24
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kuda Pacu Indonesia (KPI) KPI didefinisikan sebagai hasil persilangan antara kuda betina G3 dan pejantan G3, betina G4 dan pejantan G4, atau betina G3 dan pejantan G4 (Soehadji 2008).
Tabel 5 Persentase genetik kuda generasi (G) dan KPI Jenis Kuda
Kuda Lokal Indonesia (%)
Kuda THB (%)
G0 (keturunan murni)
100
0
G1 (keturunan ke-1)
50
50
G2 (keturunan ke-2)
25
75
G3 (keturunan ke-3)
12,50
82,50
G4 (keturunan ke-4)
6,25
93,75
KPI (G3 x G3)
12,50
82,50
KPI (G3 x G4)
9,38
90,63
KPI (G4 x G4)
6,25
93,75
*G: Generasi ke-, KPI:Kuda Pacu Indonesia Sumber : Soehadji (2008)
Sistem persilangan KPI adalah lebih mengutamakan kuda pejantan THB unggul dengan harapan menurunkan potensi performa pacu yang baik. Haun (2009) lebih mengutamakan pemilihan betina berukuran jantung besar dalam sistem persilangan kuda pacu karena kromosom Y pada pejantan lebih kecil dibanding kromosom X pada betina sehingga hanya mampu membawa sedikit material turunan.
Gambar 9 Foto perbandingan konformasi kuda THB (kiri) dan KPI (kanan).
25 Ukuran jantung yang besar diwariskan melalui kromosom X. Pejantan yang berukuran jantung besar hanya mampu mewariskan satu kromosom X jantung besar yang didapat dari induknya sedangkan indukan dapat mewariskan 2 buah kromosom X. Indukan yang membawa genetik ukuran jantung yang besar pada 1 kromosom X saja akan memiliki peluang yang sama untuk mewariskan kromosom X ukuran jantung besar maupun ukuran jantung kecil. Indukan dengan 2 kromosom X ukuran jantung besar akan mewariskan salah satu kromosom ukuran jantung besar (Haun, 2009) Peningkatan jumlah KPI di lapangan telah memacu peternak kuda untuk menyilangkan KPI dengan kuda G3, G4 atau sesama KPI untuk menghasilkan jenis KPI baru. Rata-rata persentasi genetik THB pada sampel KPI lebih dari 90 persen (tabel 6) sehingga bentuk tubuh dan konformasi KPI sudah mendekati kuda THB (Gambar 9).
Tabel 6 Tipe persilangan KPI dan persentasi gen kuda THB pada sampel KPI Nama Kuda
Tipe Persilangan
Persentase Gen THB (%)
Kuda 1
(G3) x (G4)
90,63
Kuda 2
(G4) x (G3)
90,63
Kuda 3
(G4) x (G3)
90,63
Kuda 4
(G4) x (G4)
93,75
Kuda 5
(G4) x (G4)
93,75
Kuda 6
(G3) x (G4)
90,63
Kuda 7
(G3) x (G4 x G4)
88,13
Kuda 8
(G4) x (G4)
93,75
Rata-Rata KPI
90,83
*G: Generasi ke-, KPI: Kuda Pacu Indonesia Sumber : Aragon Stable (2010) dan Pamulang Stable 2010
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang pada KPI Pemeriksaan fisik pada sampel KPI meliputi pemeriksaan denyut jantung (HR), skin recoil (SR), capillary refill time (CRT), warna mukosa, berat badan, tinggi badan dan umur. Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan EKG dan USG. Hasil pemeriksaan fisik sampel KPI disajikan dalam Tabel 7. Rata-rata berat badan sampel KPI yang berumur 26,5 bulan adalah 374,4 kg. Nilai ini lebih rendah jika dibandingkan dengan referensi rata-rata berat badan kuda THB yang berumur 24 bulan yang mencapai 443,3 kg hingga 449,3 kg (Young et al. 2005). Berat badan kuda merupakan salah
26 satu faktor yang dapat mempengaruhi ukuran ventrikel kiri (Hinchcliff et al. 2008; Collin 2010). Tabel 7. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang KPI EKG
USG
Merah muda
N
N
2
Merah muda
N
N
1
2
Merah muda
N
N
44
2
2
Merah muda
N
N
Betina
34
1
2
Merah muda
N
N
28
Betina
39
1
2
Merah muda
N
N
154
31
Betina
42
1
2
Merah muda
N
N
154
28
Jantan
54
1
2
Merah muda
N
N
Nama
Berat
Tinggi
Umur
Jenis
HR
SR
CRT
Kuda
(kg)
(cm)
Kuda 1
380
156
Kuda 2
380
Kuda 3
Mukosa
(bln)
Klmn
(x/mnt)
(dtk)
(dtk)
(warna)
28
Betina
54
1,5
2
155
24
Jantan
48
1,5
385
154
