HASIL DAN PEMBAHASAN
Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan banyak. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya penghematan bahan tanam (bibit) ubi kayu sehingga upaya peningkatan produksi ubi kayu dapat tercapai dan dapat menjamin kontinyuitas upaya tersebut. Tetapi upaya penghematan ini harus tetap dapat menghasilkan pertumbuhan dan produksi ubi kayu yang baik. Diduga kendala dalam penggunaan stek pendek yaitu kehilangan air dan kandungan cadangan bahan makanan akan lebih cepat daripada stek yang lebih panjang. Selain itu jika dibandingkan dengan stek panjang dengan jumlah mata tunas yang lebih banyak, tunas yang tumbuh pada stek pendek akan lebih sedikit karena bakal tunas pada stek tersebut juga lebih sedikit sehingga memberikan pilihan yang lebih sedikit pada seleksi dua tunas terbaik (penunasan), disamping memiliki keunggulan dalam efisiensi penggunaan tenaga kerja untuk penunasan dan diperkirakan dapat memenuhi upaya penghematan bibit ubi kayu melalui peningkatan rasio perbanyakan. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Rekapitulasi hasil sidik ragam (Tabel 4) menunjukan bahwa daya tumbuh tidak dipengaruhi oleh varietas dan jumlah mata tunas per stek serta interaksinya pada 1-4 MST. Jumlah tunas dipengaruhi oleh varietas dan jumlah mata tunas per stek pada 1-4 MST, sedangkan interaksi antar perlakuan tersebut terjadi pada 2-4 MST. Tinggi batang dipengaruhi oleh varietas pada 2-16 MST, jumlah mata tunas stek pada 2-12 MST, dan interaksinya pada 2-10 MST. Diameter batang dipengaruhi oleh varietas dan jumlah mata tunas stek pada 2-16 MST, serta interaksinya pada 2-6 MST. Jumlah umbi pada 8-16 MST hanya dipengaruhi oleh varietas, sedangkan jumlah mata tunas stek dan interaksi antar perlakuan tidak berpengaruh nyata. Begitu juga pada bobot basah umbi, diameter umbi terbesar, dan panjang umbi terpanjang (saat 16 MST) hanya dipengaruhi oleh varietas, sedangkan jumlah mata tunas stek dan interaksi antar perlakuan tidak berpengaruh nyata. Hasil analisis atau sidik ragam secara lengkap tertera pada Lampiran 7 sampai 14.
15
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pada Peubah Pertumbuhan dan Komponen Hasil Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.). Umur (MST)
Varietas (V)
Jumlah Mata Tunas (P)
V*P
Daya Tumbuh
1 2 3 4
tn tn tn tn
tn tn tn tn
tn tn tn tn
2.011 0.722 0.000 0.722
Jumlah Tunas per Tanaman
1 2 3 4
** ** ** **
** ** ** **
tn ** * **
14.835 13.065 14.635 14.117
Tinggi Batang
2 4 6 8 10 12 14 16
** ** ** ** ** ** * *
** ** ** ** ** * tn tn
* ** * * * tn tn tn
18.139 10.032 11.480 9.431 11.134 12.592 10.536 9.990
2 4 6
** ** **
** ** **
* * *
9.581 10.645 9.027
8 10 12 14
** ** ** **
** ** * *
tn tn tn tn
7.292 7.138 7.234 5.717
16
**
**
tn
4.838
8
**
tn
tn
8.203
Peubah
Diameter Batang
Jumlah Umbi
KK (%)
16
**
tn
tn
15.429
Bobot Basah Umbi
16
**
tn
tn
20.040
Diameter Umbi
16
**
tn
tn
9.763
Panjang Umbi
16
*
tn
tn
Keterangan:
*
**
berbeda nyata pada taraf 5 %, berbeda sangat nyata pada taraf 1 %, berbeda nyata pada taraf 5 %. KK = Koefisien Keragaman.
22.047 tn
tidak
Daya Tumbuh Varietas dan jumlah mata tunas stek tidak berpengaruh nyata terhadap daya tumbuh pada 1 sampai 4 MST (Tabel 4 dan Tabel 5) dan tidak terdapat interaksi antar perlakuan tersebut. Rata-rata daya tumbuh tanaman ubi kayu pada masing-masing perlakuan lebih dari 99 %.
16
Tabel 5. Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek terhadap Persentase Daya Tumbuh Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Perlakuan
Varietas
Adira-1 Adira-4 UJ-5 Malang-4
Rata-rata Jumlah Mata Tunas per Stek Rata-rata
4 6 8 10
1 99.17 98.75 99.58 100 99.38 98.33 99.58 100 99.58 99.37
Umur (MST) 2 3 100 100 100 100 99.58 100 100 100 99.90 100.00 99.58 100 100 100 100 100 100 100 99.90 100.00
4 100 100 100 99.58 99.90 99.58 100 100 100 99.90
Daya tumbuh pada 1, 2, 3, dan 4 MST setiap varietas menunjukkan nilai yang tidak berbeda jauh. Hanya pada saat 3 MST nilai daya tumbuh mencapai rata-rata 100%, sedangkan daya tumbuh pada 1 MST memiliki rata-rata 99.38%, pada 2 dan 4 MST memiliki rata-rata 99.90 %. Secara umum varietas Adira-1 dan Adira-4 mulai mencapai daya tumbuh 100 % pada 2 MST, sedangkan UJ-5 pada 3 MST. Varietas Malang-4 mencapai daya tumbuh 100 % sejak 1 MST, namun mengalami penurunan daya tumbuh pada 4 MST.
