HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Pendahuluan Pengujian pendahuluan dengan tujuan mencari metode yang dapat membedakan antara genotipe toleran dan peka yang diamati secara visual menunjukkan bahwa dari 65 metode yang dilakukan terdapat 4 metode yang dapat membedakan antara genotipe toleran toleran dan peka terhadap salinitas (Tabel 2). Metode tersebut adalah kertas tisu towel pada konsentrasi 4000 ppm dengan UDK (M1), kertas tisu towel pada konsentrasi 5000 ppm dengan UKDdp (M2), kertas merang pada konsentrasi 3000 ppm dengan UKDdp (M3), kertas roti pada konsentrasi 2000 ppm dengan UKDdp (M4) (Gambar 2).
Toleran
Peka
Toleran
Peka
A
T o le r a n
Peka
C
B
Toleran
Peka
D
Gambar 2. Hasil Pengujian Pendahuluan, A) Kertas Tisu Towel pada 4000 ppm dengan UDK; B) Kertas Tisu Towel pada 5000 ppm dengan UKDdp; C) Kertas Merang pada 3000 ppm dengan UKDdp; D) Kertas Roti pada 2000 ppm dengan UKDdp
Tabel 2. Pengujian Pendahuluan tentang Respon Tanaman Toleran dan Peka terhadap Salinitas pada Berbagai Metode No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.
Metode Tisu towel (UDK)+ NaCl 0 ppm Tisu towel (UDK)+ NaCl 1000 ppm Tisu towel (UDK)+ NaCl 2000 ppm Tisu towel (UDK)+ NaCl 3000 ppm Tisu towel (UDK)+ NaCl 4000 ppm Tisu towel (UDK)+ NaCl 5000 ppm Tisu towel (UDK)+ NaCl 6000 ppm Tisu towel (UKDdp)+NaCl 0 ppm Tisu towel (UKDdp)+NaCl 1000 ppm Tisu towel (UKDdp)+NaCl 2000 ppm Tisu towel (UKDdp)+NaCl 3000 ppm Tisu towel (UKDdp)+NaCl 4000 ppm Tisu towel (UKDdp)+NaCl 5000 ppm Tisu towel (UKDdp)+NaCl 6000 ppm Kertas merang (UKDdp)+NaCl 0 ppm Kertas merang (UKDdp)+NaCl 1000 ppm Kertas merang (UKDdp)+NaCl 2000 ppm Kertas merang (UKDdp)+NaCl 3000 ppm Kertas merang (UKDdp)+NaCl 4000 ppm Kertas merang (UKDdp)+NaCl 5000 ppm Kertas merang (UKDdp)+NaCl 6000 ppm Kertas roti (UKDdp)+ NaCl 0 ppm Kertas roti (UKDdp)+ NaCl 1000 ppm Kertas roti (UKDdp)+ NaCl 2000 ppm Kertas roti (UKDdp)+ NaCl 3000 ppm Kertas roti (UKDdp)+ NaCl 4000 ppm Kertas koran (UKDdp)+NaCl 0 ppm Kertas koran (UKDdp)+NaCl 1000 ppm Kertas koran (UKDdp)+NaCl 2000 ppm Kertas koran (UKDdp)+NaCl 3000 ppm Kertas koran (UKDdp)+NaCl 4000 ppm Kertas sampul (UKDdp)+NaCl 0 ppm Kertas sampul (UKDdp)+NaCl 1000 ppm Kertas sampul (UKDdp)+NaCl 2000 ppm Kertas sampul (UKDdp)+NaCl 3000 ppm Kertas sampul (UKDdp)+NaCl 4000 ppm
R √ √ √ √ -
No. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65.
