4
1
Keterangan: A=Jakarta; B=Tangerang; C=Bogor; D=Bekasi; E=Sukabumi; F=Depok
Tabel 2 menunjukkan sapi berumur 2 tahun memiliki persentase jumlah terbesar yaitu 45,71%, sapi pada umur ini memiliki kecenderungan pertumbuhan yang tinggi sehingga hal ini menguntungkan bagi produsen dimana pertumbuhan bobot badan sapi selama penggemukan lebih optimal. Umur sapi yang disediakan oleh MT Farm telah memenuhi syarat sebagai hewan qurban. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sabiq (2008) bahwa umur yang diperbolehkan untuk hewan qurban adalah dua tahun untuk sapi, lima tahun untuk unta, satu tahun untuk kambing dan enam bulan untuk gibas. Jika dilihat dari segi ekonomi, sapi muda lebih menguntungkan apabila digemukkan. Hal ini disebabkan jumlah pakan sapi muda yang dibutuhkan relatif lebih sedikit dibandingkan jumlah pakan yang dibutuhkan sapi tua. Menurut Parakkasi (1995) pertambahan bobot badan ternak muda sebagian disebabkan oleh pertumbuhan otot, tulang dan organ vital, sedangkan untuk ternak yang lebih tua pertambahan bobot badan disebabkan deposit lemak. Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanum (Unpublished) menyatakan bahwa regresi antara LD (lingkar dada) dan PB (panjang badan) pada umur 2-3 tahun tidak berbeda nyata, namun pada umur 3,5 tahun lebih besar dari umur 2 dan 3 tahun. Hal ini berarti pada umur 3,5 tahun merupakan fase tumbuh panjang badan yang begitu pesat. Regresi antara LD dan BB pada umur 2 tahun lebih besar dari umur 3 dan 3,5 tahun. Bobot Badan Persentase jumlah pembeli berdasarkan bobot badan sapi dapat dilihat pada Tabel 4. Bobot badan sapi di MT Farm bervariasi. Data diperoleh dari rekapitulasi hasil penjualan sapi qurban periode Idul Adha 1431 H di MT Farm. 26
Tabel 3. Persentase Jumlah Pembeli Berdasarkan Bobot Badan Sapi Qurban di MT Farm Wilayah Pemasaran
Bobot
Total
Persentase
0
6
17.14
0
0
3
8.57
0
1
1
9
25.71
5
0
0
0
8
22.86
1
0
0
0
0
2
5.71
0
0
0
0
0
0
0
0
331-360
0
0
2
1
0
0
3
8.57
361-390
2
2
0
0
0
0
4
11.42
Badan (Kg)
A
B
C
D
E
F
<190
2
0
4
0
0
190-210
0
0
3
0
211-240
1
1
5
241-270
2
1
271-300
1
301-330
Keterangan: A=Jakarta; B=Tangerang; C=Bogor; D=Bekasi; E=Sukabumi; F=Depok
Berdasarkan Tabel 3, konsumen cenderung membeli sapi berbobot badan berkisar 211-270 kg dengan persentase sebesar 48.57%. Persentase tersebut merupakan jumlah persentase bobot badan kelas 211-240 dan 241-270 masingmasing sebesar 25.71% dan 22.86%. Pemilihan bobot badan pada kelas tersebut dikarenakan sapi dengan bobot tersebut tidak terlalu kurus dan memiliki harga relatif terjangkau oleh konsumen. Data tersebut menunjukkan ada pembelian sapi dengan bobot badan kurang dari 190 kg. Penyembelihan sapi pada masa pertumbuhan ini dapat menyebabkan penurunan populasi sapi, hal ini tentu sangat merugikan disaat pemerintah tengah berusaha mencapai target swasembada daging. Salah satu penyebab populasi sapi yang rendah adalah usaha perbaikan produksi melalui pembibitan yang baik belum optimal dilakukan. Perbaikan kualitas produksi sapi dapat dilakukan dengan cara melakukan kawin silang, namun jika tidak diimbangi dengan kesadaran dalam penjagaan sumberdaya genetik sapi lokal yang harus dilestarikan, perlahan kemurnian sumberdaya genetik sapi lokal Indonesia akan punah. Ternak murni asal Indonesia banyak dikirim secara ilegal ke luar negeri yang menyebabkan kerugian bagi Indonesia. Lebih dari 60 bibit sapi, kambing, babi, kuda dan unggas hilang sejak tahun 2002 (Nurhadi dan Thohari, 2008). Seperti yang dikemukakan oleh Setiadi dan Diwyanto (2008) bahwa konsumsi daging yang terus menerus meningkat dapat 27
memotivasi peternak untuk memperbaiki kualitas ternak tanpa memperhatikan sumberdaya genetik, hal ini menyebabkan kekhawatiran akan kepunahan sapi lokal jika tidak dilakukan penanganan yang baik. Masalah terbesar mengenai sumberdaya genetik di dunia global saat ini menurut FAO (1984) varietas genetik pada bibit ternak terus berkurang, penampilan bibit lokal asli Indonesia tidak dikenal seperti bibit dari luar, masalah lingkungan seperti temperatur dan kelembaban. Ilmu dan teknologi sangat berperan dalam mempertahankan sumberdaya genetik, hal-hal yang dapat dilakukan antara lain : (1) memilih ternak yang tahan terhadap penyakit, (2) melakukan pencegahan terhadap perubahan lingkungan seperti perubahan iklim, (3) mengembangkan ilmu dan teknologi baru untuk menangani masalah nutrisi (Setiadi dan Diwyanto, 2008). Evaluasi Penerapan Good Farming Practices Tujuan yang ingin dicapai dari penerapan pedoman budidaya ternak sapi potong yang baik (GFP) menurut Direktorat Jenderal Produksi Peternakan (2000) adalah 1) meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas ternak, 2) meningkatkan mutu hasil ternak (daging), 3) menunjang ketersediaan pangan asal ternak di dalam negeri, 4) menciptakan lapangan kerja, 5) mengikatkan pendapatan dan kesejahtaraan peternak dan 6) mendorong ekspor komoditas ternak khususnya daging. Ruang lingkup pedoman budidaya ternak sapi potong yang baik (GFP) meliputi empat aspek yaitu sarana, proses produksi, pelestarian lingkungan dan pengawasan. Evaluasi penerapan GFP di MT Farm dapat dilihat pada Tabel 4.
28
Tabel 4. Hasil Evaluasi Aspek Sarana Penerapan GFP pada Penggemukan Sapi Qurban di MT Farm No. 1.
