29
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Produk Pangan IPB Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu perguruan tinggi negeri berbasis pertanian terbaik di Indonesia. Indonesia merupakan negara agraris yang terkenal yang kaya akan sumberdaya alamnya sehingga IPB kini sedang turut serta mengupayakan dan meningkatkan kembali pendidikan berbasis pertanian agar para penerus bangsa dapat mengelola sumberdaya alam di Indonesia dengan baik dan benar. Hal ini juga sesuai dengan visi IPB yang tercantum dalam IPB (2008) yakni “Menjadi perguruan tinggi riset terkemuka dengan kompetensi utama pertanian tropika, berkarakter kewirausahaan, dan bersendikan kehormatan”. Pertanian tropika menjadi kompetensi utama IPB dalam mencetak mahasiswa yang ahli di bidangnya serta memiliki karakter kewirausahaan agar Indonesia lebih maju dan dapat memperluas lapangan pekerjaan. IPB memiliki mandat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan sumberdaya manusia, menghasilkan varietas unggul di bidang agribisnis dan agroindustri buah-buahan dan sayuran unggul, produk pangan olahan yang kreatif dan inovatif. Salah satu bentuk kepedulian IPB dalam pemenuhan kebutuhan pangan yakni mulai banyaknya riset dan penelitian yang dilakukan oleh civitas akademika IPB. Para mahasiswa dan dosen merupakan civitas akademika yang banyak mengembangkan produk-produk inovasi dan kreatif, khususnya produk pangan sehingga IPB juga memberikan fasilitas atau wadah bagi mahasiswa ataupun civitas akademika untuk mengembangkan penelitianpenelitian sekaligus di bidang wirausaha. Beberapa fasilitas terkait yaitu pusatpusat pengembangan penelitian diantaranya adalah pusat pengembangan ilmu dan tekonologi pertanian dan pangan asia tenggara (SEAFAST), ADC Taiwan, pusat kajian penerapan ilmu teknik untuk pertanian tropika, pusat penelitian dan pengembangan kewirausahaan, Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKBT), dan University Farm. Produk pangan IPB yang telah dipasarkan antara lain sayuran University Farm IPB (bayam hijau dan merah organik, cabe lombok, cabe merah besar, cabe keriting, cabe rawit hijau, kentang, wortel, caisin, pakcoy, kalian, terong ungu panjang, tomat ceri, jagung manis, oyong, kanikir, tomat besar, tomat bondol, bawang putih, pepaya Calina IPB 09, pepaya Malaysia, jambu Kristal, kunyit, jahe, bawang daun, salam dan sereh), sayuran ADC Taiwan (bayam
30 hijau dan merah organik, asparagus, baby buncis, kalian, caisin organik, terong bulat, jambu kristal A, jambu kristal B, sawi emas organik, tomat chery, jambu Taiwan IPB 02, sawi sendok organik, selada keriting organik, oyong Taiwan, pakcoy organik, kucai, okra merah, kacang merah panjang), produk minuman (bio yogurt, puding susu, susu pasteurisasi, teh rosela, yoghurt ice, susu ), telur (telur ayam kampung, telur puyuh, telur asin), ikan, daging dan olahannya (kaki naga vegi fish, sosis sapi, sosis ayam, chicken nugget stick, chicken wings, dendeng ikan nila), beras (beras organik ‘Way Apaburu’, beras organik Ciherang, beras organik Mentik Wangi), serta produk kering (bajigur, bandrex, keripik buah, manisan mangga, manisan ‘papaya’, mulberry tea, teh rosela, green tea, kerupuk tulang rawan). Produk-produk tersebut yang saat ini telah dipasarkan oleh University Farm IPB dan ADC Taiwan. Karakteristik Mahasiswa Kotler dan Amstrong (2008) menyatakan bahwa karakteristik demografis adalah kelompok yang didasarkan pada usia, jenis kelamin, ukuran keluarga, tahapan dalam keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, ras, agama, generasi dan kewarganegaraan. Beberapa karakteristik mahasiswa yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah jenis kelamin, usia, lama studi (semester), asal daerah, agama, organisasi yang diikuti, sumber uang saku, dan besar uang saku mahasiswa. Hasil dari karakteristik mahasiswa program sarjana IPB akan dijelaskan pada tabel-tabel berikut. Jenis kelamin. Jumlah mahasiswa pada penelitian ini sebanyak 400 mahasiswa dengan sembilan fakultas yang terdiri dari Fakultas Pertanian (Faperta), Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Fakultas Perikanan (FPIK), Fakultas Peternakan (Fapet), Fakultas Kehutanan (Fahutan), Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Ekonomi Manajemen (FEM), dan Fakultas Ekologi Manusia (Fema). Hasil penelitian menggambarkan bahwa proporsi terbesar mahasiswa (67,8%) berjenis kelamin perempuan sedangkan proporsi terkecil (32,2%) berada pada mahasiswa berjenis kelamin laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa populasi mahasiswa perempuan di IPB pada tahun ajaran 2011/2012 lebih besar dibandingkan mahasiswa laki-laki (Tabel 6).
31 Tabel 6 Sebaran mahasiswa berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin
Jumlah (n)
Persen (%)
Laki-laki
129
32,2
Perempuan
271
67,8
Total
400
100,0
Usia mahasiswa. Usia merupakan lama kehidupan seseorang yang diukur berdasarkan tahun. Perbedaan usia seseorang dapat menyebabkan perbedaan kesukaan terhadap selera dan merek terhadap suatu produk (Sumarwan 2011). Usia mahasiswa berada pada kisaran 17-24 tahun dengan rata-rata 20,4 tahun. Tabel 7 menunjukkan sebagian besar mahasiswa (98,8%) berada pada usia dewasa awal (19-24 tahun) dan hanya 1,2 persen mahasiswa yang berada pada usia remaja (16-18 tahun). Tabel 7 Sebaran mahasiswa berdasarkan usia Usia Remaja lanjut (16-18 th) Dewasa awal (19-24 th) Total Min-Maks (th) Rataan ± Sd (th)
Jumlah (n) 5 395 400
Persen (%) 1,2 98,8 100,0 17-24 20,4 ± 1,1
Lama studi. Lama kuliah yang ditempuh oleh mahasiswa dinyatakan dalam satuan semester. Tabel 8 menggambarkan bahwa proporsi mahasiswa cenderung menyebar pada masing-masing tingkat semester yaitu semester 4, 6, dan 8. Namun, proporsi terbesar pada mahasiswa yang berada di semester 4 (37,5%), kemudian mahasiswa yang berada pada semester 8 (32,5%), dan mahasiswa yang berada pada semester 6 (30,0%). Tabel 8 Sebaran mahasiswa berdasarkan lama studi (semester) Lama studi (Semester) 4 6 8 Total
Jumlah (n) 150 120 130 400
Persen (%) 37,5 30,0 32,5 100,0
Asal daerah. Sumarwan (2011) menyatakan bahwa asal daerah merupakan lokasi geografik tempat seorang konsumen tinggal yang kemudian akan memengaruhi pola konsumsinya. Proporsi terbesar mahasiswa (71,5%) berasal dari daerah jawa, 22,0 persen berasal dari daerah Sumatera, dan
32 selebihnya tersebar di berbagai daerah diantaranya adalah Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Lombok, Papua, Maluku, dan Malaysia. Hal ini membuktikan bahwa mahasiswa IPB memiliki latar belakang daerah asal yang beragam budayanya (Tabel 9). Tabel 9 Sebaran mahasiswa berdasarkan asal daerah Asal Daerah
Jumlah (n)
Persen (%)
Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali, Nusa Tenggara, dan Lombok Papua Lainnya (Maluku, Malaysia)
88 286 5 9 6 2 4
22,0 71,5 1,2 2,3 1,5 0,5 1,0
Total
400
100,0
Agama. Sumarwan (2011) menyatakan bahwa salah satu karakteristik demografik yang sangat penting adalah agama. Semua ajaran agama sangat memengaruhi sikap, persepsi, dan perilaku konsumen dari para penganutnya. Tabel 10 menunjukkan hampir seluruh mahasiswa (92,2%) menganut agama Islam, sedangkan mahasiswa lainnya beragama Kristen Protestan (5,3%), Katolik (2,0%), Hindu (0,5%), dan tidak ada mahasiswa IPB yang menganut agama Budha. Tabel 10 Sebaran mahasiswa berdasarkan agama Agama Islam Kristen Protestan Katolik Hindu Budha Total
Jumlah (n)
Persen (%)
369 21 8 2 0 400
92,2 5,3 2,0 0,5 0,0 100,0
Organisasi. Organisasi adalah kegiatan yang diselenggarakan di lingkungan kampus untuk melatih mahasiswa dalam berorganisasi serta kemampuan softskills. Berbagai macam organisasi yang ada seperti BEM, HIMPRO, dan organisasi lainnya. Tabel 11 menunjukkan bahwa HIMPRO merupakan jenis organisasi yang paling banyak diminati oleh mahasiswa (36,0%). Namun, proporsi terbesar berada pada mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi baik di dalam kampus maupun di luar kampus (40,0%).
