HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Data Kredit UMKM Bank X merupakan kredit dengan jumlah nasabah terbanyak dibandingkan dengan jenis kredit lainnya. Jasa layanan kredit usaha pada Bank ini diantaranya meliputi sektor usaha dibidang jasa, konstruksi, pengangkutan, perdagangan, perikanan, perindustrian, perkebunan, pertanian, peternakan, dan sarana. Gambaran umum tentang nasabah kredit UMKM Bank X dilihat dari skala usaha maupun sektor usahanya disajikan dalam Tabel 1 berikut : Tabel 1 Gambaran umum tentang data nasabah UMKM Bank X Skala usaha Mikro Kecil Menengah Lancar Gagal Lancar Gagal Lancar Gagal Total Sektor usaha bayar bayar bayar bayar bayar bayar Jasa 4195 208 528 22 5132 142 37 Kostruksi 41 5 77 10 176 34 9 Pengangkutan 110 6 50 2 189 16 5 Perdagangan 24984 2051 9629 389 39644 1937 654 Perikanan 96 11 10 1 125 5 2 Perindustrian 1186 124 448 39 2024 182 45 Perkebunan 122 12 23 2 167 6 2 Pertanian 1111 60 31 3 1216 7 4 Pertenakan 271 33 110 14 457 21 8 Sarana 684 77 9 1 782 8 3 Total 32800 2587 10915 483 2367 769 49.912 Dari 49.912 nasabah kredit UMKM Bank X, sebanyak 3.839 nasabahnya mengalami gagal bayar. Ini artinya sebesar 7,69% dari total nasabah yang pada awalnya memenuhi kualifikasi resiko kredit rendah ataupun yang dapat ditoleransi pada akhirnya mengalami gagal bayar. Sebanyak 5,18% diantaranya berasal dari nasabah dengan skala usaha mikro, 0,97% dan 1,54% berasal dari skala usaha kecil dan menengah. Sebaran datanya disajikan dalam Gambar 1 berikut :
17
120.000 100.000
92.689
Sarana
95.762
Pertenakan
75.408
80.000
Perkebunan
Perindustrian
60.000
Perikanan Perdagangan
40.000 24.592 20.000
Pertanian
Pengangkutan Kostruksi
7.311
Jasa
4.238
0.000
10.36 12.04 5.51 9.58 10.28 11.20 7.80 6.88 13.64 5.20
0.00
mikro gagal bayar
kecil
menengah
gagal bayar
50.00
89.64 87.96 94.49 90.42 89.72 88.80 92.20 93.12 86.36 94.80 100.00
lancar bayar
lancar bayar
(a) Skala Usaha (b) Sektor Usaha Gambar 3 Persentase nasabah yang mengalami gagal bayar dan lancar bayar Dari Gambar 1(a) dapat dilihat bahwa skala usaha menengah merupakan skala usaha dengan potensi kredit bermasalah terbesar. Sebanyak 24.59% dari total nasabah pada skala menengah mengalami gagal bayar. Hal ini mengindikasikan bahwasanya kredit untuk skala usaha menengah perlu mendapatkan perhatian dan penanganan khusus dalam proses kelayakan kreditnya. Jika ditinjau dari jenis usahanya, hampir semua sektor usaha berpotensi tinggi untuk mengalami kredit macet. Untuk mengetahui sebaran data nasabah yang mengalami gagal bayar berdasarkan karakteristiknya, dapat dilihat pada tabulasi silang berikut : Tabel 2 Tabulasi silang antara status kredit dengan jenis kelamin Jenis kelamin Status Jumlah laki-laki perempuan Lancar Jumlah 32717 13261 45978 bayar (%) 96.15 83.48 92.12 Gagal Jumlah 1309 2625 3934 bayar (%) 3.85 16.52 7.88 Jumlah 34026 15886 49912
18
