HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Analisis Parameter Model Struktural Kinerja Penyuluh Pertanian Hasil model hipotetik persamaan struktural dapat dilihat pada Gambar 5. Umur (X₁.₁)
1,00
Pelatihan (v X₁.₃)
0,51
Karakteristik
0,85
Penyuluh (X₁) Pengalaman
0,93 0,90
Kerja (X₁.₄) Kinerja Penyuluh (Y₁)
0,28 Perencanaan Penyuluhan
(Y₁.₃) Pengembangan Penyuluhan (Y₁.₄)
0,71 0,85
(X₂.₃)
Evaluasi & Pelaporan
0,89
-0,21
(X₂.₁) Evaluasi & Pelaporan
Perencanaan Penyuluhan (Y₁.₁)
0,73
Diseminasi Teknologi (Y₁.₇)
0,88
Kompetensi Penyuluh (X₂)
Perencanaan
0,01
0,88
Penyuluhan (Y₂.₁)
Pengembangan Penyuluhan
0,24
1,00 0,66 Evaluasi & Pelaporan
(X₂.₄) 0,36
Kompetensi Ketua Poktan (Y₂)
0,87
(Y₂.₃)
0,88
Kepemimpinan
Kebutuhan Berprestasi (X₃.₁)
(Y₂.₄) 0,87
0,92 Motivasi
Kebutuhan Berafiliasi
0,85
Penyuluh (X₃) 0,19
(X₃.₂)
Kemandirian Ekonomi
Komunikasi (Y₂.₆)
0,24
-0,21 1,00
Kompetensi Usahatani Kakao
0,33 0,81
(Y₃.₁)
1,00
Mengorganisir & Memasarkan Hasil
Kompetensi Petani (Y₃)
Kemandirian Penyuluh (X₄)
(X₄.₁)
(Marketing) (Y₃.₄) Chi-Square=163,95, df=139, p-hitung=0,07288, RMSEA=0,041, CFI=0,98
Gambar 5. Estimasi parameter model struktural kinerja penyuluh pertanian
127
128
Umur (X₁.₁) 14,76
Pelatihan (X₁.₂)
6,24
Pengalaman
12,87
Karakteristik
Penyuluhan (Y₁.₁)
Penyuluh (X₁) 16,30
Kerja (X₁.₄)
Kinerja Penyuluh (Y₁)
2,85
Perencanaan Penyuluhan
Perencanaan
5,86
Evaluasi & Pelaporan (Y₁.₃) Pengembangan
15,10
Penyuluhan (Y₁.₄)
-0,21 10,64
(X₂.₁)
5,27
9,76
Diseminasi Teknologi (Y₁.₇)
Evaluasi & Pelaporan
13,32
(X₂.₃)
Kompetensi Penyuluh (X₂)
0,10
Perencanaan
12,83 Pengembangan Penyuluhan
3,52
19,88 0,66
Evaluasi & Pelaporan
(X₂.₄) 0,36 Kebutuhan Berprestasi (X₃.₁)
Kompetensi Ketua Poktan (Y₂)
(Y₂.₃)
19,67
Kepemimpinan
18,81
9,27
8,67
Komunikasi (Y₂.₆)
2,61
Penyuluh (X₃) 1,97
(X₃.₂)
-0,21 -0,21
Kemandirian Ekonomi
18,12
(Y₂.₄) Motivasi
Kebutuhan Berafiliasi
Penyuluhan (Y₂.₁)
14,76
Kemandirian Penyuluh (X₄)
Kompetensi Usahatani Kakao
4,95 7,38
(Y₃.₁)
14,35
Mengorganisir & Memasarkan Hasil
Kompetensi Petani (Y₃)
(X₄.₁)
(Marketing) (Y₃.₄)
Chi-Square=163,95, df=139, p-hitung=0,07288, RMSEA=0,041, CFI=0,98
Gambar 6. Estimasi t-value model struktural kinerja penyuluh pertanian Uji kesesuaian model penelitian dinyatakan bahwa H0: Matriks kovariansi data sampel tidak berbeda dengan matriks kovariansi populasi yang diestimasi dan H1: Matriks kovariansi data sampel berbeda dengan matriks kovariansi populasi yang diestimasi. Dengan kriteria uji: H0 diterima, jika nilai p-hitung ≥ 0,05; RMSEA ≤ 0,08 dan CFI ≥ 0,90.
129
Hair et al., (Kusnendi, 2008) menyatakan apabila pada model ditemukan ada indikator yang tidak valid, maka indikator tersebut harus dikeluarkan dari model pengukuran. Artinya, model pengukuran tersebut perlu diperbaiki dan koefisien bobot faktor perlu diestimasi ulang. Suatu Indikator dikatakan valid dan terandal mengukur peubah latennya apabila: (1) secara statistik koefisien bobot faktornya nyata pada α = 0,05 dan (2) besarnya estimasi koefisien bobot faktor setiap indikator yang distandarkan (standardized) tidak kurang dari 0,40. Perbaikan model yang tidak fit mengacu pada kedua hal tersebut. Setelah dilakukan perbaikan model, maka ditemukan model yang fit berdasarkan estimasi parameter model struktural penyuluh pertanian seperti pada Gambar 5 dan 6. Gambar 5 menunjukkan nilai p-hitung = 0,07288 > 0,05, nilai Root Mean Square Error of Appriximation (RMSEA) = 0,041 < 0,08, dan nilai Comparative Fit Index (CFI) = 0,98 > 0,90. Berdasarkan uji kesesuaian model, maka H0 diterima atau H1 ditolak, artinya model yang diuji mampu mengestimasi matriks kovariansi populasi atau hasil estimasi parameter model tersebut dapat diberlakukan pada populasi penelitian. Hasil pengujian kesesuaian model ini menunjukkan bahwa model pengukuran tersebut fit dengan data. Joreskog dan Sorbom (Kusnendi, 2008) menyatakan bahwa, hasil uji kebermaknaan uji t-test pada parameter model dengan nilai statistik t-hitung ditetapkan sebesar 1,96 dan dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 menunjukkan hasil uji statistik t-hitung untuk semua hasil estimasi parameter model. Setiap indikator dikatakan nyata (signifikan) apabila nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel pada α = 0,05 yaitu sebesar 1,96. Persamaan model pengukuran dan model persamaan struktural pada penelitian ini ialah sebagai berikut: (I)
Persamaan model Pengukuran: (1) Muatan (loading) pada peubah karakteristik penyuluh (X₁): X₁.₁ = 1,00 X₁ X₁.₃ = 0,51 X₁ X₁.₄ = 0,93 X₁
130
(2) Muatan (loading) pada peubah kompetensi penyuluh (X₂): X₂.₁ = 0,85 X₂ X₂.₃ = 0,88 X₂ X₂.₄ = 0,88 X₂ (3) Muatan (loading) pada peubah motivasi penyuluh (X₃): X₃.₁ = 0,92 X₃ X₃.₂ = 0,85 X₃ (4) Muatan (loading) pada peubah kemandirian penyuluh (X₄): X₄.₁ = 1,00 X₄ (5) Muatan (loading) pada peubah kinerja penyuluh (Y₁): Y₁.₁ = 0,85 Y₁ Y₁.₃ = 0,90 Y₁ Y₁.₄ = 0,89 Y₁ Y₁.₇ = 0,73 Y₁ (6) Muatan (loading) pada peubah kompetensi ketua kelompok tani (Y₂): Y₂.₁ = 1,00 Y₂ Y₂.₃ = 0,87 Y₂ Y₂.₄ = 0,88 Y₂ Y₂.₆ = 0,87 Y₂ (7) Muatan (loading) pada peubah kompetensi petani (Y₃) Y₃.₁ = 0,81 Y₃ Y₃.₄ = 1,00 Y₃ (II)
Persamaan model struktural: (1) X₂ = 0,28 X₁ (2) Y₁ = 0,71 X₂ + 0,24 X₃ + 0,33 X₄ (3) Y₃ = 0,19 Y₁ + 0,24 Y₂
131
Secara keseluruhan hasil analisis model struktural kinerja penyuluh pertanian berdasarkan model yang fit dengan data, ditunjukkan oleh hubungan antar peubah/indikator, pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, total pengaruh dan t-hitung peubah/indikator penelitian yang diringkas pada Tabel 8.