33 Tabel 11 Sebaran mahasiswa berdasarkan jenis organisasi Organisasi yang diikuti
Jumlah (n)
BEM/DPM KM BEM/DPM Fakultas HIMPRO Organisasi keagamaan Organisasi kedaerahan Tidak mengikuti organisasi Total
9 59 144 13 15 160 400
Persen (%) 2,2 14,8 36,0 3,2 3,8 40,0 100,0
Unit Kegiatan Mahasiswa. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) adalah kegiatan yang diselenggarakan di lingkungan kampus dengan beragam spesialisasi bidang masing-masing seperti kesenian, bahasa, olahraga dan lain sebagainya. UKM merupakan wadah bagi mahasiswa yang memiliki bakat dan keahlian di bidangnya masing-masing serta dapat mengasahnya menjadi sesuatu yang berguna baik bagi diri sendiri maupun universitas. Hasil penelitian menjelaskan sebagian besar mahasiswa (82,0%) banyak yang tidak mengikuti kegiatan UKM di kampus (Tabel 12). Tabel 12 Sebaran mahasiswa berdasarkan keikutsertaan UKM Keikutsertaan UKM Mengikuti Tidak Mengikuti Total
Jumlah (n) 72 328 400
Persen (%) 18,0 82,0 100,0
Sumber uang saku. Sumber uang saku memberikan pendapatan untuk mahasiswa. Mahasiswa dalam penelitian ini mendapatkan uang saku dari sumber yang beragam. Sumber uang saku dibagi menjadi dua tipe yaitu sumber uang saku utama dan sumber uang saku tambahan. Sebagian besar mahasiswa (89,0%) memiliki sumber uang saku utama yang berasal dari orang tua, sedangkan pada sumber uang saku tambahan sebesar 68,5 persen mahasiswa tidak memiliki sumber uang saku tambahan (Tabel 13). Tabel 13 Sebaran mahasiswa berdasarkan sumber uang saku Sumber uang saku Orang tua Beasiswa Wali/Saudara Wirausaha, bekerja Tidak ada Total
Uang saku utama n % 356 89,0 38 9,4 3 0,8 0 0,0 3 0,8 400 100,0
Uang saku tambahan n % 18 4,5 70 17,5 12 3,0 26 6,5 274 68,5 400 100,0
34 Uang
saku.
uang
saku
merupakan
sumber
pendapatan
utama
mahasiswa. Uang saku mahasiswa berkisar antara Rp200.000,00 hingga Rp3.000.000,00 dengan rata-rata uang saku sebesar Rp943.850,00. Tabel 14 menjelaskan proporsi terbesar mahasiswa (63,8%) memiliki uang saku dengan kisaran antara Rp500.001,00 sampai dengan Rp1.000.000,00 setiap bulannya. Tabel 14 Sebaran mahasiswa berdasarkan total uang saku Uang saku (Rp/bulan)
Total n % 42 10,4 255 63,8 103 25,8 400 100,0 200.000,00-3.000.000,00 943.850,00 ± 416.948,19
≤500.000,00 500.001,00-1.000.000,00 >1.000.000,00 Total Min-Maks (Rp/bln) Rataan ± Sd
Uang saku dibagi menjadi dua macam yaitu uang saku utama dan uang saku tambahan. Uang saku utama mahasiswa berkisar Rp200.000,00 hingga Rp3.000.000,00
dengan
rata-rata
Rp834.600,00.
Sebesar
65,8
persen
mahasiswa memiliki uang saku utama berkisar antara Rp500.001,00 sampai dengan Rp1.000.000,00 setiap bulannya. Uang saku tambahan berfungsi menambah uang saku utama mahasiswa. Uang saku tambahan berkisar Rp0,00 hingga Rp1.230.000,00 dengan rata-rata Rp109.250,00 setiap bulannya dan hampir seluruh mahasiswa (97,2%) memiliki uang saku tambahan kurang dari Rp500.000,00 setiap bulannya (Tabel 15). Tabel 15 Sebaran mahasiswa berdasarkan uang saku utama dan tambahan Uang saku (Rp/bulan) ≤500.000,00 500.001,00-1.000.000,00 >1.000.000,00 Total Min-Maks (Rp/bln) Rataan ± Sd
Utama n % 83 20,8 263 65,8 54 13,4 400 100,0 200.000,00-3.000.000,00 834.600,00 ± 416.661,54
Tambahan n 389 9 2 400
% 97,2 2,3 0,5 100,0 0-1.230.000,00 109.250,00 ± 192.808
Karakteristik Keluarga Mahasiswa Keluarga adalah lingkungan dimana sebagian besar konsumen tinggal dan berinteraksi. Beberapa karakateristik keluarga yang digunakan pada penelitian ini diantaranya besar keluarga, usia orang tua, lama pendidikan orang
35 tua, jenis pekerjaan orang tua, dan pendapatan orang tua. Hasil penelitian karakteristik keluarga dijelaskan pada tabel-tabel berikut. Besar keluarga. Jumlah anggota keluarga dapat menentukan jumlah dan pola konsumsi seseorang. Sumarwan (2011) menyatakan semakin banyak anggota keluarga semakin banyak pula jumlah pembelian dan konsumsi yang dilakukan, dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga dengan jumlah yang sedikit. Kategori besar keluarga dibagi menjadi tiga yaitu keluarga kecil (≤4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (≥8 orang). Tabel 16 menjelaskan besar keluarga mahasiswa berada pada kisaran antara 2-14 anggota keluarga dengan rata-rata 5 orang. Proporsi
terbesar mahasiswa
(61,2%) berdasarkan besar keluarga berada pada kategori keluarga sedang, kemudian sebanyak 20 mahasiswa (5,0%) besar keluarga berada pada kategori keluarga besar. Tabel 16 Sebaran keluarga mahasiswa berdasarkan besar keluarga Besar keluarga Kecil (≤4 org) Sedang (5-7 org) Besar (≥8 org) Total Min-Maks (org) Rataan ± Sd (org)
Jumlah (n) 135 245 20 400
Persen (%) 33,8 61,2 5,0 100,0 2-14 5±2
Usia orang tua. Tabel 17 menjelaskan bahwa proporsi terbesar usia ayah menyebar rata pada rentang usia antara 36 hingga 50 tahun dan antara 51 hingga 65 tahun. Namun, proporsi terbesar usia ayah yakni antara 51 hingga 65 tahun (48,2%). Rata-rata usia ayah 52 tahun yang berada di kisaran antara 33 hingga 85 tahun. Pada usia ibu proporsi terbesar berada pada rentang 36 hingga 50 tahun (72,8%). Rata-rata usia ibu 47 tahun pada kisaran 27 hingga 67 tahun. Tabel 17 Sebaran keluarga mahasiswa berdasarkan usia orang tua Usia
Ayah n
Dewasa lanjut (25-35 th) Separuh baya (36-50 th) Tua (51-65 th) Lanjut usia (>65 th) Total* Min-Maks (th) Rataan ± Sd
1 172 197 6 376
Ibu % 0,3 47,0 48,2 4,5 100,0
33-85 52,0 ± 5,5
*) Terdapat 24 (ayah) dan 9 (ibu) mahasiswa telah meninggal.
n 3 291 96 1 391
% 1,8 72,8 25,0 0,4 100,0 27-67 47± 5,1
36 Lama pendidikan orang tua. Tingkat pendidikan orang tua yakni lama pendidikan terakhir yang ditempuh oleh orang tua mahasiswa. Hasil penelitian menjelaskan tingkat pendidikan ayah banyak berada pada tingkat pendidikan SMA (31,2%) dan tingkat pendidikan sarjana (30,2%). Namun, proporsi terbesar tingkat pendidikan ayah berada pada tingkat pendidikan SMA. Lain halnya dengan tingkat pendidikan ibu, proporsi terbesar ibu mahasiswa (39,8%) berada pada tingkat pendidikan SMA (Tabel 18). Tabel 18 Sebaran keluarga mahasiswa berdasarkan lama pendidikan orang tua Tingkat Pendidikan
Ayah n
SD SMP SMA Diploma Sarjana Pasca Sarjana Total
Ibu %
21 19 125 38 121 76 400
5,2 4,9 31,2 9,5 30,2 19,0 100,0
n 44 34 159 43 90 30 400
% 11,0 8,5 39,8 10,7 22,5 7,5 100,0
Jenis pekerjaan ayah. Lama pendidikan yang telah ditempuh oleh seseorang tentunya akan berpengaruh pada pekerjaan yang akan diperoleh. Pekerjaan yaitu segala sesuatu yang dikerjakan seseorang yang kemudian akan dibayarkan berupa upah atau pendapatan. Pekerjaan yang dilakukan orang tua mahasiswa merupakan kegiatan yang menjadi sumber pendapatan orang tua mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Jenis pekerjaan ayah menjelaskan proporsi terbesar mahasiswa
(26,0%) memiliki ayah yang
bekerja sebagai PNS, sedangkan proporsi terendah sebanyak 19 mahasiswa (4,6%) memiliki ayah yang bekerja sebagai petani (Tabel 19). Tabel 19 Sebaran keluarga mahasiswa berdasarkan jenis pekerjaan ayah Jenis pekerjaan PNS Guru/dosen/peneliti Pegawai (Swasta/BUMN) Wiraswasta Polri/TNI (AD,AL)/ABRI Pensiunan Petani Total
Jumlah (n) 104 32 73 92 24 56 19 400
Persen (%) 26,0 7,8 18,2 23,5 6,5 13,4 4,6 100,0
37 Jenis pekerjaan ibu. Lama pendidikan yang telah ditempuh oleh seseorang tentunya akan berpengaruh pada pekerjaan yang akan diperoleh. Pekerjaan yaitu segala sesuatu yang dikerjakan seseorang yang kemudian akan dibayarkan berupa upah atau pendapatan. Sumarwan (2011) menyatakan bahwa pendidikan dan pendapatan akan memengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi seseorang. Hasil penelitian menggambarkan proporsi terbesar ibu mahasiswa (57,5%) sebagai ibu rumah tangga. Jenis pekerjaan ibu mahasiswa lainnya, yakni sebesar 19 persen memilih untuk menjadi PNS, guru sebesar 7,8 persen, pegawai sebesar 4,2 persen, wiraswasta sebesar 11,0 persen, dan pensiunan sebesar 0,5 persen (Tabel 20). Tabel 20 Sebaran keluarga mahasiswa berdasarkan jenis pekerjaan ibu Jenis pekerjaan IRT PNS Guru Pegawai (Swasta, BUMN, BUMD) Wiraswasta Pensiunan Total
Jumlah (n) 230 76 31 17 44 2 400
Persen (%) 57,5 19,0 7,8 4,2 11,0 0,5 100,0
Pendapatan keluarga. Pendapatan adalah imbalan yang diterima oleh keluarga dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah (Sumarwan 2011).
