HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan kandungan protein yang tinggi pada daun Som Jawa yaitu 31,24%. Kadar air yang tinggi pada daun Som Jawa diduga sebagai penyebab penurunan kadar bahan kering ransum. Kandungan lemak daun Som Jawa yang cukup tinggi yaitu 4,14% diduga menyebabkan peningkatan kandungan lemak ransum. Penambahan daun Som Jawa juga meningkatkan kadar abu ransum meskipun tidak signifikan. Peningkatan kadar abu ransum disebabkan kandungan abu yang tinggi pada daun Som Jawa yatu 16,15%. Kandungan nutrien ransum yang diberikan pada kambing Sapera penelitian tertera pada Tabel 5.
Tabel 5. Kandungan Nutrien Ransum (%) Perlakuan
BK
Abu
Pk
Lk
Sk
P1
73,53
10,09
15,97
3,37
18,78
P2
72,45
10,19
16,55
3,43
18,03
P3
71,37
10,29
17,14
3,48
17,27
Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan proses produksi (Tillman et al., 1998). Nutrien yang terserap akan dialirkan melalui darah menjadi prekursor untuk proses sintesis susu di ambing. Manajemen pemberian pakan dan minum merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya produksi susu pada ternak perah (Ensminger, 2002). Kandungan protein ransum yang digunakan dalam penelitian telah memenuhi kebutuhan untuk kambing laktasi yaitu 12-17 % (Rashid, 2008). Tingkat konsumsi pakan mencerminkan palatabilitas suatu jenis pakan. Konsumsi pakan yang semakin tinggi mengindikasikan tingkat palatabilitas yang semakin baik. Pakan yang diberikan dalam penelitian berupa rumput raja, daun gamal, konsentrat komersial, dan daun Som Jawa sebagai perlakuan. Rataan konsumsi pakan kambing perah Sapera yang ditambahkan daun Som Jawa (Talinum Paniculatum (Jacq.) Gaertn) tertera pada Tabel 6.
14
Tabel 6. Rataan Konsumsi Pakan Kambing Sapera (g/ekor/hari) Parameter Rumput Raja Konsentrat Daun Gamal Som Jawa
P1
P2
P3
Segar
2870,22 + 516,77
3089,78 + 153,71
2572,22 + 259,02
BK
1302,79 + 234,56
1402,45 + 69,77
1167,53 + 117,57
Segar
633,56 + 85,43
636,67 + 48,05
601,67 + 42,52
BK
511,61 + 72,86
547,64 + 43,52
515,55 + 38,95
Segar
591,67 + 84,26
633,33 + 50,33
596,22 + 45,05
BK
557,53 + 75,18
560,27 + 42,28
529,47 + 37,42
Segar
0
433,33 + 30,55
808,89 + 61,34
BK
0
40,78 + 2,87
76,12 + 5,77
Rataan konsumsi pakan yang dikonsumsi ternak menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Penambahan daun Som Jawa sebagai pakan tambahan tidak mempengaruhi tingkat konsumsi pakan hijauan dan konsentrat. Menurut Parakkasi (1999), beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi pakan selain dari pakan itu sendiri adalah kondisi ternak (bobot badan, jenis kelamin, umur, dan genetik), kondisi lingkungan, dan palatabilitas pakan (Nursasih, 2005). Tingkat konsumsi yang tidak berbeda pada masing-masing perlakuan mengindikasikan bahwa penambahan daun Som Jawa sampai taraf 6% tidak mempengaruhi palatabilitas ransum. Daun Som Jawa yang diberikan pada ternak memiliki tingkat palatabilitas yang tinggi karena selalu habis dikonsumsi oleh ternak.
