6
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2014 bertempat di Laboratorium Anatomi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Bahan dan Alat Penelitian ini menggunakan satu set preparat tulang kaki depan badak jawa. Badak jawa yang digunakan berjenis kelamin jantan dengan umur sekitar 8-12 tahun yang diperoleh dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Provinsi Banten. Alat yang digunakan adalah alat bedah minor, penggaris, kamera Canon® EOS 700D, dan software Adobe Photoshop CS3. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengamati, mencatat hasil pengamatan serta membandingkan preparat skelet kaki depan badak jawa dengan skelet kaki depan badak sumatra dan hewan domestik lain, dikaitkan dengan fungsi serta kebiasaan hidupnya. Data dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan cara mendeskripsikan skelet kaki depan badak jawa meliputi bentuk bagian skelet yang khas dan pengukuran bagian tulang yang terpanjang dan terlebar. Masing-masing skelet selanjutnya dipotret menggunakan kamera Canon® EOS 700D dan gambar yang diperoleh diolah menggunakan Adobe Photoshop CS3. Penamaan skelet kaki depan badak jawa dilakukan berdasarkan Nomina Anatomica Veterinaria 2012.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Badak jawa memiliki susunan tulang kaki depan yang kokoh dan kuat. Kaki depan badak jawa tersusun oleh beberapa tulang, yaitu cingulum membri thoracici (os scapula), skeleton brachii (os humerus), skeleton antebrachii (ossa radius et ulna), dan skeleton manus (ossa carpi, ossa metacarpalia, dan ossa digitorum manus). Tulang Gelang Bahu (Cingulum Membri Thoracici) Os scapula badak jawa memiliki bentuk yang pipih menyerupai kipas dengan panjang 40.7 cm, lebar 28.8 cm dan mengarah ke cranioventral. Margo cranialis os scapula memiliki permukaan yang kasar dan di bagian proksimal berbentuk konveks, sedangkan di bagian distal berbentuk konkaf. Margo dorsalis os scapula badak jawa menyatu dengan cartilago scapulae, sedangkan margo
7 caudalisnya tebal berbentuk konveks di bagian proksimal dan konkaf di bagian distal. Spina scapulae membagi facies lateralis menjadi fossa supraspinata dan fossa infraspinata. Fossa supraspinata memiliki permukaan yang halus dan lebih sempit dibandingkan fossa infraspinata. Pada spina scapulae terdapat bungkul yang sangat besar berbentuk menyerupai segitiga, yaitu tuber spinae scapulae. Di facies medialis os scapula ditemukan fossa subscapularis yang memiliki permukaan halus dan bergelombang. Bagian dorsal fossa subscapularis terdapat facies serrata dengan permukaan yang kasar dan bergerigi. Fossa subscapularis badak jawa tidak memisahkan facies serrata menjadi dua permukaan. Di bagian distal os scapula terdapat cavitas glenoidalis yang memiliki permukaan licin dan relatif dangkal. Selain itu, ditemukan juga tuberculum supraglenoidale yang relatif besar dan kasar. Di medial bungkul ini terdapat processus coracoideus yang kurang subur (Gambar 2).
Gambar 2 Struktur os scapula kiri badak jawa tampak lateral (A) dan medial (B) 1. fossa supraspinata; 2. fossa infraspinata; 3. tuber spinae scapulae; 4. spina scapulae; 5. tuberculum supraglenoidale; 6. cavitas glenoidalis; 7. fossa subscapularis; 8. facies serrata; 9. processus coracoideus (bar : 5 cm)
Tulang Lengan Atas (Skeleton Brachii) Os humerus badak jawa memiliki bentuk yang kompak dan berukuran besar dengan panjang 45.2 cm serta lebar 14.4 cm. Di facies lateralis ditemukan sulcus musculi brachialis yang beraspek halus dengan lekukan seperti spiral. Selain itu, ditemukan juga tuberositas deltoidea, berupa bungkul besar dan kasar yang mengarah ke distolateral. Di bagian proksimal tuberositas ini terdapat crista humeri berupa rigi yang kasar. Crista humeri pada badak jawa relatif tidak berkembang. Facies medialis memiliki permukaan kasar dan ditemukan tuberositas teres major yang relatif tidak berkembang. Caput humeri os humerus
8
A
B
3’
2
2
3’’
4
1
5
5
7
B’ 3’
6 2
3’’
6
1 11
10
13 8
8 9
11
9
12 10
Gambar 3 Struktur os humerus kiri badak jawa tampak kranial (A) dan kaudal (B) Bˈ: caput humeri tampak proksimal 1. Caput humeri, 2. tuberculum minus, 3´. tuberculum majus pars cranialis, 3´´. tuberculum majus pars caudalis, 4. sulcus intertubercularis, 5.tuberositas deltoidea; 6. sulcus musculi brachialis; 7. foramen nutrisia; 8. condylus medialis et lateralis; 9. epicondylus lateralis; 10. epicondylus medialis; 11. crista epicondylus lateralis; 12. fossa olecrani; 13. fossa radialis (bar : 5 cm).