Metode Air + NaCl 0 ppm Air + NaCl 1000 ppm Air + NaCl 2000 ppm Air + NaCl 3000 ppm Air + NaCl 4000 ppm Kertas stensil (UKDdp)+NaCl 0 ppm Kertas stensil (UKDdp)+NaCl 1000 ppm Kertas stensil (UKDdp)+NaCl 2000 ppm Kertas stensil (UKDdp)+NaCl 3000 ppm Kertas stensil (UKDdp)+NaCl 4000 ppm Kertas stensil (UKDdp)+NaCl 5000 ppm Kertas stensil (UKDdp)+NaCl 6000 ppm Kertas HVS (UKDdp)+NaCl 0 ppm Kertas HVS (UKDdp)+NaCl 1000 ppm Kertas HVS (UKDdp)+NaCl 2000 ppm Kertas HVS (UKDdp)+NaCl 3000 ppm Kertas HVS (UKDdp)+NaCl 4000 ppm Kapas + NaCl 0 ppm Kapas + NaCl 1000 ppm Kapas + NaCl 2000 ppm Kapas + NaCl 3000 ppm Kapas + NaCl 4000 ppm Kertas Samson (UKDdp)+NaCl 0 ppm Kertas Samson (UKDdp)+NaCl 0 ppm Kertas Samson (UKDdp)+NaCl 0 ppm Kertas Samson (UKDdp)+NaCl 0 ppm Kertas Samson (UKDdp)+NaCl 0 ppm Kertas Samson (UKDdp)+NaCl 0 ppm Kertas Samson (UKDdp)+NaCl 0 ppm
Keterangan : 0 ppm = 0 g NaCl/liter air, 1000 ppm = 1 g NaCl/liteer air, 2000 ppm = 2 g NaCl/liter air, 3000 ppm = 3 g NaCl/liter air, 4000 ppm = 4 g NaCl/liter air, 5000 ppm = 5 g NaCl/liter air, 6000 ppm = 6 g NaCl/liter air, R= Respon tanaman, √ = Berpotensi untuk membedakan toleran dan peka
Pengamatan pada percobaan pendahuluan dilakukan selama dua minggu hingga diperoleh perbedaan antara genotipe toleran dan peka. Percobaan ini hanya menggunakan dua varietas yaitu Lalan (varietas toleran) dan IR 64 (varietas peka) karena keterbatasan benih. Antara metode kertas yang satu dengan yang lainnya dilaksanakan penanaman pada waktu yang berbeda. Seleksi yang dilakukan untuk mendapatkan empat metode terseleksi agak sulit. Jika metode memperlihatkan perbedaan antara genotipe toleran dan peka maka dilakukan pengulangan
R -
penanaman karena mungkin saja perbedaan tersebut memang benar-benar berbeda atau hanya suatu kebetulan. Media kertas yang tidak memperlihatkan perbedaan tidak dilakukan pengulangan penanaman. Bila ada kemungkinan media kertas itu dapat memperlihatkan perbedaan maka dilakukan penambahan konsentrasi garam. Perbedaan yang terlihat meliputi warna daun yang menguning, kering, menggulung, perbedaan tinggi dan lainnya. Pada metode tisu towel 4000 ppm dengan UDK menunjukkan perbedaan yaitu pada varietas peka terlihat ujung daun mulai kering sedangkan pada varietas toleran daun tetap hijau. Pada metode tisu towel 5000 ppm dengan UKDdp terlihat ujung daun mengering pada varietas peka dan daun tetap hijau pada varietas toleran, sedangkan pada kertas merang 3000 ppm UKDdp terlihat ujung daun mengering pada varietas peka dan daun tetap hijau pada varietas toleran. Selanjutnya pada kertas roti 2000 ppm UKDdp terlihat daun menggulung pada varietas peka lebih banyak daripada varietas toleran. Gejala salinitas terlihat bahwa varietas toleran lebih mampu beradaptasi dibandingkan dengan varietas peka. Jika pada konsentrasi garam lebih tinggi juga memperlihatkan perbedaan maka diambil konsentrasi yang lebih kecil yang dapat membedakan karena mempertimbangkan efisiensi. Kertas sebagai media perkecambahan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Kertas tisu towel berwarna agak putih, tekstur agak kasar, tidak mengkilat, berserat, mudah menyerap air; kertas roti berwarna agak putih, tekstur agak kasar, tidak