HASIL DAN PEMBAHASAN Keragarnan Jenis Arthropoda yang Masuk secara Sengaja Melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok Tahap awal penelitian dilakukan dengan menginventarisasi jenis-jenis arthropoda dan tumbuhan yang masuk ke Indonesia melalui Bandara SoekamoHatta dan Pelabuhan Tanjung Priok baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Arthropoda yang masuk secara sengaja ke wilayah Indonesia adalah arthropoda yang dimasukkan sebagai agens hayati. Selama 2006-2007 keragaman jenis arthropoda yang masuk secara sengaja melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok relatif rendah. Selama tahun tersebut, diketahui hanya terdapat 4 jenis arthropoda agens hayati yang masuk melalui Bandara SoekarnoHatta, yaitu A~iblyseiusswirskii (Phytoseiidae), A. californiczrs (Phytoseiidae), Orius laevigatus (Anthocoridae), dan Phytoseizilus persirnilis (Phytoseiidae). Tidak ada agens hayati yang masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok selama 2006-2007. Arthropoda agens hayati tersebut dimasukkan untuk tujuan penelitian. Pemasukan tersebut telah mengikuti ketentuan sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 41 1/1995 dan telah mendapatkan ijin pemasukan dari Menteri Pertanian (Tabel 2). Tabel 2 Jenis-jenis agens hayati yang dimasukkan selama 2006 dan 2007 Jenis agens hayati yang dimasukkan
Surat Ijin Pemasukan
A. wirskii, 0. laevigatus
Kepmentan Nomor 73 l/Kpts/PD.540/12/2006
A. srvirskii, A. californiczis, P. persiitiilis, 0. laevigafus
Kepmentan Nomor 733/Kpts/PD.110/12/2006
A. srrlirskii, 0. laevigafus
Kepmentan Nomor 97/Kpts/PD.540/1/2006
Keragaman Jenis Arthropoda yang Masuk secara Tidak Sengaja Melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok Selama tahun 2006-2007, diketahui terdapat dua jenis arthropoda yang masuk secara tidak sengaja melalui Bandara Soekarno-Hatta, yaitu Acarina yang terbawa bibit anggrek dan Sitophilzis oryzae yang mengkontarninasi benih jagung. Di Pelabuhan Tanjung Priok beberapa jenis arthropoda diketahui menginfestasi
komoditas yang dimasukkan. Data intersepsi OPTfOPTK jenis arthropoda di Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Priok pada tahun 2006 dan 2007 menunjukkan bahwa beberapa jenis arthropoda ditemukan mengkontaminasi komoditas baik yang berbentuk biji, umbi lapis, tanaman hidup, maupun tepung. Pada tahun 2006, sebanyak 14 jenis arthropoda ditemukan, yang terdiri dari ordo Coleoptera, Psocoptera, serta Acarina, dan enam famili dari Ordo Coleoptera, yaitu: Silvanidae, Tenebrionidae, Cleridae, Curculionidae, Cucujidae, Nitidulidae, dan Mycetophagidae serta satu famili dari Acari yaitu Ascidae (Tabel 3). Pada tahun 2007, data intersepsi menunjukkan ada 3 jenis arthropoda yang ditemukan, yaitu Tribolim castaneum, Ephestia sp., dan Blartisocius sp. (Tabel 4).
T. castanezrm dan Blattisocius sp. juga ditemukan pada tahun 2006 sehingga total jumlah jenis yang ditemukan selama 2006 dan 2007 adalah 15jenis arthropoda.