Tabel 8. Dekomposisi pengaruh antar peubah/indikator model kinerja penyuluh pertanian Hubungan antar peubah/indikator Karakteristik penyuluh Karakteristik penyuluh Karakteristik penyuluh Karakteristik penyuluh Kompetensi penyuluh Kompetensi penyuluh Kompetensi penyuluh Kompetensi penyuluh Kompetensi penyuluh Motivasi penyuluh Motivasi penyuluh Motivasi penyuluh Motivasi penyuluh Motivasi penyuluh Kemandirian penyuluh Kemandirian penyuluh Kemandirian penyuluh Kemandirian penyuluh Kemandirian penyuluh Karakteristik penyuluh
Kompetensi penyuluh Kemampuan merencanakan penyuluhan Kemampuan mengevaluasi & melaporkan peny. Kemampuan mengembangkan penyuluhan Kinerja penyuluh
Langsung
Pengaruh Tdk langsung
Total
0,28
-
0,28
2,85
-
0,24
0,24
2,85
-
0,25
0,25
2,84
-
0,25
0,25
2,85
0,71
-
0,71
10,64
-
0,60
0,60
10,64
-
0,64
0,64
9,64
-
0,64
0,64
9,56
t-hitung
Perencanaan penyuluhan Evaluasi & pelaporan Pengembangan penyuluhan Diseminasi teknologi Kinerja penyuluh Perencanaan penyuluhan Evaluasi & pelaporan Pengembangan penyuluhan Diseminasi teknologi
-
0,52
0,52
7,66
0,24
-
0,24
3,52
-
0,20
0,20
3,52
-
0,21
0,21
3,51
-
0,21
0,21
3,50
-
0,17
0,17
3,37
Kinerja penyuluh
0,33
-
0,33
4,95
-
0,28
0,28
4,95
-
0,30
0,30
4,92
-
0,29
0,29
4,87
-
0,24
0,24
4,55
-
0,00
0,00
0,10
Perencanaan penyuluhan Evaluasi & pelaporan Pengembangan Penyuluhan Diseminasi teknologi Kompetensi ketua kelompok tani
132 Tabel 8 (lanjutan) Hubungan antar peubah/indikator Karakteristik penyuluh Karakteristik penyuluh Karakteristik penyuluh Karakteristik penyuluh Kompetensi penyuluh Kompetensi penyuluh Kompetensi penyuluh Kompetensi penyuluh Kompetensi penyuluh Motivasi penyuluh Motivasi penyuluh Motivasi penyuluh Motivasi penyuluh Motivasi penyuluh Kemandirian penyuluh Kemandirian penyuluh Kemandirian penyuluh Kemandirian penyuluh Kemandirian penyuluh Karakteristik penyuluh Karakteristik penyuluh Karakteristik penyuluh Kompetensi penyuluh Kompetensi penyuluh Kompetensi penyuluh Motivasi penyuluh Motivasi penyuluh Motivasi penyuluh
Perencanaan penyuluhan Evaluasi & pelaporan Kepemimpinan ketua poktan Komunikasi ketua poktan Kompetensi ketua kelompok tani Perencanaan penyuluhan Evaluasi & pelaporan Kepemimpinan ketua poktan Komunikasi ketua poktan Kompetensi ketua kelompok tani Perencanaan penyuluhan Evaluasi & pelaporan Kepemimpinan ketua poktan Komunikasi ketua poktan Kompetensi ketua kelompok tani Perencanaan penyuluhan Evaluasi & pelaporan Kepemimpinan ketua poktan Komunikasi ketua poktan Kompetensi petani Kakao Kompetensi usahatani kakao Mengorganisir & memasarkan hasil Kompetensi petani Kakao Kompetensi usahatani kakao Mengorganisir & memasarkan hasil Kompetensi petani Kakao Kompetensi usaha tani kakao Mengorganisir &
Langsung
Pengaruh Tdk langsung
Total
-
0,00
0,00
0,10
-
0,00
0,00
0,10
-
0,00
0,00
0,10
-
0,00
0,00
0,10
-
0,01
0,01
0,10
-
0,01
0,01
0,10
-
0,01
0,01
0,10
-
0,01
0,01
0,10
-
0,01
0,01
0,10
-
0,00
0,00
0,10
-
0,00
0,00
0,10
-
0,00
0,00
0,10
-
0,00
0,00
0,10
-
0,00
0,00
0,10
-
0,00
0,00
0,10
-
0,00
0,00
0,10
-
0,00
0,00
0,10
-
0,00
0,00
0,10
-
0,00
0,00
0,10
-
0,03
0,03
1,60
-
0,03
0,03
1,60
-
0,04
0,04
1,61
-
0,12
0,12
2,03
-
0,11
0,11
1,91
-
0,13
0,13
1,93
-
0,04
0,04
1,55
-
0,04
0,04
1,70
-
0,04
0,04
1,71
t-hitung
133 Tabel 8 (lanjutan) Hubungan antar peubah/indikator Kemandirian penyuluh Kemandirian penyuluh Kemandirian penyuluh Kinerja penyuluh Kinerja penyuluh Kinerja penyuluh Kinerja penyuluh Kinerja penyuluh Kinerja penyuluh Kinerja penyuluh Kinerja penyuluh Kompetensi ketua kelompok tani Kompetensi ketua kelompok tani Kompetensi ketua kelompok tani
memasarkan hasil Kompetensi petani Kakao Kompetensi usaha tani kakao Mengorganisir & memasarkan hasil Kompetensi ketua kelompok tani Perencanaan penyuluhan Evaluasi & pelaporan Kepemimpinan ketua poktan Komunikasi ketua poktan Kompetensi petani Kakao Kompetensi usaha tani kakao Mengorganisir & memasarkan hasil Kompetensi petani Kompetensi usaha tani kakao Mengorganisir & memasarkan hasil
Langsung
Pengaruh Tdk langsung
Total
-
0,05
0,05
1,81
-
0,05
0,05
1,82
-
0,06
0,06
1,82
0,01
-
0,01
0,10
-
0,01
0,01
0,10
-
0,01
0,01
0,10
-
0,01
0,01
0,10
-
0,01
0,01
0,10
0,19
-
0,19
2,09
-
0,15
0,15
1,96
-
0,19
0,19
2,09
0,24
-
0,24
2,65
-
0,20
0,20
2,61
-
0,24
0,24
2,65
t-hitung
Keterangan: Keterangan: tt-0,05 0,05 tabel tabel == 1,96 1,96
Pengaruh Karakteristik pada Kompetensi Penyuluh Pertanian Hipotesis 1: karakteristik penyuluh pertanian berpengaruh nyata
pada
kompetensi penyuluh pertanian. Tabel 9 menunjukkan pengaruh langsung peubah karakteristik penyuluh pada kompetensi penyuluh pertanian sebesar 0,28. Koefisien pengaruh tersebut nyata pada α = 0,05. Secara matematik persamaan model struktural kompetensi penyuluh pertanian ialah: X₂ = 0,28 X₁; X₂ ialah kompetensi penyuluh dan X₁ ialah karakteristik penyuluh.
