9 Deteksi Estrus Pengukuran hambatan arus listrik lendir vagina dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore) selama lima hari berturut-turut. Angka estrus detektor direkapitulasi dalam bentuk tabel secara berurutan. Selanjutnya, data tersebut dikonfirmasi dengan tanda-tanda tingkah laku estrus yang teramati. Tanda-tanda estrus ditunjukkan dengan respon diam dinaiki saat pejantan pengusik dimasukkan. Data yang terkumpul kemudian diterjemahkan menjadi data sebelum estrus, saat estrus, dan sesudah estrus untuk selanjutnya dianalisa nilai rataan dari masing-masing tanda tersebut.
Analisis Data Hasil penelitian yang didapat berupa data kuantitatif berupa perhitungan angka estrus detektor sebelum estrus, pada waktu estrus, dan setelah estrus kambing peranakan Etawah dari masing-masing kelompok penyuntikan hormon prostaglandin. Data yang diperoleh dari perhitungan tersebut selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan dihubungkan dengan referensi yang ada.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lendir Vagina Hasil Sinkronisasi Estrus Kelompok Penyuntikan Intramuskular Penentuan status estrus menggunakan estrus detektor setelah sinkronisasi estrus dengan prostaglandin F2α pada kambing PE kelompok penyuntikan intramuskular menunjukkan hasil sebanyak 3 dari 10 ekor (30%) kambing betina memperlihatkan respon estrus jelas yang ditandai dengan diam saat dinaiki pejantan pengusik. Data nilai pengukuran hambatan arus listrik lendir vagina kambing betina estrus pada kelompok penyuntikan intramuskular secara umum memperlihatkan pola hambatan arus listrik sebelum estrus menunjukkan angka yang relatif tinggi, kemudian menurun pada saat estrus dan meningkat lagi setelah estrus (Tabel 1). Pola yang seperti ini sama dengan hasil penelitian yang diperoleh Rezac et. al (2001) pada kambing perah dan Setiadi dan Aepul (2010b) pada domba garut. Pola hambatan arus listrik yang demikian disebabkan karena terjadinya perubahan komposisi di dalam vagina, dimana lendir vagina lebih banyak terkumpul (Setiadi dan Aepul 2010b).
10 Tabel 1
Nilai hambatan arus listrik betina estrus setelah sinkronisasi dengan prostaglandin pada kelompok penyuntikan intramuskular
Kode Hewan
Hambatan arus listrik lendir vagina (unit) Sebelum penyuntikan kedua
Hari pengamatan estrus ke1
2 P 350 500
S 320 550
P 360 380
4 S 390 370
P 420 330
5 P 550 440
S 530 410
K18 860 990 720 610 600 630 620 470 450 P: pagi, S: sore, kuning: sebelum estrus, coklat: saat estrus, hijau: sesudah estrus.
960
990
840 660
S 740 440
3
S 450 340
KO8 M91
P 820 440
Nilai pengukuran hambatan arus listrik lendir vagina kelompok betina estrus menunjukkan angka tertinggi 820 unit pada saat estrus, dan memiliki nilai terendah 320 unit. Nilai hambatan arus listrik lendir vagina yang ditunjukkan pada saat hewan estrus memiliki nilai yang relatif tinggi, meskipun pada saat estrus serviks lebih aktif menghasilkan lendir vagina yang bersifat encer. Kondisi ini memperlihatkan adanya perbedaan nilai hambatan arus listrik lendir vagina diantara hewan yang estrus. Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan jumlah dan konsistensi lendir vagina yang dihasilkan, kandungan hormon hewan, dan kondisi folikel pada saat estrus. Sementara itu pola yang tidak sama ditunjukkan oleh hasil sinkronisasi kelompok betina tidak estrus (Tabel 2). Perubahan angka estrus detektor yang didapat menunjukkan hasil yang tidak beraturan jumlah penurunan dan peningkatannya. Nilai pengukuran estrus detektor kelompok betina tidak estrus setelah penyuntikan prostaglandin menunjukkan adanya penurunan angka estrus detektor, meskipun hewan tidak menunjukkan gejala estrus. Hal ini kemungkinan disebabkan karena gejala estrus yang ditimbulkan sangat singkat dan terbatasnya waktu pengamatan yang dilakukan. Tabel 2 Nilai hambatan arus listrik betina tidak estrus setelah sinkronisasi dengan prostaglandin pada kelompok penyuntikan intramuskular Kode Hewan
Hambatan arus listrik lendir vagina (unit) Sebelum penyuntikan kedua
Hari pengamatan estrus ke1
2
3
4
5
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
K24
610
460
470
660
600
400
440
460
490
810
800
S00 M52 K14 K12 K23
740 990 670 440 770
660 860 450 390 640
580 760 410 380 610
530 880 470 430 630
530 890 480 520 630
620 800 500 470 670
630 800 510 460 700
880 770 740 430 810
840 710 750 480 850
670 860 380 860 740
690 870 370 880 700
S01 930 P: pagi, S: sore.