Tabel 3 Arthropoda yang masuk ke Indonesia secara tidak sengaja melalui intersepsi pada media pembawa OPTIOPTK yang diimpor di Pelabuhan Tanjung Priok pada tabun 2006*) Komoditas yang terkontaminasi
Negara asal
Frekuensi
Acarina
Benih jagung, benih kentang, bawang rnerah
Thailand, Scotlandia, Philipina, China
9
Ahasverus avena (Coleoptera; Silvanidae)
Benih ketumhar, bawang putih, beras, hawang merah
Bulgaria, China, Singapura, Thailand, Vietnam
14
Blaftisocim sp. (Acari: Ascidae)
Liliz~msp., kernel kacang tanah, bawang merah
Belanda, Thailand, China, Malaysia, Myanmar, Philipina
57
Carpophilus hemipterus (Coleoptera: Nitidulidae)
Benih jagung, kacang hijau, bawang rnerah
USA, Myanmar, Philipina, Thailand, Vietnam
31
Cheylestus sp. (Acari: Ascidae)
Kernel kacang tanah, bawang merah
Thailand, China, Malaysia, Myanmar, Philipina, Vietnam
63
Ciypfolesfesferruginezis (Coleoptera: Cucujidae)
Benih jagung, biji gandum, beras ketan
USA, Canada, Thailand
4
Henoficus califoinicus
Bawang putih, bawang merah
China, Malaysia, Myanmar, Philipina, Thailand
11
Liposcelis sp. (Psocoptem)
Bawang putih, bawang merah
China, Philipina, Thailand, Vietnam
11
Micrograniniefilifonnis
Bawang merah
Philipina
2
Necrobia rtlfpes (Coleoptera: Cleridae)
Bawang merah
Malaysia
1
Oryzaephillus surinamensis (Coleoptem: Silvanidae)
Bawang putih, beras ketan
China, Thailand, USA
12
Sitophilus oryzae (Coleoptera: Curculionidae)
Jagung, kernel kacang tanah, tepung gandum, hiji gandum
USA, India, Belgia, Canada
9
Tribolitim casfanezrfn (Coleoptem: Tenehrionidae)
Pati jagung, jagung, beras ketan, kernel kacang tanah, beras, tepung kedelai
USA, Vietnam, India, Australia, China, Srilanka, Taiwan, Thailand
24
Typhaea sfercoreo L. (Coleoptera: Mycetophagidae)
Bawang putih, bawang merah
China, Philipina
9
Jenis arthropoda
*) Diolah dari BBKT Tanjung Priok (2006)
Tabel 4 Arthropoda yang masuk ke Indonesia melalui intersepsi pada media pembawa OPTIOPTK yang diimpor di Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2007') Komoditas yang terkontaminasi
Negara asal
Frekuensi
Liliuin sp.
Africa Selatan
1
Ephestia sp. (Lepidoptera: Pyralidae)
Bawang merah
Philipina
1
Tribolium castanezrm (Coleootera: Tenebrionidae)
Beras, tepung kedelai
Thailand, USA
5
Jenis arthropoda Blattisocius sp. (Acari: Ascidae)
*) Diolah dari BBKT Tanjung Priok (2007)
Keragaman Jenis Tumbuhan yang Masuk secara Sengaja Melalui Bandara Soekarno-Hatta dau Pelabuhan Tanjung Priok Pemasukan tumbuhan secara sengaja terjadi melalui pemasukan komoditas tumbuhan yang merupakan media pembawa organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK). Selama tahun 2006 dan 2007, di Bandara Soekamo-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok terdapat beberapa jenis tumbuhan yang dapat dikelompokkan menjadi tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman buah, tanaman perkebunan, dan tanaman pangan (Lampiran 2, Lampiran 3, Lampiran 4, dan Lampiran 5). Tumbuhan tersebut dimasukkan dalam bentuk tanaman hidup dan benih (biji) dengan tujuan untuk ditanam. Ditinjau dari keragaman jenisnya, tumbuhan yang dimasukkan melalui Bandara Soekamo-Hatta memiliki keragaman jenis
yang
lebih tinggi
dibandingkan tumbuhan yang dimasukkan melalui Pelabuhan Tanjung Priok seiama 2006 dan 2007. Tumbuhan yang dimasukkan melalui Bandara SoekarnoHatta sebanyak 59 jenis, sedangkan Pelabuhan Tanjung Priok sebanyak 47 jenis (Tabei 5).
Tabel 5 Keragaman jenis tumbuhan yang dimasukkan melalui Bandara SoekamoHatta dan Pelabuhan Tanjung Priok selama 2006 & 2007 Kelompok tanaman
Jumlah jenis yang dimasukkan herdasarkan pintu pemasukan (jeuis) Bandara Soekamo-Hatta Pelabuhan Tanjung Priok
Tanaman hias Tanaman sayuran Tanaman buah Tanaman perkebunan Tanaman pangan
39 10 4 4 2
23
5Q
A7
14
4 3 3
Tabel 5 menunjukkan bahwa tumbuhan yang dimasukkan melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok paling banyak berupa jenis tanaman hias, yaitu 66% dan 49% dari keseluruhan jenis yang dimasukkan. Banyaknya jenis tanaman bias yang dimasukkan dapat berpotensi invasif. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Wittenberg & Cock (2001) bahwa di Amerika Utara, hampir setengah dari 300 tumbuhan yang paling invasif dimasukkan ke kebun atau taman sebagai tanaman bias. Keragaman Senis Tnmbul~anyang Masnk secara Tidak Sengaja Melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok Pemasukan komoditas tumbuban baik berupa benib maupun produk tumbuhan seringkali terkontaminasi oleh tumbuhan lain yang bersifat guima. Kontaminasi tersebut dideteksi ketika dilakukan tindakan karantina berupa pemeriksaan terhadap adanya OPTK yang mengkontaminasi komoditas yang dimasukkan tersebut. Menurut PP Nomor 14 Tahun 2002, setiap komoditas tumbuhan yang tergolong sebagai media pembawa OPTIOPTK dikenakan tindakan karantina ketika tiba di pintu pemasukan. Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi adanya OPTK seperti yang ditetapkan dalam Kepuh~sanMenteri Pertanian Nomor 3812006. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap komoditas yang dimasukkan melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok, ditemukan beberapa jenis tumbuhan (gulma) yang mengkontaminasi. Intersepsi gulma di Bandara Soekarno-Hatta pada tahun 2006 dan 2007, yaitu sebanyak 4 jenis gulma dengan frekuensi masing-masing satn kali pada tahun 2006 (Lampiran 6). Gulma yang ditemukan tersebut adaiah Polygonurn convolvulzcs, Setaria sp., Setaria
viridis, dan Thlapsi arvense.