mengkilat, berserat, agak sulit menyerap air; kertas merang berwarna agak kekuningan, berserat, tekstur kasar, tidak mengkilat, mudah menyerap. Seleksi genotipe dengan media kertas memerlukan ruang yang sedikit bila dibandingkan dengan media tanam yang dilakukan di lapang, penghematan tenaga dan waktu tetapi perlu ketelitian saat pencabutan kecambah dari media terutama dengan cara penanaman UKDdp. Pengujian Toleransi Enam Varietas Padi terhadap Salinitas dengan Empat Metode Terseleksi Hasil
percobaan
menunjukkan
bahwa
perlakuan
garam
dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pada konsentrasi rendah, sampai dengan 0,50% NaCl hanya menghambat perkecambahan, sedangkan pada konsentrasi
yang lebih tinggi selain menghambat perkecambahan juga menurunkan jumlah benih yang berkecambah (Suwarno dan Solahuddin, 1983). Hasil sidik ragam untuk panjang akar, panjang tajuk, panjang bibit, berat kering akar, berat kering tajuk dan berat kering bibit dapat dilihat pada Tabel 3. Metode pengujian sebagai faktor tunggal berpengaruh sangat nyata terhadap peubah panjang akar, panjang tajuk, panjang bibit, berat kering akar, berat kering tajuk, dan tidak berpengaruh nyata terhadap peubah berat kering bibit. Faktor tunggal genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering akar, berat kering tajuk, berat kering bibit, dan berpengaruh nyata pada peubah panjang tajuk, serta tidak berpengaruh nyata terhadap peubah panjang akar, panjang bibit. Interaksi antara metode dan genotipe tidak berpengaruh nyata pada semua peubah yang diamati. Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi dan Metode terhadap Masing-masing Peubah yang Diamati SK
db PA 0.351 (0.27)
PT 1.04 (1.64)
KT PB 4.159 (0.96)
BKAa) 0.00014 (1.50)
BKTa) 0.0032 (4.19)
BKBa) 0.0031 (3.50)
U
2
M
3
115,59 (88.29)**
40.32 (15.91)**
291.58 (0.96)**
0.00078 (8.05)**
0.0035 (4.53)**
0.0032 (3.63)tn
G
5
2.77 (2.11)tn
7.05 (2.78)*
14.43 (3.28)tn
0.00092 (9.55)**
0.01 (13.36)**
0.015 (17.5)**
MxG
15
0.88 (0.65)tn
2.62 (1.03)tn
4.36 (0.99)tn
0.00013 (1.36)tn
0.0002 (0.32)tn
0.0003 (0.38)tn
Galat
46
1.309
2.534
4.393
0.000097
0.00076
0.00087
Keterangan: U = Ulangan, M = Metode, G = Genotipe, Nilai dalam ( ) adalah nilai F 0.05|0.01, MxG = Interaksi antara metode dan genotype, a) = data hasil transformasi √(x+0.5), * = berbeda nyata pada taraf 5%, ** = berbeda nyata pada taraf 1%, PA= Panjang Akar, PT= Panjang Tajuk, PB= Panjang Bibit, BKA= Berat Kering Akar, BKT= Berat Kering Tajuk, BKB= Berat Kering Bibit.
Metode yang terpilih dari hasil percobaan pendahuluan menunjukkan adanya perbedaan respon antara genotipe yang toleran dan peka terhadap salinitas pada banyak peubah (Tabel 4). Dari hasil uji DMRT menunujukkan bahwa tanaman pada M4 memiliki panjang akar tertinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan metode-metode lainnya. Peubah panjang tajuk terlihat tanaman pada M4 memiliki panjang tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan M2
Tabel 4. Pengaruh Metode Uji terhadap Semua peubah yang Diamati pada masing-masing Genotipe Metode
Genotipe Toleran T1
T2
M1
3.05
3.41
M2
7.57
M3
T3
Genotipe Peka Rataan
P1
Rataan
P2
P3
Rataan
Metode
Panjang Akar (cm) 6.08 4.18 4.01
4.19
4.44
4.21
4.19c
8.79
