42
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Badan Litbang Pertanian Badan Litbang Pertanian dibentuk tahun 1974 berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) no. 44 dan 45 dan merupakan unit kerja eselon I lingkup Deptan, dengan tugas pokok sebagai penyelenggara kegiatan penelitian dan pengembangan pertanian. Dalam menjalankan tugas pokoknya, Badan Litbang Pertanian mempunyai fungsi: (1) merumuskan kebijakan penelitian dan pengembangan teknologi tinggi dan strategis di bidang pertanian, (2) merumuskan program kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi tinggi dan strategis di bidang pertanian, (3) melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi tinggi dan strategis di bidang pertanian, (4) mengevaluasikan pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi tinggi dan strategis di bidang pertanian, dan (5) melaksanakan administratif Badan. Visi dan misi Badan Litbang Pertanian Arah penelitian, Badan Litbang Pertanian dituangkan dalam visi dan misi: visi Badan Litbang Pertanian pengembangan
pertanian
adalah menjadi lembaga penelitian dan
dengan
citra
proaktif
dan
partisipatif
dalam
menciptakan, merekayasa dan mengembangkan Iptek untuk mewujudkan sistem dan usaha agribisnis berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan
dan
desentralistis; misi Badan Litbang Pertanian adalah menciptakan, merekayasa dan mengembangkan inovasi yang diperlukan bagi pembangunan untuk mewujudkan sistem dan usaha agribisnis yang mendukung sektor pertanian sebagai sektor andalan pembangunan nasional. Strategi untuk me wujudkan misi tersebut Inovasi teknologi pertanian diharapkan menjadi penghela dan pendorong sistem inovasi nasional untuk menjawab tantangan pembangunan pertanian. Dengan demikian, kegiatan penelitian diarahkan untuk menciptakan teknologi yang dibutuhkan oleh pengembangan sistem usaha agribisnis, peningkatan
43 ketahanan pangan dan selanjutnya mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berdasar landasan penelitian dari pengguna untuk pengguna maka rekayasa dan pemanfaatan pengembangan dan penguasaan Iptek di bidang pertanian diarahkan pada pembentukan daya inovasi dan akselerasi adopsi teknologi untuk menghasilkan produk pertanian yang memiliki dayasaing tinggi kepada pengguna. Untuk melaksanaan tujuan tersebut strategi operasional penelitian diarahkan pada keterpaduan kegiatan penelitian dan harmonisasi antarUnit Kerja (UK) dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) ataupun antardisiplin yang dimulai dari kegiatan perencanaan, penciptaan sampai adopsi inovasi teknologi dengan tujuan menghasilkan inovasi secara efisien, efektif dan berdampak luas bagi pengguna. Kelembagaan Litbang Pertanian Untuk menjalankan visi dan misi, Badan Litbang Pertanian membutuhkan UK dan UPT. Tugas pokok dan fungsi penelitian dijabarkan kedalam tugas dan fungsi UK dan UPT yang terdiri dari: a. Sekretariat Badan Litbang Pertanian Sekretariat Badan Litbang Pertanian (Setbadan) menyediakan jasa teknis dan administratif kepada semua unsur di lingkungan Badan Litbang Pertanian dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Badan Litbang Pertanian. b. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) melaksanakan penelitian padi, jagung dan serealia lainnya, kacang, dan umbi. Bidang penelitian mencakup pemuliaan tanaman, hama dan penyakit, pascapanen, bioteknologi, serta sistem usahatani. Puslitbangtan juga mengkoordinasikan kegiatan penelitian pada lima balai penelitian serta satu loka penelitian. Lima balai penelitian itu adalah Balitbio di Bogor, Balitpa di Sukamandi, Balitkabi di Malang, Balitjas di Maros, dan Balitra di Banjarbaru.
44
ORGANISASI
BADAN LITBANG PERTANIAN 2002-2004 BADAN LITBANG PERTANIAN
SEKRETARIAT BADAN
BALIT BIOTEK
PUSLITBANG TANAMAN PANGAN
PUSLITBANG HORTIKULTURA
PUSLITBANG PERKEBUNAN
BALITPA
BALITSA
BALITTRO
PUSLITBANG PETERNAKAN
PUSLITBANG TANAH & AGROKLIMAT
PUSLITBANG SOSEK PERTANIAN
PUSTAKA
BALITTRA
BALITNAK
26 26 BPTP BPTP
BALIT PASCAPANEN PERTANIAN
BALITKABI
BPPTP
BALITBU
BALIT SEREALIA
BALITHI
LOLIT PENYAKIT TUNGRO
LOLIT JERUK & HORT. SUBTROPIK
BALIT TANAH
BALITTAS
BALITVET
BALITKA
LOLIT SAPI POTONG
BALIT AGROKLIMAT & HIDROLOGI
LOLIT KAMBING POTONG
LOLIT PENCEMARAN LINGKUNGAN PERTANIAN
LOLIT TAN. SELA PERKEBUNAN
Keterangan : Unit kerja Eselon 2 yang menjadi sampel penelitian Unit Kerja Eselon 3 yang menjadi sampel penelitian Unit kerja yang bukan sampel penelitian Garis komando Garis koordinasi Sumber
: Badan Litbang Pertanian 2004
Gambar 3. Struktur Organisasi Badan Litbang Pertanian.
c. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan
Tanah
dan
Agroklimat
(Puslitbangtanak) bertugas membina dan melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang sumberdaya lahan dan agroklimat. Kegiatan penelitian ditekankan pada peningkatan pemanfaatan tanah dan iklim, survai pemetaan tanah dan iklim, pola usahatani konservasi lahan kering dan perbukitan kritis. Disamping itu, instansi ini juga memproduksi peta yang
BBP. ALSINTAN
45 berguna bagi perencanaan pembangunan wilayah. Berdasarkan proses pemanfaatannya, hasil penelitian Puslitbangtanak dapat dikelompokkan ke dalam: (1) Inovasi teknologi berdampak luas, antara lain: Teknologi pemupukan berimbang berdasarkan status hara tanah; Kebijakan perpupukan nasional; Teknologi pengelolaan air dan reklamasi lahan rawa pasang surut. (2) Inovasi teknologi siap dikembangkan, antara lain: Atlas sumberdaya tanah skala 1:1.000.000l; Atlas arahan tata ruang pertanian Indonesia skala 1:1.000.000; Atlas komoditas unggulan nasional skala 1:1.000.000; Atlas sumberdaya iklim pertanian Indonesia skala 1:1.000.000; Peta arahan lahan sawah. (3) Inovasi teknologi dalam peningkatan skala, an tara lain: Teknologi hemat air dan panen hujan di lahan kering; Prediksi luas tanam, luas panen, dan produksi padi sawah, menggunakan teknologi inderaja. (4) Inovasi teknologi untuk dikaji dan dikembangkan oleh BPTP, antara lain: Pemetaan status hara P dan K lahan sawah skala 1:50.000; Peta zona agroekologi skala 1:50.000; Pengujian pupuk alternatif; Pemanfaatan dan analisis data iklim untuk perencanaan waktu dan pola tanam (Deptan 2004). d. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian (Puslitbangsosek) melakukan kegiatan penelitian sosial ekonomi pertanian. Dalam
rangka
mendukung
pembangunan
pertanian
terutama
dalam
pembangunan sistem dan usaha agribisnis, Litbang Sosek pertanian telah menghasilkan berbagai inovasi kebijakan, antara lain inovasi kebijakan pembangunan pertanian, inovasi rekayasa model kelembagaan pembangunan pertanian, inovasi rekomendasi kebijakan perdagangan komoditas pertanian dan pengembangan pangkalan data dinamika sosek pedesaan. Berbeda dengan penelitian yang bersifat teknis, output yang dihasilkan dari penelitian sosial ekonomi bukanlah teknologi yang dapat dilihat secara fisik, melainkan berupa pengetahuan rumusan kebijakan atau program dan rumusan rekayasa kelembagaan. Kinerja hasil-hasil penelitian dan kebijakan Litbang Sosek pertanian dikelompokkan menjadi empat (Deptan 2004), yaitu: (1) Inovasi berdampak luas, antara lain: Penetapan kebijakan perberasan nasional; Justifikasi penetapan produk strategis; dan Model pengembangan proyeksi
46 harga komoditas tanaman pangan utama dan perkebunan. (2) Inovasi dalam pengembangan, yaitu: Pengembangan skim kredit perdesaan Karya Usaha Mandiri (KUM); Pengembangan kelembagaan Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT); Panel Petani Nasional (PATANAS); Undang-undang perlindungan varietas tanaman; Kebijakan perlindungan sumberdaya genetik pertanian; Sintesis kebijakan bidang tanaman pangan; Sintesis kebijakan bidang hortikultura, Sintesis kebijakan bidang perkebunan; dan Sintesis kebijakan bidang peternakan. (3) Inovasi yang sedang dalam proses pematangan. Puslitbangsosek juga bertugas mengkoordinir kegiatan 26 BPTP yang disebar disetiap propinsi. e. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Permintaan komoditas hortikultura mak in meningkat seiring dengan meningkatnya Pengembangan
tingkat
pendapatan
Hortikultura
masyarakat.
(Puslitbanghort)
Pusat
Penelitian
bertanggungjawab
dan dalam
penelitian dan Pengembangan hortikultura serta mengkoordinasikan kegiatan penelitian pada tiga balai penelitian, yaitu Balitsa di Lembang, Balitbu di Solok, dan Balithi di Segunung. Penelitian hortikultura meliputi pemuliaan termasuk konservasi dan pemanfaatan plasma nutfah, budidaya, pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, teknologi pascapanen serta agroekonomi. f. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
(Puslitbangnak )
melaksanakan penelitian dan pengembangan peternakan untuk menghasilkan produk seperti daging, telur, dan susu. Produk tersebut menjadi sangat penting dan strategis karena meningkatnya pendapatan per kapita serta meningkatkan konsumsi masyarakat akan protein hewani. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Puslitbangnak didukung oleh Balitnak dan Balitvet. Bidang penelitian mencakup pemuliaan, budidaya, pascapanen, pakan dan hijauan, bioteknologi, usahatani, veteriner ternak dan hewan, farmakologi serta konservasi dan pemanfaatan plasma nutfah. g. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanaman industri memegang peranan penting dalam pengembangan agribisnis di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
47 (Puslitbangbun) melaksanakan dan mengkoordinasi kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman industri di tiga balai, yaitu Balittro, Balittas, dan Balitka. Tiap balai melakukan penelitian tanaman industri dalam berbagai aspek, antara lain, teknik budidaya, pemuliaan, sistem usahatani, pengelolaan hasil dan bioteknologi. Puslitbangbun didukung oleh loka penelitian kelapa. h. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan ) bertugas untuk melaksanakan kegiatan rancangbangun dan pembuatan prototipe berbagai alat dan mesin pertanian, mulai dari alat pengolah olahan sampai
peralatan
pascapanen
produk
pertanian.
Balai
Besar
juga
melaksanakan pengujian untuk standarisasi, sertifikasi serta pengawasan penggunaan alat dan mesin pertanian. i.
Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) melakukan pembinaan dan pengelolaan perpustakaan dan informasi Iptek pertanian. PUSTAKA mengarahkan kegiatannya pada pengelolaan dan pemanfaatan informasi pertanian melalui pengembangan jaringan informasi. Dalam rangka menyebarluaskan informasi dilakukan pula penerbitan publikasi ilmiah,
pembuatan
media
audio
visual,
dan
penyelenggaraan
jasa
perpustakaan. Sasaran utama dari kegiatan tersebut adalah peningkatan pemanfaatan informasi Iptek pertanian dalam mendukung pelaksanaan pembangunan pertanian. j.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Badan Litbang Pertanian didukung oleh 26 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang berada di tiap propinsi di Indonesia. Balai ini mempunyai tugas merekayasa paket teknologi spesifik lokasi yang mendukung sistem usaha pertanian dengan memanfaatkan sumberdaya daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. BPTP menjangkau seluruh propinsi dengan harapan dapat membantu pemerintah propinsi atau kabupaten untuk mengembangkan, mendifusikan dan memanfaatkan hasil penelitian di masing-masing wilayah dengan lebih baik.
