50
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian DAS Ciliwung Hulu terletak di Kabupaten Bogor dan hanya sebagian kecil masuk wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Secara geografis DAS Ciliwung Hulu terletak antara 6°37’30’’ - 6°46’20’’LS dan 106°49’15’’ 107°00’30’’ BT. DAS Ciliwung Hulu memiliki titik tinggi/ketinggian terendah sekitar 320 – 325 meter di atas permukaan laut (m dpl) yang terletak disekitar outlet dan memiliki titik tertinggi sekitar 2.983 – 3.021 meter di atas permukaan laut (m dpl) yang terletak di daerah Gunung Pangrango. Batas DAS Ciliwung Hulu adalah sebagai berikut: (1) Sebelah Utara berbatasan dengan DAS Ciliwung Tengah (2) Sebelah Selatan berbatasan dengan DAS Cisadane Hulu (3) Sebelah Barat berbatasan dengan DAS Cisadane (4) Sebelah Timur berbatasan dengan sub DAS Cikeas DAS Ciliwung Hulu mempunyai luas 15.237,28 Ha, yang terdiri atas 7 (tujuh) subDAS, yaitu : subDAS Tugu (5.027,50 Ha), subDAS Cisarua (2.453,65 Ha), subDAS Cibogo (1.521 Ha), subDAS Cisukabirus (1.843,05 Ha), subDAS Ciesek (2.429,25 Ha), subDAS Ciseuseupan (1.121,75 Ha) dan subDAS Katulampa (568 Ha). Ketujuh subDAS tersebut bermuara di Katulampa.
Iklim Berdasarkan data curah hujan dari 7 (tujuh) stasiun pengamatan hujan, yaitu Gunung mas, Tugu, Ciesek, Stasiun Katulampa Bogor, wilayah ini mempunyai tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata tahunan 3.500 – 4.550 mm. Berdasarkan klasifikasi zona agroklimat menurut Oldeman (1977) daerah DAS Ciliwung Hulu termasuk dalam Zona A dan B1 dengan karakteristik sebagai berikut : (1) Zona A : Daerah yang mempunyai periode bulan basah (bulan dengan curah hujan >200 mm) selama 9 bulan dan bulan kering bulan dengan curah hujan < 100 mm) kurang dari 2 bulan secara berturut-turut. (2) Zona B1 : Daerah yang mempunyai periode bulan basah selama 7-9 bulan dan bulan kering < 2 bulan berturut-turut.
51
Suhu rata-rata maksimum bulanan (berkisar antara 31,20 – 32,30 C) terjadi di bulan September – Oktober, dan suhu rata-rata mínimum bulanan (antara 17,60 – 21,70 C) terjadi di bulan Januari – Pebruari. Suhu rata-rata bulanan bervariasi antara 21,3 – 25,1ºC dengan kelembaban nisbi berkisar antara 84 – 89%. Berdasarkan data dari stasiun iklim Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Badan Penelitian Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian menyebutkan bahwa persentase penyinaran matahari minimum sebesar 27,36% terjadi pada bulan Januari dan maksimum 81,85% terjadi pada bulan September dengan kecepatan angin rata-rata berkisar antara 1,70 km/jam.
Jenis Tanah Di DAS Ciliwung hulu terdapat 8 (delapan) jenis tanah yang mengacu pada klasifikasi tanah nasional (Pusat Penelitian Tanah 1983) dan padanannya pada tingkat subgroup menurut sistem Soil Taxonomy (Soil Survey Staff 1997) terdiri atas : (1) aluvial coklat, (2) aluvial kelabu, (3) alluvial coklat kekelabuan, (4) latosol coklat, (5) latosol coklat kekuningan, (6) Latosol coklat kemerahan, (7) Asosiasi latosol coklat dan andosol coklat dan (8) andosol coklat. (1) Tanah aluvial coklat (Fluventic Dystrudepts) terbentuk dari bahan endapan bahan aluvium muda dengan kedalaman solumn yang
dalam (>90 cm),
struktur granuler halus, tekstur tanah lempung, kelas drainase sedang, reaksi tanah (pH) agak masam – masam, warna tanah lapisan atas & bawah coklat. Tanah ini terdapat di daerah jalur aliran sungai dan belum mengalami perkembangan struktur. Penyebaran terdapat di wilayah datar sampai agak melandai dan cekungan. Umumnya tanah digunakan untuk kebun campuran/tegalan. (2) Tanah alluvial kelabu (Typic Dystrudepts/Aquic Dystrudepts) terbentuk dari bahan endapan bahan aluvium muda dengan kedalaman solumn yang dalam (>90 cm), struktur granuler halus, tekstur tanah lempung, kelas drainase agak terhambat - sedang, reaksi tanah (pH) agak masam, warna tanah lapisan atas & bawah coklat. Tanah ini terdapat di daerah teras sungai, belum mengalami perkembangan struktur. Penyebaran terdapat di wilayah berombak. Umumnya tanah digunakan untuk areal persawahan
52
(3) Tanah alluvial coklat kekelabuan (Fluvaquantic Endoaquepts) terbentuk dari bahan endapan bahan aluvium muda dengan kedalaman solumn yang dalam (>90 cm), struktur granuler halus, tekstur tanah lapisan atas lempung – lempung berliat, tekstur lapisan bawah lempung berkerikil, kelas drainase agak terhambat, reaksi tanah (pH) netral - agak masam, warna tanah lapisan atas & bawah coklat kekelabuan. Tanah ini terdapat di daerah jalur aliran sungai besar, belum mengalami perkembangan struktur. Penyebaran terdapat di wilayah datar – agak melandai. Umumnya tanah digunakan untuk areal persawahan (4) Tanah latosol coklat
(Typic Dystrudepts / Typic Endoaquepts / Aquic
Dystrudepts) terbentuk dari bahan induk tuf vulkan andesitik dengan kedalaman solumn yang dalam (>90 cm), struktur granuler halus,tekstur tanah lempung berdebu sampai lempung liat berdebu, kelas drainase agak terhambat - cepat, reaksi tanah (pH) agak masam - masam. warna tanah lapisan atas & bawah coklat – coklat tua kemerahan. Tanah ini terdapat mulai dari teras sungai sampai perbukitan volkan. Penyebaran terdapat di wilayah berombak - bergelombang. Umumnya tanah digunakan untuk areal persawahan, lahan kering dan kebun campuran. (5) Tanah latosol coklat kekuningan (Typic Dystrudepts/Oxyaquic Dystrudepts/ Aquic Eutrudepts) terbentuk dari bahan induk tuf vulkan andesitik dengan kedalaman solumn yang dalam – sangat dalam, tekstur tanah lempung, kelas drainase agak terhambat - sedang, reaksi tanah (pH) agak masam - masam. warna tanah lapisan atas & bawah coklat tua – coklat tua kekuningan. Tanah ini terdapat di perbukitan volkan. Penyebaran terdapat di wilayah berbukit. Umumnya tanah digunakan sebagai lahan kering. (6) Tanah latosol coklat kemerahan (Typic Dystrudepts) terbentuk dari bahan induk tuf vulkan andesitik dengan kedalaman solumn yang dalam – sangat dalam, tekstur tanah lempung berliat – lempung liat berdebu, kelas drainase sedang, reaksi tanah (pH) masam. warna tanah lapisan atas & bawah coklat – coklat tua kemerahan. Tanah ini terdapat di kaki bukit volkan. Penyebaran terdapat di wilayah bergelombang. Umumnya tanah digunakan sebagai lahan kering.
53
(7) Tanah asosiasi latosol coklat dan andosol coklat (Typic Dystrudepts & Typic Hapludans) terbentuk dari bahan induk tuf vulkan andesitik dengan kedalaman solumn yang agak dalam – dalam, tekstur tanah lempung, kelas drainase sedang cepat, reaksi tanah (pH) agak masam, warna tanah lapisan atas & bawah coklat– coklat kekuningan. Tanah ini terdapat di tebing sungai, kaki volkan, kaki volkan berlungur memanjang. Penyebaran terdapat di wilayah berombak - bergelombang. Umumnya tanah digunakan sebagai tegalan & kebun campuran. (8) Tanah andosol coklat (Typic hapludans/Andic Dystrudepts) terbentuk dari bahan induk abu pasir dan tuf vulkan dengan kedalaman solumn agak dalam dalam, tekstur lempung – lempung berpasir, drainase agak terhambat - cepat, reaksi tanah (pH) agak masam – masam, warna tanah lapisan atas & bawah coklat–coklat muda kekuningan. Tanah ini terdapat di kaki volkan– pegunungan
volkan.
Penyebaran
terdapat
di
wilayah
berombak
-
bergelombang. Umumnya tanah digunakan sebagai tegalan, kebun campuran, kebun teh dan hutan. Luasan dari masing-masing jenis tanah di DAS Ciliwung Hulu disajikan pada Tabel 4. Tabel 4
Luasan dari Masing-masing Jenis Tanah di DAS Ciliwung Hulu
No.
Jenis tanah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Aluvial coklat Aluvial kelabu Aluvial coklat kekelabuan Latosol coklat Latosol coklat kekuningan Latosol coklat kemerahan Asosiasi latosol coklat & andosol coklat Andosol coklat J u m l a h
Luas Ha
%
1.933,59 230,82 849,08 2.332,17 920,42 75,88 1.325,52 7.569,78
12,69 1,51 5,57 15,31 6,04 0,50 8,70 49,68
15.237.28
100,00
Sumber : Data Primer Hasil Analis Citra ICONOS TM (2003)
54
Tataguna Lahan Luas DAS Ciliwung Hulu berdasarkan hasil interpretasi dari peta Iconos tahun 2003 adalah 15.237,28 ha. yang terdiri atas
hutan (4.899,39 ha),
perkebunan (1. 564,68 ha), kebun campuran (1.988,73 ha), tegalan/lahan kering (2.990,75 ha), sawah (936,90 ha), permukiman (2.656,85 ha), lahan terbuka (161,63 ha) dan Jalan tol & badan sungai (38,35 ha) Komposisi tataguna lahan di DAS Ciliwung Hulu pada tahun 2003 disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Luas Tataguna Lahan di DAS Ciliwung Hulu No. 1. Hutan
Tataguna lahan
Luas (Ha) 4.899,39
2. Kebun teh
1.564,68
3. Kebun campuran
1.988,73
4. Tegalan/lahan kering
2.990,75
5. Sawah
936,90
6. Permukiman & pekarangan
2.656,85
7. Lahan terbuka
161,63
8. Jalan tol & badan sungai
38,35
Jumlah
15.237,28
Sumber : Data Primer Hasil Analis Citra ICONOS TM (2003)
Hutan Hutan di DAS Ciliwung Hulu merupakan kawasan Perhutani, yang terdiri atas hutan alam/lindung dan hutan produksi. Fungsi hutan di DAS Ciliwung Hulu terbagi dua, yaitu hutan lindung (70%) dan hutan produksi (30%). Penggunaan lahan hutan merupakan kombinasi berbagai pepohonan yang tumbuh secara alami ataupun yang ditanam secara sengaja (hutan pinus, rasamala dan sengon). Di bawah tanaman hutan tertutup oleh serasah, rumput, semak atau belukar sehingga permukaan tanah terlindungi dari tetesan air hujan dan sinar matahari.