9.13
8.5
8.62
8.4
9.11
8.71
8.61b
8.85
9.04
9.29
9.06
8.72
9.06
9.23
9
9.03b
M4
9.75
9.05
10.36
9.72
10.4
9.9
9.45
9.92
9.82a
Rataan
7.31
7.57
8.72
7.87
7.94
7.89
8.06
7.96
7.91
M1
7.29
9.56
Panjang Tajuk (cm) 10.53 9.13 9.65
10.81
8.07
9.51
9.32b
M2
8.19
11.92
12.92
10.74
12.76
12.24
10.59
11.86
11.3a
M3
11.45
12.52
12.06
12.01
12.83
16.14
13.37
14.11
13.06a
M4
11.63
10.79
13.79
12.07
13.47
12.85
13.39
13.24
12.65a
Rataan
9.64b
11.19ab
12.33ab
10.98
12.18ab
13a
11.36ab
12.18
11.58
M1
10.34
12.97
Panjang Bibit (cm) 16.61 13.31 13.66
15.01
12.51
13.72
13.52c
M2
15.76
20.71
21.24
19.24
21.38
20.64
19.7
20.57
19.91b
M3
20.3
21.57
21.35
21.07
21.55
25.19
22.59
23.12
22.09ab
M4
21.38
19.84
24.16
21.79
23.87
22.75
22.85
23.16
22.47a
Rataan
16.95
18.77
20.84
18.85
20.12
20.9
19.41
20.14
19.49
M1
67
45
Berat Kering Akar (mg) 27 46 74
64
84
74
60a
M2
56
26
25
36
42
44
46
44
40b
M3
52
25
31
36
39
38
49
42
39b
M4
69
19
27
38
47
34
44
42
40b
Rataan
61a
28.75d
27.5cd
39
50.5ab
45bc
55.75ab
50.5
44.75
M1
202
69
Berat Kering Tajuk (mg) 84 118 186
191
157
178
148ab
M2
159
52
79
97
152
155
119
142
119.5b
M3
181
93
122
132
171
178
192
180
156ab
M4
211
107
102
140
180
197
194
190
165a
Rataan
188.25a
80.25b
96.75b
121.75
172.25a
180a
165.5a
172.5
147.13
M1
269
114
Berat Kering Bibit (mg) 111 165 260
255
241
252
208.5
M2
215
78
104
132
194
199
165
186
159
M3
233
118
153
168
210
216
241
222
M4
280
126
129
178
227
231
238
232
195 205
Rataan
249.25a
109a
124.25a
160.75
222.75a
225b
221.3b
223
191.88
Keterangan : M1= Kertas Towel (UDK) 4000 ppm, M2= Kertas Towel (UKDdp) 5000 ppm, M3= Kertas Merang (UKDdp) 3000 ppm, M4= Kertas Roti (UKDdp) 2000 ppm, T1=Pokali, T2= Lalan, T3= Dendang, P1= IR 64, P2= Widas, P3=Batanghari, Angka yang dikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT
dan M3 tetapi berbeda nyata dengan M1. Begitu pula untuk peubah panjang bibit dan berat kering tajuk menunjukkan tanaman pada M4 memiliki nilai tertinggi sedangkan pada peubah berat kering akar terlihat bahwa tanaman pada M1 memiliki nilai tertinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan metode lainnya. Kemudian pengaruh genotipe terlihat berbeda nyata pada peubah panjang tajuk, berat kering akar, berat kering tajuk dan berat kering bibit. Genotipe P2 (Widas) memilki nilai tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan P3, P1, T2, dan T3 tetapi berbeda nyata dengan T1. Selanjutnya pada peubah berat kering akar, berat kering tajuk dan berat kering bibit meunujukkan T1 (Pokali) memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Genotipe T1 berbeda nyata dengan T2, T3, P2 tetapi tidak berbeda nyata dengan P1 dan P3. Tanaman padi sangat toleran terhadap salinitas pada stadia perkecambahan, kemudian peka pada stadia awal pertumbuhan tanaman, memperoleh kembali sifat tolerannya dengan pesat selama stadia pembentukan anakan, kemudian peka lagi selama stadia pembungaan dan toleran selama pemasakan buah (Pearson dan Ayers dalam Sulaiman, 1980). Hal ini sesuai dengan penelitian Suwarno (1985) yang menyatakan bahwa pewarisan sifat toleran padi terhadap salinitas dikontrol oleh banyak gen. Kerusakan tanaman padi pada fase perkecambahan mencakup dua mekanisme yaitu: (1) tekanan osmosa