Aspek Lokasi
Kondisi Seharusnya
Kondisi dilapangan
Kesesuaian/koreksi
Tidak bertentangan dengan Rencana Terletak di lokasi yang tidak padat Umum
Tata
Rencana
Ruang
(RUTR)
Sesuai
dan penduduk.
Detail Tata Ruang Daerah
(RDTRD). Letak dan ketinggian lokasi terhadap Memiliki topografi yang landai dan wilayah
sekitarnya
memperhatikan
Sesuai
harus datar dengan ketinggian 200 m dpl.
lingkungan
dan
topografi sehingga kotoran dan limbah yang
dihasilkan
tidak
mencemari
lingkungan.
2.
Lahan
Status lahan peternakan sapi potong Lahan peternakan memiliki sertifikat jelas.
Sesuai
kepemilikan lahan dan izin mendirikan bangunan.
Sesuai dengan peruntukannya menurut Lahan perundang–undangan yang berlaku.
digunakan
sebagai
area
Sesuai
peternakan dan lahan pertanian.
29
3.
Penyediaan Air yang digunakan harus memenuhi Air ditampung dalam tower air yang Air
Sesuai
dan baku mutu air yang sehat, yang dapat berasal dari sumur dan disalurkan
Alat
diminum oleh manusia dan ternak serta menggunakan pipa plastik. Air jernih
Penerangan tersedia sepanjang tahun dalam jumlah dan yang mencukupi.
tidak
berbau
serta
tersedia
sepanjang tahun.
Setiap usaha penggemukan sapi potong Lampu tersedia di setiap kandang yang hendaknya
menyediakan
Sesuai
alat digunakan sebagai alat penerangan.
penerangan (misalnya listrik) cukup setiap
saat
sesuai
kebutuhan
dan
peruntukannya. 4.
Bangunan
Jenis bangunan yang diperlukan untuk Semua usaha penggemukan sapi potong adalah:
bangunan
tersedia
kecuali Perlu disediakan bangunan
kandang isolasi.
a. Kandang penggemukan
a. Kandang penggemukan
b. Kandang isolasi sapi yang sakit
b. Gudang pakan dan peralatan
c. Gudang pakan dan peralatan
c. Barak pekerja
d. Barak pekerja
d. Unit penampungan dan unit
e. Unit penampungan dan unit
kandang isolasi untuk ternak yang sakit.
pengolahan limbah
pengolahan limbah. Konstuksi bangunan 30
a. Konstruksi bangunan terdiri dari Konstruksi bangunan MT Farm:
Sesuai
bahan yang kuat yang dapat a. Bahan baku yang digunakan untuk menjamin
kenyamanan
dan
bangunan kandang terdiri atas bahan
keamanan bagi pegawai/buruh dan ternak.
kayu, bambu dan semen. b.
b. Konstruksi kandang harus dapat
Atap
kandang
genting.
memenuhi daya tampung dan c.
Kerangka
pertukaran
didalam
menggunakan
terjamin
semen.
kandang
udara harus
kelancarannya.
menggunakan
d.
c. Lantai kandang harus kuat dan tidak licin sebaiknya terbuat dari e.
Lantai
dan
terbuat
tiang bahan
dari
kandang kayu
dan
dan
semen
dengan kemiringan 5º. Daya tampung cukup.
coran semen untuk menjamin kebersihan
kandang
dan
memudahkan untuk didesinfeksi. d. Konstruksi
bangunan
gudang
pakan harus dibuat sedemikian rupa agar pakan tetap sehat dan higienis. 31
Tataletak Bangunan
Tataletak Bangunan MT Farm:
Perlu dilengkapi dengan
a. Ruang kantor dan tempat tinggal
•
kolam disinfektan pada
karyawan/pengelola peternakan
harus
usaha terpisah
karyawan/
dari
terdekat
dengan
usaha
lain
kandang
•
bukan
kandang minimal 25 m. c. Letak kandang dan bangunan lain
Jarak
terdekat
antara
disinfektan untuk mencegah
dengan bangunan kandang kurang
kemungkinan penyakit dari luar.
Letak
kandang
dengan
unit
harus ditata sedemikian rupa agar
penampungan limbah ± 6 m,
memudahkan bagi karyawan dalam
dikhawatirkan dapat menyebabkan
melaksanakan kegiatan sehari-hari,
polusi dan pencemaran penyakit.
memudahkan pengaturan drainase
•
setiap tamu atau kendaraan
kandang
dari 25 m. •
pintu masuk (entry point) dan
harus melewati, adanya
perkandangan.
antara
bangunan
pengelola
peternakan terpisah dari daerah
daerah perkandangan. b. Jarak
Ruang kantor dan tempat tinggal
Usaha
peternakan
hanya
dan penampungan limbah sehingga
mempunyai
tidak terjadi polusi dan pencemaran
(entry point) yang tidak dilengkapi
penyakit.
dengan kolam disinfektan.
satu
pintu
masuk
d. Letak kandang isolasi ternak yang sakit atau diduga sakit di belakang penampungan limbah sehingga tidak 32
terjadi
polusi
dan
pencemaran
penyakit. e. Usaha peternakan hanya mempunyai satu pintu masuk (entry point) yang dilengkapi dengan kolam disinfektan dan setiap tamu atau kendaraan harus melewati. 5.
Alat
dan Usaha
penggemukan peralatan
sapi sesuai
potong Peralatan yang tersedia di MT Farm
Mesin
memiliki
Peternakan
kapasitas/jumlah sapi yang dipelihara
Sesuai
dengan sesuai dengan jumlah ternak.
mudah digunakan, mudah dibersihkan dan tidak mudah berkarat. Alat dan mesin yang perlu disediakan: a. Tempat
pakan
dan
tempat
minum bias terbuat dari semen, seng anti karat atau papan tebal b. Kendaraan
pembawa
rumput
kekandang c. Timbangan pakan dan sapi
Alat dan mesin
Sesuai
yang ada di MT Farm: a. Tempat
pakan
terbuat
dari
semen. b. Rumput diangkut mengunakan mobil pick up/truk dan pikulan kayu. 33
d. Alat
timbangan
untuk
sapi
c. Timbangan
(statis/mobil)
timbangan
e. Mesin giling butiran (apabila membuat
pakan
tersedia: timbangan,
rumput
dan
timbangan pakan. d. Terdapat chopper untuk rumput
f. Chopper (pemotong rumput) g. Tempat
sapi,
timbangan
konsentrat
sendiri)
yang
bongkar/muat
ternak
dan chopper untuk jerami padi. e. Tempat
memadai h. Mixer
bongkar
dan
muat
(loading chute ) memadai. f. Tidak terdapat mesin giling dan mixer.
6.
