HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kabupaten Lampung Barat Kondisi Geografis Kabupaten Lampung Barat dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1991 Tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat I1 La~npungBarat, yang diundangkan pada tanggal 16 Juli 1991. Kabupaten Lampung Barat secara geografis, terletak antara koordinat 40" 47' 16"-50" 56' 42" LS dan 103" 35' 08"
- 104" 33' 51" BT. Luas wilayah Kabupaten Lampung Barat adalah 495.040 ha atau 4.950,40 km2 meliputi 17 (tujuh belas) kecamatan. Batas-batas wilayah Kabupaten Lamptrng Barat adalah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Selatan (Propinsi Bengkulu) dan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan (Propinsi Sumatera Selatan); Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Tanggamus, dan Kabupaten Lampung Tengah; Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Sunda dan Kabupaten Tanggamus; Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Bentuk wilayah Kabupaten Lampung Barat bervariasi, mulai dari daerah datar di sebelah Barat hingga daerah bergunung di sebelah Timur dengan kemiringan lahan mulai dari relatif landai (0-15%) hingga curam (> 40%). Formasi batuan yang umum dijumpai di Kabupaten Lampung Barat adalah endapan gunung api (Kecamatan Sumber Jaya, Way Tenong, Belalau, Sekincau, Sukau, Batu Brak, dan Balik Bukit), batu pasir Neogen (Kecamatan Lemong, Pesisir Utara, Karya Penggawa, Pesisir Tengah, Pesisir Selatan, dan Bengkunat), batu granit, kapur, batuan nietamorJ;tufa Lampung dan aluviunz (Lembah Way Semangka). Mata Pencaharian Sebagian besar
(79,88%)
penduduk
Kabupaten
Lampung
Barat
mempunyai pengahasilan dari sektor pertanian (peternakan, tanaman pangan dan perkebunan) dan hanya sebesar (20,12%) mempunyai mata pencaharian dari
sektor lainya. Hal ini menunjukkan bahwa ltondisi wilayah Kabupaten Lampung Barat dari segi agroklimat dan kesuburan tanahnya sangat cocok untuk usaha pertanian. Kondisi Subsektor Peternakan
Sektor Pertanian (subsektor) pada tahun 2007 memberikan kontribusi 60,64% terhadap total pendapatan domestik bruto (PDRB) Kabupaten Lampung Barat. Populasi berbagai jenis ternak pada tahun 2007 adalah sebagai berikut: (1) populasi temak unggas paling tinggi adalah ayam kampung yaitu 367.483 ekor; (2) populasi ternak ruminansia besar paling lbanyak adalah ternak sapi 15.284 ekor; (3) populasi ternak ruminansia kecil paling banyak adalah ternak kambing 71.698 ekor. Kondisi tersebut menggambarkan lcetiga jenis ternalc tersebut sangat cocok dan mendapat dukungan serta diminati ~nasyarakatdi Kabupaten Lampung barat, untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 1. berikut. Tabel 1 . Gambaran jumlah populasi teriialc di Kabupaten Lainpung Barat Kondisi tahun 2007 Jenis Ternak
Jumlah ekor
(%)
1
Ayam kampung
367.483
85,80
2
Ayam broiler
6.700
1,56
3
Itik
54.1 15
12,64
428.298
100,OO
2.238
12,77
No
Jumlah unggas 4
Kerbau
5
Sapi
15.284
87,23
Jumlah ruminansia besar
17.522
100,OO
6
Kambing
71.698
90,25
7
Domba
7.742
9,75
79.440
100,OO
Jumlah ruminansia kecil
Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Barat, 2007
Kebijakan dan Program S u b s e k t ~ Peternakan r 2003-2007 Berdasarkan
Surat Keputusan Bupati Kabupaten Lampung Barat
nomor : B/223/KPTS/II1.01/2004 tentang Rencana Stratejik DinasILetnbaga TeknisIInstansi Pemerintah Kabupaten Larnpung Barat Tahun 2003-2007, kebijakan subsektor peternakan Kabupaten Lampung Barat sebagai berikut : Jumlah kebijakan sebanyak 14 kebijakan, yang paling banyak adalah lcebijakan bidang produksi produksi 5 kebijakan, ha1 ini menunjukkan pada tahun 2003-2007 kebijakan pada pembangunan subsektor peternakan Kabupaten Lampung Barat masih fokus dengan peningkatan produksi (subsistem ketersediaan). Jumlah program sebanyak 45 program, yang paling dominan adalah program bidang kesehatan
dan
kesehatan
masyarakat
veteriner
ha1 ini
14 program,
menggambarkan adanya kekurang sinkronan antara kebijakan dengan program, seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah kebijakan dan program subsektor peternakan 2003-2007 Bidang
Kebijakan
%
Program
%
Perencanaan
1
7,14
6
13,33
Produksi
5
35,72
12
26,67
Keswan dan Kesmavet
4
28,57
14
31,11
Bina usaha
4
28,57
13
28,89
Sumber : Renstra Disnak dan Keswan 2003-2007 Kabupaten Lampung Barat. Uraian lebih lanjut tentang implementasi kebijakan dan program subsektor peternakan Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2003-2007, kedalam kegiatan operasional adalah sebagai mana tercantum dalam Tabel 3. berikut ini.
Tabel 3. Implementasi kebijakan dan program subsektor peternakan kedalam kegiatan operasional 2003-2007. Bidang
Program ops t.ops 1 5
jml 6
Kegiatan jml 5
4
12
34
7
7
14
25
5
8
13
6
ops 1
t.ops 0
jn~l I
Produksi
3
2
5
8
keswan dan kesmavet
3
1
4
bina usaha
2
2
4
Perencanaan
Sumber : Laporan Tahunan Dinas Peternakan (Ian Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Barat 2003-2007. Keterangan: ops = dapat dioperasionalkan ke dalam kegiatan t.ops = tidak dapat dioperasionalkan lte dalam kegiatan jinl =jumlah Dari Tabel 3 tersebut terlihat bahwa sebanyak (35,72%) kebijakan dan sebanyak (58,89%) program tidak dapat diimplementasikan kedalain kegiatan operasional selama 2003-2007 dan yang paling banyak dijumpai pada bidang bina usaha, ha1 ini disebabkan kekurangan dukungan, perhatian, anggaran dan pola pikir yang mengedepankan kegiatan-kegiatan bersifat fisik.