media tinggi sehingga benih sulit menyerap air, (2) pengaruh racun dari ion-ion yang menyusun garam. Untuk berkecambah benih menyerap air melalui dua proses imbibisi yang kemudian diikuti oleh osmosa (Berlyn; Uhvits, dalam Suwarno dan Solahuddin, 1983). Penyerapan air oleh benih menurun dengan meningkatnya tekanan osmosa larutan sehingga tanaman kekurangan air. Perbedaan respon tanaman toleran dan peka terhadap salinitas disebabkan oleh tiga aspek yaitu tekanan osmosa, keseimbangan hara, dan pengaruh racun. Hal ini sesuai dengan penelitian Suwarno (1983) yang menyatakan kerusakan padi oleh NaCl tidak hanya disebabkan oleh tekanan osmoda media yang tinggi, tetapi juga oleh pengaruh unsur-unsur yang menyusun garam tersebut. Peubah-peubah antara genotipe toleran dan peka tidak selalu menunjukkan bahwa genotipe toleran lebih tinggi dibandingkan dengan genotipe peka. Hal ini dikarenakan adanya keragaman genetik antar genotipe, pengaruh salinitas dan
faktor lainnya. Keempat metode yang terpillih mencakup media perkecambahan dan konsentrasi NaCl. Media kertas sebagai media perkecambahan memiliki kekurangan dan kelebihan sehingga konsentrasi untuk setiap media yang digunakan berbeda-beda serta cara aplikasinya. Respon yang ditunjukkan oleh genotipe toleran dan peka juga berbeda seperti ujung daun mengering, menggulung. Gejala abnormalitas pada daun bibit seperti mengering dan menggulungnya daun pada ujung-ujung diduga adanya gangguan pada sistem metabolisme nitrogen (Yahya dan Adib, 1992). Interaksi antara metode dan genotipe tidak berpengaruh nyata pada semua peubah yang diamati maka tidak dapat dilanjutkan dengan uji kontras antara kelompok genotipe toleran dan peka untuk menentukan peubah dan metode yang terpilih, sehingga dilanjutkan dengan selisih nilai peubah yang diamati di laboratorium dan rumah kaca antara genotipe toleran dan peka. Peubah-peubah yang diamati memiliki respon yang berbeda-beda. Selisih nilai peubah-peubah antara genotipe toleran dan peka pada masing-masing metode memperlihatkan bahwa hanya peubah tertentu saja yang berpengaruh nyata dengan metode tertentu juga (Tabel 5). Peubah panjang akar tertinggi pada M2, pada peubah panjang tajuk tertinggi pada M3 dan peubah panjang bibit nilai terbesar pada M3. Sedangakan M1 memiliki nilai terbesar pada peubah-peubah berat kering akar, berat kering tajuk dan berat bibit bila dibandingkan dengn M2, M3 dan M4. Metode kertas tisu towel memiliki kelebihan dari metode yang lain yaitu memiliki daya serap yang lebih tinggi dibandingkan dengan kertas merang dan roti, selain itu mudah ditemukan di pasaran dan cara mengaplikasikannya juga mudah dan cepat. Berbeda dengan metode yang lain, kertas merang dan roti memilki daya serap yang lebih rendah dibandingkan dengan kertas towel serta sudah mulai sulit didapatkan di pasaran. Selain itu cara aplikasinya agak sulit dibandingkan dengan towel UDK yaitu dengan menggulung-gulung kertas pada saat penanaman. Metode kertas tisu towel UDK pada saat pencabutan akar dapat meminimalkan kehilangan akar akibat pencabutan sehingga dapat mengurangi bobot tanaman, pengamatan tanpa harus membuka gulungan terlebih dahulu yang dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman.