Bibit/bakal
Bakalan sapi khusus untuk digemukkan Bakalan berasal dari ternak lokal.
an
bisa berasal dari sapi lokal atau impor,
Sesuai
tergantung jenis sapi. Sapi bakalan yang digunakan harus Sapi bakalan berasal dari Jawa Timur, bebas dari penyakit menular seperti Jawa
Tengah
dan
Jawa
mulut dan kuku (Foot and Mouth Pemeriksaan
kesehatan
Disease), penyakit ngorok, Rinderpest, sebelum
sesudah
brucellosis (keluron), anthrax (radang peternakan limpa), Blue tangue (lidah biru).
dan
oleh
Dinas
Sesuai
Barat.
dilakukan sampai
ke
Peternakan
Kabupaten Bogor. 34
Usaha peternakan sapi potong yang MT Farm tidak mengadakan kegiatan Perlu dikembangkan usaha
7.
Pakan
mengadakan kegiatan pembibitan telah pembibitan sapi.
pembibitan sapi untuk
mengikuti petunjuk, pengarahan, serta
menyokong usaha
pengawasan dari instansi berwenang.
penggemukan selanjutnya.
Ketersediaan pakan cukup bagi ternak, Ketersediaan baik yang berasal dari hijauan/rumput, hijauan
pakan
berasal
cukup,
pakan
kebun
HMT
dari
Sesuai
maupun pakan konsentrat yang dibuat perusahaan yaitu rumput gajah, jerami sendiri atau berasal dari pabrik.
diperoleh dari daerah sekitar, pakan konsentrat dibeli dari perusahaan pakan di Bandung.
Bahan campuran pakan harus diperoleh Bahan pakan diperoleh dari dalam
Sesuai
dari sumber yang sudah mendapat izin. negeri dan dilakukan pengujian analisis Ransum pakan yang digunakan tidak proksimat untuk setiap bahan pakan terkontaminasi
mikroba,
penyakit yang
digunakan.
Ransum
stimulant pertumbuhan, hormon, bahan digunakan
tidak
kimia, obat-obatan, mycotoxin melebihi mikroba,
penyakit,
yang
terkontaminasi stimulan
tingkat yang dapat diterima oleh pejabat pertumbuhan, hormon, bahan kimia, yang berwenang dan Negara-negara obat-obatan, mycotoxin. pengimpor. 35
Dalam memenuhi kebutuhan pakan Kebutuhan pakan hijauan cukup bagi hijauan
yang
peternakan
cukup
sapi
bagi
potong
usaha usaha peternakan sapi potong secara secara berkesinambungan
berkesinambungan, dapat bekerja sama HMT dengan
petani
setempat
penyediaan hijauan pakan ternak. 8.
Sesuai
dan
penanaman
oleh
perusahaan
dengan
masyarakat
dilakukan
untuk bekerja
sama
melalui sistem kemitraan.
Obat
Obat-obatan, bahan kimia dan bahan Setiap obat memiliki nomor pendaftaran
Hewan
biologi untuk ternak yang digunakan tersendiri.
Sesuai
sudah terdaftar. Penggunaan obat hewan sesuai dengan Penggunaan obat dilakukan oleh pihak Sebaiknya melibatkan tim ketentuan yang berlaku.
MT Farm.
kesehatan hewan yaitu dokter hewan dalam pengawasan penggunaan obat keras.
9.
Tenaga
Semua karyawan yang bekerja pada Karyawan yang bekerja pada usaha
Kerja
usaha peternakan sapi potong berbadan peternakan sapi potong berbadan sehat sehat
Sesuai
jasmani dan rohani.
Pekerja disediakan pakaian kerja, sepatu Pakaian kerja, sepatu bot dan peralatan
Sesuai
bot, jas hujan dan peralatan lainya yang lainya yang diperlukan yang disediakan diperlukan.
oleh MT Farm. 36
Setiap usaha penggemukan sapi potong Karyawan digaji sesuai dengan jabatan, hendaknya
menjalankan
peraturan
perundang-undangan
Sesuai
ketentuan/ pendidikan dan masa kerja. di
bidang ketenagakerjaan.
Tabel 5. Hasil Evaluasi Aspek Proses Produksi Penerapan GFP pada Penggemukan Sapi Qurban di MT Farm No. 1.
Aspek
Kondisi Seharusnya
Kondisi dilapangan
Kesesuaian/koreksi
Pemilihan
Pemilihan sapi bakalan pada usaha Sapi bakalan usaha penggemukan MT
bibit
penggemukan
sapi
potong
harus Farm
berasal
dari
bangsa
Sesuai
sapi
memenuhi kriteria sebagai berikut:
persilangan yaitu sapi Brahman Cross
1. Bangsa sapi murni atau persilangan.
(BX), PO, Simpo, Limpo dan Bali
2. Umur 1 sampai 2 tahun
dengan kisaran umur 2 tahun dengan
3. Berat; untuk sapi lokal 100 – 150 kg, bobot badan minimal 100 kg. untuk sapi persilangan 250-350 kg 2.
Kandang
Setiap usaha penggemukan sapi potong Usaha yang
akan
didirikan
penggemukan
MT
Farm
Sesuai
harus merencanakan jumlah kandang sesuai
merencanakan jumlah kandang yang dengan jumlah dan jenis sapi yang akan akan dibangun sesuai dengan jumlah dipelihara. Jumlah sebanyak 4 kandang dan jenis sapi yang akan dipeliharan.
penggemukan. 37
Kandang yang akan dibangun harus Kandang kuat dan mudah dibersihkan. kuat, mudah
memenuhi
syarat
dibersihkan,
Sesuai
kesehatan, Sirkulasi udara dan drainase baik. mempunyai Tersedia tempat pakan dan minum.
drainase yang baik, sikulasi udara yang Namun, tidak dilengkapi dengan bak bebas dan dilengkapi tempat makan dan desinfektan. minum sapi serta bak desinfektan. Sistem
kandang
dapat
berkoloni/kelompok
dan
dibuat Kandang
yang
digunakan
adalah Sistem kandang tidak dibuat
setiap kandang individu.
berkoloni.
kelompok berisi 5-10 ekor sapi dengan luas ruang (space) 10-20 m2. 3.