48 Untuk melaksanakan tugas pengkajian, BPTP diharapkan bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat sehingga diperoleh kinerja yang lebih efisien. BPTP juga mengkoordinasi kegiatan penelitian dan pengkajian di beberapa IP2TP (Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian). Sumberdaya manusia Ketersediaan pelaksanaan tugas dan fungsi, Badan Litbang Pertanian mendapat dukungan dari sumberdaya manusia (SDM) yang handal. Sebagai lembaga penelitian, kebutuhan akan tenaga fungsional dipandang sebagai upaya untuk memperkuat kemampuan penelitian dan pengembangan di bidang pertanian. Di lingkungan Badan Litbang Pertanian, terdapat tenaga fungsional peneliti-perekayasa yang kapasitas sumberdayanya secara intensif dikembangkan dengan program pendidikan jangka panjang di Badan Litbang Pertanian melalui proyek Agricultural Research Management Project (ARMP), proyek Participatory Development for Agricultural Technology Project (PAATP) dan proyek Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Sebaran SDM tersebut menurut eselon dan noneselon dan sebaran menurut pendidikan dapat dilihat pada Tabel 10 dan 11. Tabel 10. Sebaran Pegawai Badan Litbang Pertanian Menurut Eselon dan Non-Eselon Wilayah Jabotabek Unit kerja Sekretariat Badan Puslitbangtan Puslitbanghort Balithi Puslitbangbun Balittro Puslitbangnak Balitnak Balitvet Puslitbang agroklimat Balit tanah Balit agroklimat Puslitbang Sosek Pertanian BPTP DKI BBP Mektan BB Biogen BB Pascapanen Jumlah seluruhnya
I 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Eselon II III 1 4 1 2 1 2 0 1 1 2 0 1 1 2 0 1 0 1 1 2 0 1 0 1 1 2 0 1 1 3 0 1 0 1 8 28
Keterangan : Cetak tebal merupakan unit kerja eselon II Sumber : Badan Litbang Pertanian 2003c
IV 12 5 5 3 5 3 5 3 3 5 3 3 5 2 7 3 3 75
Non eselon 211 133 62 149 90 374 70 346 225 71 314 63 216 43 119 313 130 2929
Jumlah 229 141 70 153 98 378 78 350 229 79 318 67 224 46 130 317 134 3041
% 7,53 4,64 2,30 5,03 3,22 12,43 2,56 11,51 7,53 2,60 10,46 2,20 7,37 1,51 4,27 10,42 4,41 100, 00
49 Tabel 11. Sebaran SDM Badan Litbang Pertanian Wilayah Jabotabek Tahun 2003 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Unit kerja S3 Sekretariat Badan Puslitbangtan Puslitbanghort Balithi Puslitbangbun Balittro Puslitbangnak Balitnak Balitvet Puslitbang agroklimat Balit tanah Balit agroklimat Puslitbang Sosek Pertanian BPTP DKI BBP Mektan BB Biogen BB Pascapanen Jumlah seluruhnya
5 4 4 4 6 14 3 33 12 3 10 3 18 2 4 23 6 154
Pendidikan S2 S1 41 57 10 16 7 15 16 29 9 30 35 79 6 18 35 36 26 32 8 8 44 61 12 15 49 50 5 21 16 31 42 43 18 32 379 573
Jumlah < S1 126 111 44 104 53 250 51 246 159 60 203 37 107 18 79 209 78 1.935
229 141 70 153 98 378 78 350 229 79 318 67 224 46 130 317 134 3.041
% 7,53 4,64 2,30 5,03 3,22 12,43 2,56 11,51 7,53 2,60 10,46 2,20 7,37 1,51 4,27 10,42 4,41 100, 00
Keterangan : Cetak tebal merupakan unit kerja eselon II Sumber
: Badan Litbang Pertanian 2003c
Karakteristik Individu Tenaga fungsional penelitian, dikembangkan untuk secara profesional menciptakan teknologi. Karena itu, pengembangan kemampuan mereka diarahkan pada pencapaian kedalaman ilmu pengetahuan dan spesialisasi. Sebagai akibat dari spesialisasi kemampuan, pendidikan, dan tugas fungsi penelitian maka terben tuk karakteristik individual peneliti-perekayasa. Karakteristik individu yang dicermati dalam penelitian ini adalah yang memiliki hubungan dengan pelaksanaan tugas pokok peneliti-perekayasa dalam menghasilkan inovasi, meliputi unsur pendidikan formal, pendidikan nonformal, jenjang atau tingkat jabatan peneliti-perekayasa, bidang penelitian dan perekayasaan, kelompok peneliti-perekayasa, dan pendapatan. Pendidikan Formal Jenjang pendidikan responden terdiri dari tingkat diploma (D3) sampai dengan tingkat doktoral (S3). Tabel 12 memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan
50 responden terbanyak adalah pada tingkat S2, yaitu sebanyak 42 orang (46,7%), diikuti dengan tingkat pendidikan S3, yaitu sebanyak 28 orang (31,1%). Sedangkan responden yang berpendidikan D3, sebanyak 1 orang (1,1%). Kondisi ini disebabkan Badan Litbang Pertanian menyadari pentingnya pembentukan kader peneliti-perekayasa yang berpendidikan tinggi, sehingga tiap tahun dilakukan penugasan belajar bagi SDM Litbang terutama peneliti-perekayasa. Sesuai dengan kriteria pengangkatan tenaga peneliti-perekayasa, Badan Litbang Pertanian
telah
menetapkan
bahwa
peneliti-perekayasa
minimal
harus
menyelesaikan pendidikan S1 (Badan Litbang Pertanian 2003d). Tabel 12. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
D3
1
1,1
S1
19
21,1
S2
42
46,7
S3
28
31,1
Jumlah
90
100,0
Pendidikan nonformal Aspek SDM yang terdidik dan terampil adalah faktor yang fundamental. Sayangnya aspek ini masih merupakan kendala terbesar sehingga perlu diatasi, antara lain dengan menyelenggarakan pendidikan dan latihan (Diklat) dalam berbagai bidang Iptek yang relevan, misalnya Diklat mengenai internet. Hal ini kemungkinan terkait pula dengan kultur masyarakat yang belum technologyminded, dan untuk mengubahnya diperlukan proses yang panjang dan berkesinambungan. Berdasarkan pernah atau tidaknya responden mengikuti pendidikan dan pelatihan internet, diketahui bahwa sebagian besar responden tidak pernah mengikuti Diklat internet yaitu sebesar 78,9 persen atau sebanyak 71 orang; dan hanya 19 orang responden (21,1 persen) yang pernah mengikuti Diklat. Hal ini berkaitan dengan pendanaan, dimana tidak setiap orang mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengikuti Diklat yang dibiayai oleh instansi. Biasanya yang
51 mendapat kesempatan terlebih dahulu untuk mengikuti Diklat internet dengan biaya pemerintah atau instansi yang bersangkutan adalah para pustakawan, karena mereka dianggap yang paling membutuhkan pengetahuan tersebut. Kemudian, diharapkan pustakawan yang mengikuti Diklat menularkan ilmu yang diperoleh kepada para peneliti-perekayasa maupun staf dari bidang lain melalui jasa bimbingan pengguna. Sedangkan untuk membiayai sendiri untuk dapat mengikuti Diklat, rata-rata responden merasa keberatan, disamping biaya tinggi, juga kesempatan yang terbatas. Belum pernahnya peneliti-perekayasa yang menjadi responden pada penelitian ini mengikuti Diklat internet, tidak menjadikan mereka tidak bisa mengoperasikan internet. Mereka yang belum pernah mengikuti Diklat internet menyatakan bahwa keterampilan mereka dalam mengoperasikan internet dipelajari secara otodidak (belajar sendiri dari buku), dan lalu mencoba-coba sendiri. Apabila menemukan masalah, baru mereka meminta bantuan kepada rekannya yang lebih ahli. Namun demikian, keterampilan memanfaatkan internet lebih
ditentukan oleh pelatihan, karena dengan pelatihan, kemampuan
memanfaatkan internet akan semakin meningkat. Lagipula tidak semua pengguna dapat dengan mudah beradaptasi dengan inovasi teknologi informasi seperti internet. Jenjang atau tingkat jabatan peneliti dan perekayasa Berdasarkan sebaran responden menurut jabatan fungsional penelitiperekayasa pada Tabel 13, dapat dilihat bahwa persentase tertinggi diduduki oleh jabatan fungsional sebagai ahli peneliti yaitu sebanyak 26 orang (28,9%). Sedangkan untuk per ekayasa, yang jumlahnya di Badan Litbang Pertanian memang belum sebanyak peneliti (16 orang perekayasa yang aktif), belum ada satupun yang mencapai tingkat jabatan perekayasa tertinggi (perekayasa utama).
52 Tabel 13. Sebar an Responden Menurut Jenjang atau Tingkat Jabatan Fungsional Jenjang atau tingkat jabatan fungsional
Jumlah
Persentase (%)
Ahli peneliti
26
28,9
Peneliti
13
14,4
Ajun peneliti
14
15,6
Asisten peneliti
24
26,7
Perekayasa utama
0
0,0
Perekayasa madya
6
6,7
Perekayasa muda
2
2,2
Perekayasa pertama
5
5,6
Dari 16 orang perekayasa hanya 12 orang yang menjadi responden pada penelitian ini. Adapun jabatan fungsional perekayasa terbanyak diduduki oleh perekayasa madya, yaitu sebanyak 6 orang (6,7%). Pada jabatan fungsional peneliti atau perekayasa yang menjadi responden, ternyata jabatan fungsional terbanyak diduduki oleh jabatan fungsional tertinggi. Artinya dilihat dari proporsinya, Badan Litbang Pertanian telah banyak memiliki peneliti dan perekayasa yang profesional, meskipun untuk perekayasa masih harus ditingkatkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu jabatan fungsional perekayasa utama. Maksud dari arti profesional adalah tingkat keahlian peneliti-perekayasa dalam bidangnya dan kemampuan melaksanakan penelitian dan perekayasaan secara mandiri serta tingkat kemampuannya mengelola penelitian pertanian. Peningkatan profesionalisme peneliti-perekayasa merupakan salahsatu kunci keberhasilan
bagi
peningkatan
akuntabilitas
Badan
Litbang
Pertanian.
Pengalaman menunjukkan bahwa salahsatu kendala dari kinerja penelitiperekayasa adalah karena belum optimalnya profesionalisme dan belum adanya kewirausahaan dari peneliti-perekayasa. Selain itu, belum cukup kondusifnya sistem pemberian motivasi kepada peneliti-perekayasa. Bidang penelitian dan perekayasaan Terdapat tujuh program utama bidang penelitian termasuk perekayasaan pada Badan Litbang Pertanian. Namun, hanya ada empat bidang penelitian yang
53 terdeskripsi dari peneliti-perekayasa yang menjadi responden penelitian ini. Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tergolong pada bidang penelitian perbaikan potensi komoditas, yaitu sebanyak 47 orang (52,2%). Hal ini dapat dipahami karena sebagian besar UK, yang meliputi puslitbang-puslitbang maupun UPT yang meliputi Balai-balai besar, Balit, Lolit, BPTP dan BP2TP di Lingkup Badan Litbang Pertanian termasuk kedalam program penelitian perbaikan potensi komoditas. Tabel 14. Sebaran Responden Menurut Bidang Penelitian dan Bidang Perekayasaan Bidang penelitian
Jumlah
Persentase (%)
Sumberdaya pertanian
14
15,6
Perbaikan potensi komoditas
47
52,2
Bioteknologi
18
20,0
Sosial ekonomi dan kebijakan pertanian
11
12,2
Kelompok Peneliti dan Perekayasa Dari data dapat diidentifikasi, bahwa responden tersebar pada 25 Kelti dan Kelsa. Seb agai lembaga penelitian, keberhasilan Badan Litbang Pertanian dalam menghasilkan teknologi dan inovasi sangat ditentukan oleh profesionalisme peneliti dan perekayasa. Oleh karena itu dibutuhkan kelompok penelitiperekayasa pada berbagai disiplin ilmu yang mendukung tugas pokok dan fungsi UK atau UPT. Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa responden terbanyak masuk kedalam Kelti Hidrologi, yaitu sebanyak 7 orang (7,8%), diikuti oleh Kelti ekonomi pertanian dan manajemen agrobisnis, yaitu sebanyak 6 orang (6,7%).
