27
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dewasa muda (20-39 tahun) dan dewasa madya (40-55 tahun). Selanjutnya sampel dikategorikan berdasarkan kondisi fisiologisnya, yaitu hamil dan tidak hamil. Pengelompokan sampel berdasarkan kondisi fisiologis menjadi dua kelompok didasarkan pada ketersediaan data Riskesdas 2010. Total sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 57232 orang, yang terdiri dari 1995 orang wanita dewasa hamil dan 52237 orang wanita yang tidak hamil. Sebanyak 1828 orang dari total wanita dewasa hamil dikategorikan dewasa muda, sedangkan 167 orang lainya tergolong dewasa madya. Sebaran sampel hamil berdasarkan karakteristik sosial ekonomi dapat dilihat pada Tabel 7. Karakteristik sosial ekonomi sampel terdiri dari aspek pendidikan, pekerjaan, daerah tempat tinggal, dan status ekonomi. Berdasarkan latar belakang pendidikan, sampel dapat dikelompokkan menjadi tidak tamat SD/MI, tamat SD/MI, tamat SMP/MTS, tamat SMA/MA, tamat D1/D2/D3, dan tamat perguruan tinggi. Persentase terbanyak pada dewasa muda dan madya berturutturut adalah 31.1% tamat SMA/MA dan 40.7% tamat SD/MI. Persentase terkecil pada kedua kelompok usia adalah tamat D1/D2/D3 yaitu sebanyak 5.2% dan 2.4%. Berdasarkan kerja/sekolah,
pekerjaan,
sampel
TNI/Polri/PNS/Pegawai,
dikelompokkan
menjadi
tidak
wiraswasta/layanjasa/dagang,
petani/nelayan, buruh, dan lainnya. Pengelompokkan tersebut mengikuti kategori yang telah dirumuskan Riskesdas 2010. Berdasarkan tabel sebaran sampel hamil (Tabel 7), diketahui bahwa persentase terbesar pada dewasa muda maupun dewasa madya adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 52.4% dan 43.1%. Persentase terendah pada dewasa muda dan madya adalah buruh, yaitu sebesar 4.2% dan 3.0%. Karakteristik daerah atau tempat tinggal dibedakan menjadi daerah perkotaan dan perdesaan. Terlihat pada Tabel 7 bahwa pada kelompok usia dewasa muda, sebagian besar (54.0%) bertempat tinggal di daerah perkotaan. Adapun dewasa madya sebanyak 52.1% bertempat tinggal di daerah perdesaan.
28
Status ekonomi sampel berdasarkan Riskesdas 2010 dibagi menjadi lima kelompok, yaitu kuintil 1, kuintil 2, kuintil 3, kuintil 4, dan kuintil 5. Jumlah sampel yang berasal dari kuintil 5 lebih banyak dibanding kuintil lainnya. Berdasarkan kelompok usia, sampel dewasa muda dan dewasa madya berturut-turut lebih banyak berasal dari kuintil 5 (23.6%) dan kuintil 4 (24.0%) dibanding kuintil lainnya. Sebaran sampel wanita dewasa (hamil) menurut karakteristik sosial – ekonomi Kelompok Umur Aspek Sosial – Ekonomi Total Dewasa Muda Dewasa Madya n (%) n (%) Pendidikan Tidak tamat SD/MI 186 (10.2) 39 (23.4) 225 (11.3) Tamat SD/MI 415 (22.7) 68 (40.7) 483 (24.2) Tamat SMP/MTS 446 (24.4) 19 (11.4) 465 (23.3) Tamat SMA/MA 568 (31.1) 28 (16.8) 596 (29.9) Tamat D1/D2/D3 95 (5.2) 4 (2.4) 99 (5.0) Tamat PT 118 (6.5) 9 (5.4) 127 (6.4) Total 1828(100.0) 167 (100.0) 1995 (100.0) Pekerjaan Tidak kerja/Sekolah 958 (52.4) 72 (43.1) 1030 (51.6) TNI/Polri/PNS 127 (6.9) 11 (6.6) 138 (6.9) Wiraswasta/layan jasa/dagang 266 (14.6) 28 (16.8) 294 (14.7) Petani/Nelayan 214 (11.7) 37 (22.2) 251 (12.6) Buruh 76 (4.2) 5 (3.0) 81 (4.1) Lainnya 187 (10.2) 14 (8.4) 201 (10.1) Total 1828(100.0) 167 (100.0) 1995 (100.0) Daerah Perkotaan 988 (54.0) 80 (47.9) 1068 (53.5) Perdesaan 840 (46.0) 87 (52.1) 927 (46.5) Total 1828(100.0) 167 (100.0) 1995 (100.0) Status Ekonomi Kuintil 1 292 (16.0) 35 (21.0) 327 (16.4) Kuintil 2 342 (18.7) 32 (19.2) 374 (18.7) Kuintil 3 371 (20.3) 36 (21.6) 407 (20.4) Kuintil 4 392 (21.4) 40 (24.0) 432 (21.7) Kuintil 5 431 (23.6) 24 (14.4) 455 (22.8) Total 1828(100.0) 167 (100.0) 1995 (100.0)
Tabel 7
Secara keseluruhan, hasil di atas memperlihatkan bahwa dewasa muda memiliki karakteristik sosial ekonomi yang lebih baik dibanding dewasa madya. Berdasarkan latar belakang pendidikan, dewasa muda sebagian besar adalah tamatan SMA/MA, sedangkan dewasa madya sebagian besarnya hanya menempuh pendidikan hingga SD/MI. Dewasa muda paling banyak berasal dari kuintil 5, sedangkan dewasa madya paling banyak berasal dari kuintil 4. Aspek daerah atau tempat tinggal sampel memperlihatkan bahwa penduduk perkotaan lebih didominasi oleh kelompok usia dewasa muda. Sedangkan di wilayah perdesaan sebagian besarnya adalah dewasa madya. Berdasarkan karakteritik
29
pekerjaan, baik dewasa muda maupun dewasa madya sebagian besarnya tidak bekerja. Sebaran sampel wanita dewasa dengan kondisi fisiologis tidak hamil berdasarkan karakteristik sosial ekonomi disajikan pada Tabel 8. Adapun penggolongan dari setiap aspek sosial ekonomi tidak memiliki perbedaan dengan kategori pada sampel hamil seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Berdasarkan latar belakang pendidikan, persentase terbesar pada kedua kelompok usia adalah tamat SD/MI yaitu sebanyak 28.5% pada dewasa muda dan 36.9% pada dewasa madya. Adapun persentase terendah pada kelompok usia dewasa muda dan dewasa madya adalah tamat D1/D2/D3 dengan persentase 4.6% dan 2.9%. Tabel 8 menunjukkan bahwa persentase terbanyak pada aspek pekerjaan baik pada dewasa muda maupun dewasa madya adalah tidak bekerja, dengan persentase masing-masingnya 46.9% dan 38.5%. Adapun jenis pekerjaan dengan persentase paling rendah adalah buruh yaitu hanya sebanyak 6.8% pada dewasa muda dan 7.2% pada dewasa madya. Sebaran sampel berdasarkan daerah tempat tinggal menunjukkan bahwa wanita dewasa dengan kondisi fisiologis tidak hamil bertempat tinggal di daerah perkotaan dengan persentase sebanyak 53.0%. Adapun dewasa muda yang bertempat tinggal di daerah perkotaan adalah sebanyak 53.3%, sedangkan dewasa madya sebanyak 52.5%. Berdasarkan status ekonomi, sebaran sampel tidak hamil dari kedua kelompok umur hampir merata. Sebaran terbanyak pada dewasa muda adalah sebanyak 20.9% yaitu pada kuintil 2, dan sebanyak 20.4% dari kuintil 4 pada kelompok dewasa madya.
30
Tabel 8 Sebaran sampel wanita dewasa (tidak hamil) menurut karakteristik sosial – ekonomi Kelompok Umur Aspek Sosial - Ekonomi Dewasa Muda Dewasa Madya Total n (%) n (%) Pendidikan Tidak tamat SD/MI 3935 (11.4) 6181 (29.7) 10116 (18.3) Tamat SD/MI 9802 (28.5) 7668 (36.9) 17470 (31.6) Tamat SMP/MTS 7310 (21.2) 2345 (11.3) 9655 (17.5) Tamat SMA/MA 10188 (29.6) 3145 (15.1) 13333 (24.1) Tamat D1/D2/D3 1586 (4.6) 608 (2.9) 2194 (4.0) Tamat PT 1626 (4.7) 843 (4.1) 2469 (4.5) Total 34447 (100.0) 20790 (100.0) 55237 (100.0) Pekerjaan Tidak kerja/Sekolah 16165 (46.9) 8003 (38.5) 24168 (43.8) TNI/Polri/PNS 2461 (7.1) 1477 (7.1) 3938 (7.1) Wiraswasta/layan jasa/dagang 5675 (16.5) 3449 (16.6) 9124 (16.5) Petani/Nelayan 4718 (13.7) 4756 (22.9) 9474 (17.2) Buruh 2358 (6.8) 1489 (7.2) 3847 (7.0) Lainnya 3070 (8.9) 1616 (7.8) 4686 (8.5) Total 34447 (100.0) 20790 (100.0) 55237 (100.0) Daerah Perkotaan 18372 (53.3) 10924 (52.5) 29296 (53.0) Perdesaan 16075 (46.7) 9866 (47.5) 25941 (47.0) Total 34447 (100.0) 20790 (100.0) 55237 (100.0) Status Ekonomi Kuintil 1 7170 (20.8) 4115 (19.8) 11285 (20.4) Kuintil 2 7197 (20.9) 4151 (20.0) 11348 (20.5) Kuintil 3 7069 (20.5) 4162 (20.0) 11231 (20.3) Kuintil 4 6869 (19.9) 4233 (20.4) 11102 (20.1) Kuintil 5 6142 (17.8) 4129 (19.9) 10271 (18.6) Total 34447 (100.0) 20790 (100.0) 55237 (100.0)
Status ekonomi sampel sangat beragam dan tersebar hampir merata di setiap kuintilnya. Kuintil idealnya membagi sampel menjadi lima kelompok yaitu sebanyak 20% di setiap kuintilnya. Akan tetapi hasil yang ditunjukkan pada Tabel 7 dan Tabel 8 memperlihatkan persentase yang beragam. Hal ini diduga terjadi karena terbuangnya beberapa sampel dari masing-masing kuintil saat dilakukan proses cleaning data dan pengolahan selanjutnya. Berat Badan, Tinggi Badan, dan Status Gizi Sebaran berat badan dan tinggi badan sampel terlampir pada Lampiran 4. Nilai rata-rata berat badan wanita dewasa hamil adalah 55.5±10.0 kg, sedangkan pada dewasa yang tidak hamil berat badan rata-rata adalah sebesar 53.9±10.1 kg. Adapun rata-rata tinggi badan sampel secara keseluruhan adalah sebesar 152.2±6.3 cm. Berdasarkan kondisi fisiologisnya, wanita dewasa yang sedang hamil memiliki rata-rata tinggi badan yang tidak jauh berbeda dengan wanita dewasa yang tidak hamil, yaitu sebesar 152.4±6.1 cm pada wanita hamil dan 152.2±6.3 cm pada wanita tidak hamil.
