HASIL DAN PEMBAHASAN Spesies yang Ditemukan Berdasarkan hasil identifikasi ditemukan 14 spesies lalat buah yang terperangkap. Sebanyak 7 spesies lalat buah terperangkap pada atraktan Methyl eugenol, yaitu: B. carambolae, B. impunctata, B. minuscula, B. occipitalis, B. papayae, B. umbrosa, dan Bactrocera sp. (Tabel 3). Tujuh spesies lainnya terperangkap pada atraktan Cue lure: B. albistrigata, B. calumniata, B. caudata, B. cucurbitae, B. melastomatos, B. neocognata, dan D. longicornis. Satu spesies lalat buah belum dapat diidentifikasi hingga spesies karena pola pada kedua sayap tidak sama sehingga tidak sesuai dengan kunci yang tersedia. Tabel 3 Spesies lalat buah yang dikumpulkan dari lima lokasi penelitian Lokasi Spesies
Atrak -tan
Psr Induk Kr. Jati
G. Buah Tj. Priok
Hutan UI
Cimang -gis
Cihanya -war
Total
B. albistrigata
CUE
9*
82
698
23
1
813
B. calumniata
CUE
-
-
-
-
1
1
B. carambolae
ME
264
15
4499
1944
35
6757
B. caudata
CUE
2
2
2
7
24
37
B. cucurbitae
CUE
-
-
2
1
11
14
B. impunctata
ME
-
-
7
-
-
7
B. melastomatos
CUE
-
-
12
-
-
12
B. minuscula
ME
1
-
-
-
1
2
B. neocognata
CUE
-
-
46
-
-
46
B. occipitalis
ME
32
-
476
183
1
692
B. papayae
ME
378
60
1635
694
89
2856
B. umbrosa
ME
-
-
27
4
2
33
Bactrocera sp.
ME
1
-
1
1
-
3
D. longicornis
CUE
-
-
2
-
-
2
Total individu
687
159
7407
2857
165
11275
Total spesies
7
4
12
8
9
Keterangan: CUE = cue lure, ME = methyl eugenol, G = Gudang, Kr = Kramat, Psr = Pasar, Tj = Tanjung, * = individu.
17
Pada setiap lokasi penelitian ditemukan jenis dan jumlah lalat buah yang berbeda. Jumlah individu lalat buah terbanyak diperoleh di lokasi Hutan UI yaitu sebesar 7407 individu.
Pada lokasi Cimanggis lalat buah yang terperangkap
sebanyak 2857 individu, sedangkan di lokasi Pasar Induk Kramat Jati, Cihanyawar, dan Gudang Buah Tanjung Priok berturut-turut 687, 165, dan 159 individu.
Dari lima lokasi penelitian, Gudang Buah Tanjung Priok memiliki
jumlah individu yang paling rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan habitat pengambilan sampel merupakan kawasan gudang buah impor dengan sanitasi di sekitar gudang yang baik, buah busuk yang dibuang ke tempat sampah tidak terlalu banyak. Selain itu jenis tanaman di sekitar lokasi tidak terlalu beragam. Spesies lalat buah terbanyak ditemukan pada lokasi Hutan UI yaitu 12 spesies.
Lalat buah di Cihanyawar ditemukan sebanyak 9 spesies, di Cimanggis,
Pasar Induk Kramat Jati, dan Gudang Buah Tanjung Priok berturut-turut 8, 7, dan 4 spesies. Data tersebut menunjukkan bahwa lokasi Hutan UI memiliki spesies lalat buah yang lebih banyak dibandingkan keempat lokasi lainnya. Hal ini dapat disebabkan habitat Hutan UI memiliki vegetasi tumbuhan yang lebih beragam dan tetap ada sepanjang tahun sehingga mempengaruhi kekayaan spesies di sekitarnya.
Selain itu lokasi tersebut jauh dari aktifitas manusia seperti
penyemprotan dan pengolahan tanah sehingga area tersebut sesuai untuk perkembangbiakan lalat buah. Kondisi habitat ini berbeda dengan habitat di Gudang Buah Tanjung Priok yang memiliki vegetasi tumbuhan yang cendrung lebih sedikit, bahkan jenis tumbuhan yang ada bukan merupakan tanaman inang utama dari spesies lalat buah. Jumlah spesies terbanyak yang ditemukan di lokasi penelitian yaitu B. carambolae (6757) individu (Gambar 5).
