HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi pakan selama penelitian adalah 6.515,29 g pada kontrol, 6.549,93 g
pada perlakuan KB 6.604,83 g pada perlakuan KBC dan 6.520,29 g pada perlakuan KBE. Konversi pakan itik perlakuan adalah sebesar 4,91 pada kontrol, 5,05 pada perlakuan KB, KBC sebesar 4,97 dan KBE sebesar 4,98. Karkas Pengaruh perlakuan terhadap bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas itik alabio jantan umur 10 minggu hasil penelitian ini disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Bobot Potong, Bobot Karkas dan Persentase Karkas Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu Peubah Bobot Potong (g/ekor) Bobot Karkas - (g/ekor) -
%
Perlakuan K
KB
KBC
KBE
1365,52 ± 44,60
1333,47 ± 66,45
1358,33 ± 140,41
1340,27 ± 25,28
815,03 ± 37,62
796,67 ± 13,68
817,05 ± 58,19
799,29 ± 25,58
59,66 ± 1,04
59,79 ± 2,07
60,33 ± 2,11
59,64 ± 0,92
Keterangan : K = pakan komersial; KB = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5%; KBC = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5% + 250 gr/kg; KBE = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5% + 400 IU/kg
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan tepung daun beluntas 0,5% dalam pakan dan kombinasi antara tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin C 250 mg serta tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin E 400 IU dalam pakan tidak berpengaruh terhadap bobot potong. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan tanin dalam tepung daun beluntas 0,5% dalam pakan tidak mengganggu bobot potong. Tabel 3 menunjukkan kandungan tanin dalam pakan sebesar 0,01%. Selain kandungan tanin, bobot potong yang tidak nyata juga diduga terjadi karena kandungan nutrien pakan pada keempat perlakuan sama yaitu isokalori dan isoprotein. Tabel 4 menunjukkan bahwa penambahan tepung daun beluntas 0,5% dalam pakan dan kombinasi antara tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin C 250 mg serta tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin E 400 IU dalam pakan tidak berpengaruh terhadap bobot karkas dan persentase karkas yang diperoleh. Hal ini karena bobot potong dari keempat perlakuan di atas tidak berbeda nyata, yakni berkisar antara 1333,4g- 1365,52 g/ekor.
16
Menurut Setiyanto (2005), penambahan tepung daun beluntas dalam pakan hingga taraf 1% pada itik jantan lokal selama delapan minggu tidak mempengaruhi persentase karkas. Rataan persentase karkas yang diperoleh dengan penambahan tepung daun beluntas 0,5% dan 1 % adalah 51,75% dan 51,20%, tidak berbeda dengan perlakuan kontrol dengan rataan persentase karkas 51,25%. Menurut Wahyudin (2006), pemberian tepung daun beluntas hingga taraf 2 % dalam pakan tidak memberikan mengaruh nyata terhadap persentase karkas itik yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan karkas berlangsung merata pada semua taraf perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian Wahyudin (2006), rataan persentase karkas dengan perlakuan penambahan tepung daun beluntas 0%, 1%, dan 2 % secara berturut-turut adalah 59,61%, 59,70% dan 60,66%. Hasil penelitian Randa (2007), menunjukkan rataan bobot akhir itik alabio jantan yang diberi pakan komersial adalah sebesar 1315,6 g dengan rataan persentase karkas adalah sebesar 68,3±0,6% sementara rataan persentase karkas itik cihateup adalah sebesar 56,3 ± 4,2%. Rataan persentase karkas yang diperoleh pada penelitian Randa (2007), lebih tinggi dibandingkan dengan rataan yang diperoleh pada penelitian ini. Hal ini diduga terjadi karena perbedaan kandungan nutrien pakan itik yang digunakan selama pemeliharaan. Dada Rataan bobot dada, persentase dada, bobot daging dada, persentase daging dada, bobot tulang dada dan persentase tulang dada itik alabio jantan umur 10 minggu dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil analisis ragam dari keempat pakan perlakuan menunjukkan bahwa penambahan tepung daun beluntas 0,5% dalam pakan dan kombinasi antara tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin C 250 mg serta tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin E 400 IU dalam pakan tidak berpengaruh terhadap persentase dada itik alabio jantan pada umur pemotongan 10 minggu. Hal ini karena bobot potong itik tidak berbeda. Dibandingkan dengan itik tegal, pada umur pemotongan yang sama, persentase dada itik alabio jantan lebih besar. Persentase dada itik alabio jantan dan itik tegal yang mendapat pakan kontrol masing-masing sebesar 31,88% dan 28,39%, sedangkan persentase dada itik alabio jantan dan tegal yang mendapat pakan mengandung beluntas 0,5% masing-masing 30,10% dan 28,39% (Setiyanto, 2005).
