15
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum perlakuan penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan dengan konsentrasi 20%, 25%, dan 30% terhadap 2 tikus sawah pada masingmasing konsentrasi. Didapatkan hasil konsumsi umpan pada 20% sebesar 3.775 g/ 100 g bobot tubuh, 25% sebesar 2.889 g/ 100 g bobot tubuh, 30% sebesar 3.636 g/ 100 g bobot tubuh tikus. Pada perlakuan 20% tidak menimbulkan kematian tikus namun memperlihatkan pengurangan bobot tikus sebesar 27.975 g. Kemudian untuk perlakuan 25% menimbulkan kematian tikus dan mengakibatkan bobot menurun 21.105 g sedangkan pada konsentrasi 30% menimbulkan kematian dan penurunan bobot sebesar 60.485 gr. Hal ini memperlihatkan ketertarikan tikus mengonsumsi blok yang telah dibuat pada berbagai konsentrasi dan dampak setelah mengonsumsi blok yaitu kematian. Perlakuan Rodentisida Gadung Bentuk Blok terhadap Tikus Rumah Konsumsi tikus rumah terhadap umpan blok dan beras setelah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi tikus rumah terhadap umpan cukup tinggi, karena umpan perlakuan tersebut mengandung berbagai bahan penyedap dan bahan tambahan seperti beras, karamel, tepung ikan, telur, minyak goreng, gula pasir, dan vetsin yang dapat menambah ketertarikan tikus untuk mengonsumsinya. Bahan tambahan diberikan untuk menutup rasa tidak enak dari bahan racun (Priyambodo 2003). Tabel 2 Konsumsi tikus rumah terhadap umpan blok dan beras setelah perlakuan Perlakuan
Umpan Blok (g/100 g bobot tubuh)
kontrol G1 G2 G3 G4
8.838±0.401a 5.292±0.360bc 5.693±0.462b 3.950±0.185c 3.992±0.400c
Beras Setelah Perlakuan (g/100 g bobot tubuh) 8.074±0.235a 6.033±0.527b 8.062±0.239a 6.460±0.312ab 7.724±0.243a
Kematian (%) 0 30 0 0 0
Keterangan : angka dalam kolom yang sama dengan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dalam uji Duncan pada taraf 5%
16
Pada pengujian ini konsumsi tertinggi umpan yaitu pada perlakuan kontrol (8.838 g/100 g bobot tubuh). Hasil ini berbeda nyata dengan perlakuan umpan G1, G2, G3, dan G4.
Konsumsi tertinggi umpan pada perlakuan kontrol
disebabkan pada umpan selain kontrol terdapat bahan gadung 10%, 20%, 25%, dan 30% yang dapat mengurangi ketertarikan konsumsi tikus rumah.
Pada
kontrol hanya terdiri dari bahan-bahan beras, karamel, parafin, dan bahan tambahan yang dapat meningkatkan ketertarikan tikus untuk mengonsumsi. Umpan selain kontrol yang cukup banyak dikonsumsi oleh tikus rumah yaitu pada perlakuan umpan G1 dan G2. Perlakuan umpan G2 dan G3 berbeda nyata, hal ini disebabkan perlakuan G2 mengandung beras lebih banyak yang mengakibatkan tikus lebih tertarik untuk mengonsumsinya dibandingkan dengan perlakuan G3.
Konsumsi tikus rumah terhadap perlakuan G1 dan G2 tidak
berbeda nyata, demikian juga perlakuan G3 dan G4 tidak berbeda nyata. Perlakuan G1 merupakan umpan yang dapat dikatakan tinggi untuk dikonsumsi oleh tikus rumah pada perlakuan rodentisida dengan tambahan bahan gadung yang berperan sebagai racun.