Konsumsi Nutrien Konsumsi bahan kering pakan pada ternak dipengaruhi oleh kondisi fisiologis ternak dan pakan yang diberikan. Kandungan bahan kering ransum menurun seiring dengan meningkatnya jumlah penambahan daun Som Jawa (Tabel 5). Penurunan kadar bahan kering disebabkan tingginya kadar air yang ada pada daun Som Jawa. Rataan konsumsi bahan kering dan nutrien pakan kambing Sapera dengan penambahan daun Som Jawa (Talinum Paniculatum (Jacq.) Gaertn) tertera pada Tabel 7. Konsumsi bahan kering pakan kambing perah Sapera menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Penambahan daun Som Jawa sampai taraf 6% tidak mempengaruhi tingkat konsumsi bahan kering pakan. Tingkat konsumsi bahan kering pakan kambing Sapera jauh lebih tinggi dari pada kambing PESA yang
15
dilaporkan Ruhimat (2003) yaitu sebesar 4,18% dari bobot badan. Tingkat konsumsi bahan kering kambing Sapera penelitian lebih besar dari rekomendasi National Research Council (1981) untuk kambing laktasi dengan bobot badan 30 kg, produksi susu 1 liter, dan kadar lemak 4% yaitu sebesar 0,54-1,22 kg.
Tabel 7. Rataan Konsumsi Bahan Kering dan Nutrien Pakan Konsumsi
Jenis Nutrien P1 BK
g/ekor/hari
Protein
g/ekor/hari
Lemak
P2
P3
2371,94 + 230,89
2551,14 + 153,38
2288,67 + 174,76
7,27 + 0,62
7,57 + 0,31
7,04 + 0,43
354,60 + 28,71
388,13 + 24,78
359,42 + 26,45
% BK Pakan
14,97 + 0,53
15,21 + 0,08
15,70 + 0,17
g/ekor/hari
71,85 + 6,35
77,32 + 4,92
70,84 + 5,17
% BK Pakan
3,03 + 0,09
3,03 + 0,02
3,10 + 0,03
574,71 + 75,62
618,90 + 33,60
533,45 + 46,48
24,20 + 1,39
24,27 + 0,24
23,30 + 0,50
% BB
Serat Kasar g/ekor/hari % BK Pakan
Tingkat konsumsi bahan kering kambing Sapera sesuai dengan konsumsi bahan kering kambing yang dinyatakan oleh Blakely dan Blade (1991) yaitu berkisar antara 5%-7% bobot badan. Besarnya konsumsi bahan kering pakan pada kambing menunjukkan kapasitas produksi yang lebih besar jika dibandingkan dengan sapi pada satu satuan yang sama. Sapi hanya mampu mengonsumsi bahan kering pakan sebesar 2%-3% bobot badan. Konsumsi protein kasar pakan tidak berbeda nyata. Penambahan daun Som Jawa sampai taraf 6% tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat konsumsi protein. Tingkat konsumsi protein kambing Sapera sesuai dengan kebutuhan kambing fase laktasi yang dinyatakan oleh Rashid (2008) yaitu berkisar 12%-17% dari bahan kering pakan. Jumlah ini mengindikasikan bahwa pakan yang diberikan telah mampu memenuhi kebutuhan protein ternak. Kambing Sapera mengonsumsi protein lebih rendah dari kambing PESA yang dilaporkan oleh Ruhimat (2003) yaitu 15,91% dari bahan kering pakan. Protein yang dikonsumsi oleh ternak akan dirombak menjadi asam amino yang akan digunakan sebagai prekursor dalam sintesis protein susu. Protein sangat
16
penting untuk menjaga fungsi organ tubuh agar tetap normal (maintenance), pertumbuhan, produksi susu, dan perkembangan fetus pada ternak yang bunting. Protein juga berfungsi untuk pembentukan enzim dan hormon yang mengontrol reaksi kimia dalam tubuh (Tyler dan Ensminger, 2006). Lemak merupakan sumber energi kedua setelah karbohidrat bagi ternak ruminansia. Lemak pakan memiliki peran yang penting karena berkontribusi 25% pada kandungan lemak susu. Hasil analisis ragam data konsumsi lemak kasar pakan tidak berbeda nyata. Penambahan daun Som Jawa sampau taraf 6% tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat konsumsi lemak. Tingkat konsumsi lemak pakan dipengaruhi oleh tingkat konsumsi bahan kering dan kandungan lemak dalam pakan tersebut. Tingkat konsumsi lemak kambing sapera lebih tinggi dari kambing PESA yang dilaporkan Ruhimat (2003) yaitu sebesar 2,73% dari bahan kering pakan. Tingginya tingkat konsumsi lemak disebabkan tingkat konsumsi bahan kering kambing Sapera lebih tinggi dari kambing PESA. Konsumsi lemak berkorelasi positif dengan komposisi lemak susu yang dihasilkan. Serat kasar merupakan salah satu sumber karbohidrat ternak ruminansia selain dari gula sederhana dan pati. Ternak ruminansia dewasa mampu mencerna serat disebabkan mikroba rumen dapat memecahnya menjadi molekul karbohidrat sederhana (Tyler dan Ensminger, 2006). Hasil analisis ragam data konsumsi serat kasar menunjukkan tidak berbeda nyata. Penambahan daun Som Jawa sampai taraf 6% pada pakan kambing perah Sapera tidak mempengaruhi tingkat konsumsi serat kasar ransum. Konsumsi serat kasar ransum mempengaruhi tingkat konsumsi bahan kering karena serat kasar merupakan salah satu komponen bahan kering pakan. Tingkat konsumsi serat kasar kambing Sapera dengan penambahan daun Som Jawa lebih rendah dari tingkat konsumsi serat kambing PESA yang dilaporkan oleh Ruhimat (2003) yaitu 29,55% dari bobot badan ternak. Perbedaan konsumsi serat disebabkan oleh jenis dan kandungan nutrien pakan yang berbeda. Rendahnya konsumsi serat kasar berbanding terbalik dengan tingkat kandungan lemak susu yang dihasilkan (Tabel 8). Kandungan lemak susu kambing Sapera yang lebih tinggi dengan konsumsi serat yang lebih rendah menunjukkan bahwa kambing Sapera lebih efisien dalam memanfaatkan nutrien ransum yang dikonsumsi. Tingginya lemak susu kambing Sapera juga disebabkan tingkat konsumsi lemak kasar yang lebih tinggi.
17
Produkstivitas ternak salah satunya dipengaruhi oleh kualitas pakan. Kualitas pakan dinilai dari kandungan nutrien dan kecernaannya. Pakan dengan kualitas dan tingkat kecernaan yang baik memungkinkan ternak mengonsumsi nutrien yang lebih tinggi pada jumlah konsumsi bahan kering yang sama. Tingkat kecernaan nutrien pakan yang diberikan pada kambing perah Sapera tertera pada tabel 8.
Tabel 8. Rataan Kecernaan Nutrien Pakan
P1
Nutrien Tercerna P2
P3
1890,11 + 207,84
2054,48 + 110,74
1854,98 + 139,79
79,67 + 3,53
80,56 + 1,50
81,06 + 0,21
308,42 + 21,96
343,84 + 32,30
312,81 + 31,08
87,03 + 1,12
88,48 + 2,69
86,92 + 2,36
61,10 + 4,68
67,74 + 2,75
59,30 + 3,74
85,11 + 1,87
87,71 + 2,82
83,76 + 1,34
458,59 +77,46
499,97 + 27,61
431,08 + 35,42
79,57 + 4,75
80,82 + 3,06
80,83 + 0,49
Jenis Nutrien
BK
g/ekor/hari % konsumsi
Protein
g/ekor/hari % konsumsi
Lemak
g/ekor/hari % konsumsi
Serat Kasar
g/ekor/hari % konsumsi
Tingkat kecernaan bahan kering dan nutrien pakan menunjukkan tidak berbeda nyata. Penambahan daun Som Jawa pada kambing Sapera sampai taraf 6% belum memberikan pengaruh terhadap tingkat kecernaan nutrien pakan. Jumlah nutrien yang dikonsumsi dan tercerna oleh kambing Sapera lebih besar dari rekomendasi National Research Council (1981) untuk kambing laktasi dengan bobot badan 30 kg, produksi susu 1 liter, dan kadar lemak 4% yaitu 540-1.210 g bahan kering dan 123-134 g protein. Jumlah nutrien yang lebih besar mengindikasikan pakan yang diberikan pada kambing Sapera telah memenuhi kebutuhan dan mampu memenuhi kecukupan gizi untuk kambing perah laktasi.
