10
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Fisik Babi Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui status kesehatan hewan penelitian dan sebagai penunjang data bahwa hewan yang digunakan merupakan hewan sehat. Hasil pemeriksaan fisik babi dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan fisik Babi Parameter Jenis Bobot Frekuensi Frekuensi Suhu (°C) CRT (s) kelamin badan nadi napas (kg) (kali/menit) (kali/menit) 1 Jantan 27 116 35 38.8 <2 2 Jantan 25 93 25 39.2 <2 3 Jantan 27 60 17 36.0 <2 4 Jantan 30 68 22 39.5 <2 5 Jantan 25 80 26 38.2 <2 6 Betina 31 72 22 35.3 <2 7 Betina 27 72 27 35.7 <2 8 Betina 25 88 28 37.9 <2 Rataan 27.13 81.13 25.25 37.57 <2 Nilai normal 60-120 15-30 37.3-38.6 <2 Keterangan : kg= kilogram; CRT= capillary refill time; °C= derajat celcius; s= detik. Tabel 4.1 merupakan hasil pemeriksaan fisik babi. Menurut Eastamtom Veterinary Service, LLC (2012), babi normal memiliki kisaran frekuensi nadi 60120 kali/menit, frekuensi napas 15-30 kali/menit, suhu tubuh 37.3º-38.6 ºC, dan CRT < 2 detik. Babi yang digunakan sebagai hewan penelitian memiliki nilai parameter yang sesuai dengan kriteria diatas sehingga berdasarkan hal tersebut babi yang digunakan berada dalam keadaan normal. Keadaan fisik hewan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti suhu tubuh dan frekuensi nadi yang dipengaruhi oleh umur hewan, kondisi lingkungan dan ukuran hewan.
Hasil Pemeriksaan Darah Babi Pemeriksaan darah secara laboratoris dilakukan untuk memperkuat bahwa hewan yang digunakan dalam penelitian merupakan hewan dalam keadaan sehat. Hasil pemeriksaan darah babi dapat dilihat pada tabel 4.2. Berdasarkan Thrall et al. (2004) data pemeriksaan darah hewan yang dipakai dalam penelitian masih berada dalam kisaran normal, hanya saja pada pemeriksaan red blood cell (RBC) menunjukkan bahwa jumlah RBC berada pada kisaran di bawah normal. Hasil pemeriksaan darah terkadang tidak sepenuhnya menggambarkan keadaan hewan karena sangat dipengaruhi juga oleh perbedaan ras, kondisi lingkungan, nutrisi pakan, umur, jenis kelamin, dan pemeliharaan (Spangfors 1992).
11 Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan darah Nama Tindakan 1 2 3 4
Babi 5 6
7
8
Rataan
Thrall et al (2004)
Hb (g/dL) WBC (103/ µL) Trombosit (103/ µL) RBC (106/ µL) PCV (%)
9.9
9.6
10.3
9.9
10.7
10.1
9.3
10.9
10.1
9.0-14.0
32. 7 35 4 3.3
17.3
28.1
9.7
18.5
23.0
9.3
10.5
17.6
8.7-37.9
336
226
154
475
324
257
468
311.8
3.5
3.5
3.0
3.7
3.2
3.3
3.6
3.4
149.0679.0 5.1-8.0
0
28
31
30
32
30
28
32
30.1
26.041.0
Eosinofil (%) Batang (%) Segmen (%) Limfosit (%) Monosit (%) Basofil (%)
2
0
0
Hitung jenis sel darah putih 0 0 0 0 0
0.3
0.0-10.0
1
0
0
0
2
2
0
1
0.8
0.0-1.2
46
10
45
9
32
50
52
62
38.5
4.4-62.1
49
90
51
71
61
48
43
35
58.5
2
0
4
0
5
0
5
2
2.3
19.272.0 0.0-17,9
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.0-2.5
Kimia klinik Ureum (mg/dL) Kretinin (mg/dL) AST (µ/L) ALT (µ/L)
23
18
19
22
26
20
20
21
21.1
9.2-29.2
0.8
0.9
1.0
1.0
0.9
1.0
0.7
0.9
0.9
0.5-2.0
15 0 55
95
80
106
108
40
96
114
96.1
55
75
60
42
23
64
65
54.9
36.0272.0 19.076.0
