HASIL DAN PEMBAHASAN
Eksplorasi Data Diagram kotak garis (boxplot) merupakan salah satu teknik untuk
memberikan gambaran tentang lokasi pemusatan data, rentangan penyebaran, dan kemiringan pola sebaran. Gambaran dari peubah X1-X7 disajikan pada Gambar 2.
85 80 75
3 2
70
17
Data
65 60
12
55 50 3 2
45 40
17
35 30 X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
Peubah
Gambar 2 Diagram kotak garis peubah X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7 Keterangan:
X1 : X2 : X3 :
Kepemimpinan kepala sekolah X4 : Mutu masukan X7 : Mutu lulusan Kemampuan mengajar guru X5 : Motivasi belajar Sosial ekonomi orang tua X6 : Fasilitas belajar
Berdasarkan Gambar 2, kemiringan pola sebaran data peubah X1 mendekati simetri atau mediannya hampir sama dengan rata-rata. Objek ke-12 merupakan pencilan atas pada peubah X1, berarti nilai objek tersebut selisihnya cukup besar terhadap nilai objek yang lain. Peubah X2, X4, dan X5 kemiringan pola sebaran datanya negatif. Hal ini menunjukkan rata-rata ketiga peubah tersebut di bawah mediannya. Objek ke-17 menjadi pencilan bawah pada peubah X5, sedangkan objek ke-2 dan ke-3 menjadi pencilan atas. Pada peubah X4 objek ke-17 merupakan pencilan bawah. Pada Gambar 2 juga terlihat bahwa peubah X3, X6,
20
dan X7 kemiringan pola sebaran datanya positif, hal ini mengindikasikan bahwa data peubah-peubah tersebut banyak berada di bawah rata-ratanya. Objek ke-2 dan ke-3 menjadi pencilan atas peubah X7, berarti kedua objek ini selisih nilainya cukup besar jika dibandingkan dengan rata-rata maupun nilai objek di bawahnya. Berdasarkan data asal, nilai objek ke-2 dan ke-3 masing-masing 72.94 dan 75.39 sedangkan rata-rata peubah X7 adalah 65.01. Dari Gambar 2, juga diperoleh gambaran bahwa X6 mempunyai ragam yang lebih besar, sedangkan ragam X5 lebih kecil daripada peubah lain. Hubungan antar peubah dapat dilihat pada Tabel 1. Signifikansi korelasi pada tabel tersebut berdasarkan nilai-p semuanya kurang dari 1% (Lampiran 4). Korelasi terbesar terjadi antara peubah X3 dan X6 sebesar 0.98. Sedangkan peubah X7 (mutu lulusan) korelasi terbesarnya dengan peubah X4, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata mutu lulusan yang dicapai sekolah berkorelasi terbesar dengan mutu masukan. Tabel 1 Matriks korelasi antar peubah berdasarkan data asal Peubah X1 X2 0.62** X3 0.74** X4 0.70** X5 0.55** X6 0.80** X7 0.74** ** nilai-p < 0.01
X2
X3
X4
X5
X6
0.91** 0.79** 0.81** 0.90** 0.83**
0.84** 0.77** 0.98** 0.93**
0.69** 0.83** 0.94**
0.75** 0.72**
0.93**
Gambaran Umum Mutu Sekolah
Gambaran mutu sekolah dalam bidang akademik umumnya dilihat dari tinggi rendahnya mutu lulusan. Sedangkan indikator mutu lulusan
sering