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa persentase gagal bayar nasabah berjenis kelamin perempuan lebih besar dibandingkan dengan persentase nasabah berjenis kelamin kali-laki. Hal ini mengindikasikan bahwa untuk resiko kegagalan lebih rentan dialami oleh nasabah yang berjenis kelamin perempuan. Tabel 3 Tabulasi silang antara status kredit dengan sifat suku bunga Sifat suku bunga Status Jumlah efektif flat Lancar Jumlah 36584 9394 45978 bayar (%) 91.28 95.53 92.12 Gagal Jumlah 3494 440 3934 bayar (%) 8.72 4.47 7.88 Jumlah 40078 9834 49912 Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa sifat suku bunga yang diberikan oleh pihak Bank X kepada nasabah akan mempengaruhi resiko kegagalan yang akan dialami oleh nasabah. Hal ini terlihat dari persentase nasabah yang gagal bayar lebih banyak berasal dari nasabah yang dikenakan sifat suku bunga efektif dibandingkan dengan sifat suku bunga yang flat. Hal ini mengindikasikan bahwa penerapan sifat suku bunga flat pada setiap nasabah memungkinkan untuk meminimalisir resiko terjadinya gagal bayar. Tabel 4 Tabulasi silang antara status kredit dengan finansial debitur Rasio keuangan 0 Current Ratio 1 0 Quick Ratio 1 0 EBITDA 1 0 Equity Ratio 1
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
Status Lancar bayar Gagal bayar 39226 3306 92.22 7.78 6752 628 91.49 8.51 40955 3447 92.24 7.76 5023 487 91.16 8.84 45895 3927 92.12 7.88 83 7 92.22 7.78 45717 3911 92.12 7.88% 261 23 91.91 8.09
Total 42532 100 7380 100 44402 100 5510 100 49822 100 90 100 49628 100 284 100
19
Tabel 4 Tabulasi silang antara status kredit dengan finansial debitur (lanjutan) Rasio keuangan 0 ROA 1 0 Profit Margin 1 0 Sales Growth 1
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
Status Lancar bayar Gagal bayar 18207 1186 93.88 6.12 27771 2748 90.96 9.04 22595 1561 90,78 9.22 23383 2373 92.53 7.47 21956 1773 92.53 7.47 24022 2161 91.75 8.25
Total 19393 100 30519 100 24156 100 25756 100 23729 100 26183 100
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa untuk kategori finansial, nasabah yang mengalami gagal bayar kebanyakan berasal dari nasabah dengan kondisi finansial yang rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi keuangan nasabah memang ikut mempengaruhi dan menentukan apakah untuk ke depannya nasabah akan mampu melunasi hutangnya. Tabel 5 Tabulasi silang antara status kredit dengan karakter nasabah Status Lancar Jumlah bayar (%) Gagal Jumlah bayar (%) jumlah
Tingkat kepercayaan 0 1 2 7429 38499 50 94.36 91.70 89.28 444 3484 6 5.64 8.30 10.72 7873 41983 56
3 0 0 0 0 0
Pengelolaan rekening 0 1 2 20717 23325 1887 92.32 92.06 90.81 1723 2012 191 7.68 7.94 9.19 22440 25337 2078
3 49 85.96 8 14.04 57
Tabel 5 Tabulasi silang antara status kredit dengan karakter nasabah (lanjutan) Status Lancar Jumlah bayar (%) Gagal Jumlah bayar (%) Jumlah
Reputasi bisnis 0 1 2 16924 28953 101 93.77 91.19 89.38 1124 2798 12 6.23 8.81 10.62 18048 31751 113
3 0 0 0 0 0
0 8955 94.73 498 5.27 9453
Prilaku debitur 1 2 34074 2917 91.54 91.91 3140 292 8.44 9.09 37214 3209
3 32 91.67 4 11.11 36
Pada Tabel 5 terlihat bahwa nasabah yang memenuhi kualifikasi resiko kredit dapat diterima oleh pihak Bank X tidak ada yang berasal dari nasabah dengan karakteristik tingkat kepercayaan dengan kategori 3, yaitu seluruh