Keterangan: Hb= hemoglobin; WBC=white blood cell; RBC=red blood cell; PCV=packed cell volume; ALT= alanine aminotransferase, dan AST= aspartate aminotransferase; g= gram; dL= desiliter; µL= mikroliter Posisi Transduser pada Pemeriksaan USG Organ Abdominal Babi dengan Pasangan Kelenjar Mamari sebagai Titik Orientasi Diagnosis ultrasonografi telah berkembang sangat baik dan paling sering digunakan dalam pemeriksaan kelainan-kelainan organ interna untuk melihat
12 struktur interna suatu organ (Noviana et al. 2012). Pemeriksaan organ abdominal dengan menggunakan USG menuntut pemeriksa untuk mengetahui letak organorgan yang ada di rongga abdominal agar transduser tepat diletakkan pada organ yang akan diperiksa. Teknik peletakkan transduser sangat mempengaruhi sonogram yang dihasilkan. Ada beberapa cara untuk memudahkan dalam pengambilan sonogram organ dalam, salah satunya yaitu dengan memakai titik orientasi yang dalam penelitian ini adalah pasangan kelenjar mamari. Hasil pemeriksaan USG organ abdominal babi dengan pasangan kelenjar mamari sebagai titik orientasi dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Letak transduser pada pemeriksaan USG organ abdominal babi dengan pasangan kelenjar mamari sebagai titik orientasi Babi Hati Pankreas Ginjal Ginjal Kiri KantungKemih (mamari (mamari Kanan (mamari ke-) (mamari ke-) ke-) ke-) (mamari ke-) 1 1 3-4 3-4 2-3 6 2 1 4 3-4 2-3 6 3 1-2 3-4 3 2-3 6-7 4 1 3-4 3 3 6 5 2 4-5 4 2-3 6-7 6 1 3-4 3-4 2 6 7 1-2 3-4 3 2 6-7 8 1 3 3-4 2 6 Rataan 1-2 3-4 3-4 2-3 6-7 Hati Berdasarkan Tabel 4.3 posisi transduser untuk pemeriksaan organ hati yaitu diletakkan pada pasangan kelenjar mamari ke satu sampai ke dua atau dibawah tulang sternum. Hal ini sesuai dengan anatomi hati yang menempel pada diafragma dan berada di bawah tulang sternum (Dyce et al. 2002). Perbedaan posisi transduser akan mempengaruhi hasil sonogram yang diambil. Posisi transduser dan hasil sonogram hati dapat dilihat pada gambar 4.1. Gambar 4.1 memperlihatkan posisi transduser dengan hasil sonogram hati. Gambar 4.1.A merupakan gambar posisi transduser transversal dan gambar 4.1.C merupakan hasil sonogram. Gambar 4.1.B merupakan posisi transduser sagital dengan hasil sonogram 4.1.D. Gambar 4.1.D memperlihatkan batas hyperechoic yang berbentuk landai ke kanan sedangkan pada gambar 4.1.C batas hyperechoic cenderung rata. Batas ini merupakan diafragma yang membatasi organ hati karena terdiri dari jaringan ikat yang bersifat highly reflective interface (Noviana et al. 2012). Struktur interna organ hati memiliki ekhogenitas yang lebih rendah daripada diafragma yaitu hypoechoic yang bersifat homogen atau berwarna abuabu karena terdiri dari jaringan lunak (Goddard 1995). Abnormalitas akan menyebabkan sonogram yang dihasilkan tidak sesuai dengan sonogram organ hati yang normal, misalnya pada kasus hydropascites akan terlihat adanya efusi yang berupa cairan sehingga sonogram yang terlihat akan terdapat massa anechoic di sekitar jaringan hati. Kasus hepatomegali akan menunjukkan struktur interna hati berubah menjadi lebih hyperechoic atau lebih hypoechoic. Kasus nodular hyperplasia, neoplasia, mineralisasi akan menunjukkan adanya bulatan
13 hyperechoic pada bagian dalam jaringan hati (Noviana et al. 2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi visualisasi hati antara lain, ukuran hati, konformitas tubuh, dan isi saluran pencernaan.