880
790
710
740
760
740
770
790
880
800
11 Nilai pengukuran estrus detektor yang tidak teratur juga mengindikasikan tidak konsistennya komposisi lendir vagina yang dihasilkan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pengaruh prostaglandin yang tidak cukup untuk meregresikan corpus luteum. Kondisi ini menyebabkan hewan betina tidak akan memasuki fase folikuler dan tidak menunjukkan gejala berahi. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh hasil penelitian yang dilakukan Rezac et al. (2001) pada kambing perah, pola perubahan hambatan arus listrisk daerah vagina setelah hewan betina melewati gejala estrus maupun tidak menunjukkan gejala estrus memiliki pola yang tidak beraturan.
Kualitas Lendir Vagina Hasil Sinkronisasi Estrus Kelompok Penyuntikan Intravulva Hasil sinkronisasi estrus dengan aplikasi prostaglandin dua kali penyuntikan pada kelompok intravulva menghasilkan 5 dari 10 ekor (50%) kambing betina menunjukkan respon estrus yang jelas dengan ditandai adanya gejala diam dinaiki. Adanya ketidakhadiran gejala estrus kemungkinan disebabkan oleh adanya ketidakcukupan sekresi oestradiol oleh folikel yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya (Setiadi dan Aepul 2010a). Tabel 3 Nilai hambatan arus listrik betina estrus setelah sinkronisasi dengan prostaglandin pada kelompok penyuntikan intravulva Kode Hewan
Hambatan arus listrik lendir vagina (unit) Sebelum penyuntikan kedua
Hari pengamatan estrus ke1 P
2 S
P
3 S
P
4 S
P
5 S
M25 760 590 470 480 500 410 400 370 350 K22 610 460 420 340 280 340 350 440 460 740 450 390 360 350 370 370 340 330 M61 450 350 330 300 310 300 300 280 370 H14 M30 440 400 410 570 560 470 450 420 390 P: pagi, S: sore, kuning: sebelum estrus, coklat: saat estrus, hijau: sesudah estrus.
P
S
590 570 530 460 930
580 550 550 460 910
Nilai hambatan arus listrik lendir vagina betina estrus kelompok penyuntikan prostaglandin intravulva menunjukkan angka yang relatif tinggi pada saat sebelum estrus, kemudian menurun pada saat estrus dan meningkat lagi sesudah estrus. Hasil yang serupa juga ditunjukkan oleh hasil penelitian Setiadi dan Aepul (2010b) pada domba garut dan Rezac et al. (2001) pada kambing perah. Pola hambatan arus listrik lendir vagina yang sedikit berbeda ditunjukkan pada kelompok betina tidak estrus (Tabel 4). Pola perubahan hambatan arus listrik lendir vagina pada kelompok ini menunjukkan penurunan angka setelah perlakuan penyuntikan prostaglandin pada beberapa hewan, namun tidak memperlihatkan gejala estrus seperti yang tampak pada kelompok betina estrus. Beberapa hewan juga menunjukkan adanya peningkatan hambatan arus listrik lendir vagina setelah
12 dilakukan penyuntikan prostaglandin. Pola perubahan hambatan yang ditunjukkan cenderung memperlihatkan pola yang tidak teratur. Tabel 4 Nilai hambatan arus listrik betina tidak estrus setelah sinkronisasi dengan prostaglandin kelompok penyuntikan intravulva Kode Hewan
Hambatan arus listrik lendir vagina (unit) Sebelum penyuntikan kedua
Hari pengamatan estrus ke1
M14 M77 K13 M53 K20 P: pagi, S: sore.