Produksi Susu Produksi susu kambing per ekor per hari dihitung dari penjumlahan hasil pemerahan pagi dan sore hari. Rataan produksi susu mingguan kambing Sapera yang diberikan tambahan pakan daun Som Jawa (Talinum Paniculatum (Jacq.) Gaertn) pada minggu keenam hingga kesembilan tertera pada Gambar 1.
18
1300
ProduksiSusu(g)
1200 1100
1000
1177,33
1089,62 988,29
1114,00
1088,48
1059,24
1056,71
1002,24
1018,43
989,71
967,14
900
941,43
800
700 6
7
8
9
Minggu Laktasi Gambar 1. Grafik Rataan Produksi Susu Mingguan Kambing Sapera Penelitian. P1 = Kontrol (Rumput Raja + daun Gamal 27% + konsentrat 40%); P2 = Rumput Raja + Gamal 27% + daun Som Jawa 3% + konsentrat 40%; P3 = Rumput Raja + Gamal 27% + daun Som Jawa 6% + konsentrat 40%. Keterangan: Persistensi P1= 92,44; P2= 94,86; P3= 93,44. Secara deskriptif, nilai persistensi produksi susu kambing Sapera dengan
penambahan daun Som Jawa lebih besar. Nilai persistensi yang semakin besar menunjukkan tingkat kestabilan produksi susu pada kambing Sapera semakin baik. Nilai persistensi produksi susu kambing Sapera terbesar pada perlakuan penambahan daun Som Jawa 3%. Grafik produksi susu mingguan kambing Sapera mengalami penurunan disebabkan kambing telah memasuki masa penurunan produksi susu. Menurut Macciota et al. (2008), puncak produksi susu terjadi antara minggu kedua sampai minggu keempat pada periode laktasi. Grafik produksi susu P1 meningkat pada minggu ketujuh kemudian mengalami penurunan. Peningkatan produksi susu disebabkan beberapa kambing pada P1 melahirkan anak terakhir dibandingkan kambing lainya sehingga diduga masih mengalami puncak produksi susu. Rataan Produksi Susu kambing Sapera yang diberi tambahan pakan daun Som Jawa (Talinum Paniculatum (Jacq.) Gaertn) tertera pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan Produksi Susu Kambing Sapera Taraf Som Jawa (% Kebutuhan BK Pakan)
Produksi Susu (gram/ekor/hari)
P1 (0%)
957,73 + 77,85
P2 (3%)
1074,33 + 26,09
P3 (6%)
997,31 + 257,25
19
Produksi susu kambing Sapera yang diberikan tambahan pakan daun Som Jawa (Talinum Paniculatum (Jacq.) Gaertn) tidak berbeda nyata. Penambahan daun Som Jawa (Talinum Paniculatum (Jacq.) Gaertn) sampai taraf 6% pada ransum belum mampu meningkatkan produksi susu kambing perah Sapera. Rataan produksi susu kambing Sapera pada penelitian lebih rendah apabila dibandingkan dengan produksi susu kambing PESA (nama lain Sapera) di PT Taurus Dairy Farm yaitu 1120 gram/ekor/hari (Ruhimat, 2003). Perbedaan produksi susu ini dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: 1) bobot badan induk; 2) umur induk; 3) ukuran ambing; 4) jumlah anak; 5) nutrisi pakan; 6) suhu lingkungan; dan 7) penyakit (Ensminger, 2002).
Komposisi Susu Pakan merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi komposisi susu. Kandungan nutrien tersedia dalam darah dari metabolisme pakan akan digunakan sebagai prekursor dalam sintesis susu. Pakan dengan nutrien yang baik dan tingkat kecernaan tinggi akan menghasilkan komposisi susu semakin baik. Menurut Sodiq dan Abidin (2002), perbedaan komposisi kimia pada susu kambing disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: 1) variasi antar bangsa kambing; 2) variasi inter bangsa kambing; 3) faktor genetik; 4) musim; 5) umur; 6) lama masa laktasi; 7) faktor perawatan dan perlakuan; 8) pengaruh masa birahi dan kebuntingan; 9) frekuensi pemerahan dan perlakuan; 10) jumlah anak dalam sekali beranak; 11) pergantian pemerahan; 12) lama masa kering; 13) faktor hormonal; 14) faktor pakan; dan 15) pengaruh penyakit. Rataan komposisi susu kambing Sapera yang diberi pakan tambahan daun Som Jawa (Talinum Paniculatum (Jacq.) Gaertn) tertera pada Tabel 10.
