menggunakan washer(air keran) yang berfungsi untuk membersihkan dari sisasisa perak bromida pada film dengan waktu pencucian 30-40 menit dan selanjutnya film dikeringkan.
Analisis sampel Pembacaan radiograf dilakukan di ruang Laboratorium Radiologi Bagian Bedah dan Radiologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Radiograf yang akan dianalisis digantung pada illuminator sesuai prosedur standar di ruang gelap. Prosedur standar yang harus dipenuhi adalah pada saat membaca radiograf arah pandang laterolateral (LL) bagian cranial hewan harus berada di sebelah kiri dan bagian caudal berada di bagian kiri dari pembaca. Pada arah pandang ventrodorsal (VD), radiograf bagian cranial hewan berada di atas dan bagian caudal hewan berada di bawah sudut pandang pembaca. Pengamatan difokuskan pada daerah abdomen. Analisis sampel menggunakan dua parameter yaitu deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan dengan menentukan laju bahan kontras sesuai dengan anatomi traktus gastrointestinal kucing pada setiap waktu pengamatan. Analisis deskriptif juga dilakukan untuk menentukan laju bahan kontras berdasarkan pembagian zona dalam interpretasi radiografi abdomen dengan melihat derajat opasitas menggunakan satuan presentase (%) dari setiap luasan zona. Menurut Thrall (2002), pembagian zona abdomen pada arah pandang LL terbagi atas lima zona sedangkan pada arah pandang VD terbagi atas empat zona. Analisis kuantitatif dilakukan dengan mengukur diameter usus pada saat kontraksi dan relaksasi pada zona tiga.Pengukuran diameter diambil dengan tiga kali pengulangan pada masing-masing kucing. Pengukuran diameter usus kucing dari hasil radiograf menggunakan Software MacBiophotonicImage-J© (National Institute of Health 2012)dan di uji statistik menggunakan Anova.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Hasil dari penelitian disajikan dengan menggunakan dua parameter yaitu pembagian zona berdasarkan anatomi organ gastrointestinal (GI) dan penilaian derajat opasitas dalam interpretasi radiografi abdomen melalui gambaran laju barium sulfat (BaSO4) pada arah pandang laterolateral (LL) dan ventrodorsal (VD) serta mengukur diameter usus pada keadaan kontraksi dan relaksasi. Laju BaSO4 dengan Intepretasi Radiografi Abdomen Gambar 3 radiograf arah pandang LL menunjukkan laju pergerakan BaSO4 yang mulai memasuki lambung pada menit ke-5 sampai usus besar pada menit ke180 tanpa perlakuan anestesi. Pada menit ke-5 (Gambar 3A), radiograf terlihat radiopaque dikarenakan BaSO4 yang memenuhi bagian pylorus lambung.
10
Lambung memiliki empat bagian yaitu cardia, fundus, corpus, dan pylorus. Gambar 3B memperlihatkan BaSO4 yang mengisi bagian usus halus. Seiring berjalannya waktu, pada menit ke-60 BaSO4 mulai meninggalkan lambung menuju usus besar yang dapat ditunjukkan pada gambar 3C. Pada menit ke-180 (Gambar 3D), BaSO4 telah meninggalkan lambung sepenuhnya ditandai dengan radiolucent pada daerah g (Gambar 3D).
A
C Gambar 3
B
D Radiograf arah pandang laterolateral (LL) organ gastrointestinal tanpa perlakuan anestesi. A: menit ke-5, B: menit ke-30, C: menit ke-60, D: menit ke-180, a: cardia lambung, b: fundus lambung, c: corpus lambung, d: pylorus lambung, e: usus halus, f: usus besar, g: lambung.
Tabel 2 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4)pada radiograf tanpa anestesi arah pandang laterolateral (LL) Tanpa Anestesi Waktu (menit) Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 ++ +++ 5 + +++ ++ 30 + + +++ 60 ++ + 180 - : Tidak ditemukan keberadaan BaSO4 , +: Terdapat BaSO4 5-25% dari luas organ GIdalam zona, ++:Terdapat BaSO4 25-50% dari luas organ GI dalam zona, +++: Terdapat BaSO4 50-75% dari luas organ GI dalam zona, ++++: Terdapat BaSO4 75-100% dari luas organ GI dalam zona.