Pakan
Pemberian pakan hijauan segar minimal Pemberian hijauan 10 % dari bobot
Sesuai
10% berat badan dan konsentrat sekitar badan dan konsentrat 1,3 – 2 % berat 0,4% dari berat badan. Pemberian pakan badan. Pemberian pakan dilakukan 4 dilakukan 2 kali sehari. Penyusunan
ransum
kali sehari. memperhatikan Ransum
disusun
sesuai
dengan
Sesuai
keseimbangan zat-zat makanan yang kebutuhan sapi meliputi lemak, protein, dapat dicerna. Zat-zat makanan dasar mineral dan vitamin serta serat kasar. adalah lemak, protein, mineral dan vitamin serta serat kasar. 38
Kebutuhan energi atau Total Digestible Konsentrat yang digunakan MT Farm Nutrient (TDN), protein dan mineral untuk
sapi
penggemukan
Sesuai
memiliki
untuk penggemukan sapi potong jantan kandungan protein sebesar 14-16%. untuk
tujuan
pemelihraan
dan Bahan yang digunakan adalah onggok,
pertumbuhan dapat dilihat pada tabel.
bungkil kelapa sawit, tongkol jagung dan dedak padi.
Pakan tambahan yang digunakan harus Pakan tambahan tidak menyalahi aturan
4.
Kesehatan
memiliki ketentuan yang berlaku.
yang berlaku.
A. Kesehatan Hewan
Usaha penggemukan sapi terletak di
Hewan dan 1. Situasi Penyakit
Sesuai
daerah yang bebas endemik penyakit
Kesehatan
Usaha
penggemukan
Masyarakat
terutama usaha penggemukan harus
Veteriner
terletak
di
Sesuai
daerah
sapi
potong zoonosis.
dimana
tidak
ditemukan gejala klinis atau bukti lain tentang penyakit mulut dan kuku (Foot and
Mouth
Disease),
ingus
jahat
(Malignat Catarhal Fever), Bovine Ephemeral Fever, Lidah biru (Blue tangue),
anthrax
(Radang
Limpa), 39
Brucellosis (kluron menular). 2. a.
Vaksinasi/pencegahan Usaha bidudaya sapi potong harus a.
MT
melakukan
vaksinasi secara rutin.
vaksinasi
pengujian/tes
dan
laboratorium b.
c.
tidak
ternak
melakukan Vaksinasi rutin sangat
memiliki
penting dilakukan untuk kartu menjamin kesehatan ternak.
terhadap penyakit tertentu yang
kesehatan ternak.
ditetapkan
Melaporkan kepada Dinas yang
oleh
instansi c.
berwenang. b.
Setiap
Farm
mencatat
membidangi fungsi peternakan dan setiap
pelaksanaan
kesehatan hewan setempat (instansi
vaksinasi dan jenis vaksin yang
yang berwenang) setiap timbulnya
dipakai dalam kartu kesehatan
kasus
ternak,
diduga/dianggap penyakit menular.
melaporkan kepada Dinas yang
Namun selama ini belum pernah
membidangi fungsi peternakan dan
terjadi kasus penyakit menular.
penyakit
terutama
yang
kesehatan hewan setempat (instansi yang berwenang) setiap timbulnya kasus
penyakit
terutama
yang
diduga/dianggap penyakit menular. B. Kesehatan Masyarakat Veteriner 40
(Kesmavet) 1.
Lokasi
P
usaha
tidak
mudah
•
dimasuki binatang liar serta bebas dari hewan piaraan lainnya yang
• •
peralatan dengan menyemprotkan pembasmi
Untuk
mencegah
penularan
penyakit
serangga,
•
terjadinya dari
Terdapat
unit
masuk perusahaan.
satu
yang masuk
peternakan. •
Ternak mati segera dikuburkan
kematiaannya.
pekerja
keamanan keluar
ternak
melayani
desinfektan kendaraan tamu dipintu
Terdapat pembagian tenaga kerja
setelah
diperkenankan
untuk staf/karyawan dan
dilakukan
memantau
yang
melayani ternak yang sakit tidak
•
ternak
diperiksa
penyebab
Tidak tersedia fasilitas desinfeksi untuk staf/karyawan dan kendaraan
yang sehat. 4.
Tidak
kelompok ternak ke kelompok lainnya,
dimasuki Perlu fasilitas desinfeksi
yang jelas untuk tiap-tiap unit.
lalat dan hama lainnya. 3.
mudah
kandang dan peralatan.
Melakukan desinfeksi kandang dan
insektisida
tidak
binatang liar.
dapat menularkan penyakit. 2.
Lokasi
tamu dipintu masuk perusahaan.
Menjaga agar tidak setiap orang
•
Kandang dibersihkan setiap hari.
dapat bebas keluar masuk kandang
•
Ternak
ternak
yang
memungkinkan
terjadinya penularan penyakit.
yang
sakit
dipisahkan
dengan ternak sehat. •
Jika ada ternak terkena gejala 41
5.
6.
Membakar atau mengubur bangkai
penyakit
kerbau yang mati karena penyakit
pelaporan kepada dinas kesehatan
menular.
setempat.
Menyediakan fasilitas desinfeksi untuk staf/karyawan dan kendaraan
•
Ternak
menular,
bebas
dari
dilakukan
penyakit
menular.
tamu dipintu masuk perusahaan. 7.
Melakukan pencucian
pembersihan kandang
dan serta
menyediakan pencuci hama. 8.
Melakukan pelaporan kepada yang berwenang gejala
apabila
penyakit
ditemukan
menular
yang
diatur dalam undang-undang. 9.
Mengelurkan ternak yang sakit dari kandang untuk segera diobati atau dipotong
oleh
petugas
yang
berwenang. 10. Ternak sapi potong bebas dari penyakit Tuberkulosis (TBC). 42
5.
Penanganan Lama/waktu yang digunakan umtuk Lama penggemukan 4 bulan sesuai Hasil
penggemukan sapi
Sesuai
potong berkisar umur dan kondisi sapi pada waktu mulai
antara 3-6 bulan sesuai umur dan digemukkan. kondisi
sapi
pada
waktu
mulai
digemukkan. Minimal satu bulan terakhir sebelum Pemberian dipasarkan,
pemberian
ransum
konsentrat
Sesuai
ransum ditingkatkan sejak pemeliharaan lebih
konsentrat ditingkatkan dari pemberian dari 30 hari. biasa dan pakan hijauan dikurangi dari pemberian biasa dan penggunaan anti biotik
dan
kemotropik
diharapkan
meperhatikan withdraw (waktu henti obat). Dilarang memperjual-belikan daging MT Farm menjual sapi potong yang
Sesuai
yang berasal dari sapi potong selama bebas dari anti biotik atau hormone pengobatan anti biotic atau hormone karena MT Farm tidak memberikan untuk
konsumsi
manusia,
kecuali antibiotik dan hormon.
apabila ternak tersebut dipotong sesuai ketentuan atau standar withdrowel time 43
obat yang digunakan. Sapi
yang
sudah
siap
dipasarkan Sapi
yang
sudah
siap
dipasarkan
Sesuai
(finisher) harus dijaga sedemikian rupa, (finisher) dijaga dengan baik agar sapi jangan sampai sapi tersebut cedera/ tersebut tidak cedera/cacat. Sapi yang cacat.
sudah siap jual dijaga agar tidak stress yang dapat menyebabkan penurunan bobot badan. Sapi yang dipasarkan diangkut menggunakan truk/kendaraan dengan kapasitas 12-14 ekor per truk tergantung ukuuran truk/kendaraan.
