HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruang Penyimpanan Penyimpanan adalah salah satu tindakan pengamanan yang bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas produk. Penyimpanan pakan dalam industri peternakan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan produksi yang menunjang ketersediaan pakan dengan kualitas baik saat diberikan kepada ternak. Kemasan yang digunakan pada penelitian ini adalah karung plastik yang sudah umum digunakan dalam industri besar. Pengemasan terhadap produk bertujuan untuk melindungi produk dari pengaruh oksidasi dan mencegah terjadinya kontaminasi dengan udara luar. Pengamatan dilakukan dari bulan Januari sampai Februari di dalam ruang penyimpanan berukuran 5x4x3 m3 yang bertempat di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB. Bahan disimpan di atas pallet dengan metode tumpukan bata mati. Tumpukan bata mati adalah penyusunan karung-karung dengan posisi lapisan pertama sejajar dengan lapisan kedua, ketiga dan seterusnya sampai lapisan teratas. Pallet digunakan untuk menghindari kontak langsung dengan lantai agar tidak mempercepat proses kerusakan bahan. Rataan suhu dan kelembaban lokasi penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Suhu dan Kelembaban selama Penyimpanan M0-M2
M2-M4
M4-M6
Suhu (ºC)
26,38 ± 1,10
26,37 ± 1,50
27,08 ± 1,52
RH (%)
81,94 ± 5,64
79,00 ± 6,61
75,18 ± 5,67
Suhu dan kelembaban merupakan faktor yang sangat penting dalam penyimpanan pakan terutama akan mempengaruhi sifat fisik bahan dan pertumbuhan serangga. Selain itu, suhu dan kelembaban juga akan mempengaruhi kandungan air suatu bahan sehingga akan memungkinkan pertumbuhan dan berkembangnya mikroorganisme perusak. Menurut Imdad dan Nawangsih (1995), lingkungan hidup yang ideal bagi pertumbuhan serangga yaitu pada suhu 25-30ºC dengan kelembaban 70%. Tabel 5 menunjukkan bahwa rataan suhu ruang penyimpanan masih ideal, namun ruang penyimpanan memiliki kelembaban sangat tinggi. Kelembaban yang 17
tinggi dapat mempercepat pertumbuhan dan berkembangnya mikroorganisme perusak. Kelembaban yang tinggi juga akan menyebabkan terjadinya penyerapan uap air dari udara yang akan mengakibatkan bahan lembab yang berpengaruh terhadap kenaikan kadar air. Rataan Suhu dan Kelembaban antara Pagi, Siang, Sore, dan Malam dapat dilihat pada Tabel 6. Perbandingan suhu dan kelembaban (RH) pada pagi, siang, sore, dan malam hari selama penyimpanan mempunyai korelasi yang negatif, bila suhu udara tinggi maka kelembabannya rendah dan bila suhu rendah maka kelembaban tinggi. Rataan suhu pada pagi hari selama penyimpanan yaitu 24,85-25,37ºC. Pada siang hari rataan suhu meningkat menjadi 27,31-28,93ºC, kemudian menurun kembali di sore hari menjadi 26,91-27,53ºC, dan malam hari rataan menjadi 25,91-26,51ºC. Rataan kelembaban pada pagi hari berkisar 80,87%-86,21%, menurun pada siang hari menjadi 69,07%-80,36%, naik kembali di sore hari menjadi 73,73%-79,79% dan malam hari rataan menjadi 77,07%-81,43%. Tabel 6. Rataan Suhu dan Kelembaban antara Pagi, Siang, Sore dan Malam selama Penyimpanan
Suhu (ºC)
RH (%)
Pagi (07.00) Siang (12.00 Sore (17.00) Malam (21.00) Pagi (07.00) Siang (12.00 Sore (17.00) Malam (21.00)
M0-M2 25,29 ± 0,46 27,31 ± 1,05 26,91 ± 0,78 26,06 ± 0,74 86,21 ± 3,26 80,36 ± 6,33 79,79 ± 4,67 81,43 ± 5,88
M2-M4 24,85 ± 0,48 27,74 ± 1,37 26,99 ± 1,07 25,91 ± 1,06 84,71 ± 4,42 74,93 ± 7,65 77,00 ± 5,40 79,36 ± 4,44
M4-M6 25,37 ± 0,64 28,93 ± 0,77 27,53 ± 0,73 26,51 ± 0,89 80,87 ± 2,80 69,07 ± 4,43 73,73 ± 4,11 77,07 ± 3,21
Menurut Imdad dan Nawangsih (1995), kisaran suhu dan kelembaban nisbi ruang penyimpanan yang baik untuk kadar air bahan yang aman adalah 25-27ºC dan 70%-75%, ini menunjukkan bahwa ruang penyimpanan selama penelitian tidak aman digunakan untuk penyimpanan, karena memiliki kelembaban yang tinggi yaitu sebesar 75,18%-81,94%. Fluktuasi suhu dan kelembaban lingkungan penyimpanan secara alamiah akan menyebabkan terjadinya perpindahan uap air dari bahan sehingga akan mendorong terjadinya kerusakan fisik pada pakan yang disimpan.