digunakan pencapaian rata-rata NEM lulusan dari sekolah. Peringkat berdasarkan rata-rata NEM dari 22 SMUN di Kota Malang dan Kabupaten Malang, disusun dalam Tabel 2. SMUN 3 Kota Malang merupakan sekolah dengan mutu lulusan yang tertinggi atau sekolah dengan mutu terbaik, sedangkan SMUN 2 Kota Malang terbaik kedua. Selain itu, selisih rata-rata NEM kedua SMUN tersebut cukup jauh apabila dibandingkan dengan sekolah lain di Kota Malang maupun Kabupaten Malang. Di sisi lain, SMUN Turen Kabupaten Malang merupakan sekolah dengan mutu lulusan yang paling rendah atau mutu sekolah yang
21
terendah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata NEM yang diperoleh paling kecil dibandingkan sekolah yang lain. Tabel 2 Peringkat sekolah berdasarkan rata-rata NEM (mutu lulusan) Peringkat
Sekolah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
SMUN 3 Kota Malang SMUN 2 Kota Malang SMUN 2 Batu Kabupaten Malang SMUN 1 Batu Kabupaten Malang SMUN 4 Kota Malang SMUN 1 Kota Malang SMUN Lawang Kabupaten Malang SMUN Ngantang Kabupaten Malang SMUN 6 Kota Malang SMUN 5 Kota Malang SMUN Tumpang Kabupaten Malang SMUN 9 Kota Malang SMUN Bantur Kabupaten Malang SMUN 7 Kota Malang SMUN Sumber Pucung Kabupaten Malang SMUN 8 Kota Malang SMUN Pagak Kabupaten Malang SMUN 10 Kota Malang SMUN Kepanjen Kabupaten Malang SMUN Dampit Kabupaten Malang SMUN Gondang Legi Kabupaten Malang SMUN Turen Kabupaten Malang
Rata-rata NEM 75.39 72.94 68.63 68.42 66.93 66.75 65.52 65.37 64.72 64.57 64.28 64.28 64.18 64.11 63.80 63.70 63.25 62.88 61.52 61.13 59.38 58.38
Berdasarkan wilayah, terdapat 10 SMUN di Kota Malang dan 12 SMUN di Kabupaten Malang. Perbandingan dari kedua wilayah diperoleh rata-rata NEM SMUN Kota Malang lebih tinggi daripada Kabupaten Malang (Tabel 3), hal ini dimungkinkan karena sekolah-sekolah unggulan (favorit) cenderung banyak terdapat di kota, sedangkan untuk wilayah kabupaten umumnya hanya sekolah yang berada di kota kabupatennya. Keunggulan rata-rata peubah lain juga cenderung dimiliki oleh wilayah Kota Malang. Tabel 3 Rata-rata nilai untuk setiap peubah berdasarkan wilayah sekolah Wilayah Kota Malang Kabupaten Malang
X1 53.30 52.54
X2 73.43 71.65
X3 40.58 37.87
Peubah X4 X5 41.66 71.44 40.47 70.93
X6 41.69 37.47
X7 66.63 63.66
Terdapat 8 sekolah yang mempunyai mutu lulusan lebih dari rata-rata, masing-masing 4 sekolah dari Kota Malang (SMUN 1, SMUN 2, SMUN 3, dan SMUN 4) dan 4 sekolah dari Kabupaten Malang (SMUN 1 Batu, SMUN 2 Batu,
22
SMUN Ngantang, dan SMUN Lawang). Sedangkan 14 sekolah berada di bawah rata-rata. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan rata-rata mutu lulusan yang cukup besar antara sekolah yang mempunyai prestasi tinggi dengan yang rendah. Tabel 4 Rata-rata nilai peubah dari masing-masing sekolah Wilayah
Sekolah
Kota Malang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kabupaten Malang
Rata-rata Ragam
X1 54.05 56.35 54.90 55.29 53.60 52.38 51.69 51.22 54.06 49.44 53.70 58.67 53.38 52.56 53.65 51.31 50.71 51.33 50.33 50.60 51.69 52.57 52.89 4.96