Lalat buah yang relatif banyak
ditemukan adalah B. papayae (2856), B. albistrigata (813) dan B. occipitalis (692), sedangkan jumlah spesies yang paling sedikit ditemukan adalah B. calumniata (1), B. minuscula (2) dan D. longicornis (2).
Komposisi jumlah
spesies yang ditemukan di lokasi penelitian memiliki perbedaan yang sangat kontras. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain kondisi habitat, keadaan lingkungan sekitar, dan
kesesuaian serta
ketersediaan tanaman inang pada lokasi penelitian. Menurut Ricklefs (1978) dan
18
4500 4000 3500 3000
2000 1500 1000 500
B. al bi str B. ig ca at a lu m B. n ia ca ta ra m bo la B. e ca ud B. at cu a cu rb B. i ta im e pu B. nc m ta el ta as to m B. at os m in us B. cu ne la oc og na B. ta oc ci pi ta lis B. pa pa ya B. e um br Ba o ct sa ro ce r D a .l sp on . gi co rn is
0
Cihanyaw Cimangg ar is Hutan UI GB Tj. Pri o Pasar Kra k mat Jati
Spesies lalat buah
Gambar 5 Spesies dan jumlah lalat buah di lima lokasi penelitian
Odum (1983), spesies yang umum dijumpai mungkin memiliki kelimpahan yang sangat besar karena jenis ini memiliki jumlah individu, biomassa serta nilai penting yang besar sehingga mendominasi komunitas. Dengan kata lain jenis seperti ini dikatakan bersifat dominan. B. carambolae dan B. papayae merupakan spesies lalat buah yang populasinya paling melimpah di lokasi pengambilan sampel. Hal ini disebabkan tanaman inang kedua spesies ini sangat beragam dan hampir selalu tersedia sepanjang waktu.
Menurut White dan Hancock (1997) serta CABI (2007),
tanaman inang B. carambolae adalah belimbing, belimbing waluh, jambu air, jambu biji, tomat, cabe, nangka, cempedak, sukun, jeruk lemon, sawo, manggis, mangga, aren, ketapang dan lain lain. Tanaman inang B. papayae antara lain pisang, pepaya, jambu biji, jambu bol, jeruk manis, sawo, belimbing, sirsak,
Loka si
Jumlah individu
2500
19
manggis, rambutan, nangka, mangga, duku, rambai, kolang-kaling, cabe, terong, markisa dan lain lain. MacArthur dan Wilson (1967) menyatakan bahwa suatu area yang luas akan mendukung pertambahan populasi spesies karena tersedianya sumber makanan dan habitat yang sesuai. Di samping itu menurut AQIS (2008), kedua spesies tersebut merupakan hama penting karena menyebar luas dalam populasi yang sangat tinggi. B. calumniata, B. minuscula, dan D. longicornis, merupakan spesies dengan populasi rendah dan hanya ditemukan di beberapa lokasi penelitian. Hal ini dapat disebabkan habitat
tersebut kurang sesuai bagi perkembangbiakan spesies
tersebut. Menurut McPheron dan Steck (1996), terdapat pembatas utama yang mempengaruhi keberadaan suatu spesies lalat buah yaitu suhu, habitat yang tidak mendukung (ketersediaan inang), dan daerah jelajah yang tidak mendukung. Perbedaan pola atau sifat antara satu komunitas dengan komunitas lain dapat merupakan penyebab terjadinya perbedaan proporsi spesies-spesies tersebut. Sebagian spesies mungkin sangat jarang ditemukan dan mempunyai kelimpahan yang kecil atau dapat disebut sebagai spesies non dominan. Jenis spesies yang jarang tersebut dapat merupakan spesies yang menetap dan mencari makan di suatu habitat atau mungkin hanya merupakan penjelajah eksidental (tidak tetap) dari habitat yang berdekatan atau bahkan jenis migran (Ricklefs 1978; Odum 1983). Spesies lalat buah yang terperangkap dengan atraktan Methyl eugenol dan Cue lure tidak semua diketahui tanaman inangnya. Inang lalat buah penting dan berpotensi sebagai hama telah diidentifikasi melalui rearing buah terserang. Spesies-spesies tersebut adalah B. cucurbitae, B. carambolae, B. umbrosa, B. papayae, B. tau, dan B. albistrigata (Muryati et al. 2005). Indeks Keanekaragaman Jenis Cihanyawar memiliki nilai indeks keanekaragaman jenis paling tinggi (1.30) dibandingkan lokasi Hutan UI (1.11) (Tabel 4), (Lampiran 1-5). Hasil ini menunjukkan bahwa banyaknya jumlah individu yang terperangkap di Hutan UI tidak diikuti dengan tingginya indeks keanekaragaman Shannon.