20
informasi yang diberikan tidak sesuai atau dengan kata lain nasabah dengan kategori sangat tidak dapat dipercaya. Nasabah dengan karakteristik reputasi bisnis dengan kategori 3, yaitu reputasi bisnis buruk juga tidak ada yang lolos kualifikasi kelayakan kredit. Semakin baik karakter seorang nasabah, maka semakin rendah resiko nasabah tersebut untuk gagal bayar. Tabel 6 Tabulasi silang antara status kredit dengan kondisi bisnis nasabah Status Lancar Jumlah bayar (%) Gagal Jumlah bayar (%) Jumlah
Kualitas produk/jasa 0 1 2 8702 37051 225 92.63 92.05 83.03 692 3196 46 7.37 7.95 16.97 9394 40247 271
3 0 0 0 0 0
Strategi pemasaran 0 1 2 12369 33236 342 92.51 91.98 91.20 1002 2896 33 7.49 8.02 8.80 13371 36132 375
3 31 91.18 3 8.82 34
Tabel 6 Tabulasi silang antara status kredit dengan kondisi bisnis (lanjutan) Status Lancar Jumlah bayar (%) Gagal Jumlah bayar (%) Jumlah
Lokasi usaha 0 1 2 13823 31923 201 92.11 92.16 89.16 1185 2717 27 7.89 7.84 11.84 15008 34640 228
3 31 86.11 5 13.89 36
Perkembangan pasar 0 1 2 5300 40398 249 95.54 92.27 91.89 246 3663 22 4.44 7.63 8.11 5546 44061 271
3 31 91.18 3 8.82 34
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa untuk karakteristik nasabah dengan kategori kondisi bisnis, tidak ada nasabah dengan kualifikasi kualitas produk/jasa yang buruk yang mendapat pinjaman kredit. Nasabah yang mengalami gagal bayar umumnya memang berasal dari nasabah dengan kategori kondisi bisnis yang buruk. Namun persentase nasabah gagal bayar yang berasal dari karakteristik kondisi bisnis dengan kategori yang baik juga cukup tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak menutup kemungkinan resiko gagal bayar juga akan dialami oleh nasabah dengan kualitas kondisi bisnis yang baik. Hal ini mungkin saja dapat disebabkan oleh faktor lain, seperti karakteristik nasabahnya, kekeliruan penilaian oleh pihak Bank X ataupun kondisi lainnya yang dialami oleh nasabah diluar pantauan pihak Bank X.
21
Tabel 7 Tabulasi silang antara status kredit dengan manajemen usaha Kualifikasi komersial 0 1 2 2033 35522 8375 92.79 92.70 89.61 158 2799 971 7.21 7.30 10.39 2191 38321 9346
Status Lancar Jumlah bayar (%) Gagal Jumlah bayar (%) Jumlah
3 48 88.89 6 11.11 54
Kualifikasi teknis 0 1 2 33518 12273 142 92.12 92.63 87.68 2868 1039 20 7.88 7.80 12.32 36386 13312 162
3 45 86.54 7 13.46 52
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa sistem manajemen yang baik dapat menghindarkan seseorang dari resiko gagal bayar. Hal ini terlihat dari tingginya persentase nasabah yang mengalami lancar bayar untuk kualifikasi komersial yang baik. Tabel 7 untuk kategori kualifikasi teknis juga memperlihatkan bahwa nasabah yang memiliki pengalaman dan keahlian yang lebih dari 2 tahun tidak dapat menjadi jaminan bahwa seseorang tersebut akan terhindar dari kredit macet. Hal ini dapat dilihat dari persentase kredit macetnya yang lebih besar dibandingkan dengan persentase kredit macet nasabah dengan pengalaman dan keahlian kurang dari 2 tahun.