A
B
kranial
kranial
C
D
ha ha di di 1 cm
1 cm
Gambar 4.1 Posisi transduser pada pemeriksaan hati yaitu transversal (A) dengan sonogram hati (B) dan posisi transduser sagital (C) dengan sonogram hati (D). (ha) hati; (di) diafragma Pankreas Organ yang juga diperiksa untuk mendapatkan gambaran yang baik dengan teknik yang tepat adalah pankreas. Anatomi pankreas yang memiliki kedekatan posisi dengan duodenum dan lambung akan mempersulit pencitraan jika terdapat akumulasi gas dan makanan di saluran pencernaan. Pemeriksaan pankreas harus menggunakan hewan yang telah dipuasakan agar mendapatkan hasil sonogram pankreas yang jelas. Gambar posisi transduser pada saat pemeriksaan pankreas dan sonogram hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.2.
14
A
B
kranial
kranial
C
D pa pa
1cm
1 cm
Gambar 4.2 Posisi transduser saat pemeriksaan pankreas dengan kelenjar mamari sebagai titik orientasi, posisi transduser transversal (A) dengan hasil sonogram (C) dan sagital (B) dengan hasil sonogram (D). (pa) pankreas Gambar 4.2 merupakan gambaran posisi transduser dengan hasil sonogram pankreas. Gambar 4.2.A merupakan gambar posisi transduser transversal dan gambar 4.2.C adalah hasil sonogramnya, gambar 4.2.B gambar posisi transduser sagital dan gambar 4.2.D adalah hasil sonogramnya. Pankreas tampak memanjang dengan pinggiran teragregasi (Fradson 1995). Sonogram organ pankreas terlihat membentuk segitiga memanjang. Gambaran yang dihasilkan pada posisi transduser transversal dan sagital tidaklah jauh berbeda. Hal ini dikarenakan bentuk pankreas yang tidak beraturan dan sulit dibedakan tiap bagiannya. Organ pankreas mulai terlihat pada kedalaman sekitar 2-3 cm tergantung dari tebal kulit dan lemak pada abdomen individu (Badea 2005). Letak transduser pada pemeriksaan organ pankreas dapat dilihat pada Tabel 4.3. Hasil yang didapatkan yaitu dari delapan babi yang digunakan letak transduser pada pemeriksaan organ pankreas adalah pada pasangan kelenjar mamari ketiga sampai keempat untuk hasil sonogram yang paling baik. Ginjal Pemeriksaan organ ginjal dengan teknik USG seringkali dilakukan untuk melihat struktur interna dan ukuran ginjal. Pemeriksaan ginjal meliputi pemeriksaan ginjal kanan dan ginjal kiri dengan posisi transduser transversal dan
15 sagital. Posisi transduser pada saat pemeriksaan dan hasil sonogram ginjal dapat dilihat pada gambar 4.3.