27
Jantan
60
Kuda 4
377
157
22
Jantan
Kuda 5
330
158
24
Kuda 6
391
160
Kuda 7
380
Kuda 8
372
KPI
374,4
156
26,5
-
47
1,3
2
Merah muda
N
N
THB
443,3-449,3 3)
157 2)
<36 4)
-
38-44 1)
1-2
1-2 1)
Merah muda 1)
N
N
*HR: Heart Rate, SR: Skin Recoil, EKG: Electrocardiography, USG: Ultrasound, N: Normal Sumber : 1) Reece 2004, 2) Edward 1994, 3) Young et al. 2005, 4) Hinchcliff et al. 2008
Rata-rata tinggi badan KPI adalah 156 cm, nilai ini cukup mendekati rata-rata tinggi THB pada umumnya yaitu 157 cm. Perbedaan berat dan tinggi badan KPI dari kuda THB disebabkan oleh perbedaan ras di samping faktor lain seperti: pemeliharaan (pakan, pemeliharaan, perawatan) dan atau pengaruh lingkungan. Sampel KPI yang dipilih memiliki rata-rata umur 26,5 bulan. Umur ini dipilih untuk menghindari bias akibat latihan karena memasuki usia 30 bulan KPI sudah mulai dilatih. Pada umur 36 bulan, kemampuan kardiovaskuler dan enzim oksidatif otot kuda meningkat sehingga ukuran jantung menjadi lebih besar dengan HR yang lebih rendah (Hinchcliff et al. 2008). Buhl (2008) dan Collin (2010) juga membenarkan bahwa penambahan umur akan meningkatkan ukuran ventrikel kiri. Jantung dapat tumbuh kembang hingga umur kuda mencapai 4 tahun walaupun ukuran jantung masih dapat bertambah sedikit dengan latihan (Haunn, 2009). Jenis kelamin sampel KPI terdiri dari 4 jantan dan 4 betina untuk menghindari bias ukuran jantung oleh jenis kelamin karena secara umum kuda betina memiliki ukuran jantung lebih kecil daripada pejantan akibat konsentrasi hormon anabolik endogen di pejantan lebih banyak yang akan memacu pertumbuhan otot termasuk otot jantung (Buhl 2008).
27 Pada tabel 7 terlihat bahwa rata-rata nilai SR KPI adalah 1,3 detik dengan CRT 2 detik menunjukkan kondisi normal. Warna mukosa KPI menunjukkan kondisi fisik yang normal. Rata-rata HR KPI adalah 47 kali/menit sedikit di atas rata-rata HR kuda THB yakni antara 38–44 kali/menit (Reece 2004). Faktor penyebabnya diduga akibat perbedaan umur, berat dan tinggi badan, stres dan ketakutan, waktu pemeriksaan, HR, dan faktor latihan. Ratarata umur KPI adalah 26,5 bulan sehingga masih tergolong kuda muda. Hinchcliff et al. (2008) mengatakan bahwa kemampuan kardiovaskuler dan enzim oksidatif otot kuda meningkat pada umur 36-48 bulan sehingga terjadi peningkatan ukuran jantung dan penurunan HR. Kuda muda memiliki HR yang lebih tinggi karena ukuran tubuhnya lebih kecil dan kemampuan penghambatan tonus vagusnya belum berkembang (Reece 2004). Rata-rata berat dan tinggi badan KPI lebih rendah dari kuda THB. Reece (2004) mengatakan bahwa ukuran tubuh memiliki korelasi positif dengan HR. Kuda yang berukuran tubuh kecil memiliki HR yang lebih tinggi. Kuda-kuda KPI belum terbiasa menjalani pemeriksaan dengan alat-alat medis seperti: stetoskop, pemeriksaan USG dan EKG sehingga mengalami peningkatan HR yang cukup tinggi. Peningkatan HR ini diduga akibat faktor fisiologis seperti: stres dan ketakutan (Marlin dan Nankervis 2004; Reece 2004). Pemeriksaan HR pada sampel KPI dilakukan pada siang hari juga dapat meningkatkan HR kuda (Marlin dan Nankervis 2004). Pemeriksaan sampel dilakukan pada KPI yang belum menjalani latihan intensif sehingga memiliki HR yang tinggi. Latihan dapat mengakibatkan hipertrofi miokardium dan peningkatan ukuran jantung. Kontraksi miokardium yang mengalami hipertrofi mampu memompa lebih banyak darah keluar jantung dalam setiap denyutan dengan sedikit HR (Marlin dan Nankervis 2004). Berikut hasil gambaran EKG 4 lead pada salah satu sampel KPI : P
R
T
Q S
Gambar 10 Gambaran EKG 4 lead pada sampel KPI.
