9
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perubahan histopatologi trakea Parameter yang diperiksa pada organ trakea adalah keutuhan silia, keutuhan epitel, jumlah sel goblet, dan sel radang. Pada lapisan mukosa, tampak beberapa bagian yang mengalami kerusakan silia yang dapat dilihat pada Gambar 3. Hasil pengamatan kerusakan silia disajikan pada Tabel 5.
K
A
B
Gambar 3 : Kerusakan silia pada organ trakea (tanah panah), (K) kelompok perlakuan vaksin ND dan IBD, (A) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND, IBD, dan AI, (B) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND dan IBD Tabel 5 Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap persentase keutuhan silia pada organ trakea pada luas lapang pandang 6.13 x 104 µm2. Kelompok Minggu K A B a a II 95.33 ± 2.63 98.03 ± 3.42 98.01 ± 3.33 a III 96.94 ± 2.66 a 95.37 ± 4.68 a 97.56 ± 4.22 a a a IV 91.62 ± 0.94 93.31 ± 8.01 94.60 ± 5.17 a V 97.52 ± 0.04 a 95.5 ± 4.21 a 98.83 ± 1.66 a a a VI 93.80 ± 5.72 97.51 ± 0.94 98.94 ± 1.03 a Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Berdasarkan tabel diatas, persentase panjang keutuhan silia pada trakea antara kelompok perlakuan tidak mengalami perbedaan yang nyata (p>0.05) secara statistik. Pada kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam memiliki pola keutuhan yang lebih stabil dibandingkan dengan kelompok K. pada minggu II hingga IV terjadi penurunan keutuhan silia. Keutuhan silia kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam cenderung meningkat pada minggu V dan VI. Epitel penyusun trakea memiliki fungsi penting dalam pertahanan saluran pernafasan, kerusakan struktur atau deskuamasi dari epitel dapat mempengaruhi
10 kualitas udara yang masuk ke paru-paru. Pada pengamatan lapisan mukosa, tampak beberapa bagian yang mengalami deskuamasi epitel yang dapat dilihat pada Gambar 4. Hasil pengamatan keutuhan epitel disajikan pada Tabel 6.
K
A
B
Gambar 4 : Deskuamasi epitel pada organ trakea (tanah panah), (K) kelompok perlakuan vaksin ND dan IBD, (A) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND,IBD, dan AI, (B) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND dan IBD Tabel 6 Hasil uji statistik persentase keutuhan epitel pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam pada organ trakea pada luas lapang pandang 24.1 x 104 µm2 Kelompok Minggu K A B a a II 96.67 ± 1.84 99.64 ± 0.62 99.21 ± 1.36 a III 99.73 ± 0.25 a 99.11 ± 1.11 a 98.13 ± 2.01 a a a IV 96.92 ± 0.55 97.36 ± 1.55 97.45 ± 2.91 a V 99.07 ± 1.31 a 93.36 ± 8.12 a 98.84 ± 1.04 a a a VI 96.10 ± 5.51 99.33 ± 0.48 99.07 ± 1.09 a Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Berdasarkan tabel diatas, persentase keutuhan epitel trakea antara kelompok perlakuan tidak mengalami perbedaan yang nyata (p>0.05) secara statistik. Pada minggu II hingga minggu IV, kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam memiliki keutuhan yang lebih stabil yaitu menurun. Pada minggu V keutuhan epitel kelompok A mengalami penurunan dan kelompok B mengalami peningkatan dari minggu V hingga VI. Pada minggu VI kelompok yang diberi ekstrak jintan mengalami peningkatan keutuhan epitel. Kelompok K menunjukkan respon yang tidak stabil. Hasil pengamatan sel goblet disajikan pada Tabel 7 dan sel goblet dapat dilihat pada Gambar 5.
11
K A B Gambar 5 : Sel goblet pada organ trakea (tanah panah), (K) kelompok perlakuan vaksin ND dan IBD, (A) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND, IBD, dan AI, (B) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND dan IBD Tabel 7 Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap jumlah sel goblet pada organ trakea pada luas lapang pandang 24.1 x 104 µm2 Kelompok Minggu K A B a a II 1.642 ± 0.45 1.871 ± 0.78 1.566 ± 0.75a III 2.120 ± 1.23a 0.998 ± 0.50a 2.794 ± 1.28a a a IV 0.990 ± 0.51 1.268 ± 0.58 1.386 ± 0.61a V 1.641 ± 0.84a 2.222 ± 0.59a 1.613 ± 0.92a a a VI 0.880 ± 0.30 1.613 ± 0.92 1.470 ± 0.71a Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Berdasarkan tabel di atas, jumlah sel goblet pada trakea antara kelompok perlakuan tidak mengalami perbedaan yang nyata (p>0.05) secara statistik. Pada kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam memiliki jumlah sel goblet paling banyak. Pada semua kelompok jumlah sel goblet menunjukkan kecenderungan menurun. Leukosit atau sel darah putih merupakan unit paling aktif dalam pertahanan tubuh. Sel radang yang ditemukan didominasi oleh limfosit. Kerusakan silia dan deskuamasi epitel dapat menyebabkan infiltrasi sel radang. Hasil pengamatan jumlah sel radang disajikan pada Tabel 8 dan sel radang dapat dilihat pada Gambar 6.