55
Perkebunan Teh Penggunaan lahan perkebunan teh adalah lahan dalam kawasan konsesi P.T. Perkebunan VIII (Gunung Mas) yang ditanami dengan tanaman teh. Kebun Campuran Penggunaan lahan kebun campuran merupakan lahan yang dibudidayakan dan ditanami oleh berbagai jenis tanaman tahunan, baik tanaman hortikultura (antara lain nangka, durian, rambutan, duku, belimbing, lengkng, limus, jeruk, sirsak, sawo, pete, jengkol), tanaman perkebunan (kelapa, kopi, cengkeh) maupun tanaman kehutanan/kayu-kayuan(damar, albizia, afrika, bambu, rasamala). Lahan kebun campuran berada di luar lahan pekarangan. Tegalan/Lahan Kering Penggunaan lahan tegalan/lahan kering merupakan lahan yang diusahakan untuk pertanian tanaman pangan lahan kering (ketela pohon, ubi, jagung) yang dirotasikan dengan padi gogo atau tanaman sayuran (cabe, tomat, buncis, kol, sayuran daun) dengan komoditas utama adalah tanaman pangan. Kebutuhan air dipenuhi dari air hujan ataupun secara buatan (menggunakan pompa air). Lahan ini biasanya diolah petani dua kali setahun, setelah itu diberakan (antara JuniAgustus). Pola pergiliran tanaman yang digunakan antara lain : (1) Sayuran-sayuran-bera (2) Palawija-sayuran-bera (3) Padi gogo-palawija-bera Sawah Tipe penggunaan lahan sawah penyebarannya banyak bercampur dengan bangunan pemukiman (vila). Tipe penggunaan lahan sawah dibedakan menjadi sawah berpengairan setengah teknis, sawah pengairan perdesaan/sederhana, dan sawah tadah hujan. Pergiliran tanaman yang umum dilakukan adalah setelah dua kali panen padi kemudian dilanjutkan dengan tanaman palawija atau sayuran, atau tiga kali padi sawah dalam setahun dengan rotasi sebagai berikut : (a)
padi – padi - padi
56
(b)
padi – padi – palawija
(c)
padi – padi – sayuran Tanaman palawija yang umum diusahakan adalah jagung, ubi jalar, kacang
tanah, kedelai dan singkong. Tanaman sayuran antara lain kubis, wortel, ketimun, kacang ijo, kacang panjang, cabe dan tomat. Sawah tadah hujan umumnya mempunyai pergiliran tanaman yang umum dilakukan adalah sebagai berikut : (a)
padi – tanaman palawija (jagung, ubi jalar, kacang jogo)
(b)
padi – tanaman sayuran (kubis, wortel, bawang daun, sawi, tomat)
Permukiman dan Pekarangan Penggunaan lahan permukiman dan pekarangan merupakan lahan yang digunakan untuk perumahan (perumahan padat, vila dan perkampungan), bangunan untuk usaha (pertokoan, hotel, kios usaha), dan bangunan tidak permanen (plastic house, peternakan). Penyebarannya sering bercampur dengan kebun campuran. Pada tanaman pekarangan biasanya ditanamai tanaman tahunan berupa tanaman buah-buahan dan tanaman peneduh, antara lain cengkeh, bambu, sengon dan kaliandra. Jalan Raya dan Badan Sungai Penggunaan lahan untuk jalan tol dan sungai merupakan areal jalan raya (termasuk jalan tol) dan sungai, baik sungai ciliwung maupun sungai-sungai lainnya yang berinduk ke sungai Ciliwung. Kebijakan Pengembangan Kawasan Pemerintah sejak lama telah memberikan perhatian pada pengelolaan daerah Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur), yang mencakup DAS Ciliwung Hulu. Berbagai peraturan telah dikeluarkan untuk menata pemanfaatan ruang dan kawasan di daerah Bopunjur. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, kawasan BogorPuncak-Cianjur telah ditetapkan sebagai kawasan tertentu yang memerlukan penanganan khusus dan merupakan kawasan yang mempunyai nilai strategis sebagai kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya yaitu
57
wilayah Daerah Propinsi Jawa Barat dan wilayah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Kawasan Bopunjur selanjutnya ditetapkan sebagai kawasan konservasi air dan tanah seperti yang diatur dalam Keppres 114 tahun 1999 tentang Penataan Ruang Kawasan Bopunjur. Tujuan dari diterbitkannya Keppres ini adalah : (1)
Menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah yang merupakan fungsi utama kawasan
(2)
Menjamin tersedianya air tanah, air permukaan dan penanggulangan banjir bagi kawasan Bopunjur dan daerah hilirnya. Kawasan Bopunjur selanjutnya dibagi dalam kawasan lindung dan
kawasan budidaya. Kawasan lindung terdiri atas kawasan hutan lindung, kawasan cagar alam, kawasan taman nasional, kawasan taman wisata alam, sempadan sungai, kawasan sekitar mata air dan kawasan sekitar waduk/situ/danau. Kawasan budidaya terdiri atas kawasan pertanian lahan basah dan kawasan lainnya yang terdiri atas kawasan permukiman, kawasan pertanian lahan kering, kawasan perkebunan dan lain-lain. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya hutan. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya pertanian lahan basah adalah kawasan budidaya pertanian yangmemiliki sistem pengairan tetap yang memberikan air secara terus menerus sepanjang tahun, musiman atau bergilir dengan tanaman utama padi. Penetapan lokasi kawasan pertanian lahan basah dilakukan guna memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk kegiatan usaha peningkatan produksi tanaman pangan dan hortikultura lahan basah serta perikanan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Kawasan budidaya pertanian tanaman pangan lahan kering adalah areal lahan kering yang keadaan dan sifat fisiknya sesuai bagi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Kawasan ini berupa areal pertanian dengan system pengelolaan lahan kering dengan kegiatan utama pertanian
58
tanaman pangan, dan dapat dikombinasikan dengan perkebunan tanaman hortikultura dan atau usaha tani peternakan. Adapun sasaran penetapan Kawasan Bopunjur sebagai wilayah konservasi tanah dan air adalah sebagai berikut : (1)
Terwujudnya peningkatan fungsi lindung terhadap tanah, air, udara, flora dan fauna
(2)
Tercapainya optimalisasi fungsi budidaya Dengan mengacu pada Keputusan Presiden nomor 114/1999, Kecamatan
Ciawi, Kecamatan Megamendung dan Kecamatan Cisarua di Kabupaten Bogor telah ditetapkan sebagai wilayah prioritas rehabilitasi fungsi kawasan untuk memulihkan fungsi lindung dan fungsi budidaya di kawasan tersebut. Ke tiga wilayah ini secara geologis merupakan daerah resapan air dan daerah tangkapan air. Karakteristik kawasan ini adalah sebagai berikut (Pramono 2006) : (1)
Sebagai wilayah hulu DAS Ciliwung yang berpengaruh terhadap system hidrologi Kawasan Bopunjur
(2)
Cakupan wilayahnya cukup besar
(3)
Perkembangannya cukup pesat, khususnya pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan social ekonominya
(4)
Merupakan bagian dari Kawasan Puncak di mana dalam kebijakan nasional diarahkan sebagai Kawasan Andalan dengan sektor unggulan pariwisata dan pertanian tanaman pangan serta sebagai kawasan konservasi tanah dan air (Peraturan Pemerintah nomor 47/1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional)
Identifikasi Satuan Unit Lahan Berdasarkan hasil identifikasi fisiografi, bentuk wilayah, posisi lereng, kemiringan lereng, penggunaan lahan, jenis tanah, drainase, kedalaman solumn, tekstur dan reaksi tanah di wilayah dengan ketinggian di atas 700 m dpl dan di bawah 700 m dpl, diperoleh satuan unit lahan sebanyak 51 unit, yang terdiri atas 30 satuan unit lahan tersebar di wilayah di atas ketinggian 700 m. dpl (zona A) dan 21satuan unit lahan tersebar di bawah ketinggian 700 m. dpl (zona B). Hutapea (2005) dengan dasar peta topografi dan peta tataguna lahan telah
59
membagi DAS Ciliwung Hulu menjadi 3 (tiga) zona, yaitu zona A dengan ketinggian > 900 m dpl, zona B dengan ketinggian antara 700 m – 900 m dpl (700 > x < 900 m dpl), dan zona C dibawah dan sama dengan 700 m dpl (x< 700 m dpl). Zona A terdiri atas 6 (enam) satuan unit lahan, zona B terdiri atas 8 (delapan) satuan unit lahan, dan zona C terdiri atas 12 (dua belas) satuan unit lahan. Penggunaan skala yang lebih besar, khususnya dengan penggunaan peta ICONOS memungkinkan pendeliniasian yang lebih rinci dari satuan unit lahan sampai tingkat faset. Faset adalah bagian dari sistem lahan yang homogen, yang merupakan unit topografi dengan struktur vegetasi yang sama, kondisi geologi yang seragam serta karakteristik tanah yang hampir sama dengan perbedaan yang kecil (Balsem and Sukma 1990). Rincian lengkap satuan unit lahan di DAS Ciliwung Hulu disajikan pada Gambar 4. Satuan unit lahan A tersebar di 2 (dua) kecamatan, yaitu Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung degan total luasan 11.242,41ha (7,78% dari total luasan DAS Ciliwung Hulu). Rincian satuan unit lahan A disajikan pada Tabel 6. Satuan unit lahan B tersebar di 2 (dua) kecamatan, yaitu Kecamatan dengan
Cisarua
dan
Kecamatan
Megamendung
total luasan 3.996,86 ha (28,72% dari total luasan DAS Ciliwung Hulu).
Rincian satuan unit lahan B. disajikan pada Tabel 7. Sebaran dan luasan dari masing-masing tataguna lahan pada setiap satuan unit lahan berdasarkan hasil deliniasi dari peta ICONOS disajikan pada Lampiran 1. Identifikasi Tanaman Hortikultura Tahunan Eksisting Hasil penelitian Hutapea (2005) menunjukkan bahwa masyarakat di DAS Ciliwung Hulu mempunyai preferensi yang tinggi terhadap pengembangan tanaman hortikultura tahunan, khususnya buah-buahan. Untuk itu identifikasi terhadap sebaran tanaman hortikultura tahunan di DAS Ciliwung Hulu mengindikasikan tingkat penerimaan masyarakat di DAS Ciliwung Hulu terhadap pengembangan jenis tanaman tersebut. Identifikasi tanaman hortikultura tahunan eksisting ini dinilai penting karena untuk membangun perdesaan dengan tidak merusak sumberdaya yang berharga sudah selayaknya secara sistematis tidak hanya mengembangkan spesies yang secara universal diakui cepat tumbuh dan
60
ZONA B ( < 700 mdpl) (21 Satuan Unit Lahan)
ZONA A (>700 m dpl) (30 Satuan Unit Lahan)
Gambar 4
Peta Satuan Unit Lahan di DAS Ciliwung Hulu
61
Tabel 6 Satuan Unit Lahan A di DAS Ciliwung Hulu (ketinggian di atas 700 m dpl) Warna Lapisan Atas Nomor Satuan Lahan
A1
Unit Fisiografi
Jalur aliran sungai besar
Bentuk Wilayah
Posisi Lereng
Tingkat kemiringan Lereng (%)
Datar
-
Datar
0-3
Penggunaan Lahan Tegalan, kebun campuran Tegalan, kebun campuran
Subgroup Tanah (USDA, 1998)
Jenis Tanah (DS, 1967)
Kelas Drainase
Warna Lapisan Bawah
Tekstur
Solum Matrik
Karatan/ Campuran
Matrik
Karatan/ Campuran
Lapisan Atas
Fluventic Dystrudepts