Tabel 5. Selisih antara Genotipe Toleran dan Peka pada Masing-masing Peubah yang diamati di Laboratorium dan Rumah Kaca Peubah yang diamati
Laboratorium
Rumah Kaca
M1
M2
M3
M4
Panjang Akar (cm)
0.036
0.212
0.058
0.197
2.26
Panjang Tajuk (cm)
0.382
1.105
2.101
1.168
5.34
Panjang Bibit (cm)
0.417
1.335
2.044
1.365
-
Berat Kering Akar (mg)
28
8
6
4
-
Berat Kering Tajuk (mg)
60
45
48
50
-
Berat Kering Bibit (mg)
87
54
54
54
-
PDM (%)
-
-
-
-
-13.71
Ptan (cm)
-
-
-
-
7.6
Keterangan : PDM (Persentase Daun Mati), Ptan (Panjang tanaman), M1 (kertas tisu towel 4000 ppm UDK), M2 (kertas tisu towel 5000 ppm UKDdp), M3 (kertas merang 3000 ppm UKDdp), M4 (kertas roti 2000 ppm UKDdp)
Metode dengan menggunakan kertas tisu towel pada konsentrasi NaCl 4000 ppm dengan cara penanaman UDK dapat memperlihatkan perbedaan antara genotipe yang toleran dan peka terhadap salinitas (Gambar 3). Hal ini terlihat dari perbedaan antara kontrol dan yang diberi perlakuan garam 4000 ppm yaitu ujung
Gambar 3. Pertumbuhan Genotipe Toleran dan Peka terhadap Salinitas pada Kertas TisuTowel (UDK) pada Konsentrasi 0 ppm (A) 4000 ppm (B) daun nekrosis lebih banyak pada tanaman yang diberi perlakuan NaCl. Tanaman kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang diberikan perlakuan. Tanaman toleran lebih tinggi dan daun yang nekrosis lebih sedikit dibandingkan
dengan tanaman peka. Pertumbuhan tanaman pada metode ini tidak akan terganggu karena akar memiliki penopang sehingga tanaman dapat berdiri tegak lain beda halnya dengan metode yang lain. Dalam menyeleksi genotipe yang belum diketahui keunggulannya terhadap cekaman lingkungan sehingga diperlukan pemilihan metode yang praktis, murah aplikasinya, cepat, bahan yang digunakan mudah diperoleh di pasaran, tidak membuang-buang tenaga terlalu banyak, pengamatan mudah dilakukan. Korelasi Peubah di Laboratorium dan di Rumah Kaca Korelasi menggambarkan tingkat keeratan hubungan linier antara dua peubah atau lebih. Besaran dari nilai koefisien korelasi tidak menggambarkan hubungan sebab akibat akibat antara dua peubah atau lebih tetapi hanya menggambarkan keterkaitan linier antar peubah (Mattjik dan Sumertajaya, 2006). Penelitian ini menggunakan peubah persentase daun mati di rumah kaca sebagai standar sedangkan di laboratorium menggunakan peubah panjang akar, panjang tajuk, panjang bibit, berat kering akar, berat kering tajuk, dan berat kering bibit. Data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa keeratan hubungan antara peubah di laboratorium dan di rumah kaca bernilai positif kecuali pada peubah berat kering akar dan berat kering bibit. Semua peubah yang diamati di laboratorium ternyata tidak berhubungan dengan peubah di rumah kaca sehingga untuk pengujian berikutnya menggunakan peubah berat kering akar dan berat kering bibit yang dianggap dapat menjelaskan peubah persentase Tabel 6. Rekapitulasi korelasi antara Peubah Pengujian di Laboratorium dengan Peubah di Rumah Kaca Peubah di Rumah Kaca
PDM
Peubah di Laboratorium PA
PT
PB
BKA
BKT
BKB
0.141tn
0.107tn
0.12tn
-0.096tn
0.02tn
-0.049tn
Keterangan: PA= Panjang Akar, PT= Panjang Tajuk, PB= Panjang Bibit, BKA= Berat Kering Akar, BKT= Berat Kering Tajuk, BKB= Berat Kering Bibit, PDM= Persentase Daun Mati, tn: tidak nyata
daun mati. Peubah berat kering akar dan berat kering bibit dijadikan peubah yang dapat membedakan genotipe toleran dan peka kareana peubah yang lain kurang dapat memperlihatkan perbedaannya misalnya jika panjang akar meningkat maka