Analisis Karakteristik Nasabah yang Mempengaruhi Kredit Bermasalah Pengaruh dari beberapa karakteristik terhadap peubah respon dapat diketahui melalui model regresi Cox proportional hazard yang terbentuk. Tabel 8 memperlihatkan bahwa kredit macet untuk skala mikro, kecil dan menengah sama-sama dipengaruhi oleh faktor karakteristik jenis kelamin bunga
, sifat suku bunga
, ROA
Kemudian ditambah dengan faktor CR , kualitas produk komersial
dan reputasi bisnis , ER
kecil. Faktor ER
, SG
.
, tingkat kepercayaan
, perkembangan pasar
untuk skala usaha mikro. Faktor CR
, kualitas produk
, tingkat suku
, dan kualifikasi , tingkat kepercayaan
, dan perkembangan pasar , dan pengelolaan rekening
untuk skala usaha untuk skala
usaha menengah.
22
Tabel 8 Nilai dugaan koefisien regresi Peubah Penjelas
Mikro
Kecil
p_value 1.40802 0.14538 -1.19467 0.16816 0.44914 0.30917 0.21216 0.21216 0.13776 0.58941 0.16380
<.0001 <.0001 <.0001 0.0017 0.0230 <.0001 0.0006 0.0059 0.0088 <.0001 0.0001
Menengah
p_value 1.40447 0.10166 -0.64500 0.71471 0.69654 0.62011 0.32493 0.27881 0.51330 -
<.0001 <.0001 <.0001 <.0001 <.0001 <.0001 0.0010 0.0285 0.0004 -
p_value 0.84431 0.28451 -0.93192 0.57129 0.20343 0.36733 0.17481 0.44987 -
<.0001 <.0001 <.0001 0.0139 0.0175 <.0001 0.0057 <.0001 -
Model dugaan regresi Cox proportional hazard untuk masing-masing skala usaha dapat ditulis sebagai berikut :
Interpretasi terhadap model regresi Cox proportional hazard didefinisikan sebagai tingkat kegagalan nasabah dengan karakteristik X pada waktu t.
23
Jika ditinjau dari segi sektor usahanya, faktor-faktor resiko yang signifikan mempengaruhi terjadinya kredit macet adalah sebagai berikut : Tabel 9 Faktor-faktor resiko yang signifikan mempengaruhi kredit macet Sektor usaha Jasa Konstruksi Pengangkutan Perdagangan Perikanan Perindustrian Perkebunan Pertanian Peternakan Sarana
X X X X X X X X
X X X X X X X X X
X X X X X X
X -
X -
X -
X X -
X -
X X X -
X -
X X X -
X X X X -
X -
X X -
X X
X -
Dari Tabel 9 terlihat bahwa setiap sektor usaha memiliki spesifikasi faktor resiko yang berbeda-beda. Ini artinya tingkat resiko pada setiap sektor usaha dicirikan dan ditentukan oleh karakteristik yang berbeda-beda. Namun dalam penelitian ini hal tersebut tidak dibahas lebih jauh lagi. Uji Kesesuaian Model Untuk mengetahui apakah model regresi Cox proporsional hazard yang dibentuk sudah dapat digunakan, terlebih dahulu perlu dilakukan uji terhadap kesesuaian model atau Goodness-of-fit test, yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Mikro Kecil Menengah
Tabel 10 Uji Kesesuaian Model Score test Score test (model extende-Cox) (model proportional hazard) 2852,6922 2824,0162 513,6604 485,6337 2589,6646 2559,2367
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai adalah lebih kecil dari
28,6760 28,0267 30,4279
untuk masing-masing model
, artinya untuk kasus penelitian ini model regresi
Cox proportional hazard memang sesuai dan cocok digunakan dalam menggambarkan hubungan peubah penjelas dengan waktu survialnya.