Aluvial coklat
Sedang
Dalam
Coklat
-
Coklat
Kelabu, coklat kekuningan
Lempung
Fluventic Dystrudepts
Aluvial coklat
Sedang
Dalam
Coklat
Kelabu
Coklat
-
Lempung
Coklat kekelabuan
Coklat
Coklat kekelabuan Hitam
Reaksi Tanah Lapisan Bawah
Lempung berbatu
Lapisan Atas
Lapisan Bawah
Agak masam
Agak masam
Lempung berbatu
Masam
Lempung
Lempung berbatu
Lempung
Luas Ha
%
27.20
0.18
Masam
1906,39
10.04
Masam
Masam
127.39
0.83
Lempung berbatu
Masam
Masam
103,43
2.40
A2
Jalur aliran sungai kecil
-
-
Agak melandai
3-8
A3
Teras sungai
Berombak
-
Agak melandai
3-8
Sawah
Aquic Dystrudepts
Aluvial kelabu
Agak terhambat
Dalam
Coklat
A4
Teras sungai
Berombak
-
Agak melandai
3-8
Tegalan, kebun
Typic Dystrudepts
Aluvial kelabu
Sedang
Dalam
Coklat
-
Coklat
A5
Tebing sungai
-
-
Curam
30 - 45
Kebun campuran
Typic Dystrudepts
Latosol coklat
Cepat
Agak dalam
Coklat tua
-
Coklat
-
Lempung
Lempung
Masam
Masam
62.15
0.40
A6
Tebing sungai
-
-
Terjal
> 45
Kebun campuran
Typic Dystrudepts, Typic Hapludans
Latosol coklat, Andosol coklat
Agak dalam
Coklat tua
-
Coklat
-
Lempung
Lempung
Masam
Masam
341.91
2.22
Cepat
Typic Dystrudepts, Typic Hapludans
Latosol coklat, Andosol coklat
Sedang
Dalam
Coklat tua kekuning an
-
Coklat kekuning an
-
Lempung
Lempung berkerikil
Masam
Masam
296.32
1.92
A7
Kaki volkan
Berombak
Bawah
Agak curam
15 - 30
A8
Kaki volkan
Berombak
Atas
Datar
0-3
Sawah
Aquic Eutrudepts
Latosol coklat kekuningan
Agak terhambat
Dalam
Coklat tua kekuning an
Kelabu, coklat kekuningan
Coklat tua kekuning an
Hitam, kelabu
Lempung
Lempung
Agak masam
Agak masam
86.60
0.56
A9
Kaki volkan
Berombak
Atas
Agak melandai
3-8
Sawah
Aquic Eutrudepts
Latosol coklat kekuningan
Agak terhambat
Dalam
Coklat tua kekuning an
Kelabu, coklat kekuningan
Coklat tua kekuning an
Hitam, kelabu
Lempung
Lempung
Agak masam
Agak masam
95.39
0.62
A10
Kaki volkan
Berombak
Atas
Datar
0-3
Tegalan, kebun campuran
Typic Dystrudepts
Latosol coklat
Sedang
Sangat dalam
Coklat
-
Coklat
-
Lempung berdebu
Lempung liat berdebu
Masam
Masam
78.22
0.51
A11
Kaki volkan
Bergelombang
Bawah, tengah
Agak melandai
3-8
Tegalan, kebun campuran
Typic Dystrudepts
Latosol coklat
Sedang
Sangat dalam
Coklat tua
-
Coklat tua
-
Lempung
Lempung berliat
Masam
Masam
42.76
0.28
A12
Kaki volkan berlungur memanjang
Bergelombang
Atas/ punggu ng
Agak curam
15 - 30
Tegalan, kebun campuran
Typic Dystrudepts, Typic Hapludans
Latosol coklat, Andosol coklat
Sedang
Dalam
Coklat tua
-
Coklat
-
Lempung
Lempung liat berdebu
Masam
Masam
687.29
4.46
Kaki volkan berlungur memanjang
Bergelombang
Bawah, tengah
Agak melandai
Tegalan
Typic Hapludans
Andosol coklat
Sedang
Dalam
Coklat
Masam
Masam
303.18
1.97
Agak masam
Agak masam
77.63
0.50
A13
A14
Perbukitan Volkan
Bergelombang
Bawah, tengah
Melandai
3-8
8 - 15
Tegalan, kebun campuran
Sawah
Oxiaquic Eutrudepts
Latosol coklat
Agak terhambat
Dalam
Coklat
-
Coklat
-
Lempung berpasir
Lempung berpasir
Kelabu, coklat kekuningan
Coklat tua kekuning an
Kelabu, hitam
Lempung
Lempung berliat
62
Tabel 6 Nomor Satuan Lahan
Unit Fisiografi
Satuan Unit Lahan A di DAS Ciliwung Hulu (ketinggian di atas 700 m dpl) (Lanjutan)
Bentuk Wilayah
Posisi Lereng
Tingkat kemiringan Lereng (%)
Penggunaan Lahan
Subgroup Tanah (USDA, 1998)
Warna Lapisan Atas Jenis Tanah (DS, 1967)
Kelas Drainase
Solum
Warna Lapisan Bawah Karatan/ Campuran
Matrik
Karatan/ Campuran
Matrik
Lapisan Atas
Tekstur Lapisan Bawah
Reaksi Tanah Lapisan Bawah
Lapisan Atas
Luas Ha
%
A15
Perbukitan Volkan
Bergelombang
Bawah, tengah
Melandai
8 - 15
Tegalan, kebun campuran
Typic Hapludans
Andosol coklat
Sedang
Dalam
Coklat
-
Coklat
-
Lempung
Lempung liat berdebu
Masam
Masam
156.81
1.02
A16
Perbukitan Volkan
Berbukit
Bawah, tengah
Agak curam
15 - 30
Tegalan, kebun campuran
Typic Hapludans
Andosol coklat
Sedang
Dalam
Coklat
-
Coklat
-
Lempung
Lempung liat berdebu
Masam
Masam
374.39
2.43
A17
Perbukitan Volkan
Berbukit
Bawah, tengah
Curam
30 - 45
Tegalan, kebun campuran
Typic Hapludans
Andosol coklat
Agak cepat
Dalam
Coklat
-
Coklat
-
Lempung
Lempung
Agak masam
Agak masam
223.83
1.45
A18
Perbukitan Volkan
Berbukit
Bawah, tengah
Terjal
> 45
Tegalan, kebun campuran
Typic Hapludans
Andosol coklat
Cepat
Dalam
Coklat
-
Coklat
-
Lempung
Lempung
Agak masam
Agak masam
199.12
A19
Perbukitan Volkan
Atas
Agak melandai
3-8
Sawah
Oxiaquic Eutrudepts
Andosol coklat
Agak terhambat
Dalam
Coklat
Kelabu, merah tua
Coklat
Kelabu, hitam
Lempung
Lempung liat berdebu
Agak masam
Agak masam
27.00
0.18
Perbukitan Volkan
Atas
Agak melandai
3-8
Tegalan, kebun campuran
Typic Hapludans
Andosol coklat
Sedang
Dalam
Coklat
-
Coklat
-
Lempung
Lempung
Agak masam
Agak masam
388,28
2.45
A21
Perbukitan Volkan
Atas
Melandai
8 - 15
Tegalan, kebun campuran
Typic Hapludans
Andosol coklat
Sedang
Dalam
Coklat
-
Coklat
-
Lempung
Lempung
Agak masam
Agak masam
103.69
0.67
A22
Perbukitan Volkan
Atas
Agak curam
15 - 30
Tegalan, kebun campuran
Typic Hapludans
Andosol coklat
Sedang
Dalam
Coklat
-
Coklat
-
Lempung
Lempung liat berdebu
Agak masam
Agak masam
66.13
0.43
A23
Pegunungan Volkan
Bawah, tengah
Melandai
8 - 15
Kebun teh, hutan
Typic Hapludans
Andosol coklat
Sedang
Dalam
Coklat tua
-
Coklat
Coklat muda kekuningan
Lempung
Lempung
Agak masam
Agak masam
240.40
1.25
A24
Pegunungan Volkan
Bawah, tengah
Agak curam
15 - 30
Kebun teh, hutan
Typic Hapludans
Andosol coklat
Sedang
Dalam
Coklat tua
-
Coklat
Coklat muda kekuningan
Lempung
Lempung
Agak masam
Agak masam
772,77
5.00
A25
Pegunungan Volkan
Bawah, tengah
Curam
30 - 45
Kebun teh, hutan
Typic Hapludans
Andosol coklat
Cepat
Dalam
Coklat tua
-
Coklat
Coklat muda kekuningan
Lempung
Lempung
Agak masam
Agak masam
1019.00
6.61
A26
Pegunungan Volkan
Bawah, tengah
Terjal
> 45
Kebun teh, hutan
Typic Hapludans
Andosol coklat
Cepat
Agak dalam
Coklat tua
-
Coklat
Coklat muda kekuningan
Lempung
Lempung
Agak masam
Agak masam
2587,49
15.73
A27
Perbukitan Volkan
Atas
Agak melandai
8 - 15
Kebun teh, hutan
Typic Hapludans
Andosol coklat
Sedang
Dalam
Coklat
-
Coklat
-
Lempung
Lempung
Agak masam
Agak masam
282,34
1.90
A28
Pegunungan Volkan
Atas
Melandai
8 - 15
Kebun teh, hutan
Typic Hapludans
Andosol coklat
Sedang
Dalam
Coklat
-
Coklat
Coklat muda kekuningan
Lempung
Lempung
Agak masam
Agak masam
327.68
2.13
A29
Pegunungan Volkan
Atas
Agak curam
15 - 30
Kebun teh, hutan
Typic Hapludans
Andosol coklat
Sedang
Dalam
Coklat
-
Coklat
Coklat muda kekuningan
Lempung
Lempung
Agak masam
Agak masam
233.81
1.52
A30
Perbukitan Volkan
Atas
Curam
30 - 45
Kebun campuran
Typic Hapludans
Andosol coklat
Cepat
Agak dalam
Coklat
-
Coklat
Lempung
Lempung
Agak masam
Agak masam
3,81
1.21
A20
1.29
J U M L A H
Sumber : Data Primer (2006)
Coklat muda kekuningan
11261.12
72.16
63
Tabel 7
Satuan Unit Lahan B di DAS Ciliwung Hulu (ketinggian di bawah 700 m dpl) Warna Lapisan Atas
Nomor Satuan Lahan
Penggunaan Lahan
Subgroup Tanah (USDA 1998)
Unit Fisiografi
Bentuk Wilayah
Jenis Tanah (DS 1967)
Kelas Drainase
Solum
B1
Jalur aliran sungai besar
-
-
Datar
0-3
Sawah
Fluvaquantic Endoaquepts
Aluvial coklat kekelabuan
Agak terhambat
B2
Jalur aliran sungai kecil
-
-
Agak melandai
3-8
Sawah
Fluvaquantic Endoaquepts
Aluvial coklat kekelabuan
B3
Teras sungai
-
-
Agak datar
2-4
Sawah
Typic Endoaquepts
B4
Teras sungai
-
-
Agak datar
2-4
Kebun campuran
B5
Tebing sungai
-
Curam
30 - 45
-
Terjal
Posisi Lereng
Tingkat kemiringan Lereng (%)
Warna Lapisan Bawah
Tekstur
Reaksi Tanah
Matrik
Karatan/ Campuran
Matrik
Karatan/ Campuran
Lapisan Atas
Lapisan Bawah
Lapisan Atas
Lapisan Bawah
Dalam
Coklat kekelabuan
Merah tua
Kelabu
Merah hitam
Lempung berliat
Lempung berkerikil
Netral
Netral
Agak terhambat
Dalam
Coklat kekelabuan
Merah tua
Coklat kekelabuan
Merah tua hitam
Lempung
Lempung berkerikil
Agak masam
Agak masam
Latosol coklat
Agak terhambat
Dalam
Coklat kekelabua n
Merah tua
Coklat kekelabua n
Coklat kekuningan
Lempung berliat
Lempung berliat
Agak masam
Agak masam
Typic Dystrudepts
Latosol coklat
Baik
Sangat dalam
Coklat
-
Coklat kuat
-
Lempung berliat
Lempung berliat
Masam
Masam
Kebun campuran
Typic Dystrudepts
Latosol coklat
Cepat
Dalam
Coklat
-
Coklat kuat
-
Lempung berliat
Liat
Masam
Masam
> 45
Kebun campuran
Typic Dystrudepts
Latosol coklat
Cepat
Dalam
Coklat
-
Coklat kuat
-
Lempung berliat
Lempung berliat
Masam
Masam
Luas
Ha
%
239,13
1,55
609,95
4,48
62,48
0,41
155,18
1,58
142,41
0,64
497,57
3,23
341,85
2,22
361,95
2,35
128,81
0,82
141,96
1,42
221,34
0,28
40,08
0,23
35,80
1,05
19,86
2,25
B6
Tebing sungai
-
B7
Kaki Bukit Volkan
Berombak
Atas
Datar
0-3
Sawah
Oxyaquic Dystrudepts
Latosol coklat
Agak terhambat
Sangat dalam
Coklat tua
Kelabu merah
Coklat tua
Kelabu hitam
Lempung berliat
Lempung berliat
Agak masam
Agak masam
B8
Kaki Bukit Volkan
Berombak
Atas
Datar
0-3
Lahan kering
Typic Dystrudepts
Latosol coklat
Sedang
Sangat dalam
Coklat
-
Coklat kuat
-
Lempung berliat
Lempung berliat
Masam
Masam
B9
Kaki Bukit Volkan
Berombak
Bawah
Melandai
8 -15
Sawah
Aquic Dystrudepts
Latosol coklat
Agak terhambat
Dalam
Coklat
-
Coklat muda kekuning an
-
Lempung
Lempung liat berkerikil
Agak masam
Agak masam
B10
Kaki Bukit Volkan
Bergelombang
Atas
Agak melandai
3-8
Sawah
Aquic Dystrudepts
Latosol coklat
Agak terhambat
Sangat dalam
Coklat tua kekuningan
Kelabu merah
Coklat tua kekuningan
Kelabu hitam
Lempung
Lempung berliat
Agak masam
Masam
B11
Kaki Bukit Volkan
Bergelombang
Atas
Agak melandai
3-8
Lahan kering
Typic Dystrudepts
Latosol coklat tua
Sedang
Sangat dalam
Coklat tua
-
Coklat tua
-
Lempung
Lempung berliat
Masam
Masam
B12
Kaki Bukit Volkan
Bergelombang
Bawah
Melandai
8 -15
Lahan kering
Typic Dystrudepts
Latosol coklat kemerahan
Sedang
Sangat dalam
Coklat tua kemerahan
-
Coklat tua kemerahan
-
Lempung liat berdebu
Lempung liat berdebu
Masam
Masam
B13
Kaki Bukit Volkan
Bergelombang
Bawah
Agak curam
15 - 30
Lahan kering
Typic Dystrudepts
Latosol coklat kemerahan
Sedang
Sangat dalam
Coklat tua kemerahan
-
Coklat tua kemerahan
-
Lempung liat berdebu
Lempung liat berdebu
Masam
Masam
B14
Kaki Bukit Volkan
Bergelombang
Bawah
Curam
30 - 45
Lahan kering
Typic Dystrudepts
Latosol coklat
Sedang
Dalam
Coklat
-
Coklat
-
Lempung berliat
Lempung berliat
Masam
Masam
64
Tabel 7