31
.
Data berat badan dan tinggi badan selanjutnya dikalkulasikan dengan
menggunakan rumus perhitungan IMT. Nilai IMT yang diperoleh kemudian diklasifikasikan berdasarkan WHO (2007) menjadi status gizi kurang, normal, dan gemuk. Sebaran sampel berdasarkan status gizi tersaji pada Tabel 9. Secara keseluruhan, sampel memiliki status gizi normal dengan persentase sebanyak 61.4%. Sebagian besar sampel dengan kondisi fisiologis hamil dan tidak hamil memiliki status gizi normal, masing-masing sebanyak 58.5% dan 61.5%. Persentase paling kecil adalah status gizi kurang yaitu sebanyak 14.2% pada wanita hamil dan 9.4% pada wanita yang tidak hamil. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 27.3% sampel hamil yang mengalami kegemukan, dan 29.1% sampel yang tidak hamil mengalami kegemukan. Tabel 9 Sebaran status gizi sampel menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis Kelompok Umur Status Gizi Dewasa Muda Dewasa Madya Total n (%) n (%) Hamil 23.9±4.1 23.9±3.9 23.9±4.0 Kurus 264 (14.4) 20 (12.0) 284 (14.2) Normal 1060 (58.0) 107 (64.1) 1167 (58.5) Gemuk 504 (27.6) 40 (24.0) 544 (27.3) Total 1828 (100.0) 167 (100.0) 1995 (100.0) Tidak Hamil 22.8±4.0 24.0±4.3 23.3±4.2 Kurus 3574 (10.4) 1599 (7.7) 5173 (9.4) Normal 22411 (65.1) 11582 (55.7) 33993 (61.5) Gemuk 8462 (24.6) 7609 (36.6) 16071 (29.1) Total 34447 (100.0) 20790 (100.0) 55237 (100.0) Hamil dan Tidak Hamil 22.9±4.1 24.0±4.3 23.3±42.2 Kurus 3838 (10.6) 1619 (7.7) 5457 (9.5) Normal 23471 (64.7) 11689 (55.8) 35160 (61.4) Gemuk 8966 (24.7) 7649 (36.5) 16615 (29.0) Total 36275 (100.0) 20957 (100.0) 57232 (100.0)
Data Riskesdas 2010 telah mampu membedakan sampel berdasarkan status kehamilan. Akan tetapi, tidak terdapat data tambahan mengenai umur kehamilan. Hasil pengukuran IMT pada tabel di atas menggunakan kriteria dari Institute of Medicine (IOM) tahun 1990 untuk ibu hamil trimester 3. Sampel yang mengalami status gizi tidak normal lebih banyak berasal dari kondisi fisiologis yang tidak hamil. Secara keseluruhan, dewasa madya memiliki persentase kegemukan lebih besar dibanding dewasa muda, yaitu sebanyak 37.3%. Hal ini diduga karena semakin berkurangnya aktivitas fisik wanita dengan usia yang lebih tua sehingga terdapat kecenderungan menjadi lebih gemuk.
32
Asupan Air dari Minuman Total asupan air pada wanita hamil lebih besar dibanding wanita tidak hamil, yaitu sebesar 907.6±421.2 mL. Total asupan air dari minuman pada wanita tidak hamil adalah sebesar 874.7±407.4 mL. Jenis minuman yang menjadi sumber utama pemenuhan kebutuhan air dari minuman adalah air putih dengan rata-rata 740.8±402.7 mL. Asupan air putih pada wanita hamil sebanyak 751.6±401.4 mL dan pada wanita tidak hamil sebanyak 740.4±402.8 mL. Golongan minuman yang paling sedikit dikonsumsi oleh sampel adalah minuman berkarbonasi, dengan rata-rata asupan sebanyak 0.8±15.2 mL pada wanita hamil dan 1.0±19.0 mL pada wanita tidak hamil (Tabel 10). Air dari minuman yang paling banyak dikonsumsi adalah air putih. Berdasarkan survey yang dilakukan di Singapura menunjukkan bahwa sumber air tubuh yang paling utama adalah air putih (74%) (AFIC 1998). Selain air putih, terdapat jenis minuman lainnya yang dikonsumsi sampel dalam jumlah yang cukup banyak. Pada wanita dewasa yang tidak hamil, minuman teh dan kopi cukup banyak dikonsumsi yaitu sebanyak
85.0±150.6 mL minuman teh dan
26.1±92.6 mL minuman kopi. Teh dan kopi juga banyak dikonsumsi pada wanita hamil, hanya saja jumlah asupannya lebih sedikit. Berdasarkan hasil survey di Singapura menunjukkan bahwa teh dan kopi merupakan minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi setelah air putih (AFIC 1998). Selain minuman tersebut, pada wanita hamil terdapat golongan minuman lain yang dikonsumsi cukup banyak yaitu susu kental manis sebanyak 16.8±72.4 mL dan susu sebanyak 32.9±92.7 mL. Sampel hamil dengan usia tergolong dewasa muda lebih banyak mengonsumsi susu dibanding dewasa madya, yaitu sebanyak 34.7±94.5 mL. Asupan air minuman dari susu pada dewasa madya tidak mencapai setengah dari asupan dewasa muda, yakni hanya sebanyak 12.8±66.3 mL. Asupan air putih pada wanita hamil dan tidak hamil memiliki nilai rata-rata yang hampir sama. Perbedaan asupan paling besar adalah pada golongan minuman susu. Asupan air dari golongan minuman susu maupun susu kental manis lebih banyak pada wanita hamil. Hal ini menunjukkan masih rendahnya konsumsi wanita dewasa yang tidak hamil khususnya dan memberikan gambaran bagi pola konsumsi masyarakat terhadap konsumsi susu yang masih sedikit (Lampiran 5).