18
K Karakteris stik Fisik Pellet P Indigoofera zolling geriana dan n Leucaenaa leucoceph hala Pellett daun Inddigofera zoollingeriana a dan Leuucaena leuccocephala yang diihasilkan paada penelitiaan ini memiliki ukuran n diameter 3 mm dan m memiliki pan njang ± 2 cm. Beerdasarkan pengamatan p n fisik, em mpat pellet perlakuan yang dihassilkan m memiliki bauu yang ham mpir menyerrupai bau teeh, sedangkkan untuk w warna pellett (R1) deengan kanddungan kanndungan 300% Leucaeena leucoceephala (lam mtoro) mem miliki w warna hijau yang lebihh terlihat geelap diband dingkan perrlakuan pelllet lain. Teekstur peellet perlakuuan berdasaarkan penggamatan fisiik memilikii tekstur yaang halus. Pellet P daaun Indigoffera zollinggeriana dann Leucaena a leucocephhala hasil penelitian dapat diilihat pada Gambar G 3.
G Gambar 3. P Pellet Daunn Indigoferaa zollingeria ana dan Leeucaena leuucocephala d dengan berbagai kombinnasi taraf, R1, R R2, R3, dan R4. Sifat Fisiik Pemaahaman tenttang sifat bahan b sertaa perubahann yang terjjadi pada pakan p daapat digunaakan untuk menilai m dann menetapkaan mutu paakan, selain itu pengetaahuan teentang sifat fisik dapaat digunakann untuk meenentukan nilai efisiennsi suatu proses p peenanganan, pengolahaan dan peenyimpanan n (Wirakarrtakusumah et al, 1992). 1
19
Beberapa sifat fisik yang diukur terdiri dari kadar air, aktivitas air, berat jenis, sudut tumpukan, ukuran partikel, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, dan Pellet Durability Index. Kadar Air Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa lama penyimpanan sangat berbeda nyata (P<0,01) dalam meningkatkan kadar air pellet (Tabel 7). Kombinasi hijauan serta interaksi antara lama penyimpanan dan kombinasi hijauan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air pellet. Tabel 7. Rataan Kadar Air Pellet pada Berbagai Perlakuan Taraf Kombinasi Hijauan dan Lama Penyimpanan yang Berbeda (%) Lama Penyimpanan (minggu) Perlakuan
0
2
4
6
Rataan
R1
12,099 ± 3,200
13,258 ± 0,483
13,505 ± 0,242
13,330 ± 0,522
13,048 ± 0,641
R2
10,928 ± 0,828
12,540 ± 0,593
13,595 ± 0,197
13,717 ± 0,434
12,695 ± 1,291
R3
12,733 ± 2,545
13,093 ± 0,133
13,621 ± 0,084
13,750 ± 0,266
13,299 ± 0,473
R4
11,122 ± 0,069
Rataan
11,720 ± 0,847
13,192 ± 0,423 B
13,021 ± 0,327
13,825 ± 0,141 A
13,636 ± 0,135
13,892 ± 0,245 A
13,672 ± 0,240
13,008 ± 1,296 A
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) R1 = 30% Leucaena leucocephala + 0% Indigofera zollingeriana; R2 = 20% Leucaena leucochepala + 10% Indigofera zollingeriana; R3 = 10% Leucaena leucocephala + 20% Indigofera zollingeriana; R4 = 0% Leucaena leucocephala + 30% Indigofera zollingeriana
Kadar air akan menentukan daya simpan suatu bahan pakan. Semakin lama penyimpanan akan mengakibatkan kadar air yang semakin meningkat (Yuliastanti, 2001). Perubahan kadar air juga dapat disebabkan pengaruh suhu dan kelembaban selama penyimpanan. Bila kelembaban udara ruang penyimpanan tinggi maka akan terjadi absorpsi uap air dari udara ke pellet yang menyebabkan kadar air pellet meningkat. Pernyataan tersebut didukung oleh Winarno et al., (1980) bahwa kadar air pada permukaan bahan dipengaruhi oleh kelembaban nisbi (RH) udara sekitarnya, bila kadar air bahan rendah atau suhu bahan tinggi sedangkan RH disekitarnya tinggi maka akan terjadi penyerapan uap air dari udara sehingga bahan menjadi lembab atau kadar air bahan menjadi tinggi.
