HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Alel Protein Darah Hasil penelitian terhadap protein plasma darah didapatkan hasil elektroforesis pita protein muncul ada lima lokus, yaitu Albumin (Alb), Post albumin (Pa), Transferrin (Tf), Post transferrin 1 (PTf1) dan Post transferrin 2 (PTf2). Hasil elektroforesis dapat dilihat dari masing-masing pita lokus yang ditampilkan oleh semua individu contoh yang dianalisis. Berdasarkan jumlah pita yang ditampilkan pada lokus Alb, Pa, PTf1 dan PTf2 terdapat keragaman. Dilihat secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa lokus Albumin diinterpretasikan dengan satu pita tebal dan agak sedikit lonjong. Hasil analisis terhadap plasma darah (lokus PAlb, Alb, Tf, PTf1, dan PTf-2) didapatkan gambar hasil elektroforesis pada Gambar 6, sedangkan zymogram pola pita protein disajikan pada Gambar 7.
(a) (b) Gambar 6. (a) Hasil PAGE Domba Jonggol dan (b) Zymogram dari PAGE Domba Jonggol Bentuk pita Albumin yang ditampilkan pada hasil analisis berbeda dengan bentuk pita Transferrin, yaitu agak lonjong, sedangkan pada lokus Transferrin berbentuk garis. Bentuk pita Albumin yang lonjong juga ditemukan pada beberapa bangsa domba (Zulkarnaen, 1992). Selanjutnya Thohari et al. (1993) menyatakan bahwa lokus Albumin yang ditampilkan dengan satu pita merupakan lokus Albumin homozigot.
Lokus Post albumin dan Post transferrin 2 diinterpretasikan dengan satu pita tipis, sedangkan lokus Post transferrin 2 diinterpretasikan dengan 2 pita tipis. Dari segi jumlah pita berupa garis terdapat perbedaan pada sedikit individu contoh. Perbedaan jumlah pita tersebut terdapat pada lokus Transferrin. Pita Transferrin pada hasil elektroforesis plasma darah domba Jonggol diinterprestasikan dengan pita garis tebal dimetri, berjumlah dua. Ada sebagian individu yang memiliki tiga dan empat garis pada lokus Transferrin. Dari gambar dapat dikatakan bahwa pada contoh domba Jonggol ditemukan adanya individu yang homozigot pada kedua lokus yang dianalisis, namun secara keseluruhan menunjukkan adanya keragaman pada lokus Tf yang diidentifikasi. Lokus Alb, Pa, PTf1 dan PTf2 berjumlah satu pita dan lokus Tf berjumlah dua sampai empat pita (rata-rata dua pita). Berdasarkan pola pita protein, lokus Tf memiliki tingkat keragaman yang rendah sedangkan lokus Alb, Pa, PTf1 dan PTf2 tidak tidak ada keragaman. Jika dilihat dari frekuensi pola proteinnya, domba Jongggol memiliki pola pita protein dengan keragaman rendah pada kelima protein yang diamati. Jumlah domba hasil elektroforesis terdapat pada Tabel 9. Hasil macam genotip dan frekuensi genotipe pada plasma darah ditunjukkan pada Tabel 10. Tabel 10. Jumlah Domba Hasil Elektroforesis Lokus
Genotip
P-Tf2
P-Tf1
AA
AA 84
Tf AA 78
AB 2
AC 4
Pa
Alb
SS
AA
Jumlah Domba
84
84
Frekuensi Genotip
1,0000 1,0000 0,9268 0,0238 0,0476 1,0000
84 1,0000
Frekuensi PTf-2 seperti ditunjukkan pada Tabel 10 menunjukkan bahwa domba Jonggol mempunyai keragaman yang sama dan didominasi oleh genotip AA. Pada Tabel 10 ditampilkan pola pita PTf-1 domba Jonggol bersifat seragam dengan genotip AA. Genotip AA mempunyai keragaman yang rendah pada pita Transferrin yaitu genotip AA mempunyai frekuensi 0,93 sedangkan genotipe AB mempunyai 0,05 dan genotipe AC 0,02. Bentuk pita Albumin yang ditampilkan pada hasil analisis berbeda dengan bentuk pita Transferrin, yaitu agak lonjong, sedangkan pada lokus Transferrin
27