Berat sapi potong siap jual minimal Masih terdapat penjualan sapi potong Perlu ketegasan dalam untuk
lokal
250
persilangan/impor 350 kg.
kg
dan dengan bobot di bawah 200 kg.
menjual ternak di bawah bobot potong yang seharusnya.
44
Tabel 6. Hasil Evaluasi Aspek Pelestarian Lingkungan Penerapan GFP pada Penggemukan Sapi Qurban di MT Farm No. 1.
Aspek
Kondisi Seharusnya
Kondisi dilapangan
Kesesuaian/koreksi
Rencana
Undang-undang nomor 23 tahun 1997 MT Farm melakukan upaya terpadu
Penanggulan
tentang
gan
pengolahan lingkungan hidup.
Pencemaran
Peraturan pemerintan nomor 27 tahun penataan, pemanfaatan, pengembangan,
Lingkungan
1999
ketentuan-ketentuan
tentang
Sesuai
pokok untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup
yang meliputi
kebijaksanaan
mengenai pemeliharaan, pemulihan, pengawasan,
analisa
dan pengendalian lingkungan hidup.
dampak lingkungan. Peraturan
pelaksanaan
mengenai
dampak
analisis lingkungan
(AMDAL). 2.
Upaya
Mencegah
timbulnya
erosi
serta Pencegahan
pencegahan
membantu penghijauan di areal usaha.
erosi
dan
penghijauan
Sesuai
dilakukan dengan penanaman tanaman
pencemaran
disekitar
areal
lingkungan
penanaman HMT.
peternakan
dan
Menghindari timbulnya polusi dan Pencegahan polusi dilakukan dengan
Sesuai
ganguan lain yang berasal dari lokasi penggolah limbah peternakan menjadi usaha
yang
dapat
mengganggu pupuk
dan
menggunakan
sistem 45
lingkungan berupa bau busuk, suara peternakan terpadu dengan memelihara bising,
serangga,
tikus
serta ikan lele di penampungan limbah cair.
pencemaran air sungai/air sumur. Setiap
usaha
potong
penggemukan
harus
membuat
sapi Belum
terdapat
unit
penggolahan Perlu ditambah unit
unit limbah gas. Limbah hanya diolah pengolahan limbah gas untuk
pengolahan limbah perusahaan (padat, menjadi pupuk kompos dan cair.
mengefisiensikan produksi
cair dan gas) yang sesuai dengan
limbah.
kapasitas
produksi
limbah
yang
dihasilkan. Setiap
penggemukan
usaha
sapi Usaha
penggemukan
sapi
potong
Sesuai
potong membuat pembuangan kotoran membuat saluran pembuangan kotoran, dan penguburan bangkai.
unit penampungan dan penggolahan limbah serta melakukan penguburan bangkai ternak.
46
Sarana Secara keseluruhan penerapan good farming practices di Mitra Tani Farm pada aspek sarana meliputi lokasi, lahan, penyediaan air dan alat penerangan, mesin peternakan, bibit/pakan, obat hewan serta tenaga kerja (Direktorat Jenderal Produksi Peternakan, 2000) sudah cukup baik. Lokasi MT Farm sudah sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD). Letak dan ketinggian lokasi terhadap wilayah sekitar sudah memperhatikan lingkungan dan topografi sehingga kotoran dan limbah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan sekitar. Jumlah luas area Mitra Tani Farm keseluruhan adalah 4 ha termasuk 1 ha yang digunakan sebagai kandang sapi potong. Kandang sapi terdiri dari 3 kandang ganda dan 1 kandang tunggal dengan luas masing-masing yaitu 400, 300, 200 dan 100 m. Konstruksi kandang terbuat dari bambu dan semen, dengan penggunaan genteng sebagai atap. Pemilihan genteng dilakukan karena bahan ini cukup tahan lama, harga relatif murah, melalui celahnya udara bisa keluar masuk dan tidak menyerap panas. Lantai dibuat kuat, tahan lama, tidak terlalu kasar dan tidak licin, sedangkan dinding dibuat terbuka. Menurut Rasyid dan Hartati (2007) dinding terbuka seperti ini sangat rentan terhadap suhu udara panas maupun saat angin kencang. Sehingga dinding perlu dibuat lebih tinggi dari sapi saat berdiri untuk melindungi sapi dari udara panas dan angin kencang tersebut. Kondisi kandang sapi di MT Farm dapat diamati pada Gambar 3 berikut.
Gambar 3. Kandang Sapi Potong di Mitra Tani Farm Penyediaan air dan alat penerangan di MT Farm telah sesuai dengan GFP. Air memenuhi baku mutu air sehat, air tersedia sepanjang tahun. Sumber air berasal dari sumur yang ada di wilayah peternakan, air tersebut ditampung dalam penampungan 47
air. Air yang telah ditampung ini air dialirkan ke kandang, kantor dan barak pekerja melalui pipa yang digunakan untuk membersihkan kandang, air minum ternak dan untuk kebutuhan karyawan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan lain-lain. Penyediaan alat penerangan sudah cukup. MT Farm mempunyai satu pintu masuk (entry point) tetapi tidak dilengkapi dengan kolam desinfektan sehingga setiap tamu atau kendaraan yang masuk peternakan tidak melalui desinfektan. Hal ini memungkinkan terjadinya penyebaran penyakit dari luar peternakan. Pakan hijauan di MT Farm terdiri atas rumput dan jerami, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4. Rumput berasal dari kebun HMT perusahaan yaitu rumput gajah dan jerami yang diperoleh dari daerah sekitar. Rumput gajah (Pennisetum purpureum) adalah jenis rumput unggul yang mempunyai produktivitas dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi serta disukai oleh ternak ruminansia. Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang berpotensi untuk memenuhi kebutuhan pakan pada saat kekurangan pakan hijauan, karena produksi yang melimpah di seluruh Indonesia. Salah satu permasalahan dalam penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia adalah kandungan nutrisin yang relatif rendah. Beberapa kelemahan pada jerami padi sebagai pakan ternak antara lain kandungan serat (selulosa, hemiselulosa, lignin dan silika) yang tinggi. Selain itu, jerami padi mengandung kadar protein kasar yang rendah. Kadar serat dan lignin yang tinggi mengakibatkan kecernaan jerami padi rendah dan konsumsi terbatas (Agus, 2003).