12
K
A B Gambar 6 : Jumlah sel radang pada organ trakea (tanah panah), (K) kelompok perlakuan vaksin ND dan IBD, (A) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND,IBD, dan AI, (B) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND dan IBD Tabel 8 Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap jumlah sel radang pada organ trakea pada luas lapang pandang 6.13 x 104 µm2. Kelompok Minggu K A B a a II 2.486 ± 0.69 2.727 ± 0.31 1.897 ± 1.16a III 2.178 ± 0.79a 2.833 ± 0.84a 2.544 ± 0.19a a a IV 1.930 ± 1.08 2.908 ± 1.03 2.907 ± 1.03a a a V 1.915 ± 1.12 2.912 ± 0.17 2.488 ± 1.57a VI 1.856 ± 1.04a 1.321 ± 1.06a 1.499 ± 1.37a Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Berdasarkan tabel diatas, jumlah sel radang pada trakea antara kelompok perlakuan tidak mengalami perbedaan yang nyata (p>0.05) secara statistik. Pada minggu II hingga minggu IV kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam cenderung meningkat, namun menurun pada minggu VI dengan jumlah yang lebih kecil dibandikan kelompok K. Perubahan histopatologi paru-paru Parameter yang diperiksa pada organ paru-paru adalah jumlah sel radang, jumlah dan luasan BALT, serta kepadatan sel pada BALT. Hasil pengamatan jumlah sel radang disajikan pada Tabel 9 dan sel radang pada paru-paru dapat dilihat pada Gambar 7.
13 K1
A1
K
A
B
K1
A1
B1
Gambar 7 : Sel radang pada organ paru-paru (tanah panah), (K1) kelompok perlakuan vaksin ND dan IBD, (A1) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND,IBD, dan AI, (B1) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND dan IBD Tabel 9 Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap jumlah sel radang pada organ paru-paru pada luas lapang pandang 6.13x104 µm2. Kelompok Minggu K A B a a II 1.761 ± 0.31 2.748 ± 1.39 2.505 ± 1.36a III 2.959 ± 0.78a 3.045 ± 1.16a 3.694 ± 0.53a a a IV 2.023 ± 1.27 2.291 ± 1.37 3.235 ± 1.43a V 2.166 ± 1.31a 2.873 ± 0.61a 2.327 ± 1.46a a a VI 2.393 ± 1.47 2.121 ± 1.41 1.989 ± 1.15a Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Berdasarkan tabel 9, jumlah sel radang pada paru-paru antara kelompok perlakuan tidak mengalami perbedaan yang nyata (p>0.05) secara statistik. Jumlah sel radang pada semua kelompok memiliki nilai yang bervariasi dengan pola yang tidak khas. Pada minggu VI kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam mengalami penurunan, namun kelompok K mengalami peningkatan. Bronchus Assosiated Lymphoid Tissue (BALT) adalah salah satu sistem pertahanan mukosal yang terdapat pada bronkhus. Sistem pertahanan BALT merupakan pertahanan lokal pada organ respirasi. Hasil pengamatan jumlah BALT disajikan pada Tabel 10.