Keterangan: X1 Kepemimpinan kepala sekolah X2 Kemampuan mengajar guru X3 Status sosial ekonomi orang tua SMUN Kota Malang: 1 SMUN 1 6 2 SMUN 2 7 3 SMUN 3 8 4 SMUN 4 9 5 SMUN 5 10
SMUN 6 SMUN 7 SMUN 8 SMUN 9 SMUN 10
X2 76.95 76.26 78.95 74.94 73.80 75.06 72.77 68.96 68.72 67.89 77.45 73.67 73.50 75.30 73.90 65.81 68.00 67.87 68.90 72.73 70.15 72.57 72.46 13.97
X4 X5 X6
X3 42.25 43.30 46.85 41.94 38.87 40.56 38.54 38.57 37.83 37.11 43.35 43.11 39.75 41.81 39.45 33.44 33.71 33.13 34.76 37.47 35.69 38.71 39.10 13.80
Peubah X4 41.24 44.79 46.09 42.31 41.18 41.41 39.99 41.00 39.91 38.66 41.87 42.61 40.60 41.45 41.06 38.78 37.15 40.53 39.77 40.97 40.46 40.33 41.01 3.77
X5 73.35 71.87 72.65 71.47 71.53 71.44 70.77 69.91 70.83 70.56 71.60 72.00 71.38 72.19 71.55 70.25 68.21 69.53 70.10 72.53 70.92 70.86 71.16 1.37
Mutu masukan Motivasi siswa Fasilitas belajar siswa
SMUN Kabupaten Malang: 11 SMUN 1 Batu 12 SMUN 2 Batu 13 SMUN Ngantang 14 SMUN Lawang 15 SMUN T umpang 16 SMUN Gondang Legi
17 18 19 20 21 22
X6 44.05 46.61 51.35 43.53 40.87 41.50 38.69 36.26 38.28 35.78 47.45 48.11 41.25 42.52 38.25 29.94 31.50 31.27 32.57 36.07 33.31 37.43 39.39 36.64
X7 66.75 72.94 75.39 66.92 64.57 64.72 64.11 63.70 64.28 62.88 68.42 68.63 65.37 65.52 64.28 59.38 58.38 61.13 61.52 63.80 63.25 64.18 65.01 15.90
X7 Mutu lulusan
SMUN T uren SMUN Dampit SMUN Kepanjen SMUN Sumber Pucung SMUN Pagak SMUN Bantur
Analisis Biplot Tahapan yang dilakukan dalam analisis biplot adalah: transformasi data,
analisis data untuk memperoleh konfigurasi objek dalam biplot, serta menelusuri kesuaian biplot, konfigurasi objek, dan peringkat korelasi peubah berdasarkan peubah X7. Tahapan ini dimungkinkan berulang apabila belum diperoleh kesuaian antara konfigurasi dari data asal dengan konfigurasi dalam biplot. Pengulangan
23
dilakukan dengan terlebih dahulu menggandakan simpangan baku peubah X7 sehingga menjadi lebih besar. Hal ini berdasarkan pada Analisis Komponen Utama, bahwa peubah dengan ragam terbesar akan mendominasi komponen utama pertama. Konfigurasi objek data yang dibakukan
Pada tahapan awal ini, data ditransformasi sehingga setiap peubah mempunyai rata-rata 0 dan ragam 1. Hal ini dilakukan karena data yang diperoleh satuan pengukurannya berbeda dan ragamnya mempunyai perbedaan yang cukup besar antara peubah yang satu dengan yang lain (Tabel 4). Untuk memperoleh gambaran posisi dari masing-masing objek dan vektor peubah dilakukan plot data menggunakan analisis biplot. Beberapa nilai α dicobakan adalah: 0, 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, 0.5, 0.6, 0.7, 0.8, 0.9, dan 1. Sedangkan untuk menelusuri kesuaian pendekatan matriks data, matriks peubah, dan matriks objek dalam biplot digunakan ukuran kesuaian biplot (Gabriel, 2002). Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, untuk mendapatkan konfigurasi objek berdasarkan peubah X7 dalam biplot, maka setiap objek ditentukan proyeksi skalarnya terhadap vektor peubah X7. Selanjutnya ditelusuri kesuaian konfigurasi objek tersebut didasarkan pada peringkat dan koefisien korelasi Pearson (r). Untuk peringkat korelasi peubah terhadap peubah X7, ditentukan nilai cosinus sudut antara masing-masing vektor peubah terhadap vektor peubah X7 pada biplot. Hasil yang diperoleh dirangkum dalam Tabel 5. Tabel 5
Kesuaian biplot, konfigurasi objek dan peringkat korelasi peubah dari data yang dibakukan
Kesuaian
GF
Data (%) Peubah (%) Objek (%)
r Peringkat Objek (%) Peringkat Korelasi Peubah (%)
Nilai α 0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
90.29 99.53 58.34 0.96 77.27 66.67
90.29 99.47 69.84 0.96 77.27 66.67
90.29 99.24 79.63 0.96 77.27 66.67
90.29 98.68 87.09 0.96 77.27 66.67
90.29 97.58 92.28 0.96 77.27 66.67
90.29 95.60 95.60 0.96 77.27 66.67
90.29 92.28 97.58 0.96 77.27 66.67
90.29 87.09 98.68 0.96 77.27 66.67
90.29 79.63 99.24 0.96 77.27 66.67
90.29 69.84 99.47 0.96 77.27 66.67
90.29 58.34 99.53 0.96 77.27 66.67
Dari Tabel 5, dapat dilihat bahwa dari semua nilai α yang dicobakan, pendekatan matriks data semuanya memiliki GF (Goodness of Fit) yang sama yaitu 90.29%. Pemilihan nilai α = 0 (Gambar 3) merupakan pendekatan terbaik
24
untuk matriks peubah, yaitu sebesar 99.53%, dan pendekatan terbaik untuk matriks objek sebesar 99.53% dengan menggunakan nilai α = 1 (Gambar 5). Pemilihan nilai α = 0.5 diperoleh pendekatan terbaik untuk matriks data, peubah, dan objek dalam satu plot dengan GF masing-masing 90.29% untuk matriks data dan 95.60% untuk matriks peubah maupun matriks objek (Gambar 4). Berdasarkan konfigurasi data asal peubah X7 dengan proyeksinya terhadap vektor peubah X7 dalam biplot, diperoleh r sebesar 0.96 untuk seluruh nilai α yang dicobakan. Demikian pula peringkatnya juga belum sesuai dengan peringkat sebenarnya (Lampiran 6). Beberapa SMUN mempunyai perbedaan peringkat jika dibandingkan dengan peringkat sebenarnya, yaitu: SMUN 5 Kota Malang, SMUN 6 Kota Malang, SMUN 9 Kota Malang, SMUN Ngantang Kabupaten Malang, dan SMUN Bantur Kabupaten Malang. Sedangkan peringkat korelasi peubah terhadap peubah X7 juga belum sesuai.
GH Biplot HGF = 90.29%L
Dimension 2H 7. 22%L
20 0.4 10
0.2
-0.2
X2
6
7 19 21 22 15 13 5
0.0
16 18
17
X5
1
14
11
8
X3
3
X6 X X4 7
4 9
2
-0.4
12 - 0.4
-0.2
0.0
0.2
X1 0.4
0.6
0.8
Dimension 1 H83.07 % L
1.0
Gambar 3 Biplot gambaran posisi objek dan peubah menggunakan α = 0.
Dimension2H 7.22%L
S ymmetric BiplotHGF = 90.29%L
0.5 0.0 -0.5
X5
20
1.0
17
10 19 21 16 8 18
6 7 15 5 22 13
1
14
X2
11
X33
4
9
2 12
X6 XX 47
-1.0 -1.5
X1 -1.5
-1.0
- 0.5
0.0
0.5
1.0
Dimension 1 H83.07 %L
1.5
Gambar 4 Biplot gambaran posisi objek dan peubah menggunakan α = 0.5.