Kematian stek di lapang
(Lampiran 15) disebabkan oleh tingginya curah hujan sehingga stek menjadi busuk. Selain itu kematian stek juga disebabkan oleh adanya serangan rayap. Daya tumbuh pada stek dengan 4 mata tunas terlihat sedikit fluktuatif bahkan terjadi penurunan pada 4 MST, hal ini disebabkan oleh panjang stek 4 mata tunas lebih pendek daripada stek lainnya. Sinthuprama (1980) menyatakan bahwa stek yang lebih pendek mempunyai persentase daya tumbuh yang lebih kecil. Menurut Effendi (2002) stek yang lebih pendek mempunyai persentase kemampuan tumbuh yang lebih kecil dibanding dengan stek yang lebih panjang karena kehilangan bahan makanan akan lebih cepat. Tetapi melihat rata-rata daya tumbuh lebih dari 99 %, sebenarnya dapat dikatakan bahwa setiap stek memiliki kandungan cadangan makanan yang cukup untuk pertumbuhannya. Stek 6 dan 10 mata tunas mencapai daya tumbuh 100 % mulai 2 MST, sedangkan stek 8 mata tunas sejak 1 MST telah mencapai daya tumbuh 100 %.
17
Jumlah Tunas Varietas dan jumlah mata tunas stek berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah tunas pada 1 sampai 4 MST (Tabel 4 dan Tabel 6). Varietas Malang-4 memiliki jumlah tunas paling banyak pada 1-3 MST, namun pada 4 MST jumlah tunas terbanyak terdapat pada varietas Adira-1. Secara umum jumlah tunas pada setiap varietas cenderung menurun kecuali pada varietas Adira-1 mengalami peningkatan pada 4 MST. Hal ini diduga karena adanya perbedaan distribusi bahan makanan pada setiap tunas serta daya tahan terhadap lingkungan tumbuhnya. Tunas yang memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap lingkungan tumbuhnya akan tumbuh lebih baik dan memungkinkan untuk seleksi tunas terbaik. Tabel 6. Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek terhadap Jumlah Tunas Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Perlakuan
1 5.1b 4.7b 5.2b 6.1a 5.3 3.3d 4.7c 6.1b 7.0a 5.3
Adira-1 Adira-4 UJ-5 Malang-4
Varietas Rata-rata Jumlah Mata Tunas per Stek
4 6 8 10
Rata-rata
Umur (MST) 2 3 5.7a 4.8a 4.8b 4.1b 4.4b 3.8b 6.1a 5.0a 5.3 4.4 3.6c 4.8a 4.7b 4.1b 6.1a 3.8b 6.6a 5.0a 5.3 4.4
4 5.2a 3.6b 3.6b 5.0a 4.4 3.1c 4.1b 5.0a 5.1a 4.3
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5 %.
Jumlah tunas pada perlakuan jumlah mata tunas per stek secara umum memiliki kecenderungan yang sama yaitu mengalami penurunan walaupun pada stek 4 mata tunas mengalami kenaikan jumlah tunas pada 2-3 MST, tetapi pada 4 MST kembali menurun dan jumlahnya lebih sedikit daripada stek lainnya. Stek dengan 10 mata tunas menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak dibandingkan
dengan
perlakuan
jumlah
mata
tunas
lainnya,
hal
ini
didugadisebabkan oleh bakal tunas pada stek dengan 10 mata tunas lebih banyak.
18
Semakin banyak jumlah mata tunas stek, maka jumlah tunas yang dihasilkan akan lebih banyak pula dan akan memberikan pilihan lebih banyak untuk melakukan seleksi tunas terbaik. Interaksi antara varietas dan jumlah mata tunas per stek terjadi pada 2, 3, dan 4 MST (Tabel 7). Pada varietas Adira-1 dan Malang-4, penggunaan stek pendek (4 mata tunas) akan menghemat penggunaan tenaga kerja untuk melakukan penunasan (seleksi tunas terbaik) menjadi 1/3 kali penggunaan stek panjang. Tabel 7. Pengaruh Interaksi Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek terhadap Jumlah Tunas Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Umur (MST)
Jumlah Mata Tunas per Stek
VARIETAS 4 Adira-1
2
Adira-4
4.0efgh
2.8defg
10 7.0b
7.1b
2.90h
3.8fgh
6.5bc
5.9bcd
5.0def
4.0efgh
4.9defg
3.6gh
5.2ced
6.9b
8.6a
Adira-1
3.9defgh
4.4bcdef
5.2abcd
5.8ab
Adira-4
2.9h
3.0gh
5.2abcd
5.2abcd
UJ-5
3.3fgh
4.3cdefg
3.6efgh
4.0defgh
Malang-4
3.2fgh
4.9bcde
5.5abc
6.3a
Adira-1
3.4e
4.9bcd
6.4a
6.0ab
Adira-4
2.8e
2.8e
4.9bcd
3.9de
UJ-5
3.1e
3.9de
3.3e
3.9de
Malang-4
3.2e
4.8cd
5.2bc
6.6a
Malang-4
4
8
3.8fgh
UJ-5
3
6
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama pada umur yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5 %.