24
X -
Analisis Perbandingan Resiko Untuk mengetahui tingkat resiko dari nasabah satu dengan yang lainnya dengan karakteristik yang berbeda, dapat diketahui dari nilai hazard rationya yang disajikan pada Tabel 11 berikut : Tabel 11 Perbandingan tingkat resiko untuk setiap perbedaan karakteristik Peubah Penjelas
Mikro
Kecil
Menengah
4.088 1.156 0.303 1.183 1.567 1.362 1.236 1.130 1.148 1.803 1.179
4.073 1.107 0.525 2.044 2.007 1.859 1.384 1.322 1.671 -
2.326 1.329 0.394 1.771 1.226 1.444 1.191 1.568 -
Pada Tabel 11 dapat dilihat, untuk skala usaha mikro, nasabah dengan jenis kelamin perempuan memiliki resiko gagal bayar 4,088 kali dari nasabah berjenis kelamin laki-laki. Tidak berbeda jauh dengan skala usaha mikro, untuk skala usaha kecil, nasabah dengan jenis kelamin perempuan memiliki resiko gagal bayar 4,073 kali lebih besar dari nasabah berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan untuk skala usaha menengah, nasabah dengan jenis kelamin perempuan memiliki resiko gagal bayar 2,326 kali lebih besar dari nasabah berjenis kelamin laki-laki Jika ditinjau dari segi sosial dan psikologi, hal ini mungkin saja disebabkan oleh perubahan watak, prilaku dan pola pikir perempuan seiring dengan perkembangan zaman. Menurut Ribhan (2007) dalam penelitiannya mengatakan bahwa dalam hal berwirausaha, laki-laki lebih mandiri dalam menghadapi tantangan persaingan dalam usahanya, serta kemampuan dalam mengembangkan usahanya ke masa depan juga lebih baik dibandingkan dengan wirausaha perempuan. Sedangkan menurut Caliper (2011) dalam studinya menyatakan bahwa secara psikologis perempuan lebih berani mengambil resiko dan melanggar peraturan dibandingkan laki-laki. Dari pendapat kedua peneliti
25
tersebut, hal ini memungkinkan bila tingkat resiko kegagalan yang dialami perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki, baik dikarenakan oleh usaha yang dijalankan maupun dari watak nasabahnya. Ditinjau dari tingkat suku bunga
nya, untuk setiap kenaikan suku
bunga sebesar 1%, akan meningkatkan resiko gagal bayar seorang nasabah sebesar 1,156 kali untuk nasabah dari skala usaha mikro, 1,107 kali untuk skala usaha kecil dan 1,32 kali untuk skala usaha menengah. Untuk karakteristik nasabah dengan sifat suku bunga
yang berbeda,
nasabah dengan sifat suku bunga flat memiliki resiko gagal bayar 0,303 kali nasabah dengan sifat suku bunga efektif untuk nasabah dari skala usaha mikro, 0,525 kali untuk nasabah skala usaha kecil dan 0,394 kali untuk nasabah skala usaha menengah. Hal ini berarti nasabah dengan suku bunga flat memiliki resiko gagal bayar yang lebih rendah dibandingkan nasabah dengan suku bunga efektif. Jika dilihat dari kondisi keuangan nasabah
, nasabah dari skala usaha