20
Aktivitas Air Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa waktu penyimpanan sangat berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap aktivitas air dan interaksi antara taraf kombinasi hijauan dengan lama penyimpanan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap aktivitas air. Rataan nilai Aw pellet dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rataan Aktivitas Air Pellet pada Berbagai Perlakuan Taraf Kombinasi Hijauan dan Lama Penyimpanan yang Berbeda Lama Penyimpanan (minggu) Perlakuan R1 R2 R3
0
2 pP
0,83
pP
0,83
pP
0,83
pP
4 pP
0,84
pP
0,83
pP
0,83
pP
6 pP
0,84
pP
0,84
pP
0,84
pP
Rataan qQ
0,83
qQ
0,82
qQ
0,83
qP
0,83
0,80 0,79 0,80
R4
0,84
0,83
0,83
0,82
Rataan
083A
0,83A
0,84A
0,80B
Keterangan: Superskrip A dan B pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) Superskrip P dan Q menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) pada kolom yang sama Superskrip p dan q menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) pada baris yang sama
R1 = 30% Leucaena leucocephala + 0% Indigofera zollingeriana; R2 = 20% Leucaena leucochepala + 10% Indigofera zollingeriana; R3 = 10% Leucaena leucocephala + 20% Indigofera zollingeriana; R4 = 0% Leucaena leucocephala + 30% Indigofera zollingeriana
Interaksi antara taraf kombinasi hijauan dengan lama penyimpanan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap aktivitas air pellet penelitian. Nilai aktivitas air pellet penelitian berbeda setiap minggunya (Gambar 4). Pada pellet R1, nilai aktivitas air tertinggi ada pada minggu ke-2 dan ke-3. Pada pellet R2 dan R3 nilai aktivitas air tertinggi ada pada minggu ke-4. Pada pellet R4 nilai aktivitas tertinggi ada pada minggu ke-0. Nilai aktivitas air pellet mengalami titik terendah pada minggu ke-6. Penurunan maupun peningkatan aktivitas air dimungkinkan karena selama pengukuran terjadi kenaikan dan penurunan kelembaban dan suhu lingkungan serta disebabkan oleh adanya pertumbuhan jamur mulai minggu ke-4 di hampir semua pellet perlakuan. Hasil analisa menunjukkan kisaran nilai Aw pellet adalah 0,79 – 0,84 (Tabel 8). Nilai aktivitas air ini berarti jumlah air bebas yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme sebanyak 79 – 84 %. Kisaran nilai Aw ini dinilai terlalu tinggi karena melebihi batas minimum aktivitas air yaitu sebesar 0,7 (Winarno, 1997). Tingginya nilai Aw dapat menyebabkan berkembangnya mikroorganisme perusak. 21
Gambar 4. Grafik Interaksi Waktu Penyimpanan dan Taraf Kombinasi Hijauan terhadap Aktivitas Air Pellet Berat Jenis Lama penyimpanan, kombinasi Indigofera zollingeriana dan Leucaena leucocephala serta interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap berat jenis pellet. Hasil yang diperoleh sesuai dengan penelitian Agustina (2005) yang menyatakan bahwa berat jenis antar perlakuan baik pada mash maupun pellet menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata karena ruang antar partikel dalam mash maupun pellet sudah terisi air selama proses pengurangan (pengecilan) ukuran partikel dan selama proses produksi berlangsung. Rataan berat jenis selama waktu penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rataan Berat Jenis Pellet pada Berbagai Perlakuan Taraf Kombinasi Hijauan dan Lama Penyimpanan yang Berbeda (kg/m3) Perlakuan