17
Tabel 5. Rataan Dada, Daging Dada dan Tulang Dada Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu Peubah Dada* : (g/ekor) %1 Daging dada**: (g/ekor) % Tulang dada**: (g/ekor) %
Perlakuan K
KB
KBC
KBE
260,22 ± 17,99 31,88 ± 1,08
239,93 ± 10,86 30,10 ± 0,94
251,15 ± 25,21 30,57 ± 0,90
257,02 ± 4,70 32,16 ± 0,86
228,68 ± 19,15 87,82 ± 1,38
201,67 ± 12,01 84,18 ± 1,54
219,72 ± 26,18 87,25 ± 2,18
223,71 ± 6,65 87,03 ± 3,06
31,53 ± 1,19 12,18 ± 1,30
38,27 ± 3,16 15,98 ± 1,64
31,43 ± 3,76 12,62 ± 2,11
33,31 ± 7,82 12,94 ± 2,91
Keterangan : K = pakan komersial; KB = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5%; KBC = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5% + 250 gr/kg; KBE = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5% + 400 IU/kg. *) = Dihitung berdasarkan bobot karkas; **) = Dihitung berdasarkan bobot dada
Penambahan tepung daun beluntas 0,5% dalam pakan dan kombinasi antara tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin C 250 mg serta tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin E 400 IU dalam pakan tidak berpengaruh terhadap persentase daging dan tulang dada itik alabio jantan. Hal ini dapat terjadi karena bobot potongnya yang sama. Menurut Soeparno (2005), proporsi tulang, otot dan lemak sebagai komponen utama karkas, selain dipengaruhi oleh umur, dipengaruhi oleh bobot hidup. Dibandingkan dengan itik tegal, pada umur pemotongan yang sama, persentase daging dada itik alabio jantan lebih besar. Persentase daging dada itik alabio jantan dan daging dada itik tegal yang mendapat pakan kontrol masing-masing sebesar 87,82 % dan 78,21%, sedangkan persentase daging dada itik alabio jantan dan daging dada tegal yang mendapat pakan mengandung beluntas 0,5% masing-masing 84,18 % dan 72,24% (Setiyanto, 2005). Sementara persentase tulang dada itik alabio jantan dibandingkan dengan tulang dada itik tegal pada itik yang mendapat pakan kontrol masing-masing sebesar 12,18% dan 21,79%, sedangkan yang mendapat pakan mengandung 0,5% beluntas masing-masing sebesar 15,98% dan 27,76% (Setiyanto, 2005). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase dada dan daging dada dipengaruhi oleh galur itik.
18
Paha Hasil rataan bobot dan persentase paha utuh, bobot dan persentase daging paha dan bobot dan persentase tulang itik alabio jantan umur 10 minggu disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan Persentase Paha, Daging Paha dan Tulang Paha Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu Perlakuan Paha * : (g/ekor) % Daging paha**: (g/ekor) % Tulang paha**: (g/ekor) %
Perlakuan K
KB
KBC
KBE
186,38 ± 3,48 22,89 ± 1,01
187,13 ± 7,31 23,53 ± 0,48
186,87 ± 9,72 22,88 ± 0,47
178,98 ± 11,84 22,41 ± 1,61
163,02 ± 7,45 87,34 ± 2,35
165,73 ± 17,96 88,34 ± 6,08
163,45 ± 10,96 87,38 ± 1,57
150,51 ± 23,69 84,26 ± 7,50
23,37 ± 4,01 12,57 ± 2,37
21,40 ± 10,76 11,59 ± 6,13
23,42 ± 2,13 12,58 ± 1,61
28,47 ± 12,71 16,23 ± 8,36
Keterangan : K = pakan komersial; KB = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5%; KBC = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5% + 250 gr/kg; KBE = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5% + 400 IU/kg ; *) = Dihitung berdasarkan bobot karkas; **) = Dihitung berdasarkan bobot paha utuh