Tabel 2 menunjukkan penilaian derajat opasitas dari laju pergerakan BaSO4pada radiograf arah pandang LL tanpa perlakuan anestesi pada setiap waktu terhadap masing-masing zona mengunakan satuan presentase (%). Pada zona satu dari radiograf arah pandang LL organ gastrointestinal yang terlihat adalah lambung dan sebagian usus. Barium sulfat mulai mengisi zona satu pada menit ke-5 sebesar 25-50% dari luas organ gastrointestinal. Jumlahnya akan semakin berkurang seiring berjalannya waktu pengamatan dan benar-benar tidak ditemukan bahan kontras di menit ke-180. Organ gastrointestinal yang terlihat pada zona dua arah pandang LL tanpa perlakuan anestesi adalah sebagian corpusdan pylorus lambung. Laju pergerakan
BaSO4 memasuki zona dua pada menit ke-5 sebesar 50-75% dari luas organ gastrointestinal dan akan berkurang pada menit ke-60 hingga terlihat radiolucent pada menit ke-180. Pada zona tiga yang dipenuhi oleh usus halus dan usus besar, belum terlihat adanya BaSO4 di menit ke-5 dan baru terlihat pada menit ke-30. Tidak berbeda dengan zona tiga, zona empat yang hanya berisi usus besar yaitu kolon dan rektum baru dilewati BaSO4 pada menit ke-180 sebesar 5-25% dari luas organ gastrointestinal.
Gambar 4
Radiograf arah pandang ventrodorsal (VD) organ gastrointestinal tanpa perlakuan anestesi. A: menit ke-5, B:menit ke-30, C: menit ke-60, D: menit ke-180, a: cardia lambung, b: fundus lambung, c: corpus lambung, d: pylorus lambung, e: usus halus, f: usus besar, g: lambung, h: colon ascendens, i: colon transversal, j: colon descendens.
Gambar 4 memperlihatkan radiograf laju pergerakan BaSO4 arah pandang VD mulai mengisi lambung pada menit ke-5 hingga usus besar pada menit ke-180 tanpa perlakuan anestesi. Pada menit ke-5 (Gambar 4A), terlihat adanya BaSO4 yang memenuhi bagian cardia, fundus, dan pylorus lambung yang dikarakteristikkan dengan radiopaque. Gambar 4B menunjukkan BaSO4 masih
12
berada pada lambung dan sebagian masuk ke usus halus. Pergerakan BaSO4 mulai meninggalkan lambung menuju usus besar di menit ke-60 terlihat pada gambar 4C. Pada menit ke-180 (Gambar 4D), BaSO4 telah meninggalkan lambung sepenuhnya ditunjukkan dengan radiolucent pada daerah g dan telah melewati usus besar yaitu kolon. Kolon terdiri atas kolon ascendens, kolon transversal, dan kolon descendens yang membentuk seperti kait (Gambar 5) .
Gambar 5
Radiograf usus besar pada zona tiga arah pandang ventrodorsal (VD) tanpa perlakuan anestesi yang terlihat seperti kait. a: colon ascendens, b: colon transversal, c: colon descendens.
Tabel 3 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4)pada radiograf tanpa anestesi arah pandang ventrodorsal (VD) Tanpa Anestesi Waktu (menit) Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 +++ ++ 5 ++ +++ ++ 30 + + +++ 60 ++ +++ 180 - : Tidak ditemukan keberadaan BaSO4 , +: Terdapat BaSO4 5-25% dari luas organ GI dalam zona, ++:Terdapat BaSO4 25-50% dari luas organ GI dalam zona, +++: Terdapat BaSO4 50-75% dari luas organ GI dalam zona, ++++: Terdapat BaSO4 75-100% dari luas organ GI dalam zona.
Tabel 3 memperlihatkan penilaian derajat opasitas dari laju pergerakan BaSO4 arah pandang VD tanpa perlakuan anestesi pada setiap waktu terhadap masing-masing zona mengunakan satuan presentase (%). Pada zona satu dari radiograf arah pandang VD organ gastrointestinal yang terlihat hanya pylorus lambung. Barium sulfat mulai mengisi zona satu pada menit ke-5 sekitar 50-75% dari luas organ gastrointestinal sama halnya dengan arah pandang LL yang semakin lama jumlahnya akan semakin berkurang dan benar-benar kosong di menit ke-180.