Saat 2 MST interaksi yang menghasilkan jumlah tunas terbanyak yaitu antara perlakuan varietas Malang-4 dan perlakuan 10 mata tunas stek (8.6 tunas), sedangkan interaksi yang mengasilkan jumlah tunas paling sedikit yaitu antara perlakuan Adira-1 dan perlakuan 6 mata tunas stek (2.8 tunas). Saat 3 MST yang menghasilkan jumlah tunas terbanyak yaitu interaksi antara perlakuan varietas malang-4 dan perlakuan 10 mata tunas stek (6.3 tunas), sedangkan interaksi yang menghasilkan jumlah tunas paling sedikit yaitu antara perlakuan Adira-4 dan perlakuan 4 mata tunas stek (2.9 tunas). Pada saat 4 MST yang menghasilkan jumlah tunas terbanyak yaitu interaksi antara perlakuan varietas malang-4 dan perlakuan 10 mata tunas stek (6.6 tunas), sedangkan interaksi yang menghasilkan
19
jumlah tunas paling sedikit yaitu antara perlakuan Adira-4 dan perlakuan 4 mata tunas stek (2.8 tunas) serta perlakuan Adira-4 dan perlakuan 6 mata tunas stek (2.8 tunas). Hasil analisis regresi jumlah mata tunas stek terhadap jumlah tunas per stek bibit ubi kayu (Gambar 1) menunjukan bahwa semakin banyak jumlah mata tunas stek maka akan semakin banyak pula jumlah tunas per stek. Seperti telah dijelaskan sebelumnya hal ini terjadi karena semakin banyak jumlah mata tunas per stek bibit ubi kayu maka akan semakin banyak pula bakal tunas pada stek tersebut.
Jumlah Tunas per Stek
4.5
y = 0.155x + 2.29 R² = 0.642
4.0
3.5
3.0
2.5 4
6
8
10
Jumlah Mata Tunas per Stek Gambar 1. Hubungan Jumlah Mata Tunas per Stek dengan Jumlah Tunas Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) pada 4 MST Tinggi Batang Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi batang pada 2 sampai 12 MST dan berpengaruh nyata pada 14 MST sampai 16 MST. Sedangkan jumlah mata tunas stek berpengaruh sangat nyata pada saat 2 MST sampai 12 MST, namun tidak berpengaruh nyata pada saat 14 MST dan 16 MST (Tabel 4 dan Tabel 8).
20
Varietas Adira-4 merupakan varietas yang tertinggi dibandingkan dengan varietas lainnya, kecuali pada 1 MST varietas tertinggi cenderung terdapat pada varietas UJ-5 (Gambar 2 dan Tabel 8) hal ini disebabkan oleh jarak antar mata tunas pada varietas Adira-4 lebih renggang daripada varietas lainnya (panjang setiap steknya lebih panjang). Secara keseluruhan pada 2-6 MST varietas yang memiliki tinggi terendah cenderung terdapat pada varietas Malang-4, namun mulai 8 MST tinggi batang terendah cenderung terdapat pada varietas Adira-1. Jarak antar mata tunas pada varietas Adira-1 lebih rapat dibandingkan dengan varietas lainnya sehingga stek (bahan tanam) pada varietas tersebut lebih pendek. Stek yang lebih panjang mungkin menghasilkan batang lebih panjang dan daun lebih banyak dari pada stek yang lebih pendek (Toro and Atlee, 1980). Selain itu pengaruh varietas juga disebabkan adanya pengaruh faktor genetik masing-masing varietas. 140
Tinggi Batang (cm)
120 100 80
Adira-1 Adira-4
60
UJ-5
40
Malang-4
20 0 2
4
6
8
10
12
14
16
Umur (MST) Gambar 2. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Empat Varietas Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Tinggi stek 4 mata tunas lebih kecil dibandingkan dengan stek lainnya (Tabel 8 dan Gambar 3). Stek dengan mata tunas lebih banyak (lebih panjang) memungkinkan mata tunas yang tertanam lebih banyak pula daripada stek dengan mata tunas lebih sedikit dan mungkin menghasilkan batang lebih panjang dan
21
daun lebih banyak (Toro and Atlee, 1980). Diduga dengan lebih banyak mata tunas yang tertanam
maka akar yang dihasilkan akan lebih banyak dan
berkorelasi positif dengan penyerapan hara oleh stek tersebut (hara yang terserap akan lebih banyak). Hal ini juga terjadi karena adanya kemungkinan stek 4 mata tunas memiliki cadangan makanan yang relatif sedikit dibandingkan dengan stek lainnya sehingga kemampuannya untuk tumbuh pada masa awal (2-12 MST) tidak sebaik stek lainnya yang memiliki jumlah mata tunas lebih banyak (lebih panjang). Table 8. Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tuas Stek terhadap Tinggi Batang Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Umur (MST)
Perlakuan 2
4
6
8
10
12
14
16
……………………………………cm……………………………………… Varietas
A-1
4.41b
11.35c
20.62c
30.00c
43.29c
65.69b
89.71c
101.90c
A-4
6.82a
16.54a
30.76a
43.49a
64.46a
92.08a
114.99a
129.39a
UJ-5
6.96a
15.31b
27.97b
30.14b
49.84b
70.58b
99.44b
113.81b
M-4
3.95b
10.33c
19.37c
30.34c
45.15bc
69.72b
95.24bc
110.00bc
5.54
13.38
24.68
33.49
50.69
74.52
99.85
113.78
Rata-rata Jumlah Mata Tunas Rata-rata
4
4.51b
10.86c
21.08c
30.43c
43.29b
67.59b
92.76
108.74
6
5.85a
13.50b
24.01b
34.52b
51.29a
78.31a
101.21
116.25
8
5.76a
14.73a
27.55a
38.55a
53.59a
75.15ab
100.82
115.33
10
6.02a
14.43ab
26.08ab
36.11ab
54.57a
77.03a
104.58
114.78
5.54
13.38
24.68
33.90
50.69
74.52
99.85
113.78
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5 %. A-1 = varietas Adira-1. A-4 = varietas Adira-4. UJ-5= varietas UJ-5. M-4= varietas Malang-4.