54 Tabel 15. Sebaran Responden Menurut Kelompok Peneliti dan Kelompok Perekayasa Kelompok peneliti dan perekayasa
Jumlah
Persentase (%)
Ekonomi Makro dan Perdagangan Internasional
3
3,3
Ekonomi pertanian dan manajemen agribisnis
6
6,7
Sosio budaya perdesaan pertanian Pemuliaan, plasma nutfah dan pembenihan
2 3
2,2 3,3
Entomologi dan fitopatologi
4
4,4
Ekofisiologi Pemuliaan dan plasma nutfah
2 5
2,2 5,6
Nutrisi
3
3,3
Bakteriologi
3
3,3
Virology
2
2,2
Parasitologi
3
3,3
Toksikologi Patologi
4 3
4,4 3,3
Mesin budidaya
3
3,3
Mesin pengolah hasil pertanian Teknik tanah, air, dan energi pertanian
5 5
5,6 5,6
Biologi tanah
5
5,6
Agroklimat
2
2,2
Hidrologi
7
7,8
Biologi molekuler
5
5,6
Biokimia Biologi sel dan jaringan
4 4
4,4 4,4
Pengelolaan sumberdaya genetik
4
4,4
Proses kimia Analisis kebijakan tanaman pangan
1 2
1,1 2,2
Pendapatan Dari Tabel 16 diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pendapatan dari gaji sebesar Rp1.000.000-Rp1.499.999, yaitu sebanyak 28 orang (31,1%), kemudian diikuti oleh responden dengan pendapatan dari gaji sebesar Rp1.500.000-Rp1.999.999. Hal ini dapat dijelaskan karena pendapatan dari gaji ini tergantung dari golongan PNS ditambah dengan tunjangan fungsional. Pendapatan dari gaji tidak akan berb eda bila tingkat atau golongan sama.
55 Tabel 16. Sebaran Responden Menurut Pendapatan Dari Gaji Pendapatan dari gaji (Rp)
Jumlah
Persentase (%)
<1.000.000
7
7,8
1.000.000 -1.499.999
28
31,1
1.500.000 -1.999.999
22
24,4
2.000.000 -2.499.999
16
17,8
=2.500.000
17
18,9
Pendapatan responden dari luar gaji sulit untuk dikelompokkan, karena sangat beragam. Hal ini dikarenakan kegiatan responden untuk menghasilkan pendapatan di luar kantor tidak sama, bahkan sangat jauh perbedaannya. Misalnya, ada beberapa responden yang penghasilan di luar gajinya mencapai Rp20.000.000 per bulan karena selain bekerja sebagai PNS responden juga mengelola perusahaan keluarga, namun ada juga yang tidak memiliki penghasilan lain, selain menerima uang perjalanan apabila mendapat tugas luar atau proyek dari kantor.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akseptabilitas Peneliti dan Perekayasa dalam Memanfaatkan Internet Banyak faktor yang berpengaruh terhadap akseptabilitas peneliti dan perekayasa dalam memanfaatkan internet. Hasil pra-survai menunjukkan ada beberapa faktor yang cukup dominan dan digunakan dalam penelitian ini. Deskripsi data variab el faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi pemanfaatan internet dalam penelitian ini, adalah: ketersediaan sarana akses internet dan jumlahnya, frekuensi mengakses internet, ketersediaan waktu untuk akses internet, kredibilitas sumber informasi, ketersediaan biaya untuk mengakses internet, perilaku peneliti-perekayasa dalam penggunaan internet, aplikasi yan g sederhana dan mudah digunakan, dan kecepatan akses internet. Ketersediaan sara na akses internet Ketersediaan dan jumlah sarana akses internet di tempat kerja sangat mempengaruhi akseptabilitas peneliti maupun perekayasa dalam menggunakan internet. Apabila sarana untuk mengakses internet tersedia banyak atau paling
56 tidak mencukupi jumlahnya, kemungkinan keinginanan peneliti-perekayasa untuk memanfaatkan internet akan tinggi. Tabel 17. Sebaran Peneliti-Perekayasa yang Menggunakan Internet Berdasarkan F aktor Ketersediaan dan Jumlah Sarana Akses Internet Pada Instansi K erja Kategori
Interval skor
Jumlah
Persentase (%)
Rata-rata skor
Rendah Sedang Tinggi
6,0-9,3 9,4-12,7 12,8-16,0
17 31 42
18,9 34,4 46,7
11,7
Sebanyak 42 orang responden (46,7%) menganggap ketersediaan dan jumlah sarana akses tinggi (Tabel 17). Artinya, sebagian besar peneliti-perekayasa yang menjadi responden menyatakan bahwa ketersediaan dan jumlah sarana di instansi untuk mengakses internet sudah cukup. Namun yang menjadi masalah adalah karena komputer yang tersedia tidak hanya digunakan khusus untuk mengakses internet, tapi juga untuk melakukan kegiatan lain seperti pembuatan laporan dan administrasi lain. Terbukti dengan rataan skor yang dikategorikan sedang (11,7). Hal lain yang juga menjadi kendala adalah belum tersambungnya beberapa komputer yang memiliki fasilitas ke internet sehingga belum dapat dimanfaatkan untuk mengakses internet. Kurangnya fasilitas menjadi kendala bagi peneliti-perekayasa yang ingin memperoleh informasi dan melakukan komunikasi dengan rekan kerjanya yang berjauhan melalui internet secara cepat. Sebanyak 17 orang responden (18,9%) menyatakan ketersediaan dan jumlah komputer yang dapat dimanfaatkan untuk mengakses dikategorikan rendah (Tabel 17). Artinya sebagian kecil responden masih mengeluh kurangnya ketersediaan dan jumlah sarana akses internet di instansi mereka. Hal ini terjadi karena jumlah peneliti-perekayasa yang ingin mengakses internet tidak sebanding dengan jumlah komputer yang tersedia, sehingga mereka harus antri dan bergantian, baik dengan sesama penelitiperekayasa maupun dengan staf lain.
57 Ketersediaan waktu akses internet Ketersediaan waktu merupakan faktor yang penting bagi responden untuk dapat mengakses internet. Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa rata-rata waktu untuk mengakses internet tergolong rendah, yaitu sebanyak 63 orang responden (70%) menjawab tidak memiliki cukup waktu untuk mengakses internet. Kadangkadang untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka meminta bantuan pustakawan di Instansinya masing-masing untuk mencarikan bahan-bahan yang diperlukan, baik melalui perpustakaan konvensional (buku dan jurnal) maupun melalui perpustakaan digital atau elektronik (internet dan CD-ROM). Tabel 18. Sebaran Peneliti dan Perekayasa yang Menggunakan Internet Berdasarkan Faktor Ketersediaan Waktu Peneliti-Perekayasa Untuk Mengakses Internet Kategori
Interval skor (jam/minggu)
Jumlah
Persentase (%)
Rata-rata skor (jam/minggu)
Rendah Sedang Tinggi
1,0-4,0 4,1-7,0 7,1-10,0
63 22 5
70,0 24,4 5,6
3,6
Ketersediaan biaya akses internet Ketersediaan biaya mengakses internet mempengaruhi responden dalam memanfaatkan internet. Dari Tabel 19, dapat dilihat bahwa ketersediaan responden untuk mengeluarkan biaya akses internet termasuk kategori sedang (rataan skor 3,1), dengan sebaran 44 responden (48,9%) pada kategori rendah dan 46 responden (51,1%) dikategori tinggi. Hal ini disebabkan responden menyadari bahwa kebutuhan mereka akan informasi dan komunikasi cukup tinggi, sehingga tidak berkeberatan untuk mengeluarkan sebagian dana demi mengakses internet diluar tempat kerja. Sebagian responden lebih mengandalkan akses internet dari tempat kerja (biaya dikeluarkan oleh kantor). Balitvet memberikan solusi untuk mengatasi biaya penggunaan internet bagi peneliti dilingkup kantornya, yaitu dengan cara mewajibkan peneliti yang memiliki kegiatan penelitian untuk menyumbangkan sebagian dana penelitian untuk membayar rekening telepon yang digunakan untuk mengakses internet.
58 Tabel 19. Sebaran Peneliti dan Perekayasa yang Mau Menggunakan Internet Berdasarkan Faktor Ketersediaan Biaya U ntuk Mengakses Internet Kategori
Interval skor
Jumlah
Persentase (%)
Rata-rata s kor
Rendah Sedang Tinggi
1,0-2,3 2,4-3,7 3,8-5,0
44 0 46
48,9 0,0 51,1
3,1
Kredibilitas sumber informasi Isi dari situs-situs yang ada di internet juga mempengaruhi penerimaan peneliti-perekayasa dalam memanfaatkan internet. Apabila isinya tidak kredibel (menurut kacamata mereka) maka mereka tidak akan mau membuang-buang waktu hanya untuk mencari materi lainnya. Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa tingkat keakuratan sumber informasi di internet yang dinyatakan oleh responden memiliki kategori sedang adalah situssitus umum dengan rataan 3,2. Sedangkan untuk situs Deptan, Situs Litbang, Situs dan layanan informasi PUSTAKA dinyatakan rendah keakuratannya, karena ketika mencari informasi di situs-situs tersebut, responden jarang mendapatkan apa yang diinginkan. Hal ini terbukti dengan banyaknya responden yang menyatakan tidak menemukan bahan-bahan yang berkaitan dengan penelitiannya di situs-situs internet yang dibuka. Kondisi ini terjadi karena keterbatasan waktu yang dapat digunakan untuk mengakses internet atau kurangnya pengetahuan responden tentang bagaimana mengefisienkan pencarian data di internet melalui mesin pencari. Kalaupun informasi tersebut didapatkan, responden hanya kadang kadang saja mendapatkan informasi yang diinginkan secara rinci atau lengkap, dan biasanya hanya abstrak, atau ulasan ringkas. Dan ini tidak membantu mereka sehingga kelengkapan informasi dari situs-situs umum dan situs Litbang tergolong pada kategori sedang. Bahkan situs Deptan dengan rataan skor 2,3, situs PUSTAKA dengan rataan skor 2,4 dan layanan informasi (dengan rataan skor 2,4) termasuk pada kategori rendah. Namun demik ian, responden menyatakan bahwa data yang diperoleh cukup untuk digunakan dalam membuat proposal penelitian, sehingga responden masih berharap untuk memperoleh informasi yang diinginkan dari situs-situs yang bersangkutan, baik dari situs-situs umum maupun situs Deptan, Situs Litbang, Situs dan layanan informasi PUSTAKA. Hal ini
59 dinyatakan dengan tingkat kerincian dari masing-masing sumber informasi yang dikategorikan sedang oleh responden (Tabel 20). Tabel 20. Sebaran Peneliti-Perekayasa yang Menggunakan Internet Berdasarkan Faktor Kredibilitas Sumber Informasi Penilaian kredibilitas
Situs Umum Interval skor
A
Ratarata skor
R (2,0-3,0) S (3,1-4,0)
3,2
T (4,1-5,0) B
R (1,0-2,3) S (2,4-3,7)
C
Ratarata skor
Interval skor
Ratarata skor
Interval skor
Ratarata skor
R (2,0-2,7)
2,6
R (2,0-2,7)
2,7
R (2,0-2,7)
2,5
R (2,0-2,7)
S (2,8-3,3)
S (2,8-3,3)
S (2,8-3,3)
S (2,8-3,3)
T (3,4-4,0)
T (3,4-4,0)
T (3,4-4,0)
T (3,4-4,0)
S (2,1-3,0)
R (1,0-2,0) 2,3
S (2,1-3,0)
R (1,0-2,0) 2,3
S (2,1-3,0)
S (2,1-3,0)
T (3,1-4,0)
T (3,1-4,0)
T (3,1-4,0)
R (1,0-2,3)
R (1,0-2,3)
R (1,0-2,3)
R (2,0-3,0)
S (2,4-3,7) 3,1
R (2,0-3,0)
S (2,4-3,7) T (3,8-5,0)
R (0,0-1,7)
R (2,0-3,0) 3,0
T (3,4-5,0) R (2,0-3,0)
R (2,0-3,0) 2,5 2,3
2,6
R (2,0-3,0)
T (4,1-5,0)
T (4,1-5,0)
R (1,0-2,3)
R (2,0-3,0)
S (2,4-3,7) T (3,8-5,0)
2,4
R (1,0-2,3) 2,4
S (2,4-3,7)
S (2,4-3,7) T (3,8-5,0)
T (3,8-5,0)
R (1,0-2,0)
R (1,0-2,0)
R (2,0-2,7)
T (4,1-5,0)
T (3,1-4,0)
2,5
S (2,1-3,0)
2,5
T (3,1-4,0)
2,5
S (3,1-4,0) T (4,1-5,0) 2,4
R (2,0-3,0) T (4,1-5,0)
T (3,8-5,0) S (2,1-3,0)
R (2,0-3,0)
S (3,1-4,0)
S (2,4-3,7)
2,5
S (3,1-4,0)
T (4,1-5,0)
R (2,0-3,0) 3,3
2,6
R (1,0-2,3) 2,4
2,4
T (4,1-5,0)
S (3,1-4,0)
T (4,1-5,0) S (3,1-4,0)
2,5
T (3,8-5,0) S (3,1-4,0)
S (3,1-4,0)
S (2,4-3,7)
2,5
S (3,1-4,0)
T (4,1-5,0) R (1,0-2,3) 3,2
S (2,4-3,7) T (3,8-5,0)
R (1,0-2,3) 3,2
T (4,1-5,0)
S (3,1-4,0)
2,5
T (3,8-5,0)
2,5
R (1,0-2,0) 2,4
T (3,1-4,0)
S (1,8-3,3)
G
Situs PUSTAKA
R (0,0-1,7)
S (3,1-4,0)
F
Situs Badan Litbang
T (3,8-5,0)
T (3,4-5,0)
E
Interval skor
Layanan informasi PUSTAKA Interval Rataskor rata skor
R (1,0-2,0) 2,9
S (1,8-3,3) D
Situs Deptan
2,4
R (1,0-2,3) 2,4
S (2,4-3,7)
2,5
R (2,0-2,7)
2,4
T (3,8-5,0)
S (2,8-3,3)
S (2,8-3,3)
T (3,4-4,0)
T (3,4-4,0)
Keterangan: A = Berdasarkan keakuratan B = Berdasarkan kerincian C = Berdasarkan harapan yang diinginkan dari situs yang pernah diakses D = Berdasarkan tingkat keilmiahan E = Berdasarkan kelengkapan informasi F = Berdasarkan kesesuaian dengan kebutuhan G = Berdasarkan kemutakhiran atau kebaruan informasi
Tabel 20 memperlihatkan bahwa responden menyatakan tingkat keilmiahan situs-situs umum dan situs Deptan dalam kategori sedang yaitu dengan rataan skor mas ing-masing 3,2 dan 2,5. Situs -situs umum termasuk situs Deptan cukup banyak menyajikan informasi yang berhubungan dengan kegiatan penelitian yang dilakukan, walaupun informasi yang diperoleh hanya informasi awal. Sedangkan
2,5
60 untuk Situs Litbang, Situs PUSTAKA dan layanan informasi dengan rataan skor masing-masing 2,6; 2,6; dan 2,5 tergolong kategori rendah, karena kurangnya sosialisasi mengenai isi dari situs yang bersangkutan dan bukan karena situs tersebut kurang keilmiahannya. Responden menyatakan informasi yang diberikan oleh sumber informasi kurang sesuai dengan kebutuhan. Alasan khusus responden yang menyatakan situs Deptan tergolong rendah (rataan skor 2,4) karena informasi yang disediakan lebih banyak menampilkan informasi di luar teknis penelitian (d ata untuk keperluan penelitian kurang). Sedangkan untuk situs umum, responden menyatakan hanya sebagian
informasi
yang
mereka
butuhkan
yang
tersedia.