Gambar 4. Pakan Hijauan Sapi Potong di Mitra Tani Farm Konsentrat sangat diperlukan untuk menyediakan nutrisi dalam bentuk protein, energi, vitamin dan mineral dalam proporsi yang seimbang, sesuai kebutuhan ternak untuk tumbuh dan memproduksi daging. Kandungan konsentrat yang digunakan sebagai pakan penggemukkan di MT Farm adalah tongkol jagung, 48
bungkil kelapa sawit, onggok dan dedak padi. MT Farm membeli pakan konsentrat ini dari sebuah perusahaan pakan di Bandung. Penanganan sapi yang baru saja datang diawali dengan pemeriksaan kondisi fisik sapi meliputi kesehatan dan pemenuhan syarat sapi sebagai hewan qurban yakni kelengkapan fisik dan performa. Sapi kemudian ditimbang untuk mengetahui bobot hidup, dilakukan penomoran dengan menuliskan angka di bagian punggung belakang untuk identifikasi dan diberi vaksin untuk mencegah timbulnya penyakit. Pemandian sapi dan pembersihan kandang dilakukan setiap hari. Ternak yang tersedia di MT Farm, khusus untuk hewan qurban
memiliki surat keterangan sehat dari Dinas
Peternakan dan Perikanan Pemerintahan Kabupaten Bogor. Pihak Dinas Kesehatan rutin melakukan pemeriksaan setiap bulan. Pemeriksaan kesehatan sapi dilakukan sejak di daerah asal ternak. Selanjutnya dalam perjalanan sapi kembali diperiksa kesehatannya untuk memperoleh surat retribusi kesehatan ternak dan dilakukan pemeriksaan ulang setelah sampai di MT Farm. Pemeriksaan berlapis ini dilakukan untuk menjamin kesehatan ternak sebelum sampai ke tangan konsumen. Penyakit meliputi penyakit infeksi dan bukan infeksi. Penyakit infeksi meliputi penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, fungi, dan parasit. Penyakit bukan
infeksi
pada
ternak dapat
berupa cacat
genetis,
cedera
fisik,
ketidakseimbangan nutrisi, dan polusi. Beberapa jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit sapi, diantaranya bakteri, virus, protozoa, dan sebagainya. Beberapa jenis penyakit yang dapat menyerang ternak sapi diantaranya adalah tubercolosis, antraks, radang paha (blackleg), brucellosis, kuku busuk (foot root), Septichaema epizootica (ngorok), penyakit mulut dan kuku dan kembung (bloat). Pencegahan maupun pengobatan terhadap sapi yang sakit ditangani oleh pihak manajemen pemeliharaan ternak di MT Farm yang sudah berpengalaman sejak MT Farm berdiri. Pengendalian terhadap penyakit dilakukan dengan cara : (a) menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi; (b) sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan; (c) mengusakan lantai kandang selalu kering dan (d) memeriksa kesehatan sapi secara teratur serta melakukan vaksinasi sesuai petunjuk.
49
Gambar 5. Obat-obatan di Mitra Tani Farm Obat-obatan yang biasa digunakan oleh MT Farm dapat dilihat pada Gambar 5 diantaranya, albenol-100 oral dan limoxin-200 L. Albenol-100 oral mengandung albendazole yang merupakan antelmintik spektrum luas, efektif terhadap semua jenis cacing nematoda, trematoda dan sestoda baik stadium larva maupun dewasa. Limoxin-200 L mengandung oxytetracycline yang merupakan antibiotik spektrum luas yang bekerja menghambat sintesis protein bakteri. Efektif terhadap mycoplasma, bakteri gram positif dan gram negatif seperti E. coli, Haemophillus, Pasteurella, Salmonella,
Staphylococcus,
Spirochaeta, Rickettsia spp.
Streptococcus,Campylobacter,
Chlamydia
,
dan protozoa pada sapi. Dosis kedua obat-obatan
tersebut diberikan 1 ml per 10 kg berat badan ternak. Semua karyawan yang bekerja pada usaha peternakan sapi potong berbadan sehat. Waktu kerja di MT Farm dimulai pada pukul 07.00-16.00 WIB, dengan waktu istirahat pukul 11.00-13.00 WIB. Jumlah tenaga kerja di MT Farm berjumlah 20 orang dengan pendidikan minimal sekolah dasar. Proses Produksi Proses produksi meliputi pemilihan bibit, kandang, pakan, kesehatan hewan, kesehatan masyarakat dan penanganan hasil. Pola pemeliharaan ternak sapi di MT Farm adalah pola pemeliharaan intensif dimana sapi dikandangkan dan diberi pakan secara cut and carry. Pemilihan sapi bakalan minimal berumur 2 tahun dengan bobot badan minimal 200 kg. Namun, pada kenyataannya ada yang berbobot kurang dari 200 kg dikarenakan variasi permintaan sapi qurban di MT Farm. Kriteria yang perlu diperhatikan selain umur dan bobot badan sapi untuk memilih sapi bakalan adalah bangsa, sifat genetik, kesehatan ternak dan penampilan fisik (Todingan, 2011). 50
Berdasarkan GFP setiap usaha penggemukan sapi potong yang akan didirikan harus merencanakan jumlah kandang yang akan dibangun sesuai dengan jumlah dan jenis sapi yang akan dipelihara. MT Farm telah memenuhi persyaratan tersebut, selain itu bangunan kandang mudah dibersihkan, mempunyai drainase yang baik, sirkulasi udara bebas dan dilengkapi dengan tempat makan dan minum. Tapi, MT Farm belum memiliki bak desinfektan. Sapi selalu mendapat cahaya matahari penuh karena letak kandang yang telah sesuai. Hijauan yang diberikan pada sapi qurban di MT Farm adalah rumput gajah dan jerami dengan jumlah 10% dari berat badan dan pakan konsentrat sekitar 0,4% dari bobot badan. Penyusunan ransum memperhatikan keseimbangan zat-zat makanan yang dapat dicerna oleh ternak. MT Farm tidak terletak di daerah dengan endemik penyakit klinis yang berbahaya. Lokasi peternakan pun tidak mudah dimasuki binatang liar serta bebas dari hewan peliharaan yang dapat menularkan penyakit. Selama ini desinfeksi kandang dan peralatan dengan insektisida terhadap serangga dan hama lainnya tidak rutin dilakukan. Selain itu, tidak terdapat fasilitas desinfektan untuk staf/karyawan dan kendaraan tamu dipintu masuk yang dapat mencegah penyebaran penyakit dari luar. Penggemukkan sapi qurban dilakukan selama 4 bulan dengan sistem pemeliharaan intensif. Minimal satu bulan sebelum dipasarkan, pemberian ransum konsentrat ditingkatkan dari pemberian biasanya dan pakan hijauan dikurangi. Sapi yang sudah siap dipasarkan dijaga sedemikian rupa agar tidak cedera/cacat. Sapi yang digemmukkan ini sebelumnya telah memenuhi standarisasi syarat sapi sebagai hewan qurban menurut syariat Islam. Hewan yang digunakan untuk qurban harus sehat dan tidak cacat. Berdasarkan
