17 panen dan perawatan serta mengikuti kegiatan sosial di kebun berupa kegiatan olahraga.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Penunasan Kebijakan penunasan di Kebun Adolina PTPN IV menerapkan penunasan periodik. Penunasan periodik yang diterapkan merupakan kegiatan penunasan yang dilakukan pada tanaman kelapa sawit dalam putaran waktu enam bulan sekali. Nominal pembayarannya dibagi berdasarkan rotasi penunasan. Kebun Adolina memiliki 3 jenis metode pekerjaan selain dari tugas tetap yaitu, dengan sistem premi, lembur, dan permintaan anggaran belanja (PAB) yang biasa dikenal dengan sistem borongan yang dilakukan oleh pihak luar kebun yang mnjadi mitra kerja operasionalnya. Kebun Adolina membayar pekerja penunasan dengan tarif per pokok tanaman sawit yaitu, Rp 600. Pelepah yang ditunas berlebihan/over pruning diukur berdasarkan jumlah pelepah per pokok lebih sedikit dibandingkan dengan standar yang telah di tentukan, sedangkan untuk pokok yang tidak tertunas/under pruning diukur berdasarkan jumlah pelepah per pokok lebih banyak dibandingkan dengan ketentuan yang ditetapkan sesuai dengan umur tanaman. Dalam manajemen penunasan, sistem rotasi akan semakin menurun karena jumlah pelepah sudah semakin sedikit. Penunasan pada pokok yang sudah berumur tua, lebih diarahkan untuk kepentingan kerapian tajuk dan bukan berdasarkan jumlah pelepah. Teknik Penunasan Kebun Adolina menerapkan beberapa teknik penunasan yaitu; songgo satu, songgo dua, dan songgo tiga. Songgo satu yaitu ketika ada 1 pelepah di bawah buah atau tandan, begitu juga yang dimaksud dengan songgo dua ketika ada 2 pelepah di bawah buah atau tandan dan songgo tiga dikatakan ketika terdapat 3 pelepah di bawah buah atau tandan. Kondisi di lapangan di Kebun Adolina memiliki anggapan yang sedikit berbeda dengan persepsi umum yaitu mengenal istilah songgo kursi, dimana songgo kursi dikatakan ketika 1 pelepah di bawah buah atau tandan maka kondisi tersebut dinamakan menerapkan songgo kursi bukan songgo satu. Songgo satu dikatakan ketika ada 2 pelepah yang menyonggo buah atau tandan. Teknik songgo yang diberlakukan di kebun Adolina sesuai SOP yang ditetapkan yaitu berdasarkan umur tanaman sawit. Adapun songgo 3-4 untuk tanaman berumur 4-10 tahun, sedangkan di atas 10 tahun menggunakan songgo 1-2. Adapun cara penunasan yang tepat yaitu pelepah dipotong rapat ke batang dengan tujuan brondolan yang jatuh tidak tersangkut pada batang. Berdasarkan
18 data yang diperoleh dari 100 tanaman sampel, pada Blok L dan K dengan tahun tanam 2010, menunjukkan bahwa teknik penunasan yang dominan adalah menggunakan songgo tiga dengan persentase masing-masing sebesar 46% dan 60%. Blok M dan Blok N dengan tahun tanam 2008 dominan mengaplikasikan teknik penunasan songgo tiga dengan persentase masing-masing sebesar 82% dan 80%. Lalu, pada tanaman Blok G dan Blok H dengan tahun tanam 1995 dominan mengaplikasikan teknik penunasan songgo satu dengan masing-masing persentase 60% dan 64% (Tabel 4). Tabel 4 Hasil pengamatan teknik songgo di Afdeling III, Kebun Adolina Blok L
Tahun Tanam 2010 (TM 1)
K
2010 (TM 1)
N
2008 (TM 3)
M
2008 (TM 3)
G
1995 (TM 16)
H
1995 (TM 16)
Kondisi Tajuk Tidak bersonggo 1 2 3 Mati dan abnormal Sub Total Tidak bersonggo 1 2 3 Mati dan abnormal Sub Total Tidak bersonggo 1 2 3 Mati dan abnormal Sub Total Tidak bersonggo 1 2 3 Mati dan abnormal Sub Total Tidak bersonggo 1 2 3 Mati dan abnormal Sub Total Tidak bersonggo 1 2 3 Mati dan abnormal Sub Total