134
Tabel 9. Koefisien dan t-hitung pengaruh peubah karakteristik kompetensi penyuluh pertanian Hubungan antar Peubah Karakteristik penyuluh
pada
Pengaruh Langsung
t-hitung
R²
0,28
2,85
8%
Kompetensi penyuluh
Keterangan:t t0,05 0,05 tabel = 1,96 Keterangan: tabel = 1,96
Pengaruh Kompetensi, Motivasi dan Kemandirian pada Kinerja Penyuluh Pertanian Hipotesis 2: kompetensi, motivasi dan kemandirian penyuluh pertanian berpengaruh nyata pada kinerja penyuluh pertanian. Tabel 10 menunjukkan pengaruh langsung peubah kompetensi, motivasi dan kemandirian penyuluh pada kinerja penyuluh pertanian, secara beurutan, yaitu: 0,71; 0,24 dan 0,33. Ketiga koefisien pengaruh tersebut nyata pada α = 0,05. Secara matematik persamaan model struktural kinerja penyuluh pertanian ialah: Y₁ = 0,71 X₂ + 0,24 X₃ + 0,33 X₄; Y₁ ialah kinerja penyuluh; X₂ ialah kompetensi penyuluh; X₃ ialah motivasi penyuluh dan X₄ ialah kemandirian penyuluh. Tabel 10. Koefisien dan t-hitung pengaruh peubah kompetensi, motivasi dan kemandirian pada kinerja penyuluh pertanian Hubungan antar Peubah
Pengaruh Langsung
t-hitung
Kompetensi penyuluh
Kinerja penyuluh
0,71
10,64
Motivasi penyuluh
Kinerja penyuluh
0,24
3,52
Kemandirian penyuluh
Kinerja penyuluh
0,33
4,95
R²
67%
Keterangan:t t0,05 0,05tabel tabel==1,96 1,96 Keterangan:
Tabel 10 juga menunjukkan pengaruh ketiga peubah tersebut secara bersama-sama pada kinerja penyuluh pertanian sebesar. Koefisien pengaruh mencapai 67 persen, yang nyata pada α = 0,05. Jadi Hipotesis 2 diterima. Hal ini berarti bahwa:
135
(1) Kompetensi penyuluh secara langsung berpengaruh nyata pada kinerja penyuluh pertanian. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan satu satuan kompetensi penyuluh akan meningkatkan kinerja penyuluh pertanian sebesar 0,71 satuan. (2) Motivasi penyuluh secara langsung berpengaruh nyata pada kinerja penyuluh pertanian. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan satu satuan motivasi penyuluh akan meningkatkan kinerja penyuluh pertanian sebesar 0,24 satuan. (3) Kemandirian penyuluh secara langsung berpengaruh nyata pada kinerja penyuluh pertanian. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan satu satuan kemandirian penyuluh akan meningkatkan kinerja penyuluh pertanian sebesar 0,33 satuan. (4) Kompetensi, motivasi dan kemandirian secara bersama-sama berpengaruh nyata pada kinerja penyuluh pertanian. Koefisien determinasi sebesar 67 persen, sisanya 33 persen merupakan pengaruh peubah lain di luar penelitian ini.
Pengaruh Karakteristik, Kompetensi, Motivasi, Kemandirian dan Kinerja Penyuluh Pertanian pada Kompetensi Ketua Kelompok Tani Hipotesis 3: karakteristik, kompetensi, motivasi, kemandirian dan kinerja penyuluh Pertanian berpengaruh nyata pada kompetensi ketua kelompok tani. Tabel 11 menunjukkan tidak adanya pengaruh peubah karakteristik, kompetensi, motivasi, kemandirian dan kinerja penyuluh pada kompetensi ketua kelompok tani. Pengaruh masing-masing peubah yaitu: 0,00; 0,00; 0,00; 0,00 dan 0,01 yang tidak nyata pada α = 0,05 Karakteristik, kompetensi, motivasi dan kemandirian berpengaruh tidak langsung, sedangkan kinerja penyuluh pertanian berpengaruh langsung pada kompetensi ketua kelompok tani, sehingga secara matematik persamaan model struktural kompetensi ketua kelompok tani ialah: Y₂ = 0,01 Y₁; Y₂ ialah kompetensi ketua kelompok tani dan Y₁ ialah kinerja penyuluh pertanian. Jadi Hipotesis 3 ditolak.
136
Tabel 11. Koefisien dan t-hitung pengaruh peubah karakteristik, kompetensi, motivasi, kemandirian dan kinerja penyuluh pada kompetensi ketua kelompok tani
Hubungan antar Peubah Karakteristik penyuluh Kompetensi penyuluh Motivasi penyuluh Kemandirian penyuluh Kinerja penyuluh
Kompetensi ketua kelompok tani Kompetensi ketua kelompok tani Kompetensi ketua kelompok tani Kompetensi ketua kelompok tani Kompetensi ketua kelompok tani
Total Koefisien Pengaruh Tdk Langsung Langsung
t-hitung
-
0,00
0,10
-
0,00
0,10
-
0,00
0,10
-
0,00
0,10
0,01
-
0,10
Keterangan: tt 0,05 0,05 tabel = 1,96 Keterangan: tabel = 1,96
Pengaruh Karakteristik, Kompetensi,Motivasi, Kemandirian, Kinerja Penyuluh Pertanian dan Kompetensi Ketua Kelompok Tani pada Kompetensi Petani Kakao Hipotesis 4: karakteristik, kompetensi, motivasi, kemandirian, kinerja penyuluh pertanian dan kompetensi ketua kelompok tani berpengaruh nyata pada kompetensi petani kakao. Tabel 12 menunjukkan pengaruh peubah karakteristik, kompetensi, motivasi, kemandirian, kinerja penyuluh dan kompetensi ketua kelompok tani pada kompetensi petani kakao. Pengaruh masing-masing peubah, yaitu: 0,03; 0,12; 0,04; 0,05; 0,19 dan 0,24. Peubah kompetensi penyuluh, kinerja penyuluh dan kompetensi ketua kelompok tani pada kompetensi petani kakao berpengaruh nyata pada pada α = 0,05, sedangkan peubah karakteristik, motivasi dan kemandirian penyuluh pada kompetensi petani kakao tidak berpengaruh nyata pada α = 0,05.
