18
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Histologi testis
Gambaran histologi testis musang luak tersusun atas tubuli seminiferi yang dipisahkan oleh jaringan interstitial. Terdapat tiga komponen penyusun tubuli seminiferi yaitu membran basal tubuli, sel Sertoli, dan sel-sel spermatogenik (spermatogonia, spermatosit, dan spermatid) yang dapat dilihat pada Gambar 6. Spermatogonia terletak di membran basal dekat dengan sel Sertoli. Menurut Wahyuni (2012) spermatogonia mempunyai ciri inti pucat dan sebagian besar sitoplasma tertutupi oleh inti. Spermatosit primer mempunyai ukuran lebih besar daripada spermatogonia. Spermatosit primer akan berdiferensiasi menjadi spermatosit sekunder. Sel berikutnya yang dapat diamati adalah spermatid berbentuk bulat, spermatid berbentuk memanjang, dan spermatozoa yang terdapat pada lumen tubuli. Sel Sertoli dapat diamati diantara sel-sel spermatogonia. Fungsi dari sel Sertoli adalah pemberi nutrisi sebagai pendukung berlangsungnya spermatogenesis dibawah kontrol hormon testosteron yang dihasilkan oleh sel Leydig (Johnson dan Everitt 1995). Gambaran umum dari penampang melintang tubuli seminiferi dapat diamati pada gambar berikut ini:
Sg Sp
L E Ss
R Sl
Gambar 6 Gambaran tubuli seminiferi dengan pewarnaan HE. Interstisial sel atau Sel Leydig (Sl), spermatogonia (Sg), spermatosit primer (Sp), spermatid bulat (R), spermatid memanjang (E), sel Sertoli (Ss), lumen (L). Bar = 25µm
19
2. Tahapan Spermatogenesis Karakteristik morfologi komponen tubuli seminiferi dapat digunakan untuk menentukan staging atau tahapan satu siklus dari spermatogenik atau siklus epitel tubuli seminiferi pada testis musang luak. Berdasarkan pengamatan dari karakteristik
morfologi
tubular
dengan
menggunakan
pewarnaan
HE
(Hematosilin-Eosin), pada musang luak dapat diamati delapan tahapan tubuli seminiferi (Gambar 7). Delapan tahapan tubuli seminiferi pada musang luak yang diamati dapat di uraikan sebagai berikut : Tahap I Tahap pertama ditemukan spermatid generasi awal yang berinti bulat atau round spermatids yang membentuk beberapa lapis sel pada tubuli seminiferi. Selain itu, dapat ditemukan sel Sertoli dengan nukleus yang kecil. Terdapat spermatogonia tipe A pada lamina basal, dan spermatosit primer tipe pachytene dan leptotene (Gambar 7a). Tahap II Pada tahap ini, ditemukan spermatid yang pada tahap sebelumnya berbentuk bulat menjadi spermatid memanjang atau elongated spermatids (E). Selain itu, ditemukan spermatogonia tipe A dengan ciri inti pucat dan sebagian sitoplasma besar tertutupi inti pada lamina basal. Terdapat spermatosit primer tipe pachytene dan spermatosit primer tipe zygotene (Gambar 7b). Tahap III Spermatid memanjang atau elongated spermatids berada dekat dengan lamina basalis dan mengarah kepada sel Sertoli. Spematosit primer tipe pachytene pada tahap II telah mencapai spermatosit primer tipe diplotene. Generasi kedua dari spermatosit primer tipe zygotene yang bentuknya seperti bulan sabit terdapat di bagian basal. Terdapat spermatogonia tipe A dan sel Sertoli (Gambar 7c). Tahap IV Pada tahap keempat, terdapat ciri khas yang terlihat dari tahap ini yaitu adanya proses pembelahan meiosis dari spermatosit primer tipe diplotene menjadi spermatosit sekunder (haploid) yang akan berdiferensiasi menjadi spermatid bulat. Spermatids elongated dan sel Sertoli juga ditemukan pada tahap ini (Gambar 7d).
