HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Untuk melakukan analisis CITYgreen, diperlukan pendigitasian pada Citra Kawasan. Terdapat tiga themes, yang terdiri dari Study Site Theme, Canopy Theme, dan Non-canopy Theme. Study Site theme merupakan batasan luasan lokasi yang akan dianalisis, yaitu jalan Raya Padjajaran. Pendigitasian peta dilakukan pada daerah Rumija (Ruang Milik Jalan) di sepanjang jalur jalan dari segmen jalan wilayah Warung Jambu hingga Ekalokasari (Gambar 23).
Tanpa Skala
Tanpa Skala
a
b
Gambar 23. Digitasi Batasan Wilayah (a) Warung Jambu dan (b) Ekalokasari
Canopy Theme adalah theme yang digunakan hanya untuk mendigitasi kanopi pohon (Gambar 24). Pada data atribut lokasi penelitian ini, dibedakan menjadi: •
Trees: Grass/turf understory dengan Ground cover <50%; Ground cover 50% - 75%; dan Ground cover >75%.
•
Trees: Impervious understory. Pohon yang terletak pada permukaan yang tertutup rumput dimasukkan
dalam katagori Grass/turf understory, dan Impervious understory untuk pohon dengan permukaan yang tahan/kedap air.
50
Tanpa Skala
Tanpa Skala
a
b
Gambar 24. Digitasi Canopy Theme (a) Depan Terminal Baranangsiang dan (b) Ekalokasari Non-canopy Theme terdiri dari pendigitasian luasan selain pohon (Gambar 25). Pada lokasi penelitian, digitasi non-kanopi terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu: •
Jalan, dikatagorikan sebagai Impervious Surfaces: Paved: Drain to open ditches. Jenis permukaan pada jalan Raya Padjajaran memiliki permukaan yang kedap air (impervious surfaces), yaitu terbuat dari bahan aspal (paved), dengan rata-rata memiliki saluran pembuangan air secara terbuka (drain to open ditches).
Tanpa Skala
Tanpa Skala
a
b
Gambar 25. Digitasi Non-canopy Theme (a) Depan Terminal Baranangsiang dan (b) Ekalokasari •
Permukaan yang tertutup rumput, dikatagorikan menjadi Open Space Grass/Scattered Tree dengan Grass cover <50%; Grass cover 50% - 75%; dan
51
Grass cover >75%. Permukaan beberapa median dan sekitar jalur kanan kiri jalan, terdapat ruang terbuka (open space) yang terdiri dari permukaan rumput atau sejumlah pohon yang tersebar (grass/scattered tree). •
Semak, dengan katagori Shrub dengan Ground cover <50%; Ground cover 50% - 75%; dan Ground cover >75%. Terdapat semak dibeberapa luasan median dengan penutupan permukaan yang berbeda-beda. Gambar 26 merupakan hasil digitasi penutupan lahan di sepanjang Jalan
Raya Padjajaran berdasarkan tiga themes yang telah dikonfigurasi. Setelah terdigitasi, maka analisis CITYgreen dapat dilakukan.
Gambar 26. Digitasi pada Lokasi Penelitian Jalan Raya Padjajaran
52
1. Analisis Kualitas Udara Distribusi penutupan lahan sepanjang jalur Jalan Raya Padjajaran pada saat ini, berdasarkan Citra Satelit Quick Bird tahun 2006, dapat diketahui dan dianalisis kualitas udaranya. Dari peta spasial dan data atribut yang dianalisis dengan metode GIS menggunakan Arcview 3.2 serta ekstensi CITYgreen 5.4 didapat hasil sebagai berikut:
Gambar 27. Report Asli dari Analisis CITYgreen 5.4 pada Jalan Raya Padjajaran
53
A. Statistik Tapak -
Area Analisis : Jalan Raya Padjajaran
-
Skenario
: Kondisi Tertentu
-
Area
: 0,07 mil² = 47,37 acre = 19,17 ha
Distribusi Penutupan Lahan: -
Lahan Kedap Air
: 86% (16,56 ha)
-
Ruang Terbuka/Padang Rumput : 12% (2,37 ha)
-
Semak
: 1% (0,26 ha)
-
Kanopi Pohon
: 30% (5,82 ha)
(1 acre = 0,40469 ha) B. Manfaat Ekologi Polusi Udara yang dapat diserap: -
Standar Kualitas Udara
: Boston
-
Ozon
: 205,48 kg atau Rp 13.334.400,-
-
Sulfur dioksida
: 57,15 kg atau Rp 912.000,-
-
Nitrogen dioksida
: 127,46 kg atau Rp 8.294.400,-
-
Partikel (PM10)
: 156,03 kg atau Rp 6.768.000,-
-
Karbon monoksida
: 19,50 kg atau Rp 182.400,-
-
Total
: 565,63 kg atau Rp 29.481.600,-
(1 lbs = 0,45359 kg; $1 = Rp 9.600,-) C. Ringkasan Manfaat Ekonomi •
Penghematan dari Penyerapan Polusi Udara Tahunan: $3,071 setara dengan Rp 29.481.600,($1 = Rp 9.600,-)
2. Model Pertumbuhan Dalam menjalankan Tree Growth Model, selain mendigitasi penutupan lahan, diperlukan beberapa data atribut yang harus dilengkapi di lapang. Data atribut yang dibutuhkan seperti nama spesies pohon, diameter batang pohon (DBH), kondisi fisik atau kesehatan pohon, tinggi pohon, dan kondisi pertumbuhan pohon. Penilaian data atribut telah ditentukan oleh ekstensi CITYgreen 5.4.
54
Setelah melakukan survey lapang untuk mendapatkan data yang diperlukan serta melakukan pemeriksaan kembali antara hasil digitasi dengan data lapang, data dapat dimasukkan ke dalam tabel atribut. Tabel data yang sudah dilengkapi dapat dilihat sebagian hasilnya pada Gambar 28 dan Gambar 29
Gambar 28. Tabel Data Atribut Canopy
Gambar 29. Tabel Data Atribut Non-canopy
55
Dari tabel data atribut canopy dan non-canopy yang telah dilengkapi, model pertumbuhan pohon menggunakan CITYgreen 5.4 dapat dijalankan. Gambar 30 merupakan gambar hasil skenario pertumbuhan pohon untuk 10, 20, dan 30 tahun yang akan datang. Setiap model pertumbuhan yang dilakukan akan menghasilkan sebuah themes baru dengan skenario tahun yang diinginkan. Pada gambar detail, terdapat empat lingkaran yang saling bertumpukan. Untuk lingkaran dalam yang memiliki warna hijau merupakan kondisi eksisting kanopi (hasil pendigitasian Citra Satelit Quick Bird tahun 2006). Kemudian warna jingga, kuning, dan putih secara berturut-turut merupakan hasil skenario dari Growth model yang dilakukan oleh CITYgreen pada 10, 20, hingga 30 tahun yang akan datang.
Gambar 30. Skenario Pertumbuhan Kanopi Pohon Jalan Raya Padjajaran Menggunakan Growth Modeling pada CITYgreen 5.4
56
a.
Analisis CITYgreen 5.4 pada 10 tahun yang akan datang Distribusi penutupan lahan sepanjang jalur Jalan Raya Padjajaran
berdasarkan skenario pertumbuhan kanopi pohon menggunakan Growth Modeling pada CITYgreen 5.4 pada 10 tahun yang akan datang dapat diketahui dan dianalisis. Berikut merupakan laporan hasil analisis:
Gambar 31. Report Asli dari Analisis CITYgreen 5.4 pada Jalan Raya Padjajaran Berdasarkan Model Pertumbuhan 10 Tahun yang akan Datang
57
Dari laporan hasil analisis pada CITYgreen 5.4 untuk model pertumbuhan 10 tahun yang akan datang pada jalan Raya Padjajaran, dapat diterjemahkan sebagai berikut: A. Statistik Tapak -
Area Analisis : Jalan Raya Padjajaran
-
Skenario
: Kondisi Tertentu
-
Area
: 0,07 mil² = 47,37 acre = 19,17 ha
Distribusi Penutupan Lahan: -
Lahan Kedap Air
: 86% (16,56 ha)
-
Ruang Terbuka/Padang Rumput : 12% (2,37 ha)
-
Semak
: 1% (0,26 ha)
-
Kanopi Pohon
: 41% (7,91 ha)
(1 acre = 0,40469 ha) B. Manfaat Ekologi Polusi Udara yang dapat diserap: -
Standar Kualitas Udara
: Boston
-
Ozon
: 279,41 kg atau Rp 18.144.000,-
-
Sulfur dioksida
: 77,56 kg atau Rp 1.238.400,-
-
Nitrogen dioksida
: 173,72 kg atau Rp 11.280.000,-
-
Partikel (PM10)
: 212,28 kg atau Rp 9.206.400,-
-
Karbon monoksida
: 26,31 kg atau Rp 240.000,-
-
Total
: 769,74 kg atau Rp 40.118.400,-
(1 lbs = 0,45359 kg; $1 = Rp 9.600,-) C. Ringkasan Manfaat Ekonomi •
Penghematan dari Penyerapan Polusi Udara Tahunan: $4,179 setara dengan Rp 40.118.400,($1 = Rp 9.600,-)
58
b.