Kegiatan dan Anggaran Subsektor Peternakan 2003-2007 Realisasi Pelaksanaa kegiatan 2003-2007 Gambaran realisasi kegiatan subsektor peternakan 2003-2007 menurut ltelompok bidang tugas yang ada pada Dinas Peternakan dan Icesehatan Hewan Kabupaten Lampung Barat dapat dilihat seperti yang tertera pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Jumlah kegiatan rnenurut kelompok bidang tugas pada subsektor peternakan 2003-2007 Jumlah kegiatan menurut Tahun Anggaran Bidang tugas 2003
2004
0
0
2
2
1
5
11
6
5
6
6
34
Keswan & Kesmavet
4
3
3
7
8
25
Bina Usaha
1
1
0
2
2
6
16
10
10
17
17
Perencanaan Produksi
Jumlah
2005
2006
2007 total
70
Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Barat 2008 Dari Tabel 4. terlihat bahwa jumlah kegiatan yang dominan jumlahnya setiap tahun selama 2003-2007 adalah bidang produksi dan bidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner kernudian diikuti oleh jumlah kegiatan pada bidang bina usaha dan bidang perencanaan. Aloltasi Anggaran pengembangan Sumber Ilaya pangan Peternakan Porsi alokasi anggaran pengembangan sumber daya pangan peternakan menurut kelompok kegiatan antara lain: kegiatan utama dan penunjang. Kegiatan utama adalah kegiatan yang langsung berhubungan dengan pengembangan sumberdaya pangan peternakan misalnya pengadaan ternak, distribusi bibit ternak dan budidaya ternak, sedangkan kegiatan pen~rnjangkegiatan yang sifatnya tidak langsung berhubungan dengan pengembangan sumber daya pangan peternakan, tetapi berupa kegiatan pendukung, misalnya pengadaan obat-obatan ternak, pembinaan peternak, monitoring evaluasi dan pelaporan. Untuk melihat kegiatan tersebut selama tahun 2003-2007 adalah seperti tercantum pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Porsi alokasi anggaran untuk pengembangan sumber daya pangan peternakan Tahun Anggaran 2003-2007 x 1.000 PengembanganSumber Daya Pangan Peternakan Tahun .........
Anggaran
Kegiatan Utama Jumlah (Rp) %
Kegiatari Pendukung Jumlah(Rp) %
Total Anggaran
Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Barat, 2008 Dari
Tabel
5. terlihat
porsi
alokasi anggaran
pengembangan sumberdaya pangan peternaltan 2003-2007
untuk
kegiatan
lebih besar bila
dibandingkan dengan porsi kegiatan penduk~.ing,kecuali tahun anggaran 2007 jumlah alokasi anggaran untuk kegiatan pendukung lebih besar bila dibandingkan dengan alokasi anggaran kegiatan utama. Hal ini merupakan salah satu indikator, bahwa peinerintah Kabupaten Lampung Barat dalam ha1 ini dinas peternakan dan kesehatan hewan telah mempunyai komitrnen terhadap pengembangan sumber daya pangan peternakan. Total anggaran pembangunan pada subsektor peternakan selama 5 tahun 2003-2007, setiap tahun mengalami kenaikan, kecuali tahun 2005 mengalami penurunan sebesar Rp. 44.879.225
(8,25%) dari tahun anggaran 2004
(sebelumnya), namun kenaikan total anggarnn tidak berbanding lurus dengan porsi alokasi anggaran untuk pengembangan sumberdaya pangan peternakan di Kabupaten Lampung Barat.
Implementasi Kegiatan Bagi Kelompok Tani Ternak. Motivasi Implementasi kegiatan berdampak positif terhadap motivasi masyarakat yang tergabung dalam kelompok ternak kambing dan ternak sapi untuk mengiltuti program pengembangan ternak pemerintah di Kabupaten Lampung Barat dapat ltita lihat seperti tercantum pada Tabel 6. berikut. Tabel 6 . Motivasi para peternak mengikuti program pengembangan ternak Pemerintah di Kabupaten Lampung Barat. Klpk Kambing klpk Sapi Uraian ( ) orang P/.) orang Lamanya beternak : a. (1-3) tahun b. (4-5)tahun c. (>5)tahun Dorongan memelihara ternak a. inisiatif sendiri b. mengikuti tetangga c. anjuran Petugas Dinas Jumlah temak yang diterima: a. (1-3) ekor b. (4-5) ekor Sistem Program yang disukai a. gaduhan b. BPLM Kelebihan sistem gaduhan a. cepat lunas b. mendapat modal ternak Kelemahan sistem gaduhan: a. administrasi rumit b. Pelaporan rumit Usaha lain Anggota Kelompok: a. tukang b. buruh harian c. berkebunltani
15 7 3
60 211 I :!