Suatu fase vegetatif dari suatu perkembangan tanaman, karbohidrat digunakan dan tanaman menggunakan sebagian besar karbohidrat yang dibentuknnya (Harjadi, 1979). Terbatasnya cadangan bahan makanan akibat ukuran stek yang pendek atau jumlah mata tunas yang lebih sedikit juga berpengaruh terhadap bobot bahan makanan berupa karbohidrat, air, dan lemak (Effendi, 2002). Pengaruh ini juga terlihat dari hasil analisis regresi jumlah mata tunas per stek terhadap tinggi batang ubi kayu (Gambar 4) yang menunjukan bahwa semakin banyak jumlah mata tunas per stek bibit ubi kayu maka tinggi batang ubi kayu juga akan semakin tinggi. Setelah masa pertumbuhan lebih lanjut
22
(14-16 MST) tinggi batang yang dihasilkan oleh setiap stek tidak berbeda nyata (Tabel 4 dan Tabel 8) karena adanya kemungkinan bahwa pada setiap stek telah dapat menyerap dan mempergunakan hara secara efisien untuk pertumbuhannya sehingga penggunaan stek 4 mata tunas sebenarnya dapat menghasilkan pertumbuhan tinggi batang yang tidak berbeda dengan stek lainnya yang jumlah mata tunas per steknya lebih banyak (steknya lebih panjang).
Tinggi Batang (cm)
140 120 100 80
4 Mata Tunas
60
6 Mata Tunas
40
8 Mata Tunas
20
10 Mata Tunas
0 2
4
6
8
10
12
14
16
Umur (MST) Gambar 3. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Berdasarkan Jumlah Mata Tunas Stek y = 1.352x + 59.25 R² = 0.922
Tinggi Batang (cm)
80.00
75.00
70.00
65.00
60.00 4
6
8
10
Jumlah Mata Tunas Stek Gambar 4. Hubungan Jumlah Mata Tunas per Stek dengan Tinggi Batang Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) saat 12 MST
23
Interaksi antara varietas dan jumlah mata tunas stek terhadap tinggi batang ubi kayu dapat dilihat pada Tabel 9. Pada 2 MST yang menghasilkan batang tertinggi yaitu antara perlakuan varietas UJ-5 dan perlakuan 10 mata tunas stek (8.39 cm). Interaksi yang menghasilkan batang terpendek yaitu antara perlakuan Malang-4 dan perlakuan 4 mata tunas stek (3.42 cm). Tabel 9. Pengaruh Interaksi Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek terhadap Tinggi Batang Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Umur (MST)
Jumlah Mata Tunas per Stek
VARIETAS 4
6
8
10
……………cm………….. 2
Adira-1
4.70cd
4.94cd
3.89d
4.11d
Adira-4
4.81cd
7.42ab
7.05ab
8.00ab
UJ-5
5.11cd
6.38bc
7.98ab
8.39a
3.42d
4.65cd
4.14d
3.59d
Adira-1
10.86cd
12.09bc
11.21cd
11.25cd
Adira-4
12.00bc
16.74a
18.62a
18.78a
UJ-5
11.83bc
14.16b
17.87a
17.38a
Malang-4
4
Malang-4
6
8.75d
11.01cd
11.23cd
10.32cd
Adira-1
19.79ef
22.33def
20.62ef
19.72ef
Adira-4
24.39de
29.17bc
34.78a
34.70a
UJ-5
21.89ef
26.89cd
32.87ab
30.22abc
18.26f
17.63f
17.63f
19.67ef
Adira-1
27.86hi
32.17fghi
29.50ghi
30.45fghi
Adira-4
36.31def
44.69bc
48.97ab
51.78a
30.61fghi
36.11defg
41.78cd
40.05cde
Malang-4
26.93i
29.72fghi
33.94efgh
30.78fghi
Adira-1
40.39e
42.89de
44.61de
45.28de
Adira-4
50.50de
64.28bc
65.34b
77.72a
UJ-5
41.67de
53.61cd
52.83cde
51.28de
40.61e
44.39de
51.61de
44.00de
Malang-4
8
UJ-5
10
Malang-4
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama pada umur yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5%.