137
Tabel 12. Koefisien dan t-hitung pengaruh peubah karakteristik, kompetensi, motivasi, kemandirian, kinerja penyuluh dan kompetensi ketua kelompok tani pada kompetensi petani kakao
Hubungan antar Peubah Karakteristik penyuluh Kompetensi penyuluh Motivasi penyuluh Kemandirian penyuluh Kinerja penyuluh Kompetensi ketua kelompok tani
Kompetensi petani kakao Kompetensi petani kakao Kompetensi petani kakao Kompetensi petani kakao Kompetensi petani kakao Kompetensi petani kakao
Total Koefisien Pengaruh Tdk Langsung Langsung
t-hitung
-
0,03
1,60
-
0,12
2,03
-
0,04
1,55
-
0,05
1,81
0,19
-
2,09
0,24
-
2,64
Keterangan: tt 0,05 0,05 tabel = 1,96 Keterangan: tabel = 1,96
Karakteristik, kompetensi, motivasi, kemandirian berpengaruh tidak langsung, sedangkan kinerja penyuluh pertanian dan kompetensi ketua kelompok tani berpengaruh langsung pada kompetensi petani kakao. Secara matematik persamaan model struktural kompetensi petani kakao ialah: Y₃ = 0,19 Y₁ + 0,24 Y₂; Y₃ ialah kompetensi petani kakao, Y₂ ialah kompetensi ketua kelompok tani dan Y₁ ialah kinerja penyuluh pertanian. Jadi Hipotesis 4 diterima. Hal ini menjelaskan bahwa: (1) Karakteristik penyuluh secara tidak langsung berpengaruh tidak nyata pada kompetensi petani kakao. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan satu satuan karakteristik penyuluh akan meningkatkan kompetensi petani kakao sebesar 0,03 satuan. (2) Kompetensi penyuluh secara tidak langsung berpengaruh nyata pada kompetensi petani. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan satu satuan kompetensi penyuluh akan meningkatkan kompetensi petani kakao sebesar 0,12 satuan.
138
(3) Motivasi penyuluh secara tidak langsung berpengaruh tidak nyata pada kompetensi petani kakao. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan satu satuan motivasi penyuluh akan meningkatkan kompetensi petani kakao sebesar 0,04 satuan. (4) Kemandirian penyuluh secara tidak langsung berpengaruh tidak nyata pada kompetensi petani kakao. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan satu satuan kemandirian penyuluh akan meningkatkan kompetensi petani kakao sebesar 0,05 satuan. (5) Kinerja penyuluh pertanian secara langsung berpengaruh nyata pada kompetensi petani kakao. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan satu satuan kinerja penyuluh akan meningkatkan kompetensi petani kakao sebesar 0,19 satuan. (6) Kompetensi ketua kelompok tani secara langsung berpengaruh nyata pada kompetensi petani kakao. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan satu satuan kompetensi ketua kelompok tani akan meningkatkan kompetensi petani kakao sebesar 0,24 satuan
Pengaruh Kinerja Penyuluh Pertanian dan Kompetensi Ketua Kelompok Tani pada Kompetensi Petani Kakao Hipotesis 5: kinerja penyuluh pertanian dan kompetensi ketua kelompok tani berpengaruh nyata pada kompetensi petani kakao. Kinerja penyuluh pertanian dan kompetensi ketua kelompok tani berpengaruh langsung pada kompetensi petani kakao. Secara matematik persamaan model struktural kompetensi petani kakao ialah: Y₃ = 0,19 Y₁ + 0,24 Y₂; Y₃ ialah kompetensi petani kakao, Y₂ ialah kompetensi ketua kelompok tani dan Y₁ ialah kinerja penyuluh pertanian.
139
Tabel 13. Koefisien dan t-hitung pengaruh peubah kinerja penyuluh pertanian dan kompetensi ketua kelompok tani pada kompetensi petani kakao
Hubungan antar Peubah Kinerja penyuluh Kinerja penyuluh Kinerja penyuluh Kompetensi ketua Poktan Kompetensi ketua Poktan Kompetensi ketua Poktan
Kompetensi petani kakao Kompetensi usaha tani kakao Mengorganisir & memasarkan hasil
Kompetensi petani kakao Kompetensi usaha tani kakao Mengorganisir & memasarkan hasil
Total Koefisien Pengaruh Tdk Langsung Langsung
t-hitung
0,19
-
2,09
-
0,16
2,05
-
0,20
2,07
0,24
-
2,64
-
0,20
2,64
-
0,24
2,68
R²
10%
Keterangan: Keterangan:t 0,05 t 0,05tabel tabel= =1,96 1,96
Pengaruh peubah kinerja penyuluh pertanian dan kompetensi ketua kelompok tani nyata pada α = 0,05 = 1,96, jadi Hipotesis 5 diterima. Hal ini menjelaskan bahwa: (1) Kinerja penyuluh pertanian secara langsung berpengaruh nyata pada kompetensi petani kakao. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan satu satuan kinerja penyuluh pertanian akan meningkatkan kompetensi ketua kelompok tani sebesar 0,19 satuan. (2) Kompetensi ketua kelompok tani secara langsung berpengaruh nyata pada kompetensi petani kakao. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan satu satuan kompetensi ketua kelompok tani akan meningkatkan kompetensi petani kakao sebesar 0,24 satuan. (3) Kinerja penyuluh pertanian secara tidak langsung berpengaruh nyata pada kompetensi usahatani kakao. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan satu satuan kinerja penyuluh pertanian akan meningkatkan kompetensi usahatani kakao sebesar 0,15 satuan.
140
(4) Kinerja penyuluh pertanian secara tidak langsung berpengaruh nyata pada pengorganisasian dan pemasaran hasil. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan satu satuan kinerja penyuluh pertanian akan meningkatkan pengorganisasian dan pemasaran hasil sebesar 0,19 satuan. (5) Kompetensi ketua kelompok tani secara tidak langsung berpengaruh nyata pada kompetensi usahatani kakao. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan satu satuan kompetensi ketua kelompok tani akan meningkatkan kompetensi usahatani kakao sebesar 0,20 satuan (6) Kompetensi ketua kelompok tani secara tidak langsung berpengaruh nyata pada pengorganisasian dan pemasaran hasil. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan satu satuan kompetensi ketua kelompok tani akan meningkatkan pengorganisasian dan pemasaran hasil usahatani kakao sebesar 0,24 satuan (7) Kinerja penyuluh pertanian dan kompetensi ketua kelompok tani berpengaruh pada kompetensi petani kakao. Koefisien determinasi pengaruh kinerja penyuluh dan kompetensi ketua kelompok tani pada kompetensi petani kakao sebesar 10 persen, sisanya 90 persen merupakan pengaruh peubah lain di luar penelitian ini
Hubungan Karakteristik, Motivasi dan Kemandirian Penyuluh Pertanian Hipotesis 6: terdapat hubungan antar peubah karakteristik, motivasi dan kemandirian penyuluh pertanian. Tabel 14. Koefisien korelasi dan t-hitung peubah karakteristik, motivasi dan kemandirian penyuluh pertanian Hubungan antar Peubah
Koefisien Korelasi - 0,21
t-hitung
Karakteristik penyuluh
Motivasi penyuluh
Karakteristik penyuluh
Kemandirian penyuluh
0,36
4,34
Motivasi penyuluh
Kemandirian penyuluh
- 0,21
-2,15
Keterangan:t t0,05 0,05tabel tabel==1,96 1,96 Keterangan:
-2,11
141
Tabel 14
menunjukkan koefisien korelasi dan t-hitung antar peubah,
peubah karakteristik dengan motivasi, peubah karakteristik dengan kemandirian, dan motivasi dengan kemandirian penyuluh pertanian. Koefisien korelasi dan thitung antar peubah, yaitu: - 0,21; 0,36; dan - 0,21. Ketiga koefisien hubungan tersebut nyata pada α = 0,05. Jadi Hipotesis 6 diterima pada hubungan antar peubah karakteristik dengan motivasi, karakteristik dengan kemandirian, dan motivasi dengan kemandirian penyuluh. Penjelasannya ialah sebagai berikut: (1) Derajat hubungan peubah karakteristik dan motivasi penyuluh adalah lemah dan bersifat negatif. (2) Derajat hubungan peubah karakteristik dan kemandirian penyuluh adalah lemah dan bersifat positif. (3) Derajat hubungan peubah motivasi dan kemandirian penyuluh adalah lemah dan bersifat negatif. Pembahasan Pembahasan difokuskan pada penjelasan mengenai temuan penelitian ini. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan kembali data dan informasi yang didapat dari lokasi penelitian dan teori serta hasil penelitian lain yang menunjang. Pengaruh Karakteristik pada Kompetensi Penyuluh Pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa peubah karakteristik berpengaruh nyata terhadap kompetensi penyuluh pertanian. Hal ini berarti karakteristik penyuluh pertanian ikut menentukan baik buruknya kompetensi mereka dengan koefisien pengaruh sebesar 0,28 yang nyata pada α = 0,05. Pengaruh karakteristik terhadap kompetensi penyuluh pertanian nampak pada baik-buruknya kinerja penyuluh melakukan perencanaan penyuluhan, evaluasi dan pelaporan penyuluhan, pengembangan penyuluhan pertanian dan diseminasi teknologi. Hal ini mengindikasikan, jika terjadi peningkatan satu satuan karakteristik penyuluh pertanian, akan meningkatkan hasil kerja perencanaan penyuluhan sebesar 0,24 satuan, evaluasi dan laporan penyuluhan sebesar 0,25 satuan dan pengembangan penyuluhan pertanian sebesar 0,25.