Proporsi
pendapatan
keluarga
banyak
berada
pada
rentang
Rp1.000.001,00 hingga Rp3.000.000,00 dan pada rentang Rp3.000.001,00 hingga Rp6.000.000,00 setiap bulannya. Namun, proporsi tertinggi (37,8%) berada pada rentang Rp1.000.001,00 hingga Rp3.000.000,00 setiap bulannya, sedangkan proporsi terendah (6,8%) berada pada pendapatan keluarga diatas Rp9.000.000,00. Rentang pendapatan keluarga berkisar Rp1.800.000,00 hingga Rp50.000.000,00 dengan rata-rata Rp4.162.982,00 setiap bulannya (Tabel 21). Tabel 21 Sebaran keluarga mahasiswa berdasarkan pendapatan keluarga Pendapatan keluarga (Rp/bln) ≤1.000.000,00 1.000.001,00-3.000.000,00 3.000.001,00-6.000.000,00 6.000.001,00-9.000.000,00 >9.000.000,00 Total Min-Maks (Rp/bln) Rataan ± Sd (Rp/bln)
Jumlah (n) Persen (%) 39 9,8 151 37,8 146 36,5 37 9,1 27 6,8 400 100,0 1.800.000,00-50.000.000,00 4.162.982,00 ± 3.821.117,59
38 Pendapatan keluarga per kapita. Besar pendapatan keluarga akan menentukan status ekonomi keluarga. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar keluarga mahasiswa (89,5%) berada pada status ekonomi tidak miskin (≥Rp248.707,00) dan proporsi terendah keluarga mahasiswa (10,5%) berada pada status ekonomi miskin (
Jumlah (n) Persen (%) 42 10,5 358 89,5 400 100,0 450.000,00-12.500.000,00 867.429,00 ± 850.875,00
*) Sumber: BPS (2012)
Kelompok Acuan Kelompok acuan menurut Sumarwan (2011) adalah seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata memengaruhi perilaku seseorang. Kelompok acuan digunakan sebagai dasar perbandingan atau sebuah referensi dalam menentukan serta memberikan standar, nilai, respon afektif, kognitif, dan perilaku. Bagi seseorang, kelompok acuan bisa berasal dari kelas sosial yang sama atau berbeda, budaya yang sama atau berbeda, bahkan dari subbudaya yang berbeda pula. Hasil penelitian menunjukkan kelompok acuan yang dipilih oleh mahasiswa menggambarkan bahwa sahabat/teman dekat dan dosen merupakan kelompok acuan yang banyak dipilih oleh mahasiswa. Namun, proporsi yang paling banyak dipilih oleh mahasiswa sebagai acuan adalah sahabat/teman dekat (Tabel 23). Tabel 23 Sebaran mahasiswa berdasarkan kelompok acuan yang paling berpengaruh Kelompok Acuan Teman dekat Teman organisasi Dosen Lainnya* Total
Jumlah (n) 260 35 99 7 400
*) Kakak kelas, saudara kandung, pedagang, dan orang tua
Persen (%) 64,9 8,9 24,7 1,5 100,0
39 Pengaruh dari kelompok acuan. Kelompok acuan memberikan berbagai pengaruh dalam berbagai hal. Tabel 24 menunjukkan pemberi pengaruh terhadap minat beli produk pangan IPB terbanyak berada pada pernyataan bahwa teman dekat adalah kelompok acuan yang paling berpengaruh dalam pemilihan produk pangan IPB (77,8%) dan orang yang memberi pendapat dalam pemilihan produk pangan IPB (77,3%). Sementara itu, dosen juga merupakan orang yang paling dipercaya untuk memberi pendapat (46,8%) dan menentukan jenis produk pangan IPB (54,3%). Tabel 24 Sebaran mahasiswa berdasarkan kelompok acuan dalam pembelian produk pangan IPB No. 1.
2.
3. 4.
5.
6. 7.
8.
9.
Pernyataan Orang yang menjadi acuan dalam pemilihan produk pangan IPB Orang yang dipercaya untuk menentukan jenis produk pangan IPB Informasi tentang jenis-jenis produk pangan IPB Informasi tentang tempat/lokasi pemasaran produk pangan IPB Orang yang memengaruhi untuk mengkonsumsi produk pangan IPB Pendapat yang paling dipercaya Orang yang paling sering memberikan informasi terkait produk pangan IPB Orang membuat tertarik untuk mengkonsumsi produk pangan IPB Orang yang membantu dalam pengambilan keputusan produk pangan IPB yang akan dibeli
Teman dekat
Kelompok Acuan Teman satu klub/ Dosen organisasi n % n % 44 11,0 37 9,3
n 311
% 77,8
159
39,8
19
4,8
217
248
62
60
15
281
70,3
43
278
69,5
186
Lainnya* n 8
% 2,0
54,3
5
1,3
86
21,5
6
1,5
10,8
67
16,8
9
2,3
38
9,5
80
20,0
4
1,0
46,5
23
5,8
187
46,8
4
1,0
233
58,3
52
13
110
27,5
5
1,3
255
63,8
33
8,3
107
26,8
5
1,3
284
71,0
33
8,3
77
19,3
6
1,5
40
40
Tabel 24 (lanjutan) No.
Pernyataan
10.
Informasi terbaru terkait produk pangan IPB Orang yang membantu memilih produk pangan IPB Orang yang memberi pendapat dalam pemilihan suatu produk pangan IPB Orang yang paling sering memberi pengaruh dalam memilih suatu produk pangan IPB Orang yang ditiru dalam membeli produk pangan IPB
11. 12.
13.
14.
Teman dekat
Kelompok Acuan Teman satu klub/ Dosen organisasi n % n % 47 11,8 103 25,8
n 240
% 60
316
79
24
6,0
53
309
77,3
26
6,5
286
71,5
24
249
62,3
29
Lainnya* n 10
% 2,5
13,3
7
1,8
59
14,8
6
1,5
6,0
82
20,5
8
2,0
7,3
114
28,5
8
2,0
*) Saudara, orang tua, kakak kelas, pedagang
Pengetahuan Pengetahuan terhadap jenis produk pangan IPB. Produk pangan IPB merupakan produk-produk pangan yang telah dipasarkan dan didistribusikan oleh IPB. Sebagai produk baru, perlu dilihat berbagai jenis produk pangan yang telah diketahui oleh mahasiswa program sarjana. Tabel 25 menggambarkan bahwa susu fapet, rosela, dan yoghurt merupakan jenis produk pangan IPB yang banyak diketahui oleh mahasiswa. Namun, proporsi terbesar berada pada susu fapet (53,3%), sedangkan proporsi terendah untuk jenis produk pangan IPB yang paling sedikit diketahui oleh mahasiswa adalah sosis (0,5%).
41 Tabel 25 Sebaran mahasiswa berdasarkan pengetahuan tentang jenis produk pangan IPB No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Produk Pangan IPB Susu fapet Rosela Yoghurt Jambu kristal Puding susu Pepaya Callina Beras organik Kerupuk tulang rawan Chicken nugget stick Cabe Lombok Biskuit lele Kaki naga vegi fish Keripik buah Permen Cajuput Sosis
Jumlah (n) 213 158 114 64 50 49 33 21 14 9 6 5 3 3 2
% 53,3 39,5 28,5 16,0 12,5 12,3 8,3 5,3 3,5 2,3 1,5 1,3 0,8 0,8 0,5
Pengetahuan. Hasil tabel 26 menunjukkan hampir seluruh mahasiswa dapat menjawab pernyataan bahwa produk pangan IPB dapat diperoleh di University Farm/Agri Mart (91,0%) dan penyataan terkait informasi mengenai produk pangan IPB dapat diperoleh dari pameran/bazar produk pangan IPB (96,0%). Namun, proporsi tertinggi berada pada pernyataan bahwa informasi terkait produk pangan IPB dapat diperoleh dari pameran/bazar produk pangan IPB. Tabel 26 Persentase mahasiswa yang menjawab benar tentang produk pangan IPB No 1. 2. 3.