Saat 4 MST batang tertinggi dihasilkan oleh interaksi antara perlakuan varietas Adira-4 dan
perlakuan 10 mata tunas stek (18.78 cm), sedangkan
interaksi yang menghasilkan batang terpendek yaitu antara perlakuan Malang-4 dan perlakuan 4 mata tunas stek (8.75 cm). Saat 6 MST batang tertinggi dihasilkan oleh interaksi antara perlakuan varietas Adira-4 dan perlakuan 8 mata tunas stek (34.78 cm), sedangkan interaksi yang menghasilkan batang terpendek
24
yaitu antara perlakuan Malang-4 dan perlakuan 6 mata tunas stek serta 8 mata tunas stek (17.63 cm). Saat 8 MST batang tertinggi dihasilkan oleh interaksi antara perlakuan varietas Adira-4 dan perlakuan 10 mata tunas stek (51.78 cm), sedangkan interaksi yang menghasilkan batang terpendek yaitu antara perlakuan Malang-4 dan perlakuan 4 mata tunas stek (26.93 cm). Saat 10 MST batang tertinggi dihasilkan oleh interaksi antara perlakuan varietas Malang-4 dan perlakuan 10 mata tunas stek (77.72 cm), sedangkan interaksi yang menghasilkan batang terpendek yaitu antara perlakuan Adira-1 dan perlakuan 4 mata tunas stek (40.39 cm). Diameter Batang Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap diameter batang pada 2 sampai 16 MST, selain itu jumlah mata tunas berpengaruh sangat nyata terhadap diameter batang pada 2-10 MST serta 16 MST, namun berpengaruh nyata pada 12 dan 14 MST (Tabel 4 dan Tabel 10). Table 10. Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek terhadap Diameter Batang Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Umur (MST)
Perlakuan 2
4
6
8
10
12
14
16
……………………….…...cm.………………………..……. Varietas
A-1
0.35c
0.57d
0.83c
1.07c
1.25c
1.52c
1.74c
1.99c
A-4
0.45b
0.83a
1.10a
1.31a
1.63a
1.91a
2.26a
2.43a
UJ-5
0.41a
0.73b
1.08a
1.21b
1.35b
1.58c
1.79c
1.95c
M-4
0.37c
0.64c
0.95b
1.14bc
1.38b
1.69b
1.99b
2.17b
0.40
0.69
0.99
1.18
1.40
1.68
1.95
2.04
4
0.35b
0.58b
0.89c
1.07c
1.27b
1.58b
1.85b
2.04b
6
0.41a
0.70a
0.99b
1.17b
1.41a
1.74a
2.01a
2.21a
8
0.40a
0.74a
1.08a
1.27a
1.43a
1.69a
1.98a
2.14a
10
0.42a
0.74a
1.01ab
1.21ab
1.49a
1.68ab
1.95a
2.14a
0.40
0.69
0.99
1.18
1.40
1.67
1.95
2.13
Rata-rata Jumlah Tunas
Mata
Rata-rata
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5 %. A-1 = varietas Adira-1. A-4 = varietas Adira-4. UJ-5= varietas UJ-5. M-4= varietas Malang-4.
Secara umum (Gambar 5 dan Tabel 10), dari 2 sampai 16 MST diameter terbesar tedapat pada varietas Adira-4. Sedangkan diameter batang terkecil dari 2
25
sampai 14 MST terdapat pada varietas Adira-1 dan saat 16 MST terdapat pada varietas UJ-5. 3
Diameter Batang (cm)
2.5 2 Adira-1
1.5
Adira-4 1
UJ-5 Malang-4
0.5 0 2
4
6
8
10
12
14
16
Umur (MST) Gambar 5. Pertumbuhan Diameter Batang Empat Varietas Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Fase vegetatif tanaman salah satunya ditandai dengan pertambahan tinggi dan diameter batang. Hal ini merupakan hasil kerja dari jaringan meristematik. Jaringan ini terdiri dari jaringan yang berfungsi dalam perpanjangan ukuran tanaman (perpanjangan akar, perpanjangan batang) disebut dengan meristem apikal dan jaringan yang berfungsi dalam pembesaran tanaman (seperti penambahan diameter batang) disebut meristem lateral. Dijelaskan sebelumnya bahwa dalam suatu fase vegetatif dari suatu perkembangan tanaman, karbohidrat digunakan dan tanaman menggunakan sebagian besar karbohidrat yang dibentuknnya. Seperti halnya yang terjadi pada pengamatan tinggi tanaman 2-12 MST, Gambar 6 dan Tabel 10 menunjukan bahwa stek dengan 4 mata tunas sampai 16 MST diameternya lebih kecil daripada stek lainnya. Hal ini juga diduga terjadi akibat kandungan cadangan makanan pada stek dengan 4 mata tunas lebih sedikit dari stek lainnya, sehingga laju perkembangannya lebih lambat. Hasil analisis korelasi (Tabel 14) menunjukan bahwa terdapat korelasi positif antara diameter batang dan tinggi batang ubi kayu. Semakin tinggi batang maka diameter
26
akan semakin besar. Selain itu jumlah mata tunas yang tertanam pada stek 4 mata tunas lebih sedikit dibandingkan dengan mata tunas lainnya sehingga penyerapan hara pada stek 4 mata tunas lebih sedikit.
2.5
Diameter Batang (cm)
2
1.5 4 Mata Tunas 6 Mata Tunas
1
8 Mata Tunas 10 Mata Tunas
0.5
0 2
4
6
8
10
12
14
16
Umur (MST) Gambar 6. Pertumbuhan Diameter Batang Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Berdasarkan Jumlah Mata Tunas Stek Interaksi antara varietas dan jumlah mata tunas stek terhadap diameter batang terjadi pada 2, 4, dan 6 MST (Tabel 11). Diameter terbesar saat 2 MST dihasilkan oleh interaksi antara perlakuan varietas Adira-4 dan perlakuan 10 mata tunas stek (0.51 cm), sedangkan interaksi yang menghasilkan diameter terkecil yaitu antara perlakuan varietas UJ-5 dan perlakuan 4 mata tunas stek (0.33 cm). Saat 4 MST diameter terbesar dihasilkan oleh interaksi antara perlakuan varietas Adira-4 dan perlakuan 10 mata tunas stek (0.94 cm), sedangkan interaksi yang menghasilkan diameter terkecil yaitu antara perlakuan Malang-4 dan perlakuan 4 mata tunas stek (0.55 cm). Saat 6 MST diameter terbesar dihasilkan oleh interaksi antara perlakuan Adira-4 dan perlakuan 8 mata tunas stek (1.19 cm), sedangkan interaksi yang menghasilkan diameter terkecil yaitu antara perlakuan Adira-1 dan perlakuan 8 mata tunas stek (0.80 cm).
27
Tabel 11. Pengaruh Interaksi Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek terhadap Diameter Batang Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Umur (MST)
Jumlah Mata Tunas per Stek
VARIETAS 4
6
8
10
……..…..cm………...