Satuan Unit Lahan B di DAS Ciliwung Hulu (ketinggian di bawah 700 m dpl) (Lanjutan) Warna Lapisan Atas Penggunaan Lahan
Subgroup Tanah (USDA 1998)
Jenis Tanah (DS 1967)
Kelas Drainase
Solum
8 - 15
Lahan kering
Oxyaquic Dystrudepts
Latosol coklat kekuningan
Agak terhambat
Melandai
8 - 15
Lahan kering
Typic Dystrudepts
Latosol coklat kekuningan
Bawah, tengah
Agak cram
15 - 30
Lahan kering
Typic Dystrudepts
Bawah, tengah
Curam
30 - 45
Lahan kering
Typic Dystrudepts
Nomor Satuan Lahan
Unit Fisiografi
Bentuk Wilayah
Posisi Lereng
B15
Perbukitan Volkan
Berbukit
Bawah, tengah
Melandai
B16
Perbukitan Volkan
Berbukit
Bawah, tengah
B17
Perbukitan Volkan
Berbukit
B18
Perbukitan Volkan
Berbukit
Tingkat kemiringan Lereng (%)
Warna Lapisan Bawah
Tekstur
Reaksi Tanah
Matrik
Karatan/ Campuran
Matrik
Karatan/ Campuran
Lapisan Atas
Lapisan Bawah
Lapisan Atas
Lapisan Bawah
Dalam
Coklat tua kekuningan
Kelabu
Coklat tua kekuningan
Kelabu hitam
Lempung
Lempung berliat
Agak masam
Masam
Sedang
Sangat dalam
Coklat tua
-
Coklat tua kekuningan
Merah Kekuningan
Lempung
Lempung berliat
Masam
Masam
Latosol coklat kekuningan
Sedang
Sangat dalam
Coklat tua
-
Coklat tua kekuningan
Merah Kekuningan
Lempung
Lempung berliat
Masam
Masam
Latosol coklat kekuningan
Sedang
Dalam
Coklat tua
Coklat tua
-
Lempung berdebu
Lempung liat berdebu
Masam
Masam
Luas
Ha
%
347,02
0,02
2,77
1,42
222,87
1,36
165,77
0,72
110,71
0,09
14,60
0,87
134,75
0,87
4.292,11
27,86
B19
Perbukitan Volkan
Berbukit
Atas
Melandai
8 -15
Lahan kering
Andic Dystrudepts
Andosol coklat
Sedang
Coklat tua
-
Coklat tua
-
Lempung
Lempung berliat
Masam
Masam
Sangat B20
Perbukitan Volkan
Berbukit
Atas
Agak curam
15 - 30
Lahan kering
Andic Dystrudepts
Andosol coklat
Sedang
Sangat dalam
Coklat tua
-
Coklat tua
-
Lempung
Lempung berliat
Masam
Masam
B21
Perbukitan Volkan
Berbukit
Atas
Curam
30 - 45
Lahan kering
Andic Dystrudepts
Andosol coklat
Sedang
Dalam
Coklat tua
-
Coklat tua
-
Lempung
Lempung berliat
Masam
Masam
JUMLAH
Sumber : Data Primer (2006)
65
serba guna, tetapi juga spesies tanaman pohon lokal (setempat) yang secara tradisional dikenal, dipakai dan dikelola petani (Michon and de Foresta 2000). Untuk keperluan identifikasi diambil 142 contoh (sampling) yang terdiri dari 72 contoh dari satuan unit lahan A (25 contoh tegalan/lahan kering, 25 contoh kebun campuran dan 22 contoh pekarangan/villa) dan 5 contoh satuan unit lahan B (20 contoh tegalan, 20 contoh kebun campuran dan 19 contoh perkampungan tidak padat/villa berpekarangan). Rincian jumlah sampling yang diambil dari setiap unit lahan disajikan pada Lampiran 2. Hasil identifikasi lapang menunjukkan bahwa terdapat 24 (dua puluh empat) jenis tanaman hortikultura tahunan yang tersebar di 51 satuan unit lahan, yang terdiri atas nangka , lengkeng, petai, duku, durian, alpokat, mangga, rambutan, melinjo, jengkol, limus (mangga kweni), mangga, manggis, jeruk, sawo, belimbing, jambu biji, jambu air, jambu bol, kluwih, kemang, kedondong, mengkudu dan matoa. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Hutapea (2005) tentang sistem agroforestri di DAS Ciliwung hulu telah mengidentifikasi 81 (delapan puluh satu) jenis tanaman, baik tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Dari jumlah tersebut telah teridentifikasi 22 (dua puluh dua) jenis tanaman hortikultura tahunan, yaitu alpokat, belimbing, duku, durian, jambu, jengkol, jeruk, kedondong, kelengkeng, kemang, kluwih, limus, mangga, manggis, matoa, melinjo, mengkudu, nangka, petai, rambutan, sawo dan sirsak. Hasil identifikasi tersebut disajikan pada Tabel 8. Sebaran tanaman hortikultura tahunan di masing-masing satuan unit lahan dinilai dengan presentase terhadap jumlah tanaman hasilnya disajikan pada Tabel 9. Dari hasil identifikasi tanaman di setiap satuan unit lahan, beberapa satuan unit lahan menunjukkan pola tanaman hortikultura dominan, antara lain adalah satuan unit lahan A2, A15, A12, B2, B6 dan B21. Pada satuan-satuan
unit
lahan
tersebut jenis tanaman hortikultura tahunan yang dominan jumlahnya relatif banyak dan hal tersebut mencirikan bahwa masyarakat di DAS Ciliwung Hulu sudah terbiasa dalam mengembangkan tanaman buah-buahan dan menunjukkan bahwa pemanfaatan lahan berbasis tanaman hortikultura tahunan telah ada di DAS Ciliwung Hulu. Hasil
66
Tabel 8
No.
Komoditas
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Nangka Alpokat Durian Melinjo Mangga Jeruk Rambutan Petai Lengkeng Limus Duku Jengkol Mengkudu Jambu Air Manggis Jambu Biji Sirsak Sawo Belimbing Jambu Bol Kemang Kedondong Kluwih Matoa
Hasil Prakiraan Jumlah Komoditas Hortikultura Tahunan pada Setiap Satuan Unit lahan (land unit) di DAS Ciliwung Hulu. Jumlah tanaman
Standard Error
48.409 66.338 33.909 22.937 20.400 15.418 14.783 12.900 5.043 7.376 9.495 7.414 5.296 4.386 2.125 2.682 2.288 1.937 1.596 1.136 349 512 435 219
486 478 459 578 744 1.786 198 236 121 118 163 531 105 134 236 81 54 59 55 94 13 47 19 19
Batas Bawah 47.456 65.401 33.010 21.804 18.941 11.918 14.395 12.438 4.805 7.145 9.176 6.374 5.091 4.123 1.662 2.524 2.183 1.820 1.488 952 323 420 399 181
Batas Atas 49.362 67.275 34.808 24.070 21.859 18.918 15.171 13.362 5.281 7.607 9.814 8.454 5.501 4.649 2.588 2.840 2.393 2.054 1.704 1.320 375 604 471 257
RSE 1,0 0,7 1,4 2,5 3,6 11,6 1,3 1,8 2,4 1,6 1,7 7,2 2,0 3.1 11,1 3,0 2,3 3,1 3,5 8,3 3,7 9,1 4,3 8.8
Jumlah & Sebaran di Satuan Unit Lahan A&B A B 29 19 48 28 16 44 27 19 46 24 18 42 23 13 36 7 8 15 24 16 40 18 19 37 22 16 38 22 16 38 7 16 23 19 15 34 3 2 5 20 13 33 3 17 20 13 14 27 3 1 4 14 10 24 14 7 21 17 11 28 1 2 3 12 5 17 2 3 5 3 2 5
Sumber : Data Primer (2006) identifikasi menunjukkan bahwa tanaman hortikultura tahunan dengan sebaran yang luas berturut-turut adalah nangka, durian, alpokat, melinjo, rambutan, lengkeng, limus, petai, mangga, jengkol dan jambu air. Artinya tanaman-tanaman tersebut sudah dikenal oleh masyarakat dan masyarakat sudah terbiasa dalam membudidayakannya. Seleksi Awal Tanaman Hortikultura Tahunan Seleksi penetapan 10 tanaman hortikultura tahunan yang potensial untuk dikembangkan di DAS Ciliwung Hulu dari 24 tanaman hortikultura yang ada (existing) dimaksudkan untuk mengembangkan jenis tanaman pohon lokal (setempat),
dengan dasar pemikiran
petani
secara
tradisional
sudah
mengenal, memakai dan mengelola jenis tanaman tersebut, serta tanaman telah beradaptasi dengan tempat tumbuhnya. Introduksi tanaman yang belum dikenal masyarakat akan sulit dalam mensosialisasikan cara menanam, memelihara dan memanen hasilnya
67 Tabel 9 Land unit
Alpokat
Prakiraan Jumlah dan Sebaran Tanaman Hortikultura Tahunan di DAS Ciliwung Hulu Belimbing
Duku
Durian
Jambu
Jambu Air
Jambu Bol
837
Jengkol
A1
226
A2
11,286
76
2.099
45
282
104
44
A3
109
7
86
8
38
17
5
A4
973
12
43
1.207
12
72
27
A5
1,337
9
1.131
15
5
A6
828
13
112
843
243
A7
377
A8
315
A9
104
Lengkeng
10
7
10
45
1.524
1.410
1.893
181
274
488
202
400
13 37
84
56
84
47
Limus
Mangga
Rambutan
Sawo
12.962
441
1.101
348
88
6.774
80
47
11
8
780
80
986
978
1.444
21
14
580
234
1.226
210
379
99
1.623
26
55
922
385
693
25
165 39 12
46
5
2
16
7
13
26
10
51
A11
465
A12
6,395
A13
499
A14
138
5
112
5
24
12
65
A15
961
6
919
130
35
13
14
A16
2,475
301
A17
848
A18
143
A19
137
A20
1,763
A21
2,848
12
454
14
68
29
A22
117
5
69
9
27
14
A24
2,111
157
13
37
21
A25
1,011
67
5
236
8
11
34
15
11
6
716
624
25
398
530
265
856
82
1.326
645
592
131
68
8
146 263
631
A26
621
6
1.127
A27
1,385
2
1.175
A28
1,628
67
22
5
1.995
43
246
46
74
22
63
665
26
14
132
530
928
650
3.148
22
781
853
1.224
5
227
185
132
418
627
100
80
5
196
24
184
3.444
1.888
11
816
10
5.730
1.809
3.797
976
904
Kedondong
716
263
2.050
112
41
114
276 3,126
87
144
63
62
136
461
29
361
713
1.463
114
80
20
19
246
26
145
93
245
7
38
8
221
168
328
449
10
86
52
413
68
1.003
206
740
26
69
22
165
29
300
87
1.710
562
28
263
5
186
50
5 2.388
5 43
22
7
12
8
793
2.512
233
941
33
2.455
31
1.601
107
12
1.662
43
2.075
17
7.087
13
168
22
339
16
54
131
248
7
13
301
28
11
Kemang
653
231
9
Matoa
14
91
1.111
19
A29
12
138
2.381
Kluwih
29
13
206 38
420 8
88
26
299
Sirsak
10
121
74
0
1.144
14
Nangka
140
14
603
6
Melinjo
161
331
209 113
127
Manggis
Mengkudu
Petai
220 304
A10
10
12
14 6
225 11
5
9
12
7
218
21 16
A30 Jumlah A
Jeruk
39,782
1,175
1,256
14.756
416
4.125
918
Sumber : Data Primer Hasil Identifikasi (2006)
1.084
6.351
12.630
3.286
17.518
446
12.667
2.052
49.583
4.229
6.406
2.013
2.627
56
27
22
438
68
Tabel 9 Prakiraan Jumlah dan Sebaran Komoditas Hortikultura Tahunan di DAS Ciliwung Hulu (lanjutan) Landunit
Alpokat
Belimbing
B1 B2
316
45
B3 B4
639
B5
923
6
B6
539
295
B7
309
5
B8
214
B9
310
Duku
Durian
Jambu
Jambu Air
Jambu Bol
74
2.944
158
3.005
5
45
8
13
8
12
32
14
1.265
345
1.518
179
861
1.770
4.597
379
7
796
15
28
14
5
12
6
52
8
11
8
295
220
246
15
778
6
B13
5
152
B14
4
21
8
1.052
754
B12
B15
1.233
B16
0
B17
464
B18 B19
24
482
381
262
70
5
B21
1.734
6
5
6
474
30 5
474
2.418
178
75
237
482
379
67
202
10
248
17
5
14
8
27
203
3,329
4.586
3.412
9
85
1,083
496
24
705
6
35
437
852
371
90
1.825
349
651
271
649
379
402
2.854
573
809
320
3.228
929
25
347 85
85
34
165
1.050 5.272
67
21
1.038
98
98
139
199
302
560
15 24
12 106
12
62
22
57
6
11
25 77 15
131
36
189
75
102
49
324
1.757
485
1.019
9
47
300
79
140
12
277
1.113
8
104
282
5
165
218
186
419
145
68
8 745
5
4
5
392
98
188
51
791
8
256
712
96
6
48
234
6 94
11
45
5 251
291
5
8 5
232 10
2,924
7
103
184
280
7
59
34
25
Kedondong
91
17
117
Kemang
12
80
1
Matoa
68
75
46
Kluwih
257
10
87
Sirsak
24
24
23
17
99
Sawo
132
11
17
2,231
Rambutan
158 72
129
31
Petai
17
5
14
99
Nangka
156
10
29
107
Mengkudu
52
39
1.593
38
Melinjo
31
16
10
181
Manggis
330
100 253
32
13
Mangga
189
16
478
B20
Jumlah B Jumlah A&B
16
Limus
1.487
547
539
1.120
Lengkeng
99
5 49
Jeruk
878
B10 B11
Jengkol
481
874
10 61
6
67
6
8.599
378
3,769
19.131
1.494
257
205
4.191
982
2.773
6.190
2.857
1.668
10.243
5.359
16.734
10.531
7.772
224
45
315
158
315
33
48.381
1.553
5.025
33.887
1.910
4.382
1.123
5.275
7.333
15.403
9.476
20.375
2.114
22.910
7.411
66.317
14.760
14.178
2.237
2.672
371
185
337
471
Sumber : Data Primer Hasil Identifikasi (2006)
69
(Satjapraja
1982, Michon dan de Foresta
2000).