4. 5. 6. 7. 8.
Pernyataan Semua produk olahan IPB tidak menggunakan bahan pengawet Semua produk pangan IPB telah memiliki merek dagang Produk pangan IPB telah memiliki hak paten sehingga apabila membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkannya produk pangan IPB yang diberi Paten, maka akan dikenakan sanksi Informasi mengenai produk pangan IPB dapat diperoleh dari media cetak, internet, danpameran atau bazar Mengkonsumsi produk pangan olahan IPB lebih cepat dan praktis Produk pangan IPB dapat diperoleh di University Farm/ Agri Mart Informasi mengenai produk pangan IPB dapat diperoleh dari internet, TV,dan radio informasi mengenai produk pangan IPB dapat diperoleh dari pameran/bazar produk pangan IPB
Jawaban yang benar n % 158 39,5 249 310
62,2 77,5
328
82,0
195
48,8
364
91,0
192
48,0
387
96,8
42 Tingkat
pengetahuan.
Hasil
penelitian
tingkat
pengetahuan
menggambarkan bahwa lebih dari separuh mahasiswa berada pada tingkat pengetahuan sedang (59,0%). Bila ditinjau berdasarkan kategori pengetahuan, sebanyak 86 mahasiswa berada pada kategori pengetahuan kurang sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa dapat dikatakan cukup baik, walaupun masih ada beberapa mahasiswa yang berada pada kategori kurang (Tabel 27). Tabel 27 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat pengetahuan produk pangan IPB Tingkat pengetahuan Kurang (<60%) Sedang (60%-80%) Baik (>80%) Total Min-Maks (persen) Rataan ± Sd
Jumlah (n) 86 236 78 400
Persen (%) 21,5 59,0 19,5 100,0 25-100 68,2±15,2
Pengetahuan produk. Pengetahuan produk merupakan kumpulan berbagai macam infromasi terkait produk seperti merek, atribut, fitur, dan harga produk (Engel, Blackwell, & Miniard 1995). Hasil penelitian menjelaskan bahwa hampir separuh mahasiswa berada pada tingkat pengetahuan sedang dan pada tingkat pengetahuan kurang. Namun, proporsi tertinggi berada pada tingkat pengetahuan sedang (43,5%). Bila ditinjau berdasarkan kategori pengetahuan, sebesar 40,0 persen pengetahuan produk mahasiswa berada pada kategori kurang, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan produk mahasiswa dapat dikatakan cukup baik, walaupun masih ada beberapa mahasiswa yang memiliki pengetahuan kurang (Tabel 28). Tabel 28 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat pengetahuan produk tentang produk pangan IPB Tingkat pengetahuan Kurang (<60%) Sedang (60%-80%) Baik (>80%) Total Min-Maks (persen) Rataan ± Sd
Jumlah (n) 160 174 66 400
Persen (%) 40,0 43.5 16,5 100,0 0-100 65,3±24,0
43 Pengetahuan
pembelian.
Pengetahuan
pembelian
merupakan
pengetahuan tentang dimana membeli produk dan kapan membeli produk (Engel, Blackwell, & Miniard 1995). Hasil penelitian menggambarkan proporsi terbesar mahasiswa (54,2%) berada pada tingkat pengetahuan sedang. Bila ditinjau berdasarkan kategori pengetahuan, lebih dari separuh mahasiswa (43,5%) memiliki pengetahuan yang kurang sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pembelian mahasiswa dapat dikatakan cukup baik, walaupun masih ada beberapa yang memiliki pengetahuan pembelian kurang (Tabel 29). Tabel 29 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat pengetahuan pembelian produk pangan IPB Tingkat pengetahuan Kurang (<60%) Sedang (60%-80%) Baik (>80%) Total Min-Maks (persen) Rataan ± Sd
Pengetahuan
Jumlah (n) 116 217 67 400
Persen (%) 29,0 54,2 16,8 100,0 25-100 71,13±18,24
pemakaian.
Pengetahuan
pemakaian
merupakan
pengetahuan terkait manfaat yang diberikan oleh suatu produk sehingga konsumen menggunakan atau mengkonsumsi suatu produk dengan benar (Engel, Blackwell, & Miniard 1995). Hasil penelitian tingkat pengetahuan pemakaian menggambarkan bahwa proporsi terbesar mahasiswa berada pada tingkat pengetahuan kurang dengan persentase sebesar 51,2 persen (Tabel 30). Tabel 30 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat pengetahuan pemakaian produk pangan IPB Tingkat pengetahuan Kurang (<60%) Sedang (60%-80%) Baik (>80%) Total Min-Maks (persen) Rataan ± Sd
Jumlah (n) 205 0 195 400
Persen (%) 51,2 0,0 48,8 100,0 0-100 48,75±50,05
Sumber Informasi Sumber informasi. Pengolahan informasi pada diri konsumen terjadi ketika salah satu panca indra konsumen menerima stimulus (Sumarwan 2011). Tabel 31 menggambarkan bahwa teman merupakan sumber informasi yang paling banyak dimiliki oleh mahasiswa (34,0%), sedangkan proporsi terendah
44 sumber informasi yang paling sedikit dimiliki mahasiswa adalah lainnya, seperti mata pelajaran yang didapat serta radio merupakan sumber informasi yang dimiliki mahasiswa (0,5%). Tabel 31 Sebaran mahasiswa berdasarkan sumber informasi tentang produk pangan IPB Sumber informasi Internet (web IPB, facebook) Outlet (kantin fakultas, techno park, agrimart, koperasi fakultas, seafast center, university farm, taiwan, botani square) Selebaran, majalah, koran, pamflet, brosur Bazar, pameran, seminar Dosen Teman Staf pegawai IPB Orang tua Lainnya*
Jumlah (n) 57 80
Persen (%) 14,3 20,0
57 74 57 136 3 6 2
14,3 18,5 14,3 34,0 0,8 1,5 0,5
*) Mata pelajaran & radio
Minat Beli Minat beli. Hasil penelitian minat beli menggambarkan bahwa hampir seluruh mahasiswa memiliki minat beli yang cukup (78,2%). Bila ditinjau dari kategori minat beli, sebanyak 45 mahasiswa berada pada kategori lemah (11,2%) sehingga dapat disimpulkan bahwa minat beli mahasiswa dapat dikatakan cukup baik, walaupun masih ada beberapa mahasiswa yang memiliki minat beli yang lemah (Tabel 32). Tabel 32 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat minat beli produk pangan IPB Minat beli Lemah (20,0%-46,7%) Cukup (46,8%-73,4%) Kuat (>73,4%) Total Min-Maks (persen) Rataan ± Sd
Jumlah (n) 45 313 42 400
Persen (%) 11,2 78,2 10,6 100,0 20-100 58,97±11,96
Tabel 33 menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa IPB (89,0%) akan mengajak orang lain untuk membeli produk pangan IPB dan sebesar 79,0 persen mahasiswa IPB akan mencoba mengkonsumsi produk pangan IPB dalam waktu 1 bulan yang akan datang. Namun, 42,5 persen mahasiswa IPB tidak memiliki minat untuk bersedia mengganti produk yang biasa dikonsumsi dengan produk pangan IPB.
45 Tabel 33 Sebaran mahasiswa berdasarkan pernyataan terhadap minat beli produk pangan IPB No
Pernyataan
1.
Dalam waktu 1 bulan yang akan datang, saya akan membeli produk pangan IPB Saya akan mencoba mengkonsumsi produk pangan IPB dalam waktu 1 bulan yang akan datang Saya bersedia mengganti produk yang biasa saya konsumsi dengan produk pangan IPB Meskipun harga produk pangan IPB lebih mahal, saya akan tetap membelinya dengan alasan mutu dan kandungan gizi yang dikandung Saya akan mengajak orang lain untuk membeli produk pangan IPB
2. 3. 4. 5.
Persen (%) Berminat Tidak Berminat 68,8 31,3 79,0
21,0
57,5
42,5
68,5
31,5
89,0
11,0
Hubungan antara Karakteristik Mahasiswa dan Karakteristik Keluarga dengan Pengetahuan Produk Pangan IPB Tabel 34 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi baik mahasiswa berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan cenderung berada pada kategori sedang dengan masing-masing persentase (54,3%) pada mahasiswa laki-laki dan (61,3%)
pada
mahasiswa
perempuan.
Sementara
itu,
uji
Chi-Square
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara jenis kelamin dengan pengetahuan (p=0,036; p<0,05) dan terlihat bahwa mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi (69,37) dibandingkan dengan mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki (65,79). Tabel 34 Sebaran mahasiswa berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pengetahuan produk pangan IPB Jenis kelamin Laki-laki Perempuan (p-value)*
Kurang n % 38 29,5 48 17,7
Pengetahuan Sedang Baik n % n % 21 16,2 70 54,3 57 21,0 166 61,3 0,036*
Total n % 129 100,0 271 100,0
Rata-rata persen skor* 65,79 69,37
*) Uji independent t-test; signifikan* p<0,05; signifikan** p<0,01
Hasil penelitian berdasarkan tingkat pengetahuan menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa yang berada pada usia dewasa awal (19-24 tahun) cenderung berada pada kategori sedang (59,0%). Sementara itu, hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara usia mahasiswa dengan tingkat pengetahuan terhadap produk pangan IPB dengan nilai koefisien korelasi -0,100 (p=0,045; p<0,05), artinya semakin tinggi usia mahasiswa semakin rendah pengetahuan terhadap produk pangan IPB (Tabel 35).