33
Tabel 10 Asupan air dari minuman pada wanita dewasa menurut sumber, kelompok usia, dan kondisi fisiologis (mL/Kap/hari) Kelompok Minuman
Golongan Umur Dewasa Muda Dewasa Madya
Total
Hamil 1
Air Putih
757.5±402.5
686.8±384.1
751.6±401.4
2
Teh
74.3±134.8
96.5±165.5
76.1±137.7
3
Kopi
13.5±64.8
35.4±106.3
15.4±69.4
4
Susu kental manis
17.9±74.9
4.9±31.6
16.8±72.4
5
Susu
34.7±94.5
12.8±66.3
32.9±92.7
6
Sirop
1.3±19.7
2.2±28.2
1.3±20.5
7
Jus
7.2±56.3
4.5±38.8
7.0±55.1
8
Minuman karbonasi
0.9±15.9
0.0±0.0
0.8±15.2
9
Minuman lainnya
6.1±55.6
0.0±0.0
5.6±53.2
913.4±423.1
843.2±395.1
907.6±421.2
Total Tidak Hamil 1
Air Putih
746.7±402.2
730.1±403.5
740.4±402.8
2
Teh
80.9±143.8
91.9±161.1
85.0±150.6
3
Kopi
20.7±82.2
35.0±106.9
26.1±92.6
4
Susu kental manis
6.0±40.7
5.1±36.7
5.6±39.2
5
Susu
5.3±36.5
4.6±33.1
5.0±35.3
6
Sirop
2.7±32.3
1.7±26.4
2.3±30.2
7
Jus
5.6±44.7
3.8±40.0
4.9±43.0
8
Minuman karbonasi
1.1±20.0
0.7±17.3
1.0±19.0
9
Minuman lainnya Total
4.4±42.6 873.4±404.1
3.9±41.7 876.8±412.7
4.2±42.2 874.7±407.4
747.2±402.2
729.7±403.4
740.8±402.7
Hamil dan Tidak Hamil 1
Air Putih
2
Teh
80.5±143.3
92.0±161.1
84.7±150.2
3
Kopi
20.3±81.4
35.0±106.9
25.7±91.9
4
Susu kental manis
6.6±43.2
5.1±36.7
6.0±40.9
5
Susu
6.8±42.0
4.7±33.5
6.0±39.1
6
Sirop
2.6±31.8
1.7±26.4
2.3±29.9
7
Jus
5.6±45.4
3.8±40.0
5.0±43.5
8
Minuman karbonasi
1.1±19.8
0.7±17.2
1.0±18.9
9
Minuman lainnya
4.5±43.3
3.9±41.5
4.3±42.7
875.4±405.1
876.6±412.6
875.8±407.9
Total
Asupan air dari minuman menyumbangkan kontribusi terbesar dalam pemenuhan kebutuhan air yaitu sebesar 550-1500 mL (Whitney & Rolfes 2008). Hasil perhitungan asupan air dari minuman menunjukkan angka yang masih rendah dibanding temuan dari beberapa studi sebelumnya. Hal ini disebabkan karena pengumpulan data yang dilakukan oleh tim Riskesdas 2010 belum menjadikan asupan minum sebagai salah satu fokus utama, sehingga dalam
34
proses wawancara masih belum bisa menggali informasi lebih dalam mengenai konsumsi minuman sampel. Asupan Air dari Makanan Total air dari makanan secara keseluruhan adalah sebanyak 493.5±323.4 mL dengan rincian 505.7±386.6 mL dari wanita hamil dan 493.1±320.9 mL. Kontribusi air makanan terbanyak adalah dari golongan serealia, umbi, dan hasil olahannya. Secara keseluruhan, asupan air dari golongan serealia adalah sebanyak 274.0±233.8 mL. Nilai rata-rata ini tidak berbeda jauh apabila dibandingkan dengan asupan air dari serealia pada wanita hamil dan tidak hamil yaitu 273.1±261.7 mL dan 274.0±232.7 mL. Asupan air makanan yang paling rendah adalah dari golongan olahan susu serta lemak dan minyak dengan nilai rata-rata 0.0±0.2 mL pada wanita hamil dan 0.0±0.1 mL pada wanita tidak hamil (Tabel 11). Tabel 11 Asupan air dari makanan pada wanita dewasa menurut sumber, kelompok usia, dan kondisi fisiologis (mL/kap/hari) Golongan Bahan Makanan Hamil 1 Serealia, umbi, dan hasil olahannya 2 Kacang-kacangan, biji-bijian, dan hasil olahannya 3 Daging dan hasil olahannya 4 Telur dan hasil olahannya 5 Ikan, hasil perikanan, dan hasil olahannya 6 Sayuran dan hasil olahannya 7 Buah-buahan 8 Olahan susu 9 Lemak dan minyak 10 Serba-serbi 11 Makanan jajanan Total air dari makanan Tidak Hamil 1 Serealia, umbi, dan hasil olahannya 2 Kacang-kacangan, biji-bijian, dan hasil olahannya 3 Daging dan hasil olahannya 4 Telur dan hasil olahannya 5 Ikan, hasil perikanan, dan hasil olahannya 6 Sayuran dan hasil olahannya 7 Buah-buahan 8 Olahan susu 9 Lemak dan minyak 10 Serba-serbi 11 Makanan jajanan Total air dari makanan Hamil dan Tidak Hamil 1 Serealia, umbi, dan hasil olahannya 2 Kacang-kacangan, biji-bijian, dan hasil olahannya 3 Daging dan hasil olahannya 4 Telur dan hasil olahannya 5 Ikan, hasil perikanan, dan hasil olahannya 6 Sayuran dan hasil olahannya 7 Buah-buahan 8 Olahan susu 9 Lemak dan minyak 10 Serba-serbi 11 Makanan jajanan Total air dari makanan
Golongan Umur Dewasa Muda Dewasa Madya
Total
271.6±257.4 28.9±80.2 8.1±22.9 12.7±24.1 21.4±70.3 108.7±259.4 26.8±62.1 0.0±0.0 0.0±0.2 4.1±12.7 23.6±69.2 505.9±385.2
290.2±305.4 22.9±40.7 5.5±18.7 11.6±25.1 20.7±45.0 116.7±261.8 22.8±59.8 0.0±0.0 0.0±0.0 3.1±10.1 10.7±36.0 504.3±403.0
273.1±261.7 28.4±77.7 7.9±22.6 12.6±24.2 21.4±68.5 109.3±259.5 26.5±61.9 0.0±0.0 0.0±0.2 4.1±12.5 22.5±67.2 505.7±386.6
274.7±235.2 31.5±64.7 7.8±23.3 11.6±22.8 20.8±70.7 102.8±194.8 15.8±43.7 0.0±0.0 0.0±0.1 4.3±13.6 22.6±60.8 491.9±320.6
272.9±228.6 36.4±64.9 7.3±23.4 9.9±21.5 21.0±73.5 109.3±201.1 19.3±48.1 0.0±0.0 0.0±0.1 4.5±48.6 14.5±48.6 495.1±321.3
274.0±232.7 33.4±64.8 7.6±23.3 11.0±22.3 20.9±71.7 105.2±197.2 17.1±45.4 0.0±0.0 0.0±0.1 19.5±56.7 19.5±56.7 493.1±320.9
274.5±236.4 31.4±65.6 7.8±23.3 11.6±22.9 20.9±70.6 103.1±198.6 16.3±44.8 0.0±0.0 0.0±0.1 4.3±13.5 22.7±61.3 492.6±324.2
273.1±229.4 36.3±64.7 7.3±23.3 10.0±21.5 21.0±73.3 109.3±201.6 19.4±48.2 0.0±0.0 0.0±0.1 4.5±13.2 14.4±48.6 495.2±322.0
274.0±233.8 33.2±65.3 7.6±23.3 11.0±22.4 20.9±71.6 105.4±199.7 17.4±46.1 0.0±0.0 0.0±0.1 4.4±13.4 19.6±57.1 493.5±323.4
35
Menurut Santoso et al. (2011) banyaknya air yang berasal dari makanan adalah 700-1000 mL. Hasil perhitungan menunjukkan nilai yang jauh lebih kecil dibanding hasil studi sebelumnya. Hal ini diduga karena kemungkinan terjadi kehilangan informasi saat wawancara sehingga data yang dikumpulkan masih sangat minim. Besarnya asupan air dari makanan yang dihasilkan golongan serealia menunjukkan bahwa serealia dikonsumsi dalam frekuensi yang sering dan jumlah yang banyak (Lampiran 6). Hal ini berkaitan dengan kebiasaan makan masyarakat Indonesia yang menjadikan bahan pangan dari golongan serealia sebagai makanan pokok. Selain itu, kebanyakan masyarakat Indonesia memiliki proporsi makanan pokok yang lebih besar dibanding lauk pada setiap waktu makan. Selain serealia, golongan makanan lain yang berkontribusi cukup banyak terhadap asupan air sampel adalah sayuran dan hasil olahannya. Rata-rata asupan air dari sayuran pada wanita hamil adalah 109.3±259.5 mL dan pada wanita tidak hamil sebanyak 105.2±197.2 mL. Besarnya nilai rata-rata asupan air dari sayuran dan olahannya tersebut dikarenakan banyaknya jenis sayuran di Indonesia yang disajikan dengan kuahnya yang ikut dikonsumsi bersama sayuran. Hal ini sesuai dengan Przyrembel (2006) dalam EFSA (2010) bahwa diet kaya sayur dan buah menyediakan kandungan air yang signifikan terhadap total asupan air, artinya sumber air dari makanan akan lebih tinggi. Asupan Air Metabolik Asupan air metabolik wanita hamil dan wanita tidak hamil berturut-turut adalah sebanyak 172.7±67.2 mL dan 163.1±58.1 mL. Berdasarkan kelompok usia, asupan air metabolik pada dewasa muda dengan kondisi hamil adalah sebanyak 174.8±68.2 mL sedangkan pada dewasa madya sebanyak 149.9±48.4 mL. Pada kelompok yang tidak hamil banyaknya asupan air metabolik pada dewasa muda adalah sebanyak 163.8±58.5 mL dan pada dewasa madya 161.9±57.5 mL (Tabel 12). Tabel 12 Asupan air metabolik pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis (mL/Kap/hari) Asupan air metabolik
Kelompok Umur
Total
Dewasa Muda
Dewasa Madya
Hamil
174.8±68.2
149.9±48.4
172.7±67.2
Tidak hamil
163.8±58.5
161.9±57.5
163.1±58.1
Total
164.4±59.0
161.8±57.4
163.4±58.5
36
Nilai rata-rata asupan air metabolik dari seluruh sampel lebih rendah dibanding beberapa hasil studi sebelumnya. Menurut Whitney dan Rolfes (2008) banyaknya air yang dihasilkan dari proses metabolisme zat gizi adalah sebanyak 200-300 mL. Menurut Verdu (2008) menyatakan bahwa air yang berasal dari proses metabolisme adalah sebanyak 300 mL. Rendahnya asupan air metabolik diduga disebabkan karena rendahnya konsumsi zat gizi sampel, sehingga tubuh menghasilkan energi hasil metabolisme dalam jumlah yang sedikit pula. Selain itu, rendahnya asupan air metabolik juga dipengaruhi pola konsumsi masyarakat yang tergolong sedikit mengonsumsi karbohidrat dan lemak (Tabel 17). Total Asupan Air pada Wanita Dewasa Total asupan air dihitung sebagai total dari seluruh sumber asupan air, yaitu dari minuman, makanan, dan air metabolik. Rata-rata total asupan air dari seluruh sampel adalah sebanyak 1532.6±554.5 mL. Total asupan air pada wanita hamil dan wanita tidak hamil berturut-turut adalah sebanyak 1586.0±608.1mL dan 1530.7±552.3 mL (Tabel 13). Tabel 13 Total asupan air pada wanita dewasa menurut sumber, kelompok usia, dan kondisi fisiologis, mL/Kap/hari (%) Asupan Air Hamil Air minuman Air makanan Air metabolik Total Tidak Hamil Air minuman Air makanan Air metabolik Total Hamil dan tidak hamil Air minuman Air makanan Air metabolik Total
Golongan Umur Dewasa Muda Dewasa Madya (%) (%)
Total (%)
913.7±423.4 (57.4±15.6) 505.6±385.1 (30.9±14.6) 174.8±68.2 (11.7±4.4) 1594.1±610.5 (100)
843.2±395.1 (56.7±15.9) 504.3±403.0 (32.3±15.3) 149.9±48.4 (11.0±4.3) 1497.4±574.7 (100)
907.8±421.5 (57.4±15.6) 505.5±386.6 (31.0±14.7) 172.7±67.2 (11.6±4.4) 1586.0±608.1 (100)
873.3±404.1 (56.9±15.2) 491.7±320.6 (31.0±14.1) 163.8±58.5 (11.4±4.2) 1528.8±552.9 (100)
876.8±412.8 (56.8±15.3) 495.0±321.3 (31.9±14.1) 161.9±57.5 (11.2±4.1) 1533.7±551.3 (100)
874.6±407.4 (56.9±15.2) 493.0±320.9 (31.8±14.1) 163.1±58.1 (11.4±4.1) 1530.7±552.3 (100)
875.3±405.2 (56.9±15.2) 492.4±324.1 (31.7±14.1) 164.4±59.0 (11.4±4.2) 1532.1±556.2 (100)
876.5±412 (56.8±15.3) 495.1±322.1 (31.9±14.1) 161.8±57.4 (11.2±4.1) 1533.4±551.5 (100)
875.8±407.9 (56.9±15.2) 493.4±323.4 (31.8±14.1) 163.4±58.5 (11.4±4.1) 1532.6±554.5 (100)
37
Persentase terbesar dalam pemenuhan asupan air sehari berasal dari minuman
yaitu
sebesar
56.9±15.2%
mencakup
keseluruhan
sampel.