2
Adira-1
0.34de
0.38cde
0.35de
0.34de
Adira-4
0.37de
0.46ab
0.44abc
0.51a
UJ-5
0.33e
0.40bcde
0.44abc
0.47ab
0.35de
0.41bcd
0.37de
0.35de
Adira-1
0.57e
0.63de
0.54e
0.55e
Adira-4
0.63de
0.79bc
0.93a
0.94a
0.58e
0.73bcd
0.79bc
0.82ab
Malang-4
0.55e
0.72bcd
0.72bcd
0.66cde
Adira-1
0.84g
0.85g
0.80g
0.83g
Adira-4
0.97cdefg
1.10abcd
1.19ab
1.16ab
0.85g
1.05bcdef
1.27a
1.14abc
0.88fg
0.95defg
1.07bcde
0.90efg
Malang-4
4
UJ-5
6
UJ-5 Malang-4
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama pada umur yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5%.
Hasil analisis regresi jumlah mata tunas per stek terhadap diameter batang ubi kayu (Gambar 7) menunjukan bahwa penggunaan stek sampai 10 mata tunas dapat meningkatkan diamater batang ubi kayu, tetapi ada satu titik maksimum penggunaan jumlah mata tunas stek dan jika melebihi jumlah tersebut maka diameter batang ubi kayu akan mengecil. Hal ini diduga berkaitan dengan penggunaan cadangan makanan pada stek bibit ubi kayu. Menurut Gardner et al. (1991) salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah pembagian hasil asimilasi dan Nitrogen. Semakin banyak jumlah mata tunas per stek, maka jumlah tunas yang tumbuh/muncul pada stek tersebut juga akan semakin banyak sehingga penggunaan cadangan makanan pun akan semakin besar dan meningkatkan persaingan antar tunas. Akan tetapi diameter batang tidak berkorelasi nyata dengan komponen produksi (Tabel 14). y = -0.004x2 + 0.080x + 1.266 y’ = -0.008x + 0.08 0 = -0.008x + 0.08 0.008x = 0.08 x = 10
28
Hasil perhitungan menunjukan bahwa penggunaan mata tunas per stek sampai 10 mata tunas per stek dapat meningkatkan diameter batang ubi kayu. Penggunaan lebih dari 10 mata tunas per stek akan menurunkan diameter batang. y = -0.004x2 + 0.080x + 1.266 R² = 0.873
1.68
Diameter Batang (cm)
1.66 1.64 1.62 1.60 1.58 1.56 1.54 1.52 1.50 4
6
8
10
Jumlah Mata Tunas Stek
Gambar 7. Hubungan Jumlah Mata Tunas per Stek dengan Diameter Batang Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) pada 12 MST Jumlah Umbi Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah umbi pada 8 dan 16 MST. Setiap varietas memiliki karakter dan potensi yang berbeda sehingga jumlah umbi yang dihasilkan akan berbeda pula. Saat 8 MST jumlah umbi terbanyak terdapat pada varietas UJ-5 (11.0 umbi) sedangkan jumlah umbi terendah terdapat pada varietas Adira-1 (7.2 umbi). Jumlah umbi varietas Adira-4 dan Malang-4 masing-masing adalah 7.5 dan 8.3 umbi. Jumlah umbi terbanyak saat 16 MST cenderung terdapat pada varietas UJ-5 (16.2 umbi) sedangkan jumlah umbi terendah cenderung terdapat pada varietas Adira-1 (10.9 umbi). Jumlah umbi pada varietas Adira-4 dan Malang-4 masing-masing adalah 11.3 dan 15.3 umbi.
29
Tabel 12. Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas per Stek terhadap Jumlah Umbi Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Umur (MST)
Perlakuan Adira-1 Adira-4 UJ-5 Malang-4
Varietas Rata-rata Jumlah Mata Tunas Rata-rata
4 6 8 10
8 7.2c 7.5c 11.0a 8.3b 8.5 8.4 8.2 8.8 8.7 8.5
16 10.9b 11.3b 16.2a 15.3a 13.4 13.5 13.2 13.1 14 13.5
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5 %.
Perlakuan jumlah mata tunas stek tidak berbeda nyata terhadap jumlah umbi pada 8 dan 16 MST. Saat 8 MST rata-rata jumlah umbi adalah 8.5 umbi, dengan jumlah umbi terbanyak cenderung terdapat pada stek yang memiliki 8 mata tunas (8.8 umbi) sedangkan jumlah umbi paling sedikit cenderung terdapat pada stek yang memiliki 6 mata tunas (8.2 umbi). Jumlah umbi pada stek dengan mata tunas 4 dan 10 masing-masing adalah 8.4 dan 8.7 umbi. Saat 16 MST ratarata jumlah umbi adalah 13.5 umbi, dengan jumlah umbi terbanyak cenderung terdapat pada stek yang memiliki 10 mata tunas (14 umbi), sedangkan jumlah umbi paling sedikit cenderung terdapat pada stek yang memiliki 8 mata tunas (13.1 umbi). Jumlah umbi pada stek dengan 4 dan 6 mata tunas masing-masing adalah 13.5 dan 13.2 umbi.