46 Tabel 35 Sebaran mahasiswa berdasarkan usia dan tingkat pengetahuan produk pangan IPB Usia Remaja lanjut (16-18 tahun) Dewasa awal (19-24 tahun) (p-value) Koefisien korelasi
Kurang n % 0 0,0 86
21,8
Pengetahuan Sedang Baik n % n % 3 60,0 2 40,0 233
59,0
76
19,2
Total n 5
% 100,0
395
100,0
0,045* -0,100
Signifikan* p<0,05; signifikan** p<0,01
Tabel 36 menunjukkan bahwa mahasiswa yang berada di semester 4, 6, dan 8 cenderung berada pada kategori pengetahuan sedang. Namun, proporsi tertinggi berada pada mahasiswa semester 4 (62,7%). Sementara itu, hasil uji korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan negatif signifikan antara semester/lama studi dan pengetahuan dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,123 (p=0,014; p<0,05), artinya semakin tinggi lama studi mahasiswa maka semakin rendah pengetahuan yang dimiliki. Tabel 36 Sebaran mahasiswa berdasarkan lama studi dan tingkat pengetahuan produk pangan IPB Lama studi (Semester) 4 6 8 (p-value) Koefisien korelasi
Kurang n % 21 14,0 33 27,5 32 24,6
Pengetahuan Sedang Baik n % n % 35 23,3 94 62,7 67 55,8 20 16,7 75 57,7 23 17,7 0,014* -0,123
Total n 150 120 130
% 100,0 100,0 100,0
Signifikan* p<0,05; signifikan** p<0,01
Tabel 37 menunjukkan bahwa baik mahasiswa yang mengikuti organisasi maupun yang tidak mengikuti organisasi cenderung berada pada kategori sedang (63,0%). Sementara itu, hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara keikutsertaan berorganisasi dengan pengetahuan terhadap produk pangan IPB (p=0,451; p>0,05). Tabel 37 Sebaran mahasiswa berdasarkan organisasi dan tingkat pengetahuan produk pangan IPB Organisasi Mengikuti organisasi Tidak mengikuti (p-value)
Kurang n % 28 20,3 58 22,1
Pengetahuan Sedang Baik n % n % 87 63,0 23 16,7 55 21,0 149 56,9 0,451
Total n 138 262
% 100,0 100,0
47 Hasil tabel 38 menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki uang saku antara Rp500.001,00 hingga Rp1.000.000,00 cenderung memiliki pengetahuan yang berada pada kategori sedang (62,4%). Sementara itu, hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara uang saku dengan pengetahuan. Tabel 38 Sebaran mahasiswa berdasarkan uang saku dan tingkat pengetahuan produk pangan IPB Total uang saku ≤Rp500.000,00 Rp-500.001,00Rp1.000.00,00 >Rp1.000.00,00 (p-value) Koefisien korelasi
Kurang n % 12 28,6 51 20,0 23
22,3
Pengetahuan Sedang Baik n % n % 19 45,2 11 26,2 45 17,6 159 62,4 58
56,3 22 0,344 0,047
Hasil uji Chi-Square dan uji korelasi Pearson
21,4
Total n 42 255
% 100,0 100,0
103
100,0
antara karakteristik
keluarga dengan pengetahuan mahasiswa menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, usia orang tua, dan pendapatan) dengan pengetahuan (Tabel 39). Tabel 39 Hubungan antara karakteristik keluarga mahasiswa dengan pengetahuan produk pangan IPB Karakteristik keluarga Besar keluarga (org)2 pendidikan ayah (th)2 pendidikan ibu (th)2 Pekerjaan ayah (1=bekerja; 0=tidak bekerja)1 Pekerjaan ibu (1=bekerja; 0=tidak bekerja)1 Usia ayah (th)2 Usia ibu (th)2 Pendapatan (Rp/bln)2 Pendapatan per kapita (Rp/bln)2 1)
2)
Pengetahuan Koefisien korelasi 0,008 -0,043 0,002 -0,080 -0,075 -0,097 -0,091 0,070 -0,025
Uji Chi-Square (p-value) Uji korelasi Pearson
Hubungan antara Karakteristik Mahasiswa dan Karakteristik Keluarga dengan Minat Beli Produk Pangan IPB Hasil uji Chi-Square dan korelasi Pearson antara karakteristik mahasiswa dan karakteristik keluarga dengan minat beli menjelaskan bahwa uang saku memiliki hubungan positif signifikan dengan minat beli dengan koefisien korelasi sebesar 0,159 (p<0,05). Sementara itu, hasil uji hubungan antara karakteristik
48 keluarga dengan minat beli mahasiswa menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, usia orang tua, dan pendapatan) dengan minat beli mahasiswa terhadap produk pangan IPB. Tabel 40 Hubungan antara karakteristik mahasiswa dan karakteristik keluarga dengan minat beli produk pangan IPB Karakteristik Mahasiswa Usia (th)2 Total uang saku (Rp/bln)2 Jenis kelamin1 Lama kuliah (semester)2 Keluarga Besar keluarga (org)2 Lama pendidikan ayah (th)2 Lama pendidikan ibu (th)2 Pekerjaan ayah (1=bekerja; 0=tidak bekerja)1 Pekerjaan ibu (1=bekerja; 0=tidak bekerja)1 Usia ayah (th)2 Usia ibu (th)2 Pendapatan per kapita (Rp/bln)2
Minat beli Koefisien korelasi 0,031 0,159* 0,009 0,000 0,005 -0,007 -0,005 0,967 0,082 -0,053 -0,073 0,033
Signifikan* p<0,05; signifikan** p<0,01 Uji Chi-Square (p-value) 2) Uji korelasi Pearson 1)
Hubungan antara Kelompok Acuan dan Pengetahuan dengan Minat Beli Produk Pangan IPB Hasil uji korelasi Pearson menjelaskan terdapat hubungan yang positif signifikan antara pengetahuan dengan minat beli dengan koefisien korelasi sebesar 0,101 (p<0,05) yang berarti bahwa semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki maka semakin tinggi pula minat beli produk pangan IPB. Pengetahuan sendiri, dibagi menjadi tiga kategori yaitu pengetahuan produk, pengetahuan pembelian, dan pengetahuan pemakaian. Hasil penelitian juga menunjukkan pengetahuan pemakaian dengan minat beli produk pangan IPB dengan koefisien korelasi 0,206 (p<0,01), yang berarti bahwa semakin tinggi pengetahuan pemakaian maka semakin tinggi pula minat beli terhadap produk pangan IPB. Adapun variabel kelompok acuan, pengetahuan produk, dan pengetahuan pembelian tidak berhubungan dengan minat beli produk pangan IPB (Tabel 41).
49 Tabel 41 Hubungan antara kelompok acuan, pengetahuan, dan minat beli produk pangan IPB Variabel Kelompok acuan Pengetahuan P.produk P.beli P.pakai Minat beli
Kelompok Acuan Koef 1,00 0,045 0,23 0,046 0,033 0,044
Pengetahuan Koef
Pengetahuan Produk Koef
1,00 0,801** 0,615** 0,488** 0,101*
1,00 0,021 0,170** 0,062
Pengetahuan pembelian Koef
Pengetahuan Pemakaian Koef
1,00 0,592** 0,087
1,00 0,206**
Siginifikan* p<0,05; signifikan** p<0,01
Faktor yang Memengaruhi Minat Beli Hasil uji regresi linier sederhana menjelaskan bahwa pengetahuan berpengaruh positif signifikan terhadap minat beli (β=0,079; p=0,043). Hal ini berarti setiap satu kesatuan pengetahuan yang dimiliki mahasiswa dapat menaikkan minat beli sebesar 0,079 poin. Nilai Adjusted R-square yang diperoleh sebesar 0,8 persen pengetahuan terhadap minat beli produk pangan IPB, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti (Tabel 42). Tabel 42 Pengaruh pengetahuan mahasiswa terhadap minat beli produk pangan IPB Variabel Konstanta Pengetahuan (skor) F Adjusted R2 Sig
Koefisien tidak terstandarisasi β 53,557 0,079
Koefisien terstandarisasi β 0,101
Sig 0,000 0,043*
4,116 0,008 0,043
Siginifikan* p<0,05; signifikan** p<0,01
Hasil uji regresi linier berganda menjelaskan uang saku dan pengetahuan pemakaian berpengaruh positif signifikan terhadap minat beli dengan masingmasing nilai koefisien (β=4,798E-6; p=0,002) dan (β=0,055; p=0,000). Setiap satu kesatuan uang saku yang dimiliki mahasiswa dapat menaikkan minat beli sebesar 4,798E-6 poin dan setiap satu kesatuan pengetahuan pemakaian dapat menaikkan minat beli sebesar 0,055 poin. Nilai Adjusted R-square yang diperoleh sebesar 15,5 persen pengaruh uang saku, pengetahuan pemakaian, dan pengetahuan total terhadap minat beli produk pangan IPB, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti (Tabel 43).
