HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Potensi Objek Wisata Penilaian potensi pariwisata pesisir Sendang Biru Kabupaten Malang didasarkan kepada kriteria penilaian dan pengembangan obyek dan daya tarik wisata alam yang dikeluarkan oleh Direktorat Wisata Ala m dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan (2002). Dari detail hasil penilaian objek wisata kawasan pesisir Sendang Biru terdapat (Lampiran 2), diperoleh nilai kajian sebesar 6840 (Tabel 11), dan sesuai dengan kriteria penilaian kelayakan pengembangan wisata (Tabel 3), maka kawasan pariwisata pesisir Sendang Biru termasuk ke dalam kategori layak (baik) untuk dikembangkan lebih lanjut. Tabel 11 Penilaian objek wisata kawasan pesisir Sendang Biru Unsur Daya tarik Potensi pasar Kadar hubungan/aksesibilitas Kondisi lingkungan sosial ekonomi dan pelayanan masyarakat Kondisi iklim Akomodasi Sarana dan prasarana penunjang Ketersediaan air bersih Keamanan Hubungan objek dengan objek wisata lain Jumlah
Perolehan nilai 2520 800 1025 1125 480 90 120 560 120 0 6840
Strategi Pengelolaan Pariwisata Perumusan kebijakan pengelolaan pembangunan kawasan pariwisata pesisir Sendang Biru Kabupaten Malang didasarkan pada hasil kriteria penilaian dan pengembangan obyek dan daya tarik wisata yang telah didapat sebelumnya. Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan faktor internal dan eksternal melalui tabel pemilihan faktor internal dan eksternal (Lampiran 3), lalu dilanjutkan dengan pembentukan tabel faktor strategi internal dan eksternal (Tabel 12-13)
50
Tabel 12 Faktor strategi internal pengelolaan pariwisata pesisir di Sendang Biru Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Faktor-faktor strategi A Kekuatan 1. keindahan 2. keadaan pasir 3. kejernihan air tampak sampai kedalaman (m) 4. banyaknya lokasi yang mempunyai kedalaman sama 5. variasi kegiatan 6. kebersihan 7. keunikan sumber daya alam 8. jenis kegiatan wisata alam 9. kebersihan udara dan lokasi 10. keamanan dan keselamatan pantai 11. banyaknya potensi sumber daya alam 12. keutuhan sumber daya alam 13. keutuhan potensi (%) 14. kenyamanan 15. tata ruang wilayah 16. status lahan 17. jarak sumber air terhadap lokasi objek (km) 18. dapat tidaknya air dialirkan ke objek atau mudah dikirim dari tempat lain 19. kontinuitas 20. keamanan 21. sarana penunjang 22. prasarana Jumlah B Kelemahan 1. lebar pantai 2. kerawanan kawasan 3. tingkat pengangguran (%) 4. mata pencaharian peduduk 5. ruang gerak pengunjung (ha) 6. pendidikan 7. tingkat kesuburan tanah 8. sumberdaya alam mineral 9. persepsi masyarakat 10. pelayanan masyarakat dan fasilitas 11. kemampuan berbahasa 12. kelayakan air dikonsumsi 13. debit sumber air (liter/detik) Jumlah
Bobot
Nilai
Skor
Kode
6 6 6
30 30 30
180 180 180
1.1 1.2 1.3
6
30
180
1.4
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 5 5 4
25 25 30 30 30 30 30 30 25 30 30 30 30
150 150 180 180 180 150 150 150 150 180 150 150 120
1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 1.13 1.14 1.15 1.16 1.17
4
30
120
1.18
4 4 2 2
30 30 30 30
120 120 60 60 3240
1.19 1.20 1.21 1.22
6 6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4
10 20 25 20 10 20 25 25 20 20 20 25 25
60 120 125 100 50 100 125 125 100 100 100 100 100 1305
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 2.13
51
Tabel 13 Faktor startegi eksternal pengelolaan pariwisata pesisir di Sendang Biru Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Faktor-faktor strategi A Peluang 1. jumlah penduduk (juta jiwa) 2. tingkat kebutuhan wisata 3. kondisi dan jarak jalan darat 4. jarak pintu gerbang udara (internasional/regional) 5. waktu tempuh ke objek dari pusat kota/kabupaten (jam) 6. jumlah kendaraan bermotor (buah) 7. pengaruh iklim terhadap waktu kunjungan 8. jumlah bulan kering rata-rata per tahun 9. akomodasi (jumlah kamar) Jumlah B Ancaman 1. frekwensi kendaraan umum dari pusat penyebaran wisata ke objek 2. kapasitas tempat duduk kendaraan menuju objek wisata 3. suhu udara pada musim kemarau (0 C) 4. kelembaban rata-rata per tahun (%) 5. percepatan angin pada musim kemarau 6. hubungan dengan objek wisata lain (sejenis) 7. hubungan dengan objek wisata lain (tidak sejenis) Jumlah
Bobot
Nilai
Skor
Kode
5 5 5 5
140 25 80 25
700 125 400 125
3.1 3.2 3.3 3.4
5
30
150
3.5
5 4
30 30
150 120
3.6 3.7
4 3
25 30
100 90 1960
3.8 3.9
5
20
100
4.1
5
20
100
4.2
4 4 4 1
20 20 20 0
80 80 80 0
4.3 4.4 4.5 4.6
1
0
0
4.7
440
Setelah faktor internal dan eksternal diketahui, langkah selanjutnya adalah menyusun faktor-faktor strategis internal dan eksternal dalam matrik SWOT (Tabel 14). Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapai dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.
52
Tabel 14 Matrik SWOT pengelolaan pariwisata pesisir di Sendang Biru Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Unsur internal
Kekuatan (S) 1. 2. 3. 4.
Unsur eksternal Peluang (O) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
jumlah penduduk kebutuhan wisata kondisi dan jarak jalan darat jarak dari bandara waktu tempuh ke objek jumlah kendaraan bermotor pengaruh iklim terhadap waktu kunjungan jumlah bulan kering rata-rata per tahun akomodasi
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
2. 3. 4. 5. 6.
frekwensi kendaraan umum dari pusat penyebaran wisata kapasitas tempat duduk kendaraan menuju objek wisata suhu udara di musim kemarau percepatan angin pada musim kemarau hubungan dengan objek wisata lain (sejenis) hubungan dengan objek wisata lain (tidak sejenis)
Kelemahan (W) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Strategi (SO) 1.
2.
Ancaman (T) 1.
keindahan pasir kejernihan air lokasi dengan kedalaman sama variasi kegiatan kebersihan keunikan SDA jenis wisata alam kebersihan udara keselamatan pantai banyak potensi SDA keutuhan SDA keutuhan potensi kenyamanan tata ruang wilayah status lahan jarak sumber air air mudah dialirkan kontinuitas air keamanan sarana penunjang prasarana pengawasan terhadap kelestarian sumber daya alam peningkatan kenyamanan terhadap wisatawan
Strategi (WO) 1.
2.