28 Sebagian besar gambaran gelombang P sampel KPI di EKG 3 dan 4 lead menunjukkan defleksi positif dua puncak (bifase) dan hanya sebagian kecil memiliki satu puncak (difase). Variasi bentuk difase dan bifase pada gelombang P adalah normal pada kuda (Rose dan Hudgson 2000).
Gambar 11 Gambaran EKG 3 lead pada sampel KPI.
Interval PR sampel KPI terlihat sedikit memendek. Pemendekan interval PR ini disebabkan oleh nilai HR yang cukup tinggi dan umur KPI yang masih muda. Rose dan Hudgson (2000) menyatakan bahwa interval PR akan memanjang seiring dengan penambahan umur dan penurunan HR kuda.Setiap gelombang P selalu diikuti gelombang QRS. Konfigurasi QRS dipengaruhi posisi kaki dan denyut jantung kuda sehingga pada saat EKG disarankan posisi kaki kiri depan kuda sedikit di depan kaki kanan depan dan dengan denyut jantung kuda sebaiknya kurang dari 42 kali per menit (Rose dan Hudgson 2000). Gelombang Q pada beberapa sampel KPI tidak muncul pada gambaran EKG 3 dan 4 lead. Gelombang S kadang tidak muncul pada EKG 4 lead. Variasi bentuk ini masih dianggap normal karena gelombang Q pada kuda seringkali menghilang sedangkan gelombang S terkadang memiliki beberapa variasi bentuk (Rose dan Hudgson 2000. Gelombang T sampel KPI pada EKG 4 lead mengalami defleksi positif sedangkan pada EKG 3 lead mengalami defleksi negatif. Hal ini diduga disebabkan oleh lokasi pemasangan lead. Bila arah impuls repolarisasi searah dengan impuls depolarisasi (impuls menjauhi elektroda) maka arah defleksi repolarisasi yang dihasilkan akan menjadi berlawanan dengan arah defleksi depolarisasi. Gelombang T juga dipengaruhi oleh posisi kaki dan denyut jantung (Rose dan Hudgson 2000). Interval QT sampel KPI agak memendek diduga akibat peningkatan HR (Rose dan Hudgson 2000). Hasil gambaran umum EKG sampel KPI menunjukkan peningkatan HR melebihi rata-rata kuda THB, namun irama (ritme) dan sumbu (axis) gelombang EKG sampel
29 KPI menunjukkan gambaran normal dan tapak adanya tanda-tanda hipertrofi, iskemik atau infark. Pemeriksaan EKG menunjukkan hasil yang normal. Gambaran EKG 3 lead maupun 4 lead pada sampel KPI tidak menunjukkan ada kelainan jantung. Gambaran EKG menunjukkan bahwa sampel KPI memiliki gelombang P, Q, R, S, T dengan irama/ritme defleksi, interval dan amplitudo yang sesuai dengan kisaran kuda THB (Tabel 3). Pemeriksaan USG menunjukkan gambaran normal baik pada pengamatan B-Mode maupun M-Mode. Pada gambaran B-Mode terlihat bentuk lumen ventrikel kiri yang bulat dengan chorda tendinae yang muncul di kedua sisinya. Kontraksi ventrikel teramati dengan baik dan tidak terlihat adanya kelainan pada jantung KPI. Berikut gambaran ekhokardiografi B-Mode pada sampel KPI :
Gambar 12 Contoh gambaran ekhokardiografi B-Mode-short axis right parasternal view KPI.
Gambar 13 Contoh gambaran ekhokardiografi M-mode-short axis right parasternal view pada KPI. IVS: Interventricular Septa, LVID: Left Ventricular Internal Dimension, LVW: Left Ventricular Wall
30 Pada gambaran M-Mode setiap struktur jantung terlihat memiliki ekhogenitas yang baik dengan batas yang jelas. Sistol dan diastol terlihat memiliki irama yang teratur yang menunjukkan bahwa sampel KPI memiliki jantung yang sehat. Pengamatan Nilai Ekhokardiografi KPI 1. Ketebalan Otot Jantung/ Miokardium Hasil pengamatan ketebalan miokardium (IVS dan LVW) pada sampel KPI dapat dilihat pada tabel 8. Ketebalan miokardium KPI baik pada saat sistol maupun diastol telah berada pada kisaran bawah referensi kuda THB, kecuali IVSd KPI berada sedikit di bawah kisaran minimum THB. Ketebalan miokardium dipengaruhi oleh ras (Schwarzwald 2004; Meral et al. 2007; Young et al. 2005). Ketebalan miokardium KPI belum setara dengan kuda THB mengingat KPI bukanlah kuda THB asli karena ukuran jantung kuda THB lebih besar dibanding ras kuda lainnya (Gunn 1989). Ketebalan miokardium dipengaruhi oleh berat badan (Stadler et al. 1993 diacu dalam Meral et al. 2007). Rata-rata berat badan KPI berada di bawah kisaran kuda THB. Ketebalan miokardium juga dapat dipengaruhi juga oleh latihan (Schwarzwald 2004; Meral et al. 2007; Young et al. 2005). Sampel kuda KPI yang diteliti belum menjalani masa latihan intensif sedangkan referensi kuda THB yang digunakan tidak menjelaskan level latihan kuda-kuda yang ditelitinya. Oleh karena itu dapat dipahami jika ketebalan miokardium KPI berada di kisaran bawah kuda THB.
