HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu kelompok remaja dan kelompok dewasa. Karakteristik subyek terdiri dari umur, wilayah ekologi, jenis kelamin, suhu tubuh, tingkat pengetahuan
minum dan
dehidrasi, tingkat aktivitas fisik, dan IMT. Karakteristik subyek berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Karakteristik subyek berdasarkan kelompok umur No 1 2
3
4 5 6 7
Karakteristik Umur (tahun)* Wilayah ekologi a. Dataran rendah b. Dataran tinggi Jumlah (%) Jenis kelamin a. Laki-laki b. Wanita Jumlah (%) Suhu tubuh (oC)* Tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi (skor)* Tingkat aktivitas fisik ( kkal/kg/hari)* Indeks massa tubuh (Kg/m2)* * berbeda nyata pada p<0,05
Remaja 15,9±0,9
Dewasa 40,3±9,4
Total 27,9±13,9
308 (51,0%) 296 (49,0%) 604 (100,0)
296 (50,8%) 286 (49,2%) 582 (100,0)
604 (51,0%) 582 (49,0%) 1186 (100,0)
300 (49,7) 304 (50,3) 604 (100,0) 36,1 (0,9)
270 (46,6) 312 (53,4) 582 (100,0) 35,8 (0,9)
570 (48,2) 616 (51,8) 1186 (100,0) 35,9 (0,9)
59,8±21
63,5±22
61,6±16
1,7±0,2
1,5±0,1
1,6±0,2
20,8±4,0
25,2±4,0
23,0±5,0
Subyek dalam penelitian ini tersebar di enam lokasi penelitian dengan jumlah 1186 orang yang terdiri dari remaja dan dewasa. Subyek remaja berjumlah 604 orang yang merupakan siswa dan siswi SMU serta subyek dewasa berjumlah 582 orang yang merupakan guru dan staf pegawai. Subyek remaja rata-rata berumur 15,9±0,9 tahun dan subyek dewasa berumur 40,3±9,4 tahun. Rata-rata usia total subyek adalah 27,9±13,9 tahun. Berdasarkan uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara umur subyek remaja dan dewasa (p<0,05). Sebaran subyek berdasarkan wilayah ekologi terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu subyek yang tinggal di dataran rendah dan subyek yang tinggal di dataran tinggi. Subyek remaja yang tinggal dataran rendah berjumlah 308 orang (51,0%) dan 296 orang (41,0%) tinggal di dataran tinggi. Subyek dewasa yang tinggal di dataran rendah sebanyak 296 orang (50,8%) dan 286 orang
28
(49,2%) tinggal di dataran tinggi. Pada total subyek yang tinggal di dataran rendah berjumlah 604 (51,0%), dan 582 (49,0%) orang tinggal di dataran tinggi. Sebaran subyek berdasarkan jenis kelamin dikelompokkan menjadi lakilaki dan wanita. Pada remaja sebanyak 300 orang (49,7%) subyek berjenis kelamin laki-laki dan 304 orang (50,3%) berjenis kelamin wanita. Pada kelompok dewasa sebanyak 270 orang (46,6%) subyek berjenis kelamin laki-laki dan 312 orang (53,4%) berjenis kelamin wanita. Total subyek yang berjenis kelamin lakilaki adalah 570 orang (48,2%) dan 616 orang (51,8%) subyek berjenis kelamin wanita. Sebaran subyek menurut suhu tubuh menunjukkan rata suhu tubuh pada kelompok remaja yaitu 36,1oC dan 35,8oC pada subyek dewasa. Suhu tubuh rata-rata total subyek adalah 35,9 oC. Uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara suhu tubuh subyek remaja dan dewasa (p<0,05). Sebaran subyek menurut tingkat pengetahuan tentang air minum dan hidrasi menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pada dewasa lebih baik dibandingkan pada remaja dimana skor rata-rata pengetahuan pada remaja sebesar 59,8±21 poin dan 63,3±22 poin pada kelompok dewasa. Skor pengetahuan rata-rata total subyek sebesar
61,6±16 poin. Uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan
yang nyata antara tingkat pengetahuan subyek remaja dengan subyek dewasa (p<0,05). Nilai rata-rata tingkat aktivitas fisik subyek menunjukkan tingkat aktivitas fisik kelompok remaja lebih besar dibandingkan pada kelompok subyek dewasa. Tingkat aktivitas fisik subyek remaja adalah sebesar 1,7±0,2 kkal/kg/hari dan pada kelompok dewasa sebesar 1,5±0,1 kkal/kg/hari. Pada total subyek sebesar 1,6±0,2 kkal/kg/hari. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat aktivitas fisik pada remaja dan dewasa (p>0,05). IMT ratarata subyek menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara IMT pada kelompok remaja dan dewasa (p<0,05). Nilai
IMT rata-rata pada kelompok
remaja yaitu 20,8±4,0 kg/m2 dan pada kelompok dewasa yaitu 25,2±4,0 kg/m2. Indeks massa tubuh rata-rata pada total subyek adalah 23,0±5,0 kg/m2. Asupan Air pada Remaja dan Dewasa Total asupan air pada remaja dan dewasa berasal dari asupan air minuman, asupan air makanan, dan air metabolik. Sesuai dengan Manz dan Wentz et al. (2003) yang menyatakan bahwa asupan air merupakan total asupan air yang diperoleh dari makanan dan minuman serta air metabolik.