17 4 4
86 16 16
17 8 0
611 3:! 0
14 4 7
56 16 28
20 5
80 20
25 0
100 0
6 19
24 76
2 23
8 92
2 4
8 I ti
0 2
0 8
12 7
4f1 2f1
2 0
8 0
3 6 16
12 24 64
0 3 22
0 12 88
Dari Tabel 6 terlihat bahwa implementasi dari kegiatan pendistribusian ternak pemerintah kepada masyarakat memberikan dampak yang positif, ditandai dengan sebanyak (68%) pada kelompok ternak ka~nbingtumbuh inisiatif untuk memelihara ternak dan sebanyak (56%) pada kelompok peternak sapi. Hal ini
sangat penting diperhatikan oleh pemerintah, bahwa program-program sti~nulus mampu memberikan dorongan kepada masyarakat dalam ha1 ini petani peternak. Manfaat kegiatan Manfaat yang diperoleh anggota kelompok dari kegiatan pengembangan ternak pemerintah di Kabupaten Lampung Barat adalah seperti yang tercantum pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Manfaat yang diperoleh Anggola kelompok mengikuti kegiatan pengembangan ternak Pelnerintah di Kabupaten Lampung Barat. Klpk. K.ambing orang (%)
Uraian
Klpk. Sapi orang (%I
Manfaat bagi anggota kelompok dari pengembangan ternak Pemerintah : a. Penghasilan Tambahan b. Peluang Usaha c. Pupuk Kandang d. Tabungan e. Binaan Pemerintah f. Belajar organisasi g. Mendapat Modal
25 19 25 25 22 20 25
100 76 100 100 88 80 100
25 22 25 25 25 20 25
100 88 100 100 100 80 100
Besarnya Tambahan Penghasilan oer bulan adalah: a. Rp. 100.000 - 200.000,b. > Rp. 200.000,Manfaat Bagi Kelompok: a. Penambahan Kas b. Penambahan anggota
.,
4
5 4
100 80
5 5
100 100
Dari Tabel 7 terlihat bahwa lnanfaat tlari kegiatan pendistribusian ternak pemerintah kepada masyarakat adalah sebagai penghasilan tambahan, tabungan, modal dan pupuk kandang. Rata-rata penghasilan tambahan per bulannya > Rp. 200.000,-(tertinggi)
dominan
(76%) dijun~paipada petemak sapi. Aktifitas
kelompok juga sangat menggembirakan, karena untuk kelompok ternak kambing dan ternak sapi terdapat penambahan kas. Hal ini sangat penting untuk eksistensi lelompok tani tersebut untuk masamendatang.
Permasalahan dan Upaya-upaya Menanganinya. Permasalahan yang dialami anggota Kelompok ternak dalam mengikuti program pengembangan temak oleh Pemerintah di Kabupaten Lampung Barat dapat dilihat seperti yang tercantum dala~nTabel 8. berikut ini : Tabel 8. Permasalahan yang dialami dan upaya-upaya yang dilaksanakan anggota kelompok untuk mengatasinya Uraian-uraian
peternak kambing
(%)
Peternak sapi
(%)
Masalah yang Dialami bfengikuti program Ternak Pemerintah : a. Pemeliharaan b. Penyakit c. Pengembalian Jenis Penyakit yang dialami ternak : a. Perut kembung b. Scabies c. Sakit mata d. Cacingan e. Cacing hati f. Lain-lain g. Distokia h. Defisiensi Vitamin Cara inenangani penyakit ternak tersebut: a. Petugas Peteinakan b. Diobati sendiri Pelaksanaan Perkawinan ternak adalah : a. Inseminasi Buatan (lB) b. Alami Cara pemberian Pakan ternakhijauan rumput-rumputan : a. Digembalakan b. Diarit c. Diarit dan digembalakan
Dari Tabel 8 masalah yang paling dominan dialami oleh kelompok peternak adalah penyakit, terlihat peternak kambing (68%) dan peternak sapi (40%), sedangkan jenis penyakit temak beragam nntuk ternak kambing paling banyak adalah jenis penyakit perut kembung (80%) dan pada tcrnak sapi adalah penyakit cacing hati (16%). Perut lcembung disebablcan oleh manajemen pemeliharaan, dalam ha1 ini pengaturan waktu pemberian pakan hijauan yang tidak tepat
misalnya terlalu pagi, dimana kandungan air rumput masih tinggi. Penyakit cacing hati pada sapi disebabkan rendahnya higienitas kandang dan peralatan yang digunakan serta pakan hijauan yang diberikan. Cara untuk mengatasi masalah penyakit tersebut pada ternak kambing (80%) sebagian besar menggunakan jasa petugas peternakan dan hanya (20%) diobati sendiri, pada ternak sapi (88%) menggunakan jasa petugas peternakan dan hanya (12%) diobati sendiri, ha1 ini disebabkan rendahnya pengetahuan dan ketrampilan petani ternak. Pelaksanaan perkawinan ternak mayoritas (88%) secara alami pada ternak kambing, sedangkan pada ternak sapi (60%) sudah kawin suntik (IB). Dengan demikian untuk temak kambing masih perlu dilaksanakan peningkatan introduksi inseminasi buatan (kawin suntik) dan untuk ternak sapi pelaksanan inseminasi buatan masih perlu ditingkatkan lagi sampai meiicapai (100%). Pemberian pakan rumput kepada ternak kambing dan sapi (100%) dilakukan oleh responden dengan cara mengarit, digembalakan pada ternak kambing sebanyak (48%) dan ternak sapi sehanyak (60%), sedangkan responden yang melakukan penggembalaan dan diarit pada ternak kambing (10%) dan ternak sapi sebanyak (44%), ha1 ini tidak menjadi masalah karena di Kabupaten Lampung Barat jumlah rumput masih melimpah dan merata untuk hampir seluruh wilayah. Analisis SWOT Pembangunan Subsektor Peternakan Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threaths (SWOT), digunakan untuk inenganalisis lingkungan strategis (Internal dan External) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Barat. Dari hasil analisis tersebut akan diperoleh strategi yang akan menentukan faktor-faktor ltunci keberhasilan dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan sub sektor peternakan di Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi Iingkungan internal dan eksterraal Lingkungan internal.
merupakan faktor-faktor yang dimiliki oleh Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupatell Lampung Barat, antara lain yaitu kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknes3e.r).