Analisis CITYgreen 5.4 pada 20 tahun yang akan datang Distribusi penutupan lahan sepanjang jalur Jalan Raya Padjajaran
berdasarkan skenario pertumbuhan kanopi pohon menggunakan Growth Modeling pada CITYgreen 5.4 pada 20 tahun yang akan datang dapat diketahui dan dianalisis. Berikut merupakan laporan hasil analisis:
Gambar 32. Report Asli dari Analisis CITYgreen 5.4 pada Jalan Raya Padjajaran Berdasarkan Model Pertumbuhan 20 Tahun yang akan Datang
59
Dari laporan hasil analisis pada CITYgreen 5.4 untuk model pertumbuhan 20 tahun yang akan datang pada jalan Raya Padjajaran, dapat diterjemahkan sebagai berikut: A. Statistik Tapak -
Area Analisis : Jalan Raya Padjajaran
-
Skenario
: Kondisi Tertentu
-
Area
: 0,07 mil² = 47,37 acre = 19,17 ha
Distribusi Penutupan Lahan: -
Lahan Kedap Air
: 86% (16,56 ha)
-
Ruang Terbuka/Padang Rumput : 12% (2,37 ha)
-
Semak
: 1% (0,26 ha)
-
Kanopi Pohon
: 42% (8,13 ha)
(1 acre = 0,40469 ha) B. Manfaat Ekologi Polusi Udara yang dapat diserap: -
Standar Kualitas Udara
: Boston
-
Ozon
: 287,12 kg atau Rp 18.643.200,-
-
Sulfur dioksida
: 79,83 kg atau Rp 1.267.200,-
-
Nitrogen dioksida
: 178,26 kg atau Rp 11.596.800,-
-
Partikel (PM10)
: 218,18 kg atau Rp 9.465.600,-
-
Karbon monoksida
: 36,29 kg atau Rp 249.600,-
-
Total
: 791,06 kg atau Rp 41.232.000,-
(1 lbs = 0,45359 kg; $1 = Rp 9.600,-) C. Ringkasan Manfaat Ekonomi •
Penghematan dari Penyerapan Polusi Udara Tahunan: $4,295 setara dengan Rp 41.232.000,($1 = Rp 9.600,-)
60
c.
Analisis CITYgreen 5.4 pada 30 tahun yang akan datang Distribusi penutupan lahan sepanjang jalur Jalan Raya Padjajaran
berdasarkan skenario pertumbuhan kanopi pohon menggunakan Growth Modeling pada CITYgreen 5.4 pada 30 tahun yang akan datang dapat diketahui dan dianalisis. Berikut merupakan laporan hasil analisis:
Gambar 33. Report Asli dari Analisis CITYgreen 5.4 pada Jalan Raya Padjajaran Berdasarkan Model Pertumbuhan 30 Tahun yang akan Datang
61
Dari laporan hasil analisis pada CITYgreen 5.4 untuk model pertumbuhan 30 tahun yang akan datang pada jalan Raya Padjajaran, dapat diterjemahkan sebagai berikut: A. Statistik Tapak -
Area Analisis : Jalan Raya Padjajaran
-
Skenario
: Kondisi Tertentu
-
Area
: 0,07 mil² = 47,37 acre = 19,17 ha
Distribusi Penutupan Lahan: -
Lahan Kedap Air
: 86% (16,56 ha)
-
Ruang Terbuka/Padang Rumput : 12% (2,37 ha)
-
Semak
: 1% (0,26 ha)
-
Kanopi Pohon
: 44% (8,35 ha)
(1 acre = 0,40469 ha) B. Manfaat Ekologi Polusi Udara yang dapat diserap: -
Standar Kualitas Udara
: Boston
-
Ozon
: 294,83 kg atau Rp 19.142.400,-
-
Sulfur dioksida
: 81,65 kg atau Rp 1.305.600,-
-
Nitrogen dioksida
: 183,25 kg atau Rp 11.904.000,-
-
Partikel (PM10)
: 224,07 kg atau Rp 9.715.200,-
-
Karbon monoksida
: 28,12 kg atau Rp 259.200,-
-
Total
: 811,93 kg atau Rp 42.326.400,-
(1 lbs = 0,45359 kg; $1 = Rp 9.600,-) C. Ringkasan Manfaat Ekonomi •
Penghematan dari Penyerapan Polusi Udara Tahunan: $4,409 setara dengan Rp 42.326.400,($1 = Rp 9.600,-)
62
Pembahasan
1. Analisis Kualitas Udara a. Hasil Analisis CITYgreen 5.4 Analisis menggunakan CITYgreen dalam kaitannya dengan polusi udara, berfungsi untuk mengetahui seberapa besar kemampuan sekelompok pohon dalam membersihkan polutan di udara pada luas area yang telah ditentukan dalam jangka waktu satu tahun. Berdasarkan analisis yang dilakukan, menghasilkan laporan atau analysis report yang terdiri dari statistika tapak dan manfaat ekologi (Ecological Benefits). 1) Statistika tapak Berdasarkan hasil analisis pada statistika tapak, diketahui bahwa Jalan Raya Padjajaran memiliki luas sebesar 19,17 ha. Luas tersebut didapat berdasarkan perhitungan dari hasil digitasi pada yang dilakukan pada Study Site Theme (Gambar 34), dimana dilakukan pendigitasian sepanjang jalan Raya Padjajaran (Segmen Warung Jambu - Ekalokasari) dengan batasan lebar pada daerah Rumija (Gambar 35).
Tanpa Skala
1
2
3
4
Tanpa Skala
Tanpa Skala
Tanpa Skala
Gambar 34. Batasan Wilayah Analisis
63
G Gambar 35. Potongan Batasan B pad da Wilayah Warung W Jam mbu (A-A’)) d Ekalokaasari (B-B’)) dan Sedangkan peenutupan permukaan lahan l hasil pendigitasiian area an nalisis pada canopy c dan non-canopyy themes meemiliki luas: •
300% atau 5,882 ha untuk kanopi poh hon.
•
866% atau 16,56 ha untuuk permukaaan yang keddap air (imppervious surrface) seeperti jalan, beton/ sem men.
•
122% atau 2,,37 ha ruanng terbuka (open spacce/pasture/m meadow) seeperti ruuang yang hanya h didom minasi oleh rumput/tannah dengan sedikit/tidaak ada kaanopi pohonn.
•
1% % atau 0,266 ha pada luuasan semak k (shurb).
64
Daari persentaase luas pennutupan lah han tersebuut, diketahuui bahwa ju umlah keseluuruhan perm mukaan meelebihi 100 0%. Hal ini dikarenakan perseentase didapaatkan dari hasil h perbaandingan seetiap jenis luas penutuupan permu ukaan lahan dengan luaas keseluruhhan area an nalisis. Sehhingga bebeerapa mengalami overlay ay dalam penndigitasian (Gambar 36 6).
Gambar 366. Overlay pada p Digitaasi Penutupaan Permukaaan Lahan Luuas penutuppan lahan, teerutama pad da luas kannopi pohon (canopy theemes) dan luuas area annalisis (study dy site them mes), akan saling mem mpengaruhi pada hasil manfaat m ekoologi yang diberikan. Manfaat ekkologi akann semakin tinggi t bila peenutupan kaanopi pohonn semakin mendekati m luuas area anaalisis. 2) Maanfaat ekoloogi Paada analisis manfaat ekkologi polussi udara, terrdiri dari lim ma polutan yang dapat dihitung oleh o CITYggreen, yaitu u ozon (O O3), sulfur dioksida (SO2), nitrogeen dioksidaa (NO2), karrbon monok ksida (CO), dan partikkel-partikel yang kurangg dari 10 mikron m (PM10). Nilai yang y dikeluarkan oleh manfaat ek kologi dalam waktu satuu tahun padaa laporan an nalisis terbaggi dua, yaituu: •
Jum mlah poluttan yang mampu m diseerap atau dijerap oleeh pohon dalam d meelakukan peembersihann udara pad da area anaalisis yang telah ditentukan denngan satuann massa Pouunds (lbs).
•
Penghematan biaya yangg dapat dilak kukan oleh Pemerintahh dan masyaarakat unntuk biaya exxternality dalam d satuan n U.S Dollaar ($).