Lama Penyimpanan (minggu) 0
2
4
6
Rataan
R1 R2 R3
1277,67±47,92 1277,67±47,92 1305,33±47,92
1305,33±47,92 1333,00±00,00 1333,00±00,00
1250,00±00,00 1291,00±41,51 1299,67±43,84
1305,33±47,92 1277,67±47,92 1333,00±00,00
1284,58±26,48 1294,83±26,20 1317,75±17,76
R4
1277,67±47,92
1305,33±47,92
1277,67±47,92
1305,33±47,92
1291,50±15,97
Rataan 1284,59±13,83 1319,17±15,98 1279,59±21,70 1305,33±22,59 Keterangan: R1 = 30% Leucaena leucocephala + 0% Indigofera zollingeriana; R2 = 20% Leucaena leucochepala + 10% Indigofera zollingeriana; R3 = 10% Leucaena leucocephala + 20% Indigofera zollingeriana; R4 = 0% Leucaena leucocephala + 30% Indigofera zollingeriana
22
Berat jenis pellet dengan kombinasi taraf hijauan dan penyimpanan selama 6 minggu berkisar antara 1284,58 – 1317,75 kg/m3. Semakin tinggi berat jenis, semakin
meningkatkan
kapasitas
ruang
penyimpanan
dan
memudahkan
pengangkutan (Syarifudin, 2001). Komposisi kimia pakan turut mempengaruhi sifat fisik terutama terhadap nilai kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, dan berat jenis pakan (Suadnyana, 1998). Sudut Tumpukan Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai sudut tumpukan pellet. Taraf kombinasi hijauan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai sudut tumpukan, sedangkan interaksi terhadap kedua faktor tidak berpengaruh nyata. Rataan sudut tumpukan selama penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 10. Sudut tumpukan yang terbentuk pada perlakuan taraf kombinasi hijauan berkisar antara 21,23º-22,32º. Pellet yang mengandung 10% lamtoro dan 20% Indigofera zollingeriana (R3) adalah pellet yang memiliki sudut tumpukan tertinggi sebesar 22.32 ± 2.90º. Sudut tumpukan berpengaruh terhadap kemudahan dalam pengangkutan pakan dan kecepatan aliran pellet. Semakin lama bahan disimpan sangat nyata meningkatkan nilai sudut tumpukan. Peningkatan nilai sudut tumpukan mengandung arti bahwa dengan semakin lama waktu penyimpanan maka pellet tersebut semakin sulit bergerak, hal itu mungkin karena perlengketan antar partikel pellet karena meningkatnya nilai kadar air. Peningkatan kadar air yang meningkat akan menambahkan gaya berat pakan dan menurunkan puncak tumpukannya, sehingga sudut tumpukan semakin meningkat (Suadnyana, 1998). Pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian Baryeh (2002) yang menyatakan bahwa nilai sudut tumpukan dipengaruhi oleh kadar air, semakin tinggi kadar air maka akan meningkatkan nilai sudut tumpukan. Berdasarkan Tabel 10, bahan yang digunakan pada penelitian ini termasuk dalam kategori bahan yang sangat mudah mengalir karena sudut tumpukan yang terbentuk berkisar antara 20º - 30º, sehingga dapat mempercepat proses pengangkutan maupun pembongkaran dalam industri pakan yang menggunakan alat mekanik dalam proses pengerjaannya.