persentase daun mati akan turun tetapi pada kenyataannya tidak demikian malahan peubah berat kering akar meningkat maka persentase daun mati juga meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa peubah persentase daun mati dapat dijelaskan dengan peubah yang ada di laboratorium. Jika persentase daun mati tinggi bisa dikatakan bahwa berat kering akar dan berat kering bibit akan mengalami penurunan yang tinggi. Hal ini disebabkan sel-sel meristem akar sensitive terhadap garam sementara aktivitas mitosis sel sangat tinggi untuk pertumbuhan akar. Pengaruh garam juga bisa menurunkan luas daun karena daun merupakan tempat asimilasi bagi tanaman. Oleh karena itu, metode M1 dapat membedakan genotipe yang toleran dan peka terhadap salinitas. Metode tersebut dengan beberapa peubah yang dipakai di laboratorium dapat mewakili peubah yang dipakai di rumah kaca sehingga dapat mempercepat waktu penyaringan genotipe. Simulasi Seleksi Padi Terhadap Salinitas Simulasi seleksi berkaitan dengan pemilihan varietas yang diinginkan dengan mendapatkan varietas unggul pada kondisi lahan sesuai dengan produksi tinggi. Hal ini dilakukan untuk membandingkan antara genotipe yang berada di laboratorium dengan di rumah kaca (Tabel 7). Tabel 7. Simulasi Seleksi Hasil Pengujian Laboratorium dan Rumah Kaca (Metode Standar) Intensitas Seleksi (%)
Jumlah Genotipe Jumlah Genotipe yang Terpilih Sesuai BKA vs PDM
Kesesuaian
1
1
0
0
5
3
0
0
10
6
1
16.67%
30
17
4
23.5%
50
27
13
48.1%
1
1
0
0
5
3
0
0
10
6
1
16.67%
30
17
3
17.6%
50
27
13
48.1%
BKB vs PDM
Keterangan: BKA= Berat Kering Akar, BKB= Berat Kering Bibit, PDM= Persentase Daun Mati
Pasangan peubah yang digunakan baik di laboratorium ataupun di rumah kaca diurutkan mulai dari nilai terendah hingga tertinggi dan akhirnya dipasangkan genotipe yang ada pada laboratorium dan ada juga di rumah kaca. Intensitas seleksi paling besar pada 50% dengan jumlah genotipe yang dapat dipilih sebanyak 27 genotipe dari 54 genotipe yang ada. Nilai kesesuaian terbesar pada peubah berat kering bibit sebesar 48.1% dan peubah berat kering akar juga sebesar 48.1%. Semakin besar intensitas seleksi maka jumlah genotipe yang sesuai semakin besar. Data Tabel 8 menunjukkan perbedaan kisaran tingkat toleransi padi terhadap salinitas pada peubah berat kering akar, berat kering bibit dan persentase daun mati. Pengujian di laboratorium antara peubah juga berbeda nilai kisarannya. Perbedaan kisaran nilai tingkat toleransi memperlihatkan perbedaan jumlah genotipe yang toleran terhadap salinitas pada rumah kaca dan laboratorium. Tabel 8. Kisaran Nilai Tingkat Toleransi Padi terhadap Salinitas Pengujian
Peubah
Laboratorium
BKA
≤ 0.025 mg 0.025 mg < x ≤ 0.05 mg 0.05 mg < x ≤ 0.075 mg 0.075 mg < x ≤ 0.101 mg > 0.101 mg
Sangat Peka Peka Sedang Toleran Sangat Toleran
BKB
≤ 0.03 mg 0.03 mg < x ≤ 0.062 mg 0.062 cm < x ≤ 0.093 mg 0.093 mg < x ≤ 0.125 mg > 0.125 mg
Sangat Peka Peka Sedang Toleran Sangat Toleran
PDM
>56% 42 % < x ≤ 56 % 28 % < x ≤ 42 % 14 % < x ≤ 28 % ≤ 14 %
Sangat Peka Peka Sedang Toleran Sangat Toleran
Rumah Kaca
Kisaran Nilai
Tingkat Toleransi
Keterangan: BKA= Berat Kering Akar, BKB= Berat Kering Bibit, PDM= Persentase Daun Mati