Bobot Basah, Diameter Umbi, dan Panjang Umbi Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap bobot basah umbi dan diameter umbi, dan berbeda nyata terhadap panjang umbi saat 16 MST, sedangkan jumlah mata tunas per stek tidak memberikan pengaruh nyata (Tabel 4 dan Tabel 13). Walaupun hasil analisis ragam menunjukan bahwa jumlah umbi varietas UJ-5 dan Malang-4 tidak berbeda nyata saat 16 MST, namun varietas UJ-5 sebenarnya cenderung menghasilkan rata-rata jumlah umbi terbanyak yaitu 16.2 umbi per
30
tanaman sedangkan varietas Malang-4 cenderung menghasilkan jumlah umbi yang lebih sedikit dengan 15.3 umbi per tanaman (Tabel 12), tetapi umbi terpanjang terdapat pada varietas Malang-4 (49.17 cm) sedangkan umbi terpendek terdapat pada varietas UJ-5 (32.50 cm). Hasil analisis korelasi (Tabel 14) menunjukan bahwa terdapat korelasi positif antara jumlah umbi dan bobot basah umbi. Semakin banyak jumlah umbi maka bobot basah umbi juga akan semakin besar. Selain itu korelasi positif juga terjadi antara panjang umbi dan bobot basah umbi. Panjang umbi varietas Adira-1 dan Adira-4 masing-masing adalah 35.04 cm dan 39.50 cm. Jika diurutkan, bobot basah umbi terberat sampai yang teringan masing-masing adalah varietas Malang-4 seberat 1.85 Kg, varietas UJ-5 seberat 1.51 Kg, varietas Adira-4 seberat 1.35 Kg, dan varietas Adira-1 seberat 0.91 Kg. Tabel 13. Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas per Stek terhadap Bobot Basah, Diameter, dan Panjang Umbi Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) pada 16 MST Perlakuan
Bobot Basah ..Kg/tanaman.. Adira-1 0.91c Varietas Adira-4 1.35b UJ-5 1.51b Malang-4 1.85a Rata-rata 1.41 4 1.36 Jumlah Mata 6 1.35 Tunas 8 1.42 10 1.47 Rata-rata 1.4
Diameter Umbi …cm… 3.39b 4.29a 4.19a 3.48b 3.84 3.78 3.99 3.80 3.79 3.84
Panjang Umbi …cm… 35.04b 39.50b 32.50b 49.17a 39.05 38.75 37.67 39.21 40.58 39.05
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5 %.
Hasil analisis korelasi menunjukan bahwa terdapat korelasi positif antara tinggi batang dan diameter umbi (Tabel 14). Semakin tinggi batang ubi kayu maka diameter umbinya akan semakin besar. Varietas Adira-4 sebagai varietas tertinggi memiliki diameter umbi terbesar (4.29 cm), sedangkan diameter umbi terkecil terdapat pada varietas Adira-1 (3.39 cm). Diameter umbi varietas UJ-5 dan Malang-4 masing-masing adalah 4.19 cm dan 3.48 cm. Setiap varietas memiliki potensi hasil yang berbeda sehingga komponen hasil yang didapatkan pada
31
penelitian ini juga berbeda. Menurut deskripsi varietas yang diterbitkan oleh Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (BALITKABI) tahun 2001, varietas Malang-4 memiliki potensi hasil yang lebih tinggi daripada ketiga varietas lainnya yaitu 39.7 ton umbi segar per hektar, varietas Adira-4 dapat menghasilkan umbi segar sebanyak 35 ton per hektar, UJ-5 berkisar antara 25-38 ton umbi segar per hektar, dan varietas Adira-1 sebanyak 22 ton umbi segar per hektar. Gambar umbi masing-masing varietas tertera pada Lampiran 16. Tabel 14. Hasil Analisis Korelasi Antar Peubah T D JU BU DU PU
T 1.0000
D JU 0.76695 ** -0.13996tn 1.0000 -0.32618tn 1.0000
BU 0.30373tn 0.21731tn 0.65741 ** 1.0000
DU 0.75023** 0.41295 tn 0.02892 tn 0.15026 1.0000
PU 0.17537 tn 0.39645 tn 0.0378 tn 0.66043** -0.2898tn 1.0000
Keterangan: T = Tinggi Batang, D = Diameter Batang, JU = Jumlah Umbi, BU = Bobot Basah Umbi, DU = Diameter Umbi Terbesar, PU = Panjang Umbi Terpanjang, ** = Sangat Nyata, tn = Tidak Nyata.
Prediksi Hasil Panen Hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan produktivitas masing-masing varietas diprediksi melebihi produktivitas potensial. Menurut hasil perhitungan, saat panen pada umur 10 BST diprediksi produktivitas varietas Adira-1 sebesar 36.28 ton, Adira-4 sebesar 54 ton, UJ-5 sebesar 60.4 ton, dan Malang-4 sebesar 74 ton. Selain itu stek dengan 4 mata tunas diprediksi dapat mencapai produktivitas sebesar 54.4 ton/ha, stek 6 mata tunas sebesar 54 ton/ha, stek 8 mata tunas sebesar 56.8 ton/ha, dan stek 10 mata tunas sebesar 58.8 ton/ha. Contoh perhitungan untuk varietas Adira-1 adalah sebagai berikut:
Asumsi jumlah tanaman/ha = 10 000 tanaman. Populasi =
10 000 m2 Luas Lahan = = 10 000 tanaman/ha 1mx1m Jarak Tanam
32
Bobot basah umbi saat tanaman berumur 4 BST adalah 0.91 kg/tanaman (Tabel 13). Dengan populasi tanaman sebanyak 10 000 tanaman/ha, maka umbi yang dihasilkan adalah 0.91 kg/tanaman x 10 000 tanaman/ha = 9 100 kg/ha
Tanaman mulai menghasilkan umbi saat umur 2 BST, dengan asumsi 1 bulan adalah 30 hari, maka selama 60 hari tanaman menghasilkan umbi dengan bobot basah sebesar ± 151 kg/ha per hari. Bobot basah umbi =
9 100 kg/ha = 151 kg/ha/hari 60 hari
Sisa waktu panen adalah 6 bulan = 180 hari. Potensi bobot basah tambahan berdasarkan hasil umbi per hari dalam waktu 6 bulan adalah 180 hari x 151 kg/ha/hari = 27 180 kg/ha.