mengadakan persendian dengan cavitas glenoidalis os scapula. Caput humeri memiliki permukaan luas, licin, dan berbentuk konveks. Pada ekstremitas proksimal os humerus ditemukan dua tuberculum, yaitu tuberculum minus dan tuberculum majus. Tuberculum minus os humerus berada di bagian medial yang melengkung ke arah craniolateral. Tuberculum majus os humerus terdiri atas dua bagian, yaitu pars cranialis dan caudalis. Tuberculum majus pars cranialis sedikit meninggi dan melengkung ke craniomedial, sedangkan tuberculum majus pars caudalis relatif lebar dan mengarah ke proximolateral. Badak jawa tidak memiliki tuberculum intermedium. Di antara tuberculum minus dan tuberculum majus pars cranialis terdapat sulcus intertubercularis yang lebar. Ekstremitas distalis os humerus terdiri atas dua bungkul, yaitu condylus medialis et lateralis. Condylus medialis et lateralis ini membentuk lekukan seperti katrol, yaitu trochlea humeri. Condylus medialis ini memiliki permukaan yang halus dan berukuran lebih besar daripada condylus lateralis. Di tepi kedua condylus ini terdapat penebalan, yaitu epicondylus medialis et lateralis, yang memiliki bungkul besar dan kasar.
9 Di bagian proksimal dari epicondylus lateralis terdapat rigi, yaitu crista epicondylus lateralis. Selain itu, ditemukan fossa olecrani yang terletak di antara epicondylus lateralis et medialis berupa legok dangkal dan kasar, sedangkan fossa radialis ditemukan di proksimal condylus lateralis et medialis yang berupa legok dangkal (Gambar 3). Tulang Lengan Bawah (Skeleton Antebrachii) Skeleton antebrachii terdiri atas os radius dan os ulna, pada badak jawa kedua tulang ini terpisah dari proksimal sampai ke distal. 1. Os radius Os radius atau tulng pengumpil pada badak jawa memiliki panjang 32.3 cm, lebar 10.8 cm, dan berbentuk bulat. Facies cranialis et caudalis tulang ini memiliki permukaan yang halus, di bagian proksimal relatif kasar, sedangkan di bagian distalnya menempel dengan os ulna. Fovea capitis radii dari os radius mengadakan persendian dengan os humerus. Tuberositas radii relatif kurang subur pada badak jawa (Gambar 4).
A
B 2
2 1
3
3
4
4
5
5
6
6
B’ a
b
1
2
b
a
3 5
7 8
7
Gambar 4 Struktur ossa radius et ulna kiri badak jawa tampak lateral (A) dan medial (B) Bˈ: Ekstremitas proksimalis ossa radius et ulna tampak dorsal a. os ulna; b. os radius; 1. olecranon; 2. tuber olecrani; 3. processus anconeus; 4. incisura trochlearis; 5. toberositas radii; 6. spatium interosseum antebrachii; 7. extremitas distalis os ulna; 8. processus styloideus (bar : 5 cm).