Hal ini
disebabkan dalam perhitungan indeks keanekaragaman Shannon tidak hanya
20
jumlah individu yang menentukan besarnya nilai indeks, tetapi kekayaan jenis (species richness) juga sangat menentukan.
Nilai indeks keanekaragaman
Shannon (H ) dipengaruhi oleh kemerataan jenis dalam suatu komunitas. Nilai kemerataan jenis akan cenderung rendah apabila komunitas tersebut didominasi oleh satu spesies (Magurran 1988). keanekaragaman jenis
paling rendah
Cimanggis memiliki nilai indeks (0.85).
Hal ini menunjukkan bahwa
keanekaragaam jenis lalat buah pada lokasi tersebut memiliki perbedaan jumlah individu dalam tiap spesies yang cukup besar.
Disamping itu ada indikasi
terdapat dominasi spesies lalat buah tertentu (dalam hal ini B. carambolae) yang sangat dominan di lokasi tersebut. Menurut Soegianto (1994), suatu komunitas dikatakan mempunyai nilai indeks keanekaragaman jenis tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies yang sama atau hampir sama. Sebaliknya jika komunitas disusun oleh banyak spesies, dan jika hanya sedikit saja spesies yang dominan, maka keanekaragaman jenisnya rendah. Tabel 4 Nilai indeks keanekaragaman jenis di lima lokasi penelitian Lokasi
Indeks keanekaragaman jenis (H )
Pasar Induk Kramat Jati
0.93
Gudang Buah Tanjung Priok
0.99
Jakarta:
Depok: Hutan UI
1.11
Cimanggis
0.85
Bogor: Cihanyawar
1.30
Hampir semua lokasi memiliki perbedaan keanekaragaman jenis lalat buah, hanya lokasi Pasar Induk Kramat Jati dan Gudang Buah Tanjung Priok yang memiliki keanekaragaman jenis yang hampir sama. Menurut McPheron dan Steck (1996), tingkat keanekaragaman jenis dan populasi serangga suatu habitat tidak sama dengan yang lainnya. Dalam suatu komunitas, keanekaragaman jenis mempunyai kecenderungan berubah sesuai dengan perubahan waktu (Charless
21
1972). Aktifitas serta keberadaan manusia juga mempengaruhi keanekaragaman spesies dalam suatu ekosistem (Ricklefs & Schulter 1993).
Selain itu suatu
tempat dengan tingkat produktivitas yang tinggi akan diimbangi dengan keanekaragaman jenis yang tinggi (Connel & Orias 1964).
Sebagai habitat
pertanian, Cihanyawar merupakan tempat dengan produtivitas tinggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai keanekaragaman representatif hanya dicapai oleh lokasi Cihanyawar. Lokasi lain tidak menunjukkan indeks keanekaragaman yang representatif; diduga hal ini disebabkan jumlah individu dalam suatu spesies yang tertangkap sangat berbeda dengan jumlah individu spesies lain.
Bahkan perbedaan ini bisa sangat mencolok di Cimanggis: B.
cucurbitae dan Bactrocera sp. Hanya tertangkap masing-masing satu individu, sedangkan B.
carambolae
tertangkap
sampai 1944 individu.