Tabel 10. Rataan Kualitas Susu Kambing Sapera Komposisi Susu 3 Berat Jenis (kg/m ) Bahan Kering (%)
P1 (0%)
P2 (3%)
P3 (6%)
1,0286 + 0,0011
1,0275 + 0,0013
1,0279 + 0,0006
15,32 + 0,81
14,59 + 1,56
14,83 + 0,15
Kadar Lemak (%)
6,34 + 0,40
6,01 + 1,07
6,12 + 0,23
Kadar BKTL (%)
8,97 + 0,44
8,59 + 0,51
8,71 + 0,14
Kadar Protein (%)
4,97 + 0,29
4,73 + 0,33
4,79 + 0,06
Kadar Laktosa (%)
3,19 + 012
3,08 + 0,14
3,16 + 0,05
20
Berat Jenis Perhitungan analisis ragam data berat jenis susu menunjukkan tidak berbeda nyata. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan penambahan daun Som Jawa sampai taraf 6% pada pakan tidak mempengaruhi berat jenis susu. Menurut Walstra dan Jenness (1984), berat jenis merupakan perbandingan antara massa dari jumlah tertentu dari suatu benda atau material dengan volumenya. Berat jenis sangat tergantung pada suhu material tersebut. Berat jenis susu diperlukan dalam perhitungan jumlah bahan padatan di dalamnya. Berat jenis susu kambing Sapera lebih rendah dari susu kambing PESA di yang dilaporkan Ruhimat (2003) yaitu 1,0315 kg/m3. Kadar berat jenis susu menunjukkan kualitas susu kambing PESA masih lebih baik dari pada kambing Sapera. Menurut Rahman et al. (1992) berat jenis susu dipengaruhi oleh zat-zat padatan yang terkandung di dalam susu seperti lemak, protein, laktosa, vitamin dan mineral.
Bahan Kering Hasil perhitungan analisis ragam bahan kering susu kambing Sapera yang diberi pakan daun Som Jawa menunjukkan tidak berpengaruh nyata. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan daun Som Jawa sampai taraf 6% tidak mempengaruhi proses sintesis bahan penyusun susu seperti lemak, bahan kering tanpa lemak, dan air. Nilai bahan kering susu kambing Sapera lebih tinggi dari kambing PESA yang dilaporkan oleh Ruhimat (2003) yaitu sebesar 11,11%, akan tetapi lebih rendah dari pada bahan kering susu kambing PE yang dilaporkan oleh Apdini (2011) yaitu sebesar 16,38%. Hal ini menunjukkan kualitas susu kambing PE masih lebih baik dibandingkan kambing Sapera karena semakin tinggi bahan kering maka kualitas susu semakin baik.
Kadar Lemak Kadar lemak susu kambing Sapera menunjukkan tidak berbeda nyata. Penambahan daun Som Jawa pada pakan sampai taraf 6% tidak berpengaruh terhadap sintesis lemak dalam proses sintesis susu. Kadar lemak susu kambing Sapera lebih tinggi dari pada susu kambing PESA yaitu 4,13% (Ruhimat, 2003). Kadar lemak susu bervariasi tergantung produksi susu, tingkat laktasi, kualitas dan kuantitas pakan (Larson, 1981). Kadar lemak susu kambing Sapera yang lebih tinggi
21
disebabkan konsumsi lemak pakan yang lebih tinggi. Asam lemak pakan merupakan prekursor dalam pembentukan lemak susu.