Berdasarkan kondisi fisiologisnya, asupan air dari minuman adalah sebesar 57.4±15.6% pada wanita hamil dan 56.9±15.2% pada wanita yang tidak hamil. Air dari makanan memiliki persentase sebanyak 31.8±14.1% dari total asupan air. Adapun persentase air dari makanan pada sampel hamil dan tidak hamil yaitu 31.0±14.7% dan 31.8±14.1%. Air metabolik memiliki persentase paling rendah yaitu sebanyak 11.4±4.1%. Persentase air metabolik terhadap asupan air sehari pada wanita hamil adalah sebanyak 11.6±4.4% dan pada wanita yang tidak hamil sebanyak 11.4±4.1%. Berdasarkan kelompok usia, persentase masing-masing sumber asupan air tidak jauh berbeda masing-masingnya. Total asupan air pada wanita hamil dan tidak hamil berbeda secara nyata (p<0.01) dengan asupan yang lebih tinggi pada wanita hamil, namun berdasarkan golongan usia tidak terdapat perbedaan yang nyata pada total asupan air (p>0.01) (Lampiran 8). Hasil penelitian ini menunjukkan nilai asupan air
pada wanita secara keseluruhan (1532.6±554.5 mL)
lebih rendah
dibandingkan dengan hasil penelitian Adyas (2011) dengan subjek pria dewasa (1771.8±589.1 mL). Menurut EFSA (2010), total asupan air pada wanita lebih rendah dibanding pria. Grafik asupan air pada wanita hamil dan tidak hamil disajikan pada Gambar 3. mL
1800
y = -21,984x + 1640,8 R² = 0,325
1600 1400 1200
y = 3,1034x + 1511,6 R² = 0,2862
1000 800 600 400 200 0
y = 1,9289x + 481,38 R² = 0,3846 y = -0,43x + 163,82 R² = 0,282 20 25 30 35
Air dari makanan (h) Air metabolik (h)
y = -21,99x + 986,85 R² = 0,4576 y = 1,6045x + 866,38 R² = 0,1098
Air dari minuman (h)
y = 4,0004x + 474,37 R² = 0,0146 y = -3,9943x + 179,6 R² = 0,4255
40
Usia (tahun)
45
50
55
Total asupan air (h) Air dari minuman (th) Air dari makanan (th) Air Metabolik (th) Total asupan air (th)
Keterangan: h = hamil th = tidak hamil
Gambar 3 Air dari makanan, air dari minuman, dan total asupan air pada wanita dewasa menurut usia dan kondisi fisiologis
38
Kajian asupan air pada populasi dewasa di Amerika Serikat menunjukkan total asupan air yang berasal dari minuman adalah 72%. Sedangkan air makanan dan metabolik memiliki persentase 28% (Santoso et al. 2011). Berdasarkan Tabel 13, terlihat bahwa persentase air dari minuman masih sangat jauh dari angka yang ditunjukkan studi sebelumnya di negara luar sehingga diduga
perhitungan
jumlah
asupan
air
dari
minuman
underestimate.
Ketidaksempurnaan pengumpulan data Riskesdas 2010 mengenai asupan minuman dapat menyebabkan terjadinya underestimate ini. Selain itu, masih rendahnya asupan makanan dan minuman masyarakat menyebabkan secara keseluruhan total asupan air menjadi kecil (Lampiran 5 dan Lampiran 6). Estimasi Asupan Air Minuman Hasil perhitungan asupan air minum sampel menunjukkan nilai yang jauh lebih kecil apabila
dibandingkan dengan banyaknya asupan air
yang
dikemukakan oleh Santoso et al. (2011) yaitu sebesar 2300 mL. Salah satu penyebab rendahnya total asupan air tersebut adalah hasil perhitungan asupan air dari minuman yang sangat rendah. Oleh karena itu, dilakukan estimasi asupan air minuman berdasarkan pendekatan konsumsi makanan untuk mengkoreksi berapa besar kekurangan air minuman tersebut. Berdasarkan Institut of Medicine (2004) dalam Santoso et al. (2011) pada penelitiannya di Amerika Serikat, kontribusi asupan air dari air metabolik dan air makanan sekitar sepertiga total asupan air (35%), sehingga kontribusi air dari minuman yang diperlukan oleh tubuh sekitar dua pertiga (65-70%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fauji (2011), kontribusi asupan cairan dari air putih dan minuman lainnya terhadap total asupan air adalah sebesar 73.7% pada wanita dewasa, sedangkan rata-rata konsumsi air dari makanan dan air metabolik terhadap total asupan air sebesar 26.3%. Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan estimasi asupan air dari minuman dengan persentase kontribusi air dari makanan dan metabolik sebanyak 30%. Persentase tersebut di atas dapat digunakan untuk pengestimasian dan dianggap tepat setelah dilakukan analisis regresi. Adapun analisis regresi yang dilakukan adalah melihat hubungan antara jumlah air metabolik dan air dari makanan dengan air dari minuman. Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa terdapat hubungan positif (p<0.05) antara air dari makanan dan metabolik dengan air dari minuman dengan Y=785.082 + 1.084X (Lampiran 7). Oleh
39
karena itu, perhitungan air estimasi dengan persentase 70% bisa dilakukan. Hasil perhitungan estimasi air dari minuman tersaji pada Tabel 14. Rata-rata estimasi air dari minuman pada seluruh sampel adalah sebesar 1532.6±822.9 mL. Air dari minuman hasil estimasi pada dewasa hamil adalah sebanyak 1582.4±976.4 mL dan pada dewasa yang tidak hamil sebanyak 1530.8±816.8 mL. Hasil estimasi asupan air dari makanan berimplikasi terhadap total asupan air yaitu meningkat menjadi 2189.4±1175.6 mL secara keseluruhan. Total asupan air setelah dilakukan estimasi pada wanita dewasa hamil adalah 2260.6±1394.8 mL dan pada dewasa yang tidak hamil sebanyak 2186.8±1166.8 mL. Tabel 14 Estimasi asupan air dari minuman pada wanita dewasa berdasarkan pendekatan konsumsi Asupan Air
Kelompok Usia Dewasa Muda Dewasa Madya
Total
Hamil Air dari makanan+metabolik Air dari minuman Total Asupan Air
680.4±418.3 1587.5±976.0 2267.9±1394.3
654.2±420.5 1526.5±981.3 2180.7±1401.8
678.2±418.4 1582.4±976.4 2260.6±1394.8
Tidak Hamil Air dari makanan+metabolik Air dari minuman Total Asupan Air
655.5±349.6 1529.6±815.8 2185.1±1165.5
656.9±350.7 1532.7±818.3 2189.6±1169.0
656.0±350.0 1530.8±816.8 2186.8±1166.8
Hamil dan Tidak Hamil Air dari makanan+metabolik Air dari minuman
656.8±353.5 1532.5±824.7
656.9±351.3 1532.7±819.7
656.8±352.7 1532.6±822.9
2189.3±1178.2
2189.6±1171.0
2189.4±1175.6
Total Asupan Air
Asupan air dari minuman hasil estimasi pada kelompok dewasa muda lebih banyak dibanding dewasa madya. Hal ini diduga karena kelompok usia yang lebih muda biasanya lebih aktif sehingga membutuhkan asupan air yang lebih banyak. Perbedaan juga terdapat antara kelompok wanita dewasa dengan kondisi hamil dengan yang tidak hamil. Wanita hamil memiliki nilai estimasi asupan air dari minuman yang lebih tinggi dibanding yang tidak hamil. Hal ini akan sangat terkait dengan terjadinya perubahan fisiologis pada wanita hamil sehingga membutuhkan asupan air yang lebih banyak dari kondisi normal (Nix 2005). Kebutuhan dan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Air Berdasarkan rumus
perhitungan kebutuhan air,
diketahui
bahwa
kebutuhan air rata-rata dari seluruh sampel adalah 2411.0±372.7 mL. Kebutuhan air pada wanita hamil lebih tinggi dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu
40
2829.3±343.5 mL. Adapun kebutuhan air pada wanita yang tidak hamil adalah sebesar 2395.9±364.8 mL (Tabel 15). Berdasarkan uji beda dengan Independent sample test, terdapat perbedaan pada sampel hamil dan tidak hamil dengan kebutuhan air serta tingkat pemenuhan kebutuhan air (p<0.01). Kebutuhan air pada wanita hamil lebih tinggi namun tingkat pemenuhan kebutuhan airnya lebih rendah. Begitu pula antara dewasa muda dan dewasa madya (p<0.01), kebutuhan air dewasa muda lebih tinggi dengan tingkat pemenuhan yang lebih rendah (Lampiran 8). Tabel 15 Tingkat pemenuhan kebutuhan air pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis, mL/Kap/hari (%) Asupan Air Hamil Konsumsi air (Riskesdas 2010) Konsumsi air (Estimasi) Kebutuhan
Kelompok Usia Dewasa Muda Dewasa Madya
Total