10 2. Os ulna Os ulna badak jawa terpisah dengan os radius. Os ulna memiliki panjang 44.3 cm dan lebar 14.1 cm. Ekstremitas proksimal os ulna memiliki olecranon berupa penjuluran yang besar ke arah medial. Pada olecranon terdapat bungkul yang kasar, yaitu tuber olecrani. Di kranial olecranon terdapat penjuluran yang runcing, yaitu processus anconeus, sedangkan di distal procesuss anconeus terdapat lekukan setengah lingkaran, yaitu incisura trochlearis. Bersama-sama dengan os radius, lekah ini mengadakan persendian dengan os humerus, sedangkan ekstremitas distalis os ulna dengan os radius membentuk persendian dengan ossa carpi (Gambar 4). Tulang Telapak Kaki Depan (Skeleton Manus) Ossa carpi badak jawa terdiri dari delapan tulang. Pada baris proksimal dari medial, yaitu os carpi radiale (os scaphoideum), os carpi intermedium (os lunatum), os carpi ulnare (os triquetrum), os carpi accessorium (os pisiforme). Di baris distal dari medial, yaitu os carpale I (os trapezium), os carpale II (os trapezoideum), os carpale III (os capitatum), dan ossa carpale IV et V yang bergabung (os hamatum). Os carpi accessorium memiliki bentuk pipih yang menempel pada os carpi ulnare dan menjulur mengarah ke medial. Os carpale I berada di bagian volar dari os carpi radiale. Os carpale III dan ossa carpale IV et V memiliki penjuluran yang mengarah ke mediodistal. Ossa metacarpalia badak jawa terdiri dari empat buah tulang secara berurutan dari mediovolar, yaitu os metacarpale II, os metacarpale III, os metacarpale IV, dan os metacarpale V. Os metacarpale II memiliki panjang 15.4 cm yang terletak di bagian mediovolar. Os metacarpale III terletak di medial yang memiliki panjang 16.9 cm dan berukuran paling besar. Os metacarpale IV memiliki panjang 12.8 cm yang terletak di bagian laterovolar. Ossa metacarpale II et III et IV memiliki bentuk pipih. Os metacarpale V mengalami rudimenter yang berukuran kecil seperti segitiga dan melekat di kaudal os metacarpale IV dan os carpale IV et V. Os metacarpale V memiliki panjang 3.1 cm dan lebar 2.7 cm. Ossa digitorum manus badak jawa terdiri dari tiga buah tulang, yaitu digit II, digit III, dan digit IV. Setiap digit dibentuk oleh tiga tulang, yaitu os phalanx proximalis (os compedale), os phalanx media (os coronale), dan os phalanx distalis (os ungulare). Os phalanx proximalis memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan os phalanx media. Os phalanx proximalis dan os phalanx media berbentuk menyerupai kubus dan lebar. Os phalanx distalis dari digit III berbentuk radius di dorsal dan melebar ke lateral dan medial, sedangkan os phalanx distalis dari digit II dan digit IV berbentuk segitiga, menjulur masing-masing ke medial dan lateral. Selain itu, terdapat dua ossa sesamoidea yang terletak di kaudal masing-masing persendian gelang puyuh (articulationes metacarpophalangeae) (Gambar 5).
11
B
A
4 1
2
5 6
3 7
11
8 9
1
2
3 7
5
6
10
10
8 9
C
a
b
c
12
12
12
13
13
13
14
14
14
Gambar 5 Struktur skeleton manus kiri badak jawa tampak dorsal (A & C) dan volar (B) a. digit II; b. digit III; c. digit IV 1. os carpi radiale; 2. os carpi intermedium; 3. os carpi ulnare; 4. os carpi accessorium; 5. os carpale II; 6. os carpale III; 7. os carpale IV et V; 8. os metacarpale II; 9. os metacarpale III; 10. os metacarpale IV; 11. os metacarpale V; 12. os phalanx proximalis; 13. os phalanx media; 14. os phalanx distalis (bar : 5 cm).