Tidak berbeda dengan zona satu, pada zona dua juga terdapat lambung. Perbedaannya, zona dua arah pandang VD terdapat lambung bagian corpus dan pylorus. Laju pergerakan BaSO4 memasuki zona dua sebesar 25-50% dari luas organ gastrointestinal dan terlihat radiolucent pada menit ke-180. Sama halnya pada arah pandang LL, pada arah pandang VD zona tiga belum terlihat adanya BaSO4 di menit ke-5. Organ intestinal yaitu kolon dan rektum yang berada pada zona empat baru dilewati BaSO4 pada menit ke-180 sebesar 50-75% dari luas organ gastrointestinal. Gambar 6 menunjukkan radiograf laju pergerakan setelah diberikan BaSO4mulai dari menit ke-5 hingga menit ke-180pada arah pandang LL dengan perlakuan anestesi. Gambar 6A terlihat adanya radiopaque yang memenuhi seluruh bagian lambung. Berbeda pada tanpa perlakuan anestesi, gambar 6B belum memperlihatkan adanya BaSO4 yang mengisi usus halus tetapi perlahan mulai menuruni lambung dan memadat di bagian pylorus. Baru pada menit ke-60 sedikit demi sedikitBaSO4 bergerak menuju usus halus (Gambar 6C).
A
C Gambar 6
B
D Radiograf arah pandang laterolateral (LL) organ gastrointestinal dengan perlakuan anestesi. A: menit ke-5, B:menit ke-30, C: menit ke-60, D: menit ke-180, a: cardia lambung, b: fundus lambung, c: corpus lambung, d: pylorus lambung, e: usus halus, f: usus besar, g: lambung.
Secara perlahan pada menit ke-180 BaSO4 mulai meninggalkan lambung dan memenuhi usus halus (Gambar 6D). Pada Gambar 6D belum terlihat adanya pergerakan BaSO4 yang dapat ditandai radiolucent pada daerah kolon di zona empat. Pada perlakuan anestesi ini juga,radiopaque masih terlihat di bagian lambung pada menit ke-180. Fenomena tersebut berbeda saat perlakuan tanpa anestesi yang terlihat radiolucent di lambung pada akhir waktu pengamatan (Gambar 3D). Penilaian derajat opasitas dari laju pergerakan BaSO4 arah pandang LL perlakuan anestesi pada setiap waktu terhadap masing-masing zona menggunakan satuan presentase (%) ditunjukan pada Tabel 4. Zona satu dari radiograf arah pandang LL perlakuan anestesi disepanjang waktu pengamatan keberadaan BaSO4 selalu terlihat. Barium sulfat sebagian besar ada pada zona dua dengan jumlah presentase (%)berfluktuasi. Laju pergerakan BaSO4 mulaimemasuki zona tiga
14
pada menit ke-60 sebesar 5-25% dari luas organ gastrointestinal dan jumlahnya bertambah hingga menit ke-180. Zona terakhir yaitu zona empat tidak terlihat adanya BaSO4 yang dikarakteristikkan oleh radiolucent Pergerakan BaSO4 arah pandang LLsecaraperlahan lebih terlihat pada perlakuan anestesi. Terlihat pada zona satu dan zona dua di menit ke-180 masih terdapat adanya BaSO4 sebesar 5-25% dari luas organ gastrointestinal dan di zona tiga juga masih terlihat radiolucent hingga menit ke-30. Selain itu, pada zona empat perlakuan anestesi sampai akhir waktu pengamatan tidak ditemukan keberadaaan BaSO4. Hal ini berbeda pada perlakuan tanpa anestesi arah pandang LL (Tabel 2) yang sudah menunjukkanradiopaque dari BaSO4di zona empat. Tabel 4 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4) pada radiograf dengan anestesi arah pandang laterolateral (LL) Anestesi Waktu (menit) Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 ++ +++ 5 + ++++ 30 + +++ + 60 + + ++ 180 - : Tidak ditemukan keberadaan BaSO4 , +: Terdapat BaSO4 5-25% dari luas organ GI dalam zona, ++:Terdapat BaSO4 25-50% dari luas organ GI dalam zona, +++: Terdapat BaSO4 50-75% dari luas organ GI dalam zona, ++++: Terdapat BaSO4 75-100% dari luas organ GI dalam zona..