1594.1±610.5 2267.9±1394.3 2836.1±340.7
1497.4±574.7 2180.7±1401.8 2754.9±364.9
1586.0±608.1 2260.6±1394.8 2829.3±343.5
Tingkat pemenuhan kebutuhan (Riskesdas) Tingkat pemenuhan kebutuhan (Estimasi) Tidak Hamil
56.9±22.9
55.2±22.6
56.8±22.9
80.9±51.0
80.8±55.2
80.9±51.4
Konsumsi air (Riskesdas 2010) Konsumsi air (Estimasi)
1528.8±552.9 2185.1±1165.5
1533.7±551.3 2189.6±1169.0
1530.7±552.3 2186.8±1166.8
Kebutuhan Tingkat pemenuhan kebutuhan (Riskesdas) Tingkat pemenuhan kebutuhan (Estimasi) Hamil dan Tidak Hamil Konsumsi air (Riskesdas 2010) Konsumsi air (Estimasi) Kebutuhan Tingkat pemenuhan kebutuhan (Riskesdas) Tingkat pemenuhan kebutuhan (Estimasi)
2412.9±354.5 64.7±25.5
2367.7±379.7 66.5±26.6
2395.9±364.8 65.4±25.9
92.5±51.4
94.7±52.9
93.3±52.0
1532.1±556.2 2189.3±1178.2 2434.2±365.7 64.3±25.4
1533.4±551.5 2189.6±1171.0 2370.8±381.2 66.4±26.6
1532.6±554.5 2189.4±1175.6 2411.0±372.7 65.1±25.8
91.9±51.4
94.5±52.9
92.9±52.0
Rendahnya asupan air dari minuman pada orang Indonesia terlihat pada rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan air yaitu sebesar 65% pada keseluruhan subjek. Hardinsyah et al. (2010) menyatakan bahwa alasan utama orang Indonesia tidak meminum air dalam jumlah yang cukup adalah kurang mengerti pentingnya asupan air yang cukup bagi kesehatan tubuh, serta sulitnya memperoleh akses air minum. Tingkat pemenuhan kebutuhan air mengalami peningkatan setelah dilakukan pengestimasian asupan air dari minuman. Tingkat pemenuhan kebutuhan air keseluruhan sampel adalah sebesar 65.1±25.8%, kemudian
41
mengalami peningkatan setelah diestimasi menjadi 92.9±52.0%. Tingkat pemenuhan kebutuhan air pada wanita hamil meningkat dari 56.8±22.9% menjadi 80.9±51.4%. Pemenuhan kebutuhan air pada wanita tidak hamil setelah dilakukan estimasi yaitu sebesar 93.3±52.0%. Tingkat pemenuhan kebutuhan air yang paling rendah adalah pada sampel dengan kondisi fisiologis hamil. Hal ini disebabkan karena tingginya kebutuhan air yang hampir mencapai 3000 mL. Tingginya kebutuhan air tersebut disebabkan oleh terjadinya perubahan fisiologis pada wanita hamil sehingga membutuhkan tambahan energi yang lebih besar. Asupan Zat Gizi Makro dan Mineral Analisis asupan zat gizi makro dan mineral dilakukan dengan menghitung rata-rata zat gizi yang diasup setiap orang per hari. Hasil pengolahan data disajikan pada Tabel 16. Rata-rata asupan energi pada sampel hamil adalah sebanyak 1361±530 Kal. Nilai ini sedikit lebih tinggi dibanding rata-rata asupan pada wanita tidak hamil, yaitu sebanyak 1285±459 Kal. Asupan protein rata-rata dari keseluruhan sampel adalah sebanyak 44.3±21.3 g, dengan rincian 47.2±24.0 g pada wanita hamil dan 44.2±21.2 g pada wanita yang tidak hamil. Rata-rata asupan lemak adalah sebanyak 38.4±27.1 g. Asupan lemak pada wanita hamil lebih banyak dibanding wanita tidak hamil, yaitu 40.1±30.0 g. Adapun asupan lemak pada kelompok sampel yang tidak hamil adalah sebanyak 38.4±27.0 g. Rata-rata asupan karbohidrat dari seluruh sampel adalah 190.2±71.5 g. Rata-rata asupan karbohidrat pada wanita hamil lebih banyak dibanding wanita tidak hamil dengan nilai masing-masingnya adalah sebesar 202.0±79.1 g dan 189.8±71.2 g. Secara keseluruhan, rata-rata asupan air adalah sebanyak 1532.6±554.5 mL. Asupan air pada wanita hamil lebih banyak dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu 1586.0±608.1 mL. Adapun asupan air pada wanita yang tidak hamil adalah sebanyak 1530.7±552.3 mL. Asupan kalsium pada wanita hamil dan tidak hamil berturut-turut adalah sebanyak 324.1±388.9 mg dan 249.5±295.2 mg. Asupan fosfor pada wanita hamil adalah sebanyak 702.0±347.8 mg, sedangkan pada wanita yang tidak hamil adalah sebanyak 636.0±294.1 mg. Adapun asupan zat besi pada wanita hamil dan tidak hamil berturut-turut adalah sebanyak 9.5±17.7 mg dan 7.8±12.8 mg.
42
Tabel 16 Asupan zat gizi makro dan mineral per kapita/hari pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis Kelompok Umur Dewasa Muda
Dewasa Madya
Energi (Kal)
1377±538
1179±379
1361±530
Protein (g)
47.8±24.4
40.3±18.5
47.2±24.0
Asupan Zat Gizi
Total
Hamil
Lemak (g)
40.8±30.5
31.5±21.6
40.1±30.0
203.8±80.2
181.9±62.6
202.0±79.1
1594.1±610.5
1497.4±574.7
1586.0±608.1
Kalsium (mg)
329.3±396.7
267.6±284.8
324.1±388.9
Fosfor (mg)
711.7±352.8
595.1±264.1
702.0±347.8
9.7±18.1
7.8±12.4
9.5±17.7
Energi (Kal)
1292±462
1273±455
1285±459
Protein (g)
44.6±21.2
43.6±21.2
44.2±21.2
Karbohidrat (g) Air (ml)
Besi (mg) Tidak Hamil
Lemak (g)
38.5±27.1
38.2±26.9
38.4±27.0
190.6±72.0
188.5±69.8
189.8±71.2
1528.8±552.9
1533.7±551.3
1530.7±552.3
Kalsium (mg)
247.7±295.7
252.4±294.2
249.5±295.2
Fosfor (mg)
640.9±294.4
628.1±293.6
636.0±294.1
7.7±12.9
7.9±12.7
7.8±12.8
Energi (Kal)
1296±467
1273±454
1288±462
Protein (g)
44.7±21.3
43.6±21.2
44.3±21.3
Lemak (g)
38.6±27.3
38.1±26.9
38.4±27.1
191.3±72.5
188.4±69.7
190.2±71.5
1532.1±556.2
1533.4±551.5
1532.6±554.5
Kalsium (mg)
251.8±302.2
252.5±294.1
252.1±299.3
Fosfor (mg)
644.4±298.0
627.8±293.3
638.3±296.4
7.8±13.2
7.9±12.7
7.8±13.0
Karbohidrat (g) Air (ml)
Besi (mg) Hamil dan Tidak Hamil
Karbohidrat (g) Air (ml)
Besi (mg)
Meskipun energi bukan tergolong zat gizi, namun tetap menjadi salah satu pembahasan utama saat melakukan analisis asupan zat gizi. Energi merupakan hasil metabolisme zat gizi yangberasal dari karbohidrat, protein, dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga yang selanjutnya digunakan tubuh untuk berbagai keperluan seperti kegiatan fisik, pertumbuhan, dan metabolisme (WNPG 2004). Asupan karbohidrat, protein, dan lemak sangat berhubungan dengan asupan energi seseorang. Semakin banyak asupan zat gizi makro tersebut, maka semakin banyak pula asupan energi individu tersebut. Adapun pangan yang merupakan sumber zat gizi makro adalah serealia sebagai sumber
43
karbohidrat, kacang-kacangan dan pangan hewani sebagai sumber protein dan lemak (WNPG 2004). Mineral yang dianalisis dalam penelitian ini mengikuti data yang tersedia dari Riskesdas 2010, yaitu kalsium, fosfor, dan besi. Kalsium dan fosfor merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh. Kalsium dan fosfor yang baik untuk pertumbuhan tulang, serta besi yang berfungsi untuk perkembangan otak dan sistem kekebalan tubuh, sedangkan zat besi bermanfaat untuk pembuatan sel darah merah (WNPG 2004). Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa asupan energi, zat gizi makro, dan mineral pada wanita hamil lebih banyak dibanding wanita yang tidak hamil. Hal ini diduga karena terjadinya perubahan fisik dan fisiologis pada wanita hamil yang mendorong terjadinya peningkatan asupan zat gizi. Asupan zat gizi sampel berdasarkan kelompok usia, terlihat bahwa dewasa muda mengonsumsi zat gizi makro dan mineral dalam jumlah yang lebih banyak dibanding dewasa madya. Hal ini menunjukkan bahwa golongan umur yang lebih muda pada dewasa cenderung lebih banyak mengonsumsi zat gizi dibanding wanita dengan umur yang lebih tua. Salah satu faktor yang diduga terkait dengan hal ini adalah kesadaran akan pentingnya mengonsumsi makanan yang bergizi pada wanita yang lebih muda lebih tinggi dibanding wanita yang lebih tua. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi Makro dan Mineral Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi makro dan mineral tersaji pada Tabel 17. Tingkat pemenuhan konsumsi energi secara keseluruhan, tanpa membedakan kelompok usia dan kondisi fisiologis adalah sebesar 66.7±26.1%. Tingkat pemenuhan kebutuhan protein, lemak, dan karbohidrat berturut-turut adalah sebesar 87.2±44.6%, 71.8±52.3%, dan 61.4±25.2%. Adapun tingkat pemenuhan air dari keseluruhan sampel adalah sebesar 65.1±25.8 %. Mineral yang dianalisis, meliputi kalsium, fosfor, dan zat besi, masing-masing nilai tingkat kecukupannya adalah sebesar 31.2±36.4%, 106.2±48.6%, dan 29.7±48.5%. Tingkat pemenuhan energi pada wanita hamil lebih rendah dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu sebesar 59.5±24.2%. Sementara itu tingkat pemenuhan kebutuhan energi pada wanita yang tidak hamil adalah sebesar 67.0±26.2%. Tingkat pemenuhan kebutuhan protein pada wanita hamil dan tidak hamil berturut-turut adalah 71.8±38.2% dan 87.8±44.8%. Tingkat pemenuhan kebutuhan lemak pada wanita hamil adalah 63.1±47.6%, sedangkan pada wanita yang tidak hamil adalah 72.2±52.4%. Sebanyak 55.9±23.2% dari kebutuhan