Tabel 8 Rata-rata IVS dan LVW KPI Otot Jantung
KPI
Referensi THB
IVSs (cm)
4,093
3,747-4,6731)
4,000-5,1002)
IVSd (cm)
2,553
2,572-3,178
2,630-3,410
LVWs (cm)
3,553
3,436-4,264
3,030-4,890
LVWd (cm)
2,183
1,938-2,702
2,130-2,650
*IVSs = Intra Ventricular Septal at Systole, IVSd = Intra Ventricular Septal at Diastole, LVWs = Left Ventricular Wall at Systole, LVWd = Left Ventricular Wall at Diastole Sumber : 1) Grundland dan O Had (2000), 2) Reef (1998)
Ketebalan miokardium dapat mempengaruhi kekuatan kontraksi otot jantung padahal fungsi jantung ditentukan oleh kemampuan kontraksi miokardium. Kontraksi miokardium akan mempengaruhi fungsi sistol/kontraksi ventrikel (Marr dan Bowen 2010) untuk
31 meningkatkan Q (Colville dan Bassert 2002) sehingga meningkatkan pengiriman oksigen dan kapasitas produksi energi aerob yang pada akhirnya dapat meningkatkan performa kuda pacu (Buhl 2008).
2. Dimensi Internal Hasil pengamatan dimensi internal (LVIDs dan LVIDd) pada sampel KPI ditampilkan pada tabel 9. Pada tabel 9 terlihat bahwa dimensi internal KPI pada saat sistol dan diastol berada di bawah kisaran kuda THB. Hal ini diduga akibat perbedan ras, berat badan dan level latihan. Nilai LVID dipengaruhi oleh ras kuda (Schwarzwald 2004) di mana ras kuda THB memiliki nilai tertinggi dibanding ras kuda lain (Gunn 1989), oleh karena itu nilai LVID KPI berada di bawah THB. Berat badan KPI berada di bawah kisaran kuda THB padahal LVID berhubungan dengan berat badan (Stadler et al. 1993 diacu dalam Meral et al. 2007). Nilai LVID KPI dipengaruhi juga oleh latihan (Rewel 1991 di acu dalam Meral et al. 2007; Young 1999 di acu dalam Young et al. 2005). Sampel kuda KPI yang diteliti belum menjalani masa latihan intensif sedangkan referensi kuda THB yang digunakan tidak menjelaskan level latihan kuda-kuda yang ditelitinya. Oleh karena itu dapat dipahami jika nilai LVID KPI lebih rendah dari kuda THB.
Tabel 9 Rata-rata LVIDs dan LVIDd KPI Dimensi Intrakardial
KPI
Referensi THB
LVIDs (cm)
6,055
6,835-8,065 1)
6,630-8,070 2)
LVIDd (cm)
9,810
11,140-12,660
11,190-12,610
LVIDs: Left Ventricular Internal Dimension at Systole, LVIDd: Left Ventricular Internal Dimension at Diastole umber : 1) Grundland dan O Had (2000), 2) Reef (1998)
Peningkatan luas dan kelenturan ruangan ventrikel kiri diperlukan untuk meningkatkan fungsi diastol ventrikel yang akan meningkatkan volume darah yang dipompa jantung agar dapat meningkatkan pengiriman oksigen dan kapasitas produksi energi aerob (Buhl 2008; Marr dan Bowen 2010).