25
JK Biplot HGF = 90.29%L
Dimension2 H 7. 22% L
X5 5
0
X2 20 10 6 14 111 7 19 21 15 22 13 5 8 9 4 17 16 18
12
X3 3
2
X XX476
-5
-4
-2
0
2
Dimension 1 H83.07 %L
X1 4
6
Gambar 5 Biplot gambaran posisi objek dan peubah menggunakan α = 1.
Konfigurasi objek menggunakan α = 0
Pada tahapan awal belum diperoleh konfigurasi objek yang diinginkan, maka dilakukan tahapan penelusuran lebih lanjut. Karena besarnya r untuk semua nilai α yang dicobakan pada tahapan awal adalah sama, maka untuk analisis berikutnya: - menggunakan nilai α = 0. Pemilihan ini berdasarkan pada uraian sebelumnya bahwa untuk nilai α = 0, diperoleh korelasi antar peubah, selain itu kuadrat jarak Euclid antar objek pada biplot sebanding dengan kuadrat jarak Mahalanobis antar objek dari data asal, - penggandaan simpangan baku peubah X7. Koefisien pengganda yang dicobakan: {1.1, 1.2, …} sampai diperoleh kesuaian yang diharapkan. Hasil yang diperoleh dirangkum dalam Tabel 6 dan Tabel 7. Tabel 6 Kesuaian biplot, konfigurasi objek dan peringkat korelasi peubah berdasarkan beberapa koefisien pengganda simpangan baku X7 dan α = 0 Kesuaian GF
Data (%) Peubah (%) Objek (%)
r Peringkat Objek (%) Peringkat Korelasi Peubah (%)
1.1 90.36 99.54 58.10 0.96 77.27 66.67
Koefisien Pengganda Simpangan Baku 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 90.45 90.56 90.70 90.85 91.02 99.56 99.56 99.57 99.59 99.61 57.85 57.60 57.35 57.10 56.86 0.97 0.97 0.97 0.98 0.98 77.27 77.27 100.00 100.00 100.00 66.67 66.67 66.67 66.67 33.33
1.7 91.21 99.62 56.62 0.98 100.00 33.33
26
Berdasarkan hasil yang diberikan pada Tabel 6, kesuaian konfigurasi proyeksi objek terhadap vektor peubah X7 berdasarkan peringkat diperoleh pada penggandaan simpangan baku peubah X7 sebesar 1.4, 1.5, 1.6, dan 1.7. Tetapi peringkat korelasi peubah terhadap peubah X7, simpangan baku 1.4 dan 1.5 lebih baik daripada 1.6 dan 1.7. Di sisi lain nilai r untuk penggandaan simpangan baku 1.5 cenderung lebih besar daripada penggandaan 1.4. Tabel 7 Kesuaian biplot, konfigurasi objek dan peringkat korelasi peubah berdasarkan beberapa koefisien pengganda simpangan baku X7 dan α = 0 Kesuaian Data (%) Peubah (%) Objek (%)
GF
r Peringkat Objek (%) Peringkat Korelasi Peubah (%)
Koefisien Pengganda Simpangan Baku 1.8 91.41 99.64 56.39 0.98 90.91 33.33
1.9 91.63 99.66 56.17 0.99 90.91 33.33
2 91.86 99.68 55.97 0.99 90.91 33.33
2.1 92.10 99.70 55.77 0.99 90.91 33.33
2.2 92.34 99.72 55.58 0.99 90.91 33.33
2.3 92.58 99.74 55.39 0.99 90.91 33.33
2.4 92.83 99.76 55.22 0.99 81.82 33.33
2.5 93.07 99.77 55.05 1.00 81.82 33.33
Dari Tabel 7, penggandaan simpangan baku 2.5 diperoleh r sebesar 1, tetapi kesuaian konfigurasi objek berdasarkan peringkat dan korelasi peubah terhadap peubah X7 tidak sesuai (Gambar 6).