berbentuk garis. Bentuk pita Albumin yang lonjong juga ditemukan pada beberapa domba (Zulkarnaen, 1992). Selanjutnya Thohari et al. (1993) menyatakan bahwa lokus Albumin yang ditampilkan dengan satu pita merupakan lokus Albumin homozigot. Hasil tersebut di atas juga menunjukkan bahwa pada domba Jonggol memiliki keragaman genetik yang rendah, diantaranya yang ditunjukkan oleh genotip mereka, yaitu semua individu homozigot untuk lokus Alb, Pa, PTf1 dan PTf2 yang diamati dan lokus protein yang yang memiliki keragaman rendah. Rendahnya tingkat keragaman tersebut disebabkan oleh sistem perkawinan di UP3J yang cenderung ke arah silang dalam (inbreeding). Menurut Warwick et al. (1990) pengaruh genetik utama dari silang dalam adalah menaikkan homozigositas. Untuk memperjelas adanya keragaman dari tipe-tipe lokus kedua pita protein yang diidentifikasi, pada Gambar 4 disajikan keragaman masing-masing tipe pita yang diambil secara acak dari seluruh inidvidu contoh domba yang dianalisis. Frekuensi Tf seperti ditampilkan pada Tabel 3 dan Tabel 4 menunjukkan bahwa domba Jonggol relatif lebih beragam dengan tipe dominan AA (dua pita) dan tipe lainnya AB (empat pita) dan AC (tiga pita). Keragaman tipe protein pada setiap lokus disebabkan oleh adanya sistem perkawinan. Perkawinan domba dalam satu bangsa cenderung meningkatkan gen homozigositas dan perkawinan dengan lain bangsa akan meningkatkan gen heterozigositas yang juga menunjukkan keragaman genetiknya (Warwick et al., 1990). Domba Jonggol dapat dicirikan oleh keragaman pada pola protein darah. Domba Jonggol yang diamati menunjukkan telah terjadinya persilangan dengan bangsa domba lain terutama dengan domba lokal. Hal ini ditunjukkan oleh keragaman Transferrin. Dari hasil analisis darah diketahui variasi jumlah tipe pita protein pada domba Jonggol, yaitu pada lokus Tf dua variasi dan lokus Alb, Pa, PTf1 dan PTf2 satu variasi.
28
Frekuensi Alel pada Lokus Protein Darah Dari hasil analisis pola pita seluruh individu contoh plasma darah domba Jonggol ditemukan polimorfisme hanya pada lokus Transferrin. Hasil analisis polimorfisme pola pita lokus Transferrin pada individu contoh domba Jonggol di dapatkan dua variasi fenotip Transferrin yaitu dua pita dan empat pita. Berdasarkan frekuensi alel pada lokus Albumin, Post albumin, Post transferrin 1 dan Post transferrin 2 ditemukan 1 sedangkan pada Transferrin ditemukan sebesar 0,9642 untuk alel A sedangkan 1,1190% dan 2,0380% masing-masing untuk alel B dan C. Frekuensi alel disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Frekuensi Alel pada Lokus Protein Plasma Darah Domba UP3J. Lokus
Alel
Frekuensi Alel
Post Transferrin 2
A
1,0000
Post Transferrin 1
A
1,0000
A
0,9642
B
0,0119
C
0,0238
Post Albumin
A
1,0000
Albumin
A
1,0000
Transferrin
Nilai Heterozigositas Lokus Transferrin menunjukkan angka keragaman yang rendah, dengan nilai ĥ = 0,0582, sedangkan pada Post Transferrin 2, Post transferin 1, Post Albumin dan Albumin ditemukan angka homozigositas maksimum dengan heterozigositas ĥ = 0,0000. Hasil analisis polimorfisme dua lokus yang ada pada domba jonggol didapatkan angka rata-rata heterozigositas sebesar Ĥ = 0,0140. Nilai heterozigositas disajikan pada Tabel 12.
29
Tabel 12. Nilai Heterozigositas pada Lokus Protein Plasma Darah Domba UP3J Lokus
Heterozigositas (ĥ)
Post Transferrin 2
0,0000
Post Transferrin 1
0,0000
Transferrin
0,0700
Post Albumin
0,0000
Albumin
0,0000
Rataan heterozigositas (Ĥ)
0,0140
Nilai yang didapat lebih kecil disbanding pada phasil penelitian Tsunoda et al. (2010) pada domba lain. Estimasi nilai H menyatakan perbedaan yang tidak signifikan antara domba Bayanbulak dan biakan lokal Asia Tengah lainnya. Domba Sipsu menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan pada nilai H dari biakan lokal lain yang diuji, tapi heterozigositas pada domba Sipsu lebih tinggi dibanding domba Baruwal, kira-kira mencapai 0,5000.
30