32 3. Volume Jantung Nilai SV KPI berada di bawah kisaran normal kuda THB. Nilai SV ditentukan oleh dimensi jantung (LVID) dan ketebalan otot jantung (IVS dan LVW) kuda (Young et al. 2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai IVSd, LVIDs, dan LVIDd sampel KPI hanya sedikit di bawah kisaran THB sehingga kemampuan preload, afterload dan kontraksi miokardium KPI hanya berbeda sedikit dengan kuda THB (Hinchclifff et al. 2008; Marlin dan Nankervis, 2004; Patteson, 2002). Preload yangrendah akan mengurangi kontraksi miokardium sehingga fungsi sistol akan menurun. Penurunan fungsi sistol akan mengurangi tekanan ejeksi sehingga dapat menurunkan SV dan Q. Semakin besar volume darah yang mencapai ventrikel maka semakin besar volume darah yang dikeluarkan. Semakin banyak pengisian darah saat diastol (EDV) semakin banyak pula darah yang dipompa keluar (SV) (Marr dan Bowen 2010). Pada pernafasan normal, kuda berusaha meningkatkan atau mengurangi SV untuk mendapatkan nilai Q yang stabil (Marr dan Bowen 2010). Nilai SV KPI yang rendah dimungkinkan merupakan proses adaptasi KPI dalam pengaturan kestabilan nilai Q akibat peningkatan HR KPI oleh stres pada saat pemeriksaan. Nilai Q KPI sudah mendekati kisaran normal kuda THB. Nilai Q pada kuda istirahat selalu berada pada suatu kestabilan melalui pengaturan SV dan HR (Marr dan Bowen 2010). Hasil pengamatan parameter volume jantung KPI yakni: end diastolic volume (EDV), end sistolic volume (ESV), stroke volume (SV) dan cardiac output (Q) disajikan pada tabel berikut:
Tabel 10 Rata-rata EDV, ESV, SV, dan Q KPI Volume Jantung
KPI
Referensi THB
EDV (ml)
950
-
ESV (ml)
224
-
SV (ml)
725
1000-1500
Q (L/mnt)
24
25-30
*EDV: End Diastolic Volume, ESV: End Sistolic Volume, SV: Stroke Volume, Q: Cardiac Output. Sumber : Hinchclifff et al. (2008)
Volume jantung KPI dipengaruhi juga oleh latihan (Buhl 2008). Sampel kuda KPI yang diteliti belum menjalani masa latihan intensif sedangkan referensi kuda THB yang
33 digunakan tidak menjelaskan level latihan kuda-kuda yang ditelitinya. Oleh karena itu dapat dipahami jika nilai volume jantung KPI lebih rendah dari kuda THB. Nilai Q dan SV digunakan untuk menjelaskan kemampuan fungsi ventrikel dan merefleksikan performa jantung (Marr dan Bowen 2010). Stroke volume menentukan kapasitas energi aerob (Buhl 2008) karena berperan terhadap perubahan Q (Gunn 1989). Peningkatan Q akan meningkatkan pengiriman darah dan oksigen ke jaringan yang pada akhirnya akan meningkatkan performa kuda pacu. Kapasitas energi aerob kuda dipengaruhi oleh Q dan konsentrasi hemoglobin (Hinchcliff et al. 2008) Nilai Q merupakan salah satu parameter fungsi aliran darah yang mampu memberi informasi kemampuan kontraksi miokardium (Marr dan Bowen 2010). Nilai Q dipengaruhi oleh HR dan SV (Marlin dan Nankervis 2004) dan juga faktor latihan (Young 1999 di acu dalam Young et al. 2005). Nilai Q dipengaruhi oleh kemampuan kontraksi miokardium pada saat sistol dan diastol serta kondisi loading, keserasian atrioventrikular, dan kemampuan katup (Marr dan Bowen 2010). Peningkatan SV dan Q dapat meningkatkan besarnya volume oksigen maksimal yang sebanding dengan jumlah pengiriman oksigen ke jaringan saat latihan sehingga berkorelasi dengan performa kuda pacu (Buhl 2008).
4. Indeks Fungsi Jantung Evaluasi fungsi sistol ventrikel kiri/kontraksi pada kuda istirahat umumnya melalui pengamatan indeks fase ejeksi ventrikel kiri melalui metode ekhokardiografi. Parameter yang digunakan adalah FS dan EF. Fungsi ventrikel lebih penting dibanding fungsi atrium dalam menunjukkan performa jantung (Marr dan Bowen 2010). Indeks FS lebih sering digunakan karena lebih signifikan dalam penentuan performa kuda (Marr dan Bowen 2010). Nilai FS dari delapan sampel KPI sesuai dengan kisaran THB. Hal ini menandakan bahwa fungsi sistol KPI cukup baik dan sesuai dengan kisaran kuda THB. Nilai EF KPI sedikit lebih rendah dari kuda THB diduga karena SV KPI masih cukup rendah dibanding THB. Nilai EF yang tinggi pada kuda yang telah dilatih berkorelasi dengan performa kuda namun Young et al. (2005) tidak menemukan korelasi tersebut pada kuda yang berumur kurang dari 24 bulan sehingga peranan EF sebagai potensi genetik kuda pacu hingga kini masih dipertanyakan. Penilaian EF pada saat istirahat belum terbukti berhubungan dengan potensi performa kuda (Young et al. 2005). Nilai EF dapat berkurang akibat peningkatan afterload dan penurunan kontraksi miokardium (Marr dan Bowen 2010).