50 Tabel 43 Faktor yang memengaruhi minat beli produk pangan IPB No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Variabel Konstanta Jenis kelamin (1=laki-laki; 0=perempuan) Usia (th) Uang saku (Rp/bln) Pendapatan per kapita (Rp/bln) Kelompok acuan(1=teman; 0=lainnya) Pengetahuan produk (skor) Pengetahuan pembelian (skor) Pengetahuan pemakaian (skor) F Adjusted R2 Sig
Koefisien tidak terstandarisasi β 48,140 0,626
Koefisien terstandarisasi β
Sig
0,025
0,000 0,621
0,204 4,798E-6 -3,559E-7
0,018 0,167 -0,025
0,715 0,002** 0,628
0,122
0,040
0,413
0,016
0,032
0,517
-0,029
-0,044
0,467
0,155
0,231
0,000**
3,893 0,155 0,000
Siginifikan* p<0,05; signifikan** p<0,01
PEMBAHASAN Pangan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Sesuai dengan teori Maslow atau Hierarki Kebutuhan Manusia dalam Sumarwan (2011) dijelaskan bahwa kebutuhan akan makanan termasuk dalam kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan manusia untuk dapat bertahan hidup sehingga manusia dapat melakukan segala hal agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Produk pangan IPB merupakan produk inovasi terbaru yang kini sedang dikembangkan sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas dan produktivitas pangan serta meningkatkan status gizi di masyarakat. Sebagai produk yang baru, produsen produk pangan IPB perlu lebih mensosialisasikan keberadaan dan manfaat ke masyarakat baik civitas akademika maupun masyarakat luar IPB. Namun, sebelum sampai dikonsumsi oleh masyarakat luar IPB perlu dilihat terlebih dahulu sejauh mana sosialisasi dan perilaku pembelian pada civitas akademik IPB salah satunya adalah mahasiswa program sarjana IPB.
51 Mahasiswa merupakan salah satu konsumen terdekat di kampus IPB. Oleh karena itu, mahasiswa merupakan salah satu variabel yang mampu menunjukkan suatu keadaan atau kondisi populasi. Sebanyak 400 sampel dari seluruh fakultas dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Indian dalam Sim (2009) menjelaskan terdapat perbedaan antara pria dan wanita dalam perilaku berbelanja mereka. Perbedaan itu antara lain perbedaan dalam memilih aktivitas rekreasional, perbedaan dalam mengatur keuangan, serta perbedaan dalam pengaruh sosial, dan lingkungan sebelum membeli barang dan jasa tertentu. Segmentasi pasar berdasarkan jenis kelamin membuktikan perbedaan antara keduanya dalam merespon pesan pemasaran. Selain itu, menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) menyatakan bahwa faktor jenis kelamin juga memengaruhi dari segi berbelanja terhadap suatu produk. Usia juga memiliki peranan penting dalam menentukan produk atau jasa yang akan dikonsumsi, perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan kebutuhan, selera, dan kesukaan terhadap suatu produk atau jasa (Sumarwan 2011).
Sumarwan
(2011)
menjelaskan
bahwa
tahapan
perkembangan
mahasiswa berada pada dua tahapan yaitu masa remaja dimulai pada usia 1618 tahun dan masa dewasa awal dimulai pada usia 19-24 tahun. Rentang usia mahasiswa terbanyak berada pada dewasa awal (18-40 tahun) dengan kisaran antara 18 sampai 25 tahun (Hurlock 1980). Pada tahapan usia dewasa awal ini, orang lebih tertarik berbelanja serta mampu merespon lebih kuat terhadap barang atau jasa. Hurlock (1980) menambahkan bahwa pada usia dewasa awal (18-40 tahun) sekali seseorang menemukan pola hidup yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya, ia akan cenderung menjadikan kekhasan selama hidupnya. Konsumen yang berada pada usia dewasa awal cenderung lebih menunjukkan kesetiaannya terhadap suatu produk, ataupun sebaliknya ketika produk tersebut dirasa tidak cocok, maka konsumen cenderung mencari informasi dan mencoba-coba produk lain hingga ia menemukan kecocokannya. Segala hal yang disenangi dan tidak disenangi sangat memengaruhi minat seseorang
dan
akan
menjadi
kuat
dengan
bertambahnya
usia
yang
menyebabkan minat yang mantap setelah ia dewasa (Hurlock 1980). Sebagian besar waktu yang dimiliki mahasiswa lebih banyak dihabiskan di kampus dengan kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi. Kampus merupakan tempat mahasiswa memeroleh informasi
52 dan pengetahuan produk pangan IPB. Lama studi menunjukkan tingkatan seseorang dalam memasuki jenjang pendidikan perguruan tinggi. Oleh karena itu, lama studi seseorang juga akan menentukan nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang bahkan persepsi terhadap suatu masalah. Konsumen yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi mengenai suatu produk atau jasa (Sumarwan 2011). Sementara itu, lingkungan sosial adalah semua interaksi sosial yang terjadi antara konsumen dengan orang di sekelilingnya atau banyak orang (Sumarwan 2011). Kegiatan kemahasiswaan dan organisasi merupakan tempat mahasiswa berinteraksi dengan berbagai angkatan, berbagai jurusan, fakultas, bahkan berbagai universitas dan salah satu wadah bagi mahasiswa untuk lebih memperluas wawasan, pergaulan, sekaligus melatih untuk meningkatkan softskill. Kegiatan kemahasiswaan yang diikuti dapat melatih kemampuan mahasiswa juga dalam hal manajemen waktu dan berinteraksi (Nurhayati 2011). Keikutsertaan suatu organisasi dapat menentukan sejauh mana informasi yang diperoleh terkait produk pangan IPB, sehingga dapat menentukan tingkat pengetahuan dan minat beli terhadap produk pangan IPB. Uang saku merupakan sumber material yang penting bagi mahasiswa. Uang saku dapat menunjukkan kemampuan daya beli seseorang dalam membeli produk pangan IPB. Uang saku diasumsikan sebagai besar pendapatan mahasiswa
dalam
setiap
bulannya
(Supriatna
2011).
Hasil
penelitian
menunjukkan sebagian besar uang saku yang dimiliki oleh mahasiswa sebesar Rp500.001,00 sampai dengan Rp1.000.000,00. Uang saku memiliki kaitan yang erat dengan pendapatan sehingga dapat dikatakan sebagai modal utama dalam menentukan daya beli seseorang terhadap produk pangan IPB. Selain itu, menurut Hurlock (1980), seseorang yang memasuki tahap perkembangan usia dewasa awal masih menggantungkan keuangannya kepada orang tua. Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu (Ruspriana 2008). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa uang saku yang dimiliki mahasiswa berbanding lurus dengan pendapatan yang dimiliki keluarga mahasiswa. Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seorang konsumen dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah (Sumarwan 2011). Sumarwan (2011) menambahkan bahwa jumlah pendapatan yang dimiliki akan menentukan daya beli seseorang terhadap suatu barang atau jasa. Pendapatan
53 yang diukur tidak hanya pendapatan yang diterima oleh individu saja, tetapi pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota keluarga. Peran keluarga merupakan hal yang penting dan berpengaruh dalam perilaku pembelian bagi mahasiswa. Santrock (2007) menyatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan mikro yang paling dekat dengan konsumen. Sebagian besar keluarga mahasiswa memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 5 sampai 7 orang. Pada usia orang tua, proporsi terbesar usia ayah berada pada rentang usia antara 51 hingga 65 tahun, sedangkan usia ibu berada pada rentang antara 36 hingga 50 tahun. Pada umumnya, pendidikan menentukan jenis pekerjaan seseorang dan dapat juga menentukan pendapatan yang diperoleh. Proporsi terbesar pendidikan orang tua berada pada lama pendidikan 12 tahun baik pada ayah maupun lama pendidikan ibu. Sebagian besar jenis pekerjaan ayah sebagai PNS dan sebagian besar ibu sebagai ibu rumah tangga. Pendapatan yang dimiliki banyak berada pada rentang Rp1.000.000 hingga Rp3.000.000. Jika dilihat dari pendapatan per kapita, sebagian besar mahasiswa memiliki pendapatan diatas Rp248.707 per kapita, sehingga dapat dikatakan bahwa hampir sebagian besar keluarga mahasiswa berada pada status ekonomi keatas (BPS 2012). Sementara
itu,
tidak
hanya
pada
karakteristik
mahasiswa
dan