23
Tabel 10. Rataan Nilai Sudut Tumpukan Pellet pada Berbagai Taraf Kombinasi Hijauan dan Lama Penyimpanan yang Berbeda (º) Perlakuan
Lama Penyimpanan (minggu) 0
2
4
6
Rataan
R1
17,85±1,59
21,60±0,72
22,40±0,98
23,20±1,00
21,26 ± 2,37b
R2
18,87±0,58
21,63±0,29
21,53±1,61
23,70±1,00
21,43 ± 1,98b
R3
18,53±0,29
21,60±1,21
24,17±1,27
24,97±1,21
22,32 ± 2,90a
R4
17,67±1,55
21,47±0,29
22,40±0,98
23,37±0,29
21,23 ± 2,50b
Rataan
18,23±0,56D
21,58±0,07C
22,63±1,11B
23,81±0,80A
Keterangan : Superskrip a dan b menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05) pada kolom yang sama Superskrip A, B, C, D menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) pada baris yang sama R1 = 30% Leucaena leucocephala + 0% Indigofera zollingeriana; R2 = 20% Leucaena leucochepala + 10% Indigofera zollingeriana; R3 = 10% Leucaena leucocephala + 20% Indigofera zollingeriana; R4 = 0% Leucaena leucocephala + 30% Indigofera zollingeriana
Ukuran Partikel Taraf kombinasi hijauan, lama penyimpanan dan interaksi antara taraf kombinasi hijauan dan lama penyimpanan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap ukuran partikel. Rataan ukuran partikel selama penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Rataan Nilai Ukuran Partikel Pellet pada Berbagai Taraf Kombinasi Hijauan dan Lama Penyimpanan yang Berbeda (mm) Perlakuan
Lama Penyimpanan 0
2 rQ
7,58
4 rQ
7,47
6 rQ
7,97
Rataan rQ
7,70B
R1
7,79
R2
7,43rQ
7,63rQ
7,54rQ
7,79rQ
7,60B
R3
7,42rQ
8,02qP
8,58qP
8,70qP
8,18A
R4
7,60rQ
8,19qP
8,29qP
9,40pP
8,37A
Rataan
7,56D
7,85C
7,97B
8,47A
Keterangan : Superskrip A, B, C, D yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) Superskrip P, Q menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) pada kolom yang sama Superskrip p, q, r menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) pada baris yang sama R1 = 30% Leucaena leucocephala + 0% Indigofera zollingeriana; R2 = 20% Leucaena leucochepala + 10% Indigofera zollingeriana; R3 = 10% Leucaena leucocephala + 20% Indigofera zollingeriana; R4 = 0% Leucaena leucocephala + 30% Indigofera zollingeriana
24
Interaksi antara kombinasi taraf hijauan dan lama penyimpanan menunjukkan peningkatan nilai ukuran partikel semakin lama waktu penyimpanan (Tabel 11). Ukuran partikel tertinggi adalah perlakuan R4 minggu ke-6 yaitu sebesar 9,40 mm. Nilai ukuran partikel terendah adalah pada perlakuan R3 minggu ke-0 sebesar 7,42 mm. Hasil ukuran partikel pellet perlakuan termasuk dalam kategori bahan kasar (UP > 1,79-13,33 mm) (Henderson dan Perry, 1981).