Kisaran nilai didasarkan kisaran nilai rataan dari masing-masing peubah yang berpotensi membedakan dari pengurangan nilai tertinggi dengan nilai terendah dari 54 genotipe yang diuji dibagi lima kelompok yaitu sangat peka, peka, sedang, toleran dan sangat toleran. Peubah berat kering akar digunakan kisaran ≤ 0.025 mg untuk sangat peka, 0.025 mg < x ≤ 0.05 mg peka, 0.05 mg < x ≤ 0.075 mg untuk sedang, 0.075 mg < x ≤ 0.101 mg untuk toleran, ≥ 0.101 mg untuk sangat toleran. Pada peubah berat kering bibit digunakan kisaran ≤ 0.03 mg untuk sangat peka, 0.03 mg < x ≤ 0.062 mg untuk peka, 0.062 mg < x ≤ 0.093 mg untuk sedang 0.093 mg < x ≤ 0.125 mg untuk toleran, ≥ 0.125 mg untuk sangat toleran. Pada peubah persentase daun mati di rumah kaca digunakan kisaran ≤ 14% untuk sangat toleran, 14% < x ≤ 28% untuk toleran, 28%< x ≤ 42 % untuk sedang, 42% < x ≤ 56 % untuk peka dan sangat peka >56%. Perbedaan nilai kisaran disebabkan oleh perbedaan lingkungan antara laboratorium dengan kondisi yang terkendali dan rumah kaca yang kurang terkendali. Selain itu, saat pemberian larutan garam, di rumah kaca diberikan pada saat bibit berumur 2 minggu sedangkan di laboratoium diberikan saat awal penanaman benih. Penanaman di laboratorium dilakukan bertahap sehingga dapat terjadi penurunan vigor benih. Menurut Suwarno (1983) menyatakan bahwa konsentrasi NaCl terhadap serapan air pada periode dua hari pertama, benih tetapi berpengaruh pada periode berikutnya. Serapan air benih berhubungan dengan konsentrasi, jumlah benih berkecambah dan kecepatan perkecamabahan. Genotipe yang toleran di Rumah kaca dengan peubah persentase daun mati sedikit jumlahnya, hal ini karena umur bibit yang ditanam pada umur 2 minggu berada pada saat tanaman tersebut bersifat peka. Pada data Tabel 9 menunjukkan pengelompokan genotipe tingkat salinitas antara di Laboratorium dan di Rumah kaca. Klasifikasi tingkat toleransi terbagi menjadi 5 yaitu sangat toleran (1), toleran (3), sedang (5), peka (7) dan sangat peka (9). Klasifikasi di rumah kaca dengan peubah persentase daun mati (PDM) terdapat 8 genotipe yang toleran, sedangkan di laboratorium dengan peubah berat kering akar terdapat 53 genotipe toleran dan peubah berat kering bibit sebanyak 54 genotipe toleran. Suhaimin (1983) menyatakan bahwa pada stadia bibit yang
menjadi indikator untuk nilai toleransi terhadap salinitas terlihat pada peubah bobot kering bagian atas tanaman dan akar maupun persentase daun nekrosis atau mati Tabel 9. Klasifikasi/Pengelompokan Genotipe terhadap Tingkat Toleransi Salinitas Hasil Pengujian Laboratorium dan Rumah Kaca Tingkat Toleran (skor)
Rumah Kaca
Laboratorium
PDM
BKA
BKB
Sangat Toleran (1)
1
37
54
Toleran (3)
7
16
0
Sedang (5)
15
1
0
Peka (7)
16
0
0
Sangat Peka (9)
15
0
0
Keterangan: PDM= Persentase Daun Mati, BKA = Berat Kering Akar,BKB = Berat Kering Bibit
Genotipe-genotipe toleran terhadap salinitas diperoleh dengan melakukan pencocokan antara peubah di laboratorium dan rumah kaca (metode standar). Jika salah satu peubah menunjukkan tingkat toleransi rendah (tidak toleran) ini berarti genotipe tersebut tidak termasuk toleran terhadap salinitas. Berdasarkan hasil pengelompokan tingkat toleransi salinitas pada pengujian di rumah kaca dan laboratorium terdapat 8 genotipe padi yang toleran terhadap salinitas. Genotipegenotipe tersebut adalah B10551E-KN-1-1, B10551E-KN-62-2, B10216F-TB-12-1, BP367E-MR-42-4-PN-3-KN-3-MR-2, BP367E-MR-42-4-PN-3-KN-3-MR-4, BP1019F – PN – 6 – 3 -1- KN – 3 - MR- 5- 3, B10861F-MR-12-4, B10862F-MR5-1.