Tabel 5 menunjukkan penilaian derajat opasitas dari laju pergerakan BaSO4 arah pandang VD perlakuan anestesi pada setiap waktu terhadap masing-masing zona mengunakan satuan presentase (%). Barium sulfat mulai memasuki zona satu pada menit ke-5 sebesar 50-75% dari luas organ gastrointestinal. Presentase tersebut semakin berkurang seiring berjalannya waktu pengamatan. Berbeda pada perlakuan tanpa anestesi, pada perlakuan anestesi arah pandang VD zona satu dan dua terlihat masih ada BaSO4 yang tersisa di menit ke-180 yaitu sebesar 5-25% dari luas organ gastrointestinal. Tabel 5 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4) pada radiograf dengan anestesi arah pandang ventrodorsal (VD) Anestesi Waktu (menit) Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 +++ +++ 5 ++ ++++ 30 + +++ + 60 + + ++ 180 - : Tidak ditemukan keberadaan BaSO4 , +: Terdapat BaSO4 5-25% dari luas organ GI dalam zona, ++:Terdapat BaSO4 25-50% dari luas organ GI dalam zona, +++: Terdapat BaSO4 50-75% dari luas organ GI dalam zona, ++++: Terdapat BaSO4 75-100% dari luas organ GI dalam zona.
Tidak berbeda pada arah pandang LL perlakuan anestesi (Tabel 3), pada zona dua arah pandang VD perlakuan anestesi jumlah BaSO4 juga berfluktuasi di setiap waktu pengamatan. Jika pada perlakuan tanpa anestesiBaSO4 mengisi zona tiga di menit ke-30 berbeda pada perlakuan anestesi yang baru terjadi di menit ke-
60 sebesar 5-25% dari luas organ gastrointestinal. Pada perlakuan anestesi juga daerah zona empat terlihat radiolucent disepanjang waktu pengamatan.
Gambar 7
A
B
C
D
Radiograf arah pandang ventrodorsal (VD) organ gastrointestinal dengan perlakuan anestesi. A: menit ke-5, B: menit ke-30, C: menit ke-60, D: menit ke-180, a: cardia lambung, b: fundus lambung, c: corpus lambung, d: pylorus lambung, e: usus halus, f: usus besar, g: lambung.
Gambar 7 memperlihatkan radiograf laju pergerakan BaSO4 arah pandang VD mulai dari menit ke-5 hingga menit ke-180 dengan perlakuan anestesi. Pada menit ke-5 (Gambar 7A), seluruh bagian lambung dipenuhi oleh BaSO4 yang ditunjukkan adanya radiopaque. Tidak berbeda jauh dengan Gambar7A, Gambar 7B (menit ke-30) juga masih terlihat radiopaque dan belum mengisi usus halus. Pergerakan BaSO4 sangatlah lamban yang mengakibatkan hanya sedikit BaSO4 yang berada di usus halus terlihat pada gambar 7C. Pada menit ke-180 (Gambar 7D), sedikit demi sedikit BaSO4 telah meninggalkan lambung dan mengisi usus halus (Gambar 7D). Pada perlakuan ini, pada menit ke-180 (Gambar 7D) tidak ditemukannya bentuk kait seperti pada Gambar 4D. Hal ini dapat disebabkan laju
16
BaSO4 yang cukup lama akibat pengaruh anestesi sehingga belum memasuki usus besar. Ukuran Diameter Usus Kucing Lokal Tabel 6Diameter usus kucing lokal arah pandang laterolateral (LL) Waktu (menit)
Tanpa Anestesi
Anestesi
A
B
Selisih A&B
A
B
Selisih A&B
60
7.37±0.28
3.07±0.55
4.30±0.48a
6.72±0.48
2.94±0.50
3.77±0.60a
120
7.02±2.27
3.22±0.40
3.82±0.73a
5.80±2.88
2.69±0.63
3.22±2.25a
180
7.27±0.42
3.22±0.73
3.94±0.48a
7.26±0.63
3.63±0.44
3.62±0.32a
Rataan
7.28±0.27
3.27±0.09
4.02±0.09
6.59±0.74
3.09±0.48
3.50±0.53
huruf superscript (a, b) yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukan perbedaan nyata (p<0.05) antar perlakuan dan antar waktu pengamatan, A: diameter usus relaksasi (mm), B: diameter usus kontraksi (mm).