Daniel
et
al. (2000)
menggunakan kriteria populasi, produksi dan nisbah konsumsi dan produksi untuk menyeleksi tanaman untuk penetapan komoditas unggulan, sedangkan Samijan et al. (2000) menggunakan kriteria kesesuaian lahan dan agroklimat, analisis finansial (domestic resource cost dan benefit cost ratio), luas panen, produksi dan produktivitas serta dukungan eksternal. Berdasarkan hasil analisis diperoleh 10 tanaman hortikultura tahunan yang potensial untuk dikembangkan yaitu nangka, alpokat, durian, melinjo, mangga, lengkeng, petai, rambutan, limus dan jengkol. Hasil analisis urutan prioritas disajikan pada Tabel 10, sedangkan peta sebaran dari ke sepuluh komoditas terseleksi di masing-masing satuan unit lahan disajikan pada Lampiran 3 sampai dengan Lampiran12. Tabel 10
Sepuluh Tanaman Hortikultura Tahunan yang Potensial Dikembangkan Nilai Indeks
No.
Komoditas
Nilai
Urutan
Sebaran Tanaman
Jumlah Tanaman
Alternatif
Ranking
1.
Nangka
1.600
30.291
13.076
1
2.
Alpokt
1.467
22.105
9.772
2
3.
Durian
1.533
15.484
7.113
3
4.
Melinjo
1.400
10.474
5.030
4
5.
Mangga
1.200
9.315
4.446
5
6.
Lengkeng
1.267
7.040
3.576
6
7.
Petai
1.233
6.750
3.440
7
8.
Rambutan
1.333
5.890
3.156
8
9.
Limus
1.267
4.336
2.495
9
10.
Jengkol
1.133
2.418
1.647
10
Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006)
Kesesuaian Lahan & Agroklimat Dalam rangka pengembangan potensi wilayah untuk komodutas pertanian, keragaman sifat lahan akan sangat menentukan jenis tanaman dan produktivitas, karena setiap jenis tanaman memerlukan persyaratan sifat lahan yang spesifik untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal (Djaenudin et al. 2000). Keragaman sifat lahan akan sangat menentukan jenis komoditas yang dapat
70
diusahakan serta tingkat produktivitasnya. Perbedaan karakteristik lahan yang mencakup iklim, terutama suhu udara dan curah hujan, tanah (sifat fisik, morfologi, kimia tanah), topografi (elevasi, lereng) dan sifat lingkungan lainnya dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menyeleksi komoditas. Pengembangan komoditas pertanian pada wilayah yang sesuai dengan persyaratan pedoagroklimat, yang mencakup iklim, tanah dan topografi akan menghasilkan produk yang optimal dengan kualitas prima, sehingga akan mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif (Djaenudin et al. 2002). Berdasarkan hasil 10 tanaman hortikultura tahunan yang terseleksi kemudian dilakukan analisis kesesuaian lahan terhadap ke sepuluh jenis tanaman tersebut, dengan mengacu pada kriteria kesesuaian lahan dan yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (Djaenudin et al. 2003). Hasil analisis dan uraian lengkap kesesuaian lahan dari kesepuluh jenis tanaman hortikultura tahunan terpilih secara lengkap disajikan pada Lampiran 13 dan 14. Hasil analisis kesesuaian lahan dari ke sepuluh jenis tanaman hortikultura tahunan menunjukkan bahwa tanaman lengkeng, melinjo, petai dan
jengkol
mempunyai kesesuaian lahan S1 (sangat sesuai) tertinggi, yaitu 13 satuan unit lahan, diikuti oleh tanaman alpokat di 12 satuan unit lahan. Untuk tanaman nangka, durian, mangga, rambutan dan limus sangat sesuai di 10 satuan unit lahan. Untuk kesesuaian lahan yang cukup sesuai (S2), tanaman alpokat cukup sesuai di 41 satuan unit lahan, diikuti oleh tanaman melinjo, lengkeng, petai dan jengkol di 34 satuan unit lahan. Dari hasil tersebut, dengan mengacu pada kesesuaian lahan yang sangat sesuai (S1) dan cukup sesuai (S2), maka tanaman alpokat memiliki kesesuaian lahan terbanyak, yaitu di 53 satuan unit lahan, diikuti oleh tanaman melinjo, lengkeng, petai dan jengkol di 47 satuan unit lahan; serta nangka, durian, mangga, rambutan dan limus di 38 satuan unit lahan. Untuk kesesuaian lahan marjinal (S3), tanaman nangka dan limus memiliki kesesuaian lahan terbanyak, yaitu tersebar di 20 satuan unit lahan, diikuti oleh tanaman durian, mangga dan rambutan di 15 satuan unit lahan. Tanaman alpokat memiliki
71
kesesuian lahan marjinal dengan jumlah terkecil, yaitu tersebar di 5 satuan unit lahan. Untuk tanaman durian, mangga dan rambutan, terdapat satuan unit lahan yang tidak sesuai (N), yang tersebar di 5 satuan unit lahan. Hasil rekapitulasi analisis kesesuaian lahan 10 jenis tanaman hortikultura tahunan terseleksi disajikan pada Tabel 11. Sebaran kesesuaian lahan dari masing-masing jenis tanaman hortikultura di setiap satuan unit lahan disajikan pada Lampiran 15 sampai dengan Lampiran 24. Tabel 11 No.
Rekapitulasi Hasil Analisis Kesesuaian Lahan untuk 10 Jenis Tanaman Hortikultura Tahunan Terseleksi Jumlah Satuan Unit Lahan (unit)
Jenis Tanaman
S1
S2
S3
N
1. Nangka
10
28
20
0
2. Alpokat
12
41
5
0
3. Durian
10
28
15
5
4. Melinjo
13
34
11
0
5. Mangga
10
28
15
5
6. Lengkeng
13
34
11
0
7. Petai
13
34
11
0
8. Rambutan
10
28
15
5
9. Limus
10
28
20
0
10. Jengkol
13
34
11
0
Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006)
Arahan Pengembangan Kondisi Tanaman Eksisting Berdasarkan Kesesuaian Lahan Untuk memperoleh gambaran tentang kondisi tanaman hortikultura tahunan eksisting yang terdapat di masing-masing satuan unit lahan terkait dengan kesesuaian lahan, maka kondisi tanaman hortikultura tahunan eksisting ditumpang-tepatkan (overlay) dengan hasil analisis kesesuaian lahan dan agroklimat dari 10 jenis tanaman hortikultura tahunan terseleksi. Melalui tumpang tepat ini diketahui potensi kesesuaian lahan tanaman hortikultura eksisting maupun potensi kesesuaian lahan di satuan unit lahan tersebut yang tidak ada tanamannya,
sehingga
akan
memudahkan
dalam
menyusun
prioritas
72
pengembangan di satuan unit lahan. Hasil tumpang tepat tanaman hortikultura tahunan eksisting dengan kesesuaian lahan dan agroklimat disajikan pada Tabel 12. Tabel 12
Hasil Tumpang Tepat antara Tanaman Hortikultura Tahunan Eksisting dengan Kesesuaian Lahan dan Agroklimat
Unit Lahan
Kesesuaian Lahan
A1
S1 S2
A2.1
S1
A2.2
S1 S2
A3
S2
A4
S2
A5
S2 S3
A6
S3 N
A7
S1
A8
S2
A9
S2
A10.1
S1
Jenis Tanaman
Keterangan
Alpokat, jengkol, lengkeng
Ada
Melinjo, Petai Durian, limus, mangga Rambutan Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai & rambutan Lengkeng, petai, melinjo, jengkol Nangka, alpokat, durian, mangga, limus, rambutan Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai & rambutan
Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada
Alpokat, durian, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai & rambutan
Ada
Jengkol Alpokat, jengkol, lengkeng, petai
Tidak Ada Ada
Durian, limus, mangga, melinjo, nangka, rambutan Alpokat, limus, melinjo, nangka
Ada
Lengkeng Durian, jengkol, petai, rambutan Mangga Alpokat, durian, nangka, petai Jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, rambutan Alpokat, durian, limus, melinjo, nangka, petai, rambutan Jengkol, lengkeng, mangga Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, rambutan Petai Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, rambutan
Ada Ada Ada
Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada
73
Tabel 12 Hasil Tumpang Tepat antara Tanaman Hortikultura Tahunan Eksisting dengan Kesesuaian Lahan dan Agroklimat (lanjutan) Unit Lahan
Kesesuaian Lahan
A10.2
S2
A11
S1
A12.1
A12.2
S1
S1 S2
Jenis Tanaman Petai Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, rambutan Petai Alpokat, durian, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, rambutan Jengkol, petai
Keterangan Tidak Ada Ada
Alpokat, jengkol, lengkeng, mangga, melinjo, nangka, rambutan Durian, limus petai Jengkol, lengkeng, melinjo Petai Alpokat, mangga, nangka, rambutan Durian, limus Alpokat, durian, jengkol, limus, mangga, melinjo, nangka, petai, rambutan Lengkeng Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai & rambutan
Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada
A13
S1
A14
S1
A15
S2*
Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai & rambutan
Ada
A16.1
S2*
Alpokat, lengkeng, mangga, melinjo, nangka, petai, rambutan Durian, jengkol, limus Lengkeng, melinjo, petai
Ada Tidak Ada Ada
Jengkol, Alpokat, mangga, nangka, rambutan Durian, limus Alpokat Lengkeng, melinjo Durian, nangka, petai, rambutan Jengkol, limus, mangga Alpokat Lengkeng, melinjo Durian, nangka, petai, rambutan Jengkol, limus, mangga Alpokat, lengkeng, limus, melinjo, nangka
Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada
Durian, jengkol, mangga, rambutan Petai Alpokat, lengkeng, limus, melinjo, nangka Durian, jengkol, mangga, rambutan Petai
Ada Tidak Ada Ada Ada Tidak Ada
A16.2
S2* S2
A17.1
S2* S3* S2
A17.2 S3 A18.1
S3* N
A18.2
S3 N
Tidak Ada Ada
74
Tabel 12 Hasil Tumpang Tepat antara Tanaman Hortikultura Tahunan Eksisting dengan Kesesuaian Lahan dan Agroklimat (lanjutan) Unit Lahan
Kesesuaian Lahan
A19
S3* N
A20
S2*
Jenis Tanaman
Keterangan
Alpokat, lengkeng, limus, melinjo, nangka Durian, limus, rambutan Jengkol, petai Alpokat, durian, mangga, nangka
Ada Ada Tidak Ada Ada
Jengkol, lengkeng, limus, melinjo, petai, rambutan
Tidak Ada
A21
S2*
Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai & rambutan
Ada
A22
S2*
Ada
A23
S2*
Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai & rambutan Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai & rambutan
A24
S2*
Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai & rambutan
Ada
A25
S2 S3
Ada Ada
A26
S2 S3
A27
S2 S3
Alpokat Durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai, rambutan Alpokat Durian, lengkeng, mangga, melinjo, nangka, rambutan Jengkol, limus, petai Alpokat Durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, rambutan
A28
S2 S3
A29
S2 S3
A30
S2 S3
B1
S2
B2
S2
Petai Alpokat Durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka Rambutan Alpokat Nangka, durian
Ada
Ada Ada Tidak Ada Ada Ada Tidak Ada Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada
Jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, petai rambutan Alpokat Durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai, rambutan Durian, jengkol, limus, nangka, petai Alpokat, lengkeng, mangga, melinjo, rambutan
Tidak Ada
Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, melinjo, nangka, petai, rambutan Mangga
Ada
Tidak Ada Tidak Ada Ada Tidak ada
Tidak ada
75
Tabel 12 Hasil Tumpang Tepat antara Tanaman Hortikultura Tahunan Eksisting dengan Kesesuaian Lahan dan Agroklimat (Lanjutan) Unit Lahan
Kesesuaian Lahan
B3
S2
B4
S1
B5
S2* S3
B6
S3 N
B7
S2
B8
B9
S1
Durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai, rambutan Alpokat Alpokat, durian, lengkeng, melinjo, nangka, petai, rambutan Jengkol, limus Alpokat, jengkol, melinjo, petai Lengkeng Durian, limus, nangka, rambutan Mangga Alpokat, lengkeng, limus, melinjo, nangka Durian, jengkol, petai, rambutan Mangga Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, melinjo, nangka, petai, rambutan Limus Alpokat, limus, mangga, petai
Keterangan Ada Tidak ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada Ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada Ada
Durian, jengkol, lengkeng, melinjo, nangka, rambutan
Tidak ada
S2*
Lengkeng, melinjo Jengkol, petai Alpokat Durian, mangga, nangka, rambutan Limus Jengkol, lengkeng, melinjo, petai
Ada Tidak ada Ada Ada Tidak ada Ada
S3*
Alpokat Durian, limus, mangga, nangka, rambutan
Tidak ada Ada
Alpokat, durian, limus, melinjo, nangka, petai Jengkol, lengkeng, mangga, rambutan Alpokat, lengkeng, melinjo Durian, jengkol, limus, mangga, nangka, petai, rambutan Durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai, rambutan Alpokat Jengkol, lengkeng, melinjo, petai Alpokat Durian, limus, mangga, nangka, rambutan
Ada Tidak ada Ada Ada
S2* S2 S3*
B10
Jenis Tanaman
B11
S2
B12
S1 S2
B13
S1
B14
S2* S3*
Ada Tidak ada Ada Tidak ada Ada
76
Tabel 12 Hasil Tumpang Tepat antara Tanaman Hortikultura Tahunan Eksisting dengan Kesesuaian Lahan dan Agroklimat (Lanjutan) Unit Lahan
Kesesuaian Lahan
B15
S2*
Jenis Tanaman Alpokat, durian, jengkol, melinjo, nangka, petai, rambutan
Keterangan Ada
Lengkeng, limus, mangga Nangka, petai Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, rambutan
Tidak ada Ada Tidak ada Ada
B16
S2*
B17
S2*
B18
S2*
Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai, rambutan Alpokat, jengkol, lengkeng, melinjo, petai
S3*
Durian, limus, mangga, nangka, rambutan
Ada
S2*
Alpokat, durian, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, rambutan
Ada
B19
Jengkol, petai B20
B21
S2*
S2*
Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, melinjo, petai Mangga, nangka, rambutan Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, nangka, petai, rambutan
Ada
Tidak ada Ada Tidak ada Ada
Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006) *S2 Dengan perlakuan konservasi dapat diubah dari S2 menjadi S1 *S3 Dengan perlakuan konservasi dapat diubah dari S3 menjadi S2 darimana
Klasifikasi Tanaman Hortikultura Tahunan Eksisting Dengan mengacu pada 10 tanaman hortikultura tahunan yang potensial untuk dikembangkan, pada setiap unit lahan diidentifikasi komoditas yang terdapat pada masing-masing satuan unit lahan, dengan mengacu pada 5 (lima) kriteria, yaitu sangat banyak /dominan (>1.000 tanaman), banyak (750-1.000 tanaman), cukup banyak (500-750 tanaman), agak banyak (250-500 tanaman) dan sedikit (<250 tanaman). Pengkelasan tersebut ditujukan untuk lebih memudahkan dalam memberikan prioritas pengembangan, dimana tanaman hortikultura tahunan eksisting yang dominan ataupun yang cukup banyak pada satuan lahan tersebut akan diprioritaskan untuk dikembangkan. Adapun hasil identifikasi di sajikan pada Tabel 13.