Hasil ini berbeda dengan hasil intersepsi di
Pelabuhan Tanjung Priok yang menemukan 122 jenis gulma selama tahun 2006 dan 2007 (Lampiran 7). Rendahnya keragaman jenis gulma yang ditemukan di Bandara SoekarnoHatta ini kemungkinan disebabkan oleh faktor target pemeriksaan. Pemeriksaan karantina tumbuhan di pintu pemasukan didasarkan pada target OPTK pada komoditas yang bersangkutan. Target OPTK yang dicegah tersebut mengacu pada Keputusan Menteri Pertanian Nomor 38 Tahun 2006 tentang Jenis-jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina Golongan I Kategori A1 dan A2, Golongan I1 Kategori A1 dan A2, Tanaman Inang, Media Pembawa dan Daerah Sebamya. Apabila pada komoditas yang dimasukkan terdapat target OPTK jenis gulma, pemeriksaan terhadap adanya gulma akan dilakukan, sedangkan pada komoditas yang dimasukkan tidak ada target OPTK jenis gulma, pemeriksaan terhadap gulma tidak dilakukan. Hal ini menyebabkan adanya peluang lolosnya spesies asing invasif yang tidak termasuk dalam daftar OPTK di Indonesia. Tumbuhan gulma yang ditemukan di Pelabuhan Tanjung
Priok
mengkontaminasi komoditas biji-bijian, seperti biji gandum, kedelai, ketumbar, beras, wijen, dan sebagian kecil tepung. Banyaknya gulma yang ditemukan di Pelabuhan Tanjung Priok berkaitan dengan banyaknya komoditas biji-bijian yang dimasukkan melalui pelabuhan tersebut sehingga berisiko terkontaminasi gulma. Oleh karena itu kewaspadaan terhadap komoditas biji-bijian perlu dilakukan. Komoditas yang paling sering terkontaminasi adalah biji gandum sehingga pemeriksaan karantina tumbuhan terhadap biji gandum perlu ditingkatkan. Beberapa jenis gulma hasil intersepsi di Pelabuhan Tanjung Priok diidentifikasi hanya sampai tingkat genus, antara lain Anlsinckia sp., Atriplex spp., Brassica sp., Festuca sp., ipomoea sp., Medicago sp., Panicurri sp., Paspalurn sp., Polygonurn sp., Scirpzrs sp., Silene sp., Vicia sp., dan Viola spp. Identifikasi yang
hanya sampai tingkat genus belum cukup karena berdasarkan penelusuran pada Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3812006, terdapat jenis gulma OPTK A1 yang termasuk genus Amsinckia yaitu Ariisinckia calypa (Mors.) Chater (Boraginaceae). A. calypa ini digolongkan sebagai OPTK kategori A1 yang dinyatakan belum terdapat di Indoenesia dan hams dicegah introduksinya ke
dalam wilayah Indonesia sehingga intersepsi terhadap genus Amsinckia ini harus dilanjutkan sampai tingkat spesies. Potensi Invasif Arthopoda dan Tumbnhan Potensi invasif arthropoda Arthropoda yang masuk secara sengaja melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok selama 2006 dan 2007 merupakan agens hayati dan semuanya dimasukkan melalui Bandara Soekarno-Hatta.