GH Biplot HGF = 93.07%L
Dimension2 H4.59%L
1 0.4 0.2 0.0 -0.2
20
X5
14 6 15 5 13 11 7 22 10 4 21 1619 12 9 17 8 18
X2 X X3 6 3X1X4
X7
2
-0.4 - 0.5
0.0
0.5
1.0
Dimension 1 H88.48 % L
1.5
Gambar 6 Biplot gambaran posisi objek dan peubah menggunakan α = 0 serta simpangan baku X7 = 2.5.
Dari Gambar 6 dan Gambar 7, diperoleh gambaran korelasi antar peubah pada penggandaan simpangan baku 1.5 lebih baik daripada penggandaan 2.5. Sehingga penggandaan simpangan baku 1.5 memberikan gambaran pemetaan mutu sekolah yang sesuai dengan nilai Ujian Nasional yang lebih baik daripada
27
pengganda 2.5. Gambaran posisi objek dan peubah pada biplot berdasarkan simpangan baku X7 1.5 dapat dilihat pada Gambar 7.
GH Biplot HGF = 90.85%L
20
Dimension 2 H 6.24% L
X5
1
0.4
14
0.2
X2
6
10
7 15 5 19 21 22 13
0.0
11
16 17 18
-0.2
X3
3
X6 X4
4
8 9
X7
2 12
-0.4 - 0.5
0.0
X1 0.5
Dimension 1 H84.61 % L
1.0
1.5
Gambar 7 Biplot gambaran posisi objek dan peubah menggunakan α = 0 serta simpangan baku peubah X7 = 1.5. Keterangan: X1 : Kepemimpinan kepala sekolah X2 : Kemampuan mengajar guru X3 : Status sosial ekonomi orang tua SMUN Kota Malang: 1 SMUN 1 6 2 SMUN 2 7 3 SMUN 3 8 4 SMUN 4 9 5 SMUN 5 10
SMUN 6 SMUN 7 SMUN 8 SMUN 9 SMUN 10
X4 : Mutu masukan X5 : Motivasi siswa X6 : Fasilitas belajar siswa
SMUN Kabupaten Malang: 11 SMUN 1 Batu 16 12 SMUN 2 Batu 17 13 SMUN Ngantang 18 14 SMUN Lawang 19 15 SMUN Tumpang 20
X7 : Mutu lulusan
SMUN Gondang Legi SMUN Turen SMUN Dampit SMUN Kepanjen SMUN Sumber Pucung
21 22
SMUN Pagak SMUN Bantur
Korelasi antar peubah
Berdasarkan Gambar 7, apabila ditinjau berdasarkan vektor peubah X7, semua peubah berkorelasi positif sangat nyata dengan peubah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mutu lulusan yang dicapai suatu sekolah berkorelasi dengan kepemimpinan kepala sekolah yang berhasil dan efektif, kemampuan mengajar guru yang efektif dalam menjalankan tugasnya, tingkat pendidikan dan ekonomi orang tua, tinggi rendahnya mutu masukan, motivasi siswa, dan kelengkapan fasilitas belajar yang dimiliki siswa. Namun jika diamati lebih lanjut, peubah X7 mempunyai korelasi yang lebih besar dengan peubah X4 dan X6. Artinya mutu masukan dan fasilitas belajar yang dimiliki siswa adalah peubah-peubah yang
28
berkorelasi lebih besar terhadap mutu lulusan yang dihasilkan. Sementara itu, peubah X3 dan X6 mempunyai korelasi besar positif yang ditunjukkan oleh besar sudut yang dibentuk antara kedua vektor peubah tersebut relatif kecil. Hal ini memberikan gambaran bahwa kelengkapan fasilitas belajar yang dimiliki siswa berkorelasi besar dengan tingkat pendidikan dan ekonomi orang tua siswa. Pemetaan Mutu Sekolah Gambaran umum mutu sekolah untuk wilayah Kota dan Kabupaten Malang