Hal ini dikarenakan perlakuan G1
mengandung karamel yang berbahan dasar gula merah dengan konsentrasi terbesar yaitu sebesar 25% dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan G1 terdapat parafin 25%, konsentrasi tersebut lebih kecil dibandingkan dengan konsentrasi pada perlakuan lainnya. Hal ini menyebabkan gadung yang terdapat dalam blok dapat berperan dengan baik sebagai bahan racun. Umbi gadung merupakan tumbuhan yang efektif untuk mengendalikan hama tikus (Sudarmo 2005). Pada Tabel 2 dapat dilihat konsumsi beras setelah tikus rumah diberi perlakuan dengan beberapa konsentrasi. Pada perlakuan G1 berbeda nyata dengan perlakuan G2, G4, dan kontrol, namun perlakuan G1 tidak berbeda nyata dengan G3. Keefektifan dalam kematian tikus rumah yaitu pada G1 yang dapat mematikan tikus sebesar 30% dalam 10 ulangan.
Hal ini disebabkan oleh
komposisi konsentrasi blok yang cukup baik dengan mengakibatkan umpan dikonsumsi dalam jumlah yang tinggi sebesar 5.292 g/100 g bobot tubuh. Pada perlakuan G2, G3, G4 tidak menimbulkan kematian. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi blok yang berbeda-beda dan daya tahan tikus yang beragam. Tikus
17
rumah memiliki daya tahan yang cukup baik, karena hewan mamalia ini dapat menetralisir racun dalam tubuhnya. Pada Tabel 3 memperlihatkan bobot tubuh tikus rumah menunjukkan kenaikan yang terlihat jelas pada perlakuan kontrol sebesar 11.094 g. Hal ini disebabkan pada perlakuan kontrol tidak terkandung konsentrasi racun yang mengakibatkan umpan tidak memiliki efek apapun. Namun, pada perlakuan G2 dan G4 yang telah terkandung racun memperlihatkan kenaikan yang tidak terlalu besar yaitu sebesar 2.089 g dan 4.586 g. Hal ini disebabkan oleh konsumsi beras setelah perlakuan blok yang cukup tinggi (8.062 g dan 7.724 g). Perlakuan G2 dan G4 memperlihatkan bahwa rodentisida botanis yang diaplikasikan memiliki efek yang tidak terlalu besar bagi bobot tubuh. Pada perlakuan G1 dan G3 menimbulkan penurunan bobot tubuh tikus rumah. Tabel 3 Bobot awal dan akhir tubuh tikus rumah terhadap perlakuan Perlakuan Kontrol G1 G2 G3 G4
Rerata bobot tubuh tikus rumah (g) Bobot awal Bobot akhir 97.633 108.727 119.795 109.001 107.601 109.690 112.375 106.881 101.663 106.249
Perlakuan Rodentisida Gadung Bentuk Blok terhadap Tikus Sawah Pada perlakuan terhadap tikus sawah memperlihatkan konsumsi tertinggi umpan pada perlakuan G1 sebesar 5.622 g/100 g bobot tikus sawah (Tabel 4), hal ini tidak berbeda nyata dibandingkan dengan konsumsi umpan pada perlakuan lainnya. Hasil ini membuktikan bahwa umpan yang telah dibuat cukup efektif dalam menarik tikus sawah untuk dikonsumsi selain itu disebabkan oleh komposisi umpan perlakuan gadung dalam blok tidak mempengaruhi konsumsi tikus sawah. Umpan perlakuan ini mengandung berbagai bahan penyedap dan bahan tambahan seperti beras, karamel, tepung ikan, telur, minyak goreng, gula pasir, dan vetsin yang dapat menambah ketertarikan tikus untuk mengonsumsinya.