mikro dengan CR < 140% memiliki resiko gagal 1,183 kali nasabah dengan CR > 140%, sedangkan untuk nasabah dari skala usaha kecil dengan CR < 140% memiliki resiko gagal 2,044 kali nasabah dengan CR > 140%. Nasabah dari skala usaha mikro dengan ER < 35% memiliki resiko gagal 1,567 kali nasabah dengan CR > 35%, sedangkan untuk nasabah dari skala usaha menengah dengan ER < 35% memiliki resiko gagal 1,771 kali nasabah dengan CR > 35%, Untuk nasabah dari skala usaha mikro, kecil dan menengah dengan ROA tahun ini < tahun lalu, masing-masing memiliki resiko gagal bayar sebesar 1,362 kali, 2,007 kali dan 1,226 kali nasabah dengan ROA tahun ini > tahun lalu. Nasabah dari skala usaha menengah dengan karakteristik PM tahun ini < tahun lalu memiliki resiko gagal bayar 1,444 kali nasabah dengan PM tahun ini > tahun lalu. Dilihat dari karakteristik nasabah berdasarkan tingkat kepercayaannya , untuk nasabah skala usaha mikro dan kecil dengan karakteristik jujur dalam memberikan informasi namun hanya diberikan bila diminta, masingmasing memiliki resiko gagal bayar sebesar 1,236 kali dan 1,859 kali nasabah dengan karakteristik jujur dan aktif memberikan informasi, sedangkan nasabah dengan karakteristik kurang jujur karena ada sebagian informasi tidak sesuai
26
dengan kenyataannya, akan memiliki resiko gagal bayar sebesar 1,236 kali dan 1,859 kali nasabah dengan karakteristik memberikan informasi yang jujur tetapi diberikan bila hanya diminta. Untuk skala usaha menengah, nasabah dengan karakteristik pengelolaan rekening
kurang baik memiliki resiko gagal bayar
sebesar 1,191 kali nasabah dengan pengelolaan rekening yang baik. Dilihat dari reputasi bisnisnya
, untuk skala usaha mikro, kecil dan
menengah, nasabah dengan karakteristik reputasi bisnis baik < 2 tahun akan memiliki resiko gagal bayar masing-masing sebesar 1,130 kali, 1,384 kali dan 1,568 kali nasabah dengan karakteristik reputasi bisnis
2 tahun.
Jika dilihat dari kondisi bisnis nasabah untuk skala usaha mikro dan kecil berdasarkan kualitas produknya
, nasabah dengan kategori kualitas
produk/jasa 1, memiliki resiko gagal bayar masing-masing sebesar 1,148 kali dan 1,322 kali nasabah dengan kategori kualitas produk/jasa 0. Dilihat dari kategori perkembangan pasar
untuk skala usaha mikro
dan kecil, nasabah dengan kategori perkembangan pasar 1, memiliki resiko gagal bayar masing-masing sebesar 1,803 kali dan 1,671 kali nasabah dengan kategori perkembangan pasar 0, sedangkan nasabah dengan kategori perkembangan pasar 2 memiliki resiko gagal bayar masing-masing sebesar 1,803 kali dan 1,671 kali nasabah dengan kategori perkembangan pasar 1. Begitu pula dengan nasabah dengan kategori perkembangan pasar 3, akan memiliki resiko gagal bayar masing-masing sebesar 1,803 kali dan 1,671 kali nasabah dengan kategori perkembangan pasar 2. Jika dilihat dari struktur manajemennya
, nasabah dari skala usaha
mikro dengan kategori kualifikasi komersial 1, memiliki resiko gagal bayar sebesar 1,179 kali nasabah dengan kategori kualifikasi komersial 0, sedangkan nasabah dengan kategori kualifikasi komersial 2 memiliki resiko gagal bayar sebesar 1,179 kali nasabah dengan kategori kualifikasi komersial 1. Begitu pula dengan nasabah dengan kategori kualifikasi komersial 3, akan memiliki resiko gagal bayar sebesar 1,179 kali nasabah dengan kategori kualifikasi komersial 2.