34 Kedua parameter ini menunjukkan bahwa fungsi kontraksi ventrikel kiri KPI sudah baik dan mendekati kuda THB. Nilai FS dan EF dapat mengalami penurunan pada saat terjadi gangguan fungsi sistol (Bilal dan Meral 2001). Nilai FS dan EF KPI masih dapat meningkat seiring dengan intensitas latihan (Young 1999 di acu dalam Young et al. 2005). Tabel 11 Rata-rata FS dan EF KPI Indeks Fungsi Jantung
KPI
FS (%)
38,38
EF (%)
76,38
Referensi THB 34,17-43,35
1)
33,56-41,28 2)
35,80 3) 77,00 3)
*EF = Ejection Fraction, FS = Fractional Shortening Sumber : 1) Reef (1998), 2) Grundland dan O Had (2000), 3) Young dan Scott (1998) diacu dalam Bilal dan Meral (2001)
5. Ukuran Jantung Pengamatan ukuran jantung dilakukan melalui penghitungan nilai LVMM. Nilai LVMM kuda KPI sudah sesuai dengan rata-rata LVMM kuda THB, namun tergolong kisaran rendah. Hal ini dapat dimaklumi mengingat ukuran jantung kuda THB lebih besar dibanding ras kuda lain (Gunn 1989). Ukuran ventrikel kiri yang diwakili LVMM dihitung dari nilai IVSd, LVIDd dan LVWd. Nilai IVSd dan LVIDd KPI sedikit di bawah kuda THB sehingga nilai LVMM KPI berada di kisaran bawah referensi kuda THB (Buhl 2008).
Tabel 12 Rata-Rata LVMM KPI LVMM (gram)
KPI
Referensi THB
3678
3000-5500
*LVMM = Left Ventricular Myocardial Mass Sumber : Lightowler et al. (2004)
Ukuran jantung KPI bila dilihat dari nilai LVMM sebesar 0,98% dari berat badannya. Menurut Hinchcliff et al. (2008), ukuran jantung kuda THB yang belum dilatih mencapai 0,91% dari berat badannya. Ukuran jantung kuda pacu dipengaruhi oleh perbedaan ras dan faktor latihan (Rewel 1991 di acu dalam Meral et al. 2007; Young 1999 di acu dalam Young et al. 2005) namun ukuran jantung yang besar tidak identik dengan berat badan (Haunn 2009).
35 Tabel 13 menunjukkan hubungan antara HS, LVMM, SV dan Q. Nilai HS 100 sebanding dengan berat jantung 3 kg (Marlin dan Nankervis, 2004). Rata-rata HS kuda THB berkisar antara 113-116 (Rose dan Hudgson 2000). Nilai HS kurang dari 103 menunjukkan bahwa kuda tersebut termasuk kategori berjantung kecil. Kuda dengan HS di kisaran 104116 termasuk kategori berjantung normal. Kuda betina dengan HS di atas 117 dan kuda jantan dengan HS di atas 120 termasuk kategori berjantung besar. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai rata-rata LVMM KPI adalah 3678 gram, sehingga KPI dapat dikelompokkan ke dalam kategori kuda berjantung kecil.
Tabel 13. Hubungan HS, LVMM, SV dan Q pada kuda THB HS (ms)
LVMM (gr)
SV (L)
Q (L/min)
100
3000
0,5
100
110
3800
0,75
150
120
4600
1,0
200
130
5400
1,25
250
HS: Heart Score, LVMM: Left Ventricular Myocardial Mass, SV: Stroke Volume, Q: Cardiac Output Sumber : Hinchcliff et al. (2008)
Penghitungan nilai LVMM secara akurat sangat penting dalam penilaian potensi performa kuda (Grundland 2010). Ukuran jantung yang besar menunjukkan korelasi dengan performa kuda pacu dan volume oksigen maksimum (Buhl 2008; Young et al. 2002 di acu dalam Young et al. 2005). Ukuran jantung yang besar dapat menghasilkan produksi energi aerob yang lebih besar sehingga menghasilkan performa pacu yang baik dibanding jantung yang kecil (Buhl 2008). Ukuran jantung adalah penentu SV, Q, kapasitas energi aerob dan performa kuda (Hinchcliff et al. 2008).