Kambing perah laktasi
yang
mengonsumsi pakan dengan kandungan lemak tinggi cenderung menghasilkan lemak susu yang lebih tinggi. Menurut Chilliard et al. (2000), sebagian besar lemak susu terdapat dalam bentuk trigliserida yang disintesis dari bahan-bahan yang diserap dari darah yakni glukosa, asetat, asam β–hidroksibutirat, lipoprotein, asam palmitat, serta asam-asam lemak rantai pendek. Sebagian asam lemak yang lainnya disintesis dari mobilisasi cadangan lemak tubuh dengan proporsi bervariasi menurut fase laktasi. Menurut Tyler dan Ensminger (2006), hanya + 25% asam lemak yang ditemukan pada lemak susu berasal dari lemak pakan. Sebagian besar lemak lainnya berasal dari serat kasar yang dirubah menjadi asam asetat yang akhirnya akan dirubah menjadi lemak susu. Proses pencernaan serat dalam tubuh ruminansia mengindikasikan bahwa tingkat konsumsi dan kecernaan serat pakan menjadi penting dalam menghasilkan lemak susu.
Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL) Bahan kering tanpa lemak tersusun atas protein, laktosa, vitamin, dan mineral. BKTL susu kambing Sapera yang diberikan tambahan pakan daun Som Jawa sampai taraf 6% menunjukkan hasil tidak berbeda nyata. Hal ini mengindikasikan tidak adanya peningkatan ataupun penurunan komposisi BKTL dalam susu kambing penelitian. Kandungan BKTL tidak berbeda disebabkan tingkat konsumsi BK (% BB) pakan antar kambing perlakuan sama. Nilai nutrisi penyusun BKTL yang dikonsumsi sama, pada akhirnya digunakan untuk mensintesis BKTL. Kandungan BKTL susu kambing Sapera lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kambing PESA yang dilaporkan oleh Ruhimat (2003) yaitu sebesar 6,99 %.
Kadar Protein Kadar protein susu menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Penambahan daun Som Jawa sampai taraf 6% pada pakan kambing perah Sapera tidak mempengaruhi kadar protein susu. Kadar protein susu kambing Sapera ini lebih tinggi dibandingkan dengan kambing PESA yang dilaporkan oleh Ruhimat (2003) yakni sebesar 3,07%. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas protein susu kambing Sapera dengan penambahan daun Som Jawa lebih baik dari pada kambing PESA.
22
Perbedaan kadar protein susu juga dipengaruhi proses hormonal tubuh yaitu hormon oksitosin yang berperan dalam milk let down yang membantu keluarnya susu saat pemerahan (Delaval, 2008). Kadar protein susu juga dipengaruhi oleh ketersediaan asam amino yang akan digunakan dalam sintesis protein susu. Proses sintesis protein akan tertunda apabila salah satu asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis protein susu tidak tersedia (Tyler dan Ensminger, 2006).
Kadar Laktosa Kadar laktosa susu kambing Sapera menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Penambahan daun Som Jawa pada pakan kambing perah Sapera sampai taraf 6% tidak memberikan pengaruh terhadap kadar laktosa susu. Kadar laktosa susu kambing Sapera lebih rendah apabila dibandingkan dengan kambing PESA yang dilaporkan oleh Ruhimat (2003) yakni sebesar 3,48%. Perbedaan kadar laktosa dapat disebabkan tingkat pemberian dan kualitas konsentrat yang berbeda. Kadar laktosa juga dipengaruhi oleh enzim lactose synthease yang akan menggabungkan glukosa dan galaktosa (Tyler dan Ensminger, 2006). Laktosa atau gula susu merupakan bentuk terbanyak dari karbohidrat dalam susu. Laktosa merupakan disakarida yang tersusun atas satu molekul glukosa dan satu molekul galaktosa. Laktosa susu berasal dari pemecahan karbohidrat dalam rumen menjadi asam propionat kemudian dirubah menjadi glukosa dan selanjutnya digunakan untuk produksi laktosa (Tyler dan Ensminger, 2006). Laktosa dalam susu sebagian besar bertanggung jawab terhadap tekanan osmosis yang diberikan oleh susu. Produksi laktosa yang tinggi akan mempengaruhi pengeluaran cairan ke susu untuk menjaga tekanan osmosis susu tetap stabil (Tyler dan Ensminger, 2006). Rataan sintesis laktosa mengendalikan sebagian besar volume susu. Proses ini menjelaskan pentingnya pemberian konsentrat pada ternak perah sebagai sumber energi. Penambahan konsentrat harus memperhatikan imbangan pemberian rumput sebagai sumber serat penghasil asam asetat yang digunakan untuk produksi lemak susu.