Jenis agens hayati
tersebut, yaitu A. swirskii (Phytoseiidae), A. califomiczrs (Phytoseiidae), Orius laevigatzrs (Anthocoridae), dan P. Persirnilis (Phytoseiidae) dimasukkan untuk
tujuan penelitian terhadap keefektifan arthropoda tersebut dalam mengendalikan hama-hama pada tanaman hortikultura. Ditinjau dari tujuan pemasukannya, arthropoda tersehut relatif aman dari kemungkinan invasif karena penelitian yang dilakukan masih terbatas pada area terhatas (rumah kasa) dan tidak dilepas di lapangan sehingga kecil kemungkinannya berpengaruh terhadap lingkungan luar. Namun penanganan yang intensif periu dilakukan untuk mencegah lolosnya agens hayati tersebut dari rumah kasa. Selain itu, apabila arthropoda ini ke depan akan dilepas ke lapangan untuk tujuan pengendalian hayati, pemantauan yang intensif sebaiknya dilakukan pasca pelepasan karena hasil penelitian di rumah kasa kemungkinan akan memberikan hasil yang berbeda di lapangan.
Menurut Wittenberg & Cock
(2001), pengalaman negara-negara maju menunjukkan beherapa kasus munculnya spesies asing invasif yang awalnya dimasukkan sebagai agens hayati namun di kemudian hari justru menimbulkan permasalahan terhadap organisme non-target dan beberapa berubah statusnya menjadi organisme pengganggu tumbuhan. A. swirskii, A. califomicus, dan P. persinzilis merupakan jenis tungau
predator.
Menurut Thacker (2002), kelompok agens hayati yang sukses
mengendalikan hama adalah kelompok tungau predator. Dengan memhandingkan database Invasive and Exotic Species dan 100 of the World's Worst Invasive Alien Species, arthropoda yang masuk tersebut tidak
termasuk dalam database sehingga arthropoda tersebut kecil kemungkinannya menjadi invasif.
Di antara 15 jenis arthropoda yang ditemukan di Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok, hanya 8 jenis yang dapat dilakukan kajian karena deskripsi taksonominya telah lengkap sarnpai tingkat spesies, yaitu: Ahasvenrs avena, Carpophilus hemiptenrs, Ciyptolestes femrgineus, Necrobia n@pes, Oiyzaephillus surinan7ensis, Sitophilus oiyzae, dan Tribolium castaneurn. Kedelapan jenis arthropoda tersebut termasuk dalam Klas Insecta yang merupakan serangga gudang dan semuanya berasal dari ordo Coleoptera. Biologi dan ekologi masing-masing serangga tersebut adalah sebagai berikut: 1. Ahasverus advena (Coleoptera: Silvanidae) Serangga ini memiliki penyebaran kosmopolitan pada berbagai jenis bahan makanan, biasanya yang memiliki kondisi kelembaban tinggi atau yang terdapat pertumbuhan cendawan (Rees 1999). Serangga ini ditemukan dalam jumlah kecil bersamaan dengan serangga lainnya pada komoditas yang terserang cendawan pada kondisi yang lembab. Perkembangan A. advena memerlukan 17-23 hari pada kondisi yang sesuai (Kalshoven 1981). 2. Carpophilzis hernipterus (Coleoptera: Nitiduiidae) C. hemipterus merupakan kumbang pada buah-buahan kering dan merupakan hama kosmopolitan di gudang. Kemampuan perkembangbiakannya besar dan stadia larvanya pendek, namun dewasanya memiliki masa hidup yang panjang (Kalshoven 1981). 3. Ciyptolestesferrugineus (Coleoptera: Cucujidae) Telur diletakkan di antara komoditas sebanyak lebih dari 200 butir setiap betina. Setelah instar ke empat, larva akan berpupa dalam sebuah kokon sutera. Siklus hidup C. ferrugineus memerlukan 103-17 hari pada suhu 213 8 ' ~ , kelembaban relatif 75%. Kondisi optimal adalah 3 3 ' ~ , kelembaban relatif 70%. Dalam kondisi optimal, C. ferrugineus akan memerlukan 23 hari untuk menyelesaikan siklus hidupnya. C. ferrup'netrs dapat bertahan pada kondisi dingin di daerah beriklim sedang (Rees 1996).
4. Necrobia rufipes (Coleoptera: Cleridae) N. rufipes tersebar luas di daerah tropis, sub tropis, dan temperat hangat. Hama ini merupakan hama yang umum dijurnpai pada kopra yang belum
kering (Rees 1996). Kondisi optimum untuk perkembangan N.rufipes adalah 30-34'~ dengan suhu minimum 2 2 ' ~ . Suhu di atas 40-42'~ seringkali mencegah perkembangan spesies ini.