65
Tabel 4 merupakan ringkasan laporan hasil analisis untuk manfaat ekologi yang diberikan dalam kaitan pembersihan udara oleh kanopi pohon di sepanjang jalan Raya Padjajaran. Tabel 4. Jenis polutan, Jumlah polutan yang dapat dibersihkan, dan Penghematan biaya yang dapat dilakukan pada laporan analisis CITYgreen 5.4 Jumlah polutan yang dapat Nilai dihilangkan/dibersihkan Jenis Polutan Ozon Sulfur dioksida Nitrogen dioksida Partikel <10 mikron Karbon monoksida Total
lbs 453 126 281 344 43 1,247
kg 205,48 57,15 127,46 156,03 19,50 565,63
$ 1,389 95 864 705 19 3,071
Rp 13.334.400 912.000 8.294.400 6.768.000 182.400 29.481.600
*Keterangan: 1 lbs = 0,45359 kg; $1 = Rp 9.600,-
Berdasarkan hasil analisis dengan metode GIS menggunakan Arcview 3.2 ekstensi CITYgreen 5.4, distribusi penutupan lahan di sepanjang Jalan Raya Padjajaran pada saat ini (berdasarkan Citra Satelit Quick Bird tahun 2006) memiliki potensi menyerap dan menjerap polutan sebesar 565,63 kg dalam setahun. Sebagai validasi, Sulistijorini (2009) telah melakukan penelitian laboratorium bahwa tanaman mahoni (Sweatenia Macrophylla) dengan tinggi 1 - 1,5 meter dan diameter ± 0,7 meter, mampu menyerap NO2 sebesar 162,11 µg/jam. Diketahui area penutupan kanopi pohon analisis CITYgreen seluas 5,82 ha, maka: Luas kanopi tanaman = πr2 = 3,14 x (0,35 m)2 = 0,38465 m2 Kemampuan tanaman menyerap NO2 dengan luas 5,82 ha sebesar = 162,11 µg/jam x 5,82 x 104 m2 0,38465 m2 = 162,11 µg/jam x (15,13 x 104) = 2452,7 x 104 µg/jam = 0,0245 kg/jam = 214,85 kg/tahun
66
Sedangkan hasil analisis CITYgreen, kanopi pohon seluas 5,82 ha mampu membesihkan NO2 sebesar 127,46kg/tahun. Perbedaan nilai tersebut terjadi dikarenakan pada CITYgreen tidak hanya menggunakan luas penutupan kanopi dalam analisisnya, tetapi juga dipengaruhi oleh luas area analisis dan non-kanopi. Sehingga bila penutupan kanopi pohon semakin mendekati luas area analisis, maka nilai manfaat kanopi dalam membersihkan polutan di udara akan semakin tinggi. Selain itu, jenis pepohonan yang digunakan pada jalur jalan tidak berpengaruh dalam analisis kualitas udara ini. Telah diketahui bahwa setiap vegetasi memiliki fisiologi/morfologi berbeda-beda, yang menyebabkan kemampuan menjerap maupun menyerap polutan juga berbeda. Seperti pada polutan partikel, dimana permukaan daun yang berbulu dan berlekuk mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam menjerap partikel mikro daripada daun dengan permukaan yang halus dan licin (Smith, 1984). Oleh karena itu, potensi kemampuan kanopi dalam mereduksi polutan pada tapak masih dapat ditingkatkan. Potensi lainnya yang belum terhitung oleh CITYgreen, diantaranya potensi kanopi pohon yang memiliki diameter kurang dari 4 meter (tidak terdigitasi), jenis-jenis pohon yang memiliki fungsi fisiologi/morfologi berbeda dalam mereduksi polutan, vegetasi seperti tanaman perdu, semak, dan penutup tanah yang juga memiliki potensi penyerapan polutan. Kelebihan lainnya yang diberikan CITYgreen pada analisis kualitas udara adalah mengetahui penghematan biaya yang dapat dikeluarkan (externality cost) oleh masyarakat dan Pemerintah. Bila kanopi pohon tidak ada maka besarnya polutan yang tidak diserap/jerap dapat memberikan dampak negatif, yang kemudian menyebabkan kerugian. Dengan rumus tertentu, kerugian tersebut diterjemahkan dengan nilai ekonomi. Berdasarkan analisis CITYgreen dengan adanya kanopi pohon yang ada pada jalan Raya Padjajaran, masyarakat dan Pemerintah dapat melakukan penghematan biaya sebesar Rp 29.481.600,- dalam satu tahun. Nilai tersebut dapat digunakan sebagai acuan menilai pentingnya kanopi pohon dalam membersihkan polutan.
67
Am merican Foorest (2002)) menjelask kan bahwaa penghemaatan biaya yang harus dikeluarkann oleh massyarakat ataau Pemerinntah adalah akibat keru ugian atau biaya tambahan karena adanya polusi udara. Seperti pennghematan biaya untuk membayarr kesehatann (obat-obaatan, dokterr, perawataan, pajak ru umah sakit), biaya keruusakan bahaan bangunan n, servis kenyamanan, dan sebagaainya, yang ditimbulkan d n oleh poluutan dalam jangka waaktu setahunn. Nilai terrsebut didapaat berdasarkkan standaar yang telah ditetapkkan oleh A American Forest F dalam CITYgreenn 5.4. b. An nalisis Kem mampuan Kanopi K Poh hon dengan n Kualitas U Udara Kuusnoputranto (1996) dalam Sullistijorini (2009) mennyatakan bahwa b pencemaraan udara di Indonesia, terutam ma di koota-kota beesar diantaranya disebabkaan oleh gass buang keendaraan beermotor yanng mencappai 60% - 70%, industri 100% - 15%, dan sisanyaa berasal daari rumah taangga, pembbakaran sam mpah, kebakarann hutan, dann lain-lain. Berdasarkan B n hasil pem mantauan Diinas Lingku ungan Hidup dann Kebersihan (DLHK)) Kota Bog gor tahun 2007, 2 terinddikasikan bahwa b polusi uddara tertinggi diakibattkan oleh gas buang dari transsportasi (su umber bergerak).. Kondisi tingginya t a arus transportasi khussusnya trannsportasi um mum, diakibatkaan oleh meeningkatnyaa jumlah keendaraan anngkutan, baaik yang ada di dalam kotta maupun yang y berasaal dari luar kota k Bogor yang masuuk ke dalam m kota (Gambar 37). 3
Gambar 37. Pencemaran Udaara Utama Kota K Berasaal dari Kenddaraan Moto or Paada penelitiian, digunaakan studi kasus jalann Raya Paddjajaran diimana sumber polutan utam ma berasal dari kend daraan berm motor. Besaarnya kontrribusi
68
kendaraan bermotor terhadap emisi polusi udara tidak saja dipengaruhi oleh jumlah kendaraan, tetapi juga dipengaruhi oleh pola lalu lintas dan sirkulasinya. Hal ini berkaitan erat dengan penggunaan dan efisiensi bahan bakar kendaraan bermotor. Kemacetan lalu lintas di Kota Bogor yang terjadi pada jam-jam sibuk menyebabkan penurunan efisiensi penggunaan bahan bakar yang disertai dengan meningkatnya emisi. Kendaraan bermotor merupakan penghasil pencemar CO, hidrokarbon yang tidak terbakar sempurna, NOx, SOx, dan partikel. Rata-rata emisi yang dikeluarkan secara langsung oleh kendaraan bermotor terdapat pada Tabel 5. Emisi gas buang kendaraan bermotor mempengaruhi kualitas udara ambien, terutama untuk wilayah dengan aktivitas transportasi yang tinggi. Kualitas udara ambien yang baik memiliki kadar polutan yang sedikit atau dibawah baku mutu udara, sehingga lingkungan tersebut dapat dikatakan aman dari bahaya pencemaran polusi udara. Tabel 5. Rata-rata Emisi Kendaraan Bermotor (gr/km) No. Jenis Polutan 1. CO 2. HC 3. NO2 4. SO2 5. Debu 6. Timbal
Bensin 60.00 5.90 2.20 0.17 0.22 0.49
Solar 0.69 – 2.57 0.14 – 2.07 0.68 – 1.02 0.47 1.28 -
*Sumber: Strauss dan Mainwaring (1984), dalam Sulistijorini (2009)
Berdasarkan hasil analisis CITYgreen 5.4 menggunakan Citra Satelit Quick Bird tahun 2006, telah diketahui manfaat ekologi dari kanopi pohon dalam mereduksi polutan O3, SO2, NO2, PM10, dan CO di sepanjang jalan Raya Padjajaran. Untuk melihat kemampuan pembersihan kanopi pohon terhadap kelima polutan terkait telah mencukupi atau belum, dapat dibandingkan dengan udara ambien yang berada di beberapa titik pada tapak. Pada tahun 2007 DLHK Kota Bogor melakukan pengukuran kualitas udara ambien yang dilakukan di 15 titik lokasi tersebar di wilayah Kota Bogor. Lokasi pengukuran kualitas udara ambien dilakukan di tepi jalan raya dan daerah perbatasan kota dan kabupaten. Titik-titik lokasi pengukuran dianggap dapat mewakili karakteristik lalu lintas
69
berikut dengan tingkat kepadatannya. Data hasil pengukuran kualitas udara di lapangan, dianalisa di laboratorium oleh dinas, dengan metoda dan peralatan seperti pada Tabel 6 yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 6. Metode Analisa dan Baku Mutu Udara Ambien No. 1 2 3 4 5
Parameter O3 SO2 NO2 TSP (Debu) CO
Analisis NBKI Pararosanilin Giess Saltzman Gravimetrc-Hi Vol Iodene Pentoksida
Baku Mutu 235 µg/Nm3 365 µg/Nm3 150 µg/Nm3 230 µg/Nm3 10000 µg/Nm3
Waktu Ukur 1 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam
*Sumber: PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Udara
Dari ke-15 titik pengukuran ambien udara Kota Bogor, terdapat tiga lokasi pengukuran yang berada di jalan Raya Padjajaran, yaitu Warung Jambu, Pertigaan Tugu Kujang, dan Hero Padjajaran. Hasil pengukuran ketiga lokasi dilakukan sebanyak dua kali pada bulan September 2007 oleh DLHK Kota Bogor. Tabel 7. Kualitas Udara di Ruas Jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor Lokasi
O3
SO2
No. Baku Mutu 1
Warung Jambu
2
Pertigaan Tugu Kujang
3
Hero Padjajaran
235 41,25 40,05 18,23 19,20 13,07 13,05
365 31,13 33,52 29,55 31,32 11,72 13,37
NO2 (µg/Nm3) 150 139,12 123,05 123,15 101,10 33,19 31,19
TSP (debu)
CO
230 253,41 241,91 213,01 205,51 103,39 102,78
10.000 1215,37 1811,03 3035,00 4167,01 729,24 985,98
*Sumber: DLHK Kota Bogor (2007)
Perbandingan analisis dapat dilihat pada Tabel 8. Manfaat ekologi berupa kemampuan kanopi dalam satuan kilogram per tahun telah dikonversikan menjadi satuan µg/m3 per hari. Sehingga hasilnya dapat dibandingkan dengan udara ambien yang berada di tiga lokasi. Satuan µg/Nm3 pada baku mutu udara dibaca sebagai mikrogram per normal meter kubik. Notasi N menyatakan satuan volum hisap udara kering pada kondisi normal (25°C, 760 mmHg).