Strategi (ST) 1.
peningkatan promosi produk wisata 2. pengadaan transportasi umum yang berkesinambungan
lebar pantai kerawanan kawasan tingkat pengangguran mata pencaharian ruang gerak pengunjung pendidikan tingkat kesuburan SDA mineral persepsi masyarakat pelayanan masyarakat kemampuan berbahasa kelayakan air dikonsumsi debit sumber air
perbaikan mutu sumber daya manusia penduduk setempat kebijakan pemodalan bagi penduduk lokal dalam mengembangkan usaha yang mendukung pariwisata
Strategi (WT) 1.
penyuluhan dan pembinaan bagi masyarakat lokal untuk terlibat secara langsung dalam pelayanan pariwisata dan pemeliharaan sumber daya alam dan lingkungan
53
Untuk mengetahui strategi mana yang harus diprioritaskan untuk dilaksanakan, maka disusunlah alternatif strategi dalam analisis SWOT (Tabel 15) dengan cara menjumlahkan semua kode bobot yang terangkum dalam satu strategi pengelolaan. Sehingga didapatkan prioritas kegiatan yang harus dilakukan dalam mengelola kawasan objek wisata Sendang Biru. Tabel 15 Alternatif strategi dalam analisis SWOT pengelolaan pariwisata pesisir di Sendang Biru Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Strategi I S-O 1 pengawasan terhadap kelestarian sumber daya alam 2
peningkatan kenyamanan terhadap wisatawan
II S-T 3 peningkatan promosi produk wisata
4
pengadaan transportasi umum yang berkesinambungan III W-O 5 perbaikan mutu sumber daya manusia penduduk setempat 6 kebijakan pemodalan bagi penduduk lokal dalam mengembangkan usaha yang mendukung pariwisata IV W-T 7 penyuluhan dan pembinaan bagi masyarakat lokal untuk terlibat secara langsung dalam pelayanan pariwisata dan pemeliharaan sumber daya alam dan lingkungan
Penjumlahan bobot
Prioritas
1.1, 1.2, 1.3, 1.4, 1.5, 1.6, 1.7, 1.8, 1.9, 1.10, 1.11, 1.12, 1.13, 1.14, 3.1, 3.2, 3.3, 3.4, 3.9
4285
1
1.5, 1.6, 1.8, 1.9, 1.15, 1.16, 1.17, 1.18, 1.19, 1.20, 1.21, 1.22, 3.1, 3.2, 3.3, 3.4, 3.4, 3.5, 3.6, 3.7, 3.8, 3.9
3520
2
1.1, 1.2, 1.3, 1.4, 1.5, 1.6, 1.7, 1.8, 1.9, 1.10, 1.11, 1.12, 1.13, 1.4, 4.1, 4.2, 4.3, 4.6, 4.7
3125
3
820
6
2.2, 2.3, 2.4, 2.6, 2.9, 2.10, 2.11, 3.1, 3.2, 3.3, 3.4, 3.4, 3.5, 3.6, 3.7, 3.8, 3.9
2705
4
2.3, 2.4, 2.10, 2.11, 2.12, 2.13, 3.1, 3.2, 3.3, 3.4, 3.5, 3.6, 3.7, 3.8, 3.9
2585
5
2.2, 2.3, 2.4, 2.6, 2.9, 2.10, 2.11, 4.6, 4.7
745
7
Kode pembobotan
1.14, 1.15, 1.16, 1.20, 1.21, 1.22, 4.1, 4.2
54
Berdasarkan alternatif strategi dalam analisis SWOT pengelolaan pariwisata pesisir di Sendang Biru Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur (Tabel 15), maka prioritas strategi pengelolaan pariwisata pesisir di Sendang Biru Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur dapat diurutkan sebagai berikut: 1
pengawasan terhadap kelestarian sumber daya alam,
2
peningkatan kenyamanan terhadap wisatawan,
3
peningkatan promosi produk wisata,
4
perbaikan mutu sumber daya manusia penduduk setempat,
5
kebijakan pemodalan bagi penduduk lokal dalam mengembangkan usaha yang mendukung pariwisata,
6
pengadaan transportasi umum yang berkesinambungan, dan
7
penyuluhan dan pembinaan bagi masyarakat lokal untuk terlibat secara langsung dalam pelayanan pariwisata dan pemeliharaan sumber daya alam dan lingkungan
55
Potensi Objek Wisata Pembangunan
Pembahasan pariwisata
alam
erat
kaitannya
dengan
upaya
mengkonservasi lingkungan alam dan sekitarnya, oleh sebab itu konsep dan prinsip pembangunan berwawasan lingkungan harus menjadi pertimbangan utama. Peran alam sebagai sumberdaya alam dalam menunjang kepariwisataan adalah sangat penting, pengertian wisata alam tidak lagi merupakan wisata yang berdasar pada pemanfaatan sumberdaya alam semata, melainkan dalam artian lebih mendalam dalam konteks interelasi. Menurut Nuryanti (2001), sumberdaya wisata alam sudah seharusnya tidak dilihat dari sekedar laut, pantai, gunung, dan sungai beserta cara penggunaannya, akan tetapi harus dilihat sebagai kombinasi dari lebih satu jenis sumberdaya alam yang ada, seperti kehidupan pedalaman, kehidupan bawah laut, pengamatan burung, pengamatan penyu, dan lain sebagainya. Unsur potensi objek wisata pada penelitian ini terdiri dari daya tarik, potensi pasar, kadar hubungan/aksesibilitas, kondisi lingkungan sosial ekonomi dan pelayanan masyarakat, kondisi iklim, akomodasi, sarana dan prasarana penunjang, ketersedian air bersih, keamanan, dan hubungan objek dengan objek wisata lain. Sedangkan pada penelitian Rizal (1995), unsur potensi objek wisata yang digunakan dalam mengkaji objek wisata adalah: daya tarik, potensi pasar, kadar hubungan, kondisi lingkungan, pengelolaan perawatan dan pelayanan, tersedianya air bersih, kondisi iklim, sarana dan prasarana penunjang, dan hubungan dengan objek wisata lain. Perbedaan unsur potensi yang digunakan erat kaitannya dengan kondisi objek wisata yang diteliti. Daya tarik Daya tarik merupakan suatu faktor yang membuat seseorang mempunyai keinginan untuk mengunjungi dan menyaksikan langsung ke lokasi atau tempat pariwisata. Kawasan pesisir Sendang Biru mempunya i dua lokasi wisata alam yang sama menarik, sesuai dengan pendapat Sukahar (2001) bahwa kegiatan wisata di objek wisata alam secara garis besar dapat digolongkan kedalam dua kelompok, yaitu a) wisata perairan atau wisata bahari yang meliputi: berenang, snorkling, menyelam, berlayar, berselancar, memancing, berjemur, rekreasi
56
pantai, photografi, dan olahraga pantai, b) wisata daratan yang berupa lintas alam, mendaki gunung, penjelajahan, penelusuran gua, berburu, berkemah, photografi, jalan santai, penelitian satwa dan tumbuhan, dan terbang layang. Kegiatan wisata perairan atau wisata bahari yang dapat dilakukan di lokasi ini adalah berenang, snorkling, menyelam, berlayar, memancing, berjemur, rekreasi pantai, photografi, dan olahraga pantai. Sedangkan kegiatan wisata daratan yang bisa dilakukan adalah lintas alam, penjelajahan, penelusuran gua, photografi, jalan santai, penelitian satwa dan tumbuhan. Kegiatan wisata bahari dapat dilakukan di lokasi wisata pantai Sendang Biru dan wisata daratan dapat dilakukan di area Cagar Alam Pulau Sempu. Pembangunan pariwisata alam di suatu daerah pada umumnya didasarkan pada pola perencanaan regional dan kawasan. Potensi pariwisata alam suatu daerah masih belum diandalkan sebagai suatu aset, padahal kawasan wisata alam mampu mendatangkan penghasilan yang cukup besar, membuka peluang usaha dan kerja serta dapat berfungsi menjaga kelestarian alam. Sebagaimana diamanatkan dalam pasal 10 UU NO.22/1999 tentang Otonomi Daerah, urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah me liputi bidang eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan kekayaan laut, tata ruang dan administrasi serta penegakan hukum di laut. Selanjutnya Nikijuluw (2002), berpendapat bahwa otonomi lokal atau otonomi daerah merupakan hal yang terpenting dalam proses desentralisasi. Daerah pariwisata Sendang Biru dikelola oleh Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Pantai ini terletak di sebelah Utara Pulau Sempu dan merupakan satu-satunya jalan masuk yang paling mudah dilalui untuk masuk kedalam kawasan Cagar Alam Pulau Sempu. Pantai Sendang Biru memiliki kondisi tanah yang berbukit dan hanya sebagian kecil yang datar. Meskipun terletak di pantai selatan Jawa, Pantai Sendang Biru memiliki ombak yang relatif kecil karena posisinya terlindungi oleh Pulau Sempu. Pantai Sendang Biru dengan pantainya yang berombak tenang merupakan daerah wisata untuk menikmati panorama alam, berfoto, berenang, berjemur dan bermain pasir. Selain itu juga terdapat tempat pekemahan dan pelelangan ikan serta tempat memancing di dekat dermaga. Penggunaan lahan Pantai Sendang
57