N. rufipes memiliki penyebaran
kosmopolitan di daerah beriklim hangat dan dapat menginfestasi komoditas karena kampuannya dalam menginvasi melalui terbang dan dewasa yang merayap (FA0 2009). Dalam cuaca yang hangat, serangga ini dapat sangat aktif dan dapat menginvasi rumah, gedung perkantoran, dan kabin penyimpanan kopra pada alat angkut (Kalshoven 1981). 5. Oryzaephillus surina~nensis(Coleoptera: Silvanidae) Siklus hidup 0. srrrinanzensis memerlukan 20 hingga 80 hari pada suhu 17,537,5'C, kelembaban relatif 10-90%. Kondisi optimal untuk perkembangan adalah 30-35'~, kelembaban relatif 70-90% (Rees 1996). Dibandingkan spesies lainnya, yaitu 0. mercator, 0. surinantensis lebih toleran terhadap suhu dan kelembaban yang ekstrim (Howe 1956 dalain Rees 1996) dan dapat bertahan pada periode pendek pada suhu di bawah O'C. Hama ini mempakan hama sekunder yang biasa dijumpai di daerah tropis namun juga merupakan hama penting di daerah temperat dingin. Di Inggris, hama ini diketahui dapat bertahan pada kondisi dingin tanpa perlindungan (Rees 1999). 6. Sitophilus otyzae (Coleoptera: Curculionidae) S. oryzae merupakan hama primer yang merusak komoditas sereal di dunia.
Serangga dewasa S. oryzae memiliki masa hidup yang panjang yaitu beberapa bulan sampai satu tahun. Selama hidupnya, serangga betina meletakkan telur sebanyak 150 butir. Larva bersifat kanibal terhadap individu lain yang lebih kecil dan lebih lemah sehingga jarang terjadi serangga dewasa muncul dari satu biji gandum atau beras, meskipun kemungkinan dua atau tiga serangga dewasa dapat muncul dari satu biji jagung.
Perkembangan yang lengkap
memerlukan suhu antara 15 hingga 3 5 ' ~ dan memerlukan 35 hari pada kondisi optimum, yaitu 27'C, kelembaban relatif 70% (Rees 1996). 7. Tribolizmnz castaneuin (Coleoptera: Tenebrionidae)
T. castaneunl merupakan hama gudang yang umum dijumpai di daerah tropis hingga temperat hangat. T. castanezim dapat hidup beberapa bulan, bahkan
beberapa tahun dalam kondisi beriklim sedang. Betina meletakkan telur 2-10 telur per hari selama hidupnya. Perkembangannya dapat sangat cepat. Siklus hidupnya dapat diselesaikan dalam 21 hari dalam kondisi 3 5 ' ~ , kelembaban relatif 75% dan kemungkinan dapat bertahan pula pada suhu 22 hingga 4 0 ' ~ . Serangga ini melakukan kanibalisme dan juga diketahui memangsa telur, larva muda, dan pupa serangga gudang lainnya. Dalam kondisi optimal, populasi T. castaneurn dapat meningkat 70-100 kaii dalam satu bulan. T. castaneum dapat terbang terutama di bawah kondisi tropis dan dapat mencari sumber makanan secara aktif tanpa bantuan manusia (Rees 1999).
T. castaneunz dapat menyerang biji-bijian, serealia, dan tepung, seperti barley, jagung, tepung jagung, tepung terigu, millet, oats, padi, rye, gandum, buahbuahan kering, biji legum, cokelat, dan komoditas lainnya. Serangga betina meletakkan telur sebanyak 300-400 butir pada tepung dan akan menetas dalam waktu 5-12 hari (Bennett 2003). 8. Typhaea stercorea L. (Coleoptera: Mycetophagidae) Hama ini ditemukan pada berbagai komoditi di seluruh dunia (Rees 1999). Hama ini merupakan hama kosmopolitan pada gudang beras dan tembakau yang kemungkinan makan cendawan dan tidak merugikan (Kalshoven 1981). Dengan membandingkan karakteristik serangga invasif seperti yang dikemukakan Worner (2002) dengan biologi dan ekologi serangga seperti yang dikemukakan di atas, maka didapatkan kesimpulan bahwa kedelapan serangga tersebut tidak berpotensi invasif (Lampiran 8).
A. advena diketahui tidak
memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi dan dapat bertahan pada berbagai kondisi, begitu pula dengan T. stercorea dan S. oiyzae. Sedangkan C. Iieemipterus dan C. ferrugineus dan memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi namun serangga ini tidak memiliki kemampuan bertahan pada berbagai kondisi ekstrim.