Tabel 6 menunjukkan ukuran diameter usus kucing lokal dan hasil uji statistik dari kedua perlakuan pada arah pandang LL. Diameter usus tersebut terbagi atas dua, yaitu diameter usus kucing lokal saat relaksasi (Diameter A) dan saat kontraksi (Diameter B). Pada perlakuan tanpa anestesi rataan diameter Adiperoleh 7.28±0.27 mmyang nilainya lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan anestesi yaitu 6.59±0.74 mm. Tidak berbeda pada diameter B yang nilainya lebih kecil daripada diameter A, tanpa perlakuan anestesi juga memiliki nilai yang lebih tinggi daripada perlakuan anestesi. Bila dilihat dari sudut pandang waktunya, nilai rataan diameter usus pada kedua perlakuan juga tidak terlalu berbeda. Hasil uji statistik dari selisih kedua diameter pada zona tiga arah pandang LL pada Tabel 6 menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0.05) antar kelompok perlakuan yang ditunjukkan dengan huruf superscript yang sama. Begitu pula dengan uji statistik terhadap antar waktu pengamatan menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (p>0.05). Akan tetapi, diperoleh rataan selisih diameter usus relaksasi dan kontraksi pada perlakuan tanpa anestesi yaitu 4.02±0.09 mmyang nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan anestesi yang hanya sebesar 3.50±0.53 mm. Tabel 7 memperlihatkan ukuran diameter usus kucing lokal dan hasil uji statistik dari kedua perlakuan arah pandang VD. Tidak berbeda dengan arah pandang LL, pada arah pandang VD juga rataan diameter Aperlakuan tanpa anestesi nilainya lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan anestesi yaitu 8.45±0.82mm. Nilai dari rataan diameter A ataupun diameter B pada arah pandang VD sedikit lebih besar dibandingkan pada arah pandang LL. Tidak berbeda pada diameter B yang nilainya lebih kecil daripada diameter A, pada perlakuan tanpa anestesi juga memiliki nilai yang lebih tinggi daripada perlakuan anestesi. Begitu pula bila dilihat dari sudut pandang waktunya juga nilai rataan diameter dikedua perlakuan juga tidak terlalu berbeda. Hasil uji statistik pada Tabel 7 menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata (p>0.05) dari kedua perlakuan. Akan tetapi, rataan dari selisih diameter A dengan diameter B pada tanpa perlakuan anestesi lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan anestesi. Uji statistik berdasarkan antar waktu pengamatan menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (p>0.05) pada perlakuan anestesi sedangkan pada perlakuan tanpa anestesi menunjukkan hasil berbeda nyata (p<0.05). Tabel 7Diameter usus kucing lokal arah pandang ventrodorsal (VD) Waktu (menit)
Tanpa Anestesi
Anestesi
A
B
60
9.02±2.46
4.72±2.40
Selisih A&B 4.32±2.22abx
A
B
6.76±0.39
3.28±0.54
Selisih A&B 3.48±0.80ax
120
7.52±0.90
4.07±0.84
3.82±0.85ax
6.86±2.82
2.90±0.79
3.74±0.83ax
180
8.82±2.32
3.99±2.24
4.82±0.58cx
7.70±2.23
3.62±2.24
4.08±0.82ax
Rataan
8.45±0.82
4.26±0.39
4.32±0.43
7.20±0.52
3.27±0.36
3.77±0.70
huruf superscript (a, b, c) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan nyata (p<0.05) antarawaktu, huruf superscript (x, y, z) yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan nyata (p<0.05) antaraperlakuan, A: diameter usus relaksasi (mm), B: diameter usus kontraksi (mm).