Biru terdiri dari sempadan pantai, fasilitas pendukung pariwisata berupa warung, kamar mandi dan toilet, lokasi parkir dan areal perkemahan. Cagar Alam Pulau Sempu yang berjarak sekitar 459 meter di sebelah selatan Pantai Sendang Biru, memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Disamping kondisi panorama alam yang ada, terdapat budaya setempat yang menjadi daya tarik wisata, yaitu upacara “petik laut” yang diadakan rutin pada tanggal 27 September sebagai ungkapan rasa terima kasih nelayan pada alam yang memberinya kehidupan. Cagar alam adalah suatu kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya secara alami. Penetapan kawasan ini sebagai cagar alam disamping karena keadaan alamnya yang khas juga diperuntukkan bagi kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan. Menurut MacKinnon et.al (1993), cagar alam merupakan kawasan untuk melindungi alam dan menjaga proses alami dalam kondisi yang tidak terganggu dengan maksud untuk memperoleh contoh-contoh ekologis yang mewakili lingkungan alami, yang dapat dimanfaatkan bagi kepentingan studi ilmiah, pemantauan lingkungan, pendidikan dan pemeliharaan sumber daya plasma nutfah dalam keadaan dinamis dan berevolusi. Menurut Yoeti (1999), Cagar Alam Pulau Sempu merupakan salah satu daerah tujuan wisata alam populer yang banyak dikunjungi orang (Tabel 16). Tabel 16 Daerah tujuan wisata alam populer di Indonesia Region Sumatera
Sulawesi
Jawa
Nusa Tenggara Maluku
Nasional Parks Way Kambas Bukit Barisan Selatan Kerinci Seblat Gunung Leuser Dumoga Bone Rawa Aopa Watumohae Lore Lindu Bromo Tengger Semeru Ujung Genteng Ujung Kulo n Gede Pangrango Komodo Manusela
Natural Reserves Bukit Besar Siberut
Tanjung Panjang Lati Mojong Pulau Sempu Nusa Barung
Tambora
58
Untuk melindungi dan mengamankan kawasan serta sumberdaya dari ancaman kegiatan masyarakat, perlu dilaksanakan patroli dan penjagaan pos yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu tanpa penjadwalan yang tetap, seperti penanganan masalah penebangan liar, perburuan satwa, dan perambahan hutan lainnya. Permasalahan yang menjadi kendala dalam kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan adalah kurangnya sarana dan prasarana operasional di lapangan berupa alat transportasi darat dan air yang masih terbatas, kurangnya personel operasional di lapangan, untuk areal cagar alam seluas 877 ha Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam hanya menempatkan 1 orang personel. Potensi pasar Potensi pasar dapat diartikan sebagai suatu faktor yang menentukan berhasil tidaknya pemanfaatan suatu objek wisata. Potensi pasar erat kaitannya dengan pemasaran produk pariwisata. Pemasaran sebagai suatu proses analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian dari suatu program yang dirumuskan untuk mengadakan pertukaran nilai secara sengaja sesuai dengan sasaran proses tertentu, demi mencapai tujuan organisasi. Menurut Sunaryo (2001), pemasaran pada dasarnya merupakan suatu proses manajemen yang melibatkan perumusan tujuan organisasi dan sasarannya, analisis, perencanaan dan implementasi. Tujuan utama dari pendataan potensi pasar adalah mengetahui strategi apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan nasional yang diharapkan mampu berimbas kepada perluasan dan pemerataan lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha. Sesuai dengan UU 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan pasal 2 dan 3, bahwa penyelenggaraan kepariwisataan dilaksanakan berdasarkan asas manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan dalam keseimbangan, dan kepercayaan pada diri sendiri. Penyelenggaraan kepariwisataan tersebut bertujuan: a) memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu objek dan daya tarik wisata; b) memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa; c) memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja; d) meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat; dan e) mendorong pendayagunaan produksi nasional.
59
Jumlah penduduk di Kabupaten Malang adalah 2.346.710 jiwa dengan luas wilayah 3.348 km2 , sehingga kepadatan penduduk adalah 700,93 jiwa/km2 . Dilihat dari faktor jumlah penduduk Kabupaten Malang, hal ini sangat mendukung terhadap ketersediaan konsumen pasar pariwisata di kawasan pesisir Sendang Biru. Tugas pengelola untuk selanjutnya menarik wisatawan sesuai karakteristik sosial dan minat masing- masing. Secara tradisional, karakteristik sosial telah digunakan sebagai variabel untuk menjelaskan segmentasi pasar pariwisata, namun secara konvensional, perbedaan usia berpengaruh terhadap harapan dan perilaku berwisata. Menurut Sunaryo (2001), kelemahan pendekatan tradisional telah melahirkan pendekatan baru dalam pemetaan segmen pasar wisatawan. Pendekatan ini memanfaatkan orientasi nilai wisatawan dengan mengesampingkan variabel- variabel sosial demografi. Dengan pendekatan ini pangsa pasar pariwisata dibagi ke dalam 4 segmen utama, yaitu: a
segmen modern materialistis, perilaku pilihannya cenderung pada sun, sea, sex (beach attractions), night clubs, wild parties, beverages, one night partners, fast foods, getting drunk, dan lain- lain
b
segmen modern idealis, perilaku pilihannya cenderung excitement dan entertainment
yang
lebih
bersifat
intelektual,
suasana
akademik
(perpustakaan, seminar), seni dan budaya, serta atraksi-atraksi yang bertemakan pelestarian lingkungan c
segmen tradisional idealis, perilaku pilihannya lebih pada tempat atraksi yang terkenal dan monumental serta glority pada keagungan masa lalu (Borobudur, Piramida di Mesir, TajMahal India, dan sebagainya) dan juga lingkungan yang masih alami
d
segmen tradisional materialistis, perilaku pilihannya pada tawaran karyakarya murah seperti belanja eloktronik, pakaian, makanan, dan lain- lain, biasanya dalam bentuk paket wisata. Objek wisata kawasan pesisir Sendang Biru bertemakan lingkungan dan
alam, penentuan segmen pasar harus disesuaikan dengan tema yang diangkat. Wisata alam lebih terpetakan pada segmen pasar modern idealis dan segmen pasar tradisional idealis, oleh karena itu implementasi kebijakan yang diambil dalam
60
menyusun strategi pemasaran objek wisata kawasan pesisir Sendang Biru harus mengarah pada targeted segmenting pada kedua segmen pasar tersebut. Kadar hubungan/aksesibilitas Menikmati pariwisata alam berupa keindahan alam, kesejukan udara, keeksotisan panorama, umumnya mempunyai lokasi yang sulit dijangkau dan jauh dari keramaian kota. Objek wisata alam yang jauh lokasinya dari kepadatan kota hanya dapat dinikmati dengan cara yang agak sulit dan usaha yang memakan waktu dan tenaga. Keuntungan yang diperoleh dengan adanya jarak dan kesulitan tempuh menjadikan kawasan objek wisata alam tidak sarat terbebani oleh dorongan aktivitas kegiatan wisata yang padat dan terkadang cenderung merusak lingkungan. Kadar hubungan atau aksesibilitas adalah indikasi yang menyatakan mudah tidaknya suatu objek wisata dijangkau. Kadar hubungan merupakan faktor yang tidak bisa dipisahkan dalam mendorong potensi pasar. Lokasi Pantai Sendang Biru dan Cagar Alam Pulau Sempu terletak sekitar 69 km ke arah selatan Kota Malang dan 157 km dari Kota Surabaya. Pintu gerbang udara yang terdekat adalah Bandara Juanda Surabaya dan Bandara Abdurahman Saleh di Malang, akan tetapi bandara di Malang masih belum ditingkatkan operasionalnya sebagai bandara umum penuh karena masih diperuntukkan bagi kepentingan militer, oleh sebab itu penilaian didasarkan pada keberadaan bandara di Surabaya sebagai tempat transit melalui udara terdekat, yaitu berjarak 157 km. Didapatkan waktu temp uh ke objek dari pusat penyebaran wisatawan adalah 1-2 jam. Meskipun pada umumnya pariwisata alam sulit dijangkau dan jauh, akan tetapi wisata alam mempunyai peminat yang khas, dan akan selalu berkembang sesuai berjalannya waktu. Menurut Fandeli (2001), perkembangan pariwisata disuatu daerah ataupun suatu negara akan meningkat terus karena: a
jumlah penduduk yang semakin bertambah terus dari waktu ke waktu, juga adanya kecenderungan penduduk yang bertempat tinggal di kota semakin lama semakin banyak, sehingga mendorong mereka untuk menyegarkan diri di alam terbuka
61
b
pendapatan perkapita penduduk semakin lama semakin meningkat sejalan dengan peningkatan pembangunan ekonomi di banyak negara, baik negara industri maupun negara yang sedang berkembang
c
tingkat mobilitas penduduk tinggi
d
ada kecenderungan jumlah penduduk kelompok umur remaja dan muda semakin lama semakin tinggi, hal ini menimbulkan suatu peluang yang cukup besar untuk dapat diusahakannya kepariwisataan alam.