N. nlfipes diketahui memiliki kempuan menyebar yang tinggi yaitu dengan c a n dewasanya terbang dan merambat dari satu komoditi ke komoditi lainnya namun serangga ini tidak memiliki kemampuan reproduksi dan bertahan hidup pada berbagai kondisi sehingga kecil peluangnya untuk menjadi invasif. Begitu pula dengan 0. surrinamensis, spesies ini dapat bertahan pada berbagai kondisi
dan mampu menyesuaikan diri di lingkungan yang baru, namun spesies ini tidak memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi. Di antara kedelapan serangga tersebut, T. castanetrm diketahui memiliki kesamaan sifat dengan serangga invasif yang paling banyak di antara spesies lainnya.
Sifat tersebut yaitu kemampuannya dalam meningkatkan populasi,
kemampuan bertahan pada berbagai kondisi, dan kemampuan menyebar yang tinggi serta keragaman genetik yang tinggi.
Sifat-sifat tersebut mendukung
karakteristik serangga invasif. Namun T. castaneum saat ini telah diketahui sebagai serangga gudang yang umum dijumpai di Indonesia dan negara lainnya sehingga serangga ini tidak dianggap menimbulkan permasalahan yang berarti.
Potensi invasif tumbuhan Tumbuhan yang masuk secara sengaja sebagian besar dimasukkan sebagai tanaman hias. Sebagian besar tumbuhan yang menjadi invasif pada mulanya dimasukkan sebagai tanaman hias. Hal ini menyebabkan pemasukan tanaman hias menimbulkan risiko menjadi tumbuhan invasif sehingga perlu diwaspadi meskipun ada pula beberapa jenis tumbuhan lain seperti tanaman buah dan tanaman sayuran yang bersifat invasif. Tumbuhan yang dalam satu genus memiliki spesies lain yang bersifat gulmdtumbuhan invasif juga perlu dipertimbangkan karena jeni-jenis tumbuhan seperti ini juga memiliki potensi invasif. Tabel 6 menunjukkan beberapa jenis tumbuhan yang dimasukkan secara sengaja yang dalam satu genusnya memiliki spesies lain yang bersifat gulmdtumbuhan invasif.
Penentuan ini dilakukan
dengan penelusuran terhadap database Invasive and Exotic Species dan database
100 of the World's Worst Invasive Alien Species.
Tabel 6 Jenis tumbuhan yang dalam satu genus memiliki spesies lain yang tergolong gulmdtumbuhan invasif Nama umum
Nama ilmiah
Nama spesies dalam satu genus yang tergolong gulmdtumbuhan invasif
Impatiens
Impatiens spp.
I. glandulfera Royle
Kangkung
Ipon~oeaaquatica
I. batatas (L.) Lam., I. coccinea L., I. cordatotriloba cordatriloba Dennst., I. lacunosa L.
Euphorbia
Eziphorbia sp.
E. cyparissias L., E. dentata Michx, E. esula L., E. ~nyrsinitesL.
Lettuce
Lactuca sativa
L. salinga L., L. serriola L., L. tatarica pulchella (Purch) Breitung
Bunga matahari Helianthzrs annuzrs
H. petiolaris Nutt.
Padi
Otyza saliva
0. longistaminata A. Chev. & Roehr, 0. punctata Kotzchy ex Steud., 0. rujpogon Griffiths
Raspbeny
Rzibus sp.
R. ellipticzrs
Bayam
Amaranthzrs bbridzis
A. blitoides S. Wats., A. retrojlexus L.
Anyelir
Dianthus caryophyllus
D. barbatzrs, D. arrneria
Kalanchoe
Kalanchoe sp.
K. pinnata (Lam.) Pers.
Jenis-jenis tumbuhan pada Tabel 6 dapat dilakukan scoring berdasarkan Weed Risk Assessment.