Estimasi Performa KPI Performa jantung adalah istilah yang menjelaskan berbagai kemampuan jantung sebagai suatu organ yang bertanggung jawab untuk memompa darah ke seluruh jaringan yang memerlukannya. Performa jantung dipengaruhi oleh: HR, kontraksi katup, kondisi loading dan keserasian atrioventrikular (Marr dan Bowen 2010). Menurut Hinchcliff et al. (2008), performa kuda dipengaruhi oleh: kapasitas energi aerob maksimal yang tinggi, cadangan energi yang tinggi di otot dalam bentuk glikogen, volume mitokondria otot yang tinggi,
36 kemampuan darah membawa oksigen melalui kontraksi limpa, efisiensi langkah/konformasi dan efisiensi termoregulasi. Nilai LVMM, SV, Q dan morfologi jantung menunjukkan korelasi dengan performa kuda pacu (Buhl 2008; Young et al. 2005). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai LVMM sampel KPI berada di kisaran bawah kuda THB. Nilai SV KPI masih di bawah kisaran normal kuda THB sedangkan nilai Q mendekati referensi kudaTHB. Nilai LVW, IVS, dan LVID KPI berada di kisaran bawah kuda THB. Perbedan nilai ekhokardiografi ventrikel kiri kuda dipengaruhi oleh ras, umur, berat badan, latihan, denyut jantung dan jenis kelamin (Meral et al. 2007; Buhl 2008). Perbedaan ras merupakan faktor utama penentu genotip jantung (Young et al. 2005). Buhl (2008) mengatakan bahwa ras kuda mempengaruhi ukuran ventrikel kiri. Kuda THB memiliki IVS, LVW dan LVID lebih besar dibanding kuda lain (Schwarzwald 2004). Perbandingan nilai ekhokardiografi KPI dengan beberapa ras kuda pada tabel 13 menunjukkan bahwa nilai ekhokardiografi KPI lebih mendekati THB cross hal ini dapat dipahami mengingat KPI merupakan THB cross yang dihasilkan di Indonesia. Perbedaan nilai ekhokardiografi KPI dan kuda THB dapat disebabkan oleh perbedan ras antara KPI dan THB di mana potensi genetik KPI masih di bawah kuda THB.
Tabel 14 Perbandingan nilai ekhokardiografi KPI terhadap ras kuda lain Nilai Ekhokardiografi
KPI
THB dan THB cross 1)
Poni Kecil 3)
IVSd (cm)
2,553
2.3-3.7
1,4-2,0
IVSs (cm)
4,0925
3.2-5.6
1,9-2,7
3,3-4,3
2,84-4,86
3,56-4,74
9,81
9.7-13.4
5,1-7,1
7,5-10,3
5,77-8,11
7,34-9,78
5.8-8.8
LVIDd (cm)
Poni Besar 2,2-2,6
3)
Arab 2) 2,48-3,56
Warmblood
2)
4,38-6,82
LVIDs (cm)
6,055
3,4-4,2
5,0-6,8
3,01-5,25
4,63-6,87
LVWd (cm)
2,1825
1.7-3.4
1,2-2,0
1,7- 2,7
2,04-2,74
1,82-2,66
LVWs (cm)
3,5525
3.0-5.4
1,8-2,4
1,9-3,5
2,57-3,71
2,27-3,77
EDV (mL)
949,9113
-
-
-
435,11-567,31
424,99-678,29
ESV (mL)
224,1163
-
-
-
176,42-258,82
168,98-284,92
SV (mL)
725,46
-
-
-
249,81-339,03
227,57-424,25
EF(%)
76,375
-
-
-
57,60-75
43,73-59,75
FS (5)
38,375
29-47
-
-
34,3-39,61
27,23-39,03
Q (L/mnt)
24,7099
-
-
-
9,6-16,4
11,38-21,02
*IVSs: Intra Ventricular Septal at Systole, IVSd: Intra Ventricular Septal at Diastole, LVWs: Left Ventricular Wall at Systole, LVWd: Left Entricular Wall at Diastole, LVIDs: Left Ventricular Internal Dimension at Systole, LVIDd: Left Ventricular Internal Dimension at Diastole, EDV: End Diastolic Volume, ESV: End Sistolic Volume, SV: Stroke Volume, EF: Ejection Fraction, FS: Fractional Shortening ** Huruf tebal menunjukkan kesamaan nilai Sumber : 1) Schwarzwald (2004), 2) Meral et al. (2007), 3) Grundland dan O Had (2000)