Kondisi lingkungan sosial ekonomi dan pelayanan masyarakat Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang 198/1999-2009, kawasan pesisir Sendang Biru termasuk dalam pengembangan pariwisata pantai yang didukung oleh keberadaan Cagar Alam Pulau Sempu. Kesesuian kawasan dengan tata ruang wilayah memberikan kesempatan lebih besar kepada pengelola untuk meningkatkan kualitas objek wisata di pesisir Sendang Biru. Meskipun demikian, fokus Pemerintah Kabupaten Malang terarah ke daerah Malang bagian Timur karena mempunyai akses rute wisata dari dan ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang merupakan objek wisata berskala internasional, sedangkan objek wisata Sendang Biru dalam tata ruang wilayah termasuk objek wisata berskala lokal Jawa Timur. Oleh sebab itu diperlukan strategi pemasaran dan peningkatan kualitas objek wisata, seperti pencantuman lokasi objek wisata Sendang Biru dalam rute perjalanan wisata ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, karena bisa dilakukan dalam sekali perjalanan meskipun adanya tambahan waktu apabila mengunjungi objek wisata Sendang Biru. Hal ini bisa disiasati dengan peningkatan kualitas kawasan dan pengelola dalam melayani wisatawan, sehingga waktu yang mereka luangkan untuk singgah ke Sendang Biru tidak sia-sia. Area lokasi objek wisata Sendang Biru merupakan tanah milik negara, demikian pula adanya kepemilikan tanah di Cagar Alam Pulau Sempu, namun ada lima buah rumah penduduk yang berada dalam area lokasi wisata Pantai Sendang Biru yang membuka warung makanan dan minuman untuk pengunjung, sedangkan di Pulau Sempu tidak terdapat hunian rumah penduduk ataupun bangunan untuk fasilitas pariwisata. Karena merupakan tanah milih negara, maka lebih mudah memaksimalkan kawasan pesisir Sendang Biru sebagai tujuan wisata
62
tanpa harus mengeluarkan biaya sewa lagi atas tanah yang digunakan dan juga tanpa harus membayar tuntutan ganti rugi masyarakat atas tanah yang digunakan. Tingkat pengangguran berpengaruh terhadap sikap masyarakat tentang kepariwisataan, dengan adanya kegiatan baru untuk pariwisata, misalnya wisata pemancingan, membuat masyarakat mempunyai mata pencaharian, sehingga masyarakat mendukung adanya kepariwisataan di lokasi ini. Didapatkan pengangguran di Desa Tambakrejo sebesar 764 jiwa dengan tingkat prosentase pengangguran terhadap jumlah penduduk sebesar 15%. Pembuk aan lapangan kerja baru akan sangat membantu dalam pengurangan jumlah penganggur, salah satunya adalah kegiatan lain yang dihasilkan oleh adanya kegiatan pariwisata, seperti pelayanan jasa pemandu untuk wisata alam di Pulau Sempu. Kepariwisataan juga dapat mengubah sikap masyarakat melalui perubahan mata pencaharian yang lebih baik, apabila mata pencaharian penduduk tetap tidak lebih baik penghasilannya maka sikap mereka terhadap kegiatan pariwisata akan biasa-biasa saja atau malah bersikap masa bodoh. Didapatkan mata pencaharian penduduk Desa Tambakrejo adalah mayoritas petani dan nelayan, penduduk asli mendominasi pertanian dan penduduk pendatang (Madura dan Bugis) banyak bergerak di bidang perikanan sebagai nelayan. Tingkat pendidikan sangat erat dalam me nunjang kegiatan mata pencaharian, akan semakin bervariasi pekerjaan yang dapat dilakukan dengan adanya pendidikan yang lebih tinggi. Sesuai data Kecamatan Sumbermanjing Wetan Dalam Angka 2003, diketahui bahwa penduduk Desa Tambakrejo sebagian besar hanya lulus Sekolah Dasar. Tingkat pendidikan ini selanjutnya akan berpengaruh terhadap sikap pelayanan masyarakat terhadap pengunjung. Sikap pelayanan masyarakat terhadap wisatawan perlu diarahkan dan dibina. Komunikasi antar personal sangatlah penting dalam membangun kepercayaan, kemampuan berkomunikasi yang umum digunakan adalah melalui percakapan, disini dibutuhkan kemampuan berbahasa sesuai dengan bahasa pengunjung, setidaknya mampu mengerti dan memahami keinginan wisatawan. Berdasarkan kajian di lapangan, didapatkan bahwa masyarakat Desa Tambakrejo khususnya Dukuh Sendang Biru menguasai dua bahasa dalam menyampaikan
63
pesan secara lisan yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah (Jawa, Madura, Bugis) sesuai asal masing- masing. Ruang gerak pengunjung dapat berbeda-beda ditinjau dari intensitas kegiatan pengunjung itu sendiri, untuk kegiatan wisata pantai ruang gerak pengunjung sebesar 10 ha, yang meliputi pantai berpasir putih, tempat bermain, dan area perkemahan. Sedangkan untuk wisata alam (penjelajahan, pengamatan burung, penelitian dan pendidikan) di area Cagar Alam Pulau Sempu ruang gerak pengunjung mencapai 230 ha, dan untuk wisata pemancingan ke Samudera Hindia, ruang gerak pengunjung bisa tidak terbatas sesuai kemampuan alat transportasi. Kegiatan pariwisata dapat ditinjau sebagai sesuatu yang dapat memberikan kenikmatan kepada pendatang dan kesejahteraan bagi penduduk sekitar, namun demikian berbagai sisi negatif imbas pariwisata harus ditindaklanjuti dengan cepat. Adanya perusakan lingkungan alam, vandalism (perusakan objek wisata, atau tempat-tempat bersejarah), pencemaran seni budaya, dan hilangnya sifat kepribadian penduduk lokal harus mendapat perhatian serius. Masalah lain yang timbul seperti kenaikan harga-harga di daerah setempat sebagai akibat sifat pembelanjaan para wisatawan dan kebiasaan penduduk setempat yang menganggap bahwa produk luar negeri selalu lebih baik daripada produk lokal. Untuk mensikapi kecenderungan negatif penduduk dari pengaruh pariwisata, perlu dilakukan perencanaan pembangunan pariwisata yang baik untuk meminimalkan pengaruh negatif dan memaksimalkan pengaruh positifnya. Hidayati (1999) menyatakan bahwa salah satu langkah yang dapat dilakukan agar masyarakat bisa berpartisipasi dalam pengelolaan berbasiskan masyarakat adalah melalui pemberdayaan masyarakat. Disebutkan dalam pemberdayaan implementasinya,
masyarakat yaitu:
1)
perlu
memperhatikan
meningkatkan
lima
kesejahteraan
unsur
dalam
masyarakat,
2)
memberikan akses kepada masyarakat, 3) menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti nilai sumberdaya ekosistem, 4) menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengelola, menjaga dan melestarikan sumberdaya alam, dan 5) menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola dan melestarikan sumberdaya alam.