Kekuatan (Strengths)
Kekuatan yang dimiliki Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Barat yaitu berupa potensi yang dapat dimanfaatkan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kekuatan yang dimiliki oleh Dinas Peternaltan dan Kesehatan Hewan adalah sebagai berikut: 1. Adanya peraturan perundang-undangan yang mendukung Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan 2. Tersedianya tenaga aparatur di bidang peternakan 3. Tersedianya teknologi yang mendukung pengembangan peternakan
4. Agroklimat dan pakan ternak yang mendukung 5. Adanya kebijakan pemerintah untuk meningkatkan produksi peternakan
6. Adanya kebijakan pemerintah untuk penanggulangan penyakit hewan menular 7. Adanya dukungan dana dari pemerintah 8. Adanya Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
9. Adanya kelompok tani ternak sudah terbina. Keiemahan (Weaktzesses) 1. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia lnasih kurang
2. Check point dan RPH kurang memadai 3. Kurangnya data dan informasi peternakan
4. Budidaya ternak masih bersifat extensiftradisional 5. Produktivitas ternak masih rendah belum dapat memenuhi kehutuhan lokal
6. Angka kematian dan kesakitan ternak masih tinggi
7. Pengetahuan petani masih rendah. 8. Prasarana dan sarana peternakan masih rninirn 9. Pengawasan rnutu produk peternakan masih lturang Lingkungan eksternal, terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman
(Threaths) dalam ha1 ini adalah menyangkut aspek-aspek administratif birokratis, sosial, yang dapat berpengaruh terhadap Dina:; Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Barat dalam penyelenggaraan tupoksi di bidang perencanaan pembangunan di Daerah Kabupaten Lampung Barat. Lingkungan eksternal ini
meliputi lingkungan sosial (Social Environment) di luar Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Biirat dan lingkungan tugas (Task Environnzenr) diluar tugas dan kewenangan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Barat yang meliputi : Peluang (Oppoutuizities) Peluang yang dimiliki dalam upaya tnencapai tujuan pelaksanaan tupoltsi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Adanya lembaga-lembaga : pendidikan litbangnak, diklat, balai dan UPTD IB
2. Meningkatnya permintaan konsumen terhadap produk Peternakan
3. Tingginya minat masyarakat untuk memelihara ternak 4. Tumbuhnya jual beli ternak dimasyarakat 5. Kesempatan untuk mengembangkan usaha sapronak.
Dalam mencapai tujuan pembangunan subsektor peternakan Kabupaten Lampung Barat akan menghadapi ancamanltii~itangan,yang dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Upaya masuknya produk peternakan dari luar ke Kabupaten Lampung Barat. 2. Jarak tempuh lokasi pelayanan kesehatan hewan sangat jauh 3. Adanya wabah penyaltit menular
4. Investasi pada usaha peternakan masih rendah 5. Pemotongan ternak betina produktif masih tinggi. Evaluasi dan Pembobotan Faktor-faktor Internal dan Elsternal Tahapan kedua dalam analisis SWOT adalah membuat matrik evaluasi faktor-faktor internal dan eksternal, dengan cara memberikan bobot dan nilai terhadap kekuatan (Strengths), kelemahan (Feaknesses), peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats), dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pertama dilakukan penyusunan terhadap semua faktor yang dimiliki oleh subsektor peternakan dan kesehatan hewan Kabupaten Lampung Barat dengan membagi kedalam dua kelompok yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. 2. Pemberian bobot masing-masing faktor dengan skala 0 tidak penting dan 1 skala sangat penting. 3. Perhitungan rating terhadap faktor-faltor tersebut berdasarkan tingkat pengaruh rill faktor tersebut terhadap pencapaian tujuan. 4. Perhitungan nilai skor diperoleh dengan mengalikan antara bobot
dengan rating, unruk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 9 dan 10. Tabel 9:Matrik evaluasi faktor-faktor Internal Uraian faktor-faltor internal
I. Peraturan perundang-undangan 2. Tenaga aparatur bidang peternakan 3. Teknologi bidang peternakan 4. Agroltlimat dan pakan yang mendukung 5.Kebijakan bidang produksi ternak 6.Kebijakan penanggulangan Penyakit hewan menular 7.Dukungan dana dari pemerintah 8.Adanya UPTD 9.Adanya kelompok tani terbina Jumlah skor WEAKNESSESrnLEMAWAN 1.Kuantitas dan kualitas SDM kurang 2.Chek point dan RPH belum berfungsi 3.Data dan informasi kurang 4.Budidaya ternak ekstensif tradisional 5.Produktifitas temak rendah 6.Angka - kematian dan kesakitan ternak masih tinggi 7.Pengetahuan petani masih rendah 8.Prasarana dan sarana masih kurang 9.Pengawasan mutu produk masih kurang Jumlah skor Selisih skor Kekuatan-Kelemahan
Eiobot iFi)
Rating iR>
Skor iBxR>
0,17 0,13 0,13 0.15 0,12 0,06
4 4 3 3 3 3
0,68 0,52 0,39 0,45 0,36 0,18
0,12 0,04 0,08 1,OO
3 3 4
0,36 0,12 0,32 3,38
0,15 0,12 0,13 0,13 0,12 0,OS
3 3 3 3 4 3
0,45 0,36 0,39 0,39 0,48 0,24
0,08 0,13 0,06
3 3 3
0,24 0,39 0,18
1,00
3,12 0,26
Dari Tabel 9 tersebut diatas diperoleh nilai kekuatan (S) 3,38 dan Itelemahan (W) 3,12 dengan demikian posi:ji pada sumbu X atau axis adalah Kekuatan - Kelemahan = 3,38 - 3,12 = 0,26.
Dalam rangka untuk menentukan nilai slcor peluang ( 0 ) dan nilai ancaman (T), dilakukan pembobotan dan penilaian terhi~dapkedua faktot eksternal tersebut dengan membuat matrik evaluasi faktor-faktor eksternal, seperti tabel 10 berikut. Tabel 10. Matrik evaluasi faktor-faktor eksternal FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL
Bobot
Ratine ,--,
SKOR ,----
0,28 0,22
4 4
1,12 0,88
0,22
4
0,88
0,14. 0,14.