37 Berat badan kuda mempengaruhi ukuran ventrikel kiri kuda (Hinchcliff et al. 2008) walaupun estimasi berat badan sendiri dapat menghasilkan bias karena karena perbedaan komposisi lemak dan otot tubuh (Buhl 2008). Ukuran ventrikel kiri akan meningkat sebanding dengan penambahan umur (Buhl 2008) namun berat badan lebih memiliki pengaruh terhadap nilai ekhokardiografi dibanding umur (Collin 2010). Buhl (2008) mengatakan latihan dapat mempengaruhi LVMM. Kuda umur 2 tahun yang telah terlatih memiliki volume darah total 19% lebih besar dan volume sel darah merah 34% lebih besar dibanding kuda yang belum dilatih (Kline dan Foreman 1991). Latihan dapat meningkatkan nilai LVID diastol, LVW, LVMM, serta volume darah kuda (Hinchcliff et al. 2008; Rewel 1991 di acu dalam Meral et al. 2007; Young 1999 di acu dalam Young et al. 2005). Kuda THB berumur 2 tahun dapat mengalami peningkatan ukuran ventrikel kiri hingga 33% akibat latihan selama 18 minggu (Buhl 2008) Jenis latihan berpengaruh terhadap ketebalan otot jantung, fungsi ventrikel dan ukuran jantung kuda. Nilai LVID kuda pacu akan meningkat dan beradaptasi sesuai jenis latihan dan ketahanan tubuh yang diperlukan. Nilai LVID dan LVMM yang lebih besar diperlukan untuk menempuh jarak pacu yang lebih jauh (Young et al. 2005). Jantung kuda olahraga dinamik/endurance mengalami hipertofi ventrikel kiri yang eccentric ditandai peningkatan LVW dan LVID. Kuda show jumping akan mengalami hipertrofi ventrikel kiri eccentric memiliki LVID, LVW, dan LVMM yang lebih besar dari kuda Arab sedangkan kuda Arab memiliki indeks fungsi ventrikel kiri (EF, FS) dan Q yang lebih tinggi dari kuda show jumping (Meral et al. 2007). Jantung kuda yang berlatih berat seperti sprinter akan memiliki tekanan arteri sistemik yang tinggi dan mengalami kelebihan tekanan jantung sehingga terjadi hipertrofi ventrikel kiri yang concentric yang ditandai penebalan LVW saja (Buhl 2008). Pada umumnya kuda pacu flat race memiliki ukuran jantung lebih kecil dibanding steeplechase. Perbedaan nilai ekhokardiografi KPI dan THB dapat dipengaruhi oleh perbedaan keragaman sampel kuda yang diteliti. Umumnya data referensi THB yang ada tidak menjelaskan kisaran umur, berat badan dan level latihan kuda-kuda yang ditelitinya. Tabel 15 menunjukkan perbandingan nilai ekhokardiografi KPI dengan beberapa kuda THB pada berbagai kisaran berat badan. Pada tabel 15 dapat terlihat bahwa nilai ekhokardiografi KPI telah setara dengan nilai ekhokardiografi beberapa kuda THB yang termuat di tabel. Dari perbandingan tersebut juga dapat disimpulakan bahwa nilai ekhokardiografi kuda juga dipengaruhi oleh berbagai faktor
38 lain mengingat referensi yang diacu tidak menyebutkan umur, denyut jantung, jenis kelamin dan jenis latihan kuda-kuda THB yang ditelitinya.
Tabel 15 Perbandingan nilai ekhokardiografi KPI dengan kuda THB pada beberapa kisaran berat badan KPI (kg) Nilai Ekhokardiografi
374,375
THB (kg) 300
1)
358,37-532,09 1)
443,3-449,3 2)
500 1)
IVSd (cm)
2,553
-
2,460-3,660
2,560-2,600
2,63-3,41
IVSs (cm)
4,093
-
4,100-5,500
4,110-4,210
4- 5,1
LVIDd (cm)
9,810
9,00-9,300
9,720-12,400
12,470-12,650
10,99-12,81
LVIDs (cm)
6,055
5,470- 5,930
5,210-7,010
7,488-7,688
6,93-7,77
LVWd (cm)
2,183
-
2,430-3,410
2,180-2,220
2,13-2,65
LVWs(cm)
3,553
-
3,860-5,040
-
3,03-4,89
FS (%)
38,38
37,00-40,20
37,70-50,50
-
34,17-43,35
EF (%)
76,38
-
-
76,80-78,00
-
*IVSs: Intra Ventricular Septal at Systole, IVSd: Intra Ventricular Septal at Diastole, LVWs: Left Entricular Wall at Systole, LVWd: Left Ventricular Wall at Diastole, LVIDs: Left Ventricular Internal Dimension at Systole, LVIDd: Left Ventricular Internal Dimension at Diastole, FS: Fractional Shortening **Huruf tebal menunjukkan kesamaan nilai Sumber : 1) Reef (1998), 2) Young et al. (2005)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai ekhokardiografi KPI sedikit di bawah kuda THB, namun performa KPI masih dapat ditingkatkan dengan metode pemilihan pejantan dan betina yang berjantung besar, latihan yang efektif, serta pemilihan jenis latihan yang sesuai untuk setiap KPI.