77
Tabel 13 Satuan Unit Lahan
Sebaran 10 (sepuluh) Jenis Tanaman Hortikultura Tahunan di Setiap Satuan Unit Lahan
Sangat Banyak
A1
A2
Durian
A3
(Nangka, alpokat) *, durian,mangga, lengkeng, limus, rambutan Nangka*
A4
Rambutan, durian
A5
Alpokat, nngka, durian Nangka
A6
Banyak
Komoditas Cukup Agak Banyak Banyak
A7
Petai
Limus, lengkeng Nangka, petai, alpokat, mangga
Lengkeng Mangga
Rambutan
Durian, alpokat
Limus
Nangka
Petai, alpokat Alpokat
A8
Nangka
A9
A10
A11
Nangka, durian
Alpokat
Sedikit Alpokat, nangka, (jengkol, lengkeng, mangga, limus)** Melinjo, (jengkol)**
Mangga, alpokat, durian, (melinjo, petai, rambutan, jengkol)** (Melinjo, limus)** Petai, (lengkeng, jengkol, limus)** (Melinjo, rambutan, jengkol, petai)** Durian Durian, (melinjo, limus, rambutan)** Nangka, alpokat, durian, (lengkeng, mangga, melinjo, rambutan, limus, jengkol)** Lengkeng, (mangga, nangka, alpokat, durian, melinjo, rambutan, limus, jengkol)** Lengkeng, mangga, (melinjo, limus, rambutan)** Rambutan
A12
Alpokat*, nangka
Mangga
Melinjo
A13
Nangka*
Durian, melinjo, mangga
Rambutan
Lengkeng, jengkol Alpokat
Nangka
Melinjo
Lengkeng, limus, alpokat, mangga, durian, petai, (rambutan, jengkol)** Lengkeng, mangga, (limus, jengkol, petai)** Lengkeng**
Nangka, durian
Petai
Rambutan
A14
A15
Melinjo, nangka
A16
Mangga*, nangka, alpokat, melinjo
A17 A18
Alpokat, durian, rambutan Petai, rambutan Alpokat
Melinjo, nangka
Mangga, lengkeng, alpokat, rambutan, (durian, limus, jengkol)** Durian, limus, alpokat, rambutan, (lengkeng, mangga, melinjo, nangka)**
A19
A20 A21
Alpokat, durian, mangga Alpokat, nangka
(Limus, jengkol, petai)**
Nangka Melinjo
Lengkeng, durian, mangga
Jengkol, petai, rambutan**
78
Tabel 13 Sebaran 10 (sepuluh) Jenis Tanaman Hortikultura Tahunan di Setiap Satuan Unit Lahan (Lanjutan) Satuan Unit Lahan
Sangat Banyak
Banyak
Komoditas Cukup Agak Banyak Banyak
A22
A23
A24
Alpokat, mangga
Nangka
Nangka, durian, limus Lengkeng
A25
Nangka, alpokat
Petai
Mangga
A26
Nangka, durian
A27
Nangka, mangga, alpokat, durian
A28
Lengkeng*, alpokat
A29 A30 B1
Alpokat,
Mangga
Nangka
B3
Durian, nangka, limus Petai, rambutan, durian, jengkol Nangka
B4
Durian
Petai
B5
Melinjo
Alpokat, durian
B6
Durian, nangka
Rambutan
B7
Melinjo, lengkeng
Petai, durian
B2
Alpokat
Lengkeng, alpokat Petai
Mangga, alpokat Petai, jengkol Limus, petai, alpokat
Nangka
Durian
Alpokat Jengkol
B11
B13
Nangka, rambutan Nangka, limus, rambutan Jengkol, melinjo Mangga, alpokat Petai
B10
B12
Nangka Alpokat
Lengkeng, mangga, nangka, alpokat, (melinjo, durian, rambutan, limus, jengkol, petai)** Jengkol, melinjo, lengkeng, (rambutan, petai)** Melinjo, durian, (rambutan, limus, jengkol, petai)** Lengkeng, (melinjo, durian, limus, rambutan, jengkol)** Lengkeng, (melinjo, rambutan)** Lengkeng, (melinjo, rambutan, limus, jengkol)** Mangga, (melinjo, durian, limus, jengkol, petai)** (Nangka, durian)** (Petai, jengkol)**
B8 B9
Sedikit
Durian
Melinjo
Melinjo Lengkeng, (melinjo, limus, mangga, durian, jengkol, rambutan)** Lengkeng, (melinjo)**
(Lengkeng)**
Lengkeng, jengkol, (rambutan)** Alpokat, (limus, mangga)** Rambutan, lengkeng, (mangga, melinjo)** Lengkeng, mangga, petai, (melinjo, nangka, durian, limus, rambutan)** Durian, limus, (alpokat, petai)** Lengkeng, (mangga, melinjo, jengkol, petai, limus, rambutan, nangka)** Melinjo, durian, nangka, rambutan, (mangga, petai, jengkol, limus, lengkeng)**
79
Tabel 13 Sebaran 10 (sepuluh) Jenis Tanaman Hortikultura Tahunan di Setiap Satuan Unit Lahan (Lanjutan) Satuan Unit Lahan
Sangat Banyak
Banyak
B14
B15
Komoditas Cukup Agak Banyak Banyak Melinjo, lengkeng
Nangka, alpokat, durian, rambutan
Petai, melinjo
B16 B17
B18
Rambutan
B19
Alpokat
Nangka, mangga, petai
Mangga
Nangka
Durian, alpokat, nangka, lengkeng Alpokat, limus, durian, jengkol, petai, melinjo
B20
B21
Melinjo, alpokat, durian
Petai
Jengkol
Lengkeng
Sedikit Melinjo, lengkeng, limus, petai, (mangga, nangka, jengkol, rambutan, durian)** Jengkol (Petai, nangka)** Mangga, limus, rambutan, (petai, melinjo, jengkol)** Lengkeng
Nangka, rambutan, lengkeng, (mangga, durian, limus, melinjo)** (Durian, melinjo, petai, jengkol, alpokat, limus, lengkeng)** (Limus, mangga, rambutan)**
Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006) Keterangan : *) Jumlah tanaman > 5.000 tanaman **) jumlah tanaman < 100 tanaman
Zona Pengembangan Tanaman Hortikultura Tahunan Ke sepuluh tanaman hortikultura tahunan eksisting yang potensial untuk dikembangkan di masing-masing satuan unit lahan kemudian dianalisis dengan ditumpang-tepatkan (overlay) dengan hasil analisis kesesuaian lahan dan agroklimat. Hasil analisis menunjukkan bahwa tanaman hortikultura tahunan eksisting di DAS Ciliwung Hulu dapat dikelompokkan kedalam 4 (empat) zona pengembangan, yaitu :
a. Zona I : Tanaman eksisting- Kesesuaian lahan sangat sesuai (S1) b. Zona II : Tanaman eksisting _ Kesesuaian lahan Cukup sesuai (S2) c. Zona III : Tanaman eksisting – Kesesuaian lahan sesuai marjinal (S3) d. Zona IV : Tanaman eksisting Tidak ada- Kesesuaian lahan Cukup sesuai (S2) & sesuai marjinal (S3)
80
Rincian sebaran satuan unit lahan
pada setiap zona pengembangan
disajikan pada Tabel 14. Tabel 14
Rincian Satuan Unit Lahan dari Masing-masing Zona Pengembangan
No.
Zona Pengembangan
Satuan Unit Lahan
1.
Zona 1
A1, A2, A7, A10.1, A11, A12, A13, A14, B4, B8, B12, B13
2.
Zona 2
A3, A4, A5, A8, A9, A10.2, A15, A16, A17, A20, A21, A22, A23, A24, A25, A26, A27, A28, B1, B2, B3, B5, B7, B9, B10, B11, B14, B15, B16, B17, B18, B19, B20, B21
3.
Zona 3
A6, A18.1, A18.2, A19, A29, B6
4.
Zona 4
A30
Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006)
Zona 3 merupakan zona konservasi, dimana tanaman hortikultura tahunan eksisting yang ada pada satuan unit lahan tersebut termasuk dalam kelas kesesuaian lahan sesuai marjinal (S3) atau tidak sesuai (N). Untuk hal tersebut, rekomendasi pengembangan diarahkan untuk pengembangan tanaman konservasi. Pemilihan tanaman tetap mengacu pada tanaman yang dominan di wilayah tersebut atau yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, dimana satuan unit lahan yang termasuk dalam zona ini ialah satuan unit lahan A6 dan A18.1, A18.2, A19, A29 dan B6.
81
Fokus Pengembangan Tanaman Hortikultura Tahunan Hasil analisis fokus pengembangan tanaman hortikultura tahunan di tiap satuan unit lahan DAS Ciliwung Hulu pada Zona I menunjukkan bahwa tanaman alpokat merupakan tanaman yang dominan pada zona tersebut, yang tersebar di 10 (sepuluh) satuan unit lahan, diikuti oleh tanaman nangka yang tersebar di 8 (delapan) satuan unit lahan dan lengkeng yang tersebar di 7 (tujuh) satuan unit lahan serta melinjo yang tersebar di 6 (enam) satuan unit lahan. Hasil selengkapnya hasil analisis fokus pengembangan tanaman hortikultura tahunan pada Zona I disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Hasil Analisis Fokus Pengembangan Tanaman Hortikultura Tahunan pada Zona I di Setiap Satuan Unit Lahan di DAS Ciliwung Hulu No.
Unit Lahan
Fokus Pengembangan
1.
A1
Alpokat, jengkol, lengkeng
2.
A2.1
Nangka, alpokat, lengkeng
3.
A2.2
Lengkeng, limus, petai
4.
A7
Nangka, petai, alpokat
5.
A10.1
Lengkeng, nangka, alpokat
6.
A11
Nangka, durian, alpokat
7.
A12.1
Alpokat, nangka, melinjo
8.
A12.2
Melinjo, jengkol, lengkeng
9.
A13
Nangka, melinjo, alpokat
10.
A14
Nangka, melinjo, lengkeng
11.
B4
Durian, petai, alpokat
12.
B8
Petai, alpokat, limus
13.
B12
Alpokat, lengkeng, melinjo
14.
B13
Melinjo, durian, nangka
Sumber : Data Primer Hasil Analisis(2006)
Fokus pengembangan tanaman hortikultura tahunan di setiap satuan unit lahan DAS Ciliwung Hulu pada Zona II menunjukkan bahwa tanaman nangka merupakan tanaman yang dominan yang tersebar di 28 (dua puluh delapan) satuan unit lahan, diikuti oleh tanaman alpokat yang tersebar di 23 (dua puluh tiga) satuan unit lahan dan lengkeng yang tersebar di 15 (lima belas) satuan unit lahan
82
serta melinjo dan petai yang tersebar di 13 (tiga belas) satuan unit lahan. Hasil analisis fokus pengembangan tanaman hortikultura pada Zona II disajikan pada Tabel 16.
83
Tabel 16 No. Unit Lahan
Hasil Analisis Fokus Pengembangan Hortikultura Tahunan pada Zona II di Setiap Satuan Unit Lahan di DAS Ciliwung Hulu Fokus Pengembangan
Keterangan
1.