Efisiensi Pemanfaatan Ransum terhadap Kualitas Susu Kambing Pakan dengan kualitas yang baik selain dapat dilihat dari komposisi nutrien juga tingkat pemanfaatan nutrien untuk menunjang proses produksi ternak yang
23
tinggi. Rataan tingkat efisiensi pemanfaatan nutrien ransum kambing Sapera untuk komposisi susu tertera pada Tabel 11.
Tabel 11. Efisiensi Pemanfaatan Nutrien Ransum untuk Kualitas Susu Efisiensi pada Komposisi Susu (%)
Jenis Nutrien P1
P2
P3
Ransum (BK) (%)
6,18 + 0,06
6,19 + 1,03
6,43 + 1,37
Lemak (%)
9,42 + 0,49
9,35 + 2,16
10,04 + 2,06
Protein (%)
13,40 + 0,22
13,15 + 1,73
13,24 + 2,98
Analisis ragam data efisiensi konsumsi ransum (BK) untuk produksi susu menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan daun Som Jawa pada ransum kambing perah sampai taraf 6% tidak mempengaruhi tingkat efisiensi bahan kering pakan terhadap komposisi susu kambing Sapera. Tingkat efisiensi ransum untuk produksi susu pada kambing Sapera lebih rendah dari pada kambing PE yang dilaporkan oleh Apdini (2011) yang berkisar antara 15,6%-38,4%. Nilai efisiensi ini berbanding lurus dengan tingkat kualitas susu kambing Sapera yang lebih rendah dari kambing PE. Tingkat efisiensi ransum menunjukkan jumlah nutrien yang dikonsumsi yang mampu dikonversi ke dalam komposisi susu. Nilai efisiensi yang semakin tinggi menunjukkan semakin banyak nutrien dari pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak untuk produksi susu. Hasil analisis ragam data efisiensi lemak untuk komposisi susu menunjukkan tidak berbeda nyata. Rataan nilai efisiensi lemak kambing Sapera lebih tinggi dibandingkan kambing PE dan Seanen yang dilaporkan oleh Apdini (2011) yaitu sebesar 5,43%. Produksi lemak susu dipengaruhi oleh itngkat konsumsi serat kasar dan lemak pakan. Nilai efisiensi lebih tinggi menunjukkan kambing Sapera lebih efisien dalam memanfaatkan serat kasar dan lemak pakan untuk produksi lemak susu. Lemak susu kambing Sapera lebih tinggi dari kambing PESA dengan tingkat konsumsi serat kasar lebih rendah menunjukkan efisiensi lemak kambing Sapera lebih baik. Tingkat efisiensi lemak kambing Sapera terhadap PESA juga dipengaruhi konsumsi lemak pakan yang lebih tinggi. Berdasarkan analisis ragam data efisiensi protein untuk komposisi susu diperoleh hasil yang tidak berbeda nyata. Hasil ini mengindikasikan bahwa
24
penambahan daun Som Jawa sampai taraf 6% tidak mempengaruhi efisiensi sintesis protein untuk komposisi susu. Rataan tingkat efisiensi protein kambing Sapera lebih tinggi jika dibandingkan dengan kambing PE dan Seanen yang dilaporkan Apdini (2011) yaitu 10,42%. Tingkat efisiensi protein pakan kambing Sapera lebih besar dari kambing PESA terlihat dari kadar protein susu kambing Sapera lebih tinggi dengan tingkat konsumsi protein pakan lebih rendah. Perbedaan nilai efisiensi ransum, protein, dan lemak dapat disebabkan oleh kualitas pakan dan kondisi lingkungan yang berbeda. Nilai efisiensi protein kambing Sapera yang lebih tinggi menunjukkan bahwa kambing Sapera lebih efisien dalam mengkonversi protein untuk sintesis protein susu. Menurut Seswita (2010) daun Som Jawa memiliki kandungan minyak atsiri yang berfungsi sebagai anti radang. Kandungan zat anti radang ini diduga turut berperan dalam mencegah peradangan di dalam ambing akibat pemerahan sehingga protein yang digunakan untuk maintenance lebih rendah dan