14 Tabel 10 Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap jumlah BALT pada organ paru-paru pada luas lapang pandang 24.1 x 104 µm2 Kelompok Minggu K A B II 1.642 ± 0.45a 1.871 ± 0.78 a 1.566 ± 0.75a III 2.120 ± 1.23a 0.998 ± 0.5a 2.794 ± 1.28a IV 0.990 ± 0.51a 1.268 ± 0.58a 1.386 ± 0.61a a a V 1.641 ± 0.84 2.222 ± 0.59 1.613 ± 0.92a VI 0.880 ± 0.30a 1.613 ± 0.92a 1.470 ± 0.71a Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Berdasarkan tabel diatas, jumlah BALT pada paru-paru antara kelompok perlakuan tidak mengalami perbedaan yang nyata (p>0.05) secara statistik. Pada minggu ke II dan IV menunjukkan bahwa kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam memiliki jumlah BALT terbanyak. Pada pengamatan minggu ke V dan VI, kelompok A memiliki jumlah BALT terbanyak. Adanya antigen yang masuk akan mengaktivasi BALT sehingga menggertak kehadiran limfosit dan makrofag yang merupakan komponen penyusun BALT. Komponen penyusun tersebut akan membentuk suatu luasan. Hasil pengamatan luasan BALT dan kepadatan sel disajikan pada Tabel 11dan 12. Luasan BALT dapat dilihat pada Gambar 8, sedangkan kepadatan sel dapat dilihat pada Gambar 9.
K A B Gambar 8 : Luasan BALT pada organ paru-paru (tanda lingkaran), (K) kelompok perlakuan vaksin ND dan IBD, (A) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND,IBD, dan AI, (B) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND dan IBD
15 Tabel 11 Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap luasan BALT pada organ paru-paru (µm2) pada luas lapang pandang 24.1x104 µm2 Kelompok Minggu K A B a a II 207.20 ± 89.97 396.40 ± 145.51 186.70 ± 161.11a III 124.01 ± 95.87a 136.18 ± 73.15a 138.77 ± 75.86a a a IV 161.28 ± 63.2 118.80 ± 114.42 236.60 ± 217.74a V 176.12 ± 86.63a 154.20 ± 52.02a 187.00 ± 102.19a a a VI 60.795 ± 34.89 77.482 ± 66.59 78.361 ± 67.83a Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Tabel 12 Hasil uji statistik pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap jumlah sel dalam BALT pada organ paru-paru. Kelompok Minggu K A B a a II 248.67 ± 8.7 290.67 ± 21.2 203.33 ± 13.1 a III 145.67 ± 13.1a 212.00 ± 20.1a 183.33 ± 15.6 a a a IV 119.33 ± 8.6 186.00 ± 19.4 239.67 ± 7.5 a a a V 209.67 ± 8.1 183.33 ± 11.02 164.33 ± 6.1a VI 100.33 ± 18.1a 144.33 ± 7.4a 152.67 ± 20.03a Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Berdasarkan Tabel 11, luasan BALT pada paru-paru antara kelompok perlakuan tidak mengalami perbedaan yang nyata (p>0.05) secara statistik. Pada pengamatan BALT pada minggu ke II hingga minggu VI, menunjukkan bahwa pada kelompok dengan pemberian ekstrak jintan hitam memiliki luasan BALT yang cenderung lebih besar dibandingkan dengan kelompok K. Hal tersebut ditunjukkan dengan tingkat kepadatan sel penyusun BALT yang tinggi pada kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam (Tabel 12).
Gambar
9
: Kepadatan sel limfosit (tanah panah) BALT, (K) kelompok perlakuan vaksin ND dan IBD, (A) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND, IBD, dan AI, (B) kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam serta vaksin ND dan IBD
16
Pembahasan Pengamatan daya hidup DOC secara umum menunjukkan kualitas yang cukup baik. Kematian pada DOC sebanyak 8 ekor dari 100 ekor DOC mulai hari ke-1 hingga hari ke-14. Kematian yang terjadi tidak menunjukkan adanya tanda infeksi pada pemeriksaan postmortem dengan nekropsi. Penyebab dari kematian adalah akibat trauma karena terinjak atau terjepit oleh sesama DOC dalam kandang. Berdasarkan SNI 7354-2008 menyebutkan bahwa tingkat kematian maksimal DOC sebesar 2%. Mekanisme pertahanan pada trakea dimulai dari adanya gerakan silia yang berfungsi untuk mengeluarkan antigen. Keutuhan silia yang disajikan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak jintan hitam membuat ketahanan silia yang lebih stabil dibanding kelompok K. Kerusakan yang dapat terjadi sebagai respon terhadap vaksinasi. Keutuhan silia meningkat kembali sesuai waktu, dimana pada minggu VI kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam menunjukkan perbaikan yang lebih baik dibanding kelompok K. Menurut Bruits dan Bucar (2000), kandungan thymoquinone dalam ekstrak jintan hitam memiliki manfaat sebagai antioksidan yang berfungsi mempercepat regenerasi sel. Kerusakan silia akan mempermudah antigen untuk menempel pada epitel dan menyebabkan deskuamasi epitel. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 6 dimana pada minggu V, kelompok A yang diberi vaksinasi AI memiliki keutuhan epitel terkecil. Pada minggu VI deskuamasi epitel masih terjadi pada setiap kelompok walaupun pemberian vaksin sudah tidak diberikan. Hal ini disebabkan karena secara fisiologis dapat terjadi kematian sel yang disebabkan sel yang sudah tua tidak beregenerasi (Stanley et al. 2006). Kandungan thymoquinone dalam jintan hitam bermanfaat sebagai antioksidan sehingga berfungsi mengurangi dan mencegah kerusakan sel juga mempercepat regenerasi sel (Bruits dan Bucar 2000), namun efek tersebut menunjukkan hasil saat minggu VI dimana keutuhan epitel pada kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam memiliki persentase keutuhan epitel yang paling besar. Kerusakan silia juga diikuti dengan pengeluaran mukus oleh sel goblet. Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam memiliki jumlah sel goblet yang lebih banyak dibandingkan kelompok K. Peningkatan jumlah sel goblet merupakan mekanisme pertahanan, dimana mukus yang dihasilkan akan meningkat pula. Mukus tersebut berfungsi untuk mengeluarkan antigen dan mencegah antigen untuk melindungi epitel dari penempelan antigen (Prasetyo 2006). Kehadiran sel radang merupakan bentuk mekanisme kekebalan berperantara sel. Vaksin mengandung virus yang dilemahkan dan akan dianggap sebagai antigen oleh tubuh, sehingga merusak epitel trakea dan menggertak infiltrasi sel radang pada jaringan. Pada Tabel 9 menunjukkan bahwa kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam memiliki jumlah sel radang yang lebih tinggi pada minggu II hingga minggu IV. Hal tersebut diduga pemberian ekstrak jintan hitam selama tiga minggu belum menunjukkan pengaruh terhadap jumlah sel radang. Pada minggu V dapat dilihat bahwa kelompok yang diberi vaksin AI memiliki jumlah sel radang yang paling tinggi. Pada minggu VI kelompok yang
17 diberi esktrak jintan hitam memiliki sel radang yang lebih sedikit. Hal tersebut menunjukkan bahwa thymoquinone yang terkandung dalam jintan hitam dapat menghambat peradangan pada trakea setelah pemberian selama lima minggu. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Diding dan Subijanto (2008), membuktikan bahwa pemberian minyak jintan hitam mampu menurunkan tingkat infiltrasi sel radang pada saluran pernafasan. Kehadiran sel radang dapat pula dipicu oleh keadaan kandang yang kurang baik seperti debu litter yang terhirup sehingga mengiritasi saluran pernafasan dan terhirupnya agen patogen yang diakibatkan kebersihan kandang yang minim (Nighot et al. 2002). Selain itu cekaman yang disebabkan oleh suhu udara dalam kandang yang melebihi zona nyaman (>28°C) atau yang sering disebut heat stress dapat menyebabkan ayam mengalami penurunan konsumsi pakan dan pertumbuhan yang tidak optimal akibat kekurangan nutrisi. Hal tersebut menyebabkan imunitas ayam menurun sehingga mudah terserang penyakit (Butcher dan Miles 2011). Pada organ trakea, efek pemberian ekstrak jintan hitam terlihat pada pengamatan minggu VI. Pada minggu VI mengindikasikan adanya perbaikan histopatologi trakea. Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya keutuhan epitel, jumlah sel gobet, dan keutuhan silia serta menurunnya jumlah sel radang, pada kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam. Antigen yang berhasil menembus mekanisme pertahanan saluran pernafasan atas akan menyebabkan peradangan pada paru-paru. Hal tersebut ditandai dengan adanya infiltrasi sel radang pada organ paru-paru. Sel radang merupakan respon protektif setempat yang berfungsi menghancurkan atau mengurangi agen atau jaringan yang rusak (Dorland 2002). Pada paru-paru, pemberian ekstrak jintan hitam mulai terlihat pada minggu II baik pada kelompok A dan B, Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 9 dimana kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam memiliki jumlah sel radang lebih banyak dibanding kelompok K. Infiltrasi sel radang di jaringan menunjukkan respon pertahanan terhadap hadirnya antigen yang dalam hal ini adalah virus vaksin. Respon tersebut menunjukkan