hadits-hadits Nabi saw, tidak dibenarkan
berkurban dengan hewan buta sebelah, menderita penyakit (dalam keadaan sakit), pincang jalannya, lemah kakinya, kurus, tidak ada sebagian tanduknya, tidak ada sebagian kupingnya, terpotong hidungnya, pendek ekornya (karena terpotong atau putus) dan rabun matanya (Sabiq, 2008). Pelestarian Lingkungan Pelestarian lingkungan di MT Farm ditinjau dari GFP meliputi rencana penanggulangan pencemaran lingkungan dan upaya pencegahan pencemaran lingkungan sudah baik. MT Farm melakukan penghijauan di areal peternakan dengan 51
menanam beberapa jenis tanaman, sayuran organik dan HMT di areal peternakan. Hal ini dilakukan sebagai pencegahan terjadinya erosi serta penghijauan di areal peternakan. Limbah dialirkan ke penampungan limbah serta disalurkan sebagai pupuk sayuran organik. Selain itu, MT Farm menerapkan prinsip peternakan terpadu dimana ikan lele dipelihara untuk meminimalisir limbah yang dihasilkan dari peternakannya. MT Farm juga membuat tempat pembuangan kotoran dan penguburan bangkai. Pengawasan Secara keseluruhan penerapan GFP pada aspek pengawasan sudah sesuai dengan GFP. Sistem pengawasan dilakukan secara baik pada titik kritis dalam produksi untuk memantau kemungkinan adanya penyakit dan kontaminasi lainya. Titik kritis dalam usaha penggemukan ini antara lain feeding dan penanganan ternak sakit yang diawasi secara baik. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. Evaluasi dilakukan setiap enam bulan berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan serta pengecekan/kunjungan ke usaha penggemukan sapi potong. MT Farm membuat laporan tertulis secara berkala setiap bulan oleh kepala unit kepada kepala direksi dan dilakukan pelaporan kepada dinas petenakan secara berkala untuk kepentingan internal dari kepala unit penggemukan kepada kepala direksi sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat mengadakan perbaikan/perubahan berdasarkan laporan yang ada. Pemasaran Sapi Qurban di MT Farm MT Farm melayani pembelian dalam jumlah besar maupun kecil untuk konsumsi pribadi maupun untuk dijual kembali dengan persentase harga yang berbeda. Pemasaran yang dilakukan oleh peternakan ini diantaranya menggunakan media pamflet dan internet. Promosi yang paling gencar dilakukan adalah dengan metode yang mereka beri nama silaturahmi kepada calon konsumen dengan mempromosikan ternak mereka, pelayanan yang baik dari pihak MT Farm kepada konsumen juga menjadi poin utama dalam mempertahankan kesinambungan konsumen untuk terus memasok ternak qurban dari peternakan ini. Strategi pemasaran MT Farm berupa peningkatan kualitas ternak dan peningkatan pelayanan
52
kepada konsumen serta dalam penetapan harga jual berdasarkan kondisi dan konsumen. Pelayanan yang memuaskan konsumen menjadi poin khusus sarana promosi. Seseorang yang menyukai atau membenci sesuatu dalam hal ini pelayanan produsen cenderung akan menceritakan kepada orang lain atau berbagi pengalaman. Komunikasi antar konsumen ini dapat menjadi senjata promosi yang baik dalam pemasaran produk MT Farm. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Mowen dan Minor (1998) bahwa jika kepuasan konsumen mengarah kepada hal positif maka ini akan menyebar ke calon konsumen lainnya yang cenderung mencari informasi dari orang yang dipercaya, mengurangi kekhawatiran tentang resiko pembelian serta mengurangi waktu dalam mencari informasi. Keingintahuan adalah salah satu sikap konsumen yang penting dalam proses pemasaran, dimana pihak penyedia harus memenuhinya dengan memberikan informasi mengenai produknya sebaik mungkin. Seperti yang dikemukakan oleh Sumarwan (2002) bahwa pengetahuan yang baik akan suatu produk dapat mendorong seseorang untuk menyukai produk tersebut. Pemasaran ternak sapi di MT Farm menyebar di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan beberapa wilayah Jawa Barat yakni Sukabumi. Wilayah-wilayah tersebut dapat dikatakan memiliki jarak tempuh yang relatif dekat dengan lokasi peternakan MT Farm sehingga memudahkan proses transportasi maupun alur promosi melalui komunikasi lisan antar konsumen. Persentase daerah asal pembeli sapi qurban di MT Farm dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1, persentase daerah asal pembeli sapi qurban tertinggi di MT Farm adalah daerah Bogor, yaitu sebesar 57,14%. Jumlah ini diikuti oleh Jakarta sebesar 22,86%, Tangerang sebesar 14,29%, Bekasi, Sukabumi, dan Depok sebesar 2,86%. Konsumen terbesar berasal dari Bogor dikarenakan lokasi
yang dekat
sehingga tidak perlu membayar tambahan biaya transportasi. MT Farm juga dikenal loyal terhadap konsumen sehingga konsumen yang sebelumnya pernah membeli disana memiliki kecenderungan untuk datang kembali di lain waktu. Kepuasan konsumen ini juga berpengaruh terhadap promosi komunikasi lisan antar konsumen. Pengiriman sapi qurban maksimal dilakukan dua hari sebelum hari raya qurban dengan jumlah minimal sapi sebanyak 2 ekor untuk satu lokasi pengiriman. Biaya 53
transport yang kenakan untuk daerah di luar Bogor adalah Rp300.000, sedangkan untuk wilayah di sekitar Bogor tidak dikenakan biaya transportasi. Sebagian
besar
konsumen Indonesia yang masih berpendapatan rendah