sisanya digunakan untuk produksi susu dan pertumbuhan. Nutrien yang dikonsumsi ternak ditentukan oleh jumlah pakan yang dikonsumsi ternak (total konsumsi bahan kering) dan kualitas atau komposisi nutrien dari pakan (Tyler dan Ensminger, 2006). Nutrien yang dikonsumsi oleh ternak perah digunakan untuk menjaga fungsi organ tubuh (maintenance), pertumbuhan, reproduksi, dan laktasi. Nutrien ransum yang dikonsumsi oleh kambing perah selain untuk produksi susu juga digunakan untuk pertumbuhan. Pertambahan bobot badan per satuan unit waktu sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur tingkat pertumbuhan. Pemanfaatan nutrien pakan untuk pertumbuhan pada kambing Sapera yang diberikan tambahan pakan daun Som Jawa dapat dilihat dari pergerakan grafik rataan bobot badan pada Gambar 2. Grafik rataan bobot badan menggambarkan perkembangan perubahan bobot badan dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Secara deskriptif rataan bobot badan kambing perah Sapera yang diberikan tambahan pakan daun Som Jawa menunjukkan peningkatan bobot badan. Peningkatan bobot badan yang signifikan terjadi pada kambing dengan perlakuan penambahan 6% daun Som Jawa (P3) dalam ransum meskipun di tengah penelitian bobot badannya mengalami penurunan yang tidak signifikan. Peningkatan bobot badan ternak juga ditunjukkan pada ternak yang
25
diberikan tambahan pakan daun Som Jawa 3% (P2) meskipun tidak terlalu signifikan. Penurunan bobot badan justru terjadi pada ternak yang tidak diberi perlakuan penambahan daun Som Jawa (P1). 34,50 34,00
BobotBadan(kg)
33,50
33,87
33,60
33,80
33,60 33,27
33,00
32,87
32,50
32,53
32,00 31,50
31,67
31,53
31,00 30,50 30,00 0
14
28
Hari Penelitian Gambar 2. Grafik Rataan Bobot Badan Kambing Sapera Penelitian. (Rumput Raja + daun Gamal 27% + konsentrat 40%); + Gamal 27% + daun Som Jawa 3% + konsentrat 40%; + Gamal 27% + daun Som Jawa 6% + konsentrat 40%
P1 = Kontrol P2 = Rumput Raja P3 = Rumput Raja
Perubahan bobot badan kambing Sapera mengindikasikan adanya ditribusi penggunaan nutrien yang dikonsumsi untuk pertumbuhan. Penurunan bobot badan pada ternak yang tidak diberikan tambahan pakan daun Som Jawa (P1) mengindikasikan adanya defisiensi nutrien sehingga harus diambil dari cadangan dalam tubuh. Ternak yang kekurangan nutrien untuk produksi susu akan mengambilnya dari cadangan nutrien tubuh (Tyler dan Ensminger, 2006). Penurunan bobot badan pada ternak yang sedang laktasi merupakan suatu hal yang wajar disebabkan produksi yang tinggi membutuhkan jumlah nutrien yang lebih besar. Peningkatan bobot badan pada ternak yang diberikan tambahan pakan daun Som Jawa (P3) mengindikasikan adanya pengaruh penambahan daun Som Jawa terhadap distribusi nutrien yang dikonsumsi khususnya protein. Kandungan daun Som Jawa berupa Saponin dan Tanin (Dalimarta, 2003) yang apabila tersedia dalam jumlah cukup akan melindungi protein dari degradasi rumen (Smith et al., 2005). Protein yang selamat dari degradasi rumen meningkatkan ketersediaan asam amino
26
di usus halus untuk kebutuhan pertumbuhan dan produksi susu pada ternak. Fungsi kandungan zat aktif dalam daun Som Jawa terlihat dari peningkatan bobot badan yang berbanding lurus dengan peningkatan taraf pemberian sebagai pakan tambahan. Peningkatan bobot badan ternak juga dipengaruhi oleh faktor pakan, tingkat kecernaan pakan dan status fisiologis ternak.
27