berdasarkan mutu lulusan (Tabel 4), terdapat 8 sekolah yang mempunyai mutu lulusan di atas rata-rata, masing-masing wilayah menempatkan 4 sekolah. Namun mutu sekolah Kota Malang cenderung lebih baik daripada Kabupaten Malang apabila dilihat dari rata-rata NEM maupun peringkat sekolah (Tabel 2). Dalam biplot, kedekatan objek dengan peubah ditunjukkan oleh letak objek tersebut terhadap vektor peubah. Apabila objek terletak sepihak dengan arah vektor, maka objek tersebut mempunyai nilai di atas rata-rata. Sebaliknya jika letaknya berlawanan berarti nilainya di bawah rata-rata. Sedangkan kedekatan objek yang satu dengan yang lain menunjukkan kemiripan antar objek. Gambar 7 memberikan gambaran dari posisi objek dan vektor peubah dalam biplot. Berdasarkan kedekatan antar objek dan kedekatan objek dengan peubah, objek-objek tersebut dapat dikelompokkan menjadi 7 kelompok, yaitu: kelompok 1: 3 kelompok 2: 2, 4, dan 12 kelompok 3: 11 kelompok 4: 1, 5, 6, 13, 14, dan 15 kelompok 5: 20 kelompok 6: 7, 10, 19, 21, dan 22 kelompok 7: 8, 9, 16, 17, dan 18
Kelompok 1, SMUN 3 Kota Malang (3). Sekolah ini dicirikan sebagai sekolah yang unggul dalam mutu masukan dan mutu lulusannya serta didukung oleh kelengkapan fasilitas belajar yang dimiliki siswa. Posisi objek 3 pada Gambar 6 menunjukkan bahwa SMUN 3 Kota Malang sebagai sekolah dengan mutu yang terbaik. Sekolah ini mendapatkan mutu masukan yang tertinggi daripada sekolah yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa SMUN 3 Kota Malang mempunyai image
29
sebagai sekolah unggulan untuk wilayah Kota Malang dan Kabupaten Malang. Image sebagai sekolah unggulan umumnya sudah muncul dalam masyarakat,
sehingga hanya siswa yang mempunyai rata-rata NEM tinggi diterima di sekolah tersebut. Berdasarkan data asal, hampir seluruh peubah yang lain juga lebih tinggi daripada sekolah lain.
Kelompok 2, terdiri dari: SMUN 2 Kota Malang (2), SMUN 4 Kota Malang (4), dan SMUN 2 Batu Kabupaten Malang (12). Berdasarkan posisi objek 2, 4, dan 12 pada biplot, maka sekolah-sekolah ini dicirikan sebagai sekolah yang mempunyai kepala sekolah yang berhasil dan efektif. SMUN 2 Kota Malang dan SMUN 12 Kabupaten Malang digambarkan mempunyai prestasi yang hampir sama, sedangkan SMUN 4 Kota Malang cenderung tertinggal dari kedua sekolah tersebut. Kinerja guru dan motivasi siswa dari ketiga sekolah ini masih perlu mendapatkan perhatian dalam upaya meningkatkan mutu sekolahnya.
Kelompok 3, SMUN 1 Batu Kabupaten Malang (11). Posisi objek 11 pada biplot cukup dekat dengan vektor peubah X2. Berarti karakteristik dari SMUN 1 Batu adalah sekolah yang memiliki guru yang efektif dalam menjalankan tugastugasnya. Apabila ditinjau posisi SMUN 1 Batu dan SMUN 2 Batu Kabupaten Malang terhadap peubah X7, kedua sekolah ini cukup berdekatan, berdasarkan data asal selisih rata-rata mutu lulusannya cukup kecil. Hal ini menunjukkan bahwa untuk wilayah Kabupaten Malang SMUN 1 Batu dan SMUN 2 Batu mutu sekolahnya hampir sama .