A3
Nangka, limus, lengkeng
2.
A4.1
Rambutan, durian, nangka
3.
A4.2
Petai, lengkeng, melinjo
4.
A5
Alpokat , petai, lengkeng
5.
A8
Nangka, alpokat, durian
6.
A9
Nangka, alpokat, lengkeng
7.
A10.2
Lengkeng, nangka,alpokat
8.
A15
Melinjo, nangka, alpokat
9.
A16.1
Nangka, alpokat, melinjo
10.
A16.2
Melinjo, petai, lengkeng
11.
A17.1
Alpokat, nangka, petai
12.
A17.2
Alpokat, lengkeng***), melinjo***)
***) Merupakan tanaman introduksi
13.
A20
Alpokat, nangka, durian
Durian sampai ketinggian 800 m. dpl.
14.
A21
Alpokat, nangka, melinjo
15.
A22
Lengkeng, nangka, alpokat
16.
A23
Alpokat, nangka, limus
17.
A24
Alpokat, nangka, lengkeng
18.
A25
Alpokat, nangka*), lengkeng*)
*) Sebagai tanaman konservasi
19.
A26
Alpokat, nangka*), durian*)
*) Sebagai tanaman konservasi
20.
A27
Alpokat, nangka*), durian*)
*) Sebagai tanaman konservasi
21.
A28
Alpokat, lengkeng*), nangka*)
*) Sebagai tanaman konservasi
22.
B1
Durian, nangka, limus
23.
B2
Petai, rambutan, nangka
24.
B3
Nangka, petai, lengkeng
25.
B5
Melinjo, alpokat, petai
26.
B7
Melinjo, nangka, petai
27.
B9
Lengkeng, melinjo, nangka
28.
B10.
Jengkol, lengkeng, petai
29.
B11
Nangka, melinjo, durian
30.
B14
Melinjo, lengkeng, jengkol
31.
B15
Nangka, alpokat, durian
32.
B16
Nangka, petai, (durian)***)
33.
B17
Durian, alpokat, nangka
34.
B18
Alpokat, jengkol, petai,
35.
B19
Alpokat, nangka, rambutan
36.
B20
Durian, melinjo, petai
37.
B21
Melinjo, alpokat, petai
Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006)
***) Tanaman introduksi
84
Fokus pengembangan tanaman hortikultura tahunan di setiap satuan unit lahan DAS Ciliwung Hulu pada Zona III menunjukkan bahwa tanaman nangka merupakan tanaman yang dominan yang tersebar di 5 (lima) satuan unit lahan, diikuti oleh tanaman alpokat yang tersebar di 4 (empat) satuan unit lahan dan lengkeng yang tersebar di 3 (tiga) satuan unit lahan serta melinjo, durian dan limus yang masing-masing tersebar di 2 (dua) satuan unit lahan. Hasil analisis fokus pengembangan tanaman hortikultura pada Zona III disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 No.
Unit Lahan
Hasil Analisis Fokus Pengembangan Hortikultura Tahunan pada Zona III di Setiap Satuan Unit Lahan di DAS Ciliwung Hulu Rekomendasi
1.
A6
Nangka*), alpokat*), limus*)
2.
A18.1
Melinjo, nangka, lengkeng
3.
A18.2
Melinjo*), nangka*), lengkeng*)
4.
A19
Limus, alpokat, lengkeng
5.
A29
Nangka*), durian*), alpokat***)
6.
B6
Alpokat, nangka*), durian*)
Keterangan *)sebagai tanaman konservasi
*) Sebagai tanaman konservasi
*) Sebagai tanaman konservasi, ***) Tanaman introduksi *) Sebagai tanaman konservasi
Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006)
Hasil analisis fokus pengembangan tanaman hortikultura tahunan di setiap satuan unit lahan DAS Ciliwung Hulu pada Zona IV menunjukkan bahwa hanya tanaman alpokat yang cukup sesuai (S2) untuk dikembangkan di satuan unit lahan A30. Tanaman nangka dan durian dapat dikembangkan sebagai tanaman konservasi. Ketiga tanaman tersebut merupakan tanaman introduksi, karena pada unit lahan tersebut tidak ditemukan tanaman hortikultura tahunan. Hasil analisis fokus pengembangan tanaman hortikultura pada Zona IV disajikan pada Tabel 18. Tabel 18 No. 1.
Unit Lahan A30
Hasil Analisis Fokus Pengembangan Hortikultura Tahunan pada Zona IV di Setiap Satuan Unit Lahan di DAS Ciliwung Hulu Rekomendasi (Alpokat, nangka*), durian*))***
Keterangan ***) Tanaman introduksi; *) Sebagai tanaman konservasi
Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006)
85
Pelaksanaan analisis berdasarkan hasil rekapitulasi sebaran fokus pengembangan di seluruh satuan unit lahan, dengan hasil sebagai berikut : (1) Zona A (ketinggian di atas >700 m dpl) jenis tanaman hortikultura tahunan yang dominan adalah nangka yang tersebar di 28 (dua puluh delapan) satuan unit lahan, diikuti oleh alpokat yang tersebar di 26 (dua puluh enam) satuan unit lahan, dan lengkeng yang tersebar di 19 (sembilan belas) satuan unit lahan. (b) Zona B (ketinggian di bawah <700 m dpl) jenis tanaman hortikultura tahunan yang dominan adalah nangka yang tersebar di 12 (dua belas) satuan unit lahan, diikuti oleh petai yang tersebar di 11 (sebelas) satuan unit lahan, dan alpokat di 10 (sepuluh) satuan unit lahan. (c) Hasil rekapitulasi gabungan di DAS Ciliwung Hulu (Zona A dan Zona B), tanaman hortikultura yang dominan adalah nangka yang tersebar di 46 (empat puluh enam) satuan unit lahan, diikuti oleh alpokat yang tersebar di 36 (tiga puluh enam) satuan unit lahan, dan lengkeng yang tersebar di 24 (dua puluh empat) satuan unit lahan. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka jenis tanaman hortikultura tahunan yang direkomendasikan untuk dikembangkan di DAS Ciliwung Hulu sebagai basis pengembangan adalah tanaman nangka, alpokat dan lengkeng. Data hasil rekapitulasi fokus pengembangan tanaman hortikultura tahunan di DAS Ciliwung Hulu disajikan pada Tabel 19. Hasil rekapitulasi ini menunjukkan bahwa alpokat, nangka lengkeng dan melinjo merupakan jenis tanaman yang dominan untuk dikembangkan baik untuk wilayah dengan ketinggian <700 m dpl mupun ketinggian >700 mdpl. Hal ini sesuai dengan rekomendasi dari berbagai pustaka yang menyatakan bahwa nangka, alpokat, lengkeng dan melinjo merupakan tanaman hortikultura tahunan yang dapat tumbuh dengan baik mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Nangka sangat sesuai untuk tumbuh pada ketinggian sampai dengan 1300 m dpl (Sunarjono 2006, Prihatman 2000, DTB 2002). Melinjo juga dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan ketinggian sampai dengan 1.700 m dpl (Nurcahyo dan Wahyuni 1991, Manner and Elevitch 2006, IPTEKnet 2007). Alpokat pada umumnya tumbuh dengan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Untuk
86
Tabel 19
Rekapitulasi Fokus Pengembangan Tanaman Hortikultura Tahunan di Setiap Satuan Unit Lahan di DAS Ciliwung Hulu Sebaran di Satuan Unit Lahan
No.
Zona
1.
I
2.
II
3.
III
4.
IV
5.
A
6.
B
7.
A+B
Keterangan
Jumlah Ranking Jml Ranking Jml Ranking Jml Ranking Jumlah Ranking Jml Ranking Jml Ranking
Lengkeng
Alpokat
Nangka
Jengkol
Melinjo
Durian
Petai
Rambutan
Limus
Mangga
7 III 15 III 3 III
10 I 23 II 4 II 1
8 II 28 I 5 I 1
2
6
3
3
0
3
0
3
13
11
13
3
5
0
0
2
2
0
0
2
0
26 II 10 III 36 II
28 I 12 I 40 I
2
5
1
4
0
11 II 16 VI
2
2
0
3
6
19 III 5 24 III
1
3 5
12 IV 9 IV 21 IV
8 V 9 IV 17 V
Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006)
varietas yang sesuai untuk dataran rendah antara lain adalah YM Lebak. Varietas lengkeng dataran tinggi antara lain Ijo Panjang dan Ijo Bundar (DTB 2002). Untuk tanaman lengkeng pada umumnya varietas lengkeng yang ada di Indonesia adalah untuk dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 400 – 900 m dpl. Namun ada juga lengkeng dataran rendah, seperti varietas Selarong yang sesuai untuk dataran rendah. Adanya introduksi varietas-varietas lengkeng dataran rendah dari Thailand seperti pingpong dan Diamond River, serta untuk dataran tinggi (varietas Itoh) meyebabkan lengkeng dapat dikembangkan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi (DTB 2005). Dengan ditemukannya teknologi pengaturan pembungaan lengkeng yang dapat dirancang setiap waktu melalui pemberian KClO3 telah menarik minat masyarakat untuk mengembangkannya (Alongkorn 2007). Berdasarkan hasil rekapitulasi terlihat bahwa tanaman durian dominan di dataran rendah (<700 m dpl). Hal ini sesuai dengan rekomendasi berbagai pustaka yang menyatakan bahwa durian lebih sesuai dikembangkan di daerah dengan ketinggian <700 m dpl (Sunaryono 2002, DTB 2001, BBPPSLP 2006). Hasil penelitian Hutapea (2005) di DAS Ciliwung Hulu menunjukkan bahwa komposisi pola tanam terbaik di zona A, yaitu unit lahan A2 (ketinggian
87
>900 m dpl) kontribusi tanaman hortikultura tahunan sebesar 38,73% dengan jenis tanaman nangka, alpokat dan petai. Untuk zona B, dengan unit lahan B4 (ketinggian >700 – 900 m dpl) tanaman hortikultura tahunan yang terdiri dari tanaman nangka, melinjo limus, jeruk alpokat dan rambutan, mempunyai kontribusi sebesar 35,53%, sedangkan di zona C (ketinggian < 700 m dpl) dengan unit lahan C4 peran tanaman hortikultura tahunan adalah 69,44% dengan jenis tanaman terdiri atas nangka, melinjo dan durian. Berdasarkan uraian tersebut terlihat bahwa tanaman hortikultura tahunan memberikan kontribusi yang nyata dalam agroforestri di DAS Ciliwung Hulu, khususnya di ketinggian < 700 m dpl. Jika hasil penelitian tersebut dibandingkan dengan hasil penelitian ini yang merekomendasikan tanaman hortikultura tahunan secara umum yang dominan untuk ketinggian >700 m dpl adalah lengkeng, alpokat, nangka dan melinjo, maka rekomendasi ini hampir sesuai. Demikian pula untuk ketinggian <700 m dpl tanaman yang direkomendasikan relatif sama, yaitu nangka, durian, alpokat, melinjo dan petai. Di sisi lain, potensi areal dari ketiga jenis tataguna lahan kebun campuran, pekarangan, tegalan dan lahan kering baik di zona A maupun di zona B sangat luas, sehingga pemfokusan pada 5 (lima) jenis tanaman hortikultura tahunan prioritas di masing-masing zona akan dapat lebih menjamin salah satu persyaratan dalam pendekatan agribisnis yang menuntut adanya jumlah yang mencukupi (quantity), kesinambungan pasokan (continuity) dan mutu (quality). Dengan demikian pengembangan tanaman hortikultura tahunan akan mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif karena terbukti dapat diimplementasikan masyarakat, sehingga secara lingkungan, ekonomi dan sosial dapat diterima dan bahkan dapat menjadi sumber pendapatan utama masyarakat. Pendekatan pengembangan dengan mengacu pada 3 (tiga) jenis tanaman hortikultura tahunan dapat dikatakan merupakan bentuk transformasi dari agroforestri, yang semula agroforestri yang kompleks menjadi agroforestri yang sederhana dengan memfokuskan pada pengembangan tanaman komersial (bernilai ekonomi tinggi), tetapi juga tetap memperhatikan fungsi produksi dan fungsi lindung (Noordwijk et al. 2004).