20
Tahap V Karakteristik dari tahap ini adalah ditemukannya dua generasi dari spermatid yaitu spermatid bulat yang berasal dari pembelahan meiosis spermatosit sekunder, dan spermatid memanjang. Spermatid bulat dan spermatosit sekunder memiliki ukuran dan bentuk sel yang sama, namun nukleus dari spermatid bulat lebih kecil. Spermatosit primer tipe pachytene dan zygotene juga dapat terlihat pada tahap ini (Gambar 7e). Tahap VI Pada tahapan ini memperlihatkan gambaran yang hampir sama dengan tahap sebelumnya yaitu, ditemukannya spermatid tipe bulat dan spermatid memanjang. Selain itu, nukleus spermatosit primer tipe pachytene lebih besar dibandingkan dengan tahap V. Ciri khas dari tahap ini adalah adanya spermatid memanjang yang mulai memisahkan diri dan mengarah ke lumen tubuli seminiferi (Gambar 7f). Tahap VII Karakteristik dari tahap ini adalah ditemukannya spermatid memanjang berada pada posisi yang sejajar di permukaan lumen tubuli. Sel germinal yang dapat ditemukan pada tahapan ini adalah spermatosit primer tipe pachytene yang bentuk nukleusnya lebih besar dari pada tahap sebelumnya. Selain itu, residual bodies pada tahap ini sudah terlihat. Spermatogonia A, spermatid bulat, dan sel Sertoli dapat ditemukan pada tahapan ini (Gambar 7g). Tahap VIII Tahap ini merupakan tahapan terakhir dari tubuli seminiferi. Spermatid memanjang
mengalami
diferensiasi
menjadi
spermatozoa
(spermiasis).
Spermatozoa lepas dari epitel tubuli menuju lumen tubuli. Selain itu, ditemukan spermatogonia tipe A, spermatid bulat, spermatosit primer tipe preleptotene, spermatosit primer tipe pachytene, dan sel Sertoli (Gambar 7h).
21
22
Sz
E R
E
E
E
E
E Rb
Rb P
P
D
D
R
R
R
R
P
L
Z
L
Z
P
P
P Pl
A
A
A
A
A
I
II
III
IV
V
A
A
A
VI
VII
VIII
Gambar 8 Skematik tahapan spermatogenesis pada tahap I sampai tahap VIII musang luak. Spermatogonia A (A); spermatogonia B (B); Spermatosit tipe preleptotene (Pl); spermatosit tipe leptotene (L); spermatosit tipe zygotene (Z); spermatosit tipe pachytene (P); spermatosit primer tipe diplotene (D), spermatid bulat/round (R); spermatid panjang/elongated (E); spermatosit sekunder (Ss); spermatozoa (Sz); residual bodies (Rb).
3. Frekuensi dan Durasi Tahapan Spermatogenesis Penetapan nilai durasi dari masing–masing tahapan pada musang luak dihitung dengan menggunakan asumsi nilai durasi spermatogenesis feret domestik (Mustela putorius fulo) (Nakai et al. 2004), yaitu 13.0 hari, dikalikan dengan nilai frekuensi relatif dari masing-masing tahapan. Tabel 2 menampilkan nilai frekuensi dan durasi dari masing-masing tahapan pada musang luak. Tabel 2 Frekuensi dan durasi tahapan tubuli seminiferi pada musang Tahap I
Tahap II
Tahap III
Tahap IV
Tahap V
Tahap VI
Tahap VII
Tahap VIII
Total
Musang testis kanan
34
58
80
47
35
70
57
41
422
Musang testis kiri
27
51
75
38
60
76
54
41
422
Total
61
109
155
85
95
146
111
82
844
30.5±4. 95
54.5±4. 95
77.5±3.54
42.5±6.36
47.5±17. 6
73±4.24
55.5±2.12
41±0
422±0
Frekuensi (%)
7.23
12. 9
18.36
10.07
11.26
17.3
13.15
9.72
100
Durasi Spermatogenesis (hari)
0.94
1.68
2.39
1.31
1.46
2.24
1.71
1.27
13.0
Rataan±SD