Responden
menginginkan baik untuk situs Deptan maupun Badan Litbang Pertanian dan PUSTAKA dapat memberikan informasi mengenai data atau informasi tentang kelembagaan,
kebijakan,
program
pembangunan
pertanian
(termasuk
perencanaan, dan pelaksanaan evaluasi kinerja), alamat instansi lingkup Deptan, informasi prestasi Deptan di dalam maupun di luar negeri, kerjasama dalam dan luar negeri, sampai dengan agenda kegiatan atau kegiatan penting di bidang pertanian. Kemutakhiran atau kebaruan informasi situs umum, situs Deptan dan Situs Litbang termasuk dalam kategori sedang dengan rataan skor masing-masing 3,3; 2,5 dan 2,5, karena isi situs tersebut jarang diperbarui (Tabel 22). Informasi yang disajikan masih tetap sama bila dibuka beberapa hari setelahnya. Situs PUSTAKA serta layanan informasinya dikategorikan rendah tingkat kemutakhirannya, karena informasi mengenai penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-perekayasa lingkup Badan Litbang Pertanian se Indonesia (Jurnal Penelitian Badan Litbang Pertanian di koordinasi oleh PUSTAKA) menurut jumlahnya masih kurang sekali. Bahkan jurnal-jurnal tersebut lebih banyak memuat informasi mengenai penelitian yang telah dilakukan beberapa tahun yang lalu, sehingga dianggap tidak atau kurang mutakhir dengan keadaan sekarang. Padahal, mereka menginginkan informasi terkini mengenai kegiatan atau topik-topik penelitian yang banyak diteliti pada saat ini, atau tentang teknologi pertanian terkini. Tabel 21 memperlihatkan bahwa penggunaan mesin Google merupakan yang tertinggi, yaitu sebesar 41 persen. Diikuti oleh penggunaan situs Yahoo
61 dengan nilai sebesar 38 persen. Alasan penggunaan mesin Google adalah karena responden sudah terbiasa menggunakannya (familier), mesin ini juga mudah digunakan, informasi yang diperoleh dari menggunakan mesin ini juga cukup lengkap dan banyak, kecepatan aksesnyapun cepat, dan dapat digunakan dengan bahasa Indonesia. Tabel 21. Persentase Mesin Pencari dan Situs yang Memberikan Layanan Penelusuran yang Digunakan Responden Jenis layanan
Nama URL
Layanan terpadu Mesin pencari Layanan terpadu Mesin pencari Layanan terpadu bidang veterinery medicine Mesin pencari Mesin pencari Layanan terpadu Mesin pencari Mesin pencari Mesin pencari Mesin pencari Email Jumlah
www.yahoo.com www.google.com www.hotmail.com www.geocities.com www.nbin.org www.medline.com www.ji- indonesia.com www.ncbi.nlm.nih.gov www.telkomnet.com www.altavista.com www.vivisimo.com www.cgn.com www.info.com www.plasamail.com
Jumlah Persentase 46 50 5 1 3 4 2 4 1 1 1 1 1 1 121
38 41 4 1 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 100
Situs Yahoo memberikan layanan terpadu seperti email, penelusuran (fasilitas pencari), direktori, sms, ISP, dan masih banyak lagi fasilitas yang lain. Situs ini merupakan situs kedua yang paling banyak diakses oleh responden. Alasan responden menggunakan situs ini juga hampir sama dengan alasan mengapa mereka menggunakan mesin Google, hanya pada situs Yahoo responden lebih banyak menggunakan fasilitas email dan newsgroup. Situs Hotmail juga cukup banyak digunakan karena juga menawarkan account email secara gratis walaupun tidak sepopuler situs Yahoo. Beberapa mesin pencari lain tidak sepopuler mesin Google atau Yahoo, karena dikhususkan topik tertentu, misalnya seperti situs National library of medicine (www.ncbi.nlm.nih.gov). Situs ini memberikan layanan informasi hanya seputar obat-obatan saja.
62 Hal yang cukup menarik diperhatikan adalah perilaku beberapa reponden yang memilih langsung mencari informasi melalui mesin Google dan Yahoo, namun setelah dirujuk ke suatu situs tertentu, mereka kurang memperhatikan alamat situs yang memberikan informasi tersebut. Beberapa dari mereka bahkan tidak tahu bahwa ketika menyusun karya tulis ilmiah mereka dapat menggunakan penelusuran sumber acuan melalui internet, sehingga pencatatan alamat situs sangat penting dilakukan karena akan mempermudah pembaca dalam menelusuri kembali masalah yang dicarinya dari sumber pustaka yang diacunya. Situs umum lainnya yang cukup sering digunakan responden adalah www.jurnal.asm.org,
http://jb.asm.org,
www.noaa.gov,
dan
www.bom.gov
dengan nilai masing-masing sebesar 3 persen. Khusus untuk situs noaa (National Oceanic and Atmospheric Administration ) dan situs bom digunakan responden untuk memantau iklim global yang harus selalu mereka lakukan untuk memperoleh data yang terkait dengan penelitian (Tabel 22). Situs pemerintah banyak digunakan responden untuk melakuk an tinjauan terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Situs Deptan merupakan yang tertinggi, yaitu sebesar 11 persen, kemudian situs Badan Litbang Pertanian dengan nilai 10 persen dan situs PUSTAKA sebesar 8 persen. Responden mengharapkan dapat memperoleh data dan informasi yang terkait dengan penelitian yang dilakukan dari mengakses situs -situs pemerintah tersebut. Situs Deptan selain digunakan responden untuk mengetahui visi dan misi Departemen Pertanian RI dan informasi program pembangunan pertanian, juga diharapkan dapat memberikan informasi mengenai agenda kegiatan Deptan, seperti informasi seminar dan pelatihan yang akan dilakukan (Tabel 22).