142
Peningkatan kemampuan perencanaan penyuluhan meliputi adanya rencana pembelajaran penyuluhan yang akan disuluhkan, rumusan hasil kebutuhan teknologi spesifik lokasi yang sesuai dengan kebutuhan petani, programa penyuluhan yang mengakomodir kebutuhan petani, penyusunan rencana kerja yang jelas, terukur dan terealisasi, metode dan materi penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan petani. Peningkatan kemampuan evaluasi dan pelaporan penyuluhan pertanian meliputi meningkatnya pelaksanaan evaluasi efektivitas program secara berkala, data tentang input, aktivitas, kehadiran karakteristik peserta dan reaksi terhadap program, pelaporan dan rencana tindak lanjut, evaluasi dampak penyuluhan serta pengkomunikasian hasil evaluasi kepada pihak-pihak terkait. Peningkatan kemampuan pengembangan penyuluhan pertanian meliputi tersusunnya pedoman teknis dan pelaksanaan penyuluhan, rumusan hasil kajian arah kebijakan penyuluhan serta rumusan hasil konsep baru metode penyuluhan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mohamad Ikbal Bahua (2010) yang menyimpulkan bahwa karakteristik penyuluh berupa umur, masa kerja dan jumlah petani binaan berpengaruh pada kinerja penyuluh pertanian. Penelitian Oesemasan (1994) dan Bank Dunia (Hadi, 2000) juga mendukung hal ini. Secara teoritis penelitian ini sejalan dengan pendapat Robbins (1996), Bryan dan Glenn (2004), dan Cokroaminoto (2007). Karakteristik individu yang meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan, banyaknya tanggung jawab dan pengalaman kerja mempunyai efek terhadap kinerja. Karakteristik individu tersebut akan menjadikan seseorang berperilaku positif yang berarti disiplin, dan sebaliknya jika tidak sesuai cenderung berperilaku tidak disiplin. Pengalaman kerja memberikan efek positif bagi penyuluh yang relatif masih baru, sedangkan kepada penyuluh yang sudah lebih lama bekerja menunjukkan tingkat kepuasan klien yang rendah. Ada tiga kelompok peubah yang memengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu, yaitu: peubah individu, peubah organisasi dan peubah psikologis. Kelompok peubah individu terdiri dari peubah kemampuan dan keterampilan, latar belakang pribadi dan demografis seperti umur, pendidikan, masa kerja, jabatan fungsional dan jarak tempat tinggal. Karena itu penyuluh pertanian yang masih muda perlu mengikuti pelatihan-pelatihan yang menunjang
143
tugas-tugas mereka seperti, pelatihan-pelatihan teknis bidang budidaya kakao termasuk pengendalian hama penyakit. Jadi ada pengaruh nyata karakteristik pada kompetensi penyuluh pertanian. Pengaruh Kompetensi pada Kinerja Penyuluh Pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa peubah kompetensi penyuluh pertanian berpengaruh nyata terhadap kinerja mereka. Kompetensi penyuluh pertanian ikut menentukan baik buruknya kinerja mereka dengan koefisien pengaruh sebesar 0,71 yang nyata pada α = 0,05. Pengaruh kompetensi pada kinerja penyuluh pertanian tersebut tampak pada baik buruknya perencanaan penyuluhan, evaluasi dan pelaporan penyuluhan, pengembangan penyuluhan dan diseminasi teknologi. Jika terjadi peningkatan satu satuan kompetensi penyuluh pertanian, akan meningkatkan hasil kerja perencanaan penyuluhan sebesar 0,60 satuan, evaluasi dan laporan penyuluhan sebesar 0,64 satuan, pengembangan penyuluhan pertanian sebesar 0,64 serta diseminasi teknologi sebesar 0,52 satuan. Peningkatan hasil kerja perencanaan penyuluhan meliputi adanya rencana pembelajaran penyuluhan yang akan disuluhkan, tersusunnya rumusan hasil kebutuhan teknologi spesifik lokasi yang sesuai dengan kebutuhan petani, tersusunnya programa penyuluhan yang mengakomodasi kebutuhan petani, tersusunnya rencana kerja yang jelas, terukur dan terealisasi, tersusunnya metode dan materi penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan petani. Peningkatan evaluasi dan pelaporan penyuluhan pertanian meliputi meningkatnya
pelaksanaan evaluasi
efektivitas
program
secara berkala,
tersedianya data tentang input, aktivitas, kehadiran peserta dan reaksi terhadap program, tersedianya laporan dan rencana tindak lanjut, mengevaluasi dampak penyuluhan serta mengkomunikasikan hasil evaluasi kepada pihak-pihak terkait. Peningkatan pengembangan penyuluhan pertanian meliputi tersusunnya pedoman teknis dan pelaksanaan penyuluhan, tersusunnya rumusan hasil kajian arah kebijakan penyuluhan serta tersusunnya rumusan hasil konsep baru metode penyuluhan. Peningkatan diseminasi teknologi meliputi peningkatan penggunaan media cetak dan audio visual, penggunaan pameran teknologi pertanian secara
144
berkala, intensitas studi banding, penggunaan petak percontohan serta intensitas komunikasi tatap muka dengan petani. Peningkatan diseminasi teknologi meliputi peningkatan penggunaan media cetak dan audio visual, pameran teknologi pertanian secara berkala, intensitas studi banding, penggunaan petak percontohan serta intensitas komunikasi tatap muka dengan petani. Dimensi peubah kompetensi penyuluh yang berhubungan erat dengan kinerja penyuluh pertanian adalah: (1) kemampuan merencanakan penyuluhan pertanian: meliputi kemampuan merencanakan pembelajaran penyuluhan yang akan disuluhkan, kemampuan menyusun rumusan hasil kebutuhan teknologi spesifik lokasi yang sesuai dengan kebutuhan petani, kemampuan menyusun programa penyuluhan yang mengakomodasi kebutuhan petani, kemampuan menyusun rencana kerja yang jelas, terukur dan terealisasi, kemampuan menyusun metode dan materi penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan petani; (2) kemampuan mengevaluasi dan melaporkan penyuluhan: meliputi kemampuan mengevaluasi efektivitas program secara berkala, kemampuan menyediakan data tentang input, aktivitas, kehadiran peserta dan reaksi terhadap program, kemampuan menyediakan laporan dan rencana tindak lanjut, kemampuan mengevaluasi dampak penyuluhan serta kemampuan mengkomunikasikan hasil evaluasi kepada pihak-pihak terkait; dan (3) kemampuan mengembangkan penyuluhan: meliputi kemampuan menyusun pedoman teknis dan pelaksanaan penyuluhan, kemampuan menyusun rumusan hasil kajian arah kebijakan penyuluhan serta kemampuan menyusun rumusan hasil konsep baru metode penyuluhan Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Teddy Rachmat Muliady (2009) yang menyimpulkan bahwa kompetensi penyuluh berpengaruh positif pada kinerja mereka. Bestina et al., (2006) juga mendukung penelitian ini. Peubah kompetensi penyuluh yang berpengaruh nyata pada kinerja mereka, memperkuat teori Robbins (Veithzal, 2004), Siagian (2002), Gibson (2001), dan Atmosoeprapto (2004). Keempat teori tersebut pada umumnya menyatakan bahwa kinerja adalah fungsi interaksi antara kemampuan atau ability, motivasi atau motivation dan kesempatan atau opportunity, tugas yang tepat, dan