Pembahasan Pada penelitian kali ini obat anestesi yang dipakai Zoletil® yaitu kombinasi 1:1 dari tiletamin sebagai antagonis reseptor N-metil-d-aspartate (NMDA) dan zolazepam yang biasa digunakan sebagai anestesi hewan (Lee et al. 2012). Kadang-kadang kombinasi suatu senyawa obat dengan obat yang lain dibutuhkan untuk meminimalisir kekurangan masing-masing. Metabolisme obat kombinasi tiletamin-zolazepam dapat menimbulkan efek yang berbeda pada spesies yang berbeda pula. Tiletamin-zolazepam dapat diberikan dengan mudah secara intramuskular (IM) dan akan menghilangkan refleks penderita serta kesadaran penderita hilang dalam waktu ±5 menit (Hilbery et al. 1992; Sardjana 2003). Hasil yang didapat dari laju pergerakan BaSO4 pada perlakuan tanpa anestesi dibutuhkan waktu untuk pengosongan lambung setelah menit ke-60 sedangkan dengan perlakuan anestesi hingga akhir waktu pengamatan belum terjadi pengosongan lambung. Menurut Thrall (2002), setelah pemberian BaSO4 seharusnya pengosongan lambung sudah terjadi dalam 15 menit di sebagian besar pasien normal tetapi tidak pada ketiga kucing yang diamati pada penelitian kali ini terjadi setelah menit ke-60. Laju pengosongan lambung adalah fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti volume isi, unsur kimia, berbagai mekanisme refleks, medikasi tertentu, dan tipe dari media kontras yang digunakan. Faktor psikologis dan penyakit pada pylorus juga dapat menyebabkan keterlambatan. Stres emosional dan lingkungan yang berisik dapat menghambat pergerakan lambung. Rasa gelisah, takut, marah, atau sakit yang diinduksi dari manipulasi fisik pasien, intubasi lambung, dan restrain fisik dapat berkontribusi dengan keterlambatan pengosongan lambung (Thrall 2002). Pasien dengan keterlambatan pengosongan lambung harus diijinkan untuk menenangkan diri di lingkungan tenang sebelum diagnosis diberikan. Adanya keterlambatan pengosongan lambung tersebut juga disebabkanoleh adanya aktivitas antikonvulsan. Hal ini dikarenakan sifat
18
zolazepam yang merilis gamma-aminobutyric acid (GABA) endogenous sebagai inhibitor neurotransmitter di otak yang menyebabkan menurunnya sekresi dan fungsi motoris dari gastrointestinal (Lukasik 1999; McKelvey & Hollingshead2003). Selain itu, perbedaan laju pergerakan BaSO4 dapat terlihat pada pengisian organ usus halus (zona tiga) apabila pada perlakuan tanpa anestesi mulai mengisi usus halus di menit ke-30 berbeda pada perlakuan anestesi baru terjadi di menit ke-60. Berdasarkan hasil yang diperoleh di akhir waktu pengamatan dengan perlakuan anestesi bahan kontras masih berada di usus halus (zona tiga) dan belum mengisi usus besar sedangkan pada perlakuan tanpa anestesi bahan kontras telah mengisi usus besar pada menit ke-60. Perbedaan kecepatan pengisian BaSO4 antar kedua perlakuan tersebut disebabkan dengan perlakuan anestesi general dan transquilizers akan menurunkan pergerakan BaSO4. Kerja daripada kombinasi anestesi tiletaminzolazepam juga menekan kerja susunan saraf pusat (Sardjana 2003). Semua zat anestesi umum menghambat susunan saraf secara bertahap, mula-mula fungsi yang kompleks akan dihambat dan yang paling akhir adalah medula oblongata (MO) yang mengandung pusat vasomotor dan pusat pernapasan yang vital (Rivanda 2011). Kombinasi tiletamin-zolazepam merupakan obat yang bekerja pada sistem saraf otonom yaitu parasimpatolitik atau antikolinergik. Salah satu efek dari parasimpatolitik adalah penurunan motilitas saluran pencernaan.Parasimpatolitik merupakan antagonis kompetitif pada reseptor asetilkolin tipe muskarinik (Schmitz etal.2003). Asetilkolin tersebut merupakan neurotransmitter yang diproduksi oleh parasimpatis (McKelvey & Hollingshead 2003). Perbedaan