A
B
kranial
kranial
C
D
ko me me ko ka
1 cm
ka
1 cm
Gambar 4.3 Posisi transduser pada pemeriksaan ginjal dengan pasangan kelenjar mamari sebagai titik orientasi, posisi transduser transversal (A) dengan hasil sonogram (C) dan posisi transduser sagital (B) dengan hasil sonogram. (ko) korteks; (me) medula; (ka) kapsula ginjal Gambar 4.3 merupakan gambaran posisi transduser yang dipakai yaitu transversal 4.3.A dengan hasil sonogramnya 4.3.C dan sagital 4.3.B dengan hasil sonogramnya 4.3.D. Menurut Wilson (2005) posisi transduser yang baik untuk pemeriksaan ginjal yaitu transversal dan sagital dengan posisi hewan lateralrecumbency. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu transduser diposisikan antara pasangan puting tiga dan empat pada pemeriksaan ginjal kanan dan pasangan puting dua sampai tiga pada pemeriksaan ginjal kiri. Secara anatomi ginjal kiri memang lebih kranial dibandingkan dengan ginjal kanan pada babi (Dyce et al. 2002). Ginjal berbentuk seperti kacang merah dengan batas yang hyperechoic yang dikarenakan bagian luar ginjal dari kapsul yang merupakan jaringan kolagen. Batas ginjal terlihat tidak jelas dikarenakan pencitraan organ ginjal tergantung dari lemak hewan tersebut, babi yang memiliki lemak yang banyak menyebabkan batasan ginjal tidak terlalu nyata terlihat (Goddard 1995). Bagian korteks ginjal bersifat hypoechoic dengan struktur interna yang homogen karena terdiri dari glomerulus. Bagian ginjal yang lebih dalam adalah medula, pada sonogram medula akan terlihat lebih anechoic karena tidak adanya echo
16 yang dihasilkan pada jaringan tersebut (Noviana et al. 2012). Sonogram ginjal yang dihasilkan pada penelitian ini yaitu batas ginjal yang hyperechoic tetapi dengan batas yang tidak terlihat mulus, korteks bersifat hypoechoic, dan medula yang anechoic. Hasil sonogram ginjal pada posisi transduser transversal akan memperlihatkan ginjal yang berbentuk bulat (gambar 4.3.C) sehingga bisa diketahui tinggi dan tebal ginjal, sedangkan pada posisi transduser sagital sonogram ginjal yang dihasilkan akan berbentuk lebih ellips (gambar 4.3.D) sehingga dapat diketahui panjang dan tinggi ginjal. Kantung Kemih Pemeriksaan kantung kemih pada babi bisa dilakukan dengan menggunakan teknik ultrasonografi. Posisi transduser saat pemeriksaan kantung kemih dan hasil sonogram kantung kemih dapat dilihat pada gambar 4.4
A
B
kranial
kranial
C
D lu
lu
di di 1 cm
1 cm
Gambar 4.4 Posisi transduser pada pemeriksaan kantung kemih dengan kelenjar mamari sebagai titik orientasi, posisi transduser transversal (A) dan hasil sonogram (C), posisi transduser sagital (B) dan hasil sonogram(D). (lu) lumen kantung kemih; (din) dinding kantung kemih Gambar posisi transduser transversal dan hasil sonogramnya dapat dilihat pada gambar 4.4.A dan C, sedangkan gambar posisi transduser sagital dengan hasil sonogramnya pada gambar 4.4.B dan D. Letak transduser dengan pasangan kelenjar mamari sebagai titik orientasinya yaitu pada pasangan keenam hingga ketujuh. Hal ini sesuai dengan penelitian Wilson (2005) bahwa pada pemeriksaan kantung kemih transduser diletakkan dekat os pubis dengan posisi hewan dorsalrecumbency. Sonogram kantung kemih yang terlihat adalah berupa bulatan oval yang bersifat anechoic dengan batas yang hyperechoic. Dinding kantung kemih yang hyperechoic dikarenakan terdiri dari epitel transisional (Fradson1995). Hasil
17 sonogram dengan posisi transduser transversal dan sagital tidak dapat dibedakan secara nyata, hal ini dikarenakan bentuk kantung kemih yang tidak beraturan. Sudut Transduser Arah Sagital dan Transversal terhadap Sumbu Tubuh Babi untuk Pemeriksaan USG Hati Organ hati merupakan organ yang cukup besar pada tubuh makhluk hidup. Beratnya rata-rata mencapai 3% dari total berat badan tubuh (Akers dan Denbow 2008). Hasil sonogram organ hati bagian tengah posisi transduser sagital dapat dilihat pada gambar 4.5.