145
lingkungan kerja. Kemampuan yang tinggi dan didukung oleh motivasi yang tinggi pula akan memberikan keragaan yang baik berupa produktivitas yang lebih baik (produktif). Menurut hasil penelitian, dibandingkan dengan kemandirian dan motivasi pengaruh kompetensi menyumbangkan pengaruh yang paling besar pada kinerja penyuluh. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien pengaruh sebesar 0,71. Karena itu peubah kompetensi harus dijadikan fokus dalam peningkatan kinerja penyuluh. Dalam hubungan ini kemampuan penyuluh merencanakan program, mengevaluasi dan membuat laporan perlu dikembangkan. Pengaruh Motivasi pada Kinerja Penyuluh Pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi penyuluh pertanian berpengaruh nyata terhadap kinerja mereka. Motivasi penyuluh pertanian ikut menentukan baik buruknya kinerja mereka dengan koefisien pengaruh sebesar 0,24 yang nyata pada α = 0,05. Pengaruh motivasi pada kinerja penyuluh pertanian tersebut tampak pada baik buruknya perencanaan penyuluhan, evaluasi dan pelaporan penyuluhan, pengembangan penyuluhan dan diseminasi teknologi. Peningkatan satu satuan motivasi penyuluh pertanian, akan meningkatkan hasil kerja perencanaan penyuluhan sebesar 0,20 satuan, evaluasi dan laporan penyuluhan sebesar 0,21 satuan, pengembangan penyuluhan pertanian sebesar 0,21 serta diseminasi teknologi sebesar 0,17 satuan. Peningkatan hasil kerja perencanaan penyuluhan meliputi adanya rencana pembelajaran penyuluhan yang akan disuluhkan, tersusunnya rumusan hasil kebutuhan teknologi spesifik lokasi yang sesuai dengan kebutuhan petani, tersusunnya programa penyuluhan yang meliputi kebutuhan petani, tersusunnya rencana kerja yang jelas, terukur dan terealisasi, tersusunnya metode dan materi penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan petani. Peningkatan evaluasi dan pelaporan penyuluhan pertanian meliputi meningkatnya
pelaksanaan evaluasi
efektivitas
program
secara berkala,
tersedianya data tentang input, aktivitas, kehadiran karakteristik peserta dan reaksi
146
terhadap program, pelaporan dan rencana tindak lanjut, mengevaluasi dampak penyuluhan serta mengkomunikasian hasil evaluasi kepada pihak-pihak terkait. Peningkatan pengembangan penyuluhan pertanian meliputi tersusunnya pedoman teknis dan pelaksanaan penyuluhan, tersusunnya rumusan hasil kajian arah kebijakan penyuluhan serta tersusunnya rumusan hasil konsep baru metode penyuluhan. Peningkatan diseminasi teknologi meliputi peningkatan penggunaan media cetak dan audio visual, pameran teknologi pertanian secara berkala, intensitas studi banding, penggunaan petak percontohan serta intensitas komunikasi tatap muka dengan petani. Dimensi motivasi yang berhubungan erat dengan kinerja penyuluh pertanian adalah: (1) kebutuhan akan berprestasi, meliputi keinginan untuk berprestasi, keinginan untuk berkompetisi, ketidaktergantungan terhadap gaji atau imbalan dan (2) kebutuhan akan berafiliasi, meliputi keinginan untuk diterima orang lain di lingkungan kerja dan tempat tinggal, keinginan untuk dihormati, keinginan untuk maju dan tidak gagal, keinginan untuk ikut serta (berpartisipasi). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Teddy Rachmat Muliady (2009) yang menyimpulkan bahwa motivasi penyuluh berpengaruh positif pada kinerja mereka. Penelitian Listianto dan Setiaji (Mohamad Ikbal Bahua, 2010), Bestina et al., (2006), dan Robinson dan Larson (Nani Sufiani Suhanda, 2008) juga mendukung hal ini. Temuan tentang motivasi penyuluh yang berpengaruh nyata pada kinerja mereka, memperkuat teori Robert L. Mathis dan John H. Jackson (Wibowo, 2007), Kopelman (Cokroaminoto, 2007), dan Atmosoeprapto (2004). Ketiga teori tersebut pada umumnya menyatakan bahwa kinerja adalah pengaruh dari kemampuan, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang dilakukan, hubungan dengan organisasi. Peubah imbalan akan berpengaruh terhadap peubah motivasi, yang pada akhirnya secara langsung memengaruhi kinerja individu. Menurut hasil penelitian, peubah motivasi menyumbangkan pengaruh pada kinerja penyuluh dengan koefisien pengaruh sebesar 0,24 setelah peubah kompetensi dan kemandirian.
147
Berdasarkan hasil penelitian dan teori-teori serta hasil penelitian yang lain, maka peubah motivasi memegang peranan penting dalam memengaruhi kinerja penyuluh pertanian. Kebutuhan untuk berprestasi dan kebutuhan untuk berafiliasi merupakan dimensi dari motivasi. Pelatihan-pelatihan motivasi seperti internal motivation training (IMT) dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi penyuluh pertanian. Pengaruh Kemandirian pada Kinerja Penyuluh Pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa peubah kemandirian penyuluh pertanian berpengaruh nyata terhadap kinerja mereka. Kemandirian penyuluh pertanian ikut menentukan baik buruknya kinerja mereka dengan koefisien pengaruh sebesar 0,33 yang nyata pada α = 0,05. Pengaruh kemandirian terhadap kinerja penyuluh pertanian tersebut tampak pada baik buruknya perencanaan penyuluhan, evaluasi dan pelaporan penyuluhan, pengembangan penyuluhan dan diseminasi teknologi. Jika terjadi peningkatan satu satuan kemandirian penyuluh pertanian, akan meningkatkan hasil kerja perencanaan penyuluhan sebesar 0,28 satuan, evaluasi dan laporan penyuluhan sebesar 0,30 satuan, pengembangan penyuluhan pertanian sebesar 0,29 serta diseminasi teknologi sebesar 0,24 satuan. Peningkatan hasil kerja perencanaan penyuluhan meliputi adanya rencana pembelajaran penyuluhan yang akan disuluhkan, tersusunnya rumusan hasil kebutuhan teknologi spesifik lokasi yang sesuai dengan kebutuhan petani, tersusunnya programa penyuluhan yang mengakomodir kebutuhan petani, tersusunnya rencana kerja yang jelas, terukur dan terealisasi, tersusunnya metode dan materi penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan petani. Peningkatan evaluasi dan pelaporan penyuluhan pertanian meliputi meningkatnya
pelaksanaan
evaluasi
efektifitas
program
secara
berkala,
tersedianya data tentang input, aktivitas, kehadiran karakteristik peserta dan reaksi terhadap program, pelaporan dan rencana tindak lanjut, mengevaluasi dampak penyuluhan serta mengkomunikasikan hasil evaluasi kepada pihak-pihak terkait.