3 3
0,42 0,42
\-
OPPORTUNITIESIPELUANG 1.Adanya lembaga terkait 2.Permintaan produk peternakan tinggi 3.Minat masyarakat memelihara ternak tinggi 4.Tumbuhnya usaha jual beli ternak 5.Kesempatan untuk mengembangkan usaha sapronak Jumlah skor THREATSIANCAMAN 1.Masuknya produk peternakan ke larnpung barat 2.Jarak tempuh . .pelayanan . -. Itesehatan hcwan relatif iauh 3.Wabah pen-ynkit hcwan inenular 4.lnvestasi pada usaha peternakan ~nasihrendah 5.Adanya pemotonaan - betina prod;ktif Jumlah skor
r
-1
1,OO
3,62
0,28
3
0,84
0,14.
4
0,56
0,k 0,14.
1 3
0,YS .0,42
0.22
3
0,66
.-
.
1,OO
3,26
Selisih skor Peluang-Ancaman Dari tabel 10 tersebut diatas diperoleh nilai skor peluang (0)
0,36 -
nilai skor
ancaman (T) = 3,62 - 3,26 = 0,36, dengan demikian posisi pada sulnbu Y atau ordinat adalah 0,36. Dengan demikian bila dilakukan pemetaan posisi subsektor peternakan Kabupaten Lampung Barat adalah :;ebagai beriltut: posisi pada sumbu X
=
kekuatan - kele~nahan= (3,38 - 3,12) = 0,26 posisi pada
sumbu Y = peluang - ancaman = (3,62 - 3,26) = 0,36. Posisi subsektor peternakan adalah pada sumbu X (0,26) dan sumbu Y (0,36) atau berada pada kuadran I artinya menggunakan strategi agresif, Yait1.1 : menggunakan kekuatan yang
dimiliki untuk menangkap peluang, untuk meiihat posisi tersebut seperti terdapat pada Gambar 3 berikut ini. Peluang
Kuadran 111 (WO) Strategi turn around
1-
Kelemahaan W = 3,12
I
7(0,26 ;036)
S = 3,38 Kekuatan
Icuadran IV (WT) Strategi Defensif
Kuadran I1 (ST) Strategi Diversifikasi
T = 3,26 Iceterangan : Posisi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Barat pada Kuadran I Gambar 3 Grafik pemetaan posisi llinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Barat Dari Gambar 3 grafik pemetaan posisi tersebut di atas terlihat dengan jelas bahwa posisi subsektor peternakan berada pada kuadran I yang mendukung penggunaan strategi agresif, artinya mengg~inakankekuatan yang dimiliki untuk meinanfaatkan peluang-peluang yang ada. Dalam rangka untuk memperoleh :;trategi alternatif pada subsektor peternakan Kabupaten Lampung Barat, dilak~ikananalisis SWOT yakni dengan cara menginteraksikan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang dimiliki dengan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman), untuk lebih jelasnya seperti tercantum pada Tabel 11 berikut ini.
Tabel 11. Matrik analisis SWOT Dinas Peternalcan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Barat Tahun 2008. AKTOR EKSTERNAL
FAKTOR INTERNAL
-
Icekuatan = Strengths 1.Peraturan perundangundangan yang mendukung DinasPeternakan & Keswan 2.Tersedianya tenaga aparatur dibidang peternakan 3.Tersedianya teknologi yang mendukung pengembangan peternakan 4. Agroklimat dan Pakan yang menduKung. 5. Adanya kebijakan meningkatkan produksi ternak 6. Kebijakan penanggulangan penyakit hewan menular 7. Dukungan dana pemerintah 8. Unit Pelaksana Teknis dinas dan Poskeswan 9. Adanya kelompok tani sudah terbina Kelemahan=Weaknesses 1.Kuantitas dan kualitas SDM masih kurang 2.Check point & RPH kurang memadai 3.Kurangnya data & informasi peternakan 4.Budidaya ternak masib extensif tradisional 5.Produktifitas ternak masih rendah. 6.Angka kematian dan kesakitan ternak masih tinggi. 7,Pengetahuan peteni ternak rendah 8.Prasarana dan sarana masih kurang 9.Pengawasan mutu produk peternakan
I Peluang =Opportunities 1.Adanya lembaga-lembaga : pendidikan litbangnak, diklat, balai dan UPTD IB 2.Meningkatnya permintaan konsumen terhadap produk peternaka11 3.Tingginya minat masyarakat untuk mernelihara ternak 4.Tumbuhn:ia jual beli ternak dimasyarakat 5.Adanya kcscmpatan untuk men;emb;ingkan usaha sapronak / STRATEGI S O 1 .Membangun kerjasama di bidang peternakan dengan lembaga lehnis terkait 2.Regulasidibidang petemakan. 3. Penyuluh.ln dan Pembinaan di bidang peternakan 4. Peningkalao kualitas SDM peternakan 5. Mendorong tumbuhnya usaha sapronak 6.0ptimalis:isi penggunaan tehnologi tepatguna peternaknrt. 7.Intensifiki1si budidaya berbagai jenis ternak 8.Penetapan lawasan dan sentra sentra ~rsahapeternakan 9.Pengembangan agribisnis / peternaka11 STRATEGI WO
I.Masuknya produk ternak dari luar lampung barat. 2.Jauhnya Jarak pelayanan kesehatan hewan 3.Adanya wabah penyakit menular 4.lnvestasi pada usaha peternakan masih rendah. 5.Pemotongan ternak betina produktif musih
1 STRATEGI WT
Hasil analisisis SWOT pada Tabel I I tersebut di atas diperoleh interaksi antara kekuatan (S) dengan peluang ( 0 )
disebut strategi
(SO) yaitu
menggunakan kekuatan untuk menangkap peluang, interaksi antara kekuatan (S) dengan ancaman (T) disebut srategi (ST) ynitu menggunakan kekuatan untuk tnengatasai ancaman, interaksi antara kelemahan (W) dengan peluang (0) disebut strategi (WO) yaitu meminimalkan kelemahan untuk menangkap peluang dan interaksi antara kelemahan (W) dengan ancanian (T) disebut strategi (WT) yaitu meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Strategi-strategi yang dihasilkan tersebut adalah merupakan beberapa
strategi alternatif yang harus
dikelompokkan dan dipilih menjadi strategi utama 1 prioritas sesuai dengan posisi pemetaan subsektor peternakan Kabupaten Lampung Barat.