44
karbohidrat dapat terpenuhi pada wanita hamil, sementara persentase kebutuhan yang dapat terpenuhi pada wanita yang tidak hamil adalah sebesar 61.6±25.2%. Tabel 17
Tingkat pemenuhan zat gizi makro dan mineral per kapita/haripada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis
Asupan Zat Gizi
Kelompok Umur
Total
Dewasa Muda
Dewasa Madya
Energi (Kal)
60.1±24.6
52.9±17.8
59.5±24.2
Protein (g)
72.8±38.8
61.2±28.6
71.8±38.2
Lemak (g)
64.2±48.5
50.7±35.0
63.1±47.6
Karbohidrat (g)
56.2±23.5
52.0±19.3
55.9±23.2
Air (ml)
56.9±22.9
55.2±22.6
56.8±22.9
Kalsium (mg)
34.3±41.0
28.2±30.0
33.8±40.2
117.7±56.3
99.2±44.0
116.2±55.6
27.6±51.7
22.3±35.3
27.2±50.5
Energi (Kal)
66.7±26.0
67.3±26.5
67.0±26.2
Protein (g)
89.9±45.5
84.4±43.2
87.8±44.8
Lemak (g)
71.7±51.9
72.9±53.4
72.2±52.4
Karbohidrat (g)
61.1±25.0
62.4±25.6
61.6±25.2
Air (ml)
64.7±25.5
66.5±26.6
65.4±25.9
Kalsium (mg)
30.8±36.3
31.4±36.3
31.1±36.3
Hamil
Fosfor (mg) Besi (mg) Tidak Hamil
Fosfor (mg)
106.6±48.4
104.4±48.1
105.8±48.3
Besi (mg) Hamil dan Tidak Hamil
29.6±48.6
30.1±48.0
29.8±48.4
Energi (Kal)
66.4±25.9
67.2±26.5
66.7±26.1
Protein (g)
89.0±45.4
84.2±43.1
87.2±44.6
Lemak (g)
71.4±51.7
72.7±53.3
71.8±52.3
Karbohidrat (g)
60.8±25.0
62.3±25.5
61.4±25.2
Air (ml)
64.3±25.4
66.4±26.6
65.1±25.8
Kalsium (mg)
31.0±36.6
31.4±36.2
31.2±36.4
107.2±48.9
104.4±48.1
106.2±48.6
29.5±48.8
30.1±47.9
29.7±48.5
Fosfor (mg) Besi (mg)
Tingkat pemenuhan kebutuhan air pada wanita hamil dan tidak hamil adalah 56.8±22.9% dan 65.4±25.9%. Tingkat pemenuhan kebutuhan kalsium pada wanita hamil lebih besar dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu 33.8±40.2% pada wanita hamil dan 31.1±36.3% pada wanita yang tidak hamil. Tingkat pemenuhan kebutuhan fosfor pada wanita hamil dan tidak hamil adalah 116.2±55.6% dan 105.8±48.3%. Sementara itu, tingkat pemenuhan kebutuhan zat besi pada wanita hamil dan tidak hamil adalah 27.2±50.5% dan 29.8±48.4%.
45
Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi makro dan mineral merupakan perbandingan antara konsumsi energi, zat gizi makro, dan mineral dengan kebutuhannya. Tingkat pemenuhan kebutuhan ini dinyatakan dalam persentase. Data Riskesdas mengenai asupan zat gizi makro dan mineral kemudian ditentukan kebutuhannya berdasarkan karakteristik (berat badan, tinggi badan, aktivitas) dan kondisi fisiologisnya Berdasarkan Tabel 17, diketahui bahwa tingkat pemenuhan energi, zat gizi makro, dan mineral pada wanita hamil lebih rendah dibanding wanita yang tidak hamil. Hal ini diduga karena terjadi peningkatan kebutuhan energi, zat gizi makro, dan mineral yang besar, namun tidak diiringi dengan peningkatan konsumsi yang besar pula (Lampiran 9). Secara keseluruhan, tingkat pemenuhan kebutuhan energi, zat gizi makro, dan mineral pada semua kelompok usia dan kondisi fisiologis belum mencapai 100%. Hal ini berarti bahwa asupan zat gizi belum mampu memenuhi kebutuhan individu tersebut. Kekurangan zat gizi tersebut apabila tidak dikoreksi akan menimbulkan masalah yang lebih besar. Tercapainya tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi terutama pada ibu hamil sangat berkaitan dengan kondisi kesehatan anak baik saat lahir maupun jangka panjang. Asupan Vitamin pada Wanita Dewasa Rata-rata asupan vitamin berdasarkan kelompok usia dan kondisi fisiologis disajikan pada Tabel 18. Rata-rata asupan vitamin A dari seluruh sampel adalah sebanyak 506.1±652.9 RE. Asupan vitamin A pada wanita hamil lebih banyak dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu 604.5±741.0 RE. Adapun asupan vitamin A pada wanita yang tidak hamil adalah sebanyak 502.6±649.2 RE. Asupan tiamin pada wanita hamil dan tidak hamil berturut-turut adalah sebanyak 0.5±0.3 mg dan 0.4±0.3 mg. Asupan riboflavin pada wanita hamil adalah 0.6±0.4 mg, sedangkan asupan pada wanita yang tidak hamil adalah 0.5±0.4 mg. Asupan niasin pada wanita hamil dan tidak hamil berturut-turut adalah sebanyak 8.5±5.4 mg dan 8.2±5.1 mg. Asupan vitamin B6 pada wanita hamil memiliki nilai yang hampir sama dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu 1.0±0.6 mg pada wanita hamil dan 0.9±0.5 mg pada wanita yang tidak hamil. Asupan folat pada wanita hamil adalah sebanyak 145.0±140.3 µg, sedangkan pada wanita yang tidak hamil adalah sebanyak 126.9±117.1 µg. Rata-rata asupan vitamin B12 pada wanita hamil lebih tinggi dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu 2.1±1. 9 µg. Sementara itu, asupan vitamin B12 wanita yang tidak
46
hamil adalah sebanyak 1.9±1.8 µg. Asupan vitamin C pada wanita hamil dan wanita tidak hamil adalah sebanyak 34.2±48.2 mg dan 27.6±41.7 mg. Tabel 18
Asupan vitamin per kapita/hari pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis
Asupan Zat Gizi
Kelompok Usia Dewasa Muda Dewasa Madya
Total
Hamil Vitamin A (RE)
611.6±749.0
527.2±643.5
604.5±741.0
Tiamin (mg)
0.5±0.3
0.4±0.3
0.5±0.3
Riboflavin (mg)
0.6±0.5
0.5±0.3
0.6±0.4
Niasin (mg)
8.7±5.5
7.2±4.0
8.5±5.4
Vitamin B6 (mg)
1.0±0.6
0.8±0.5
1.0±0.6
146.3±142.7
131.2±110.6
145.0±140.3
Folat (µg) Vitamin B12 (µg)
2.1±1.9
1.8±1.6
2.1±1.9
34.2±45.8
34.6±69.3
34.2±48.2
505.6±659.0
497.5±632.7
502.6±649.2
Tiamin (mg)
0.4±0.3
0.4±0.3
0.4±0.3
Riboflavin (mg)
0.5±0.4
0.5±0.3
0.5±0.4
Niasin (mg)
8.2±5.1
8.3±5.0
8.2±5.1
Vitamin B6 (mg)
0.9±0.5
0.9±0.5
0.9±0.5
126.1±118.0
128.1±115.6
126.9±117.1
2.0±1.9
1.9±1.8
1.9±1.8
26.9±42.2
28.8±40.8
27.6±41.7
511.0±664.2
497.7±632.8
506.1±652.9
Tiamin (mg)
0.4±0.3
0.4±0.3
0.4±0.3
Riboflavin (mg)
0.5±0.4
0.5±0.3
0.5±0.4
Niasin (mg)
8.2±5.1
8.3±5.0
8.2±5.1
Vitamin B6 (µg)
0.9±0.5
0.9±0.5
0.9±0.5
127.1±119.4
128.2±115.6
127.5±118.0
2.0±1.9
1.9±1.8
2.0±1.8
27.2±42.4
28.9±41.1
27.8±41.9
Vitamin C (mg) Tidak Hamil Vitamin A (RE)
Folat (µg) Vitamin B12 (µg) Vitamin C (mg) Hamil dan Tidak Hamil Vitamin A (RE)
Folat (µg) Vitamin B12 (µg) Vitamin C (mg)
Vitamin yang menjadi fokus penelitian ini adalah vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, folat, vitamin B12, dan vitamin C. Vitamin A merupakan
vitamin
yang
sangat
berperan
penting
dalam
kemampuan
penglihatan. Sumber vitamin A adalah sayuran hijaun, buah-buahan berwarna orange, akar, dan umbi-umbian. Vitamin B kompleks sangat berperan dalam bekerjanya sistem syaraf tubuh. Sedangkan vitamin C berhubungan dengan imunitas. Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa asupan vitamin pada wanita hamil lebih banyak dibanding wanita yang tidak hamil. Hal ini diduga
47
berkaitan dengan disadarinya terjadi peningkatan kebutuhan vitamin di saat hamil oleh sampel. Adanya kesadaran diri tersebut selanjutnya menyebabkan sampel
meningkatkan
asupan
zat
gizinya
dibanding
sebelum
hamil.