A
B ha ha di di
1 cm
1 cm
C
D
1
ha
ha
di
di
1 cm 1 cm
1 cm
E
F ha
ha
di di 1 cm
1 cm
Gambar 4.5 Hasil sonogram organ hati bagian tengah posisi transduser sagital dengan sudut 15° (A), 30° (B), 45° (C), 60° (D), 75° (E), dan 90° (F). (ha) hati; (di) diafragma Hati dibagi menjadi bagian tengah, kanan, dan kiri dalam pemeriksaan USG. Sonogram hati diperoleh dari posisi transduser sagital dan transversal dengan sudut 15°, 30°, 45°, 60°, 75°, dan 90°. Gambar 4.5 merupakan sonogram hati bagian tengah yang dihasilkan dengan menggunakan teknik ultrasonografi.
18 Gambar 4.5. A, B, C, D, E, dan F merupakan sonogram hati bagian tengah dengan posisi transduser sagital dan sudut tertentu. Gambar 4.5.A dengan sudut 15°, B 30°, C 45°, D 60°, E 75°, dan F dengan sudut 90°. Sonogram hati yaitu akan terlihat struktur interna hati yang hypoechoic. Diafragma juga akan terlihat pada sonogram hati yaitu hyperechoic dengan bentuk yang curam ke bawah. Gambaran hati yang dihasilkan dengan teknik USG tidak bisa dibedakan antar tiap lobusnya dikarenakan tidak jelas perbedaan antar tiap lobus pada sonogram (Dietrich et al. 2010). Posisi transduser yang dipakai selanjutnya yaitu posisi transversal. Sudut yang digunakan juga sama dengan posisi sagital yaitu 15°, 30°, 45°, 60°, 75°, dan 90°. Hasil sonogram yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 4.6.
A
B ha di
1 cm
1 cm
C
D ha ha di di
1 cm
1 cm
E
F ha
di di 1 cm
1 cm
Gambar 4.6 Sonogram organ hati bagian tengah dengan posisi transduser transversal dengan sudut (A) 15°, (B) 30°, (C) 45°, (D) 60°, (E) 75°, dan (F) 90°. (di) diafragma; (ha) hati Gambar 4.6 merupakan sonogram hati bagian tengah yang dihasilkan dengan menggunakan teknik ultrasonografi posisi transduser transversal. Gambar 4.6. A dengan sudut 15°, B 30°, C 45°, D 60°, E 75°, dan F dengan sudut 90°.