Strategi S-0: S1.01 Membangun kerjasama di bidang peternakan dengan lembaga teknis. S1.02 Membangun kerjasama dengan perusahaan-perusahaan peternakan. S1.03 Regulasi tentang pengembangan usaha budidaya ternak. S1.04 Regulasi tentang perdagangan ternak S1.05 Melakukan MOU dengan perusahaan-parusahaan sapronak. S2.01 Mengirimkan apratur peternakan mengikuti pelatihan-pelatihan S2.02 Penyuluhan/pembinaan peternak untulc peningkatan produktivitas ternak S2.03 Penyuluhanlpembinaan intensifikasi budidaya ternak S2.04 Penyuluhanlpembinaan pedagang ternal; S2.05 Mendorong tumbuhnya usaha sarana produksi peternakan (sapronak) S3.01 Kerjasama dengan lembaga terkait dalaln penerapan tegnologi S3.02 Optimalisasi penggunaan tegnologi untuk peningkatan produktivitas ternak S3.03 Mengoptimalkan penggunaan tehnologi untuk intensifikasi budidaya ternak S3.04 Peningkatan penggunaan tegnologi informasi untuk perdagangan ternak S3.05 Optimalisasi penggunaan tegnologi sarana produksi peternakan
S4.01 Peningkatan kerjasama dengan lembaga. teknis dalam pengolahan pakan S4.02 Intensifikasi budidaya ternak S4.03 Peningkatan kesempatan usaha di bidang peternakan S4.04 Peningkatan pengembangan agribisnis peternakan S4.05 Pengembangan sentra-sentra peternakar~ S5.01 Kerjasama dengan lembaga terkait untuk peningkatan produktivitas ternak S5.02 Regulasi investasi di bidang peternaltan S5.03 Penetapan kawasan budidaya ternak S5.04 Penetapan sentra-sentra usaha peternakan S5.05 Mempermudah izin usaha sarana produltsi peternakan
S6.01 Kerjasama dengan lembaga terkait untult penanggulangan penyakit ternak S6.02 Penanggulangan penyakit ternak untuk peningkatan produksi 56.03 Optimalisasi pelayanan kesehatan hewan untuk budidaya ternak S6.04 Peningkatan status lcesehatan ternak-ternak yang akan dipasarkan S6.05 Memprioritaskan penggunaan sapronak yang ada di Kabupaten Lampung Barat untuk pemberantasan penyakit hewan. S7.01 Alokasi anggaran untuk diklat-diklat dan penelitian di bidang peternakan. S7.02 Alokasi anggaran untuk budidaya temalc S7.03 Pembelian ternak-ternak unggul untuk tligaduhkan kepada petani S7.04 Alokasi anggaran untuk pembangunan pasar ternak S7.05 Alokasi anggaran untuk mendorong usaha sapronak
S8.01 Peningkatan kerjasama dengan lembagz teknis terkait di bidang pelayanan peternakan kepada masyarakat S8.02 Pembinaan peningkatan produktivitas tamak pada kelompok tani S8.03 Peningkatan pemhinaan usaha budidaya. ternak S8.04 Peningkatan pembinaan para pedagang lernak S8.05 Mendorong masyarakat dalam usaha sarana produksi peternakan
S9.01 Mengirimkan petani untuk mengikuti diklat-diklat peternakan pada lembaga teknis terkait
S9.02 Pembinaan peternakan untuk meningkarkan produktivitas S9.03 Meningkatkan peranan kelompok tani tt:rnak dalam budidaya ternak S9.04 Meningkatkan produktifitas dan kualitas ternak yang ada di petani ternak supaya mempunyai harga jual yang tinggi.
S9.05 Memprioritaskan penggunaan sapronak yang ada di Kabupaten Lampung Barat untuk budidaya ternak.
Strategi S - T: Sl,S2,S4,S7,SS,S9.T1 Intensifikasi budaya peternakan untuk memperkecil peluang masuknya produk ternak dari I~iar.
S3,S5,S6.T2,T3 Mengoptimalkan penggunaan teknologi dan aparatur untuk memberantas penyakit hewan menular (Flu Burung)
Strategi W - 0: W1.O1 Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM peternakan melalui diklatdiklat tehnis
W3.04 Memperbaiki data dan informasi peternakan untuk menciptakan peluang pemasaran ternak
W6.03 Mengurangi angka kematian dan kesakitan ternak menggunakan kaderkader vaksinasi
Strategi W - T: W1.TS Meningkatkan kualitas Sumber Daya h4anusia (SDM) apratur peternakan untuk melakukan pengawasan pemotongan ternalc betina produktif
W6.T3 Mengurangi angka kematian dan kesakitan ternak melalui pemberantasan penyakit menular Berdasarkan hasil analisis SWOT diperoleh strategi-strategi alternatif yang berasal dari interaksi faktor-faktor internal dan eksternal. Setelah diadakan pemetaan posisi subsektor peternakan berada pada kuadran I, strategi (S-0)
agresif yang artinya menggunakan kekuatan untuk metnanfaatkan peluang. Selanjutnya untuk mendapatkan strategi utama dilakukan pengelompokan strategistrategi alternatif kedalam strategi-strategi utarna, seperti tercantum pada tabel 12. Tabel 12. Pengelompokan strategi-strategi alternatif menjadi strategi utalna .. .
. .