70
Tabel 8. Perbandingan Jumlah Polutan yang Dapat Dibersihkan terhadap Udara Ambien
Jenis polutan
Jumlah polutan yang dapat dibersihkan
Udara ambien (µg/Nm3) Baku mutu
Kg per tahun
µg/m3
Ozon
205,48
122,36
235
41,25
40,05
18,23
19,20
13,07
13,05
SO2
57,15
81,68
365
31,13
33,52
29,55
31,32
11,72
13,37
NO2
127,46
182,16
150
139,12
123,05
123,15
101,10
33,19
31,19
PM 10
156,03
222,99
230
253,41
241,91
213,01
205,51
103,39 102,78
19,50
27,87
10000 1215,37 1811,03 3035,00 4167,01
729,24 985,98
CO
Warung Jambu
Pertigaan Tugu Kujang
Jl. Padjajaran (Hero)
Berikut uraian perbandingan analisis: 1) Ozon Analisis perbandingan. Udara ambien pada Tabel 9 untuk kadar ozon di udara tertinggi berada di titik Warung Jambu dengan rata-rata 40,65 µg/m3, sedangkan baku mutu udara yang ditetapkan sebesar 235 µg/m3. Berdasarkan hasil analisis CITYgreen 5.4, kanopi pohon dapat membersihkan ozon sebesar 293.67 µg/m3 per hari atau 122,36 µg/m3 setiap jam. Disimpulkan bahwa kemampuan kanopi pohon dalam mereduksi polutan ozon masih mencukupi, sehingga udara ambien di jalan Raya Padjajaran masih berada dibawah baku mutu atau aman dari polusi udara jenis polutan ini. 2) Sulfur dioksida Analisis perbandingan. Dari hasil analisis CITYgreen 5.4, kanopi pohon di sepanjang jalan Raya Padjajaran mampu menyerap sulfur dioksida sebesar 81,68 µg/m3 setiap harinya. Udara ambien tertinggi untuk SO2 berada di lokasi Warung Jambu dengan rata-rata sebesar 32,33 µg/m3. Transportasi bukan sumber utama polutan ini, tetapi diantaranya diakibatkan oleh adanya lokasi pabrik industri yang tidak jauh dari wilayah Warung Jambu, yang kemudian menyebar hingga masih memberikan dampak pencemaran udara SO2 yang dihasilkan terhadap tapak. Bila dilihat dari kadar polutan yang ada, maka
71
keberaadaan polutan ini masiih dirasa am man karena berada dibaawah baku mutu yang bernilai 3665 µg/m3. Sehingga kanopi poohon dalam m membersihkan polutaan SO2 masiih memiliki potensi yan ng baik.
Gam mbar 38. Doominasi Pohhon Mahoni dan Angsanna pada Lokkasi Penelittian Jen nis vegetassi. Dinas Peekerjaan Um mum (1999)), menyebuttkan jenis pohon p yang memiliki penguranggan konsen ntrasi SO2 oleh kelompok po ohon, diantarranya Salam m, Mahonii, Huni, Gaalinggem, Ganitri, G Bunngur, Glod dokan, Feliciuum, Damarr, Kecrutann, Asam keeranji, Kennari, Kupu--kupu, Ang gsana, Kembaang merak,, Pohon Sapputangan, Kayu K maniss, Ketapangg, Anting-an nting, Cempaaka, dan Taanjung. Paada tapak dikketahui terddapat sekitaar 89% dari seluruh jennis tanaman yang memilliki jenis pohon p tersebbut, yang terdiri dari pohon Maahoni, Ang gsana, Tanjunng, Kupu-kkupu, Gloddogan, Dam mar, Kenaari, Asam, Ketapang,, dan Kecruttan. Dengaan presentaase yang tinggi t terseebut, jenis polutan sulfur s dioksidda masih daapat dibersihhkan dengaan baik olehh tanaman. 3) Nitrogen diokksida An nalisis perrbandingan n. Pada an nalisis mennggunakan CITYgreen 5.4, 3 menyeebutkan kannopi pohon mampu menyerap m NO O2 sejumlahh 182,16 µg/m µ .
Rata-rrata tertingggi udara ambbien pada Tabel T 9 beraada di lokasi Warung Jambu sebesaar 131.09 µgg/m3 dan diisusul 112,1 13 µg/m3 paada Pertigaaan Tugu Ku ujang, dan teerendah di lokasi Heero Padjajaaran senilaii 32,19 µgg/m3. Perbeedaan signifiikan udara ambien a di ketiga k lokasii tersebut, diantaranya d disebabkan n oleh
72
penutupan kanopi pohon di lokasi Hero Padjajaran lebih padat dibandingkan kedua lokasi lainnya, serta memiliki kepadatan lalu lintas lebih rendah. Baku mutu udara ambien NO2 senilai 150 µg/m3. Ketiga titik lokasi masih dirasa aman terhadap polutan ini. Tetapi dianjurkan pada titik Pertigaan Tugu Kujang dan Warung Jambu perlu peningkatan penghijauan untuk mengurangi kadar polutan NO2 yang cukup tinggi pada titik-titik tersebut. Jenis vegetasi. Menurut Nasrullah (2001), tanaman lanskap yang berpotensi tinggi dalam menyerap polutan gas NO2 pada vegetasi pohon adalah Dadap kuning, Kenanga, Melinjo, Kaliandra, Flamboyan, Kembang merak, Asam keranji, Kapuk, Galinggem, Bunga lampion, Ki hujan, Cempaka, Jambu biji, Hujan mas, dan Nangka. Sedangkan pohon yang memiliki serapan sedang, diantaranya Camara angin, Ketapang, Kecrutan, Bunga kupu-kupu, Angsana, Bambu jepang, Mangga, Glodogan bulat, Palm putri, Tanjung, dan lain-lain. Selain itu terdapat pohon Damar, Akasia, Palm raja, Sempur, Beringin karet, Kenari, Krei payung, Glodogan tiang, dan sebagainya yang masih memiliki serapan jenis polutan tersebut walaupun rendah. Berdasarkan jenis tanaman tersebut, telah terdapat 25% dari jumlah pohon yang ada pada tapak, yang memiliki jenis penyerap NO2 yang baik. Diantaranya terdapat pohon Flamboyan, Ki hujan, Jambu, Nangka, Dadap, Asam keranji, Asam, Kapuk, Angsana, Tanjung, Bunga kupu-kupu, Glodogan, Palm, Cemara, Ketapang, Kecrutan, Damar, Akasia, Sempur, Beringin, Kenari, dan Krei payung. Melihat dari jumlah pohon penyerap polutan dan udara ambien yang mendekati baku mutu udara, disarankan untuk segera melakukan perluasan kanopi pohon untuk mereduksi polutan NO2 yang mungkin akan semakin tinggi di masa mendatang. Semakin cepat penghijauan, maka akan semakin cepat pula menfaat ekologi yang dapat dirasakan. 4) Partikel <10 mikron Analisis perbandingan. Hasil analisis CITYgreen 5.4 menyatakan bahwa kanopi pohon yang berada di jalur jalan Raya Padjajaran mampu menyerap PM10 sebesar 222,99 µg/m3 per hari. Nilai baku mutu untuk partikel debu
73
bernilai 230 µg/m3, sedangkan nilai udara ambien TSP pada lokasi Warung Jambu memiliki rata-rata diatasnya, yaitu senilai 253,41 µg/m3. TSP merupakan total partikel yang ada di udara dengan ukuran 0,01 - 100 µm. Sehingga, PM10 merupakan bagian dari total partikel tersebut. Selain transportasi, juga terdapat partikel yang berasal dari industri di sekitar lokasi, sehingga hal tersebut juga menyebabkan kadar polutan tinggi. Kadar tersebut dapat dikatakan berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan sekitar. Hal ini menyatakan bahwa potensi pohon dalam mereduksi polutan partikel tidak mampu membersihkan secara baik pada tapak. Perlu penanganan secara cepat dan tepat untuk memperbaiki kualitas udara pada titik ini. Kadar polutan partikel di titik pertigaan Tugu Kujang juga perlu diantisipasi, dikarenakan memiliki udara ambien yang cukup tinggi, yaitu mencapai nilai 213,01 µg/m3. Perlu dan penting adanya peningkatan luas permukaan kanopi pohon, agar udara ambien terutama untuk jenis polutan partikel berada dibawah baku mutu udara. Diketahui berdasarkan hasil analisis penutupan area analisis dan kanopi pohon oleh CITYgreen, setiap satu meter persegi area memiliki 0,3 m2 luas kanopi pohon dapat melakukan penyerapan jenis polutan pertikel sebesar 222,99 µg/m3. Kemudian bersama faktor lain (seperti angin, tanaman yang memiliki potensi mereduksi polutan, dan sebagainya) memberikan pengaruh terhadap nilai udara ambien jenis polutan partikel sebesar 253,41 µg/m3. Diketahui dari laporan analisis CITYgreen 5.4 sebelumnya, bahwa luas keseluruhan area analisis sebesar 19,17 ha dengan luas penutupan kanopi pohon sebesar 5,82 ha. Berdasarkan kedua area, dapat dihitung bahwa setiap1m2 area, memiliki rata-rata penutupan kanopi pohon sebesar 0,3 m2, dengan perhitungan sebagai berikut: 1 m2 area = Luas kanopi pohon = Luas area analisis