Perbandingan asupan vitamin menurut kelompok usia pada sampel hamil menunjukkan bahwa dewasa muda mengasup vitamin dalam jumlah yang lebih banyak
dibanding
dewasa
madya.
Berkaitan
juga
dengan
penjelasan
sebelumnya, diduga terdapatnya kesadaran diri pada individu yang hamil sehingga asupannya meningkat. Wanita dengan usia yang lebih muda cenderung lebih memiliki kesadaran yang tinggi sehingga lebih memperhatikan asupan makanannnya dibandingkan dengan wanita hamil dengan usia yang tua. Selain itu, kehamilan yang terjadi pada usia dewasa muda biasanya merupakan kehamilan yang direncanakan secara matang sehingga perhatian terhadap kesehatan ibu dan anak juga lebih besar dibanding wanita yang hamil pada usia dewasa madya. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Vitamin Tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin tersaji pada Tabel 19. Tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin A pada wanita hamil lebih rendah dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu 75.4±92.6% pada wanita hamil dan 100.3±128.8% pada wanita yang tidak hamil. Tingkat pemenuhan kebutuhan tiamin pada wanita hamil dan tidak hamil adalah sebesar 40.1±24.3% dan 48.9±29.0%. Tingkat pemenuhan kebutuhan riboflavin pada wanita hamil adalah 44.3±31.4%, sedangkan pada wanita yang tidak hamil adalah sebesar 47.3±31.8%. Sebanyak 47.2±29.5% dari kebutuhan niasin sampel hamil mampu dipenuhi dari konsumsinya. Sementara itu, 58.6±35.7% dari kebutuhan niasin pada wanita yang tidak hamil telah mampu dipenuhi dari konsumsinya. Tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin B6 pada wanita hamil dan tidak hamil berturut-turut adalah sebesar 56.5±34.7% dan 68.0±39.8%. Tingkat pemenuhan kebutuhan folat pada wanita hamil lebih rendah dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu 24.1±23.3%. Tingkat pemenuhan kebutuhan folat pada wanita yang tidak hamil adalah sebesar 31.6±28.8%. Tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin B12 pada sampel hamil dan tidak hamil masing-masing adalah sebesar 80.8±72.1% dan 81.0±76.8%. Sementara itu, tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin C pada wanita hamil dan tidak hamil adalah 40.0±56.5% dan 36.7±55.4%.
48
Tabel 19 Tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin per kapita/hari pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis Asupan Zat Gizi
Kelompok Usia
Total
Dewasa Muda
Dewasa Madya
Vitamin A (RE)
76.3±93.6
65.9±80.4
75.4±92.6
Tiamin (µg)
40.6±24.6
34.7±21.1
40.1±24.3
Riboflavin (µg)
45.0±31.9
37.1±24.2
44.3±31.4
Niasin (µg)
47.8±30.0
39.9±22.5
47.2±29.5
Vitamin B6 (µg)
57.1±35.3
49.6±26.9
56.5±34.7
Folat (µg)
24.3±23.7
21.9±18.4
24.1±23.3
Vitamin B12 (µg)
81.9±72.9
68.4±61.4
80.8±72.1
Vitamin C (mg)
40.0±53.7
40.7±81.5
40.0±56.5
Hamil
Tidak Hamil Vitamin A (RE)
100.9±130.6
99.3±125.8
100.3±128.8
Tiamin (µg)
49.0±29.3
48.6±28.5
48.9±29.0
Riboflavin (µg)
48.0±32.1
46.2±31.3
47.3±31.8
Niasin (µg)
58.4±35.9
58.9±35.2
58.6±35.7
Vitamin B6 (µg)
67.4±39.3
69.1±40.7
68.0±39.8
Folat (µg)
31.4±28.9
32.0±28.6
31.6±28.8
Vitamin B12 (µg)
82.7±77.2
78.2±76.0
81.0±76.8
Vitamin C (mg)
35.8±56.0
38.4±54.2
36.7±55.4
Hamil dan Tidak Hamil Vitamin A (RE)
99.6±129.1
99.1±125.6
99.4±127.8
Tiamin (µg)
48.6±29.2
48.5±28.4
48.5±28.9
Riboflavin (µg)
47.8±32.1
46.1±31.2
47.2±31.8
Niasin (µg)
57.8±35.7
58.8±35.2
58.2±35.5
Vitamin B6 (µg)
66.9±39.2
68.9±40.6
67.6±39.7
Folat (µg)
31.1±28.7
31.9±28.5
31.4±28.6
Vitamin B12 (µg)
82.7±77.0
78.1±75.9
81.0±76.6
Vitamin C (mg)
36.0±55.9
38.4±54.5
36.9±55.4
Berdasarkan Tabel 19, terlihat bahwa tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin pada wanita hamil lebih rendah dibanding wanita yang tidak hamil. Hal ini diduga karena peningkatan kebutuhan vitamin saat hamil (Lampiran 10) tidak diikuti dengan peningkatan asupan pangan sumber vitamin tersebut. Wanita hamil memiliki nilai tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin yang lebih tinggi dibanding wanita yang tidak hamil. Perbandingan tingkat konsumsi pada dua kelompok usia menunjukkan bahwa wanita hamil dengan usia yang lebih muda cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan bayinya sehingga asupan zat gizi juga meningkat.
49
Secara keseluruhan, tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin bernilai di bawah 100% dan dinyatakan defisit (<70% AKG). Hal ini menunjukkan bahwa asupan vitamin belum mampu memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin tersebut. Keadaan ini apabila terus dibiarkan secara individual akan mengakibatkan berbagai masalah kesehatan dan secara umum menyebabkan status kesehatan masyarakat memburuk. Pentingnya terpenuhinya kebutuhan tubuh akan vitamin terutama pada ibu hamil sangat berhubungan dengan kesehatan bayi setelah lahir bahkan ikut menentukan keadaan kesehatan anak jangka panjang. Rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin pada wanita dewasa dapat dikoreksi dengan meningkatkan asupan pangan hewani, sayur, dan buah (WNPG 2004). Mutu Gizi Asupan Pangan Rata-rata skor MGP dari seluruh sampel adalah 53.1±15.9. Sebanyak 32377 orang (56.6%) dari seluruh sampel memiliki skor MGP <55. Banyaknya sampel dengan skor MGP 55-70 adalah sebanyak 16150 orang (28.2%). Sebanyak 6949 orang (12.1%) dari seluruh sampel memiliki skor MGP 70-85. Hanya sebagian kecil saja yang memiliki skor >85 yaitu sebanyak 1756 orang (3.1 %) (Tabel 20). Skor MGP rata-rata pada kelompok wanita yang hamil adalah sebesar 48.6±16.4 dan tergolong buruk. Banyaknya sampel hamil yang memiliki skor MGP <55 adalah sebanyak 1340 orang (67.2%). Sebanyak 444 orang (22.3%) dari sampel hamil memiliki skor MGP 55-70. Sebanyak 162 orang (8.1%) memiliki skor 70-85. Hanya sebanyak 2.5% atau 49 orang saja yang memiliki skor MGP ≥85. Skor MGP rata-rata pada sampel yang tidak hamil adalah sebesar 53.2±15.9. Sebanyak 31037 orang (56.2%) dari jumlah sampel yang tidak hamil memiliki nilai rata-rata skor MGP <55. Jumlah sampel dengan skor MGP 55-70 orang adalah sebanyak 15706 orang (28.4%). Sebanyak 6787 orang (12.3%) sampel memiliki skor MGP 70-85. Hanyak sebanyak 3.1% atau 1707 orang yang memiliki skor dengan kategori baik (≥85). Berdasarkan uji beda dengan Independent sample t-test, terdapat perbedaan yang nyata pada sampel hamil dan tidak hamil dengan mutu gizi asupan pangan, begitu juga pada sampel dewasa muda dan dewasa madya (p<0.01) (Lampiran 8).