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung daun beluntas 0,5% dalam pakan, kombinasi tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin C 250 mg dan kombinasi tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin E 400 IU tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase paha. Persentase paha itik alabio jantan umur 10 minggu dengan pakan kontrol adalah sebesar 22,89% sementara persentase paha itik tegal dengan pakan kontrol sebesar 25,55% (Setiyanto, 2005). Persentase paha itik alabio jantan umur 10 minggu dengan penambahan tepung daun beluntas 0,5% adalah sebesar 23,53% sementara persentase paha itik tegal dengan penambahan tepung daun beluntas 0,5% sebesar 26,44% (Setiyanto, 2005). Perbedaan ini diduga karena perbedaan galur itik yang digunakan dalam penelitian. Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase daging paha itik alabio jantan umur 10 minggu yang tidak berbeda pada keempat perlakuan. Rataan persentase daging paha itik alabio jantan yang diberi pakan kontrol pada penelitian ini adalah sebesar 87,34% dan itik tegal dengan pakan kontrol dan umur pemotongan 10 minggu adalah sebesar 81,03% (Wahyudin, 2005). Sementara rataan persentase daging paha itik
19
alabio jantan umur 10 minggu dengan penambahan tepung daun beluntas 0,5% adalah sebesar 88,34% dan itik tegal sebesar 80,90% (Wahyudin, 2005). Persentase daging paha itik alabio terlihat lebih besar daripada itik tegal. Rataan persentase tulang tidak berbeda nyata antar perlakuan. Rataan persentase tulang paha itik alabio jantan yang diberi pakan kontrol pada penelitian ini adalah sebesar 12,57% dan itik tegal dengan pakan kontrol dan umur pemotongan 10 minggu adalah sebesar 18,87% (Wahyudin, 2005). Sementara rataan persentase tulang paha itik alabio jantan umur 10 minggu dengan penambahan tepung daun beluntas 0,5% adalah sebesar 11,59% dan itik tegal sebesar 19,10% (Wahyudin, 2005). Persentase tulang paha itik alabio terlihat lebih kecil daipada itik tegal. Perbedaan persentase tulang ini terjadi diduga karena perbedaan galur itik. Lemak Abdomen Rataan bobot dan persentase lemak abdomen itik alabio jantan pada keempat perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Bobot dan Persentase Lemak Abdomen Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu. Lemak Abdomen* g/ekor %
K 10,29 ± 3,24 0,74± 0,23
Perlakuan KB KBC KBE 10,65 ± 3,66 13,32 ± 5,54 12,12 ± 4,55 0,79± 0,24 0,95± 0,32 0,90± 0,33
Keterangan : K = pakan komersial; KB = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5%; KBC = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5% + 250 gr/kg; KBE = pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5% + 400 IU/kg ; *) = Dihitung berdasarkan bobot potong
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung daun beluntas 0,5%, kombinasi tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin C, kombinasi tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin E tidak mempengaruhi persentase lemak abdomen itik alabio jantan umur 10 minggu. Rataan konsumsi pakan yang tidak jauh berbeda diduga membuat asupan nutrisi yang hampir sama sehingga menyebabkan deposit lemak abdomen yang tidak berbeda nyata pada keempat perlakuan. Menurut Iskandar et al. (2000), persentase lemak perut terlihat semakin tinggi dengan meningkatnya kandungan gizi pakan. Menurut Bintang dan Antawidjaja (1995), semakin menurunnya taraf energi dalam pakan terdapat kecenderungan penurunan lemak abdominal ternak entog. Menurut Abbas dan Rusmana (1995), serat kasar berpengaruh terhadap kandungan lemak tubuh itik fase pertumbuhan. Konsumsi serat
20
kasar antar perlakuandalam penelitian ini tidak jauh berbeda yakni berkisar antara 5%-5,05% pada saat umur 1-7 minggu dan 9,20%-9,23% pada umur 7-8 minggu. Rataan persentase lemak abdomen itik alabio jantan yang mendapat pakan kontrol, umur 10 minggu pada penelitian ini adalah sebesar 0,74% , sementara rataan lemak abdomen itik tegal dengan pakan kontrol pada umur pemotongan yang sama adalah sebesar 0,79% dari bobot potong (Setiyanto, 2005). Rataan lemak abdomen itik alabio jantan umur 10 minggu dengan penambahan tepung daun beluntas 0,5% pada penelitian ini adalah sebesar 0,79% dan rataan lemak abdomen pada itik tegal dengan penambahan tepung daun beluntas 0,5% adalah sebesar 0,72% dari bobot potong (Setiyanto, 2005).
21