64
Sejalan dengan hal tersebut, Bengen (2001) menyatakan bahwa salah satu pengelolaan pariwisata pesisir adalah bagaimana menggabungkan antara kepentingan ekologis dengan kepentingan sosial ekonomi masyarakat sekitar lokasi wisata. Kondisi iklim Langsung maupun secara tidak langsung, kondisi iklim akan berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke suatu lokasi objek wisata. Daerah tujuan wisata dengan curah hujan tinggi akan sedikit mempunyai jumlah pengunjung secara umum, karena hanya orang dengan minat tertentu seperti pengamat atau peneliti tertentu yang mengunjungi daerah tersebut, bukan pengunjung secara umum dari berbagai kalangan usia dan profesi. Suatu jenis iklim tertentu dikatakan tidak cocok di suatu lokasi objek wisata, namun belum tentu keberadaan iklim tersebut di tempat lain tidak menguntungkan, misalnya keadaan angin yang bertiup kencang antara 4-5 knot per jam, tidak menguntungkan di kawasan objek wisata pegunungan, karena hawa dingin ditambah dengan angin kencang akan membuat wisatawan berlindung dan menghindar, dan menguntungkan pada kawasan objek wisata pantai yang memang angin selalu bertiup dengan kencang. Kawasan pesisir Sendang Biru yang berada di tepian Samudera Hindia merupakan lintasan akhir arus Indonesia yang berpengaruh terhadap keadaan iklim. Kawasan pesisir Sendang Biru mempunyai iklim tropis yang stabil sepanjang tahun, sehingga waktu kunjungan bisa dilakukan dalam setahun penuh tanpa adanya halangan iklim yang kurang bersahabat pada bulan-bulan tertentu. Suhu udara pada musim kemarau berkisar antara 250 C-270 C, hal ini wajar terjadi mengingat lokasi objek wisata Sendang Biru berada di tepi Samudera Hindia. Kecepatan angin pada musim kemarau 5-6 knot per jam. Dengan adanya bantuan angin yang lumayan kencang membuat suhu udara di pesisir Sendang Biru nyaman untuk dinikmati. Jumlah bulan kering rata-rata per tahun didapatkan sebanyak 7 bulan dan kelembaban udara berkisar antara 61-67% (BMG Kab Malang 2001). Dengan adanya dukungan dari kondisi iklim berupa jumlah bulan kering rata-rata dan tingkat kelembaban menjadikan potensi objek wisata pesisir Sendang Biru mempunyai keunggulan waktu lebih banyak dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung pariwisata.
65
Unsur kondisi iklim memang tidak bisa dirubah, karena terjadi akibat kealamian alam, tetapi bisa disiasati dengan cara memakai jaket pelindung apabila angin bertiup dengan kencang, atau memilih turun ke pantai menjelang siang apabila angin bertiup kencang. Pemilihan penjelajahan menuju Segara Anakan ataupun Telaga Lele dapat dilakukan dengan memilih ketika kondisi iklim tidak sedang musim penghujan, mengingat medan yang ditempuh cukup panjang dan sulit. Sesuai namanya, penjelajahan merupakan sebuah aktifitas berjalan jauh menelusuri alam terbuka, apakah itu di hutan, gunung, atau sungai. Kegiatan yang lebih merupakan rekreasi di alam terbuka ini tidak hanya menyehatkan fisik, tetapi juga meneduhkan jiwa dengan membuat pikiran kembali menjadi jernih. Akomodasi Perhotelan atau penginapan merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang kegiatan pariwisata, khususnya bagi pengunjung yang ingin menginap atau pengunjung yang berasal dari tempat jauh. Kegiatan pariwisata juga dikatakan sebagai nyawa dari perhotelan atau penginapan, tanpa adanya kegiatan pariwisata, dapat dikatakan akomodasi perhotelan atau penginapan akan lumpuh. Hotel termasuk sarana kepariwisataan, ini berarti hidup dan kehidupannya tergantung pada banyak sedikitnya wisatawan yang datang. Unsur yang digunakan dalam menilai penginapan didasarkan pada jumlah kamar yang berada pada radius 15 km dari lokasi wisata Sendang Biru. Jumlah penginapan yang didapat sebanyak 27 buah dengan jumlah kamar 348 buah dan tempat tidur sebanyak 596 buah. Kita menyadari bahwa tujuan wisatawan datang berkunjung pada suatu lokasi objek wisata bukanlah untuk tidur di penginapan semata- mata melainkan selalu dikaitkan dengan keperluan lain dengan motivasi yang beraneka ragam, oleh sebab itu sektor perhotelan atau penginapan bukan suatu hal yang mutlak harus ada, tanpa adanya penginapan orang-orang juga dapat menikmati banyak objek dan atraksi wisata, seperti piknik. Piknik dilakukan tidak berapa jauh dari tempat kediaman orang yang melakukannya dan dilakukan kurang dari 24 jam, segala fasilitas serta keperluan disediakan sendiri. Akan tetapi, apabila dilihat secara luas dari perkembangan dan pembangunan ekonomi daerah sekitarnya, pengadaan akomodasi berupa hotel
66
atau penginapan sangatlah penting. Untuk wisatawan yang melakukan perjalanan lebih dari 24 jam, karena jauh dari tempat tinggalnya sendiri, mau tidak mau memerlukan tempat tinggal untuk sementara, dimana wisatawan tersebut dapat beristirahat, mandi dan makan. Kawasan pesisir Sendang Biru yang berdekatan atau bisa dikatakan menyatu dengan Cagar Alam Pulau Sempu dilihat dari ekosistemnya, perlu pengkajian lebih lanjut apabila diadakan tujuan untuk mass tourism, karena beban yang harus ditanggung oleh lingkungan dan alam sekitar. Hotel- hotel dan penginapan yang hendak dibangun atau disediakan untuk wisatawan selayaknya berorientasi pada perumahan rakyat , mengingat daya tarik utama di kawasan pesisir Sendang Biru adalah keindahan alam dan keanekaragaman flora dan fauna yang masih alami. Sarana dan prasarana penunjang Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beranekaragam. Agar sarana pengangkutan dapat berfungsi, maka diperlukan prasarana perhubungan, kendaraan bermotor tidak akan berjalan bilamana tidak ada jalan raya dan jembatan atau tidak ada bahan bakar minyak sebagai sumber energinya. Hotel dan restoran, agar dapat melayani tamu-tamunya membutuhkan penerangan listrik dan selanjutnya tenaga sendiri memerlukan sumber energi untuk membangkitkan tenaga listrik tadi. Untuk mandi, mencuci dan keperluan lain, diperlukan instalasi penjernihan air atau mesin pompa yang dibuat khusus untuk itu. dan agar tersedia makanan dan minuman yang segar diperlukan usaha pertanian, peternakan, dan perkebunan. Wisatawan bila hendak berbelanja, memerlukan penukaran uang asing dan untuk itu diperlukan tempat penukaran mata uang asing, sedangkan untuk membangun sarana-sarana perhotelan dan fasilitas rekreasi diperlukan pelayanan bank, terutama dalam rangka penyaluran fasilitas kredit yang dibutuhkan. Untuk dapat membangun semuanya diperlukan industri- industri penunjang yang secara tidak langsung memberikan bantuan berupa perlengkapan untuk perhotelan, perlengkapan rumah tangga, semen, batu
67
bata, instalasi listrik dan air, air conditioner, lemari pendingin, kain sprei, handuk, sabun, kertas toilet, dan lain- lain. Adapun yang dimaksudkan dengan sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung atau tidak langsung dan hidup serta kehidupannya banyak tergantung pada kedatangan wisatawan. Permintaan kesempatan kerja merupakan sesuatu yang permanen dan akan terus meningkat seiring meningkatnya jumlah pertumbuhan penduduk. Pariwisata sebagai industri jasa mempunyai peran penting dalam menetapkan kebijaksanaan tentang kesempatan kerja, karena permintaan perjalanan wisata selalu akan meningkat dalam jangka jangka waktu panjang. Pembangunan pariwisata melalui perbaikan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana dapat menjadi katalisator untuk mengembangkan pembangunan sektor lainnya secara bertahap, sehingga pertumbuhan ekonomi di daerah Sumbermanjing Wetan khususnya daerah Sendang Biru dapat berkembang dengan baik. Ketersediaan air bersih Adanya air bersih di suatu lokasi objek wisata, terutama wisata pantai merupakan faktor yang perlu tersedia, baik untuk pengelolaan maupun untuk pelayanan keperluan pengunjung. Air berish atau air tawar tersebut tidak harus selalu bersumber dari dalam lokasi objek wisata, tetapi bisa saja dialirkan dari luar lokasi, dan akan lebih bagus dan menunjang lagi apabila air bersih tadi bersumber di dalam lokasi. Di lokasi wisata Sendang Biru terdapat sumber air yang langsung bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan pengelola maupun pengunjung, letaknya di sebelah Barat Teluk Raas Pulau Sempu, 10 menit berperahu dari pantai Sendang Biru (+25 meter dari pantai), debit air yang dihasilkan mencapai 1-1.9 liter per detik, sehingga sangat mencukupi untuk kebutuhan keperluan sehari- hari seperti MCK, akan tetapi seiring perkembangan teknologi, penduduk Dukuh Sendang Biru dan wisatawan yang hanya mengunjungi pantai Sendang Biru, tidak perlu menyeberang ke Pulau Sempu lagi untuk mendapatkan air bersih, karena air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sudah bisa dialirkan ke Sendang Biru.