2
3
4
5
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
520
490
460
370
390
460
420
540
570
810
800
420 630 880 870
430 720 820 940
440 750 880 760
360 820 970 470
400 860 960 490
480 850 710 550
390 820 700 520
440 920 770 560
470 960 710 580
270 800 700 740
290 840 710 760
Perbandingan Kualitas Estrus Hasil Sinkronisasi Estrus antara Kelompok Penyuntikan Prostaglandin Intramuskular dan Intravulva Jika dibandingkan dari hasil kedua kelompok perlakuan, dapat dilihat nilai hambatan arus listrik lendir vagina betina estrus memperlihatkan kelompok perlakuan penyuntikan prostaglandin secara intramuskular memiliki nilai yang lebih tinggi (820-320 unit) dibandingkan dengan kelompok penyuntikan prostaglandin secara intravulva (530-280 unit). Data ini mengindikasikan bahwa lendir vagina yang dihasilkan kelompok penyuntikan prostaglandin secara intramuskular memperlihatkan konsistensi yang lebih kental dibandingkan dengan kelompok penyuntikan prostaglandin secara intravulva. Adanya perbedaan karakteristik lendir vagina ini kemungkinan disebabkan oleh aplikasi pemberian hormonal yang berbeda. Konsistensi lendir vagina yang semakin kental memiliki sifat yang semakin sulit untuk ditembus. Dalam hal ini daya hambatan arus listrik yang ditimbulkan akan semakin besar pada kelompok penyuntikan prostaglandin secara intramuskular. Karakteristik lendir vagina ini juga terlihat secara visual pada saat pengamatan gejala estrus. Selain memiliki konsistensi yang lebih kental, lendir vagina kelompok penyuntikan prostaglandin secara intramuskular juga memiliki warna yang lebih keruh dibandingkan kelompok penyuntikan prostaglandin intravulva. Secara umum pola perubahan nilai hambatan arus listrik daerah vagina setelah sinkronisasi estrus pada kedua kelompok perlakuan menunjukkan nilai hambatan arus listrik yang tinggi sebelum memasuki fase estrus, menurun ketika memasuki fase estrus, dan meningkat secara bertahap ketika melewati fase estrus. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Rezac et al. (2001) pada kambing perah. Pola hambatan arus listrik yang demikian kemungkinan disebabkan karena terjadinya perubahan komposisi dan kualitas lendir vagina yang dihasilkan. Sementara itu menurut Kitwood et. al (1993) menyatakan bahwa penurunan nilai hambatan arus listrik lendir vagina pada saat hewan memasuki fase estrus disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen.
13 Estrogen menyebabkan terjadinya vasodilatasi daerah vagina yang disertai dengan meningkatnya daya hantar arus listrik daerah vagina, sehingga hambatan arus listrik akan menjadi lebih kecil. Beberapa peneliti juga pernah menjadikan nilai hambatan arus listrik pada daerah vagina sebagai parameter keberhasilan reproduksi, seperti CavacoGonzalves et al. (2006) menyatakan jumlah lendir yang dihasilkan serviks dapat membantu transportasi sperma untuk melakukan pembuahan, sehingga proses fertilisasi dapat terjadi. Selanjutnya, Setiadi dan Aepul (2010b) melaporkan bahwa pola perubahan nilai hambatan arus listrik pada daerah vagina dapat digunakan untuk memprediksi waktu terjadinya estrus dan kualitasnya. Selain itu juga, terdapat hubungan antara nilai hambatan lendir vagina dengan konsentrasi estrogen dan progesterone yang dapat dijadikan alat bantu untuk memprediksi kualitas estrus, kesuburan dan keberhasilan dari proses perkawinan (Bartlewski et al. 1999). Onset munculnya estrus yang didapat memperlihatkan kelompok penyuntikan prostaglandin secara intravulva memberikan hasil yang lebih baik, dimana sebagian besar hewan sudah menunjukkan gejala berahi 24-48 jam setelah penyuntikan kedua. Kondisi ini akan memberikan keuntungan waktu yang lebih cepat untuk melakukan perkawinan secara alami pada ternak. Perbedaan onset estrus yang timbul dapat diakibatkan oleh teknik pemberian prostaglandin yang dilakukan pada hewan (Saoeni 2007). Lama gejala estrus yang timbul juga memperlihatkan hasil yang lebih baik pada kelompok penyuntikan prostaglandin secara intravulva, hasil yang didapat menunjukkan lama gejala estrus berkisar antara 2-5 hari. Sedangkan pada kelompok intramuskular menunjukkan lama gejala estrus 1-2 hari. Adanya perbedaan dalam lama gejala estrus dapat disebabkan oleh faktor umur ternak, kesehatan, dan bobot badan ternak (Toelihere 2003). Gejala estrus yang lebih lama akan memberikan keuntungan waktu yang lebih banyak untuk melakukan perkawinan secara alami pada ternak. Namun demikian perlu dilakukan pengamatan yang lebih lanjut hubungan antara kualitas dan kuantitas folikel yang dihasilkan dengan ketepatan waktu inseminasi. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dilihat bahwa penyuntikan prostaglandin secara intravulva dapat memberikan hasil yang lebih maksimal. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Siregar et al. (2010), yang menyatakan bahwa pemberian prostaglandin F2α akan memberikan kualitas berahi yang baik jika diberikan secara intrauterine atau intravulva karena lokasinya yang lebih mudah untuk didistribusikan langsung melalui mekanisme counter current. Lendir vagina yang didapat juga menunjukkan konsistensi yang lebih cair dan jernih pada kelompok penyuntikan prostaglandin secara intravulva dan memiliki nilai hambatan arus listrik daerah vagina yang lebih kecil pada saat estrus. Pola perubahan hambatan arus listrik yang dihasilkan di daerah vagina sangat dipengaruhi oleh komposisi dan lingkungan daerah vagina tersebut. Perubahan kondisi lingkungan vagina ini sangat dipengaruhi oleh reaksi biokimia yang terjadi di dalamnya (BreeveldDwarkasing et al. 2003).