19 Teknik pemeriksaan ultrasonografi untuk pengambilan sonogram hati digunakan untuk banyak penyakit hati misalnya hepatomegali, tumor hati, fatty liver, dan lainnya (Wilson et al. 2005). Sonogram hati yang normal akan terlihat struktur interna hati yang hypoechoic dan diafragma yang berbentuk memanjang bersifat hyperechoic (Noviana et al.2012). Hasil sonogram hati bagian tengah akan dilakukan penilaian untuk melihat perbedaan gambaran yang dihasilkan dengan posisi transduser tertentu dan dengan sudut tertentu pula. Hasil penilaian sonogram hati bagian tengah disajikan pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil penilaian sonogram hati bagian tengah dengan arah transduser sagital dan transversal menggunakan kisaran sudut tertentu Babi 15° 30° 45° 60° 75° 90° Sa Tr Sa Tr Sa Tr Sa Tr Sa Tr Sa Tr 1 1 0 1 1 2 3 2 2 3 0 3 0 2 2 0 2 1 1 3 1 2 0 0 0 0 3 0 0 0 1 1 3 2 2 3 1 0 0 4 0 0 0 1 3 3 1 2 2 0 0 0 5 1 0 2 1 1 3 2 2 0 0 0 0 6 0 0 0 0 1 3 2 2 3 2 3 0 7 0 0 0 1 2 2 3 2 2 0 1 0 8 0 0 1 0 2 3 3 3 3 2 0 0 Jumlah 4 0 6 6 13 23 16 17 16 5 7 0 Keterangan Tr: transversal, Sa: sagital, nilai 0: hati tidak terlihat, nilai 1: hati mulai terlihat, nilai 2: hati terlihat jelas, nilai 3: hati terlihat sangat jelas
Tabel 4.4 menunjukkan hasil penilaian sonogram hati bagian tengah dengan posisi transduser sagital dan transversal dengan kisaran sudut tertentu. Hasil sonogram hati bagian tengah dengan posisi transduser sagital juga berbeda dari setiap sudut. Hasil sonogram pada kisaran 60° sampai 75° merupakan hasil yang terbaik karena gambaran hati yang terlihat paling baik, struktur interna hati terlihat hypoechoic homogen dan diafragma terlihat hyperechoic yang berbentuk curam ke bawah (Dietrich et al. 2010) dengan nilai 16. Sonogram hati bagian tengah dengan posisi transduser transversal sudut 45° didapatkan hasil sonogram yang paling baik dengan jumlah nilai yang paling besar yaitu 23. Sonogram yang terlihat juga paling jelas, struktur interna hypoechoic homogen juga sangat terlihat dengan diafragma terlihat hyperechoic dengan bentuk memanjang (Dietrichet al. 2010). Bagian hati yang akan diambil sonogramnya yaitu bagian kanan. Teknik yang dipakai sama dengan pengambilan sonogram hati bagian tengah. Hasil sonogram hati bagian kanan dengan posisi transduser sagital dapat dilihat pada gambar 4.7.
20
A
B ke ha
1 cm
1 cm
C
D ke ke ha
ha di
1cm
di 1 cm
E
F ke ha
ha
di 1 cm
di 1 cm
Gambar 4.7 Hasil sonogram hati bagian kanan posisi transduser sagital dengan sudut 15°(A), 30° (B), 45° (C), 60° (D), 75° (E), dan 90° (F). (ke) kantung empedu; (di) diafragma; (ha) hati Gambar 4.7 merupakan hasil sonogram hati bagian kanan yang dihasilkan dengan menggunakan teknik ultrasonografi. Gambar 4.7.A, B, C, D, E, dan F merupakan sonogram hati bagian kanan dengan posisi transduser sagital dengan kisaran sudut tertentu. Gambar 4.7.A dengan sudut 15°, B 30°, C 45°, D 60°, E 75°, dan F 90°. Sonogram terlihat struktur interna hati yang hypoechoic, kantung empedu yang berbentuk bulat anechoic, dan diafragma yang curam ke bawah bersifat hyperechoic. Sonogram hati bagian kanan juga diambil dengan posisi transduser transversal. Sudut-sudut yang digunakan yaitu 15°, 30°, 45°, 60°, 75°, dan 90°. Perbedaan sudut ini diharapkan dapat memberikan gambaran hati yang berbeda sehingga bisa diketahui sudut yang paling tepat dalam pemeriksaan hati bagian kanan dengan teknik USG. Hasil sonogram hati bagian kanan posisi transduser transversal dengan sudut tertentu dapat dilihat pada gambar 4.8.