karakteristik keluarga mahasiswa saja, sebuah kelompok acuan mempunyai peranan penting dalam memberikan informasi terhadap produk pangan IPB. Kelompok acuan merupakan kelompok yang dianggap sebagai acuan bagi para individu dalam pengambilan keputusan pembelian atau konsumsi untuk menentukan minat beli konsumen. Kelompok acuan mencakup kelompokkelompok atau individu yang berinteraksi secara langsung seperti teman, saudara, orang tua, dan kelompok atau individu lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teman dekat merupakan kelompok acuan yang memiliki peranan penting dalam memeroleh perilaku pembelian produk pangan IPB pada mahasiswa program sarjana. Konsumen membutuhkan teman sesamanya untuk menentukan suatu pembelian (Sumarwan 2011). Memiliki teman dekat atau sahabat merupakan naluri dari konsumen sebagai makhluk sosial. Teman bagi seorang
konsumen
diyakini
akan
mampu
memenuhi
kebutuhan
akan
kebersamaan, rasa aman, dan kebutuhan akan mendiskusikan berbagai masalah ketika konsumen merasa enggan untuk membicarakan dengan orang tua atau saudara kandung. Sementara itu, menurut Peter & Olson (1996)
54 menyatakan bahwa jenis kelompok acuan terdiri dari formal vs informal, primer vs sekunder, membership, aspirational, dan disosiatif. Jika ditinjau keterlibatan seringnya berinteraksi, teman tergolong dalam jenis kelompok acuan primer, yaitu kelompok acuan yang melibatkan interaksi secara langsung dan tatap muka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teman dekat memberikan pengaruh dalam pemilihan produk pangan IPB dan orang yang memberi pendapat dalam pemilihan produk pangan IPB. Sementara itu, dosen juga merupakan orang yang paling dipercaya untuk memberi informasi dan menentukan jenis produk pangan IPB. Seiring dengan peran kelompok acuan dalam menentukan minat beli mahasiswa, sumber informasi juga menentukan pengetahuan yang dimiliki mahasiswa. Terdapat dua jenis pencarian informasi yaitu secara internal dan eksternal. Pencarian internal terjadi ketika konsumen menggunakan informasinya yang disimpan ke dalam memori, sedangkan pencarian secara eksternal meliputi pencarian informasi dari lingkungan informasi yang dinginkan karena informasi yang diperoleh sebelumnya tidak dapat diingat kembali dari memori (Pillai 2009). Teman merupakan sumber pencarian informasi secara eksternal yang diperoleh oleh mahasiswa terkait dengan produk pangan IPB. Hal ini sejalan dengan penelitian Hasanah (2003) yang menyatakan bahwa teman merupakan sumber informasi yang cukup efektif dalam memberikan informasi. Sumber informasi dan kelompok acuan merupakan komponen yang penting dalam membentuk perubahan dan peningkatan pengetahuan mahasiswa terhadap produk pangan IPB. Pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen (Sumarwan 2011). Jenisjenis pengetahuan menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994) terbagi dalam 3 (tiga) jenis diantaranya adalah pengetahuan produk, pengetahuan pembelian, dan pengetahuan pemakaian. Selain itu, Peter dan Olson (1996) membagi pengetahuan konsumen menjadi tiga jenis, yaitu pengetahuan tentang atribut, pengetahuan tentang keuntungan, dan pengetahuan tentang kepuasan. Mowen dan Minor (1995) juga mengklasifikasikan pengetahuan konsumen menjadi dua jenis, yaitu pengetahuan objektif dan pengetahuan subjektif. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan
bahwa
sebagian
besar
mahasiswa
memiliki
pengetahuan yang cukup terkait dengan produk pangan IPB. Konsumen yang
55 berpengetahuan banyak lebih terfokus pada informasi yang paling relevan untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan suatu produk (Sumarwan 2011). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mahasiswa perlu lebih menggali lagi serta mengolah informasi produk pangan IPB menjadi suatu pengetahuan agar mampu membentuk pengetahuan yang lebih baik terkait produk pangan IPB. Pengetahuan produk adalah kumpulan berbagai informasi mengenai produk. Pengetahuan ini meliputi kategori produk, merek, terminologi produk, atribut atau fitur produk, harga produk, dan kepercayaan mengenai produk. Pengetahuan pembelian merupakan pengetahuan yang meliputi berbagai informasi yang diproses oleh konsumen untuk memeroleh suatu produk. Pengetahuan pembelian terdiri atas pengetahuan dimana membeli produk dan kapan membeli produk (Sumarwan 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan produk dan pengetahuan pembelian sudah tergolong cukup, walaupun beberapa diantara mahasiswa masih cukup banyak yang tergolong kurang. Lain halnya dengan pengetahuan pemakaian, suatu produk akan memberikan manfaat kepada konsumen jika produk tersebut telah digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen agar produk tersebut bisa memberikan manfaat yang maksimal dan kepuasan yang tinggi kepada konsumen, maka konsumen harus bisa menggunakan atau mengkonsumsi produk tersebut dengan benar. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan mahasiswa masih berada pada kategori kurang untuk pengetahuan pemakaian produk pangan IPB. Sikap merupakan ungkapan perasaan tentang kesukaan terhadap suatu objek akibat dari perolehan pengetahuan konsumen mengenai suatu objek, atributnya, dan manfaatnya (Sumarwan 2011). Sikap terdiri dari tiga komponen diantaranya adalah komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Pada penelitian ini komponen sikap yang akan digunakan adalah komponen konatif atau yang menggambarkan minat beli (intention to buy) mahasiswa terhadap produk pangan IPB. Sumarwan (2011) menyatakan bahwa minat beli (intention to buy) dapat menggambarkan komponen konatif yang menunjukkan kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku yang berkaitan dengan suatu objek. Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael 1992). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh
56 mahasiswa memiliki minat beli yang cukup, walaupun masih ada beberapa yang memiliki minat beli yang lemah. Selain itu, Assael (1992) juga menyatakan bahwa minat beli merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek, atau juga merupakan minat pembelian yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian. Beberapa pernyataan yang telah diajukan untuk mahasiswa program sarjana IPB, sebagian besar mahasiswa menyatakan akan mengajak orang lain untuk membeli produk pangan IPB. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki minat untuk membeli produk pangan IPB bahkan akan dilanjutkan dengan mengajak orang lain untuk membeli produk pagan tersebut. Namun, minat beli yang lemah juga terlihat dari pernyataan yang banyak dipilih mahasiswa bahwa mereka tidak bersedia mengganti produk yang biasa dikonsumsi dengan produk pangan IPB. Hal ini diduga terkait dengan kesetiaan atau loyalitas mahasiswa terhadap suatu produk lain yang biasa dikonsumsi, sehingga terdapat pertimbangan yang lain terhadap minat beli produk pangan IPB. Tiap individu memiliki pertimbangan-pertimbangan sendiri untuk memiliki minat atau tidak berminat untuk membeli produk pangan IPB. Pertimbangan tersebut terlihat dari pernyataan mahasiswa tentang kelemahan dan kelebihan produk pangan IPB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelebihan dari produk pangan IPB adalah produk pangan yang inovatif, kreatif, berkualitas, aman, sehat, dan bergizi (Lampiran 3), sehingga pertimbangan ini memungkinkan terjadi perilaku pembelian. Namun, hal ini tidak terlepas adanya kelemahan dari produk pangan IPB. Kelemahan dari produk pangan IPB adalah kurangnya publikasi, sosialisasi, dan promosi terkait produk pangan IPB (Lampiran 2). Selain itu, terbatasnya outlet yang tersedia dan harga produk pangan IPB yang masih relatif mahal menjadi pertimbangan dalam melakukan perilaku pembelian (Lampiran 2). Oleh karena itu, mahasiswa mencoba memberikan masukan atau saran terkait dengan pengembangan produk dan pemasarannya. Beberapa saran atau masukan yang diberikan berupa peningkatan publikasi, promosi, serta ketersediaan outlet, sehingga informasi dapat diperoleh dengan mudah bahkan produk pangan IPB dapat dijangkau dengan mudah (Lampiran 4). Penelitian Prihatiningsih (2008) menyatakan bahwa terdapat perbedaan dalam proses pengambilan keputusan pembelian produk antara laki-laki dan perempuan.