63 Tabel 22. Situs yang Sering Digunakan Oleh Responden Dalam Mencari Bahan-Bahan yang Berkaitan dengan Penelitian Badan atau Departemen
Nama URL
Jumlah
Persentase
Deptan Badan Litbang Pertanian PUSTAKA Puslitbangsosek Balittro BPS LAPAN Ristek Bank Indonesia Situs-situs pemerintah Dati II The Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) Food and Agriculture Organization Situs resmi Asian Development Bank yang menyediakan informasi mengenai berita terakhir seputar ekonomi Indonesia dan profil-profil proyek ADB di Indonesia Bank Dunia, Situs ini menyediakan berita mengenai proyek-proyek Bank Dunia di Indonesia Situs yang menyediakan informasi mengenai Badan kajian lingkungan internasional Dr. Fungus Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Situs yang menyediakan informasi mengenai Renewable energy Situs yang menyediakan informasi mengenai Environtment Situs yang menyediakan informasi mengenai bidang meteorology Situs yang menyediakan informasi mengenai Renewable energy, Greenhouse technology dan lain-lain United Nations Framework Convention on Climate Change Situs yang menyediakan informasi mengenai Isu berita-berita Iptek Situs yang menyediakan informasi mengenai Isu masalah greenhouse Situs yang menyediakan informasi mengenai Irrigation technology
www.deptan.go.id www.litbang.deptan.go.id http://pustaka_deptan.go.id www.pse.deptan.go.id www.balittro.go.id www.bps.co.id www.rs.lapan.go.id www.ristek.go.id www.bi.com www.austembjak.or.id
11 10 8 1 1 3 2 1 3 2 7
5 5 4 0 0 1 1 0 1 1 3
www.fao.org www.adb.org
5 3
2 1
www.worldbank.org
3
1
www.iptek.net.id www.menlh.go.id www.doctorfungus.org www.bppt.go.id www.energi.lipi.go.id
2 2 5 3 3
1 1 2 1 1
www.geocities.com
2
1
geof.bmg.go.id
2
1
www.wwf.or.id
2
1
http://unfccc.int
4
2
www.beritaiptek.com
2
1
www.biospace.com
2
1
www.fertilizer.org
2
1
64 Tabel 22. Situs yang Sering Digunakan oleh Responden Dalam Mencari Bahan-Bahan yang Berkaitan dengan Penelitian Lanjutan Badan atau Departemen
Nama URL
Jumlah
Persentase
The International Plant Genetic Resources Institute Situs yang menyediakan informasi mengenai Jurnal-jurnal Cambrige Situs yang menyediakan informasi mengenai jurnal-jurnal LIPI Balai kliring keamanan hayati indonesia (BKKHI) Mycology online Situs yang menyediakan informasi mengenai bidang microbiologi Situs yang menyediakan informasi mengenai bidang microbiologi Situs yang menyediakan informasi mengenai bidang veterinery medicine Institut Pertanian Bogor Peralatan engines National Oceanic and Atmospheric Administration Situs yang menyediakan berita terakhir mengenai iklim Situs yang menyediakan berita terakhir mengenai ilmu komputer (reparasi dan lain- lain) Situs yang menyediakan berita terakhir mengenai ilmu komputer Situs yang menyediakan berita terakhir mengenai ilmu komputer Situs yang menyediakan berita terakhir mengenai ilmu komputer Situs yang menyajikan buku-buku yang dapat diakses secara gratis Situs yang menyediakan informasi mengenai UPM Situs yang menyediakan informasi mengenai beasiswa pemerintah Australia yang bekarja sama dengan Pemerintah Indonesia Situs yang menyediakan informasi mengenai Chiba University Situs yang menyediakan informasi mengenai universitas di dalam dan luar negeri Situs yang menyediakan informasi mengenai bidang veterinery medicine Situs yang memberikan layanan terpadu Situs yang memberikan layanan terpadu Situs yang memberikan layanan terpadu Situs yang memberikan layanan terpadu Situs yang memberikan layanan terpadu Jumlah
www.ipgri.cgiar.org www.journals.cambrige.org
5 2
2 1
www.jurnal.lipi.go.id
1
0
www.bchindonesia.org www.mycology.adelaide.edu.au www.journal.asm.org
2 2 7
1 1 3
http://jb.asm.org
7
3
www.vetmedpub.com
4
2
www.ipb.ac.id www.indonetwork.co.id www.noaa.gov www.bom.gov
1 1 7 7
0 0 3 3
www.science.org
2
1
www. citeseer.nj.nec.com
1
0
ikc.yarsi.ac.id
2
1
www. symantec.com
1
0
www. freebooks.com
2
1
www.upm.edu.my www.adsjakarta.co.id
1 1
0 0
id.wikipedia.org/wiki/chiba_uni versity www.university.com
1
0
2
1
www.medline.com
4
2
46 5 3 1 1 222
21 2 1 0 0 100
www.yahoo.com www.hotmail.com www.nbin.org www.telkomnet.com www.plasamail.com
65 Alasan mengapa responden lebih memilih untuk menggunakan situs-situs umum daripada situs pemerintah dalam mencari informasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan adalah karena informasi yang diperoleh dirasa lebih banyak dari manca negara dan bukan lokal saja. Selain itu, responden terkadang mengeluh bahwa situs Deptan dan bahkan situs Badan Litbang Pertanian kurang memuat informasi mengenai hasil-hasil penelitian. Kalaupun ada, biasanya informasi tersebut akan terhubung di link ke balai-balai masing-masing, yang terkadang juga kosong. Hal ini disebabkan oleh dua hal yaitu: Badan Litbang Pertanian sebagai unit kerja yang lebih tinggi, tidak aktif meminta informasi yang diperlukan dari Balai, dan sebaliknya Balai juga tidak memberikan informasi ke Badan Litbang Pertanian bila tidak diminta. Namun dari semua alasan yang dikemukakan oleh responden, kurangnya sosialisasi mengenai situs yang dimiliki (baik situs Deptan, situs Badan Litbang Pertanian maupun situs PUSTAKA) dan informasi apa saja yang terkandung di dalamnya merupakan penyebab utama mengapa situs-situs tersebut kurang populer, khususnya dikalangan penelitiperekayasa. Beberapa situs merupakan jejaring berita yang digunakan responden untuk mencari berita berita terakhir mengenai Indonesia dan Internasional. Situs berita sering di akses oleh responden adalah situs detik, kompas, republika dan indosiar. Berita yang disajikan berdasarkan kategori (seperti kategori finansial, politik, Iptek, otomotif, kesehatan, dan hiburan. Situs ini juga menyediakan informasi mengenai tim redaksi dan alamat serta nomor kontak mereka). Situs yang memberikan layanan informasi yang berkaitan studi yang sering di akses oleh responden adalah www.upm.edu.my, www.adsjakarta.co.id, id.wikipedia.org/wiki/chiba_university, dan www.university.com. Responden mengakses situs-situs tersebut untuk mencari informasi beasiswa dari pemerintah Indonesia yang bekerjasama dengan pemerintah luar negeri. Responden juga sering mengakses situs-situs universitas dari luar negeri untuk memperoleh literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitiannya melalui perpustakaan terpasang dari universitas yang bersangkutan.
66 Perilaku peneliti dan perekayasa dalam penggunaan internet Akses internet di Indonesia masih dianggap barang mewah, sehingga pertumbuhan pengguna internet di Indonesia sangat rendah. Karena itu, penggunaan internet juga belum dimanfaatkan secara optimal oleh penelitiperekayasa, seperti terlihat pada Tabel 23. Tabel 23. Sebaran Peneliti-Perekayasa yang Menggunakan Internet Berdasarkan Faktor Perilaku Peneliti-Perekayasa Kategori
Interval skor
Jumlah
Persentase (%)
Rata-rata skor
Rendah Sedang Tinggi
10,0-13,7 13,8-17,3 17,4-21,0
29 53 8
32,2 58,9 8,9
14,5
Tabel 23 memberikan gambaran perilaku peneliti-perekayasa dalam menggunakan
internet.
Sebanyak 53
orang peneliti-perekayasa (58,9%)
dikategorikan sedang dalam memanfaatkan internet, dan hanya 8 orang penelitiperekayasa (8,9%) yang dinyatakan tinggi dalam memanfaatkan internet. Kondisi ini disebabkan peneliti-perekayasa sudah menyadari peran penting internet sebagai penyedia informasi dan bahwa kebutuhan informasi untuk memperkaya penelitiannya semakin tinggi dan semakin luas. Namun demikian dari Tabel 23 dapat diketahui pula bahwa sebanyak 29 peneliti-perekayasa (32,2%) perilakunya masih dikategorikan rendah dalam memanfaatkan internet. Hal ini dikarenakan peneliti-perekayasa merupakan individu yang mempunyai kemampuan yang beragam. Orang (dalam hal ini peneliti-perekayasa) yang satu berbeda perilakunya dengan yang lain, ada yang merasa telah cukup bahan dan ada yang merasa kurang sehingga harus selalu memburu informasi, sehingga rajin menggunakan internet dan menjadi unggul, ada yang bersemangat dan tekun dan ada yang biasabiasa saja. Sehingga pemanfaatan internet pun tetap dipengaruhi oleh perilaku peneliti-perekayasa itu sendiri. Aplikasi yang sederhana dan mudah digunakan Dari Tabel 24 dapat dilihat bahwa sebanyak 76 orang (84,4%) masuk dalam kategori sedang. Artinya, sebagian besar responden menyatakan bahwa sifat
67 pengoperasian internet gampang-gampang susah yaitu ada beberapa sifat pengoperasian yang dianggap mudah dan ada juga yang dirasakan masih sulit. Semakin sulit sifat pengoperasiannya, pengguna akan semakin enggan untuk menggunakan. Atau mereka akan meminta bantuan orang lain yang lebih ahli untuk menggunakannya. Apabila tidak ada yang membantu, mereka memilih untuk tidak menggunakannya. Tabel 24. Sebaran Peneliti-Perekayasa yang Menggunakan Internet Berdasarkan Faktor Kesederhanaan dan Kemudahan Aplikasi Fasilitas Internet Kategori
Interval Skor
Jumlah
Persentase (%)
Rata-rata Skor
Rendah Sedang Tinggi
4,0 -6,0 6,1 -8,0 8,1-10,0
11 76 3
12,2 84,4 3,3
7,0
Kecepatan akses internet Ada banyak faktor yang menyebabkan akses jaringan internet di Indonesia bergerak sangat lamban. Salahsatunya adalah mahalnya akses jaringan ke luar negeri menuju ke backbone internet yang umumnya berada di AS. Dan kendala ini menjadi beban konsumen (Kompas, Senin 30 Agustus 2004). Lambatnya akses jaringan akan menghambat pengalaman digital seseorang untuk melakukan surfing di internet. Semakin cepat akses jaringan internet yang disediakan akan semakin sering seseorang menggunakan jaringan internet. Tabel 25. Sebaran Peneliti-Perekayasa yang Menggunakan Internet Berdasarkan Faktor Kecepatan Akses Internet Kategori
Interval skor
Jumlah
Persentase (%)
Rata-rata skor
Rendah
4,0-8,0
47
52,2
9
Sedang
8,1-12,0
37
41,1
Tinggi
12,1-16,0
6
6,7
Tabel 25 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (47 orang atau 52,2%) menyatakan kecepatan akses internet di tempat kerjanya termasuk dalam kategori rendah. Walaupun demikian, sebanyak enam orang responden (6,7%) menyatakan kecepatan mengakses internet d i tempat kerjanya tinggi. Hal ini
68 berhubungan dengan waktu yang digunakan responden untuk mengakses internet yang biasanya dilakukan pada jam-jam sibuk (jam kantor) sehingga saluran internet menjadi padat dan kecepatan akses internet yang digunakan menjadi lamban. Tabel 26. Pendapat Responden Mengenai Kecepatan Akses Internet di Instansi Fasilitas internet
Kategori
Buka s itus
Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
Download email
Download dokumen Download situs
Interval skor 1,0-2,0 2,1-3,0 3,1-4,0 1,0-2,3 2,4-3,7 3,8-5,0 1,0-2,0 2,1-3,0 3,1-4,0 1,0-2,0 2,1-3,0 3,1-4,0
Jumlah 61 25 4 54 30 6 57 30 3 53 34 3
Persentase (%) 67,8 27,8 4,4 60,0 33,3 6,7 63,3 33,3 3,3 58,9 37,8 3,3
Rata-rata skor 2,0
2,0
2,0
2,0
Tabel 26 menunjukkan bahwa berdasarkan kecepatan dalam membuka situs, sebanyak 61 orang responden (67,8%) menyatakan kecepatan akses di instansi mereka rendah. Begitu pula dengan kecepatan dalam men -download email dimana 54 dari 90 responden (60%) menyatakan kecepatannya rendah. Sebanyak 57 responden (63,3%) menyatakan kecepatannya men-download dokumen rendah, dan 53 responden (58,9%) menyatakan kecepatan men -download situs juga rendah. Kelambanan akses di instansi tersebut disebabkan oleh kemampuan komputer yang digunakan untuk akses internet rendah (dibawah spesifikasi yang disarankan untuk akses internet, dimana untuk komputer yang akan dipergunakan untuk mengakses internet d isarankan dipergunakan komputer terbaru dengan spesifikasi Pentium 4 dan dengan modem di dalamnya, untuk komputer utama sebaiknya yang memiliki kecepatan 512 kbps). Selain itu Internet Provider yang dilanggan juga berpengaruh pada kecepatan akses. Bila pelanggan provider tersebut banyak maka akses informasi juga akan berjalan lamban apabila provider yang dilanggan tidak memperbesar kemampuannya.