21
A
B
1 cm
1 cm
C
D ha
ke ke
ha di
1 cm
1 cm
E
F ke
ha
ha di
di 1 cm
1 cm
Gambar 4.8 Hasil sonogram organ hati bagian kanan posisi transduser transversal dengan sudut 15° (A), 30° (B), 45° (C), 60° (D), 75° (E), dan 90°(F). (ke) kantung empedu; (di) diafragma; (ha) hati Gambar 4.8 merupakan hasil sonogram hati bagian kanan posisi transduser transversal dengan kisaran sudut tertentu. Gambar 4.7.A dengan sudut 15°, B 30°, C 45°, D 60°, E 75°, dan F 90°. Gambaran hati, kantung empedu, dan diafragma terlihat juga seperti pada posisi transduser sagital. Perbedaannya hanyalah gambaran diafragma pada transduser tranversal lebih datar dibandingkan dengan posisi transduser sagital. Hasil sonogram posisi transduser transversal dan sagital dengan sudut tertentu akan dilakukan penilaian untuk melihat perbedaan gambaran sonogram. Hasil penilaian sonogram hati bagian kanan disajikan dalam Tabel 4.5.
22 Tabel 4.5 Hasil penilaian sonogram hati bagian kanan dengan arah transduser sagital dan transversal menggunakan kisaran sudut tertentu Babi 15° 30° 45° 60° 75° 90° Sa Tr Sa Tr Sa Tr Sa Tr Sa Tr Sa Tr 1 0 0 3 0 2 1 2 2 0 3 0 0 2 0 0 2 1 3 2 0 3 0 2 0 1 3 1 0 2 0 2 2 3 3 0 3 0 0 4 0 1 3 3 2 2 5 0 0 3 3 2 1 6 0 0 2 3 3 2 7 0 2 3 3 2 0 8 0 1 3 3 2 1 Jumlah 1 0 11 1 21 5 20 8 11 8 6 1 Keterangan: Tr: transversal, Sa: sagital, nilai 0: hati tidak terlihat, nilai 1: hati mulai terlihat, nilai 2: hati terlihat jelas, nilai 3: hati terlihat sangat jelas
Tabel 4.5 merupakan hasil penilaian sonogram hati bagian kanan dengan posisi transduser transversal dan sagital dengan sudut 15°, 30°, 45°, 60°, 75°, dan 90°. Hasil sonogram hati bagian kanan dengan posisi transduser sagital juga berbeda pada setiap sudut. Jika dilihat dari pandangan dorsal-recumbency pada hati bagian kanan akan terlihat kantung empedu, saluran empedu, dan pembuluh darah (Dietrich et al. 2010). Sonogram organ hati yang paling jelas yaitu pada kisaran sudut 45° dengan jumlah nilai 21, kantung empedu terlihat semakin jelas seperti bulat anechoic dan struktur interna hati hypoechoic atau keabuan yang homogen (Goddard 1995). Sampel yang digunakan pada pengambilan sonogram hati bagian kanan dengan posisi transduser transversal hanya tiga sampel dikarenakan adanya kesalahan teknis, tetapi data yang dihasilkan dianggap sudah cukup menggambarkan. Hasil sonogram paling bagus ditunjukkan dengan hasil sonogram pada kisaran sudut 60° dan 75°. Kantung empedu paling terlihat pada sonogram ini, struktur interna hati yang hypoechoic juga paling terlihat jelas. Total nilai hasil sonogram pada kisaran sudut 60° dan 75° adalah 8. Bagian hati yang juga diperiksa yaitu hati bagian kiri. Pengambilan sonogram hati bagian kiri juga menggunakan teknik ultrasonografi dengan posisi transduser transversal dan sagital yang sama dengan pemeriksaan hati sebelumnya. Hasil sonogram organ hati bagian kiri posisi transduser sagital dapat dilihat pada gambar 4.9. Gambar 4.9 merupakan sonogram hati bagian kiri dengan posisi transduser sagital sudut 15°, 30°, 45°, 60°, 75°, dan 90°. Gambar 4.19 A 15°, B 30°, C 45°, D 60°, E 75°, dan F 90°. Hasil sonogram hati bagian kiri posisi transduser sagital tidak memperlihatkan adanya struktur hati, sedangkan sonogram hati bagian kiri posisi transduser transversal dapat dilihat pada gambar 4.10. Gambar 4.10 merupakan hasil sonogram hati bagian kiri dengan posisi transduser transversal dengan sudut masing-masing 15°, 30°, 45°, 60°, 75°, dan 90°. Gambar 4.10 merupakan sonogram hati bagian kiri posisi transduser dengan sudut 15° (A), 30° (B), 45° (C), 60° (D), 75° (E), dan 90° (F). Sonogram yang dihasilkan tidak memperlihatkan adanya gambaran hati bagian yang kiri. Hasil sonogram dari pemeriksaan USG ini akan diamati dan dilakukan penilaian untuk setiap sonogram. Hasil penilaian sonogram hati bagian kiri disajikan dalam tabel 4.6.