50
Tabel 20 Mutu Gizi Asupan Pangan pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis Skor Mutu Gizi Makanan
Kelompok Usia
Total
Dewasa Muda
Dewasa Madya
49.0±16.5
44.3±14.0
48.6±16.4
1209 (66.1)
131 (78.4)
1340 (67.2)
55-70
416 (22.8)
28 (16.8)
444 (22.3)
70-85
157 (8.6)
5 (3.0)
162 (8.1)
46 (2.5)
3 (1.8)
49 (2.5)
1828 (100.0)
167 (100.0)
1995 (100.0)
53.2±15.8
53.2±16.0
53.2±15.9
Hamil <55
≥85 Total Tidak Hamil <55
19334 (56.1)
11703 (56.3)
31037 (56.2)
55-69
9828 (28.5)
5878 (28.3)
15706 (28.4)
70-84
4231 (12.3)
2556 (12.3)
6787 (12.3)
1054 (3.1)
653 (3.1)
1707 (3.1)
34447 (100.0)
20790 (100.0)
55237 (100.0)
≥85 Total Hamil dan Tidak Hamil
53.0±15.9
53.1±16.0
53.1±15.9
<55
20543 (56.6)
11834 (56.5)
32377 (56.6)
55-69
10244 (28.2)
5906 (28.2)
16150 (28.2)
70-84
4388 (12.1)
2561 (12.2)
6949 (12.1)
≥85 Total
1100 (3.0)
656 (3.1)
1756 (3.1)
36275 (100.0)
20957 (100.0)
57232 (100.0)
Hasil perhitungan mutu gizi asupan pangan seluruh sampel menunjukkan bahwa sebagian besar sampel memiliki mutu gizi yang sangat kurang. Skor mutu gizi pangan pada kelompok sampel hamil lebih rendah dibanding kelompok sampel yang tidak hamil. Rendahnya skor mutu gizi pangan tersebut diduga disebabkan karena kurang beragamnya jenis makanan yang dikonsumsi sampel. Sebagian besar sampel (33%) mengonsumsi bahan makanan dari golongan serealia, sedangkan sampel yang mengonsumsi pangan hewani, sayur, dan buah masih sangat rendah (Lampiran 6). Rendahnya mutu gizi pangan sampel juga berkaitan dengan asupan sampel dan tingkat pemenuhan kebutuhan energi, zat gizi makro, mineral, dan vitamin secara keseluruhan masih sangat rendah (Tabel 17 dan Tabel 19). Nilai MGP pada tingkatan usia disajikan pada Gambar 4.
51
60
y = 0,0599x + 52,667 R² = 0,2482
mL
50 40
MGP wanita dewasa hamil
y = -0,8358x + 50,558 R² = 0,4747
MGP wanita dewasa tidak hamil
30 20
Linear (MGP wanita dewasa hamil)
10
Linear (MGP wanita dewasa tidak hamil)
0 20
25
30
35
40
45
50
55
Usia (tahun)
.
Gambar 4 Mutu gizi asupan pangan pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis
Analisis antara Karakteristik dengan Asupan Air dan MGP Hasil pengolahan data sebelumnya, selanjutnya dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman. Adapun variabel yang diuji hubungannya adalah pendidikan, status ekonomi (kuintil), total asupan air, dan mutu gizi asupan pangan. Hasil uji korelasi ditampilkan pada Tabel 21. Tabel 21 Analisis korelasi antar variabel Pendidikan Tidak tamat SD/MI=1, tamat SD/MI=2, tamat SMP/MTS=3, tamat SMA/Ma=4, tamat D1/D2/D3=5, tamat PT=6 Status ekonomi
Total Asupan Air 0.005**
MGP 0.054**
0.000 0.119** 0.000
0.000 0.219** 0.000
** Correlations is significant at the 0.01 level (2-tailed)
Berdasarkan Tabel 21, diketahui bahwa pendidikan dan status ekonomi memiliki hubungan yang bernilai positif serta signifikan dengan total asupan air. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pendidikan dan status ekonomi (kuintil) seseorang maka total asupan air juga semakin banyak. Berdasarkan nilai r, variabel status ekonomi memiliki hubungan yang lebih kuat dibanding status pendidikan (r=0.119). Variabel pendidikan dan status ekonomi memiliki hubungan yang bernilai positif serta signifikan terhadap mutu gizi asupan pangan. Artinya semakin tinggi status pendidikan dan status ekonomi seseorang makan semakin baik pula mutu gizi asupan pangannya. Berdasarkan nilai correlation coefficient nya, status
52
ekonomi (kuintil) memiliki hubungan yang lebih kuat terhadap mutu gizi konsumsi pangan (r=0.219). Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan air sampel yang bertempat tinggal di desa dan di kota (p<0.01). Hasil uji beda juga menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara mutu gizi asupan pangan sampel yang bertempat tinggal di desa dan di kota (p<0.01) (Lampiran 8). Implikasi pada Riskesdas dan Program Masa Datang Data Riskesdas 2010 merupakan data pertama yang dikumpulkan oleh tim Riskesdas mencakup data asupan pangan per individu pada setiap anggota rumah tangga dalam skala nasional. Kekuatan dari data Riskesdas 2010 adalah 1) data pertama yang representatif (mewakili setiap kabupaten/kota), 2) cakupan variabel yang luas, 3) adanya data kandungan zat gizi pangan hasil Recall 1x24 jam, sehingga 4) dapat digunakan untuk berbagai keperluan terkait informasi asupan pangan dan kandungan gizinya, serta 5) dapat dijadikan acuan bagi pemerintah dalam penentuan kebijakan. Proses pengumpulan data Riskesdas 2010 merupakan tahapan yang rumit, karena mencakup variabel dan skala penelitian yang sangat luas (nasional).
Adapun
kendala-kendala
yang
dihadapi
Riskesdas
dalam
pengumpulan data asupan pangan berupa 1) kesulitan memperoleh tenaga profesional (tenaga gizi) terutama untuk kabupaten/kota yang aksesnya sulit dijangkau sehingga berimplikasi pada kualitas data yang dikumpulkan, 2) sampel tidak seluruhnya dapat diwawancara karena tidak berada di tempat, 3) blok sensus yang tidak terjangkau karena keterbatasan akses transportasi, serta 4) kabupaten/kota yang tidak memenuhi syarat, yaitu jumlah rumah tangga yang kurang dari 25 RT. Meskipun data Riskesdas 2010 memliki berbagai macam kelebihan, namun masih terdapat beberapa kekurangan, yaitu 1) data yang tidak lengkap pada beberapa sampel, seperti: data berat badan, tinggi badan, dan asupan pangan, 2) tidak adanya pemisahan kuesioner makanan dan minuman, 3) beberapa data berat bahan pangan (gram atau mL) yang tidak logis, sehingga berimplikasi pada kandungan zat gizi dari bahan pangan yang cenderung terlalu tinggi atau terlalu rendah, 4) tenaga pengumpul data asupan pangan tidak seluruhnya dilakukan oleh tenaga profesional dalam bidang gizi, dan 5) tidak adanya data mengenai faktor aktivitas sampel.
53
Penelitian ini sepenuhnya menggunakan data sekunder yang telah dikumpulkan oleh tim Riskesdas 2010. Kendala-kendala yang dialami dalam pengumpulan data Riskesdas berimplikasi pada hasil penelitian ini, yaitu 1) kandungan zat gizi dari bahan pangan yang cenderung terlalu tinggi atau terlalu rendah karena beberapa data asupan pangan yang tidak logis, 2) terdapat beberapa pangan yang data kandungan airnya tidak terdapat pada DKBM, 3) terdapat beberapa sampel Riskesdas yang tidak digunakan sebagai sampel penelitian karena terdapat data yang tidak lengkap dan tidak logis (cleaning data). Sebelum data diterima oleh peneliti, Riskesdas telah melakukan proses manajemen data berupa receiving batching, edit, entri, penggabungan data, cleaning, dan imputasi. Meskipun imputasi telah dilakukan guna penanganan data-data missing dan outlier, namun masih terdapat data yang tidak lengkap seperti pada berat badan, tinggi badan, dan asupan pangan. Riskesdas 2010 tidak memisahkan kuesioner recall 1x24 jam antara makanan dan minuman, sehingga wawancara terhadap minuman yang dikonsumsi sampel menjadi kurang mendalam. Kurang mendalamnya wawancara terhadap asupan minuman sampel berimplikasi pada data minuman yang missing, seperti beberapa sampel tidak memiliki data asupan minuman. Untuk meningkatkan kualitas data yang dihasilkan Riskesdas di masa yang akan datang, disarankan beberapa hal berikut, yaitu 1) tim Riskesdas sebaiknya melibatkan tenaga profesional di bidang gizi dalam jumlah yang lebih banyak mencakup seluruh daerah pengambilan sampel Riskesdas, 2) tenaga pengumpul data seharusnya lebih teliti dalam proses entry data, sehingga tidak ada data yang missing, 3) kuesioner Riskesdas dipisahkan berdasarkan asupan makanan dan minuman, dan 4) pengumpulan data asupan panga tidak hanya dengan metode Recall 1x24 jam namun juga disertakan frekuensi makanan (food frequency).