148
Peningkatan pengembangan penyuluhan pertanian meliputi tersusunnya pedoman teknis dan pelaksanaan penyuluhan, tersusunnya rumusan hasil kajian arah kebijakan penyuluhan serta tersusunnya rumusan hasil konsep baru metode penyuluhan. Peningkatan diseminasi teknologi meliputi peningkatan penggunaan media cetak dan audio visual, pameran teknologi pertanian secara berkala, intensitas studi banding, penggunaan petak percontohan serta intensitas komunikasi tatap muka dengan petani. Dimensi kemandirian yang berhubungan erat dengan kinerja penyuluh pertanian adalah kemandirian ekonomi yang meliputi jumlah pendapatan, tabungan, dan diversifikasi usaha. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mardin (2009) yang menyimpulkan bahwa pengalaman nelayan, sifat perintis nelayan dan kompetensi nelayan berpengaruh secara bersama-sama pada kemandirian mereka. Penelitian Marliati (2008), dan Mohamad Ikbal Bahua (2010) juga mendukung hal ini. Peubah kemandirian penyuluh yang berpengaruh nyata pada kinerja mereka, memperkuat teori Godfrey (2003), dan Havighurst (1974). Kedua teori tersebut menyatakan bahwa kemandirian ekonomi merupakan kemampuan dari suatu entitas untuk menopang kesejahteraannya. Entitas dapat berupa: individu, keluarga, komunitas, negara atau bangsa. Kemandirian ekonomi merupakan tujuan antara (intermediate end) yang memfasilitasi suatu entitas untuk mencapai visi mereka pada kehidupan yang lebih baik. kemandirian intelektual mencakup pengertian kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung kepada orang lain, tidak terpengaruh lingkungan dan bebas mengatur kebutuhan sendiri. Kemandirian sosial merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan. Individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak sendiri. Dengan kemandiriannya seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk dapat berkembang dengan lebih baik. Menurut hasil penelitian, peubah kemandirian menyumbangkan pengaruh pada kinerja penyuluh dengan koefisien pengaruh sebesar 0,33, terbesar kedua setelah peubah kompetensi.
149
Berdasarkan hasil penelitian dan teori-teori serta hasil penelitian yang lain, maka peubah kemandirian memegang peranan penting dalam memengaruhi kinerja penyuluh pertanian. Dimensi dari peubah kemandirian pada penelitian ini adalah kemandirian ekonomi. Untuk menghasilkan kinerja yang prima, kemandirian ekonomi penyuluh sangat berperan penting. Perbaikan gaji perlu dilakukan agar penyuluh fokus pada petani binaannya. Pengaruh Bersama Kompetensi, Motivasi dan Kemandirian pada Kinerja Penyuluh Pertanian Hasil penelitian menunjukkan bahwa peubah kompetensi, motivasi dan kemandirian penyuluh pertanian berpengaruh secara positif terhadap kinerja mereka, dengan koefisien determinasi (R²) sebesar 67 persen. Hal ini berarti bahwa peubah-peubah tersebut secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja penyuluh pertanian sebesar 67 persen, dan sisanya sebesar 33 persen merupakan pengaruh peubah lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Besarnya pengaruh peubah kompetensi, motivasi dan kemandirian pada kinerja penyuluh pertanian merupakan konstribusi nyata dari beberapa indikator. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Pengaruh kompetensi penyuluh pertanian terhadap kinerja mereka, ditentukan oleh tiga indikator, yaitu: (1) kemampuan perencanaan penyuluhan pertanian, (2) kemampuan evaluasi dan pelaporan penyuluhan dan (3) kemampuan pengembangan
penyuluhan.
Artinya,
bertambahnya
kemampuan
merencanakan penyuluhan atau kemampuan mengevaluasi dan melaporkan penyuluhan maupun kemampuan mengembangkan penyuluhan, akan meningkatkan kinerja mereka menjadi lebih baik. Tujuh dimensi kompetensi lainnya,
yaitu:
kemampuan
pelaksanaan
penyuluhan,
kemampuan
pengembangan profesi penyuluh pertanian, kemampuan kepemimpinan penyuluh
pertanian,
kemampuan
diseminasi
teknologi,
kemampuan
komunikasi penyuluh pertanian, kemampuan dalam membangun kemitraan usaha dan kemampuan teknis budidaya kakao dalam penelitian ini memiliki koefisien bobot kurang dari 0,40 yang tidak nyata pada α = 0,05. Hal ini
150
berarti bahwa ketujuh dimensi tersebut tidak valid dalam mengukur kinerja penyuluh pertanian. (2) Pengaruh motivasi penyuluh pertanian terhadap kinerja mereka, ditentukan oleh dua dimensi, yaitu: (1) kebutuhan untuk berprestasi dan (2) kebutuhan untuk berafiliasi. Artinya, meningkatnya kebutuhan untuk berprestasi atau meningkatnya kebutuhan untuk berafiliasi, akan meningkatkan kinerja mereka menjadi lebih baik. (3) Pengaruh kemandirian penyuluh pertanian terhadap kinerja mereka, ditentukan oleh dimensi kemandirian ekonomi. Artinya, peningkatan kemandirian ekonomi akan meningkatkan kinerja mereka menjadi lebih baik. Tiga
dimensi
kemandirian
lainnya,
yaitu:
kemandirian
intelektual,
kemandirian sosial dan kemandirian emosional dalam penelitian ini memiliki koefisien bobot faktor kurang dari 0,40 yang tidak nyata pada α = 0,05. Peningkatan kinerja penyuluh pertanian yang semakin baik akan tampak pada semakin baiknya merencanakan penyuluhan pertanian, mengevaluasi dan melaporkan penyuluhan pertanian, mengembangkan penyuluhan pertanian dan mendiseminasikan teknologi pertanian. Perencanaan
penyuluhan
pertanian
meliputi
adanya
rencana
pembelajaran penyuluhan yang akan disuluhkan, tersusunnya rumusan hasil kebutuhan teknologi spesifik lokasi yang sesuai dengan kebutuhan petani, tersusunnya programa penyuluhan yang mengakomodasi kebutuhan petani, tersusunnya rencana kerja yang jelas, terukur dan terealisasi, tersusunnya metode dan materi penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan petani. Peningkatan evaluasi dan pelaporan penyuluhan pertanian meliputi meningkatnya
pelaksanaan
evaluasi
efektivitas
program
secara berkala,
tersedianya data tentang input, aktivitas, kehadiran karakteristik peserta dan reaksi terhadap program, tersusunnya laporan dan rencana tindak lanjut, mengevaluasi dampak penyuluhan serta mengkomunikasian hasil evaluasi kepada pihak-pihak terkait.