12 Pembahasan Badak jawa merupakan salah satu badak Asia bercula satu, ukuran tubuh yang besar dengan bobot badan dapat mencapai 2280 kg (Hoogerwerf 1970). Untuk menopang tubuhnya yang besar ini, badak jawa didukung oleh skelet kaki yang relatif pendek dan kuat dalam melakukan berbagai aktivitas seperti berjalan, berlari, mendaki daerah yang curam, berkubang, serta kawin. Secara umum, struktur skelet kaki depan badak jawa mirip pada badak sumatra (Lestari 2009), sapi, dan babi (Getty 1975). Skelet kaki depan badak jawa berfungsi sebagai penunjang tubuh dan alat gerak pasif terutama untuk gerakan maju. Selain itu, kaki depan juga menopang leher dan kepala yang berat sehingga memerlukan bidang tumpu yang lebih lebar dibandingkan pada kaki belakang. Skelet kaki depan badak jawa merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan dengan ukuran tubuh yang besar, leher, dan kepala. Kaki depan memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan kaki belakang pada saat berdiri. Oleh karena itu, badak jawa diduga memiliki otot-otot kaki depan yang juga berkembang subur dan kuat pada pertautannya, seperti pada badak sumatra (Susanti 2012). Os scapula badak jawa memiliki bentuk yang pipih menyerupai kipas dengan panjang 40.7 cm, lebar 28.8 cm, dan mengarah ke cranioventral. Pada badak sumatra, os scapula difiksasi oleh otot-otot penahan yang lebar dan tebal, yaitu m. rhomboideus, m. trapezius, m. latissimus dorsi, dan m. serratus ventralis (Susanti 2012). Otot-otot tersebut diduga juga berkembang subur pada badak jawa dengan strukturnya yang mirip. Musculus rhomboideus pada badak sumatra menutupi cartilago scapulae di sisi lateral dan medialnya sehingga dapat memfiksir os scapula lebih kuat (Susanti 2012), dan m. trapezius yang berinsersio di tuber spinae scapulae, kedua otot ini diduga juga berkembang subur pada badak jawa. Tuber spinae scapulae badak jawa berupa bungkul besar yang menyerupai segitiga. Struktur bungkul ini mirip pada badak sumatra (Lestari 2009) dan babi (Getty 1975), sedangkan pada kuda bungkul ini kecil (Budras et al. 2005), tetapi karnivora tidak memiliki bungkul ini (Getty 1975). Selain memfiksasi os scapula, otot-otot ini juga mencegah penguakan os scapula ke lateral. Otot-otot fiksator os scapula yang kuat ini menyebabkan pergerakan os scapula dan persendian bahu relatif terbatas, tetapi kokoh. Hal ini diduga untuk mendukung badak jawa dalam aktivitas berjalan dengan jarak yang jauh, sebagai hewan penjelajah, seperti halnya badak sumatra. Wilayah jelajah harian badak jawa jantan sekitar 20-30 km2, sedangkan badak jawa betina sekitar 10-20 km2 (Suhono dan Muntasib 2001). Namun, menurut Muntasib (2000), pergerakan badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon hanya sejauh 3.6-5.6 km tergantung kondisi lingkungannya. Pada badak sumatra, aktivitas berjalan ini didukung oleh m. biceps brachii yang berorigo pada tuberculum supraglenoidale dan insersionya pada tuberositas radii dari os radius. Otot ini merupakan otot yang tebal, berbentuk bulat, kuat, dan banyak ditemukan daun urat di antara serabut ototnya (Susanti 2012). Seperti pada badak sumatra, hal ini diduga juga berperan dalam membantu badak jawa saat berjalan jauh agar tidak cepat lelah.
13 Persendian bahu badak jawa yang dibentuk oleh cavitas glenoidalis dari os scapula dengan caput humeri diduga lebih mendukung gerakan fleksor dan ekstensor bahu dibandingkan gerakan abduksi dan adduksi. Cavitas glenoidalis dari os scapula memiliki permukaan licin dan relatif dangkal, sedangkan caput humeri memiliki permukaan luas, licin, dan berbentuk konveks. Hal ini menyebabkan pergerakan sendi bahu relatif terbatas sehingga gerakan hewan ini relatif kaku. Seperti badak sumatra (Lestari 2009), badak jawa memiliki gerakan maju yang relatif lurus dan jarang berjalan berbelok-belok. Pergerakan lurus pada badak jawa juga diduga berkaitkan dengan lekah spatium interosseum antebrachii yang sempit dan persendian occipitoatlantis yang relatif kaku. Lekah yang sempit ini menyebabkan fleksibilitas gerakan