Namun untuk melakukan ha1 tersebut, deskripsi
taksonomi dan nama ilmiab yang valid sangat diperlukan (FA0 2005). Sedangkan data pemasukan yang diperoleh tidak semuanya disertai dengan nama ilmiah yang detil sampai pada tingkat spesies sehingga menyulitkan scoring, misalnya Aglonenza sp., Anfhzlrizrnz sp., Cattleya sp., Vanda sp., Dendrobizrm sp., dan lain-lain. Beberapa jenis tumbuhan yang dapat dilakukan scoring adalah seperti pada Tabel 7. Tabel 7 tersebut menunjukkan bahwa beberapa spesies tumbuhan yang memiliki potensi invasif ditinjau dari karakteristik biologi dan ekologinya, yaitu habitat, keberadaan spesies lain dalam satu genus yang bersifat gulma, kemudahan propagul disebarkan, pembentukan duri, sifat parasitik, sifat tidak enak dan beracun bagi binatang yang merumput, peranan sebagai inang bagi hama dan
penyakit, kemampuan menyebabkan alergi dan beracun terhadap manusia, cara tumbuh, cara memperbanyak diri (propagasi dengan biji atau secara vegetatif), dan daya tahan terhadap pemotongan, pencangkulan, atau pembakaran. Hasil scoring menunjukkan bahwa beberapa jenis tumbuhan memiliki nilai skor yang melebihi angka 6. Potensi invasif ditentukan dengan jumlah skor yang melebihi 6. Menurut FA0 (2005), angka 6 merupakan skor kritis dimana tumbuhan yang memilih skor lebih dari enam hams diwaspadai pemasukannya. Namun tumbuhan yang memiliki skor di atas 6 tersebut rata-rata merupakan tanaman yang dibudidayakan, bahkan memiliki ekonomi tinggi dan bermanfaat bagi manusia. Di Indonesia, kangkung dan bayam diketahui merupakan tanaman sayuran yang dikonsumsi banyak masyarakat Indonesia. Sedangkan padi merupakan tanaman pangan yang merupakan sumber bahan makanan pokok bagi manusia. Seledri diketahui sebagai tanaman sayuran yang digunakan sebagai pelengkap makanan. Bunga matahari selain digunakan sebagai tanaman hias juga dimanfaatkan bijinya sebagai bahan makanan. Sedangkan anyelir merupakan tanaman hias yang menghasilkan bunga potong yang berekonomi tinggi. Tabel 7 Hasil scoring tumbuhan yang masuk secara sengaja Nama umum
Nama ilmiah
Nilai skor
Kangkung
Ipomoea aquatica
9
Bayam
Amaranthus hybridus
8
Anyelir
Dianthus caryophyllus
Seledri
Apium graveolens
Bunga matahari
Helianthus annuus
Padi
Oryza sativa
Strawberry
Fragaria x ananasa
8
Lettuce
Lactuca sativa
7
Kol
Brassica oleracea
7
Kubis
Brassica oleracea var. capitata
7
Tabel 8 Gulma yang ditemukan mengkontaminasi komoditas yang dimasukkan melalui Pelabuhan Tanjung Priok selama 2006-2007 dan masuk dalam database Invasive and Exotic Weeds Jenis gulma
Amaranthus retrofixus Anlbrossia arten~isiifolia Ambrossia triJida Avena fatua Avena sterilis Bronius sterilis Bronlus tectorurn Capsella bzrrsapastoris Chenopodium album Coniurn maculatum Convolvult~sarvensis Crepis capilaris Dianthus armeria Echonichloa crusgalli Echizmi vulgare Ipomoea lacunose Lactuca searicola Lolitrrn perenne Medicago sp. Panicun~miliaceum Paspalztrrz notatum Polygonuir~convolvulus Polygonurn persicaria Portulaca oleraceae Run1e.x acetocella Rumex crispzts Setaria verticillata Setaria viridis Silene noctiflora Sonchus asper Shorgurn halepense Thlaspi arvense Trofoliumpretense Verbascumthapsus
Komoditas yang terkontaminasi Benih ketumbar, beras, biji gandum, tepung kedelai Biji gandum Kedelai, biji gandum Biji gandum Benih ketumbar, biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Benih ketumbar, beras ketan, biji gandum Bij i gandum Biji gandum Biji gandum, beras ketan, beras Biji gandum Beras ketan, kedelai Biji gandum Benih ketumbar, beras, biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Benih ketumbar, kedelai, biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum, Rumex crispus Biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum Kedelai Benih gandum Kedelai Biji gandum