27
Aplikasi Penerapan Untuk mengetahui jangka waktu kredit yang efektif agar resiko kredit yang akan dialami nasabah seminimal mungkin, dapat ditentukan berdasarkan nilai dugaan peluang survivalnya. Untuk setiap kombinasi karakteristik-karekteristik nasabah yang berbeda, akan didapatkan efektifitas jangka waktu yang berbeda pula. Ilustrasi : Ada 3 orang nasabah yang akan mengajukan kredit modal kerja (kredit usaha) ke Bank X. Nasabah pertama berjenis kelamin laki-laki, sedangkan nasabah kedua dan ketiga berjenis kelamin perempuan. Setelah memenuhi syaratsyarat kelengkapan data, pihak Bank X selanjutnya melakukan survey terkait dengan informasi usaha yang dijalankan calon debitur serta karakteristiknya. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut : - Nasabah pertama ingin meminjam uang sebesar 30 juta rupiah dengan jangka waktu pengembalian yang dijanjikan selama 3 tahun (36 bulan), dan memiliki karakteristik : CR = 0, QR=0, EBITDA=0, ER=0, ROA=1, PM=1, SG=0, tingkat kepercayaan=1, pengelolaan rekening=1, reputasi bisnis=1, prilaku debitur=2, kualitas produk/jasa=1, strategi pemasaran=1, lokasi usaha=1, perkembangan pasar=1, kualifikasi komersial=1, dan kualifikasi teknis=2. Pihak Bank berencana akan memberikan bunga 14% pertahunnya. Karena nasabah pertama berencana ingin mengembalikan bunga dan pokoknya secara bersamaan perbulannya, maka pihak Bank X menerapkan sifat suku bunga efektif kepada nasabah ini. - Nasabah kedua dan ketiga masing-masing ingin meminjam uang sebesar 130 juta rupiah dan 600 juta rupiah dengan jangka waktu pengembalian yang dijanjikan selama 2 tahun (24 bulan). Setelah dilakukan penilaian, ternyata kedua nasabah ini memiliki karakteristik yang sama yaitu dengan CR = 0, QR=0, EBITDA=0, ER=0, ROA=0, PM=0, SG=0, tingkat kepercayaan=1, pengelolaan rekening=1, reputasi bisnis=1, prilaku debitur=1, kualitas produk/jasa=1, strategi pemasaran=1, lokasi usaha=1, perkembangan pasar=1, kualifikasi komersial=1, dan kualifikasi teknis=0. Pihak Bank berencana akan memberikan bunga 16% pertahunnya. Karena nasabah ini ingin membayar
28
angsuran perbulannya berupa bunganya saja, maka dalam hal ini pihak Bank X akan menggunakan sifat suku bunga flat. Dalam kasus ini, nasabah pertama, kedua dan ketiga memiliki karakteristik yang berbeda. Nasabah kedua dan ketiga memiliki karakteristik yang sama tetapi dengan jumlah pinjaman yang berbeda. Karena itu, pastilah peluang ketiga nasabah tersebut untuk sanggup bertahan (untuk tetap lancar bayar) hingga akhir periode jangka waktu pengembalian yang ditetapkan juga tidak sama. Nasabah pertama merupakan nasabah dengan kategori skala usaha mikro, nasabah kedua merupakan nasabah dari skala usaha kecil, sedangkan nasabah ketiga merupakan nasabah dengan skala usaha menengah. Peluang survival nasabah pertama, kedua dan ketiga dapat dihitung dengan formulasi pada persamaan (6), dengan
Dengan memasukkan nilai dari karakteristik-karektistik nasabah yang telah diketahui di atas, dan dengan bantuan software SAS 9.2 diperoleh hasil bahwa peluang nasabah pertama akan mampu bertahan atau lancar bayar hingga akhir periode jangka waktu pengembalian yang disepakati adalah sebesar 0,98858, peluang nasabah kedua sebesar 0,98092 dan untuk nasabah ketiga sebesar 0,89003. Dilihat dari nilai peluang survivalnya, pihak Bank X dapat memutuskan untuk memberikan kredit kepada nasabah pertama dan kedua, tetapi untuk nasabah ketiga pihak Bank dapat mempertimbangkan kembali apakah akan tetap memberikan kredit tetapi dengan jumlah pinjaman, jangka waktu, ataupun tingkat suku bunga yang berbeda.
29