Total bobot basah umbi yang akan diperoleh saat panen (saat 10 BST) adalah 9 100 kg/ha + 27 180 kg/ha = 36 280 kg/ha atau 36.28 ton/ha (potensi hasil dalam deskripsi varietas adalah 22 ton/ha).
dengan cara perhitungan yang sama diperoleh prediksi hasil seperti tertera pada Tabel 15 dan 16.
Efisiensi Penggunaan Stek Pendek Berdasarkan Rasio Perbanyakan Perbanyakan dengan menggunakan stek 4 mata tunas dapat meningkatkan rasio perbanyakan ubi kayu (hasil umbi yang diperoleh tidak berbeda nyata dengan stek lainnya). Jika menggunakan cara perbanyakan secara konvensional (menggunakan stek 20 cm), maka dari 1 ha lahan dapat mensuplai bibit untuk 10 ha (populasi tanaman per ha adalah 10 000 tanaman). Sedangkan dengan penggunaan stek 4 mata tunas, dari 1 ha lahan dapat mensuplai bibit untuk 40 ha (populasi tanaman per ha adalah 10 000 tanaman) atau 4 kali lipat lebih banyak daripada menggunakan stek 20 cm. Cara perhitungan rasio perbanyakan sebagai berikut:
33
1. Menggunakan stek 20 cm
Asumsi populasi tanaman/ha adalah 10 000 tanaman, dengan jumlah batang per tanaman = 2 batang. Dari 1 ha lahan dapat diperoleh 20 000 batang untuk bahan perbanyakan.
Jika dari 1 batang ubi kayu diperoleh 1 m batang untuk perbanyakan, maka dengan penggunaan stek 20 cm akan diperoleh 5 stek/batang ubi kayu atau sekitar 100 000 stek/ha.
Jika populasi tanaman yang akan di tanam per ha adalah 10 000 tanaman, maka dari 1 ha dapat mensuplai bibit untuk 10 ha.
2. Menggunakan stek 4 mata tunas
Asumsi populasi tanaman/ha adalah 10 000 tanaman, dengan jumlah batang per tanaman = 2 batang. Dari 1 ha lahan dapat diperoleh 20 000 batang untuk bahan perbanyakan.
Jika dari 1 batang ubi kayu diperoleh 1 m batang untuk perbanyakan, maka dengan penggunaan stek 4 mata tunas (panjang stek 4 mata tunas sekitar 5 cm) akan diperoleh 20 stek/batang ubi kayu atau sekitar 400 000 stek/ha.
Jika populasi tanaman yang akan di tanam per ha adalah 10 000 tanaman, maka dari 1 ha dapat mensuplai bibit untuk 40 ha.
Berdasarkan Efisiensi Penggunaan Tenaga Kerja Penggunaan stek pendek (4 mata tunas per stek) dapat menghemat penggunaan tenaga kerja ketika melakukan penunasan (pemilihan tunas terbaik). Pada Tabel 7, sebagai salah satu contoh dapat dilihat pada varietas Malang 4 dan Adira-1 pada saat 4 MST (Tabel 7). Rata-rata jumlah tunas pada stek 4 mata tunas adalah sekitar 3 mata tunas pada kedua varietas, sedangkan pada stek lainnya adalah sekitar 5 – 6 tunas. Ketika melakukan pemilihan 2 tunas terbaik pada stek 4 mata tunas dengan jumlah tunas yang lebih sedikit, tentunya HOK ataupun tenaga kerja yang diperlukan akan lebih sedikit daripada stek lainnya dengan jumlah tunas yang lebih banyak. Semakin banyak tunas yang tumbuh pada suatu stek maka waktu yang diperlukan untuk melakukan penunasan akan lebih lama dan dalam suatu luasan lahan, tenaga kerja yang diperlukan juga akan semakin banyak.
34
Table 15. Prediksi Hasil pada Empat Varietas Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) Varietas Adira-1 Adira-4 UJ-5 Malang-4
Bobot Umbi saat 4 BST (kg/tanaman) 0.91 1.35 1.51 1.85
Produksi Umbi per Hari Populasi/ha (kg/tanaman) 0.0151 10000 0.0225 10000 0.0252 10000 0.0308 10000
Produksi Sampai 4 BST (kg/ha) 9100 13500 15100 18500
Sisa Waktu Panen (hari) 180 180 180 180
Bobot Basah Tambahan (kg/ha) 27180 40500 45300 55500
Bobot Umbi Total Saat Panen (kg/ha) 36280 54000 60400 74000
Potensi Hasil (Berdasarkan Deskripsinya) 22 ton/ha 35 ton/ha 28-38 ton/ha 39.7 ton/ha
Table 16. Prediksi Hasil Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Berdasarkan Jumlah Mata Tunas per Stek Jumlah Mata Tunas per Stek 4 6 8 10
Bobot Umbi 4 BST (kg/tanaman) 1.36 1.35 1.42 1.47
Produksi Umbi per Hari (kg/tanaman) 0.023 0.023 0.024 0.025
Populasi/ha 10000 10000 10000 10000
Produksi Sampai 4 BST (kg/ha) 13600 13500 14200 14700
Sisa Waktu Panen (hari)
Bobot Basah Tambahan (kg/ha)
180 180 180 180
40800 40500 42600 44100
Bobot Umbi Total Saat Panen (kg/ha) 54400 54000 56800 58800