menyebabkan harga menjadi faktor yang dipertimbangkan dalam memilih produk maupun jasa. Mitra Tani Farm yang bertindak sebagai penyedia sapi qurban menyediakan berbagai jenis maupun ukuran ternak, sedangkan keputusan ada di tangan konsumen. Kecenderungan konsumen yang lebih mementingkan harga akan mempengaruhi keberlangsungan sumberdaya genetik ternak, karena ketika pertimbangan utamanya adalah harga, maka konsumen tidak lagi peduli pada bobot yang belum memenuhi syarat penyembelihan dan bangsa sapi. Hal ini sesuai dengan pendapat Noor (2008) bahwa salah satu penyebab utama kepunahan sumberdaya genetik di Indonesia adalah kurang pedulinya konsumen terhadap sumberdaya genetik. Salah satu upaya mempertahankan sumberdaya genetik di Indonesia ini adalah harus melibatkan semua lapisan masyarakat dalam manajemennya, lapisan masyarakat tersebut diantaranya adalah konsumen ternak maupun penyedia ternak. Berikut pada Tabel 7 dapat diamati persentase jumlah pembeli berdasarkan harga sapi qurban yang dibagi menjadi delapan kelas harga dalam bentuk ribuan. Tabel 7. Persentase Jumlah Pembeli Berdasarkan Harga Sapi Qurban di MT Farm Daerah Asal Pembeli
Harga (Rp/ribuan)
Total
Persentase (%)
A
B
C
D
E
F
< 4.000
1
0
1
0
0
0
2
5.71
4.000-7.350
1
0
7
0
0
0
8
22.86
7.350-8.400
1
1
5
0
1
1
9
25.71
8.400- 9.450
4
2
3
0
0
0
9
25.71
9.450-10.500
0
1
2
0
0
0
3
8.57
10.500-11.220
0
0
0
0
0
0
0
0
11.220-11.880
1
0
1
0
0
0
2
5.71
11.880-12.480
0
1
0
1
0
0
2
5.71
Keterangan: A=Jakarta; B=Tangerang; C=Bogor; D=Bekasi; E=Sukabumi; F=Depok
Kelas dengan harga berkisar antara Rp 7.350.000 sampai dengan Rp 9.450.000 memiliki persentase jumlah pembeli yang sama yaitu 25,71%. Harga 54
berhubungan erat dengan bobot badan ternak, karena penentuan harga dipengaruhi oleh bobot badan ternak. Semakin tinggi bobot badan maka semakin tinggi harga yang ditawarkan. Hal ini pula yang menyebabkan konsumen cenderung menyesuaikan harga lebih dahulu dibandingkan dengan karakteristik lainnya. Jika melihat pendapat Sumarwan (2003) harga dinyatakan sebagai atribut produk atau jasa yang paling sering digunakan oleh sebagian besar kosumen untuk mengevaluasi produk. Hal ini sesuai dengan fakta yang ditemukan di lapangan, dimana konsumen lebih mengutamakan harga. Pembelian sapi qurban ini dapat dilakukan dengan pembayaran tunai atau memberikan uang muka terlebih dahulu minimal 15% dari total harga pembelian sapi yang dilunasi sebelum dilakukan pengiriman ke tempat pembeli. Namun, menurut Sasongko (2006) pembelian ternak dengan sistem kredit ini merupakan suatu ancaman bagi keberlangsungan suatu perusahaan, karena perputaran uang akan terhambat yang akan berpngaruh kepada perolehan keuntungan. MT Farm menyediakan jasa pemeliharaan setelah sapi dibeli sebelum diantar dan disembelih di tempat konsumen, dalam hal ini konsumen dikenakan biaya tambahan yaitu biaya pakan selama sapi dititipkan. Menurut hasil pengamatan, apabila harga hewan qurban tidak sesuai dengan dana yang dimiliki oleh konsumen, maka konsumen akan memilih ternak yang harganya sesuai meskipun bobot badan sapi lebih kecil. Sumarwan (2003) mengungkapkan bahwa pendapatan akan menentukan daya beli seseorang, yang selanjutnya akan mempengaruhi pola konsumsinya terhadap suatu produk. Pembeli hewan ternak pada umumnya dapat dikategorikan ke dalam golongan mampu, dalam hal ini memiliki niat atau keinginan untuk membeli hewan qurban serta memiliki dana yang cukup untuk membelinya. Hari Raya Idul Adha yang hanya terjadi setiap satu tahun sekali membuat kecenderungan posisi tawar konsumen yang rendah, sehingga konsumen akan membeli ternak dalam kondisi yang mungkin tidak sesuai dengan keinginan konsumen. Hal ini dikarenakan konsumen tidak akan mungkin menunda pembelian hewan qurban di tahun berikutnya. Tawaf (2010) menyebut transaksi dalam keadaan ini adalah transaksi panic buying dimana tingkat emosional pembeli sangat tinggi.
55
Hubungan Daerah Asal Konsumen dengan Karakteristik Sapi Qurban di MT Farm Menurut Sumarwan (2003) tempat tinggal konsumen akan mempengaruhi pola konsumsi terhadap suatu produk. Oleh karena itu, uji korelasi chi-square (χ2) dilakukan untuk mengetahui hubungan antara daerah asal konsumen dengan karakteristik sapi qurban yang dibeli di MT Farm. Karakteristik tersebut meliputi bangsa sapi, umur, bobot badan dan harga. Setelah dilakukan uji korelasi chi-square (χ2) antara daerah asal konsumen dengan bangsa sapi yang dibeli, hasilnya menunjukkan bahwa bangsa sapi tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap minat konsumen dilihat dari daerah asalnya. Hal ini memperlihatkan daerah asal pembeli sapi qurban tidak memiliki pengaruh dalam menentukan bangsa sapi yang akan dibeli oleh konsumen. Selanjutnya hasil uji korelasi chi-square (χ2) antara daerah asal konsumen sapi qurban dengan umur sapi menunjukkan tidak adanya hubungan yang nyata. Hal ini memperlihatkan daerah asal konsumen sapi qurban di Mitra Tani Farm tidak memiliki pengaruh dalam menentukan umur sapi qurban yang akan dibeli oleh konsumen. Begitupun hasil yang ditunjukkan oleh uji statistik chi-square (χ2) antara daerah asal pembeli sapi qurban dengan bobot sapi bernilai (P<0,05). Hal ini memperlihatkan daerah asal pembeli sapi qurban tidak memiliki pengaruh dalam menentukan bobot sapi yang akan dibeli oleh konsumen. Daerah asal konsumen sapi qurban juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam pemilihan sapi berdasarkan harga. Uji statistik chi-square (χ2) tidak menunjukkan adanya hubungan yang nyata dengan daerah asal pembeli sapi qurban. Hal ini memperlihatkan daerah asal pembeli sapi qurban tidak memiliki pengaruh dalam menentukan harga sapi yang akan dibeli oleh konsumen.
56