69
Pemanfaatan Internet dan CD-ROM Keberadaan Jaringan internet dengan dukungan CD-ROM
mampu
menjawab kebutuhan informasi teknologi. Kemajuan penelitian masih tergantung pada aksesabilitas terhadap sumber informasi. PUSTAKA telah meluncurkan situs yang berisi informasi di bidang perpustakaan dan hasil penelitian pertanian yang dapat diakses secara on-line 24 jam setiap hari. Intensitas mengakses internet dalam seminggu Tabel 27 menunjukkan bahwa akses internet dari 66 orang responden (73,3%) termasuk dalam kategori rendah. Hanya 11 orang (12,2%) yang memiliki frekuensi mengakses internet yang tinggi. Hal ini dikarenakan akses internet dari hampir semua kantor pertanian masih berlangganan dengan menggunakan sistem dial up connection dan belum leased line, karena dana terbatas. Karena itu pula, akses internet sehari dibatasi hanya 4 jam, yaitu dari jam 10.00 -12.00 dan jam 13.00-15.00, sehingga pemakaiannya harus berg antian. Bahkan ada instansi yang menetapkan penggunaan internet hanya sekitar 2 jam per hari. Dengan peraturan yang seperti ini maka peneliti-perekayasa yang jumlahnya banyak sulit untuk dapat memanfaatkan internet dengan baik. Tabel 2 7. Sebaran Intensitas Akses Internet Peneliti-Perekayasa dalam S eminggu Kategori
Interval skor (jam/minggu)
Jumlah
Persentase (%)
Rata-rata skor (jam/minggu)
Rendah Sedang Tinggi
1,0-2,3 2,4-3,7 3,8-5,0
66 13 11
73,3 14,4 12,2
2,1
Frekuensi dan intensitas menggunakan fasilitas internet Tabel 28 menunjukkan bahwa frekuensi penggunaan fasilitas browsing, mesin pencari (search engine), dan email dalam seminggu termasuk dalam kategori sedang, dengan intensitas penggunaan yang rendah. Sebenarnya responden menyadari bahwa fasilitas tersebut membantu dalam pencarian informasi dan komunikasi melalui internet. Namun, selama ini mereka hanya
70 membuka situs-situs yang biasa digunakan oleh kebanyakan orang di Instansinya, terutama yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Merek a jarang sekali atau bahkan tidak pernah mencari situs lain yang mungkin memuat lebih banyak informasi yang berkaitan dengan kegiatan penelitiannya, hal ini berhubungan dengan waktu yang diberikan oleh kantor dalam mengakses internet sebentar dan penggunaan yang harus antri sehingga mereka harus pandai memanfaatkan waktu yang terbatas tersebut untuk langsung membuka situs yang biasa dibuka dan biasanya memuat informasi yang berkaitan dengan kegiatan penelitiannya. Tabel 28. Frekuensi dan Intensitas Peneliti-Perekayasa dalam Menggunakan Fasilitas Internet dalam Seminggu Fasilitas Internet
Browsing
Search Engine
Email
Newsgroups
e-consultatif
Library online
Situs Deptan
Situs Litbang
Situs PUSTAKA
L.i. PUSTAKA
Frekuensi (dalam seminggu)
Interval skor R (1,0-2,3) S (2,4-3,7) T (3,8-5,0) R (1,0-2,3) S (2,4-3,7) T (3,8-5,0) R (1,0-2,3) S (2,4-3,7) T (3,8-5,0) R (1,0-2,3) S (2,4-3,7) T (3,8-5,0) R (1,0-2,3) S (2,4-3,7) T (3,8-5,0) R (1,0-2,3) S (2,4-3,7) T (3,8-5,0) R (1,0-1,7) S (1,8-2,3) T (2,4-3,0) R (1,0-1,7) S (1,8-2,3) T (2,4-3,0) R (1,0-2,0) S (2,1-3,0) T (3,1-4,0) R (1,0-2,0) S (2,1-3,0) T (3,1-4,0)
Rata-rata skor 2,6
2,5
3,3 1,9
1,3
1,8
1,8
1,8 1,6
1,5
Intensitas (jam/setiap kali penggunaan dalam seminggu) Interval skor Rata-rata skor R (1,0-2,3) 1,5 S (2,4-3,7) T (3,8-5,0) R (1,0-2,3) 1,5 S (2,4-3,7) T (3,8-5,0) R (1,0-2,3) 1,6 S (2,4-3,7) T (3,8-5,0) R (1,0-2,3) 1,3 S (2,4-3,7) T (3,8-5,0) R (1,0-2,3) 1,0 S (2,4-3,7) T (3,8-5,0) R (1,0-2,3) 1,2 S (2,4-3,7) T (3,8-5,0) R (1,0-1,3) 1,0 S (1,4-1,7) T (1,8-2,0) R (1,0-1,7) 1,1 S (1,8-2,3) T (2,4-3,0) R (1,0-1,3) 1,0 S (1,4-1,7) T (1,8-2,0) R (1,0-1,3) 1,0 S (1,4-1,7) T (1,8-2,0)
71 Tabel 28 memperlihatkan bahwa penggunaan situs Deptan dan Badan Litbang Pertanian termasuk dalam kategori sedang dengan intensitas penggunaan yang rendah pada tiap kali penggunaan. Beberapa responden menyatakan bahwa tampilan muka situs-situs terseb ut kurang menarik perhatian dan kurang interaktif serta tidak menawarkan fasilitas account email perseorangan bagi penelitiperekayasa sehingga mereka kurang tertarik untuk membukanya. Penggunaan fasilitas newsgroup, e-consultatif, library on-line tergolong pada kategori rendah, karena banyak responden yang belum mengetahui kegunaan fasilitas tersebut. Begitu pula dengan situs serta layanan informasi PUSTAKA, dilihat dari Tabel 28, penggunaannya juga termasuk dalam kategori rendah. Walaupun pelaporan hasil penelitian pertanian lingkup Badan Litbang Pertanian merupakan tugas dari PUSTAKA, yang dituangkan di Jurnal-jurnal penelitian yang diterbitkan, tetapi informasi dan sosialisasi yang kurang maka banyak peneliti-perekayasa tidak mengetahuinya. Akibatnya banyak peneliti-perekayasa yang belum menggunakan fasilitas tersebut secara baik. Kepemilikan email Email merupakan fasilitas internet yang paling sering digunakan. Email membantu berkomunikasi dengan cepat, mudah dan murah. Tujuh puluh delapan responden (86,7%) memiliki alamat email sendiri. Hal ini dapat dijelaskan, ketika seseorang belajar mengenai internet biasanya ia akan belajar membuat account email sendiri. Alasan lain adalah karena responden lebih banyak menggunakan sarana internet untuk kepentingan komunikasi. Artinya fasilitas internet utama yang digunakan peneliti dalam menunjang kegiatan penelitiannya adalah fasilitas email. Dua belas responden (13,3%) menyatakan tidak memiliki email sendiri. Alasan yang dikemukakan adalah karena instansi tempat mereka bekerja sudah memiliki alamat email dan mereka diperbolehkan menggunakan email tersebut. Jika mendapat kiriman email maka petugas atau operator komputer akan menyampaikan pesan tersebut kepada yang bersangkutan. Namun ada pula yang menjawab
karena
mengoperasikannya.
mereka
tidak
tahu
bagaimana
cara
membuat
atau
72 Berdasarkan Tabel 29, dapat dilihat bahwa sebanyak 85 responden (94,4%) memiliki intensitas membuka email dalam sehari yang termasuk dalam kategori rendah. Responden menyatakan bahwa mereka tidak membuka email berulang kali, biasanya hanya satu kali sehari, kecuali ada kepentingan lain yang mendesak. Apalagi waktu untuk mengakses ke internet dibatasi, sehingga tidak bisa setiap saat membuka email. Namun demikian, terdapat 5 responden (3,2%) yang memiliki intensitas membuka email dalam sehari yang tergolong tinggi. Hal ini dikarenakan akses mereka ke internet di kantor bebas, mereka juga tidak keberatan untuk mengakses email di luar tempat kerjanya. Bias anya mereka ini mempunyai kerjasama dengan peneliti di instansi lain, di luar kota dan bahkan di luar negeri. Bagi mereka, komunikasi melalui email sangat penting karena selain murah, informasi juga bisa cepat, sehingga keputusan yang diambil dapat dikirim dan ditindaklanjuti dengan cepat. Tabel 29. Sebaran Frekuensi Peneliti-Perekayasa Menurut Intensitas Penggunaan Email dalam Sehari (Berapa Kali Buka) Kategori
Interval skor
Jumlah
Persentase (%)
Rata-rata skor
Rendah Sedang Tinggi
1,0 -2,0 2,1 -3,0 3,1 -4,0
85 0 5
94,4 0,0 5,6
1,4
Pemanfaatan CD-ROM PUSTAKA Ditunjang kemajuan teknologi informasi, saat ini PUSTAKA telah mengembangkan koleksinya yang tidak hanya terbatas pada koleksi tercetak seperti buku dan majalah tetapi juga dalam bentuk mikrofis, disket, CD-ROM, pangkalan data elektronik, dan situs. Layanan tersebut diharapkan dapat mempermudah pengguna dalam mencari informasi yang dibutuhkan. Frekuensi dan intensitas menggunakan CD-ROM PUSTAKA PUSTAKA
dan
fungsinya
sebagai
Penyebar
Teknologi
Pertanian
sebenarnya selalu berusaha menginformasikan koleksi yang dimilikinya dengan mengirimkan CD atau disket yang berisi abstrak hasil penelitian terbaru. Pada awalnya CD atau disket yang dikirim oleh PUSTAKA di alamatkan ke seluruh
73 Kelti-Kelsa di mana para peneliti-perekayasa bernaung, dengan harapan dapat sampai ke peneliti-perekayasa. Namun pada kenyataannya CD atau disket tersebut tidak pernah sampai karena disimpan oleh ketua Kelti-Kelsa yang bersangkutan. Kemudian PUSTAKA menyerahkan CD atau disket dengan di alamatkan kepada perpustakaan di seluruh instansi lingkup Badan Litbang Pertanian tempat penelitiperekayasa bernaung. CD atau disket tersebut tidak mungkin dibagikan satu-satu ke peneliti-perekayasa, karena akan terlalu mahal biayanya. Ketika menyerahkan CD atau disket, selalu di sertai pemberitahuan atau pengarahan cara menyebarkan kepada para peneliti-perekayasa yang ada di instansi yang bersangkutan (kadang kadang pustakawan di PUSTAKA mendapat tugas mengantarkan CD atau disket tersebut langsung ke perpustakaan yang dituju). Saat ini selain tetap menyebarkannya melalui perpustakaan-perpustakaan, PUSTAKA secara aktif menyebarkan informasi tersebut melalui email ke masingmasing instansi bahkan jika peneliti-perekayasa tersebut memiliki alamat email, informasi tersebut langsung dikirimkan ke alamat email yang bersangkutan dengan sudah di pilih berdasarkan bidang penelitian. Tetapi cara tersebut ternyata juga kurang efektif, karena banyak email yang kembali karena alamat email yang dituju sudah tidak aktif atau kadaluarsa. Walaupun demikian PUSTAKA tetap secara aktif menyebarkan informasi mengenai koleksi-koleksi yang dimiliki ke peneliti-perekayasa yang tersebar di seluruh Indonesia baik melalui perpustakaan di instansi masing-masing dengan harapan dapat sampai dan dapat dimanfaatkan oleh peneliti-perekayasa terutama bagi peneliti-perekayasa yang tidak memiliki account email di internet, atau langsung kepada peneliti-perekayasa yang bersangkutan melalui email yang dimiliki. Frekuensi penggunaan CD-ROM PUSTAKA oleh responden tergolong pada kategori rendah, yaitu sebanyak 86 orang atau 95,6 persen dan rata-rata skor 1,5 (interval skor rendah: 1,0-2,0; sedang: 2,1-3,0; tinggi: 3,1-4,0). Intensitas penggunaan CD-ROM PUSTAKA juga tergolong pada kategori rendah, yaitu sebanyak 87 responden atau 96,7 persen dan rata-rata skor 1,0 (interval skor rendah: 1,0-1,3; sedang: 1,4-1,7; tinggi: 1,8-2,0). Responden menyatakan bahwa layanan informasi PUSTAKA tergolong mahal, karena jurnal secara fulltext tidak dapat diakses secara gratis. Untuk informasi rinci dibutuhkan biaya yang tidak
74 sedikit. Setelah mendapatkan informasi yang diinginkan, mereka harus mengeluarkan biaya cetak yang lumayan besar apabila informasi yang diperoleh juga banyak, belum lagi mereka harus meluangkan waktu khusus untuk datang ke PUSTAKA, karena koleksi CD-ROM tersebut tidak on-line pada situs PUSTAKA. Responden juga menyatakan bahwa birokrasi di PUSTAKA pun sulit dan berbelit-belit sehingga mereka merasa tidak nyaman, belum lagi antrian yang cukup panjang pada jam-jam sibuk, sehingga mereka lebih memilih mencari informasi ditempat lain. Frekuensi penggunaan koleksi CD-ROM PUSTAKA berdasarkan jenisnya Berdasarkan Tabel 30, penggunaan untuk masing -masing koleksi CD-ROM PUSTAKA termasuk kategori rendah. Hal ini terjadi karena kurangnya sosialisasi PUSTAKA terhadap koleksi yang mereka miliki. Bahkan, peneliti-perekayasa lingkup Badan Litbang Pertanian sendiri belum mengetahui macam koleksi dan informasi yang ada di PUSTAKA. Ada beberapa responden yang menyatakan cukup sering menggunakan layanan email PUSTAKA namun tidak tahu nama koleksi yang digunakan untuk mencari informasi tertentu karena petugas PUSTAKAlah yang kemudian membantu mencarikan koleksi CD yang berisi Informasi yang diinginkan berdasarkan kata kunci yang diberikan.