151
Peningkatan pengembangan penyuluhan pertanian meliputi tersusunnya pedoman teknis dan pelaksanaan penyuluhan, tersusunnya rumusan hasil kajian arah kebijakan penyuluhan serta terumuskannya
hasil konsep baru metode
penyuluhan. Peningkatan diseminasi teknologi meliputi peningkatan penggunaan media cetak dan audio visual, pameran teknologi pertanian secara berkala, intensitas studi banding, penggunaan petak percontohan serta intensitas komunikasi tatap muka dengan petani. Pengaruh bersama peubah kompetensi, motivasi dan kemandirian terhadap kinerja penyuluh pertanian yakni 67 persen, sedangkan sisanya sebesar 33 persen dipengaruhi oleh peubah lain. Oleh karena koefisien determinasi (R²) kinerja penyuluh pertanian sebesar 67 persen masih sangat mungkin untuk ditingkatkan. Peningkatan kinerja penyuluh pertanian dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu: (1) peningkatan pada dimensi-dimensi peubah yang berpengaruh nyata pada kinerja penyuluh, seperti kemampuan merencanakan penyuluhan, kemampuan evaluasi dan pelaporan penyuluhan, kemampuan mengembangkan penyuluhan, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berafiliasi serta kemandirian ekonomi dan (2) pengelolaan yang lebih baik pada dimensi-dimensi peubah yang belum memberikan kontribusi nyata pada kinerja penyuluh, sehingga diharapkan dengan pengelolaan yang lebih baik akan berdampak pada peningkatan kinerja mereka. Pengaruh Karakteristik, Kompetensi, Motivasi, Kemandirian, Kinerja Penyuluh Pertanian dan Kompetensi Ketua Kelompok Tani pada Kompetensi Petani Kakao Hasil penelitian menunjukkan bahwa peubah karakteristik, kompetensi, motivasi, kemandirian, kinerja penyuluh pertanian dan kompetensi ketua kelompok tani berpengaruh secara nyata terhadap kompetensi petani kakao. Hal ini berarti karakteristik, kompetensi, motivasi, kemandirian, kinerja penyuluh pertanian dan kompetensi ketua kelompok tani ikut menentukan ada tidaknya perubahan pada kompetensi petani kakao.
152
Pengaruh karakteristik, kompetensi, motivasi dan kemandirian penyuluh pertanian terhadap kompetensi petani kakao merupakan pengaruh tidak langsung. Artinya, pengaruh keempat peubah tersebut terhadap kompetensi petani kakao terjadi melalui kinerja mereka, sedangkan pengaruh kinerja penyuluh pertanian dan kompetensi ketua kelompok tani merupakan pengaruh langsung dengan persamaan model struktural Y₃ = 0,19 Y₁ + 0,24 Y₂. Persamaan di atas mengindikasikan bila terjadi peningkatan satu satuan kinerja penyuluh pertanian, maka akan terjadi perubahan kompetensi petani kakao sebesar 0,19 satuan, begitupun apabila terjadi peningkatan satu satuan kompetensi ketua kelompok tani, maka akan terjadi perubahan kompetensi petani kakao sebesar 0,24 satuan. Perubahan pada kompetensi petani kakao akan nampak pada perubahan kompetensi usahatani kakao dan kemampuan mengorganisir dan memasarkan hasil. Koefisien determinasi kinerja penyuluh dan kompetensi ketua kelompok tani pada kompetensi petani kakao sebesar 10 persen dan sisanya 90 persen merupakan peubah lain yang tidak dapat dijelaskan oleh model penelitian. Penyuluhan pertanian merupakan proses perubahan perilaku petani kearah yang lebih baik melalui suatu sistem pendidikan, namun demikian kegiatan penyuluhan bukanlah satu-satunya penyebab terjadinya perubahan tersebut. Kegiatan penyuluhan pertanian merupakan salah satu diantara sekian banyak peubah yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku tani dalam berusahatani. Kinerja penyuluh pertanian yang tinggi sebagai pemandu, akan terjadi proses belajar pada diri petani dalam berusahatani. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Lionberger dan Gwin (Mardikanto, 1993) dan (Padmowihardjo, 2004). Hasil penelitian ini juga memperkuat penelitian Yusuf (2008) dan Otto Iskandar (2002) bahwa faktor-faktor yang memengaruhi perilaku petani adalah motivasi petani mencapai keberhasilan, wawasan petani, keaktifan petani mencari informasi dan intensitas penyuluhan. Secara bersama-sama, etos kerja, motivasi keberhasilan dan sikap inovatif berpengaruh secara positif terhadap produktivitas petani. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa koefisien determinasi kinerja penyuluh pertanian dan kompetensi ketua kelompok tani sebesar 10 persen, yang berarti angka kontribusi kinerja penyuluh dan kompetensi ketua kelompok tani
153
masih rendah. Oleh karena itu, perhatian dan peningkatan pada kinerja penyuluh dan ketua kelompok tani masih harus ditingkatkan dengan memperhatikan karakteristik, kompetensi, motivasi dan kemandirian mereka sehingga memiliki arti yang sangat strategis dalam peningkatan produksi kakao, sebab perubahan kompetensi petani kakao kearah yang lebih baik akan berdampak pada peningkatan produktivitas usahatani kakao. Hubungan antar Faktor yang Memengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan di antara ketiga peubah independen, yaitu karakteristik, motivasi dan kemandirian penyuluh pertanian. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Lusthaus et al., (2002) yang menyatakan bahwa kinerja organisasi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu kapasitas organisasi, motivasi organisasi dan lingkungan organisasi dan masing-masing memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Hubungan karakteristik dan motivasi bersifat negatif, artinya perubahan yang terjadi pada karakteristik penyuluh akan diikuti pula perubahan berlawanan pada motivasinya. Namun keeratan hubungan kedua peubah tersebut tergolong lemah, hal ini ditunjukkan oleh koefisien hubungan sebesar 0,21, yang lebih kecil dari 0,40. Dengan demikian bila umur, pelatihan dan pengalaman kerja penyuluh pertanian bertambah, maka akan diikuti pula turunnya motivasi kebutuhan berprestasi dan kebutuhan berafiliasi. Hubungan karakteristik dan kemandirian bersifat positif, artinya perubahan yang terjadi pada karakteristik penyuluh akan diikuti pula oleh perubahan searah pada kemandirian penyuluh begitupun sebaliknya. Namun keeratan hubungan kedua peubah tersebut tergolong lemah, hal ini ditunjukkan oleh koefisien hubungan sebesar 0,36, yang lebih kecil dari 0,40. Dengan demikian apabila umur, pelatihan dan pengalaman kerja penyuluh pertanian bertambah, maka akan diikuti pula peningkatan kemandirian mereka dalam hal kemandirian ekonomi. Hubungan motivasi dan kemandirian bersifat negatif, artinya perubahan yang terjadi pada motivasi penyuluh akan diikuti pula oleh perubahan berlawanan pada kemandirian penyuluh begitupun sebaliknya. Namun keeratan hubungan
154
kedua peubah tersebut tergolong lemah, hal ini ditunjukkan oleh koefisien hubungan sebesar 0,21, yang lebih kecil dari 0,40. Dengan demikian apabila kebutuhan untuk berprestasi dan kebutuhan untuk berafiliasi bertambah, maka akan diikuti pula penurunan kemandirian ekonomi.