5,82 x 104 m2 = 0,3 m2 kanopi 19,17 x 104
Berdasarkan nilai baku mutu dan nilai udara ambien partikel, dapat dihitung bahwa setidaknya udara ambien yang harus diturunkan sejumlah 23,41 µg/m3. Dengan membandingkan polutan yang dapat diserap, polutan udara yang harus direduksi berdasarkan udara ambien, dan luas kanopi dalam satu meter persegi, maka:
74
Penambahan luas kanopi = 23,41 µg/m3 x 0,3 m2 = 0,03 m2 222,99 µg/m3 Dari perhitungan tersebut didapatkan bahwa setidaknya diperlukan penambahan luas kanopi pohon sebesar 0,03 m2 setiap 1 m2 area analisis. Sehingga luas kanopi pohon awal sebesar 0,3 m2 setiap meternya, sedikitnya meningkat sebesar 0,33 m2, dengan perhitungan sebagai berikut: Luas kanopi setiap meter
= Luas awal + Luas penambahan kanopi = (0,3 + 0,03) m2 = 0,33 m2
Dilihat dari luas keseluruhan kanopi pohon pada tapak, maka luas kanopi yang sebelumnya 5,82 ha setidaknya harus segera menambah kapasitas luasan kanopi pohon menjadi 6,33 ha atau menambah 0,51 ha. Terutama pada titiktitik yang dianggap urgent terhadap tingginya tingkat polusi udara. Penambahan luas kanopi yang harus dilakukan pada tapak: = Luas kanopi yang seharusnya - Luas kanopi awal = [0,33 m2 x (19,17 x 104) m2] – 5,82 ha = 6,33 ha – 5,82 ha = 0,51 ha Jenis vegetasi. Salah satu pengaruh yang paling efektif dalam menjerap dan menyerap partikel adalah bentuk dan karakteristik vegetasi. Menurut Smith (1984), secara teoritis permukaan daun yang berbulu dan berlekuk mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam menjerap partikel mikro daripada daun dengan permukaan yang halus dan licin, karena partikel tidah mudah lepas bila menempel pada daun yang berbulu dan berlekuk. Partikel mikro ini juga dapat menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting. Oleh karena itu, penambahan pemilihan jenis vegetasi untuk mengurangi partikel <10 mikron sangat penting dilakukan. Irawati (1991) dalam Anonim (2010), jenis-jenis pohon penyerap dan penjerap debu diantaranya adalah Mahoni (Swietenia macrophylla), Tanjung (Mimusops elengi), Kenari (Canarium commune), Meranti merah (Shorea leprosula), Kerai payung (Filicium decipiens), Bisbul (Diospyros discolor), Kayu hitam (Doispyros celebica). Dari jenis pohon tersebut, terdapat 75% dari jumlah pohon yang berada pada jalur jalan Raya Padjajaran. Tingginya polutan pada titik tertentu dan keberadaan jumlah pohon, yang kurang menyebar merata, menyebabkan
75
polutan ini berada di atas baku mutu sehingga masih harus diberikan penghijauan, terutama pada titik-titik rawan polutan. 5) Karbon monoksida Analisis perbandingan. CO memiliki baku mutu sebesar 10.000 µg/m3. Sedangkan rata-rata udara ambien yang berada pada ketiga lokasi, tertinggi berada di titik pertigaan Tugu Kujang senilai 3.601,01 µg/m3. Angka tersebut masih jauh berada dibawah baku mutu, sehingga dikatakan aman untuk ketiga lokasi tersebut. Potensi kanopi pohon dalam mereduksi CO senilai 27,87 µg/m3 per hari. Menurut Fardiaz (1992), jika dilihat dari sumber-sumber yang memproduksi CO, maka seharusnya pencemaran CO di udara cukup tinggi. Tetapi ternyata hal ini tidak terjadi, dengan kata lain jumlah pencemaran CO di udara jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah yang dilepaskan di atmosfer. Selain menggunakan vegetasi, pembersihan CO dari udara kemungkinan terjadi karena beberapa proses, salah satunya terdapat aktivitas mikroorganisme yang berada di dalam tanah dapat menghilangkan CO dengan kecepatan relatif tinggi. Organisme aktif dalam pembersihan CO yang utama adalah fungi. Jenis vegetasi. Berikut merupakan tanaman yang memiliki daya sink CO2 yang telah diteliti oleh Dahlan (2007), diantaranya secara berturut-turut dari yang tertinggi, yaitu Samanea saman, Cassia sp, Strombosia zeylanica, Canangium ordoratum, Dysoxylum exelsum, Trachylobium verrucossum, Ficus benjamina, Beilschmiedia roxburghiana, Fillicium decipiens, Pometia pinnata, Swietenia mahogani, Cinnamomun parthenoxylon, Adenanthera pavonina, dan lain-lain. Telah terdapat 74% dari jumlah pohon yang ada pada tapak yang memiliki daya sink CO2, diantaranya pohon Ki hujan (Samanea saman), Beringin (Ficus benjamina), Kerai payung (Fillicium decipiens), dan Mahoni (Swietenia mahogani).
76
c. Rekomendasi Dari perbandingan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa kanopi pohon di sepanjang jalan Raya Padjajaran dengan menggunakan sample Warung Jambu, Pertigaan Tugu Kujang, dan Hero Padjajaran, sudah mampu untuk menyerap polutan, kecuali jenis polutan partikel. Oleh sebab itu, guna menghindari bahaya dari polutan tersebut, perlu penambahan luas permukaan kanopi pohon secara cepat dan tepat. 1) Vegetasi Vegetasi yang akan digunakan sebaiknya lebih mendominasi untuk mereduksi polutan partikel. Nasrullah (2008) menyatakan bahwa terdapat kriteria-kriteria tanaman yang efektif dalam menjerap partikel, diantaranya: •
Permukaan daun kasar
•
Berbulu halus (memiliki trikoma)
•
Tulang daun timbul
•
Bersisik
•
Berdaun jarum
•
Bergetah Lebih lanjut, Fakuara (1986) menjelaskan jenis tanaman yang dapat
dipilih dalam meredam debu, yaitu: •
Dapat menggugurkan daun dalam periode tertentu (kamarau). Jenis tanaman yang dapat menggugurkan daun sangat diperlukan untuk menyaring debu, dimana bila debu sudah penuh dalam periode tertentu daunnya akan gugur jatuh ke tanah. Dengan demikian akan timbul daun baru dan akan menyaring debu kembali, dan seterusnya.
•
Mempunyai tajuk yang rimbun dan rapat. Diharapkan dengan bentuk tajuk demikian, proses penyaringan debu dapat berjalan secara efektif.
•
Mempunyai daya tahan tinggi. Karena daun yang berfungsi untuk fotosintesa akan terganggu prosesnya. Sinar matahari yang diperlukan menjadi tehalang oleh adanya debu di permukaan daun bagian atas.