75 Tabel 30. Sebaran Frekuensi Peneliti-Perekayasa dalam Menggunakan Koleksi CD-ROM PUSTAKA Berdasarkan Jenisnya Macam layanan informasi PUSTAKA
Kategori
Interval Skor
AGRIS
Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
1,0-1,7 1,8-2,3 2,4-3,0 1,0-2,3 2,4-3,7 3,8-5,0 1,0-1,7 1,8-2,3 2,4-3,0 1,0-1,7 1,8-2,3 2,4-3,0 1,0-2,0 2,1-3,0 3,1-4,0 1,0-1,7 1,8-2,3 2,4-3,0 1,0-1,7 1,8-2,3 2,4-3,0 1,0-1,7 1,8-2,3 2,4-3,0 1,0-2,3 2,4-3,7 3,8-5,0
CAB Abstract,
AGRICOLA
TROPAG and RURAL,
Statistic Indonesia (BPS)
TEEAL (The Essential Electronic Agricultural Library) Journal of Biological Chemistry
Crop Protection Compendium
Lainnya
Jumlah
Persentase (%)
69 18 3 81 8 1 73 11 6 80 8 2 80 0 10 83 5 2 83 6 1 83 6 1 87 1 2
76,7 20,0 3,3 90,0 8,9 1,1 81,1 12,2 6,7 88,9 8,9 2,2 88,9 0,0 11,1 92,2 5,6 2,2 92,2 6,7 1,1 92,2 6,7 1,1 96,7 1,1 2,2
Rata-rata Skor 1,3
1,5
1,3
1,1
1,5
1,1
1,1
1,1
1,1
Kinerja Peneliti dan Perekayasa Kinerja (produktivitas peneliti dan perekayasa) yang di amati dalam penelitian ini, adalah: jumlah karya tulis yang telah di publikasikan, jumlah seminar yang pernah diikuti dan jumlah penelitian yang dilakukan selama dua tahun terakhir.
76 Jumlah penelitian yang dilakukan periode tahun 2003 dan 2004 Tabel 31 menunjukkan bahwa jumlah penelitian yang dilakukan oleh sebanyak 74 orang (82,2%) responden selama dua tahun terakhir termasuk dalam kategori rendah, dan hanya dua orang (2,2%) yang tergolong tinggi. Beberapa responden menyatakan bahwa hal tersebut terjadi karena pembagian kesempatan untuk melakukan kegiatan penelitian tidak merata. Terkadang peneliti-perekayasa junior justru mempunyai kegiatan yang lebih banyak dari peneliti-perekayasa senior sehingga tulisan yang mereka buat juga lebih banyak. Hal ini disebabkan kualitas proposal yang diajukan oleh peneliti-perekayasa junior lebih bermutu karena mereka lebih sering menggunakan internet dalam mencari bahan-bahan atau informasi terkini mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan penelitian yang akan atau mau dilakukan. Keterbatasan dana penelitian juga menjadi sebab rendahnya jumlah penelitian yang dapat dilakukan oleh peneliti dan perekayasa. Dengan keterbatasan dana ini, seleksi dalam menjaring usulan penelitian menjadi semakin ketat dan juga menyebabkan diterapkannya skala prioritas, sesuai dengan kebutuhan dan urgensi penelitian pada saat ini. Tabel 3 1. Sebaran Peneliti-Perekayasa Berdasarkan Jumlah Penelitian yang D ilakukan Kategori
Interval skor
Jumlah
Persentase (%)
Rata-rata skor
Rendah Sedang Tinggi
1,0 -2,0 2,1 -3,0 3,1 -4,0
74 14 2
82,2 15,6 2,2
2,0
Kualitas hubungan dan komunikasi antarpeneliti-perekayasa junior juga lebih baik dibanding yang senior. Beberapa responden mengatakan bahwa terkadang peneliti-perekayasa senior lebih bersifat individual, sehingga sulit berbagi dengan peneliti-perekayasa lainnya.
77 Jumlah seminar pernah yang diikuti periode tahun 2003 dan 2004 Sebanyak 46 orang responden (51,1%) tergolong dalam kategori tinggi untuk kegiatan mengikuti seminar atau pertemuan ilmiah, dan 31 orang (34,4%) tergolong rendah (lihat Tabel 32). Beberapa responden menyatakan bahwa berbeda dengan Diklat, seminar merupakan jenis pertemuan ilmiah yang paling sering diadakan. Biaya yang harus dikeluarkan untuk mengikuti seminarpun tidak terlalu mahal, sehingga seminar termasuk salahsatu program pengembangan tenaga pen eliti-perekayasa yang paling sering diikuti. Tabel 32. Sebaran Peneliti-Perekayasa Berdasarkan Jumlah Seminar yang Pernah Diikuti Kategori
Interval Skor
Jumlah
Persentase (%)
Rata-rata Skor
Rendah Sedang Tinggi
1,0 -2,3 2,4 -3,7 3,8-5,0
31 13 46
34,4 14,4 51,1
3,4
Jumlah karya tulis yang telah di Publikasikan periode tahun 2003 dan 2004 Publikasi yang dihasilkan dalam dua tahun terakhir, baik untuk jurnal, monograf, prosiding maupun dalam media lain termasuk dalam kategori rendah. Dari Tabel 33 dapat dilihat bahwa masing-masing hanya satu orang responden (1,1%) yang dikategorikan tinggi dalam menulis karya tulis ilmiah dalam bentuk jurnal dan monograf. Sedangkan untuk tulisan dalam bentuk prosiding maupun melalui media lain, masing-masing hanya ada dua orang res ponden (2,2%) yang dikategorikan tinggi. Hal ini dapat dijelaskan karena jumlah kegiatan penelitian yang menurun dikarenakan pendanaan yang juga menurun terutama setelah krisis moneter tahun 1997 lalu, sehingga proposal penelitian diseleksi secara ketat.
78 Tabel 33. Sebaran Peneliti-Perekayasa Berdasarkan Macam P ublikasi Jenis media
Kategori
Interval s kor
Jurnal
Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
1,0-2,0 2,1-3,0 3,1-4,0 1,0-3,0 3,1-5,0 5,1-7,0 1,0-2,3 2,4-3,7 3,8-5,0 1,0-2,3 2,4-3,7 3,8-5,0
Monograf
Prosiding
Media Lain
Jumlah 84 5 1 88 1 1 82 6 2 87 1 2
Persentase (%)
Rata-rata s kor
93,3 5,6 1,1 97,8 1,1 1,1 91,1 6,7 2,2 96,7 1,1 2,2
1,5
1,2
1,5
1,1
Hubungan Karakteristik Peneliti-Perekayasa dengan Pemanfaatan Internet dan CD-ROM Hasil analisis korelasi Rank Spearman pada Tabel 34 menunjukkan bahwa, pendidikan formal berhubungan positif dengan intensitas akses internet, serta frekuensi dan intensitas menggunakan fasilitas di internet pada taraf a 0,05 (tingkat kepercayaan 95%). Artinya, semakin tinggi pendidikan formal penelitiperekayasa, akan semakin sering mereka menggunakan internet, baik frekuensi maupun intensitas. Dengan demikian, semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan semakin mengerti peran internet sebagai penyedia informasi, semakin sadar akan pentingnya mutu program penelitian, semakin mengerti terhadap kebutuhan informasi untuk memperkaya khasanah mutu penelitian, dan akan semakin sadar bahwa tingkat kebutuhan informasi yang semakin luas.
79 Tabel 34. Hubungan K arakteristik Peneliti-Perekayasa dengan Pemanfaatan Internet dan CD-ROM Pemanfaatan Internet Karakteristik
Pendidikan formal Pendidikan non- formal Tingkat jabatan Bidang penelitian dan perekayasaan Kelti atau Kelsa Pendapatan Keterangan:
CD-ROM PUSTAKA
Intensitas akses
Frekuensi pakai fasilitas
Intensitas pakai fasilitas
Kepemilikan email
Frekuensi pakai
Intensitas pakai
0,286*
0,280*
0,224*
0,062
-0,109
0,071
Frekuensi berdasarkan jenis koleksi -0,191
0,181
0,108
0,078
0,194
0,111
0,056
0,166
0,068
0,224*
0,226*
0,223
-0,054
-0,108
0,115
0,123
0,307
0,221
0,578*
0,163
0,160
0,249
0,627*
0,636*
0,601*
0,579**
0,540*
0,645**
0,624
-0,060
-0,175
-0,196
0,238
0,066
0,120
-0,028
* Korelasi nyata pada level 0,05 (uji 2 sisi) ** Korelasi sangat nyata pada level 0,01 (uji 2 sisi)
Tingkat jabatan peneliti-perekayasa juga berhubungan positif pada taraf a 0,05 (tingkat kepercayaan 95%) dengan frekuensi dan intensitas menggunakan fasilitas di internet. Artinya, semakin tinggi jabatan peneliti-perekayasa, akan semakin sering mereka menggunakan fasilitas internet, dan semakin lama pula waktu yang digunakan. Hal ini dapat dijelaskan karena semakin tinggi jabatan peneliti-perekayasa maka kebutuhan informasinya pun semakin tinggi, begitu pula dengan kebutuhan untuk melakukan komunikasi dengan rekan kerja melalui email juga akan semakin tinggi. Apalagi, biasanya akses mereka terhadap internet tidak sesulit peneliti-perekay asa yang mempunyai tingkat jabatan yang lebih rendah. Hal ini tentu saja berhubungan dengan budaya senioritas di antara para penelitiperekayasa, dimana biasanya peneliti-perekayasa atau staf lain yang junior di suatu instansi akan mengalah dengan yang senior. Hasil analisis korelasi Chi-kuadrat pada Tabel 34 memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara bidang penelitian-perekayasaan dengan kepemilikan email pada taraf a 0,05. Hal ini dapat dijelaskan karena responden dalam penelitian ini termasuk dalam bidang penelitian perbaikan potensi komoditas yang
80 merupakan bidang penelitian prioritas dari program Balai-balai Penelitian yang menjadi sampel penelitian dan fasilitas yang dimiliki juga lebih baik. Selain itu, karena tuntutan kinerja yang lebih baik, mau tidak mau tiap peneliti-perekayasa harus melengkapi dirinya sendiri dengan berbagai macam hal yang dapat membantu mereka melakukan kegiatan penelitian, seperti kepemilikan email untuk melakukan komunikasi dengan rekan kerja di dalam maupun di luar negeri. Terdapat hubungan pada taraf a 0,05 antara karakteristik Kelti-Kelsa dengan intensitas akses internet, serta frekuensi dan intensitas menggunakan fasilitas di internet. Karakteristik Kelti-Kelsa juga berhubungan pada taraf a 0,05 dengan frekuensi menggunakan CD-ROM dan berhubungan pula pada taraf a 0,01 dengan intensitas menggunakan CD-ROM. Hal ini dapat dijelaskan karena semua Kelti-Kelsa mempunyai intensitas yang berbeda dalam mengakses internet, dimana perbedaannya adalah bahwa ada Kelti-Kelsa yang tinggi intensitasnya dalam mengakses internet. Kelti-Kelsa yang tinggi dalam mengakses internet adalah Kelti-Kelsa yang tergolong pada bidang penelitian perbaikan potensi komoditas, yaitu sebanyak 47 orang (52,2%). Hal ini dapat dipahami karena sebagian besar UK, yang meliputi puslitbang -puslitbang maupun UPT yang meliputi Balai-balai besar, Balit, Lolit, BPTP dan BP2TP di Lingkup Badan Litbang Pertanian termasuk kedalam program penelitian perbaikan potensi komoditas. Artinya, otomatis responden masuk ke dalam Kelti-Kelsa yang lini (termasuk fungsi utama) di Balai tempatnya bekerja sehingga demi memperlancar kegiatan penelitian, peneliti-perekayasa harus terus menggali lebih dalam lagi informasi yang berkaitan dengan kegiatan penelitian demi peningkatan mutu penelitian yang dilakukannya. Dengan bantuan internet dan didukung oleh CDROM sebagai sumber informasi maka mutu penelitian yang dihasilkan oleh mereka dapat memiliki daya saing yang tinggi. Karakteristik Kelti atau Kelsa berhubungan pada taraf a 0,01 (tingkat kepercayaan 99%) dengan kepemilikan email. Hal ini karena responden masuk ke dalam Kelti-Kelsa yang lini (termasuk fungsi utama) di Balai tempatnya bekerja, sehingga demi memperlancar kegiatan mereka harus membekali diri dengan fasilitas, seperti email, yang dapat membantu mereka melakukan hubungan atau
81 pertukaran informasi dengan rekan kerja yang berjauhan secara cepat, mudah dan murah.
Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akseptabilitas dengan Pemanfaatan Internet dan CD-ROM Berdasarkan hasil analisis Korelasi Rank Spearman, seperti yang terlihat pada Tabel 35, hubungan positif pada taraf a 0,05 ditemukan pada: 1. Ketersediaan sarana dengan intensitas akses internet, dan frekuensi menggunakan fasilitas di internet. Artinya, semakin banyak sarana akses internet yang dapat digunakan secara bebas oleh responden di kantor tempat bekerja maka akan semakin tinggi pula intensitas mereka untuk mengakses internet. Begitu pula dengan frekuensi responden dalam menggunakan berbagai fasilitas di internet.
Tabel 35. Hubungan Faktor-Faktor yang Mempe ngaruhi Akseptabilitas PenelitiPerekayasa dengan Pemanfaatan Internet dan CD-ROM Faktor- faktor yang mempengaruhi akseptabilitas menggunakan internet Ketersediaan sarana Waktu
Pemanfaatan Internet
CD-ROM PUSTAKA
Intensitas akses
Frekuensi pakai fasilitas
Intensitas pakai fasilitas
Kepemilikan email
Frekuensi pakai
Intensitas pakai
Frekuensi berdasarkan jenisnya
0,248*
0,272*
-0,081
0,062
-0,011
-0,188
0,030
0,338**
0,338**
0,312**
0,184
0,113
-0,087
0,038
Biaya Kemudahan penggunaan
0,217* 0,018
0,075 0,076
0,101 0,036
0,318** 0,272*
0,136 -0,011
-0,196 0,120
0,071 0,053
Perilaku Peneliti dan Perekayasa
0,197
0,210*
0,172
0,173
-0,193
0,007
-0,174
Kecepatan Akses Kredibilitas
0,093
0,212*
0,151
0,275*
0,069
-0.060
0,134
0,023
0,366**
0,083
0,273*
0,315**
0,048
0,404**
Keterangan:
* Korelasi nyata pada level 0,05 (uji 2 sisi) ** Korelasi sangat nyata pada level 0,01 (uji 2 sisi)
82 Hal ini dapat dijelaskan karena faktor ketersediaan sarana akses, baik dalam hal jumlah maupun kebebasan untuk menggunakan sangat berpengaruh bagi penggunaan internet oleh responden. Beberapa responden menyatakan bahwa keterbatasan fasilitas di kantor menyebabkan kurangnya intensitas dalam mengakses internet. Selain itu, terjadi penggunaan komputer yang tidak dikhususkan untuk akses internet, tetapi juga untuk kegiatan lain seperti administrasi atau pengetikan sehingga selain harus antri dengan sesama pengguna internet juga harus bergantian dengan staf lain yang menggunakan komputer tersebut untuk pengetikan. Walaupun beberapa peneliti-perekayasa ada yang memiliki sarana komputer pribadi, tetapi “tidak bisa” dimanfaatkan oleh peneliti-perekayasa yang lain. 2. Ketersediaan b iaya untuk mengakses internet oleh responden berkorelasi positif dengan intensitas akses mereka ke internet. Artinya semakin tinggi ketersediaan dana untuk akses internet maka akan semakin tinggi pula intensitas akses internet. Atau semakin murah internet dapat diakses maka semakin tinggi intensitas responden untuk mengakses internet. Hal ini disebabkan internet masih dianggap barang yang mahal bahkan bagi penelitiperekayasa yang sangat membutuhkannya untuk memperlancar kegiatan penelitian yang sedang dilakukan . Tentu saja hal ini terkait dengan biaya untuk membayar pulsa telepon dan provider yang masih cukup tinggi di negara ini. 3. Perilaku responden dalam menggunakan internet berkorelasi positif dengan frekuensi menggunakan fasilitas. Artinya, apabila perilaku responden positif terhadap penggunaan internet maka frekuensi menggunakan internet juga tinggi. Hal ini karena semakin senang responden terhadap sesuatu yang baru, apalagi didukung dengan kepemilikan sifat yang rajin, tekun, avonturier, juga dengan kesenangannya untuk menyendiri dan tidur malam, maka ia akan semakin tertarik untuk mencoba menggunakan fasilitas internet ataupun mengunjungi situs yang belum pernah dikunjunginya. Dan apabila fasilitas tersebut ternyata memudahkan pekerjaan yang dilakukannya, dia akan sering menggunakan fasilitas tersebut.
83 4. Kecepatan akses berkorelasi positif dengan frekuensi menggunakan fasilitas Artinya, semakin cepat internet dapat diakses maka akan semakin sering seseorang menggunakan bermacam-macam fasilitas yang ada di internet misalnya fasilitas email, search engine dan fasilitas lain. Hal ini terkait dengan kecepatan mengakses internet sehingga waktu yang disediakan oleh seseorang untuk akses dirasakan masih sangat panjang dan memungkinkan ia untuk menjelajahi dunia internet (surfing) atau mencoba menggunakan fasilitas internet yang belum pernah digunakan sebelumnya. 5. Kemudahan penggunaan fasilitas atau menu di internet berkorelasi positif dengan kepemilikan email. Artinya, semakin mudah penggunaan fasilitas atau menu situs di internet maka akan semakin banyak orang yang mau menggunakan fasilitas tersebut, seperti fasilitas email. T idak semua pengguna, termasuk peneliti-perekayasa yang dapat dengan mudah beradaptasi dengan inovasi teknologi informasi seperti internet. Sehingga apabila seseorang menganggap bahwa penggunaan internet itu sulit, maka ia tidak akan mau bersusah-susah menggunakannya, apalagi pembuatan suatu alamat email dianggap cukup rumit bagi pengguna yang masih pemula. 6. Kecepatan akses berkorelasi positif dengan kepemilikan email. Artinya, semakin cepat internet dapat diakses maka akan semakin sering seseorang menggunakan bermacam-macam fasilitas yang ada di internet. Kecepatan akses berkorelasi positif dengan kepemilikan email. Artinya, semakin cepat internet dapat diakses maka akan semakin sering seseorang menggunakan bermacam-macam fasilitas yang ada di internet. Misalnya penggunaan fasilitas download email. Kadang-kadang diperlukan waktu yang cukup lama untuk mentransfer data dari email yang diterima. Apalagi data yang di download berisi gambar-gambar atau foto. Beberapa responden menyatakan bahwa kadang untuk membuat alamat email diperlukan waktu yang cukup lama, antara lain untuk melengkapi persyaratan yang diajukan oleh situs dimana alamat email tersebut akan dibuat. Dengan demikian, semakin cepat suatu internet dapat diakses maka seseorang akan terpancing untuk membuat alamat email pada suatu situs tertentu yang dipilihnya.
84 7. Kredibilitas sumber informasi berkorelasi positif dengan kepemilikan email. Artinya semakin kredibel suatu sumber informasi maka orang akan percaya dengan sumber informasi tersebut, dan dia tidak akan ragu untuk membuat suatu accout email pada situs tersebut. Hubungan positif pada taraf a 0,01 ditemukan pada: 1. Ketersediaan waktu untuk menggunakan internet dengan intensitas akses internet. Artinya, jika ketersediaan waktu luang responden cukup tinggi maka akan semakin tinggi pula intensitas akses internetnya. Jika responden merasa memiliki waktu luang yang cukup diluar kegiatan penelitiannya maka rataan waktu yang digunakan untuk akses internet akan semakin panjang. Ketersediaan waktu menggunakan internet berkorelasi positif dengan frekuensi dan intensitas menggunakan fasilitas di internet. Artinya, jika ketersediaan waktu luang responden cukup tinggi maka akan semakin tinggi pula frekuensi dan intensitasnya dalam menggunakan fasilitas yang ada di internet, karena ia akan merasa cukup punya waktu untuk mencoba-coba fasilitas yang ditawarkan oleh situs yang dikunjunginya. Apabila ternyata fasilitas yang ditawarkan oleh situs yang dikunjunginya tersebut dapat membantunya mencari informasi dengan lebih cepat dan tepat maka ia akan terus menggunakannya. 2. Ketersediaan biaya untuk mengakses internet berkorelasi positif dengan kepemilikan email. Artinya, jika biaya untuk akses internet tersedia maka responden akan memiliki account email sendiri. Hal ini berkaitan dengan waktu untuk membuat suatu account email, yang menurut responden terkadang
membutuhkan
waktu
yang
cukup
lama,
yang
akhirnya
mengharuskan mereka mengeluarkan biaya mengakses internet yang lebih besar. 3. Kredibilitas berkorelasi positif dengan frekuensi menggunakan fasilitas internet. Artinya semakin kredibel suatu sumber informasi maka akan semakin sering menggunakan fasilitas internet. Hal ini dapat dijelaskan karena ketika seseorang menganggap suatu sumber informasi itu kredibel maka ia akan percaya dengan sumber informasi tersebut, dan dia tidak akan ragu untuk
85 menggunakan fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh situs yang dianggap kredibel tersebut. 4. Kredibilitas
sumber
informasi
berkorelasi
positif
dengan
frekuensi
menggunakan CD-ROM PUSTAKA, juga koleksi tertentu yang ditawark an. Artinya, semakin kredibel suatu sumber Informasi maka akan semakin sering seseorang menggunakannya. Hal ini dapat dijelaskan karena ketika seseorang menganggap CD-ROM yang ditawarkan kredibel maka dia tidak akan ragu untuk menggunakannya dalam rangka mencari informasi yang akan mendukung kegiatannya.
Hubungan Pemanfaatan Internet dan CD-ROM dengan Kinerja Peneliti-perekayasa Hasil analisis korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa Jumlah penelitian berhubungan positif dengan frekuensi dan intensitas menggunakan fasilitas internet pada taraf a 0,05 (Tabel 36). Jumlah penelitian juga berkorelasi positif dengan frekuensi penggunaan koleksi CD-ROM PUSTAKA pada taraf a 0,05. Artinya, bahwa semakin sering peneliti-perekayasa memanfaatkan beberapa fasilitas di internet dan didukung pula oleh penggunaan CD-ROM PUSTAKA, semakin banyak pula jumlah penelitian yang dilakukan. Tabel 36. Hubungan Pemanfaatan Internet dan CD-ROM dengan Kinerja Peneliti-Perekayasa Kinerja
Pemanfaatan Internet
Jumlah Penelitian Jumlah Seminar Jumlah Tulisan Keterangan:
CD-ROM PUSTAKA
Intensitas akses
Frekuensi pakai fasilitas
Intensitas pakai fasilitas
Kepemilikan email
Frekuensi pakai
Intensitas pakai
-0,019
0,258*
0,236*
0,101
0,041
-0,080
Frekuensi berdasarkan jenis koleksi 0,238*
-0,134
-0,199
0,128
0,078
0,075
-0,086
-0,031
0,331*
0,241*
-0,037
0,077
0,030
0,062
0,188
* Korelasi nyata pada level 0,05 (uji 2 sisi) ** Korelasi sangat nyata pada level 0,01 (uji 2 sisi)
86 Dengan kata lain, semakin sering peneliti-perekayasa menggunakan internet maka proposal atau usulan penelitian akan semakin baik dan kompetitif karena informasi yang berhubungan dengan kegiatannya semakin banyak dan luas cakupannya, sehingga kemungkinan penelitian tersebut disetujui untuk dilakukan semakin besar. Jumlah tulisan juga berhubungan positif dengan intensitas akses internet dan frekuensi menggunakan fasilitas di internet. Artinya, semakin sering penelitiperekayasa menggunakan internet dengan fasilitas yang ada secara efektif dan efisien maka semakin banyak jumlah tulisan yang dihasilkan. Dengan kata lain, semakin sering peneliti-perekayasa mengakses internet dan didukung oleh penggunaan fasilitas yang ditawarkan pada situs yang digunakan maka akan semakin cepat dan semakin banyak informasi yang diperoleh berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan sehingga dapat digunakan sebagai data atau informasi pendukung dalam membuat laporan hasil penelitian.