Sumber : Hasil pengamatan 2014
∑ Pokok 5 2 15 23 5 50 3 4 11 30 2 50 3 0 3 41 3 50 1 3 5 40 1 50 8 30 10 0 2 50 8 32 7 0 3 50
Persentase %
10 4 30 46 10 100 6 8 22 60 4 100 6 0 6 82 6 100 2 6 10 80 2 100 16 60 20 0 4 100 16 64 14 0 6 100
Penerapan teknik penunasan di Kebun Adolina, khususnya Afdeling III, belum sepenuhnya mengacu pada SOP yang berlaku karena masih adanya variasi
19 teknik penunasan yang dipakai di lapangan. Menurut pengamatan penulis, penunasan yang belum sesuai dengan SOP diakibatkan karena masih terdapatnya variasi umur tanaman dalam satu blok (sisipan) di beberapa blok tanaman dan ketidakdisiplinan pihak kebun dalam penerapan teknik penunasan dan juga karena pihak kebun yang terkadang terlambatnya memulai penunasan. Menurut pengamatan yang dilakukan oleh penulis, masih terdapat penyimpangan yang dilakukan penunas dari SOP kebun. Masih banyak terdapat pekerja penunasan tidak menunas ataupun memotong pelepah rapat ke pangkal, rotasi penunasan yang terlambat, upah dinilai terlalu rendah, alat yang kurang memadai, serta rendahnya pengawasan dari pihak kebun dalam hal kegiatan penunasan. Jumlah Pelepah yang Dipertahankan Pelepah pada tanaman kelapa sawit umumnya terbentuk setiap bulannya rata-rata berjumlah 2 pelepah. Pada tanaman kelapa sawit yang berumur tua laju pembentukannya cenderung menurun (1 pelepah/bulan) sedangkan pokok kelapa sawit muda dapat membentuk 2-3 pelepah/bulan (Sunarko 2013). Oleh karena itu, diperlukan manajemen kanopi yang tepat dalam hal mempertahankan jumlah pelepah yang efektif agar tidak terjadi over prunning atau under prunning. Jumlah pelepah yang harus dipertahankan dan teknik penunasan berdasarkan umur tanaman kelapa sawit sesuai SOP PTPN IV. Penulis melakukan kegiatan pengamatan jumlah pelepah yang dipertahankan pada bulan Maret 2014. Tabel 5 Jumlah pelepah dipertahankan per umur tanaman sesuai SOP PTPN IV Umur tanaman (tahun)
Jumlah pelepah dipertahankan pokok-1
Jumlah pelepah spiral-1
Songgo
<4 4 – 10 > 10
64-72 56-64 42-48
8-9 7-8 5-6
0 3-4 1-2
Sumber: Standard Operational Procedure PTPN IV
Tabel 6 Persentase jumlah pelepah yang dipertahankan pada Blok H 2010 (TM 1) Jumlah Pelepah 37-41 42-46 47-51 52-56 >56 Total
∑ Pokok Sampel 2 4 10 20 14 50
Persentase 4 8 36 40 24 100
Sumber : Hasil pengamatan 2014
Blok H dengan umur tanaman 4 tahun yang memiliki jumlah pelepah antara 52-56 merupakan persentase jumlah pelepah tertinggi yaitu sebesar 40 % sedangkan interval 37-41 merupakan persentase jumlah pelepah terkecil yaitu 4 %. Jumlah pelepah yang diterapkan oleh SOP kebun adalah 56-64 pelepah dan
20 hanya terimplementasikan sebesar 40 %. Dengan demikian, di Blok H 2010, dapat dikatakan belum sepenuhnya sesuai SOP (Tabel 6). Tabel 7 Persentase jumlah pelepah dipertahankan pada Blok Q 2008 (TM 3) Jumlah Pelepah ∑ Pokok Sampel Persentase 27-31 3 3.75 32-36 6 7.5 37-41 20 25 42-46 25 31.25 47-51 13 16.25 >51 13 16.25 Total 80 100 Sumber : Hasil pengamatan 2014