77
Jenis tanam man untuk menyerap m gas, g sebaiknnya memilikki sifat: •
Meempunyai stomata yangg banyak.
•
Meempunyai ketahanan k yaang tinggi terhadap t gass tertentu.
•
Meempunyai tiingkat pertuumbuhan ceepat
•
Taahan terhadaap serangann angin
2) Fissik Jalan Deengan melaakukan pengghijauan seedini mungkkin, maka potensi veg getasi dalam membersiihkan poluttan udara akan semaakin cepat pula dirassakan. uas 0,51 haa kanopi poohon pada lokasi l Setidaaknya diperllukan penannaman selu penelittian. Teruttama penam mbahan paada titik-tittik lokasi yang mem miliki kepadaatan lalu linntas yang tiinggi dan/attau lokasi dengan d vegeetasi yang masih m diangggap kurang berperan, b seeperti titik lokasi: l •
Waarung Jambbu
J Gambaar 39. Lokassi Warung Jambu Reekomendasi kanopi pohhon:
Gam mbar 40. Rekkomendasi Penambahan P n Luas Kannopi Lokasi Warung Jam mbu
78
•
Pertokoan Facctory Outlet
o Gambaar 41. Lokaasi Factory outlet Reekomendasi kanopi pohhon:
Gam mbar 42. Rekkomendasi Penambaha P an Luas Kannopi Lokasi Factory ou utlet •
Pertigaan Tuggu Kujang
Gambbar 43. Lokaasi Tugu Kuujang
79
Reekomendasi kanopi pohhon:
Gam mbar 44. Reekomendasi Penambahaan Luas Kannopi Lokasii Tugu Kujaang •
Baaranangsiang.
Gambaar 45. Lokassi Barananggsiang Reekomendasi kanopi pohhon:
Gam mbar 46. Reekomendasii Penambahan Luas Kaanopi Lokassi Barangsiaang
80
2. Model Pertumbuhan a. Hasil Skenario Model Pertumbuhan Tree growth model atau model pertumbuhan pohon merupakan salah satu program unggulan pada ekstensi CITYgreen 5.4 yang berfungsi untuk memprediksi pertumbuhan kanopi pohon pada masa yang akan datang dengan hasil berupa skenario gambar. Menurut Kakiay (2004) dalam Dahlan (2007), penggunaan model dan simulasi mempunyai beberapa keuntungan, yaitu dapat menghemat waktu, dapat merentang-luaskan waktu, dapat mengawasi sumbersumber yang bervariasi, mengoreksi kesalahan-kesalahan perhitungan, dapat dihentikan dan dijalankan kembali, dan besaran konstanta sistem dapat diubahubah untuk melihat pengaruhnya. Pemodelan yang dirumuskan oleh American Forest tersebut mampu melakukan skenario pertumbuhan hingga 50 tahun kedepan, bahkan lebih. Untuk menentukan waktu pertumbuhan, skenario dapat disesuaikan dengan tahun yang diinginkan, dimulai dari 1 – 50 tahun yang akan datang. Bila skenario waktu yang diinginkan melebihi 50 tahun, maka skenario pemodelan dapat dilanjutkan dari hasil model pertumbuhan sebelumnya. Pada penelitian, dilakukan pemodelan hingga 30 tahun. Jangka waktu tersebut dipertimbangan berdasarkan dari usia beberapa pohon eksisting yang relatif tua. Dibutuhkan data lapang yang cukup detail dalam menjalankan pemodelan ini. Karena hasil pemodelan akan dipengaruhi oleh berbagai koefisien, seperti diameter batang pohon (DBH), tinggi pohon, kondisi pertumbuhan, tingkat kesehatan, dan juga jenis spesies individu pohon. Data yang telah didapat kemudian dimasukkan ke dalam tabel data atribut canopy. Setelah data dilengkapi, model pertumbuhan pohon dapat dilaksanakan. Kondisi pertumbuhan pada pemodelan ini akan dianggap stabil sesuai dengan data awal yang telah dimasukkan, serta menghiraukan masalah eksternal, seperti adanya penebangan pohon, bencana alam, dan sebagainya. Apabila kanopi memiliki kondisi kesehatan yang kurang baik atau melewati umur dari jenis spesies yang ditentukan, maka pada tahun tertentu kanopi pohon akan hilang pada hasil model pertumbuhan yang telah dijalankan. Hal ini menyatakan bahwa kanopi telah dianggap mati.
81
Gaambar 47 merupakan m h hasil skenarrio mengguunakan moddel pertumb buhan berdasarkaan data atriibut yang teelah dimasu ukkan. Setiaap pemodellan pada 10 0, 20, dan 30 taahun kedeppan akan menghasilkan m n masing-m masing sebuuah theme baru. Perubahann ukuran kaanopi pada masa yang akan datanng, akan muudah terlihaat bila keseluruhaan layer dittampilkan. Sehingga perubahan p y yang dilakuukan oleh model m pertumbuhhan CITYgrreen 5.4 dappat terlihat lebih detail.
a
b
c
d
Gambaar 47. Modeel Pertumbuuhan Kanopii Pohon padda Lokasi B Baranangsian ng (a) 0 taahun (b) 10 tahun (c) 20 2 tahun dann (d) 30 tahuun Gaambar 48 merupakann salah saatu detail model perrtumbuhan yang menampilkan ke-em mpat layer yang berlo okasi pada titik Baraanangsiang. Dari gambar, dapat d terlihaat bahwa kaanopi pohon n memiliki beberapa b ukkuran dan warna w gradasi yang y berbeeda. Bentuuk lokasi penelitian yang meemanjang/liinear, diperlukann skala keciil untuk mellihat hasil pemodelan dengan d jelass.
82
Taanpa Skala
Gam mbar 48. Dettail Skenariio Kanopi Pohon P pada Lokasi L Baraanangsiang Mengguunakan Moddel Pertumb buhan pada CITYgreen 5.4 Waarna hijau tuua menunjuukkan hasil digitasi maanual yang ssebelumnya telah dilakukan dengan meenggunakann Citra Sateelit Quick Bird B tahun 22006. Sedan ngkan warna berrgradasi jinggga, kuningg, dan putih h secara berrturut-turut merupakan hasil skenario menggunak m kan tree groowth modell pada 10, 20, dan 300 tahun ked depan. Tampak pada p gambaar bahwa gradasi g hasil pemodellan hanya tterlihat dom minan warna jinggga. Hal terrsebut disebbabkan oleh h kerapatann bentuk kannopi yang saling s berdekatann pada 20 dan 30 taahun yang akan datanng, sehingga hanya teerlihat seperti gaaris tebal. Secara S keseluruhan, sk kenario perttumbuhan kkanopi pohon di sepanjangg jalan Rayaa Padjajarann hingga 30 0 tahun yanng akan dataang dapat dilihat d pada Gam mbar 49.
83
Gambar 49. Detail Skenario Kanopi Pohon Jalan Raya Padjajaran Menggunakan Model Pertumbuhan pada CITYgreen 5.4
84
b. Hasil Analisis CITYgreen 5.4 pada Model Pertumbuhan Skenario gambar yang dihasilkan oleh growth modeling hingga 30 tahun kedepan, dapat kembali dianalisis manfaat ekologinya oleh CITYgreen. Analisis bertujuan untuk mengetahui kemampuan sekelompok pepohonan dalam mereduksi polusi udara di masa yang akan datang. Seberapa besar peningkatan atau penurunan yang akan terjadi pada sekelompok pohon dalam mereduksi polusi udara di lingkungan sekitarnya. 1) Statistik tapak Diketahui dari laporan analisis bahwa pada statistik tapak, area yang dianalisis adalah Jalan Raya Padjajaran dengan luas area sebesar 19,17 ha. Pada penutupan permukaan lahan memiliki hasil yang sama seperti analisis sebelumnya, yaitu terdiri dari: •
86% atau 16,56 ha permukaan yang kedap air.
•
12% atau 2,37 ha ruang terbuka.
•
1% atau 0,26 ha semak. Sedangkan untuk penutupan permukaan kanopi pohon terjadi perubahan
luasan area setiap tahun analisis (Tabel 10). Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pertumbuhan kanopi sehingga luas penutupan permukaan kanopi pohon terus meningkat dalam jangka waktu hingga 30 tahun ke depan. Tabel 9. Penutupan Luas Kanopi Pohon Penutupan kanopi pohon % Ha
Tahun ke-0 (saat ini) 30 5,82
Tahun ke10 41 7,91
Tahun ke20 42 8,13
Tahun ke30 44 8,35
2) Manfaat ekologi Berdasarkan hasil analisis 10 tahun kedepan oleh CITYgreen 5.4 menggunakan Growth Modeling, keuntungan ekologi yang diberikan dapat dilihat rinciannya pada Tabel 10. Kemampuan kanopi pohon dalam membersihkan polutan di udara mencapai 769,74 kg setahun. Penghematan biaya yang dapat dilakukan pada tahun tersebut sebesar senilai Rp 40.118.400,-.