Indeks
keanekaragaman Shannon didasarkan pada asumsi bahwa individu yang tertangkap mewakili semua jenis dalam suatu populasi, dengan kata lain semua spesies dijumpai dalam tiap lokasi (Magurran 1988). Data yang diproleh tidak menunjukkan keterwakilan 14 spesies dari masing-masing lokasi, sehingga diproleh indeks < 1.30 dari lokasi selain Cihanyawar. Kunci Identifikasi Spesies yang Ditemukan Karakter morfologi bagian tubuh lalat buah yang penting dalam penelusuran kunci identifikasi di antaranya adalah: bentuk spot pada muka, warna mesonotum, ada tidaknya pita kuning di kedua sisi lateral dan tengah toraks, warna, pola dan jumlah rambut pada skutelum, pola pada pembuluh sayap (costa band), bentuk dan pola abdomen, serta warna dan spot pada tungkai (Drew et al. 1982; Lawson et al. 2003). Lampiran 6-9 memperlihatkan karakter morfologi penting pada setiap spesies yang ditemukan.
Kunci identifikasi berikut adalah kunci
identifikasi yang dibuat berdasarkan spesies-spesies lalat buah yang ditemukan selama penelitian. 1a.
Abdomen tergum bersatu (segmen/ruas tidak terpisah); abdomen dengan pinggang yang kuat ................................................................ Genus Dacus)
2
22
b.
Abdomen tergum tidak bersatu, bentuk abdomen oval atau bulat lonjong, costal band (pita coklat/hitam) di pinggir sayap bersambung ..
3
(Genus Bactrocera) 2.
Skutum berwarna coklat-merah ........................................................... Dacus (Callantra) longicornis Wiedemann (CUE)
3a. Membran sayap dengan pola tambahan (infuscation) ke costal band dan cubital streak ..................................................................... b.
4
Membran sayap tidak berwarna kecuali costal band dan cubital streak, pada toraks terdapat pita kuning di sisi lateral ...........................
11
4a. Terdapat empat rambut skutelum..........................................................
5
b.
Terdapat dua rambut skutelum, pola membran coklat melintang satu atau lebih pada salah satu atau kedua r-m dan pada dm-cu, pola membran coklat melintang satu atau lebih pada sayap dari costal band ke bagian pinggir belakang...................................................................
8
5a.
Dasar skutum berwarna hitam...............................................................
6
b.
Dasar skutum berwarna coklat-merah dengan tanda hitam....................
7
6.
Pita kuning di sisi lateral toraks paralel atau subparalel dan mencapai rambut intra-alar, cell basal costa dan costa tidak berwarna ................ Bactrocera (Zeugodacus) calumniata (Hardy) (CUE)
7.
Pola membran coklat melintang pada r-m (sangat tipis) dan melintang pada dm-cu, pita coklat juga membulat pada bagian apeks, pada toraks terdapat pita kuning di sisi lateral yang berakhir tepat pada intra-alar, cell basal costa dan costa tidak berwarna ............................................. Bactrocera (Zeugodacus) cucurbitae (Coquillett) (CUE)
8a. Pola membran coklat melintang satu pada sayap dari costal band ke bagian pinggir belakang ....................................................................... b. 9.
9
Pola membran coklat melintang dua atau tiga pada sayap dari costal band ke bagian pinggir belakang ..........................................................
10
Costal band hanya melewati R2+3, garis mesopleural tidak sampai ke bagian atas postpronotal lobe. Postpronotal lobe berwarna kuning; pita kuning di sisi lateral tidak begitu lebar (sedang) dan berakhir sebelum rambut intra-alar...................................................................
14
Bactrocera (Bactrocera) albistrigata (de Meijire) (CUE) 10.
Pola membran coklat melintang tiga pada sayap dari costal band ke bagian pinggir belakang ....................................................................... Bactrocera (Bactrocera) umbrosa (Fabricus) (ME)
11a. Terdapat empat rambut skutelum.......................................................... b. Terdapat dua rambut skutelum, spesies tidak seluruhnya berwarna hitam, pada umumnya salah satu dari femur berwarna kuning-coklat
12
23
12.
atau berwarna kuning - coklat kehitaman sampai coklat, costal band tepat pada atau melewati R2+3, dasar skutum berwarna hitam, tidak ada spot berwarna kuning pada anterior sampai ke mesonotal..............
13
Costal band bersatu dengan R2+3, muka pada umumnya berwarna kuning dengan tanda hitam yang gelap, muka berwarna kuningcoklat dengan pita hitam tipis melintang pada oral margin (kadangkadang terputus di tengah), terdapat rambut prescutellar......................
19
Bactrocera (Zeugodacus) caudata (Fabricius) (CUE) 13a. Abdomen tergum III-V tanpa pola
yang jelas .................................