Tumbuhan yang dimasukkan untuk dibudidayakan dan dipanen hasilnya akan relatif kecil risiko invasifnya, karena mereka dimasukkan dan kemudian ditanam pada lahan tertentu (lahan buatan) untuk dimanfaatkan hasilnya sehingga tidak tumbuh di tempat yang liar yang dapat mengganggu ekosistem alami. Weber (2005) mengungkapkan bahwa agroekosistem merupakan lahan buatan, ekosistemnya sederhana dengan habitat yang rendah jumlah spesiesnya, lingkungan homogen, dan gangguan lingkungan yang dapat diprediksi. Sebaliknya, habitat alami kebanyakan memiliki jumlah spesies yang banyak, lingkungan heterogen dan seringkali tidak dapat diprediksi. Beberapa gulma yang mengkontaminasi komoditas yang dimasukkan melalui Pelabuhan Tanjung Priok diketahui merupakan jenis gulma invasif menurut database Invasive and Exotic Weeds dan 100 of the World's Worst Invasive Alien Species (Tabel 8). Berdasarkan Tabel 8 tersebut tampak bahwa sebanyak 34 jenis gulma yang ada dalam database Invasive and Exotic Weeds dan 100 of the World's Worst Invasive Alien Species ditemukan mengkontaminasi komoditas yang dimasukkan secara sengaja. Frekuensi temuan paling banyak pada tahun 2006 yaitu Loliu~n perenne, sedangkan pada tahun 2007, frekuensi temuan paling tinggi pada Atnaranthus retrojlexus. Dengan ditemukannya beberapa jenis tumbuhan gulma yang termasuk dalam database IAS dunia tersebut maka kegiatan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya gulma tersebut perlu ditingkatkan. Potensi pemasukan spesies invasif dan hubungannya dengan peraturan perundang-nndangan di Indonesia Setiap arthropoda yang tergolong agens hayati dan tumbuhan yang tergolong media pembawa OPT yang dimasukkan ke wilayah Indonesia dikenakan tindakan karantina tumbuhan. Untuk arthropoda agens hayati, pemasukannya harus disertai dengan ijin pemasukan dari Menteri Pertanian. Jenis tumbuhan yang dimasukkan dalam bentuk benih juga harus mendapatkan ijin pemasukan yang diterbitkan oleh Menteri Pertanian berupa Surat Ijin Pemasukan (SIP). Dalam menerbitkan surat ijin tersebut, Menteri Pertanian mendapatkan
rekomendasi dari hasil kajian Analisis Risiko Organisme Pengganggu Tumbuhan dari eselon I terkait, salah satunya Badan Karantina Pertanian. Analisis risiko yang dilakukan terhadap tumbuhan yang akan dimasukkan tidak cukup hanya berdasarkan pada risiko introduksi OPTK, karena tumbuhan yang dimasukkan juga memiliki risiko menjadi invasif. Untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko masuknya spesies asing invasif ke wilayah Indonesia, kajian terhadap potensi invasif organisme yang masuk perlu dilakukan. Peraturan perundang-undangan karantina tumbuhan saat ini terbatas pada pencegahan introduksi OPTK. Peraturan perundang-undangan untuk mencegah introduksi spesies asing invasif sebenarnya telah ada, yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi PBB Mengenai Keanekaragaman Hayati).
Metode scoring dalam menentukan potensi invasif sesuai dengan Procedures of Weed Risk Assessnient (FA0 2005) mungkin belum cukup untuk
melakukan kajian terhadap potensi invasif. Hasil scoring pada penelitian ini menunjukkan banyak tumbuhan yang dibudidayakan di Indonesia menghasilkan skor hitis, artinya metode ini mungkin kurang sesuai dengan kondisi di Indonesia.
Metode scoring dengan memperhatikan faktor-faktor risiko yang
sesuai dengan kondisi Indonesia sendiri perlu ditetapkan. Ditinjau dari risiko OPTK, di antara jenis tumbuhan gulma yang ditemukan, terdapat satu jenis gulma yang termasuk dalam daftar OPTK Kategori A1 berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 38/Kpts/HK.060/1/2006 tentang Jenis-jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina Golongan I Kategori A1 dan A2, Golongan I1 Kategori A1 dan A2, Tanaman Inang, Media Pembawa dan Daerah Sebarnya. Jenis gulma tersebut adalah Bromus tectoruln L. (famili Poaceae). B. tectonmz merupakan gulma dari Famili Poaceae yang berasal dari Mediteranian. Selain sifat kegulmaannya, spesies ini juga diketahui dapat menyebarkan organisme pengganggu tumbuhan yaitu Melanoplus bivittatzis, Pseudo~nonassyringae pv. atropurpzirea, dan Puccinia coronata. Gulma ini
diketahui mengkontaminasi biji gandum yang dimasukkan melalui Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2006 dan 2007.
Selain B. teetorurn, salah satu jenis gulma yang perlu diwaspadai pemasukannya adalah Amsinckia sp. yang juga ditemukan beberapa kali mengkontaminasi biji gandum yang dimasukkan melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Amsinckia sp. perlu diwaspadai karena salah satu spesies dalam genus Amsinckia ini, yaitu A~nsinckia calypa (Mots.) Chater. (famili Boraginaceae) yang berasal dari Amerika dikategorikan sebagai OPTK Kategori A1 berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 3812006. Kewaspadaan yang perlu dilakukan oleh petugas karantina tumbuhan adalah dengan meningkatkan ketelitian identifikasi gulma yang mengkontaminasi. Identifikasi Amsinckia ini sebaiknya dilakukan tidak hanya sampai tingkat genus namun juga sampai tingkat spesies.