85
Tabel 10. Jenis polutan, Kemampuan Kanopi Pohon, dan Penghematan biaya yang dapat dilakukan dalam setahun pada 10 tahun yang akan datang Jumlah polutan yang Nilai dapat dibersihkan Jenis Polutan lbs kg $ Rp Ozon 616 279,41 1,890 18.144.000 Sulfur dioksida 171 77,56 129 1.238.400 Nitrogen dioksida 383 173,72 1,175 11.280.000 Partikel <10 mikron 468 212,28 959 9.206.400 Karbon monoksida 58 26,31 25 240.000 Total 1,697 769,74 4,179 40.118.400 *Keterangan: 1 lbs = 0,45359 kg; $1 = Rp 9.600,-
Tabel 11. Jenis polutan, Kemampuan Kanopi Pohon, dan Penghematan biaya yang dapat dilakukan dalam setahun pada 20 tahun yang akan datang Jumlah polutan yang Nilai dapat dibersihkan Jenis Polutan Ozon Sulfur dioksida Nitrogen dioksida Partikel <10 mikron Karbon monoksida Total
lbs 633 176 393 481 60 1,744
kg 287,12 79,83 178,26 218,18 36,29 791,06
$ 1,942 132 1,208 986 26 4,295
Rp 18.643.200 1.267.200 11.596.800 9.465.600 249.600 41.232.000
*Keterangan: 1 lbs = 0,45359 kg; $1 = Rp 9.600,-
Tabel 12. Jenis polutan, Kemampuan Kanopi Pohon, dan Penghematan biaya yang dapat dilakukan dalam setahun pada 30 tahun yang akan datang Jumlah polutan yang Nilai dapat dibersihkan Jenis Polutan lbs kg $ Rp Ozon 650 294,83 1,994 19.142.400 Sulfur dioksida 180 81,65 136 1.305.600 Nitrogen dioksida 404 183,25 1,240 11.904.000 Partikel <10 mikron 494 224,07 1,012 9.715.200 Karbon monoksida 62 28,12 27 259.200 Total 1,790 811,93 4,409 42.326.400 *Keterangan: 1 lbs = 0,45359 kg; $1 = Rp 9.600,-
86
Tabel 11 merupakan hasil analisis untuk model pertumbuhan 20 tahun yang akan datang. Jumlah kemampuan pohon dalam membersihkan polutan di udara mencapai 791,06 kg setahun dan dapat melakukan penghematan biaya Rp 41.232.000,- setahun. Sedangkan hasil analisis manfaat kanopi pohon pada 30 tahun kedepan, sejumlah 811,93 kg setahun. Penghematan biaya yang dapat dilakukan senilai Rp 42.326.400,- setahun (Tabel 12). Dari ketiga laporan analisis berdasarkan skenario model pertumbuhan, diketahui bahwa rata-rata terbesar polutan yang dapat diserap atau dijerap oleh pohon adalah jenis polutan Ozon. Kemudian diikuti dengan polutan Nitrogen dioksida, Partikel <10 mikron, dan Sulfur dioksida. Rata-rata terkecil yang dapat direduksi menurut hasil analisis ialah jenis polutan Karbon dioksida. Secara keseluruhan, total manfaat ekologi dari jalur pohon tersebut dalam jangka waktu 30 tahun kedepan terus terjadi peningkatan. c. Perbandingan Hasil Analisis CITYgreen 5.4 pada Model Pertumbuhan Perbandingan analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar perubahan kemampuan kanopi pohon dalam mereduksi polutan di udara antara hasil analisis CITYgreen pada saat ini (berdasarkan Citra Satelit Quick Bird tahun 2006) dengan hasil analisis skenario model pertumbuhan pohon pada 10, 20, dan 30 tahun yang akan datang. Perubahan tersebut akan dituangkan dalam bentuk diagram-diagram yang dapat mempermudah dalam membacanya.
Tanpa Skala
Tanpa Skala
a
b
Gambar 50. Pertumbuhan Kanopi Pohon (a) Warung Jambu dan (b) Ekalokasari
87
1) Statistika tapak Berdasarkan statistika tapak, terjadi perubahan luas penutupan kanopi pohon untuk 30 tahun ke depan. Dapat dilihat pada Gambar 50, yaitu hasil pemodelan yang menunjukkan adanya pelebaran pada kanopi pohon. Pertumbuhan terjadi berdasarkan data atribut yang dimasukkan. Beberapa kanopi tumbuh lebih besar, tetap/tidak melebar, dan bahkan ada yang hilang atau dianggap mati karena usia atau kondisi kesehatan. Pertumbuhan kanopi pohon salah satu diantaranya dipengaruhi oleh faktor internal dan ekstenal jenis individu pohon tersebut. Setiap spesies pohon memiliki karakter pertumbuhan masing-masing, serta kondisi eksisting yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, diperlukan data lapang berupa tinggi dan diameter pohon untuk mengetahui sejauh mana tanaman tersebut telah berkembang. Selain itu, daya tumbuh dan kembang suatu vegetasi juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat tumbuh. Beberapa hal tersebut yang menjadi dasar dan perhatian oleh program ekstensi Arcview 3.2 untuk model pertumbuhannya (American Forest, 2002). Perbandingan Luasan Penutupan Permukaan Lahan pada Kanopi Pohon (Hektar) (Ha) 9.00
7.91
8.13
8.35
8.00 7.00
5.82
6.00 5.00 4.00
luas penutupan permukaan kanopi pohon (ha)
3.00 2.00 1.00 0.00 0 tahun (saat ini) 10 tahun
20 tahun
30 tahun
Gambar 51. Diagram Luas Penutupan Kanopi Pohon Berdasarkan Laporan Analisis CITYgreen 5.4 Perubahan luas penutupan kanopi pohon digambarkan melalui diagram batang Gambar 51. Ditunjukkan pada gambar bahwa terjadi kenaikkan
88
penutupan kanopi yang cukup tajam pada tahun ke-10 dan meningkat perlahan untuk tahun-tahun berikutnya. Hal ini dapat dilihat dari persentase kenaikan setiap sepuluh tahun sebesar 35,91%; 2,78%; dan 2,71%. Secara keseluruhan terjadi peningkatan 43,47% dalam jangka waktu 30 tahun. 2) Manfaat ekologi (Kemampuan kanopi membershkan polutan) Perluasan penutupan permukaan kanopi pohon, tentu saja akan menambah dampak positif terhadap lingkungan sekitarnya (American Forest, 2002). Salah satu dampak yang diberikan secara nyata, diantaranya akan menambah kondisi lingkungan lebih nyaman karena keteduhan yang diberikan oleh lebar kanopi. Dan secara tidak sadar, tentu saja akan meningkatkan manfaat ekologi dari kanopi pohon tersebut terhadap lingkungan di sekitarnya. Kemampuan pohon dalam membersihkan polutan di udara dapat pada saat ini dan hasil model pertumbuhan 10, 20, dan 30 tahun berikutnya dapat dilihat peningkatnya pada Gambar 52.
(Kg)
Diagram Perbandingan Analisis Kemampuan Kanopi Pohon dalam Membersihkan/Menghilangkan Polutan di Udara (Kilogram)
350 300
294.83 287.12 279.41
250
224.07 218.18 212.28
205.48 183.25 178.26 173.72
200 150
156.03
127.46 81.65 79.83 77.56 57.15
100
36.29 26.31 28.12 19.5
50 0 Ozon
Sufur dioksida 0 tahun (saat ini)
Nitrogen dioksida 10 tahun
20 tahun
PM <10
Karbon monoksida
30 tahun
Gambar 52. Diagram Analisis Kemampuan Kanopi Pohon Membersihkan Polutan Udara Berdasarkan Laporan Analisis CITYgreen 5.4
89
Diagram tersebut terdiri atas nilai-nilai yang berasal dari laporan analisis CITYgreen 5.4 dalam jangka waktu 30 tahun kedepan. Sumbu X ditandai sebagai jenis-jenis polutan yang dianalisis. Sedangkan sumbu Y ialah nilai manfaat ekologi berupa besaran massa polutan yang dapat dibersihkan dari udara oleh pepohonan dalam satuan kilogram (kg). Secara keseluruhan, persentase kemampuan kanopi pohon dalam mereduksi polutan dalam periode 30 tahun yang akan datang meningkat 43,54%. Kenaikkan manfaat ekologi yang diberikan oleh kanopi berhubungan dengan peningkatan penutupan kanopi pohon. Semakin luas kanopi pohon dan mendekati luas area analisis, maka manfaat yang diberikan akan semakin tinggi. Penutupan kanopi meningkat, dengan rumus tertentu, memberi dampak positif bagi pembersihan udara. Pada diagram yang muncul, diketahui bahwa nilai polutan yang banyak dibersihkan di udara oleh pepohonan yang berada di sepanjang jalan Raya Padjajaran adalah O3 > PM10 > NO2 > SO2 > CO. Nowak (2002), sebelumnya telah melakukan analisis CITYgreen di New York pada tahun 1994 yang menghasilkan manfaat ekologi pembersihkan tertinggi oleh jenis polutan PM10 > O3 > SO2 > NO2 > CO. Sedangkan bila kanopi 100%, maka pembersihan tertinggi dilakukan pada O3 > SO2 > PM10 > NO2 > CO. Hal tersebut membuktikan bahwa luas penutupan kanopi, non-kanopi, dan batas area menentukan dalam perhitungan analisis kualitas udara pada CITYgreen. Lebih detail, kenaikan kemampuan kanopi pohon dapat dilihat pada Gambar 53. Gambar tersebut ialah diagram perbandingan persentase peningkatan kemampuan kanopi pohon dalam membersihkan polutan setiap sepuluh tahun. Nilai persentase berasal dari perhitungan kemampuan kanopi pohon pada tahun yang dihitung dan kemampuan 10 tahun ke depan. Diketahui pada gambar, persentase rata-rata sekelompok pohon dalam membersihkan polutan di udara tidak jauh berbeda pada masing-masing jenis polutan, kecuali pada persentase jumlah polutan CO. Pada 10 tahun pertama terjadi peningkatan kemampuan yang signifikan. Kemudian pada 20 dan 30 tahun berikutnya, kemampuan kanopi pohon cenderung meningkat sedikit atau tidak semaksimal tahun sebelumya dalam mereduksi polutan.