14
b. Abdomen tergum III-V berwarna coklat-merah dengan pola berwarna hitam yang sangat jelas dan dengan atau tanpa sisi samping yang hitam ...........................................................................................
15
(Lanjut ke kunci spesies komplek Bactrocera (Bactrocera) dorsalis) 14. Abdomen tergum III-V berwarna coklat-oranye atau coklat - merah dengan pola warna hitam atau semuanya berwarna hitam hanya bagian tengah posterior yang berwarna coklat-merah, pita kuning di sisi lateral lebar, pendek dan berbentuk segitiga, abdomen tergum III-V berwarna coklat-oranye dengan tanda hitam melintang pada tergum III ............... Bactrocera (Bactrocera) impunctata (de Meijire) (ME) Kunci ke Spesies Komplek Bactrocera (Bactrocera) dorsalis 15a. Pita kuning di sisi lateral paralel atau subparalel, pita kuning di sisi lateral lebar, lebih lebar 0.15 mm pada bagian pangkal, costal band tepat pada R2+3 dan tidak melebar di bagian apeks sayap, atau melewati R2+3, lebar yang satu dengan lainnya sama atau melebar setelah R2+3 .......................................................................................
16
b. Pita di sisi lateral meruncing dengan jelas pada bagian posterior kemudian berakhir tepat pada atau sebelum intra alar seta, pita di sisi lateral meruncing dengan jelas pada bagian posterior kemudian berakhir tepat pada atau sebelum rambut intra alar seta, semua femur umumnya berwarna kuning-coklat atau hitam di apical atau terdapat spot hanya di subapical femur depan ...............................
19
16a. Costal band tepat pada R2+3 dan tidak melebar pada apeks sayap........
17
b. Costal band melewati R2+3 dan lebar, yang satu dengan lainnya sama atau melebar setelah R2+3...........................................................
18
17.
Abdomen tergum III-V dengan tanda hitam yang tipis di bagian pinggir, spesies berukuran besar dengan panjang sayap 6.2-6.4 mm .... Bactrocera (Bactrocera) papayae Drew & Hancock (ME)
18a. Abdomen tergum III-V dengan sisi lateral berwarna hitam tipis di bagian pinggir sampai agak lebar, ceromae (spot mengkilap) berwarna coklat-merah pucat mendekati warna coklat-hitam, semua
24
femur berwarna kuning-coklat atau bagian apical hitam atau terdapat spot pada preapical femur depan, costal band hanya melewati R2+3 dan lebih pucat, abdomen tergum III-V dengan garis medial longitudinal yang lebar, costal band hanya melewati R2+3 lebih pucat warnanya dan hanya sedikit melebar di apeks ............................. Bactrocera (Bactrocera) carambolae Drew & Hancock (ME) b. Abdomen tergum III-V dengan sisi lateral berwarna hitam yang lebar, sering hanya di anterolateral corner..................................................... Bactrocera (Bactrocera) occipitalis (Bezzi) (ME) 19a. Costal band tepat pada R2+3................................................................
20
b. Costal band melewati R2+3 .................................................................
21
20. Tidak terdapat tanda hitam di sisi lateral abdomen tergum IV dan V, abdomen tergum III-V dengan garis medial longitudinal yang tipis dan 1/3 dari sisi lateral tergum III berwarna hitam .............................. Bactrocera (Bactrocera) minuscula Drew & Hancock (ME) 21a. Costal band hanya melewati R2+3 .......................................................
22
b. Costal band melebar melewati R2+3 tapi tidak sampai ke R4+5...........
23
22.
Abdomen tergum III-V dengan garis medial longitudinal yang tipis ..... Bactrocera (Bactrocera) neocognata Drew & Hancock (CUE)
23.