Blok Q dengan umur tanaman 6 tahun yang memiliki jumlah pelepah antara 42-46 pelepah merupakan persentase terbesar dengan persentase 25 %, sedangkan persentase terkecil antara 27-31 pelepah yang dipertahankan dengan persentase 3.75 %. Adapun jumlah pelepah yang diterapkan oleh SOP kebun untuk umur tanaman antara 4-10 tahun adalah 56-64 pelepah dan terimplementasikan sebesar 16.25 % dari jumlah sampel yang diambil. Adapun rata-rata jumlah pelepah yang dipertahankan adalah pada interval 42-46. Dengan demikian seperti tercantum pada Tabel 7, sebagian besar pokok (83 %) mempunyai jumlah pelepah yang lebih sedikit daripada yang ditetapkan SOP. Tabel 8 Persentase jumlah pelepah yang dipertahankan pada Blok H (Tahun tanam 1995) Jumlah Pelepah 27-31 32-36 37-41 42-46 47-51 >51 Total
Sumber : Hasil pengamatan 2014
∑ Pokok Sampel 13 29 27 11 8 14 102
Persentase 12.74 28.43 26.47 10.78 7.84 13.72 100
Tabel 8 menunjukkan bahwa persentase jumlah pelepah terbesar yang dipertahankan pada blok H tahun 1995 terdapat pada interval 32-36 sebesar 28.43% sedangkan jumlah pelepah terkecil yang dipertahankan pada blok H tahun 1995 terdapat pada interval dengan interval 47-51 sebesar 7.84% Adapun SOP yang diteapkan kebun untuk jumlah pelepah yang dipertahankan bagi umur tanaman di atas 10 tahun adalah 42-48. Oleh karena itu, berdasarkan hasil pengamatan kondisi tanaman yang jumlah pelepahnya sesuai dengan SOP hanya pada bulan Agusus sampai September 2014 (hanya 11%). Secara umum jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan ketiga tahun tanam belum sesuai dengan ketentuan SOP yang ditetapkan oleh perusahaan. Menurut hasil pengamatan penulis di lapangan, pada saat kegiatan penunasan pelepah yang ditunas melebihi dari ketentuan SOP dengan tujuan pada rotasi
21 penunasan berikutnya mempunyai jumlah pelepah di atas ketentuan. Oleh karena itu, pekerja tidak lagi memperhatikan sistem songgo yang ditentukan. Rotasi 6 bulan sekali sulit memenuhi jumlah pelepah yang dikehendaki sesuai SOP. Hubungan Jumlah Pelepah dan Nisbah Seks Bunga Secara umum, rata-rata bunga jantan di kebun Adolina, khususnya Afdeling III lebih sedikit dibandingkan rata-rata bunga betina. Ai (2012) menyatakan bahwa kandungan klorofil berkolerasi positif dengan laju fotosintesis. Produksi tandan yang rendah pada tanaman kelapa sawit dapat disebabkan oleh laju fotosintesis tanaman yang rendah yang dipengaruhi oleh faktor umur tanaman. Tabel 9 menunjukkan bahwa rata-rata nisbah seks tertinggi pada umur tanaman tahun tanam 2008 dan rata-rata nisbah seks terkecil pada tahun tanam 2010 (tanaman muda). Dari data tersebut juga menunjukkan bahwa tanaman yang produktivitasnya dikatakan maksimal atau optimum pada umur tanaman yang telah memasuki umur dewasa (lebih dari TM 1), akan menurun ketika umur tanaman tersebut semakin tua. Tingkat penunasan berhubungan dengan jumlah nisbah seks bunga pada tanaman kelapa sawit. Sesuai dengan pengamatan penulis di lapangan, semakin banyak jumlah bunga betina, semakin banyak jumlah pelepah tetapi sebaliknya semakin sedikit jumlah bunga jantan, semakin banyak jumlah pelepah. Dengan mengikuti sistem songgo terjadi over prunning karena banyak bunga jantan atau rasio bunga bunga jantan terhadap bunga betina tinggi. Sebaiknya tajuk yang under prunning dan over prunning tidak terjadi karena akan berdampak terhadap produksi tanaman. Tabel 9 Hubungan jumlah pelepah dan nisbah seks di Afdeling III
TT 2010 2008 1995
Blok
Nisbah seks Bunga jantan terhadap Bunga betina
Rata-rata Bunga jantan pokok-1
Rata-rata Bunga betina pokok-1
H
0.021
0.09
4.2
I
0.062
0.5
8.06
N
0.004
0.04
8.72
P
0.007
0.06
7.89
G
0.008
0.03
3.52
H
0.008
0.02
2.38
Sumber : Hasil pengamatan 2014
Jumlah pelepah
48-56 40-48 32-40