68
Air yang berasal dari PDAM maupun dari sumber mata air di Teluk Raas tersedia sepanjang tahun meskipun terjadi musim kemarau panjang. Hal ini disebabkan hutan yang masih lebat untuk menyimpan air di Pulau Sempu, dan adanya 3 bendungan air (Selorejo, Karangkates, Sengguruh) yang mendukung keberlangsungan air bersih dari PDAM. Untuk berjaga-jaga dari adanya kuman dan penyakit yang ada dalam kandungan air, maka air yang berasal dai PDAM maupun dari sumber mata air perlu dilakukan perlakuan terlebih dahulu apabila ingin dikonsumsi, yaitu memasak terlebih dahulu sebelum diminum. Adanya ketersediaan air yang bagus, mendukung kegiatan pariwisata di pesisir Sendang Biru. Pengelola kawasan tidak perlu direpotkan dengan penyediaan air bersih yang banyak dan wisatawan dapat memanfaatkan air bersih sesuai dengan kebutuhannya, sehingga pelayanan dapat dijalankan dan kepuasan pengunjung dari segi ketersediaan air dapat terpenuhi. Keamanan Agar wisatawan merasa aman dalam perjalanan atau ditempat tujuannya, diperlukan petugas keamanan atau polisi. Sedangkan rasa aman di dalam kawasan lokasi pariwisata bisa membuat wisatawan merasa tenang atau terancam. Keadaan lingkungan alam dan sosial yang aman dan tenang secara langsung akan mendorong datangnya wisatawan ke lokasi tujuan wisata. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa didalam lokasi penelitian tidak ada binatang pengganggu, tidak ada tanah labil, dan bebas kepercayaan mengganggu. Kondisi lingkungan alam dan sosial ya ng kondusif perlu dipertahankan dan ditingkatkan untuk mendukung rasa aman wisatawan. Dalam mengoptimalkan pengelolaan pariwisata pesisir, salah satu hal yang dapat dilakukan adalah pengembangan intensif bagi masyarakat dan stakeholders. Resosudarmo et.al (2002) berpendapat bahwa langkah pengembangan insentif yang bisa dikembangkan dalam menunjang pengelolaan pariwisata pesisir adalah: 1) pemberian jaminan keamanan di sekitar objek-objek pariwisata pesisir, 2) pengembangan pola kepemilikan dan pengelolaan kawasan pariwisata pesisir, 3) pelibatan pihak swasta nasional dan asing dalam promosi pariwisata pesisir, adan 4) pelibatan masyarakat lokal untuk menjaga dan mengembangkan kualitas kelestarian alam pesisir.
69
Hubungan objek dengan objek wisata lain Dalam radius 75 km ke arah Utara, Barat dan Timur dari wisata pesisir Sendang Biru didapatkan berbagai objek wisata lain, baik sejenis maupun tidak sejenis. Ke arah Selatan tidak ditemukan objek wisata lain karena kawasan pesisir Sendang Biru langsung berbatasan dengan Samudera Hindia. Terdapat 12 lokasi objek wisata sejenis dan 23 lokasi objek wisata tidak sejenis. Banyaknya lokasi wisata di Kabupaten Malang menjadikan pertimbangan tersendiri dalam menentukan tujuan wisata, sehingga tujuan wisata akan terkotakkotak sesuai dengan minat dan kemampuan masing- masing individu pengguna. Dengan adanya persaingan yang sangat tinggi antar lokasi objek wisata, menuntut adanya kesiapan pengelolaan dari pengelola kawasan wisata Sendang Biru untuk turut serta dalam persaingan merebut pangsa pasar. Merupakan penunjang apabila objek wisata lain sejenis maupun tidak sejenis dijadikan satu paket perjalanan dengan objek wisata Sendang Biru. Hasil penilaian objek wisata pesisir Sendang Biru dapat dilihat pada (Tabel 20), dari hasil perhitungan total bobot nilai diperoleh sebesar 6945, berdasarkan kriteria penilaian kelayakan pengembangan, objek wisata pesisir Sendang Biru termasuk kategori (baik) layak untuk dikembangkan, akan tetapi masih ada kelemahan-kelemahan yang harus diperhatikan. Untuk meningkatkan kualitas objek wisata pesisir Sendang Biru, maka potensi-potensi yang perlu perhatian lebih lanjut adalah aksesibilitas, sarana dan prasarana pendukung, dan hubungan objek dengan objek wisata lain. Aksesibilitas harus ditingkatkan, dengan cara menambah angkutan atau armada yang khusus diperuntukkan untuk melayani jalur kegiatan wisata ke Sendang Biru. Pengadaan alat transportasi ini sebaiknya diberikan kesempatan kepada masyarakat di sekitar kawasan, dimana pemerintah hanya sebagai pihak yang memonitor terhadap pelayanan kebersihan, fasilitas yang diberikan, dan keramahan pelayanan. Hubungan dengan objek wisata lain, sejenis maupun tidak sejenis, memang secara langsung merupakan saingan dalam merebut pangsa pasar, karena jumlah objek wisata lain, sejenis maupun tidak sejenis banyak ditemukan dalam radius 75 km dari objek wisata pesisir Sendang Biru. Hal yang bisa dilakukan
70
adalah peningkatan pelayanan sarana dan prasarana kawasan dan mejadikan pesisir Sendang Biru sebagai satu paket perjalanan dengan objek wisata lain yang sudah mendapat nama di tingkat lokal, nasional, maupun internasional seperti Taman Nasional Tengger Bromo Semeru, agro wisata kebun apel, wisata pantai di Balekambang dan Ngliyep, serta wisata tirta di Bendungan Selorejo. Strategi Pengelolaan Pariwisata Berdasarkan alternatif strategi yang telah didapat, maka prioritas strategi pengelolaan pariwisata pesisir di Sendang Biru Malang Jawa Timur yang harus didahulukan dapat diurutkan sebagai berikut: 1
pengawasan terhadap kelestarian sumberdaya alam,
2
peningkatan kenyamanan terhadap wisatawan,
3
peningkatan promosi produk wisata,
4
perbaikan mutu sumberdaya manusia penduduk setempat,
5
kebijakan pemodalan bagi penduduk lokal dalam mengembangkan usaha yang mendukung pariwisata,
6
pengadaan transportasi umum yang berkesinambungan, dan
7
penyuluhan dan pembinaan bagi masyarakat lokal untuk terlibat secara langsung dalam pelayanan pariwisata dan pemeliharaan sumberdaya alam dan lingkungan
Pengawasan terhadap kelestarian sumberdaya alam Dampak pembangunan ekonomi mempunyai sisi ganda yaitu sisi cerah dan sisi suram. Dampak yang cerah ialah dampak positifnya terhadap masyarakat dan sisi suramnya adalah dampak negatifnya terhadap lingkungan. Karena dua faktor ini saling terkait dan berinteraksi, maka perhatian terhadap lingkungan alam sekitar juga akan memberikan dampak positif terhadap pembangunan ekonomi dalam jangka panjang (Yakin 1997). Pengawasan kelestarian sumberdaya alam menjadi strategi pertama dalam pengelolaan pariwisata pesisir Sendang Biru, hal ini didasarkan pada perpaduan antara wisata pantai di Sendang Biru dan wisata alam di Cagar Alam Pulau Sempu. Cagar alam adalah suatu kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem
71
tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya secara alami. Penetapan kawasan ini sebagai cagar alam disamping karena keadaan alamnya yang khas juga diperuntukkan bagi kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan. Penetapan strategi pertama ini selaras dengan pendapat Gunn (1993) dalam Lewaherilla (2002) yang mengemuk akan bahwa suatu kawasan wisata dikatakan baik dan berhasil apabila didasarkan kepada empat aspek yaitu: 1) mempertahankan kelestarian lingkungannya, 2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut, 3) menjamin kepuasan pengunjung, dan 4) meningkatkan keterpaduan pembangunan masyarakat di sekitar kawasan dan zone pengembangannya. Pembangunan ekonomi yang menitikberatkan pada pertumbuhan sering bertentangan dengan prinsip pelestarian lingkungan, sehingga sering dikatakan bahwa antara pembangunan ekonomi dan lingkungan terkesan kontradiktif. Akan tetapi hal tersebut tidak selalu benar, karena dua kepentingan ini bisa saling berinteraksi atau diintegrasikan sehingga kepentingan ekonomi dan lingkungan bisa sama-sama tercapai (Yakin 1997). Menurut MacKinnon et.al (1993) bahwa kawasan yang dilindungi bisa dijadikan kawasan wisata terkendali. Wisata terkendali artinya daerah yang dilindungi, dalam hal ini Cagar Alam Pulau Sempu, harus tetap mempertahankan fungsinya sebagai pelestarian spesies. Hal ini dapat dilaksanakan apabila kategori pengelolaan dirancang dan ditetapkan untuk mengatur tipe pemanfaatan yang dapat dikaitkan, tanpa mengejar satu manfaat dan meningglkan manfaat lainnya. Peningkatan kenyamanan terhadap wisatawan Program pengadaan sarana dan prasarana diadakan untuk mendukung kenyamanan, dan pelayanan kepada wisatawan guna peningkatan minat wisatawan berkunjung ke kawasan Sendang Biru. Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah sebagai berikut: a Pembuatan pusat informasi Pembangunan ini diperlukan guna memudahkan wisatawan untuk merencanakan perjalanan dan menggunakan waktu mereka dengan sebaikbaiknya. Informasi ini mencakup semua kegiatan yang ditawarkan di kawasan Sendang Biru yang didukung oleh keindahan Cagar Alam Pulau Sempu, berbagai
72
fasilitas yang mendukung, seperti penginapan atau tempat perkemahan juga dicantumkan di pusat informasi ini. Untuk memberikan informasi yang jelas dan baik diperlukan peta detail dari objek, sehingga lokasi yang ditunjukkan dapat menjadi minat wisatawan, dalam informasi ini dilengkapi dengan jarak tempuh, lama perjalanan, kesulitan medan dan bahaya yang mungkin dihadapi. Selayaknya pembangunan pusat informasi diadakan di pusat penyebaran, hal ini Malang sebagai kota, sekaligus sebagai ajang promosi. b Penambahan sarana komunikasi Pelayanan kepada wisatawan harus diutamakan. Warung telekomunikasi yang ada berada jauh dari lokasi Pantai Sendang Biru, hal ini menyulitkan wisatawan
untuk
berkomunikasi.
Komunikasi
sangat
diperlukan
untuk
memberikan informasi dan bantuan dengan cepat apabila tejadi kecelakaan atau tersesat di area Pulau Sempu. Pemakaian handphone belum memungkinkan karena blank signal, kecuali yang mempunyai langganan operator satelit seperti byru. Selain pembanguan wartel, pengadaan tower signal suatu operator handphone sangat diperlukan. Pemerintah Daerah harus menjalin kerjasama dengan pihak telkom atau operator lain dalam melaksanakan pemabangunan tower signal ini. Pengadaan saran komunikasi dapat dilakukan secara bertahap, untuk memaksimalkan fungsi dari sarana komunikasi tersebut. c Peningkatan jalan setapak Ini khusus dilakukan di objek wisata yang berada di Pulau Sempu, khususnya jalan setapak yang menuju Telaga Lele dan Segara Anakan. Jalan setapak yang ada sekarang membingungkan pengunjung yang akan menuju kedua lokasi tersebut, karena jalan setapak di area pulau ini banyak mempunyai cabang, minimnya rambu-rambu penunjuk jalan mebuat banyak pengunjung yang tersesat dan hilang untuk beberapa hari, hal ini tentu sangat berbahaya dan mengecewakan pengunjung. Hal ini bisa diatasi dengan adanya pemandu dari penduduk lokal, tetapi tenaga pemandu sangat terbatas, sehingga diperlukan rambu-rambu penunjuk jalan yang jelas. Rambu-rambu yang jelas, membantu pengunjung agar tidak tersesat di tengah jalan meskipun tidak membawa pemandu, akan tetapi dengan medan yang sulit dan panjang, maka diperlukan lagi tempat istirahat untuk relaksasi, mengingat fisik masing- masing individu berbeda satu sama lain.
73
Tempat istirahat cukup dibuat sederhana, sesuai dengan alam, disini disediakan tempat peregangan ringan untuk kaki dan tangan tanpa merusak habitat asli alam. Untuk pecinta burung, dibangun menara pengintai di tempat relaksasi ini. Peningkatan jalan setapak yang mengitari objek dapat dilakukan dengan membangun rute jalan setapak pendek yang diperuntukkan pengunjung yang ingin menikmati alam sekitarnya dan rute jalan yang panjang untuk pengujung yang gemar dengan kegiatan penjelajahan lokasi wisata. Peningkatan promosi produk wisata Secara ekonomi pengembangan suatu sektor perlu diprioritaskan apabila sektor tersebut dapat memberikan efesiensi yang tinggi dibandingkan sektor lainnya. Dalam kaitan ini, maka pengelolaan kawasan pariwisata pesisir Sendang Biru ditingkatkan guna menjadi faktor pengembangan ekonomi di daerah ini. Untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisata ke Pantai Sendang Biru, perlu diadakan promosi dan pencantuman Pantai Sendang Biru di dalam peta wisata Kabupaten Malang, baik dilakukan di tingkat regional, nasional, maupun internasional sehingga wisatawan yang datang ke Pantai Sendang Biru bukan saja banyak berasal dari Kabupaten Malang melainkan juga berasal dari wilayah lain di Indonesia bahkan dari manca negara. Aksesibilitas yang cukup mudah dari Kota Malang ke Sendang Biru menjadi faktor penentu meningkatnya pengunjung dari tahun ke tahun. Dengan kondisi jalan beraspal dan mudahnya angkutan yang menuju lokasi membuat pengunjung yang datang tiap tahunnya semakin bertambah. Potensi pasar merupakan faktor yang menentukan berhasil tidaknya pemanfaatan suatu objek wisata. Faktor tersebut adalah menyangkut jumlah kunjungan yang berhubungan dengan jumlah penduduk sebagai konsumen. Peran potensi pasar terhadap kegiatan pariwisata di Sendang Biru sangat mendukung, tapi karena kurang adanya pengelolaan yang profesional dan penyebaran informasi yang masih minim, menyebabkan kunjungan wisatawan masih terbatas untuk masyarakat di Kabupaten Malang.