antar kedua perlakuan juga terjadi pada parameter penilaian kuantatif dari laju pergerakan BaSO4 yang menggunakan selisih diameter usus kucing lokal pada zona tiga. Hal ini disebabkan pada zona tiga berisi sebagian besar usus halus dan usus besar. Terdapat perbedaan hasil rataan diameter A (relaksasi) dan diameter B (kontraksi) yaitu lebih tinggi pada perlakuan tanpa anestesi dibandingkan dengan perlakuan anestesi. Begitu pula dengan rataan selisih dari kedua diameter tersebut nilai yang dihasilkan lebih tinggi pada perlakuan tanpa anestesi daripada dengan perlakuan anestesi. Hal ini dikarenakan menurunnya kekuatan kontraksi usus pada kondisi teranestesi. Penurunan kekuatan kontraksi usus tersebut dikarenakan adanya efek zolazepam yang merelaksasi otot dan menurunkan peristaltik saluran pencernaan(McKelvey & Hollingshead 2003). Tidak hanya efek dari kombinasi tiletamin-zolazepam saja tetapi dengan adanya pemberian atropin sebagai premedikasi juga memiliki mekanisme kerja menghambat saraf vagus dan antagonis reseptor kolinergik. Atropin memblokir asetilkolin yang dikeluarkan oleh saraf postganglion di reseptor muskarinik pada saluran pencernaan. Kombinasi tersebut dapat saling melengkapi antara efek analgesik maupun relaksasi otot dengan baik dan efektif sehingga memiliki rentang keamanan yang lebar (Gorda et al. 2010). Kombinasi tiletamin-zolazepam akan meningkatkan kualitas dari masingmasing zat penyusun dan menghilangkan efek-efek negatif dibandingkan dengan penggunaan secara terpisah (Gorda et al. 2010). Kombinasi tersebut dapat meningkatkan kerja obat penenang lebih baik daripada bekerja sendiri tanpa
menambahkan kerja depresi organ vital yang lain (Riviere & Papich 2009).Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diperoleh bahwa pada perlakuan anestesi dapat memperlambat motilitas saluran pencernaan dan menurunkan kekuatan kontraksi usus kucing lokal secara signifikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan pergerakan BaSO4 yang sangat lamban yang hingga akhir waktu pengamatan (menit ke-180) BaSO4 masih mengisi lambung, usus halus, dan belum mencapai usus besar.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Radiografi kontras pada saluran pencernaan kucing lokal dapat digunakan untuk melihat efek anestesi tiletamin-zolazepam. Berdasarkan dari parameter laju pergerakan BaSO4 dan perbedaan dari selisih kedua diameter usus terlihat adanya perlambatan motilitas saluran pencernaan dan penurunan kekuatan kontraksi usus kucing lokal akibat dari kombinasi tiletamin-zolazepam.
Saran Kombinasi tiletamin-zolazepam memperlambat motilitas saluran pencernaan dan menurunkan kekuatan kontraksi usus kucing lokal sehingga disarankan bagi dokter hewan praktisi agar dapat memperhatikan efek yang ditimbulkan oleh obat anestesi tersebut.Penelitian lebih lanjut untuk melihat efek anestesi terhadap motilitas saluran pencernaan secara real time dapat menggunakan fluoroscopy.
DAFTAR PUSTAKA Corwin EJ. 2001. Buku Radiografi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Forsyth S. 1995. Administration of low dose tiletamine-zolazepam combination to cats. NZ Vet J.43(3): 101-3. Gorda IW, Wardhita GY, Dharmayudha GO. 2010. Perbandingan efek pemberian anestesi xylazin-ketamin hidroklorida dengan anestesi tiletamin-zolazepam terhadap capillary refill time (CRT) dan warna selaput lendir pada anjing. Bul Vet Udayana. 1(2): 21-27. Hilbery ADR, Waterman AE, Brouwer GJ. 1992. Manual of Anaesthesia for Small Animals Practise. Ed ke-3. Cheltenham: British Small Animal Veterinary Association. Kealy JK, McAllister H, Graham JP. 2011. Diagnostic Radiology and Ultrasonography of Dog and Cat. 5th ed. Missouri: Elsevier Science.