Pita kuning di sisi lateral bulat panjang (elongate) dan berakhir sebelum intra alar seta, abdomen tergum III-V dengan tanda hitam yang melebar di sisi lateral .................................................................. Bactrocera (Bactrocera) melastomatos Drew & Hancock (CUE) Lalat buah yang telah teridentifikasi disesuaikan kembali dengan karakter
morfologi secara menyeluruh. Hal ini dilakukan untuk mendukung keakuratan dan kebenaran hasil identifikasi. Karakter morfologi tersebut terdiri atas: sayap, toraks, kepala, abdomen dan tungkai (Lampiran 20). AQIS (2008) menyatakan bahwa mendiagnosa ulang setiap spesies hasil indentifikasi merupakan hal penting sehingga kesalahan dalam identifikasi dapat dihindari. Model Kajian Penyusunan Analisis Risiko Hama Hasil penelitian menunjukkan bahwa ke 14 spesies lalat buah yang ditemukan di lokasi penelitian merupakan spesies lalat buah yang sebelumnya dilaporkan sudah ada di Indonesia (Muryati et al. 2005; AQIS 2008). Dengan demikian spesies-spesies tersebut bukan merupakan OPTK/OPTP sebagaimana
25
tercantum
dalam
Surat
Keputusan
Menteri
Pertanian
Nomor
38/Kpts/HK.060/1/2006 tanggal 27 Januari 2006 tentang Jenis-jenis OPTK Golongan I Kategori A1 dan A2, Golongan II Kategori A1 dan A2, Tanaman Inang, Media Pembawa dan Daerah Sebarnya. Suatu spesies dikategorikan OPTK adalah suatu OPT yang mempunyai nilai ekonomi penting dan keberadaanya berpotensi membahayakan suatu area, baik belum terdapat maupun sudah terdapat tetapi tidak tersebar luas dan berada dalam pengendalian resmi (ISPM 2) (ISPM 1995; FAO 1999; Ikin 2003). Membuat kajian analisis risiko hama merupakan studi literatur dalam mengumpulkan informasi suatu OPT. Data yang terkumpul dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan pest risk analysis (PRA). Oleh karena itu penting untuk menjelaskan identitas, penyebaran, tanaman inang, cara penularan, kerusakan secara ekonomi, dan cara pengelolaan suatu OPT (11) (ISPM 1995). Menurut Joomaye dan Price (2008), beberapa kriteria penilaian berdasarkan kepentingan ekonomi adalah kisaran tanaman inang, penyebaran secara potensial, dampak yang ditimbulkan secara ekonomis, cara masuk yang potential, dan kerusakan terhadap lingkungan. Nilai masing-masing kriteria tersebut dapat digunakan untuk menentukan suatu spesies termasuk hama potensial. B. carambolae merupakan spesies dominan dengan populasi yang cukup tinggi di setiap lokasi penelitian. Spesies ini dipilih sebagai model dalam kajian penyusunan
analisis
risiko
hama.
Berikut
merupakan
informasi
yang
dikumpulkan: 1. Nama ilmiah.
Bactrocera carambolae Drew & Hancock; Diptera
Tephritidae - Carambola Fruit Fly (Vijaysegaran & Drew 2006). 2. Nama ilmiah lain. Bactrocera sp. near dorsalis (A) (Hendel) 3. EPPO (European Plant Protection Organization) code:
BCTRCB
(Bactrocera carambolae). 4. Catatan tentang taksonomi dan nomenklatur. B. carambolae termasuk dalam anggota Oriental fruit fly, spesies kompleks B. dorsalis. Deskripsi umum mengenai spesies ini dibahas khusus dalam data tersendiri. Spesies ini termasuk dalam subgenus Bactrocera dan seringkali disebut sebagai
Bactrocera
(Bactrocera) carambolae. Menurut White dan Harris (1992), memberi kode
26
nama spesies tersebut bukan merupakan penamaan secara formal. Oleh karena itu B. carambolae sering juga disebut sebagai Bactrocera sp. near B. dorsalis (A). 5. Daerah penyebaran endemik.
Daerah endemik spesies ini di bagian
selatan Thailand, Peninsular Malaysia, Malaysia Timur, Kalimantan (Borneo), Singapura, Kepulauan Indonesia Timur hingga ke Sumbawa dan sekarang daerah penyebarannya termasuk pulau Andaman, Surinam dan Guiana Perancis (Vijaysegaran & Drew 2006). 6. Tanaman inang.