supinasio dan pronasio menjadi terbatas. Ossa radius et ulna badak jawa terpisah dari proksimal sampai ke distal membentuk spatium interosseum antebrachii berupa lekah yang sempit. Keadaan lekah ini mirip pada badak sumatra yang memanjang dari proksimal sampai 1/3 distal ossa radius-ulna (Lestari 2009). Kondisi lekah ini pada kuda sangat sempit dan terletak di sepertiga proksimal ossa radius-ulna (Budras et al. 2005), seperti yang ditemukan pada babi (Getty 1975). Lekah ini pada hewan karnivora relatif luas yang memanjang dari proksimal sampai distal ossa radius-ulna, sedangkan pada sapi memiliki dua spatium, yaitu spatia interossea antebrachii proximale et distale (Dyce et al. 1996). Selain persendian bahu dan persendian siku yang relatif terbatas, gerakan lurus badak jawa juga diduga dipengaruhi oleh otot-otot fiksator persendian bahu, seperti pada badak sumatra. Otot-otot fiksator persendian bahu badak sumatra, yaitu m. supraspinatus, m. infraspinatus, m. biceps brachii, dan m. subscapularis (Susanti 2012). Otot-otot tersebut sebagian memiliki origo di os scapula serta insersio pada os humerus dan os radius. Os humerus badak jawa berukuran besar dan kompak. Tuberculum majus dari os humerus terdiri dari dua bagian, yaitu pars cranialis dan pars caudalis. Pada badak sumatra, tuberculum majus merupakan insersio dari m. supraspinatus dan m. infraspinatus. Kedua otot ini berfungsi sebagai ekstensor dan fiksator persendian bahu dari sisi lateral, sedangkan tuberculum minus dari os humerus merupakan insersio m. supraspinatus dan m. subscapularis yang juga memfiksator persendian bahu dari sisi medial (Susanti 2012). Bobot tubuh badak jawa ditopang oleh keempat kakinya saat berdiri. Kaki depan menerima beban yang lebih besar dibandingkan dengan kaki belakang karena kaki depan menopang tubuh bagian depan, leher dan kepala pada saat berdiri. Badak jawa dalam menopang bobot tubuhnya yang berat dibantu oleh m. biceps brachii yang diduga berkembang subur, seperti pada badak sumatra. Musculus biceps brachii badak sumatra memiliki banyak daun urat yang kuat dan tebal di antara serabut ototnya (Susanti 2012). Tendo origo otot ini melewati sulcus intertubercularis yang lebar dan terletak di antara tuberculum majus pars cranialis dan tuberculum minus. Badak jawa tidak memiliki tuberculum intermedium. Hal ini mirip pada badak sumatra (Lestari 2009), sapi, babi, dan anjing (Colville dan Bassert 2002), tetapi berbeda pada kuda yang memiliki tuberculum intermedium (Budras et al. 2005). Selain itu, tubuh ditopang oleh otot-otot penggantung tubuh yang diduga berkembang subur dan kuat pada badak jawa, seperti yang ditemukan pada badak sumatra (Susanti 2012). Otot-otot penggantung tubuh pada badak sumatra, yaitu m. serratus ventralis dan
14 mm. pectoralis. Musculus serratus ventralis memiliki daun urat yang kuat di antara serabut ototnya dan berinsersio di facies serrata (Susanti 2012). Facies serrata pada badak jawa memiliki permukaan yang lebar, kasar, bergerigi serta tidak dibagi menjadi dua oleh fossa subscapularis. Keadaan ini mirip pada badak sumatra (Lestari 2009) sehingga pertautan m. serratus ventralis yang luas menjadi sangat kuat dalam menopang tubuhnya bagian depan, leher dan kepala yang berat. Tuberositas deltoidea badak jawa berupa bungkul besar dan kasar yang mengarah ke distolateral. Keadaan ini mirip pada badak sumatra yang memiliki tuberositas deltoidea dengan ukuran besar dan menjulur ke kaudolateral dengan permukaan yang kasar (Lestari 2009). Bungkul yang besar ini diduga berperan mendukung aktivitas badak jawa saat mendaki daerah yang curam. Kondisi yang sama ditemukan pada badak sumatra, saat mendaki daerah yang curam, kaki depan badak jawa ditekuk dan diduga melibatkan kontraksi otot-otot fleksor kaki (Susanti 2012). Sebaliknya, saat menuruni daerah yang curam, badak sumatra melibatkan kerja otot-otot ekstensor persendian bahu dan siku (Susanti 2012) untuk meluruskan kaki depan, hal ini diduga juga pada badak jawa. Olecranon dari os ulna yang berupa penjuluran besar ke arah