90
Diagram Perbandingan Persentase Kenaikan Kemampuan Kanopi Pohon dalam Mereduksi Setiap 10 Tahun (%) 50 40
37.93
35.98 35.71 36.29 36.05 34.92
30 20 10
2.78 2.76 2.93 2.61
2.70 2.69 2.28 2.80
0 0 ‐ 10 tahun
‐10
10 ‐ 20 tahun
20 ‐ 30 tahun
‐20 ‐22.51
‐30 Ozon
Sulfur dioksida
Nitrogen dioksida
PM<10
Karbon monoksida
Gambar 53. Diagram Persentase Kemapuan Kanopi Pohon dalam Mereduksi Setiap Jenis Polutan Berdasarkan Laporan Analisis CITYgreen 5.4 Lebih rinci, untuk periode 10 tahun pertama terjadi peningkatan rata-rata kemampuan hingga 35,79%. Terkait dengan perbuhan luas kanopi pohon yang meningkat 35,91% pada statistika tapak, maka semakin luas lebar kanopi kemampuan mereduksi polutan udara ikut meningkat. Dari tingginya persentase tersebut dapat ditunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan yang cukup signifikan pada lebar tajuk yang berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan pohon dalam membersihkan polusi di udara. Dahlan (2007) menjelaskan bahwa tanaman yang sedang tumbuh, sedang berbunga dan berbuah, memiliki laju fotosintesis dan translokasi yang tinggi. Dan selama proses fotosintesis, daun pada pohon menyerap polutan yang ada di udara dan mentranslokasikannya dengan karbohidrat menuju daerah akar, dimana banyak mikroba yang bertanggung jawab dalam menguraikannya (City of Boulder Water Conservation Office, 2002), sehingga semakin tinggi proses fotosintesis dan translokasi pada tanaman, maka semakin sering tanaman dapat menyerap polutan di udara. Periode selama 10 tahun pertama,
91
dapat dikatakan terdapat sekelompok pohon yang sedang/masih mengalami masa tumbuh kembang, dan kemudian mempengaruhi meningkatnya kemampuan pohon dalam mereduksi polutan. Untuk periode 10 – 20 tahun, persentase membersihkan polutan hanya meningkat sebesar 2,77%. Kecuali pada jenis polutan CO yang mengalami kenaikan yang stabil dibanding peningkatan sebelumnya, dari 34,92% menjadi 37,93%. Hal ini menunjukkan bahwa kanopi pohon masih melakukan pembersihan CO dengan sangat baik. Dahlan (2007) memaparkan bahwa umur daun mempengaruhi laju fotosintesis dalam pertumbuhan vegetasi. Fotosintesis merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang suatu vegetasi. Diketahui bahwa karbon merupakan salah satu komponen yang berperan dalam proses fotosintesis. Tingginya kegiatan fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan, juga akan meningkatkan kebutuhan karbon. Karbon diserap melalui stomata dan melakukan proses fotosintesis, sebagai berikut: 6 mol CO2 + 12 mol H2O + 675 Cal Æ 1 mol C6H12O6 + 6 mol O2 + 6 mol H2O 246 gr
216 gr
180 gr
192 gr
108 gr
Sehingga pada periode 20 tahun tersebut, sekelompok pohon yang sedang mengalami masa tumbuh kembang, masih mampu menyerap CO dengan baik untuk memenuhi kebutuhan proses fotosintesis. Sedangkan jenis polutan lainnya, tidak banyak diserap atau lebih sedikit dibutuhkan dalam proses metabolisme hidup pohon. Untuk periode 20 – 30 tahun selanjutnya, persentase rata-rata kenaikan kanopi dalam membersihkan polutan hanya meningkat 2,62%. Sedangkan daya serap kanopi terhadap CO, kini mengalami penurunan secara signifikan yang mencapai 22,51%. Dijelaskan oleh Kramer (1960), bahwa hasil fotosintesis bervariasi tergantung umur daun. Daun muda menghasilkan sedikit karena jaringan daun yang kecil jumlahnya dan konsentrasi klorofil yang rendah. Fotosintesis meningkat seiring bertambahnya umur hingga tahap kedewasaan, dan menurun oleh umur yang sudah tua (Gambar 54). Lebih lanjut Dahlan (2007) menyatakan, daun muda umumnya memiliki kemampuan fotosintesis yang masih rendah yang kemudian akan meningkat
92
dengan bertambahnya umur dan juga luasan permukaan daun. Setelah ukuran daun mencapai maksimum, maka daun akan menjadi tua dan berubah warna menjadi kuning karena klorofil mulai rusak yang akan menurunkan kemampuan fotosintesis. Hal-hal tersebut terjadi pada kanopi pohon untuk 30 tahun yang akan datang yang menyebabkan terjadi penurunan penyerapan CO oleh tumbuhan.
Gambar 54. Hubungan Fotosintesis dan Umur Daun Peningkatan dan penurunan secara signifikan pada kemampuan serap polutan CO, diantaranya dipengaruhi oleh usia dan kemampuan tanaman (sepertti laju fotosintesis, translokasi, stomata, dan sebagainya) dalam menyerap polutan yang kemudian mencapai maksimal dan menurun pada periode tertentu. Tentu hal ini dapat diteliti lebih lanjut kebenarannya untuk hasil lebih detail pada pengamatan selanjutnya. Secara keseluruhan, persentase peningkatan daya serap tanaman terhadap polutan meningkat tajam dan menurun secara bertahap. 3) Manfaat ekologi (Penghematan biaya yang dapat dilakukan) Untuk melihat perbandingan penghematan biaya yang dapat dilakukan pada 10, 20, dan 30 tahun yang akan datang, dapat dilihat pada Gambar 55. Satuan yang dipakai yaitu berupa mata uang Rupiah (Rp). Dilihat dari bentuk yang muncul, juga tidak jauh berbeda dengan bentuk pada diagram kemampuan kanopi pohon dalam membersihkan polutan di udara. Semakin
93
tinggi jumlah polutan yang dapat diserap/dijerap oleh pohon, maka dampak negatif yang ditimbulkan pada lingkungan sekitarnya akan semakin rendah pula. Hal tersebut memberikan dampak positif berupa pengurangan biaya eksternal untuk hal-hal yang disebabkan oleh polutan bila tanaman tidak mereduksinya. Secara keseluruhan atau total penghematan yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat meningkat sebesar 43,57% dalam jangka waktu 30 tahun yang akan datang. Diagram Perbandingan Penghematan Biaya yang dapat Dilakukan (Rupiah) (Rp) 25,000,000
20,000,000
15,000,000
19,142,400 18,643,200 18,144,000
13,334,400
11,904,000 11,596,800 11,280,000
10,000,000
9,715,200 9,465,600 9,206,400
8,294,400
6,768,000
5,000,000 1,267,200 1,238,400 1,305,600 912,000
249,600 240,000 259,200 182,400
0 Ozon
Sufur dioksida
0 tahun (saat ini)
Nitrogen dioksida
10 tahun
20 tahun
PM <10
Karbon monoksida
30 tahun
Gambar 55. Diagram Penghematan Biaya yang dapat Dilakukan Berdasarkan Laporan Analisis CITYgreen 5.4 Dari adanya penilaian penghematan biaya yang dilakukan oleh CITYgreen, dimaksudkan agar Pemerintah dan masyarakat kembali menghargai dan memelihara pentingnya fungsi pohon. Kanopi pohon secara nyata memiliki manfaat ekologi yang besar, terutama untuk masa yang akan datang. Dengan tidak selalu berasumsi merubah lahan untuk keuntungan ekonomi semata, tetapi juga penting diperhatikan keuntungan ekologi yang dapat diberikan untuk lingkungan sekitarnya.