Kelompok 4, terdiri dari SMUN 1 Kota Malang (1), SMUN 5 Kota Malang (5), SMUN 6 Kota Malang (6), SMUN Ngantang Kabupaten Malang (13), SMUN Lawang Kabupaten Malang (14), SMUN Tumpang Kabupaten Malang, dan SMUN Tumpang Kabupaten Malang (15). Kelompok sekolah ini dicirikan sebagai sekolah yang mempunyai siswa dengan motivasi belajarnya cukup baik. Jika dilihat posisi objek dalam kelompok ini terhadap vektor peubah X1, kinerja kepala sekolah perlu ditingkatkan dalam upaya peningkatan mutu sekolah.
30
SMUN 1 Kota Malang Letak objek 1 dalam biplot cenderung agak jauh dengan objek lain dalam kelompok ini. Berarti siswa-siswa SMUN 1 Kota Malang mempunyai motivasi belajar yang paling tinggi dalam kelompok ini. Berdasarkan posisinya terhadap peubah X7, sekolah ini cukup dekat dengan SMUN 4 Kota Malang. Jika ditinjau dari data asal, rata-rata mutu lulusannya hanya sedikit di bawah SMUN 4. Berarti kedua sekolah ini cenderung mutu lulusannya hampir sama. SMUN 5, SMUN 6 Kota Malang, dan SMUN Tumpang Kabupaten Malang. Kedekatan posisi objek 5, 6, dan 15, menunjukkan ketiga sekolah ini mempunyai banyak kemiripan. Jika dilihat dari data asal, nilai rata-rata peubah motivasi siswa selisihnya relatif kecil. Sedangkan prestasi pada mutu lulusannya ketiganya masih sedikit di bawah rata-rata. Perbedaan pada peubah yang masih di bawah rata-rata dari sekolah-sekolah tersebut: SMUN 5 Kota Malang tingkat pendidikan dan ekonomi orang tua siswa, SMUN 6 Kota Malang kepemimpinan kepala sekolah, dan SMUN Tumpang pada kelengkapan fasilitas belajar yang dimiliki siswa.
Kelompok 5, SMUN Sumber Pucung Kabupaten Malang (20). Posisi sekolah ini pada biplot pada kuadran yang berlawanan arah dengan vektor peubah X1, X4, X6, dan X7, sehingga di satu sisi mempunyai motivasi siswa yang cukup baik namun rata-rata mutu masukan, mutu lulusan, fasilitas belajar yang dimiliki siswa, dan kepemimpinan kepala sekolah masih di bawah rata-rata.
Kelompok 6, terdiri dari: SMUN 7 Kota Malang (7), SMUN 10 Kota Malang (10), SMUN Kepanjen Kabupaten Malang (19), SMUN Pagak Kabupaten Malang (21), dan SMUN Bantur Kabupaten Malang (22). Dalam biplot, posisi sekolah-sekolah ini digambarkan berlawanan arah dengan vektor peubah X1, X4, X6, dan X7. Berarti sekolah-sekolah ini dicirikan memiliki kepala sekolah yang kurang berhasil, mutu masukan, mutu lulusan, serta fasilitas belajar yang dimiliki siswa yang juga masih kurang.
Kelompok 7, terdiri dari: SMUN 8 Kota Malang (8), SMUN 9 Kota Malang (9), SMUN Gondang Legi Kabupaten Malang (16), SMUN Turen Kabupaten Malang (17), dan SMUN Dampit Kabupaten Malang (18). Posisi sekolah-sekolah ini pada
31
biplot digambarkan terletak berlawanan arah dengan vektor peubah X2, X3, dan X5. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah-sekolah dalam kelompok ini karakteristiknya: kinerja guru yang kurang efektif dalam menjalankan tugasnya, tingkat pendidikan dan ekonomi orang tua siswa di bawah rata-rata, dan motivasi belajar siswanya masih rendah.