medial juga diduga mendukung aktivitas badak jawa saat mendaki daerah yang curam. Di proksimal olecranon terdapat bungkul yang kasar, yaitu tuber olecrani. Bungkul ini pada badak jawa berukuran besar dengan bentuk relatif bulat, memiliki permukaan kasar dan mengarah ke medial, tetapi berbeda pada badak sumatra yang memiliki tuber olecrani berukuran besar serta terbagi menjadi dua, yaitu ke lateral dan medial (Lestari 2009). Olecranon badak sumatra merupakan insersio dari m. triceps brachii (Susanti 2012) yang berfungsi sebagai fleksor persendian bahu, ekstensor dan fiksator persendian siku. Keadaan ini diduga memperkuat gerakan maju kaki depan badak jawa saat mendaki daerah yang curam dan saat berlari, khususnya sebagai tuas penggerak, seperti pada badak sumatra (Susanti 2012). Kekuatan kaki depan badak jawa juga ditunjang oleh persendian skeleton manus yang kuat dan fleksibel. Daerah carpus badak jawa memiliki persendian yang luas untuk mendukung aktivitasnya saat mendaki daerah yang curam. Facies palmaris dari ossa carpale III et IV et V memiliki penjuluran-penjuluran yang mengarah ke mediodistal. Penjuluran ini mirip pada badak sumatra (Lestari 2009) yang berfungsi sebagai tempat pertautan otot-otot fleksor persendian carpus yang berkembang subur dan kompak (Khotimah 2014). Keadaan ini didukung oleh otot fleksor dan abduktor digit serta tendo fleksor metacarpophalangeal yang tebal pada badak sumatra untuk mencengkeram tanah dengan kuat saat mendaki daerah yang curam. Seperti pada badak sumatra, persendian skeleton manus yang fleksibel dengan otot-otot fleksor carpus, otot fleksor dan abduktor digit (Khotimah 2014), otot-otot ini diduga juga berkembang subur pada badak jawa untuk mendukung aktivitas berlari serta memperluas kubangan. Aktivitas kawin badak jawa mirip dengan aktivitas kawin pada badak india (Rhinoceros unicornis) (Rahmat 2009). Badak jantan akan mengangkat kaki depan dan bertumpu pada punggung badak betina (Zahari et al. 2004). Kaki depan badak jantan akan ditekuk dengan memfleksio persendian carpus dan digit. Persendian carpus dan digit pada badak jawa sangat fleksibel yang diduga didukung oleh otot-otot fleksor carpus dan digit yang berkembang subur, seperti
15 pada badak sumatra (Khotimah 2014). Hal ini diduga untuk menjaga keseimbangan sewaktu kaki depan badak jantan menaiki tubuh badak betina. Di samping itu, telapak kaki badak jawa dilengkapi dengan footpad. Menurut Hutchinson (2012), footpad berfungsi sebagai pengukur jumlah gaya yang mampu ditahan oleh tiap digit saat menumpu. Seperti halnya pada badak sumatra, footpad bersama otot fleksor digit (Khotimah 2014), diduga membantu badak jawa saat berlari agar kakinya mudah diangkat dan diayunkan. Dalam melakukan aktivitasnya badak jawa ditunjang dengan struktur skelet kaki depan yang kuat, kompak, dan relatif pendek. Aktivitas tersebut diantaranya berjalan, berlari, mendaki daerah yang curam, berkubang, dan kawin. Skelet kaki depan badak jawa ini merupakan hasil adaptasinya dengan lingkungan dan berat tubuhnya yang besar.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Skelet kaki depan badak jawa relatif pendek yang tersusun secara kokoh dan kuat. Karakteristik skelet kaki depan badak jawa, yaitu tuberositas deltoidea dari os humerus yang besar dan crista humeri yang kurang berkembang. Ossa radius et ulna terpisah dari proksimal sampai ke distal dengan spatium interosseum antebrachii yang sempit. Olecranon dari os ulna berukuran besar dan kasar dengan bentuk relatif bulat, serta facies palmaris dari ossa carpi memiliki penjuluran yang mengarah ke mediodistal. Secara umum, skelet kaki depan badak jawa mirip pada badak sumatra, sapi, dan babi. Kondisi ini merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan dengan ukuran tubuh, leher dan kepala yang besar.
Saran Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mempelajari perilaku dan cara handling badak. Namun, masih membutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai struktur skelet kepala, sumbu tubuh, dan otot secara keseluruhan.