Inang utama hama ini adalah belimbing (Averrhoa
carambola) (Allwood et al. 1999) dan juga berbagai macam buah-buahan termasuk pepaya (Ranganath et al. 1997). Tanaman inang alternatif hama ini adalah Annona montana, Artocarpus elasticus, A. odoratissimus, A. rigidus, Baccaurea motleyana, Lansium domesticum, Solanum ferox (S. lasiocarpum), dan Triphasia trifolia. Menurut Vijaysegaran dan Drew (2006), tanaman inang hama ini sekitar 78 jenis dari 27 famili tanaman. 7. Tanaman inang utama. Annona muricata (sirsak), Artocarpus integer (cempedak), Averrhoa carambola (belimbing), Carica papaya (pepaya), Citrofortunella mitis, Citrus aurantiifolia (lime), Citrus limon (jeruk lemon), Fortunella margarita
(oval
kumquat),
Garcinia
mangostana (manggis),
Mimusops elengi (spanish cherry), Persea americana (alpukat), Pouteria campechiana (canistel), Psidium cattleianum (strawberry guava), Punica granatum (pomegranate), Rhizophora (mangrove), Rollinia pulchrinervis, Syzygium aqueum (watery rose-apple), Syzygium jambos (jambu air besar), dan Thevetia peruviana (exile tree) (CABI 2007). 8. Tanaman inang skunder. Anacardium occidentale (cashew nut), Arenga pinnata (sugar palm), Artocarpus altilis (sukun), Artocarpus heterophyllus (nangka),
Averrhoa
bilimbi
(belimbing),
Capsicum
annuum
(paprika),
Chrysophyllum cainito (caimito), Citrus reticulata (mandarin), Citrus sinensis (navel orange), Citrus x paradisi (grapefruit), Eugenia uniflora (surinam cherry), Lycopersicon esculentum (tomat), Malpighia glabra (acerola), Mangifera indica (mangga), Manilkara zapota (sapodilla), Psidium guajava (jambu), Syzygium malaccense (malay-apple), Syzygium samarangense (water apple), Terminalia catappa (singapore almond), dan Ziziphus jujuba (common jujube) (CABI 2007).
27
9. Bagaimana status lalat buah B. carambolae ini di EPPO dan Indonesia. Di Indonesia B. carambolae merupakan salah satu OPT yang sangat merusak dengan resiko sangat tinggi (a high level pest species) dan sudah menyebar luas (AQIS 2008).
Tetapi menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
38/Kpts/HK.060/1/2006 tanggal 27 Januari 2006 tentang Jenis-jenis OPTK Golongan I Kategori A1 dan A2, Golongan II Kategori A1 dan A2, Tanaman Inang, Media Pembawa dan Daerah Sebarnya, bahwa B. carambolae bukan merupakan organisme pengganggu tumbuhan karantina
(OPTK A1 dan A2)
walaupun lalat buah sangat merugikan secara ekonomi dan merupakan hama utama/penting di beberapa negara dengan risiko karantina yang tinggi (Vijaysegaran & Drew 2006). 10. Daftar daerah penyebaran. B. carambolae di laporkan sudah menyebar ke beberapa negara seperti Asia: Brunei Darussalam, India sebaran, Andaman, Pulau Nicobar, Indonesia (Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara), Malaysia (Peninsular Malaysia, Sabah), Singapore, Thailand, Amerika Selatan: Brazil, Amapa, Perancis - Guiana, Surinam (CABI 2007). Menurut AQIS (2008), B. carambolae sudah menyebar luas di Asia Tenggara. 11. Dapatkah B. carambolae masuk ke suatu area baru. Dapat. Hama ini dapat masuk ke suatu area melalui bagasi penumpang pesawat atau importasi buah. Sebagai contoh pada tahun 1970 B. carambolae pertama sekali ditemukan di bagian barat Hemisphere, Surinam yang terbawa dalam bagasi penumpang dari Indonesia (Joomaye & Price 2008). 12. Mungkinkah
hama menyebar dan menetap pada suatu area baru.
Mungkin. Telur dapat menetas dalam beberapa hari (20 hari pada kondisi dingin) dan larva memakan inangnya antara 6-33 hari, tergantung musim. Fase pupa terbentuk di dalam tanah di bawah tanaman inang selama 10-12 hari, tetapi bisa sampai 90 hari pada saat kondisi sedang dingin. Lalat dewasa muncul sepanjang tahun dan berkopulasi setelah 8
12 hari setelah kemunculan dari pupa, lalat buah
ini dapat hidup 1-3 bulan tergantung suhu (bisa sampai 12 bulan pada kondisi dingin) (Christenson & Foote 1960). 13. Apakah hama lalat buah B. carambolae potensial menyebabkan kerusakan secara ekonomis atau pada lingkungan. B. carambolae merupakan
28
salah satu hama yang sangat merusak di belimbing
kecil.