Gambar 5. Grafik Interaksi Waktu Penyimpanan dan Taraf Kombinasi Hijauan terhadap Ukuran Partikel Pellet Semakin lama pellet disimpan maka akan menaikkan nilai ukuran partikel (Tabel 11). Ukuran partikel paling tinggi yaitu pada pellet R4 dan R3 yang mengandung 30% dan 20% Indigofera zollingeriana sedangkan ukuran partikel partikel paling rendah pada perlakuan R2 dan R1 yang mengandung 30% dan 20% Leucaena leucocephala. Nilai ukuran partikel menaik bersamaan dengan meningkatnya kadar air selama penyimpanan, hal ini sesuai dengan penelitian AlMahasneh dan Rababah (2007) yang menyatakan bahwa ukuran partikel meningkat seiring dengan meningkatnya kadar air. Uji regresi antara kadar air dengan ukuran partikel selama penyimpanan menunjukkan hubungan yang linier (r = 39,8%) dengan persamaan y = 0,144x + 6,052 dengan y adalah ukuran partikel dan x adalah kadar air. Grafik garis hubungan antara ukuran dengan kadar air dapat dilihat pada Gambar 5. Hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan kadar air dengan ukuran partikel memiliki hubungan yang positif, yaitu semakin tinggi kadar air maka mempengaruhi meningkatnya nilai ukuran partikel.
25
Gambar 6. Grafik Hubungan Linear antara Kadar Air dengan Ukuran Partikel Kerapatan Tumpukan Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa taraf kombinasi hijauan, lama penyimpanan dan interaksi antara kombinasi taraf hijauan dengan lama penyimpanan menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kerapatan tumpukan pellet. Rataan nilai kerapatan tumpukan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Rataan Kerapatan Tumpukan Pellet pada Berbagai Taraf Kombinasi Hijauan dan Lama Penyimpanan yang berbeda (kg/m3) Lama Penyimpanan (minggu) Perlakuan
0
2 pP
562,57
4 qQ
549,07
6 qQ
556,44
Rataan qQ
571,13B
R1
616,45
R2
612,28pP
600,28pP
566,14qQ
594,23pP
593,24A
R3
594,33pQ
579,22pQ
569,19pQ
532,55qQ
568,82B
R4
582,99pQ
584,43pP
528,58qQ
547,24qQ
560,81B
Rataan 601,52A 581,63B 553,24C 557,62C Keterangan : Superskrip A, B , C menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) pada kolom dan baris yang sama Superskrip P, Q menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) pada kolom yang sama Superskrip p, q menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) pada baris yang sama R1 = 30% Leucaena leucocephala + 0% Indigofera zollingeriana; R2 = 20% Leucaena leucochepala + 10% Indigofera zollingeriana; R3 = 10% Leucaena leucocephala + 20% Indigofera zollingeriana; R4 = 0% Leucaena leucocephala + 30% Indigofera zollingeriana
Berdasarkan data pada Tabel 12, nilai kerapatan tumpukan pellet R4 sebesar 560,81 kg/m3, yang berarti dalam 1 m3 ruang penyimpanan dapat menampung pellet
26
sebesar 560,81 kg. Pada pellet R2, nilai kerapatan tumpukannya sebesar 593,24 kg/m3 yang berarti dalam 1 m3 mampu menampung seberat 593,235 kg. Jadi, untuk menampung berat ransum yang sama, pellet R2 memerlukan tempat yang lebih besar daripada pellet R4.