Hasil
penelitian
juga
menunjukkan
bahwa
jenis
kelamin
57 berhubungan dengan pengetahuan. Terlihat mahasiswa perempuan lebih mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibandingan dengan laki-laki terkait dengan produk pangan IPB. Prihatiningsih (2008) menambahkan bahwa perempuan memulai proses pembelian produk dengan cara mencari informasi dari teman-teman atau lingkungan mengenai suatu produk untuk mendapatkan jawaban yang paling sempurna dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu, perempuan selalu mencari informasi tambahan dan menginvestigasi pilihanpilihan yang ada mengenai produk yang tersedia. Tak lepas kaitannya dengan karakteristik mahasiswa, jenis kelamin berpengaruh terhadap pengetahuan produk pangan IPB. Perempuan lebih mudah terpengaruh media massa dibandingkan laki-laki sehingga kemungkinan wawasan dan keterbukaan perempuan mengenai suatu inovasi lebih besar daripada laki-laki (Santrock 2007). Melalui keterbukaan tersebut, mahasiswa perempuan akan menambah wawasannya mengenai produk pangan IPB dan tidak segan menerima informasi terkait produk pangan IPB. Apabila informasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan dan manfaat yang diharapkan, maka mahasiswa perempuan akan mengkonsumsi produk pangan IPB secara rutin. Akan tetapi, hasil menunjukkan bahwa usia berhubungan negatif dengan pengetahuan produk pangan IPB. Semakin rendah usia maka semakin meningkat pengetahuan tentang produk pangan IPB. Akses dalam pencarian informasi berbeda-beda pada tiap-tiap mahasiswa sehingga menurut Peter dan Olson (1996) menyatakan bahwa setiap pengetahuan konsumen yang diperoleh berbeda-beda pula. Selain itu, hal ini sejalan dengan penelitian Gounaris dan Stathakopoulos (2004), menyatakan bahwa semakin tinggi usia maka kesetiaan terhadap suatu produk semakin meningkat. Hal ini diduga mahasiswa dengan usia lebih tua tidak berupaya mencari produk-produk lain dan cenderung memiliki kesetiaan terhadap produk yang dipercayai dan biasa digunakan, sedangkan mahasiswa dengan usia muda cenderung lebih banyak lagi mencari informasi terkait produk-produk pangan IPB yang lainnya. Berdasarkan hasil penelitian, usia memiliki hubungan yang positif dengan lama studi, artinya semakin tinggi usia maka semakin tinggi pula lama studi. Oleh karena itu, dua karakteristik tersebut dapat dikatakan saling berhubungan. Lama studi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan banyaknya informasi yang diperoleh, karena semakin lama keberadaan mahasiswa di IPB, maka semakin banyak kesempatan untuk mencari informasi terkait produk
58 pangan IPB. Sumarwan (2011) menyatakan bahwa pada umumnya seseorang dengan
tingkat
pendidikan
tinggi
cenderung
memiliki
wawasan
serta
pengetahuan yang lebih baik karena lebih mampu menyerap serta mengolah berbagai informasi yang diterimanya, serta menyebabkan menjadi lebih respon terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini seiring dengan lama studi mahasiswa, yang berarti semakin lama studi seseorang, maka semakin banyak informasi yang telah diperoleh terkait dengan produk pangan IPB. Namun, hasil penelitian menunjukkan sebaliknya bahwa semakin lama studi mahasiswa maka semakin rendah pengetahuannya terhadap produk pangan IPB. Pengolahan informasi merupakan bagian dari proses terbentuknya suatu pengetahuan. Sumarwan (2011) menambahkan bahwa pengolahan informasi pada diri konsumen terjadi ketika salah satu pancaindra konsumen menerima input dalam bentuk stimulus, bisa berbentuk merek, bentuk produk, kemasan, atau bahkan nama produsen. Hal ini terkait dengan pemindahan informasi ke dalam suatu memori, dan suatu ketika memori tersebut memanggil kembali atau mengingat informasi untuk dipakai sebagai suatu pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Terkait dengan penelitian ini, diduga masalah yang dihadapi oleh mahasiswa usia atau lama studi/semester atas adalah tidak bisa mengingat kembali segala informasi terkait produk pangan IPB. Hal ini didukung oleh pernyataan Sumarwan (2011) bahwa masalah utama yang sering dihadapi oleh konsumen adalah tidak bisa mengingat kembali semua informasi yang ada di dalam memorinya, atau yang disebut lupa (forgetting). Sementara itu, Green (1980) dalam Andersen (1995) juga menyatakan peningkatan pengetahuan
tidak
selalu
menyebabkan
perubahan
perilaku
seseorang.
Walaupun semakin tinggi lama studi mahasiswa, belum tentu dapat menentukan tingkat pengetahuan terhadap produk pangan IPB. Besarnya keterlibatan mahasiswa dalam berorganisasi menunjukkan semakin meningkatnya wawasan seseorang. Namun, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa keikutsertaan berorganisasi tidak berhubungan dengan tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini diduga mahasiswa tidak tertarik untuk mencari informasi lebih terkait produk pangan IPB dalam suatu kelompok organisasi karena informasi melalui sahabat atau teman dekat sudah cukup memberikan pengetahuan produk pangan IPB. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara uang saku dengan pengetahuan mahasiswa. Uang saku mempunyai
59 peran penting dalam meningkatkan kemampuan mengakses informasi terhadap produk pangan IPB. Namun, hal tersebut tidak menjamin timbulnya perilaku pencarian informasi lebih lanjut terkait produk pangan IPB. Pendapatan yang tinggi akan menentukan banyaknya uang saku, sehingga memungkinkan adanya minat beli mahasiswa terhadap produk pangan IPB. Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara uang saku dengan minat beli produk pangan IPB, sehingga memungkinan mahasiswa mempunyai ketertarikan untuk melakukan perilaku pembelian produk pangan IPB. Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) menyatakan uang saku yang semakin besar membuat seseorang lebih leluasa dalam memilih dan mengkonsumsi produk yang beragam. Karakteristik keluarga pada penelitian ini adalah lama pendidikan, pendapatan, pekerjaan, usia orang tua, dan besar keluarga merupakan faktor yang akan menentukan pengetahuan dan minat beli pada penelitian ini. Namun, hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik keluarga dengan pengetahuan dan minat beli produk pangan IPB. Hal ini disebabkan kondisi demografi yang sama, lingkungan yang sama, dan lebih banyak mahasiswa berasal dari daerah yang jauh dari lingkungan kampus yang menyebabkan peran keluarga tidak terlalu berperan penting dalam pengambilan keputusan ataupun perilaku pembelian. Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
tidak
terdapat
hubungan antara kelompok acuan dengan pengetahuan maupun dengan minat beli, hal ini menunjukkan bahwa kelompok acuan tidak selalu menjadi acuan untuk melakukan perilaku pembelian. Hal ini tidak sejalan dengan pernyataan Sumarwan (2011) bahwa kelompok acuan akan memeroleh perilaku seseorang dan jika informasi dapat diterima baik oleh mahasiswa maka kelompok acuan dapat memberi pengaruh dalam perilaku pembelian. Namun, hal ini sejalan dengan pendapat Bandura dalam Santrock (2007) yang menyatakan bahwa lingkungan dapat memeroleh perilaku seseorang namun ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan salah satunya faktor pribadi seperti keterampilan berpikir logis dan mengetahui keinginannya sendiri. Hal ini diduga terkait dengan penerimaan mahasiswa terhadap produk pangan IPB masih kurang sehingga mahasiswa cenderung kurang tertarik dalam mencari informasi lebih pada teman dekat. Disamping itu, teman dekat bukan pihak pengambil keputusan utama dalam menentukan minat pembelian. Lain halnya dengan pengetahuan, pengetahuan berhubungan dengan minat beli, semakin tinggi pengetahuan maka
60 semakin kuat minat beli mahasiswa terhadap produk pangan IPB. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Hasiholan et al. (2012) yang
menyatakan bahwa
pengetahuan yang cukup baik dimiliki konsumen akan banyak memeroleh kecenderungan pembelian suatu produk. Sementara itu, uang saku berpengaruh positif terhadap minat beli produk pangan IPB. Oleh karena itu, meskipun mahasiswa tertarik dengan produk pangan IPB bisa jadi seorang mahasiswa tidak dapat mengkonsumsi secara rutin dikarenakan daya beli mahasiswa lebih dialokasikan kepada pemenuhan kebutuhan yang lain. Akan tetapi, berbeda halnya bagi mahasiswa yang cenderung berminat mengkonsumsi, akhirnya akan menuju pada perilaku pembelian produk pangan IPB. Hasil tersebut sejalan dengan Rogers (2003), yang menyatakan bahwa ciri utama konsumen yang inovatif adalah terbuka terhadap produk baru dan senantiasa mencari informasi terkait produk tersebut secara aktif. Selain itu, jenis pengetahuan pemakaian dalam teori pembagian jenis pengetahuan Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) pada hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara pengetahuan pemakaian terhadap minat beli. Pengetahuan konsumen penting bagi mahasiswa untuk mengetahui apa yang dibeli, berapa banyak yang dibeli, dimana membeli dan kapan membeli dan akan bergantung kepada pengetahuan konsumen mengenai hal-hal tersebut (Sumarwan 2011). Pengetahuan produk dan pengetahuan pembelian tidak berpengaruh dengan minat beli, hal ini diduga hanya dengan memiliki pengetahuan produk dan pembelian dirasa belum cukup untuk menimbulkan rasa minat belinya. Selain itu, mahasiswa akan mulai mempunyai minat beli ketika seseorang sudah mencapai pada pengetahuan pemakaian. Engel, Blacwell, dan Miniard (1994) menyatakan bahwa seseorang dikatakan memiliki pengetahuan konsumen ketika konsumen sudah memiliki pengetahuan produk, pengetahuan pembelian, dan pengetahuan
pemakaian.
Melalui
perilaku
tersebut,
maka
terbentuklah
pengetahuan dan sikap konsumen terhadap produk berupa kesukaan produk, pemahaman tujuan produk, dan perencanaan konsumsi produk (Naomi 2011).
61 Keterbatasan Penelitian Terdapat beberapa keterbatasan penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Pengkategorian produk pangan IPB masih terlalu luas, sehingga belum terlihat atau belum spesifik pada salah satu produk IPB tertentu. 2. Keterbatasan penelitian ini berada pada sedikitnya variabel penelitian sehingga tidak dapat melihat dari berbagai aspek variabel lainnya. 3. Penelitian ini hanya sampai melihat pada minat beli seseorang saja, tidak sampai pada perilaku pembeliannya. 4. Contoh yang digunakan hanya pada mahasiswa saja sehingga belum terlalu terlihat dari keseluruhan civitas akademika IPB.