Kelompok stralegi allernatif
~.r.. r a-l e Urama ~i
S1.O1: S1.02 : S1.05 :S3.01 S4.01: S5.01: S6:Ol: S8.01
Membangun lterjasama di bidang peternakan dengan lembaga teknis dan perusahaanperusahaan peternakan
S1.03: S1.04: S5.02
Regulasi tentang budidaya, perdagangan dan investasi bidang peternakan
S2.02 ; S2.03 ; S2.04 ;S8.02 SS.03 ;S8.04 ; S9.02 S2.01 ; S9.01
Penyuluhan dan pembinaan bidang peternakan Peningkatan ltualitas SDM peternakan melalui pelatihan-pelatihan dan magang
Mendorong tumbuhnya usaha sarana produksi peternakan-(~apronalt) S3.02 ; S3.03 ; S3.04 ; Optimalisasi penggunaan teknologi tepatguna di S3.05 bidang petemaltan. S2.05 : S8.05
S4.02 ; S4.03 ; S7.03 ;S9.05
Intensifikasi budidaya berbagai jenis ternak
S4.05 ; S5.03 ; S5.04 S4.04
Penetapan ltawasan dan sentra-sentra usaha peternakan Pengembangan agribisnis peternakan
S5.05
Mempermudah perizinan usaha peternakan
Peningkatan pelayanan kesehatan hewan untuk penanggulanian penyakit ternak S7.01 ; S7.01 ; S7.04 ; Alokasi anggaran untuk diklat dan penelitian, budidaya ternak serta pembangunan pasar ternak S7.05 S6.02 : S6.03 :S6.04
S9.03 ;S9.04
Pemberdayaa~ipetani peternak
Dari hasil pengelompokan strategi alternatif diperoleh sebanyak 13 strategi utama, selanjutnya untuk menentukan urutan prioritas strategi utama tersebut dilakukan penilaian keterkaitan dengan sumbcrdaya manusia, metode, sarana dan prasarana, dana dan organisasi yang dimiliki seperti pada Tabel 13 berikut.
Tabel 13. Penentuan rangking strategi uta~namenjadi strategi prioritas Keterkaitan Skor a b c d e
Strategi Utama
Ranking
Membangun kerjasama di bidang peternakan dengan lembaga-lembaga terkait dan perusahaan-perusahan peternakan
3 2 2 3
3
13
11
Regulasi budidaya, perdagangan dan investasi di bidang peternakan
4 3 2 3
3
15
9
Penyuluhan dan pembinaan bidang peternakan
4 4 2 3
3
16
8
Peningkatan kualitas SDM petemakan melalui pelatihan-pelatihan dan magang
5
3
3
5
4
20
4
Mendorong tumbuhnya usaha sarana produksi peternakan (sapronak)
2
2
3
3
2
12
12
Optimalisasi penggunaan teknologi tepatguna di bidang peternakan
4
4
5
4
4
21
3
Intensifikasi budidaya berbagai jenis ternak Penetapan kawasan dan sentra-sentra usaha peternakan Pengembangan agribisnis peternakan
5 3
4 5 5 4 3 2 5 4
23 17
1 7
3
2
3
3
3
14
10
Memper~nudah perizinan usaha peternakan Peningkatan pelayanan kesehatan hewan untuk penanggulangan penyakit
2
2
2
2
2
10
13
5
4
5
4
4
22
2
Pengalokasian anggaran untuk diklatdiklat, penelitian, budidaya dan pembangunan pasar temak Pemberdayaan petani peternak
3
3 3 5 4
18
6
4
4
19
5
Keterangan : a = Sumber daya manusia b = Metode c = Sarana dan prasarana d = Dana e = Organisasi
Nilai I = sangat rendah 2 = rendah 3 = cukup tinggi 4 = tinggi 5 = sangat li~iggi
3
4
4
Berdasarkan penentuan rangking pada Tabel 13 tersebut di atas diperoleh strategi-strategi utama yang telah diurutkan tnenurut prioritas atau kita sebut sebagai strategi prioritas seperti tercantum pada Tabel 14 berikut. Tabel 14. Strategi subsektor peternaltan berdasarkan urutan prioritas No
Strategi berdasarkan urutan Prioritas
I . Intensifikasi budidaya berbagai jenis ternak 2. Peningltatan pelayanan kesehatan hewan untuk penanggulangan penyakit ternak 3.0ptimalisasi penggunaan teknologi tepat guna di bidang peternakan 4. Peningkatan SDM peternakan melalui pelatihan-pelatihan dan magang 5. Pemberdayaan petani peternak
6. Pengalokasian anggaran untuk diklat-diklat dan penelitian, budidaya dan pembangunan pasar ternak
7. Penetapan kawasan dan sentra-sentra usaha peternakan 8. Penyuluhan dan pembinaan bidang peternakan 9. Regulasi budidaya, perdagangan dan investasi bidang peternakan 10. Pengembangan agribisnis peternakan 1 1. Membangun kerjasama dibidang peternakan dengan lernbaga-lernbaga terkait dan perusahaan-perusahaan peternakan 12. Mendorong tumbuhnya usaha sarana produltsi peternakan (Sapronak) 13. Mernperlnltdah perizinan usaha peternaltan
Strategi dan Kebijakan Pembangunan Snbsektor Peternakan Kabupaten Lampung Barat Masa Mendatang. Strategi Pembangunan Subsektor Peternakan mendatang Konsep strategi,
yang akan memperjelas pemikiran-pemikiran
secara
konseptual, analitis, rasional, dan komprehensif tentang berbagai langkah yang diperlukan untuk mencapai dan memperlancar pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil analilsis SWOT posisi Dinas Peternakan berada pada kuadran I strategi (S-0) mendukung strategi agresif artinya
menggunakan ltekuatan yang dimiliki untuk menangkap peluang. Memperhatikan hasil interaksi faktor-faktor internal dan ekstemal subsektor peternaltan Kabupaten Lampung Barat, dirumuskan konsep strategi dengan prioritas sebagai berikut : 1. Intensivikasi budidaya berbagai jenis ternalc. 2. Peningkatan pelayanan kesehatan hewan. 3. Optimalisasi penggunaan teknologi tepat guna di bidang peternakan
4. Peningkatan sumberdaya manusia peternakan melalui pelatihan-pelatihan dan rnagang
5. Pemberdayaan petani peternak 1 kelompok tani ternak