Gambar 7. Grafik Interaksi Waktu Penyimpanan dan Taraf Kombinasi Hijauan terhadap Kerapatan Tumpukan Pellet Interaksi antara lama penyimpanan dengan taraf kombinasi hijauan pellet menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kerapatan tumpukan pellet penelitian. Nilai kerapatan tumpukkan pellet pada semua perlakuan mengalami penurunan hingga minggu ke-4, namun pada minggu ke-6 cenderung menaik nilai kerapatan tumpukannya di semua perlakuan. Pada minggu ke-0 pellet R1 memiliki nilai KT (kerapatan tumpukan) paling tinggi. Pada minggu ke-2 pellet R2 memiliki nilai KT paling tinggi dan R1 yang yang paling rendah. Di minggu ke-4 terjadi penurunan nilai KT di semua pellet perlakuan, namun R3 memiliki nilai KT yang tertinggi. Pada minggu ke-6 terjadi peningkatan nilai KT untuk pellet R2 memiliki nilai tertinggi sedangkan pellet R3 tetap mengalami penurunan dan nilai KT-nya yang terendah. Semakin lama bahan disimpan, akan nyata menurunkan kerapatan tumpukan (Tabel 12). Kerapatan tumpukan tertinggi pada minggu ke-0 yaitu sebesar 601,52 kg/m3 dan terus menurun sampai minggu ke-4 sebesar 553,24 kg/m3 dan sedikit menaik di minggu ke-6 sebesar 557,62 kg/m3. Penurunan dan peningkatan nilai kerapatan tumpukan mungkin disebabkan karena pengaruh suhu dan kelembaban ruang penyimpanan. Kandungan air yang semakin meningkat menyebabkan bahan
27
semakin mengembang sehingga volume ruang yang dibutuhkan menjadi besar sebagaimana dinyatakan oleh Suadnyana (1998) bahwa nilai kerapatan tumpukan bahan semakin menurun dengan semakin tingginya level penyemprotan air atau meningkatnya kandungan air. Taraf kombinasi Hijauan juga memberikan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kerapatan tumpukan.
Gambar 8. Hubungan antara Kadar Air dengan Kerapatan Tumpukan Hubungan korelasi antara kerapatan tumpukan dan kadar air menunjukkan persamaan y = -16,51x + 784,5 dengan nilai r sebesar 72,11%. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa hubungan kerapatan tumpukan dan kadar air memiliki korelasi yang negatif, yaitu semakin kecil nilai kerapatan tumpukan makan semakin tinggi nilai kadar airnya. Kerapatan Pemadatan Tumpukan Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh kombinasi taraf hijauan, lama penyimpanan dan interaksi antara taraf hijauan dengan lama penyimpanan menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kerapatan tumpukan pellet. Rataan nilai kerapatan pemadatan tumpukan dapat dilihat pada Tabel 13. Hasil uji lanjut memperlihatkan bahwa nilai KPT R2 berbeda nyata dengan R1, R3, dan R4. Rataan nilai KPT R2 memiliki nilai tertinggi dibanding pellet perlakuan lainnya sebesar 637,66 kg/m3 (Tabel 13). Semakin tinggi nilai kerapatan pemadatan tumpukan maka volume ruang yang ditempati pellet menjadi lebih kecil. Semakin lama penyimpanan maka menurunkan nilai kerapatan pemadatan tumpukan hingga minggu ke-4, namun pada minggu ke-6 cenderung menaik nilai 28
kerapatan pemadatan tumpukannya. Kerapatan pemadatan tumpukan tertinggi adalah pemadatan perlakuan R2 minggu ke-0 sebesar 657,26 kg/m3. Nilai kerapatan pemadatan tumpukan terendah ada pada perlakuan R3 minggu ke-4 sebesar 568.96 kg/m3 (Tabel 13). Tabel 13. Rataan Kerapatan Pemadatan Tumpukan Pellet pada Berbagai Kombinasi Taraf Hijauan dan Lama Penyimpanan yang Berbeda (kg/m3) Lama Penyimpanan (minggu)
Perlakuan
0
2
4
6
qQ
qQ
rQ
qQ
609,12B
608,29
573,68
625,05
Rataan
R1
629,48
R2
657,26pP
627,19qQ
640,88pP
625,31qQ
637,66A
R3
643,64pP
616,45qQ
568,96rQ
608,29qQ
609,34B
R4
634,23qP
610,69qQ
602,85qQ
602,23qQ
612,51B
Rataan 641,15A 615,65B 596,59C 615,22B Keterangan : Superskrip A, B, C menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) pada kolom dan baris yang sama Superskrip P, Q menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) pada kolom yang sama Superskrip p, q, r menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) pada baris yang sama R1 = 30% Leucaena leucocephala + 0% Indigofera zollingeriana; R2 = 20% Leucaena leucochepala + 10% Indigofera zollingeriana; R3 = 10% Leucaena leucocephala + 20% Indigofera zollingeriana; R4 = 0% Leucaena leucocephala + 30% Indigofera zollingeriana
Kerapatan pemadatan tumpukan juga dipengaruhi oleh kadar air. Penurunan kerapatan pemadatan tumpukan terjadi seiring meningkatnya kadar air selama penyimpanan. Penurunan kerapatan pemadatan tumpukan pada saat kandungan air tinggi disebabkan oleh terbukanya pori-pori permukaan
partikel pellet tersebut,
sehingga pada saat penambahan kandungan air, pellet tersebut mengembang yang menyebabkan volume ruang yang dibutuhkan semakin besar (Suadnyana, 1998). Pellet Durability Index Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa taraf kombinasi hijauan dan lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai Pellet Durability Index (PDI). Interaksi antara taraf kombinasi hijauan dan lama penyimpanan tidak berpengaruh terhadap nilai Pellet Durability Index. Rataan nilai Pellet Durability Index selama penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 14.