18
Tabel 4 Konsumsi tikus sawah terhadap umpan blok dan beras setelah perlakuan Perlakuan
Umpan Blok (g/100 g berat badan)
Kontrol G1 G2 G3
4.710±2.351a 3.592±2.061a 4.581±1.509a 4.585±1.568a
Beras Setelah Perlakuan (g/100 g berat badan) 6.230±1.997a 4.496±2.695a 4.521±1.928a 3.435±3.141a
G4
4.960±1.088a
4.302±3.275a
Kematian (%) 0 40 30 70 40
Keterangan : angka dalam kolom yang sama dengan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dalam uji Duncan pada taraf 5%
Konsumsi beras dalam perlakuan terhadap tikus sawah tidak berbeda nyata untuk seluruh perlakuan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tikus yang mati ketika perlakuan umpan blok gadung, kemudian pada perlakuan tersebut menimbulkan efek yang sama terhadap konsumsi beras. Data kematian tikus sawah terlihat begitu beragam, pada perlakuan G1 melihatkan kematian 40%, perlakuan G2 dan G4 memperlihatkan kematian mencapai 30%, kemudian untuk perlakuan G3 kematian mencapai 70% (Tabel 4). Pada perlakuan G3 terhadap tikus sawah mencapai nilai efektif untuk kematian tikus. Pada perlakuan G4 menimbulkan kematian lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan G3 yang mengandung racun lebih sedikit. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi blok rodentisida botanis yang beragam, kemudian daya tahan tikus yang berbeda-beda, karena enzim yang terdapat di dalam tubuh tikus bekerja dengan sendiri. Selain itu, gadung yang digunakan dalam bentuk ekstrak kasar memungkinkan untuk dinetralisir oleh tikus uji. Ada perbedaan yang nyata antara berbagai tingkat konsentrasi ekstrak umbi gadung dengan jumlah kematian rata-rata (Narendra 2005). Pada perlakuan terhadap tikus sawah memperlihatkan penurunan bobot tubuh tikus (Tabel 5), kecuali pada perlakuan kontrol yang tidak mengandung konsentrasi racun yang mengakibatkan bobot tubuh tikus sawah tidak terpengaruh.
19
Tabel 5 Bobot awal dan akhir tubuh tikus sawah terhadap perlakuan Perlakuan Kontrol G1 G2 G3 G4
Rerata bobot tubuh tikus sawah (g) Bobot awal Bobot akhir 100.328 100.726 102.929 84.441 107.455 90.769 109.282 84.804 110.557 101.995
Metode Pilihan (choice test) Perlakuan umpan pilihan dilakukan dengan memberikan umpan blok dan umpan beras yang dicampur dengan gadung yang tidak berbentuk blok (BG) (Tabel 6).
Umpan blok yang digunakan yaitu umpan perlakuan G3 dengan
konsentrasi gadung 25%. Blok gadung G3 dipilih sebagai umpan pada choice test ini dikarenakan blok gadung tersebut cukup efektif dalam ketertarikan untuk dikonsumsi serta dalam mematikan tikus sawah. Tabel 6 Konsumsi umpan pada metode pilihan Ulangan 1 2 3 4 Rerata
Konsumsi (g/100 g berat badan) Blok G3 BG 0.214 5.366 0.367 7.877 2.334 3.177 1.178 4.482 1.02 5.23
Rerata bobot tubuh tikus sawah (g) Bobot awal 148.42 85.66 105.21 144.19
Bobot akhir 150.88 94.35 108.2 136.03
Bobot rerata 149.650 90.005 106.705 140.110
Dari Tabel 6 terlihat bahwa konsumsi umpan pada G3 yaitu 1.02 g/100 g bobot tikus lebih sedikit dibandingkan dengan BG yaitu sebesar 5.23 g/100 g bobot tikus. Hal ini dikarenakan jarangnya tikus mengonsumsi umpan dengan bentuk blok. Kemudian pada umpan BG terdapat konsentrasi beras cukup banyak yang dapat menarik tikus.
Pada umumnya tikus cenderung untuk memilih
mengonsumsi umpan berupa serealia sebagai pakan utamanya (Priyambodo 2003). Umpan G3 termasuk umpan yang efektif dalam kematian tikus namun kurang efektif dalam menambah ketertarikan tikus untuk mengonsumsi dibandingkan dengan BG.
Keempat perlakuan tersebut tidak menimbulkan
kematian sampai pada pemberian hari ke-14 (tidak diganti dengan beras).