6. Pengalokasian anggaran untuk diklat-diklat dan penelitian bidang peternaltan. 7. Penetapan kawasan dan sentra-sentra usaha peternakan
8. Penyuluhan dan pembinaan bidang peternakan 9. Regulasi budidaya, perdagangan dan investasi bidang peternakan 10. Pengembangan agribisnis peternakan 1 1. Membangun kerjasama dibidang peternakan dengan lembaga-lembaga terkait dan perusahaan-perusahaan peternakan 12. Mendorong tumbuhnya usaha sarana produksi peternakan (Sapronak) 13. Mempermudah perizinan usaha peternakan Kebijakan Pembangunan Subsektor Peternakan Masa Mendatang Konsep kebijakan. yang dirumuskan merupaltan ketentuan-ketentuan yang akan direkomendasikan untuk diimplementasikan oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lampun Barat dalam rangka melaksanakan pembangunan sub sektor peternakan untuk masa yang akan datarig. Konsep kebijakan ini tentu saja perlu mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Kabupaten Lampung Barat dalam ha1 ini Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk ditingltatkan statusnya menjadi kebijakan pembangunan subsektor pelernakan Kabupaten Lampung Barat melalui peraturan perundang-undangan, sehingga dapat
dijadikan pedoman,
pegangan atau petunjuk bagi setiap kegiatan agar tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam upaya mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
Selanjutnya kebijakan tersebut haru:; dijabarkan ke dalam programprogram, dimana program yang ditetapkan merupakan kumpulan kegiatankegiatan nyata, sistematis dan terpadu dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dan untuk diirnplernentasikan oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Barat. Sesuai dengan hasil analisis SWOT yang dilaksanakan terhadap kondisi lingkungan strategis Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Lampung Barat lcondisi tahun 2008, konsep kebijakan pembangunan subsektor peternakan dan kasehatan hewan masa mendatang difokuskan kepada aspek-aspek sebagai beriki~l:
1. Peningkatan usaha budidaya pada subsektor peternakan 2. Peningkatan status kesehatan hewan 3. Peninglcatan aplikasi teknologi peternakan
4. Peningkatan sumber daya manusia (SDM) aparatur dan petani peternak 5. Pernberdayaan petani peternak
6. Peningkatan alokasi anggaran 7. Penetapan kawasan dan sentra-sentra usaha peternakan.
8. Penyuluhan dan pembinaan peternakan 9. Regulasi pada subsektor peternakan 10. Pengembangan agribisnis peternakan
1 I . Peningkatan kerjasamalkemitraan dibidang peternakan 12. Mendorong tumbuh berkembangnya usaha peternakan.
13. Perizinan dibidang peternakan Konsep strategi dan kebijakan. yang dirumuskan ini masih bersifat normatif, untuk dapat diimplementasikan secara operasional harus terlebih dahulu dijabarkan kedalam program-program dan kegiatan-kegiatan tahunan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat contoh implementasi kebijakan dan strategi pada berikut ini.
Penjabaran Konsep Strategi dan Kebijakan Subsektor Peternakan Kabupaten Lampuug Barat Dalam rangka untuk mengimplementasikan kebijakan, shategi secara operasional, terlebih dahulu hams dijabarkan kedalam program-program dan kegiatan-kegiatan tahunan. Sebagai contoh penjabaran kebijakan dan shategi petemakan untuk masa mendatang kedalam program-program dan kegiatankegiatan adalah seperti pada Tabel 15 berikut. Tabel 15. Implementasi konsep shategi dan kebijakan subsektor petemakan ke dalam kegiatan operasional
Strategi
1Jntensifikasi berbagai jenis ternak.
Kebijakan
Program
Kegiatan
Peningkatan usaha Budidaya temak
1. Pengembangan berbagai jenis ternak
1.1 .Pengadaan temak bibit unggul 1.2.Pengadaan Sapronak 2.1 .Pengadam pakan temak berkualitas 2.2.Perbaikan sanitasi kandang 2.3.Pelatihan manajemen perkandangan
2. Peningkatan manajemen pemeliharaan
Tabel 15. (lanjutan) 1 2. Peningkatan pelayanan kesehatan hewan
3.0ptimalisasi penggunaan teknologi tepat guna petemakan
2 Peningkatan status kesehatan hewan
Peningkatan aplikasi teknologi inseminasi buatan
3
4
1.Peningkatan pengamanan temak
1.1.Pengadam peralatan kesehatan hewan 1.2.Pengobatan temak
2.Pencegahan penyakit hewan menular
2.1 .Vaksinasi temak 2.2.Eliminasi hewan penular rabies 2.3.Pelatihan Kader Vaksinator
1.Peningkatan sarana prasarana aplikasi IB
1.1.Pengadaan peralatan IB 1.2.Pengadaan straw 1.3.Pelatihan inseminator
2.Peningkatan pengolahan pakan temak
2.1 .Pembuatan pakan konsentrat dan pakan block 2.2.Pengadaan mesin pengolah pakan ternak 2.3 .Penanaman rumput unggul
4.Peningkatan kualitas sumberdaya manusia peternakan melalui pelatihanpelatihan dan magang
Peningkatan kualitas sumberdaya apratur dan petani peternak
1.Peningkatan
1. I .Pengiriman
ketrampilan S1)M Petemakan
petugas peternakan mengikuti diklat-diklat 1.2.Pelaksanaan magang bagi petani peternak 1.3.Pelaksanaan study banding bagi petugas peternakan
2.Peningkatan pengetahuan dan wawasan SDM peternakan.
2.1 .Penyuluhan 2.2.Pameran 2.3.Lomba/kontes ternak.