29
Tabel 14. Rataan Nilai Pellet Durability Index pada Berbagai Taraf Kombinasi Hijauan dan Lama Penyimpanan yang Berbeda (%) Perlakuan
Lama Penyimpanan (minggu) 0
2
4
6
Rataan
R1
99,05±0,25
98,65±0,10
98,90±0,20
98,73±0,09
98,83±0,18C
R2
99,32±0,17
99,11±0,22
99,14±0,11
99,10±0,18
99,17±0,10B
R3
99,43±0,15
99,25±0,14
99,17±0,27
99,23±0,33
99,27±0,11A
R4
99,47±0,09
99,43±0,08
99,35±0,06
99,18±0,22
99,36±0,13A
Rataan 99,32±0,19A 99,11±0,33B 99,14±0,18B 99,06±0,23B Keterangan : Superskrip A, B, dan C pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) R1 = 30% Leucaena leucocephala + 0% Indigofera zollingeriana; R2 = 20% Leucaena leucochepala + 10% Indigofera zollingeriana; R3 = 10% Leucaena leucocephala + 20% Indigofera zollingeriana; R4 = 0% Leucaena leucocephala + 30% Indigofera zollingeriana
Hasil analisa menunjukkan nilai Pellet Durability Index berada pada kisaran 98,83 – 99,36% (Tabel 10) yang menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di atas nilai minimum yang disarankan oleh Dozier (2001) yaitu 80%, sehingga dalam penelitian ini memberikan kecenderungan bahwa pellet dapat disimpan lebih lama. Uji lanjut pada Pellet Durability Index menunjukkan bahwa perlakuan taraf kombinasi hijauan dan lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) menurunkan nilai Pellet Durability Index. Nilai PDI yang paling tinggi ada pada perlakuan pellet R4 yaitu sebesar 99,36% dan nilai PDI terendah yaitu pada pellet R1 sebesar 98,83% (Tabel 14). Pellet perlakuan kombinasi hijauan memiliki nilai PDI yang baik. Pellet yang mengandung 20% dan 30% Indigofera zollingeriana yaitu R3 dan R4 memiliki nilai PDI yang lebih baik dibandingkan pellet yang mengandung 20% dan 30% Leucaena leucocephala yaitu R1 dan R2. Menurut McEllhiney (1994) faktor-faktor yang mempengaruhi Pellet Durability Index adalah: 1) Karakteristik bahan baku, dalam hal ini faktor yang dimaksud adalah protein, lemak, serat, pati, density (kepadatan), tekstur dan air, serta kestabilan karakteristik bahan akan menghasilkan kualitas pellet yang baik, dan 2) ukuran partikel. Berdasarkan Tabel 14, diketahui bahwa semakin lama pellet disimpan, maka nilai PDI akan semakin menurun. PDI mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan sehingga pellet tetap memenuhi standar PDI yang baik yaitu 80%. Pellet
30
mengalami penurunan PDI selama penyimpanan, karena pellet mengalami penggumpalan dan kerapuhan sehingga kekuatan pellet berkurang.
31