23
A
B
1 cm 1 cm
1 cm
1 cm
C
D
1cm
1 cm
E
F
1 cm
1 cm
Gambar 4.9 Hasil sonogram hati bagian kiri posisi transduser sagital dengan sudut 15° (A), 30° (B), 45°(C), 60° (D), 75° (E), dan 90° (F) Hasil sonogram hati bagian kiri dengan posisi transduser sagital dan transversal dengan masing-masing sudut tidak memperlihatkan adanya gambaran organ hati. Hasil sonogram tidak ditemukannya lengkung hyperechoic yang menggambarkan diafragma dan juga tidak adanya struktur interna hati yang hypoechoic pada tiap posisi transduser.
24
A
1 cm
C
1 cm
E
1 cm
B
1 cm
D
1 cm
F
1 cm
Gambar 4.10 Sonogram organ hati bagian kiri posisi transduser transversal dengan sudut 15° (A), 30° (B), 45° (C), 60° (D), 75° (E), dan 90° (F)
25 Tabel 4.6 Hasil penilaian sonogram hati bagian kiri dengan arah transduser sagital dan transversal menggunakan kisaran sudut tertentu Babi 15° 30° 45° 60° 75° 90° Tr Sa Tr Sa Tr Sa Tr Sa Tr Sa Tr Sa 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Keterangan Tr: transversal, Sa: sagital, nilai 0: hati tidak terlihat, nilai 1: hati mulai terlihat, nilai 2: hati terlihat jelas, nilai 3: hati terlihat sangat jelas
Tabel 4.6 merupakan tabel hasil penilaian sonogram hati bagian kiri dengan posisi transduser transversal dan sagital dengan sudut 15°, 30°, 45°, 60°, 75°, dan 90°. Sonogram hati bagian kiri posisi transduser sagital dan transversal tidak ditemukannya organ hati. Hal ini dikarenakan hati selalu terletak persis di belakang diafragma, dan cenderung terletak di sisi sebelah kanan terutama pada hewan besar karena lambung akan mendorong bagian-bagian lain ke arah kanan termasuk organ hati ( Fradson 1995).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Teknik ultrasonografi (USG) dapat digunakan dalam pemeriksaan organ dalam rongga abdominal yang terdiri dari hati, ginjal, pankreas, dan kantung kemih. Teknik USG dapat digunakan untuk mengetahui posisi, bentuk, ekhogenitas, dan marginasi dari organ yang diperiksa dengan pasangan kelenjar mamari sebagai titik orientasi. Untuk mendapatkan gambaran ultrasonografi yang baik diperlukan teknik pengambilan gambar yang tepat yang meliputi posisi hewan saat pengambilan gambar, posisi transduser terhadap sumbu tubuh hewan, dan sudut yang tepat antara transduser dan permukaan tubuh hewan.
Saran Penggunaan teknik USG dalam pemeriksaan organ dalam sangat menguntungkan karena bersifat non-invasive dan tidak berbahaya untuk pasien. Hal ini menyebabkan penggunaan teknik USG semakin berkembang sehingga perlu ditemukannya teknik-teknik yang yang tepat untuk pemeriksaan USG pada tiap organ.