Malaysia yang menyerang buah
Pembungkusan umumnya digunakan sebagai salah satu
pengendalian yang efektif, namun sangat tidak praktis. Baru Baker dan Cowley (1991) melaporkan bahwa di Selandia Baru tercatat 7-33 kali intersepsi lalat buah per tahun pada barang bawaan penumpang. Seseorangan yang membawa buah segar memasuki wilayah suatu negara akan cendrung untuk membuang buah yang dibawanya, ketika mereka tahu buah tersebut busuk. Akibatnya ada kemungkinan lalat buah yang menyebabkan pembusukan itu menulari wilayah yang bersangkutan. Di Australia, kerusakan akibat lalat buah diperkirakan mencapai US$ 100 juta atau 500 triliun rupiah per tahunnya (FAO 1986). Di California, Dowell dan Wange (1986) melaporkan bahwa delapan spesies lalat buah termasuk (B. carambolae) telah mengakibatkan kehilangan hasil sebesar US$ 910 juta. Upaya eradikasi lalat buah komplek B. dorsalis di sebuah pulau kecil di Jepang menelan biaya US$ 32 juta atau sekitar 250 triliun rupiah (FAO 1986). Menurut Ditlin Hortikultura (2006), nilai ekspor komoditas Indonesia turun dari US$ 1,6 juta pada tahun 1999 dan US$ 3,23 juta pada tahun 2000 menjadi US$ 1,9 juta tahun 2001 dan US$ 1,3 juta pada tahun 2002. 14. Bagaimana kemampuan hama menyebar di suatu area.
Tidak ada
informasi yang rinci mengenai kemampuan B. caramboale menyebar di suatu area. Dengan demikian sulit memprediksi kemampuan menyebar lalat buah ini. Transportasi inang yang terinfestasi merupakan cara perpindahan atau penyebaran utama lalat buah ini ke wilayah-wilayah yang belum ditularinya. Bagian-bagian tanaman yang mampu membawa lalat buah ini dalam lalu lintas perdagangan adalah: -
Buah segar (termasuk polong): telur dan larva; berada di bagian dalam; dapat dilihat dengan mata telanjang.
-
Media pertumbuhan yang menyertai tanaman: pupa; berada di dalam tanah; dapat dilihat dengan mata telanjang.
Cara penyebaran ke wilayah-wilayah jarak jauh: -
Melalui alat angkut: pesawat udara dan kapal laut, bersama dengan muatan buah segar.
-
Jasa kiriman pos: buah yang dikirim melalui jasa kiriman pos.
29
-
Peti kemas dan barang muatan: bersama buah impor.
-
Tanah, kerikil, air, dan sebagainya: risiko penyebaran melalui pupa di dalam tanah.
-
Wisatawan dan bagasinya: buah yang di bawa dalam bagasi.
Beberapa
Bactrocera spp. mampu terbang sejauh 50-100 km (Fletcher 1989). 15. Peraturan yang dapat diterapkan secara berkesinambungan untuk mencegah B. carambolae masuk ke suatu area baru.
Peraturan yang dapat
diterapkan untuk mencegah masuknya B. carambolae di suatu area baru adalah mematuhi larangan memasukkan buah segar dari daerah wabah (endemik) tanpa didahului dengan pelaksanaan perlakuan pascapanen yang ketat dilaksanakan oleh para eksportir buah segar. 16. Jenis eradikasi yang mungkin dapat dilakukan sebagai perlakuan. Perlakuan yang mungkin dilakukan adalah fumigasi, perlakuan dengan suhu panas (gas panas atau air panas), pendinginan, pencelupan dalam larutan insektisida, atau iradiasi (Armstrong dan Couey 1989). Perlakuan dengan pencelupan air panas dapat juga dilakukan (Wadell et al. 2000 dalam CABI 2007). Fumigasi, suhu rendah, suhu tinggi, dan iradiasi radio aktif merupakan jenis perlakuan yang dapat diterapkan dalam mengeradikasi B. carambolae (Ditlin Hortikultura 2006).