88
Analisis Finansial Terhadap hasil seleksi 10 (sepuluh) tanaman hortikultura tahunan yang potensial untuk dikembangkan kemudian dilakukan analisis finansial yang terdiri atas B/C (benefit cost ratio), IRR (internal rate of return) dan NPV (net present value) dari masing-masing tanaman. Analisis finansial ditujukan untuk menentukan kelayakan dari sebuah proyek atau menentukan peringkat beberapa proyek yang harus dipilih (Pramudya dan Dewi 1992). Atribut yang digunakan untuk menentukan analisis finansial terdiri atas (1) populasi tanaman per hektar, (2) harga bibit, (3) jumlah bibit per hektar, (4) harga sarana produksi (Urea, SP 36, KCl, NPK, pupuk kandang, pestisida, peralatan) (5) kebutuhan pupuk dan pestisida per hektar, (6) produksi tanaman per pohon usia 1-15 tahun), (7) ongkos kerja buruh tani pria dan wanita, dan (8) harga jual produk per kg. Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa untuk periode 15 tahun, tanaman lengkeng menunjukkan nilai NPV tertinggi sebesar Rp. 42.278.400,diikuti oleh durian sebesar Rp. 35.568.640,-. Nilai NPV terendah ditunjukkan oleh tanaman mangga sebesar Rp. 13.205.207,-. Hasil lengkap analisis finansial 10 jenis tanaman hortikultura tahunan terseleksi disajikan pada Tabel 20. Hasil penelitian Mayrowani et al. (2002) yang dilaksanakan di DAS Citarum menunjukkan bahwa di antara tanaman buah-buahan yang ada, durian merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi (Rp. 8.913/kg), diikuti oleh Duku (Rp.5.527,-/kg), alpokat (Rp. 4.046,-/kg), jeruk (Rp. 3.537,-/kg), manggis (Rp. 3.500,-/kg), mangga (Rp. 2.810,-/kg), rambutan (Rp. 2.788,-/kg), sawo (Rp. 2.498,-/kg). Tanaman sirsak dan nangka nilai kelayakannya sangat rendah, yaitu masing-masing secara berturut-turut adalah Rp. 395,-/kg dan Rp. 95,-/kg.
Nilai ekonomi yang merupakan harga jual di tingkat petani dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan di lapangan dalam menentukan jenis tanaman yang akan dikembangkan.
89
Tabel 20 Hasil Analisis Finansial 10 Jenis Tanaman Hortikultura Tahunan No.
Komoditas
1.
Alpokat
2.
Durian
3.
Jengkol
4.
Lengkeng
5.
Limus
6.
Mangga
7.
Melinjo
8.
Nangka
9.
Petai
10.
Rambutan
Kesesuaian Lahan S1 S2 S1 S2 S1 S2 S1 S2 S1 S2 S1 S2 S1 S2 S1 S2 S1 S2 S1 S2
B/C 1,76 1,41 1,75 1,40 1,72 1,37 1,99 1,59 1,75 1,40 1,66 1,33 1,67 1,34 1,78 1,43 1,72 1,38 1,82 1,45
Analisis Ekonomi (S1) IRR NPV 34,83 29.173.187 26,20 15.696.377 34,03 35.568.640 25,23 18.962.968 32,68 26.938.218 23,68 14.052.403 38,83 42.278.400 31,58 25.271.188 33,82 28.197.967 25,05 15.060.201 31,20 32.764.235 21,67 16.299.713 33,49 32.294.840 23,90 16.225.225 34,82 31.122.221 26,40 16.954.577 32,21 27.526.443 23,31 14.378.982 34,89 31.803.442 26,75 17,643.554
Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006)
Untuk mengetahui tingkat keberlanjutan pengembangan tanaman hortikultura tahunan yang sesuai dengan arahan pengembangan, maka arahan rekomendasi tanaman hortikultura tahunan di setiap satuan unit lahan perlu dianalisis nilai ekonominya. Analisis finansial untuk arahan pengembangan hortikultura tahunan di setiap satuan unit lahan diarahkan pada kombinasi dari ke tiga jenis tanaman hortikultura tahunan yang direkomendasikan (multiple cropping) dengan pertimbangan pemanfaatan lahan secara optimal yang mengacu pada jarak tanam dari masing-masing tanaman. Hasil analisis finansial dari rekomendasi pengembangan tanaman hortikultura tahunan di setiap satuan unit lahan disajikan pada Tabel 21.
90
Tabel 21
Hasil Analisis Finansial Rekomendasi Pengembangan Tanaman Hortikultura Tahunan di Setiap Satuan Unit Lahan Jumlah Tanaman (pohon)
B/C
IRR (%)
NPV (Rp)
Alpokat +Nangka+ Durian
48 – 48 - 40
1,84
35,57
36.095.283
Alpokat +Nangka+ Durian
48 – 48 - 40
1,47
27,54
20.238.196
Alpokat+Nangka+Lengkeng
48 – 48 - 40
1,94
37,58
38.779.187
Alpokat+Nangka+Lengkeng
48 – 48 - 40
1,55
30,19
22.761.484
3.
Alpokat +Nangka+Jengkol
48 – 48 - 48
1,80
34,77
29.959.381
4.
Alpokat+Nangka+Melinjo
48 – 48 - 96
1,71
33,91
30.732.069
Alpokat+Nangka+Melinjo
48 – 48 - 96
1,38
24,98
15.134.673
Alpokat+Nangka+Petai
48 – 48 - 48
1,80
34,59
30.155.456
Alpokat+Nangka(S2)+Petai(S2)
48 – 48 - 48
1,25
18,70
9.274.123
Alpokat+Nangka+Limus
48 – 48 - 48
1,81
35,12
30.379.297
Alpokat+Nangka+Rambutan
48 – 48 - 48
1,83
35,43
31.581.123
Alpokat+Limus+Lengkeng
48 – 48 - 40
1,93
37,40
37.804.436
Alpokat+Limus+Lengkeng
48 – 48 - 40
1,51
29,11
21.242.173
8.
Alpokat+Limus+Petai
48 – 48 - 48
1,79
34,26
29.180.705
9.
Alpokat+Petai+Jengkol
48 – 48 - 48
1,78
33,90
28.760.788
10.
Alpokat+Petai+Melinjo
48 – 48 - 96
1,69
33,07
29.533.476
11.
Alpokat+Petai+Durian
48 – 48 - 40
1,82
34,85
34.896.690
12.
Alpokat+Petai+Lengkeng
48-48-40
1,52
28,99
21.440.503
13.
Alpokat+Durian+Melinjo
48 – 40 - 80
1,71
33,77
32.813.185
14.
Alpokat+Nangka+Rambutan
48 – 48 - 48
1,83
35,43
31.581.123
15.
Lengkeng+Nangka+Melinjo
40 – 48 - 80
1,80
35,71
37.919.033
Lengkeng+Nangka(S2)+Melinjo
40 – 48 - 80
1,70
33,95
33.196.485
No. 1.
2.
5.
6.
7.
Pola Tanam
Lengkeng+Nangka+Melinjo
40 – 48 - 80
1,44
27,31
20.861.226
Lengkeng+Nangka+Melinjo
40 – 48 - 80
1,08
8,32
3.803.419
Lengkeng+Nangka+Limus
40 – 48 - 48
1,90
36,83
37.566.262
Lengkeng+Nangka+Limus
40 – 48 - 48
1,52
29,12
21.661.573
Lengkeng+Nangka+Petai
40 – 48 - 48
1,88
36,37
37.342.420
Lengkeng+Nangka+Petai
40 – 48 - 48
1,51
28,62
21.434.500
18.
Lengkeng+Alpokat+Durian
40 – 48 - 40
2,04
38,91
39.985.038
19.
Lengkeng+Alpokat+Jengkol
40 – 48 - 48
1,88
36,57
36.496.668
20.
Lengkeng+Alpokat+Limus
40 – 48 - 48
1,89
36,86
36.916.584
21.
Lengkeng+Alpokat+Melinjo
40 – 48 - 80
1,81
35,91
35.497.089
22.
Lengkeng+Jengkol+Melinjo
40 – 48 - 80
1,79
35,36
34.752.099
23.
Lengkeng+Jengkol+Petai
40 – 48 - 48
1,87
35,85
35.947.753
16.
17.
91
Tabel 21
Hasil Analisis Finansial Rekomendasi Pengembangan Tanaman Hortikultura Tahunan di Setiap Satuan Unit Lahan (lanjutan)
No.
Pola Tanam
Jumlah Tanaman (pohon)
B/C
IRR (%)
NPV (Rp)
24.
Lengkeng+Limus+Petai
40 – 48 - 48
1,88
36,15
36.367.669
25.
Lengkeng+Petai+Melinjo
40 – 48 - 80
1,78
35,04
36.720.440
Lengkeng+Petai+Melinjo
40 – 48 - 80
1,43
26,50
20.002.694
Petai +Nangka+Melinjo
48 – 48 - 96
1,70
33,10
30.183.154
Petai +Nangka+Melinjo
48 – 48 - 96
1,36
23,92
15.545.745
Petai+Nangka+Rambutan
48 – 48 - 48
1,81
34,61
31.032.208
Petai+Nangka+Rambutan
48 – 48 - 48
1,45
26,48
17.207.210
Nangka+Durian+Melinjo
48 – 40 - 80
1,72
33,79
33.462.863
Nangka+Durian+Melinjo
48 – 40 - 80
1,38
24,74
17.487.734
29.
Nangka+Durian+Rambutan
48 – 40 - 48
1,58
30,32
23.542.674
30.
Nangka+Durian+Limus
48 – 40 - 48
1,80
34,74
34.882.358
Nangka+Durian+Limus
48 – 40 - 48
1.44
26,38
19.138.286
72-50
1,06
6,18
2.572.114
48 – 48 - 96
1,71
33,59
30.406.995
26.
27.
28.
31.
Nangka + Durian
32.
Limus+Nangka+Melinjo
33.
Petai + Nangka
34.
Petai+Durian+Melinjo
72 - 72
1,75
33,56
29.324.332
48 – 40 - 80
1,62
31,41
28.612.197
Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006)
Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa pola tumpang sari tanaman hortikultura layak untuk dikembangkan, karena mempunyai B/C ratio >1 dan mempunyai tingkat IRR dan NPV yang tinggi. Kombinasi tanaman alpokatnangka-lengkeng menunjukkan NPV
tertinggi yaitu sebesar Rp. 38.779.187,
diikuti
lengkeng-nangka-melinjo
oleh
kombinasi
tanaman
sebesar
Rp.
37.919.033,- dan kombinasi antara tanaman alpokat-limus-lengkeng sebesar Rp. 37.804.436,- Beberapa kombinasi tanaman hortikultura tahunan yang mempunyai nilai tinggi selain tersebut di atas antara lain ialah kombinasi lengkeng-nangkalimus dengan nilai NPV sebesar Rp. 37.566.262,- serta kombinasi antara lengkeng-nangka-petai dengan nilai NPV Rp. 37.342.420,-. Nilai NPV terendah ditunjukkan oleh kombinasi alpokat, limus dan petai dengan nilai NPV sebesar Rp. 29.180.705,-.
92
Penerapan pola tanam tumpangsari (multiple cropping) telah dilaksanakan di wilayah sentra tanaman kopi di Kintamani, Bali. Pengembangan pola tanam ini di dasarkan pada peningkatan efesiensi usaha dan diversifikasi usaha, dengan memanfaatkan tanaman jeruk sebagai tanaman penaung bagi tanaman kopi, selain juga untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan lahan. Pengembangan pola tanam ini telah mampu mengurangi resiko kegagalan usaha kopi akibat fluktuasi harga kopi di pasar dunia (Trisnawati et al. 2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi jeruk dan kopi tidak menimbulkan persaingan yang merugikan bagi kedua tanaman tersebut, baik ditinjau dari aspek pola sebaran akar jeruk, penerusan cahaya oleh jeruk dan produktivitas kopi. Hasil kombinasi pola tanam ini menghasilkan NPV sebesar Rp. 127.702.909,- dan IRR sebesar 50,39% serta B/C sebesar 3,08. Dalam penelitiannya di Malaysia, Fauzi et al. (2006) menunjukkan bahwa pendekatan agroforestri berbasis tanaman buah-buahan telah menunjukkan pendapatan bagi masyarakat yang lebih tinggi dibandingkan dengan penanaman monokultur. Beberapa kombinasi pola tanam buah-buahan telah diterapkan di Malaysia dan telah mendapatkan respon yang baik dari masyarakat. Beberapa pola yang diterapkan antara lain adalah pola durian-jambu air-pisang, durian-nangkarambutan, durian-duku-pisang, durian_salak-pisang. Pendapatan bersih petani per tahun berkisar antara RM 11.700 – RM 24.800,- dengan rata-rata sebesarRM 17.878,-NPV berkisar antara RM 3.200.000 – RM 20.700.00 dengan rata-rata nilai NPV
RM7.268.564,-; IRR berkisar antara 23%-41% dengan rata-rata
sebesar IRR 29,08% dan B/C ratio 2,98 untuk periode 25 tahun. Pola pendekatan agroforestri ini pada kenyataannya adalah untuk memaksimalkan pendapatan petani melalui optimalisasi pemanfaatan lahan. Perencanaan pola tanam optimalisasi lahan berbasis agroforestri ini menjadi sangat penting karena dalam merancang pola tanam harus mempertimbangkan faktor ketersediaan sinar matahari, kesesuaian lahan, topografi dan kondisi iklim. Pola agroforestri juga telah dikembangkan khususnya untuk lahan sempit di Srilanka dengan mengkombinasikan tanaman yang bertajuk besar, sedang dan rendah. Kombinasi 14 (empat belas) tanaman dengan jumlah tanaman sebanyak 1.926 per hektar merupakan alternatif pemanfaatan lahan yang optimal, yang
93
terdiri atas tanaman bertajuk besar seperti kelapa, pala, cengkeh, nangka, sukun, alpokat dan mangga; tajuk sedang, seperti lada, kopi robusta, pinang, pisang, papaya dan jeruk; serta tajuk kecil seperti kopi kate /San Ramon (Arsyad 1989).