74
Perbaikan mutu sumberdaya manusia penduduk setempat Pemerintah sering memberikan konsep-konsep pembangunan kepada masyarakat yang bukan menjadi kebutuhan pada rakyat setempat, hal ini disebabkan perumusan konsep kebutuhan tersebut tidak melibatkan masyarakat secara langsung. Mensikapi hal ini, masyarakat dituntut kritis dalam menilai kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah. Melalui pendidikan formal dan informal yang ditawarkan kepada masyarakat, dapat membuat pengetahuan individu dan masyarakat meningkat dan mampu mensikapi dengan bijaksana tentang kebijakan-kebijakan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata pesisir di kawasan Sendang Biru. Realitas sumberdaya manusia suatu bangsa tidak bisa dilepaskan dari realitas pendidikan sebagai sistem fundamental pengelolaan dan penghasil pengetahuan itu sendiri. Pendidikan adalah proses panjang yang dapat dianggap sebagai suatu alat utama untuk meningkatkan kesadaran politik dan sosial, serta menyediakan tenaga-tenaga terlatih untuk proses produksi dalam suatu pembangunan modern (Bengen 2004). Menurut Baum dan Tolbert (1983) dalam Bengen (2004), pendidikan memiliki makna strategis bagi kemajuan suatu bangsa di masa datang. Negaranegara yang yang berhasil dalam pembangunannya ternyata memberikan perhatian yang besar terhadap pembangunan sumberdaya manusia di sektor pendidikan. Lebih lanjut lagi Bengen (2004) berpendapat bahwa indikasi pendidikan berperan dalam memperlancar proses alih dan penciptaan teknologi, memberikan gambaran bahwa investasi yang tinggi pada pendidikan adalah prasyarat yang harus dikerjakan terlebih dahulu dalam proses modernisasi, guna mendukung investasi pada modal fisik. Kebijakan pemodalan bagi penduduk lokal dalam mengembangkan usaha yang mendukung pariwisata Daya tarik Cagar Alam Pulau Sempu dapat mendatangkan keuntungan ekonomi bagi daerah dan masyarakat, apabila dilakukan dengan perencanaan yang benar. Pengembangan wisata di dalam dan disekitar kawasan yang dilindungi merupakan salah satu cara untuk memajukan ekonomi dengan cara menyediakan kesempatan kerja, merangsang pasar, memperbaiki prasarana angkutan dan
75
komunikasi. Perencanaan seksama dan terpadu antar berbagai sektor sangat dibutuhkan untuk menghindari dampak sampingan pariwisata. Sesuai dengan UU 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan pasal 2 dan 3, bahwa penyelengga raan kepariwisataan dilaksanakan berdasarkan asas manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan dalam keseimbangan,
dan
kepercayaan
pada
diri
sendiri.
Penyelenggaraan
kepariwisataan tersebut bertujuan: a) memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu objek dan daya tarik wisata; b) memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa; c) memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja; d) meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat; dan e) mendorong pendayagunaan produksi nasional. Pemerintah mempunyai kewajiban memakmurkan rakyat secara merata. Adanya UU tersebut, menerangkan dengan jelas bahwa pemerintah mempunyai komitmen dalam mensejahterakan rakyat, tetapi dalam kenyataan di lapangan, keberpihakan pemerintah selalu kepada investor yang mempunyai modal untuk membangun industri pariwisata dalam skala besar. Oleh sebab itu pemerintah berkewajiban memberikan modal kepada masayarakat lokal yang mempunyai kemampuan dalam mengembangkan usaha guna mendukung kepariwisataan, baik berupa sarana dan prasarana maupun pemberian pinjaman lunak. Pengadaan transportasi umum yang berkesinambungan Pengadaan transportasi umum yang berkesinambungan ditujukan untuk kontinuitas pelayanan hubungan, sehingga tidak hanya hari- hari tertentu saja (hari libur) layanan transportasi tersedia banyak, tapi juga hari-hari biasa, ini sangat berkaitan dengan promosi dan pelayanan yang diberikan. Sulitnya suatu lokasi objek wisata yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas, dengan sendirinya akan mematikan produk wisata itu sendiri.
76
Penyuluhan dan pembinaan bagi masyarakat lokal untuk terlibat secara langsung dalam pelayanan pariwisata dan pemeliharaan sumberdaya alam dan lingkungan Sendang Biru sebagai pintu masuk yang mudah ke Cagar Alam Pulau Sempu memberikan pengaruh langsung kepada pengunjung. Ketersediaan perahu dan perahu motor yang tidak terawasi dengan ketat membuat banyak pengunjung Sendang Biru memasuki Cagar Alam Pulau Sempu tanpa izin BKSDA (Balai Konservasi Sumberdaya Alam). Peranan pengelolaan kawasan yang dilindungi dalam menentukan tujuan dan fasilitas wisata harus dikembangkan melalui koordinasi erat dengan pengelola pariwisata regional dan nasional. Pengelola kawasan yang dilindungi (Balai Konservasi Sumberdaya Alam Hayati) harus menjelaskan kepada pengelola pariwisata (Pemda Tingkat II Kabupaten Malang) sejauh mana kawasan yang dilindungi dapat dimanfaatkan pengunjung agar selalu menjaga kapasitas daya dukung. Apabila tidak dikelola dengan cermat, pengunjung yang berlebihan akan memberi dampak negatif pada cagar alam yang pada akhirnya merusak sumberdaya dan ekosistem yang ada. Perencanaan pengelolaan yang sesuai untuk Cagar Alam Pulau Sempu harus sesuai dengan zona pengelolaanya, yaitu pemanfaatan secara terbatas oleh pengunjung dan pengelolaan utama tetap pada pemeliharaan alam dan ekosistemnya. Penyuluhan dan pembinaan bagi masyarakat lokal untuk terlibat langsung dalam pelayanan pariwisata dan pemeliharaan sumberdaya alam dan lingkungan mutlak dilaksanakan, ini erat kaitannya dengan kebijakan masayarakat lokal yang sehari- harinya berhubungan langsung dengan sumberdaya alam dan lingkungan di kawasan pesisir Sendang Biru. Dengan adanya penyuluhan dan pembinaan yang terus menerus diharapkan masyarakat dapat mengerti betapa pentingnya keberadaan sumberdaya alam dalam menunjang perekonomian lewat pariwisata dan apa-apa yang mengikutinya, dan mempunyai rasa memiliki untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Menurut Dahuri (1998b), pengembangan sumberdaya manusia hendaknya diarahkan untuk memenuhi kelemahan di tiga bidang utama, yaitu: 1) pengelolaan eksplorasi dan produksi sumberdaya alam, 2) pengelolaan pencemaran, 3) pengelolaan bentang alam, rekayasa dan konstruksi, dan 4) pendekatan sistem dan interdisipliner untuk perencanaan dan pengelolaan secara terpadu.
77
Adapun langkah- langkah teknis peningkatan sumberdaya manusia yang bisa diterapkan di daerah pesisir guna mendukung penge mbangan pariwisata adalah: 1
Penyuluhan, kursus, dan pendidikan. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat pesisir merupakan salah satu jurang utama pengembangan pembangunan.
2
Pendampingan dan advokasi. Proses untuk mentransfer ilmu pengetahuan, informasi dan berbagai ketrampilan bisa dilakukan dengan adanya upayaupaya yang jelas.
3
Rekomendasi kebijakan operasional. Unsur paling substansial dalam pembangunan adalah kebijakan. Mekanisme pengambilan kebijakan, proses yang ditempuh, maupun pemahaman yang luas dari para pengambil kebijakan adalah hal substansial yang perlu dipadukan.
4
Riset terapan dan aplikasi teknologi tepat guna. Kegiatan riset difokuskan pada kebutuhan masyarakat pesisir untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas dalam memanfaatkan sumberdaya pesisir secara berkelanjutan. Pariwisata terkendali merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan
ekonomi masyarakat dan pemasukan daerah dengan tetap memprioritaskan pada kelestarian lingkungan dan alam untuk melangsungkan kehidupan seperti aslinya. Hal ini dapat dilaksanakan apabila peran serta masyarakat sudah optimal untuk menjaga sumberdaya alam secara langsung dan menikmati hasil dari pengelolaan sumberdaya alam tersebut.