bahwa sel radang menjadi lebih responsif terhadap sitokin sebagai mediator radang yang dihasilkan oleh kerusakan jaringan, hal tersebut dikarenakan adanya α-lipoic acid dalam jintan hitam yang berperan sebagai antioksidan (Ibrahim et al. 2008). Pada minggu VI tampak bahwa kelompok yang diberi jintan hitam lebih baik responnya yaitu terjadi penurunan jumlah sel radang yang menandakan pada jaringan paru-paru telah terjadi perbaikan. Pada kelompok B yang diberi vaksin yang sama dengan kelompok K menunjukkan jumlah sel radang paling sedikit. Hal ini akibat efek thymoquinone yang terkandung dalam jintan hitam dapat menghambat peradangan karena mampu menghambat cyclooxygenase dan 5-lipoxygenase dalam metabolisme arakidonat sehingga mediator radang dapat ditekan (Boskabady dan Farhadi 2008; Houghton et al. 1995). Bronchus Assosiated Lymphoid Tissue (BALT) adalah salah satu sistem pertahanan mukosa yang terdapat di bronkhus. Sistem pertahanan BALT merupakan pertahanan lokal pada organ respirasi. Jumlah BALT terus bervariasi setiap minggu pengamatan. Menurut Emikpe dan Ajisegiri (2011), BALT merupakan bagian penting dari pertahanan mukosa yang berada di paru-paru yang distimulasi oleh antigen yang masuk. Kehadiran BALT sangat penting dalam
18 proteksi pernafasan. Kenaikan jumlah BALT akan mengakibatkan kenaikan jumlah limfosit, sehingga akan menghasilkan proteksi yang lebih baik. Pada kelompok dengan pemberian ekstrak jintan hitam menggambarkan efek jintan hitam sebagai imunomodulator, dimana jumlah BALT yang dihasilkan lebih banyak. BALT merupakan organ limfoid sekunder yang terdapat pada paru-paru ayam secara normal (Reese et al. 2006). Antigen yang masuk kedalam paru-paru akan kontak dengan sel limfoid yang kemudian menginduksi dan mengaktivasi BALT (Moreno et al. 2006). Pada minggu V dan VI, kelompok A memiliki jumlah BALT paling banyak. Hal ini diduga akibat pemberian vaksin AI. Menurut Pabst dan Tsherning (2010) pertambahan jumlah BALT dipengaruhi oleh vaksin dan lingkungan. Hal tersebut dapat menginduksi BALT, sehingga jumlah BALT bertambah. Pemberian vaksin akan menginduksi proliferasi Periarteriolar Lymphoid Sheat (PALS) yang terdapat di limpa. Limpa bekerja secara sistemik sehingga PALS akan menginduksi pertambahan jumlah BALT (Vora et al. 1998) BALT juga dipengaruhi respon individu, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 dimana pada minggu II luasan BALT pada kelompok A dan B sangat berbeda walaupun diberi perlakuan yang sama. Menurut Pabst dan Tsherning 2010 respon individu juga mempengaruhi aktivitas BALT. Penurunan luasan BALT pada minggu III terjadi pada semua kelompok, hal tersebut diduga karena perlakuan vaksin yang diberikan pada minggu III dimana limfosit akan melakukan infiltrasi pada saluran nafas dan jaringan paru-paru sehingga pada BALT jumlah limfosit akan berkurang. Hasil pengamatan secara keseluruhan menunjukkan bahwa pada kelompok dengan pemberian ekstrak jintan hitam memiliki luasan BALT yang cenderung lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi ekstrak jintan hitam. Hal tersebut diikuti dengan tingkat kepadatan sel penyusun BALT yang tinggi pula pada kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam. Jintan hitam diketahui memiliki efek imunomodulator, dimana pemberian jintan hitam dapat meningkatkan rasio CD4+ dan CD8+ serta meningkatkan jumlah sel natural killer (Omar et al. 1999; Salem 2005). Dari hasil diatas dapat diduga bahwa ekstrak jintan hitam memberikan efek sebagai imunomodulator. Hal tesebut ditunjukkan oleh kepadatan sel yang lebih tinggi pada kelompok yang diberi ekstrak jintan hitam dibandingkan kelompok K. Luasan BALT beserta kepadatan sel cenderung menurun dengan pola yang tidak khas setelah vaksinasi. Pada organ paru-paru, efek pemberian ekstrak jintan hitam terlihat pada pengamatan minggu ke VI. Hal tersebut ditunjukkan dengan menurunnya jumlah sel radang. Pada BALT terlihat pada kelompok yang diberi ekstrak Jintan hitam menunjukkan aktifitas imun yang lebih meningkat dibandingkan kelompok K.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Secara keseluruhan gambaran histopatologi pada organ pernafasan ayam yang diberi ekstrak jintan hitam serta vaksinasi menunjukkan gambaran yang