29
Total asupan air rata-rata pada remaja adalah 2770±439 mL/hari yang terbagi kedalam 1623±574 mL/hari minuman air putih, 474±465 mL/hari minuman lainnya, 513±211 mL/hari air dari makanan, serta 196±86 mL/hari air metabolik. Total asupan air pada dewasa tidak jauh berbeda dengan total asupan air pada remaja dengan nilai yang lebih kecil yaitu rata-rata 2730±456 mL/hari. Pada dewasa total asupan air berasal dari asupan minuman air putih rata-rata sebesar 1584±590 mL/hari, minuman lainnya 474±465 mL/hari, air dari makanan 535±198 mL/hari serta air metabolik 186±64 mL/hari. Total asupan air rata-rata pada total subyek adalah 2750±753 mL/hari yang terbagi kedalam 1611±580 mL/hari minuman air putih, 456±449 mL/hari minuman lainnya, 524±205 mL/hari air dari makanan, serta 191±76 mL/hari air metabolik. Hasil penelitian ini sejalan dengan NHANES III dalam Manz dan Wentz (2005) menyatakan bahwa pada remaja dan dewasa sekitar 80% total asupan air diperoleh dari minuman, sementara 20% sisanya diperoleh dari makanan. Rata-rata asupan air pada remaja dan dewasa berdasarkan sumbernya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Rata-rata asupan air (mL) subyek pada remaja dan dewasa berdasarkan sumbernya Sumber Minuman air putih Minuman lainya ** Air makanan Air metabolik Jumlah (mL)
Remaja mL (%) 1623±574 (58,6) 439±412 (14,9) 513±211 (19,2) 196±86 (7,3) 2773±439 (100)
Dewasa mL (%) 1584±590 (56,2) 474±465 (16,7) 535±198 (20,1) 186±64 (7,0) 2730±456 (100)
Total mL (%) 1611±580 (57,4) 456±449 (15,8) 524±205 (19,6) 191±76 (7,2) 2750±753 (100)
**): minuman bewarna dan berasa (selain air putih)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asupan air pada remaja dan dewasa tidak berbeda signifikan (p>0,05). Penelitian Bossingham et al. (2005) tentang keseimbangan air dan status hidrasi pada remaja dan dewasa menyatakan bahwa total asupan air tidak berbeda antara remaja dan dewasa. Mereka juga melaporkan bahwa umur tidak mempengaruhi total asupan air. Status Dehidrasi Pengukuran status dehidrasi didasarkan pada pemeriksaan urine USG yang dinyatakan dalam berat jenis urin (g/mL). Metode pengukuran status dehidrasi ini sesuai dengan Bossingham et al. (2005) bahwa dalam pengukuran status hidrasi dapat dilakukan menggunakan USG dan osmolalitas plasma. USG juga merupakan salah satu dari 5 metode yang mampu dan sering digunakan (Santoso et al. 2011). Pengukuran dehidrasi ditentukan dengan USG ≥1,020
30
g/mL (Casa et al. 2000). Rata-rata USG, jumlah dan persentase dehidrasi pada remaja dan dewasa berdasarkan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Rata-rata USG (g/mL), jumlah dan persentase dehidrasi berdasarkan kelompok umur dan status dehidrasi Sumber Remaja Dewasa Total
Dehidrasi USG (g/mL) n (%) 1,021±0,002 269 (44,5) 1,021±0,002 280 (48,1) 1,021±0,002 549 (46,3)
Tidak dehidrasi USG (g/mL) n (%) 1,011±0,003 335 (55,5) 1,011±0,003 302(51,9) 1,011±0,003 637 (53,7)
Berdasarkan nilai USG, rata-rata nilai berat jenis urin pada remaja dan dewasa serta total subyek tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05). Nilai rata-rata berat jenis subyek pada remaja dan dewasa serta total subyek yang dehidrasi yaitu 1,021±0,002 g/mL dan pada subyek remaja dan dewasa serta total subyek yang tidak dehidrasi yaitu 1,011±0,003 g/mL. Berdasarkan uji statistik terdapat perbedaan yang nyata antara nilai berat jenis urin subyek yang dehidrasi dan tidak dehidrasi (p<0,05). Persentase dehidrasi pada kelompok umur dewasa lebih besar dibandingkan dengan kelompok umur remaja yaitu sebesar 48,1% untuk dewasa dan 44,5% pada remaja. Persentase dehidrasi pada total subyek adalah sebesar 46,3%. Persentase dehidrasi yang cukup besar pada remaja dan dewasa menunjukkan bahwa walaupun dalam kondisi ginjal yang baik dibandingkan pada usia anak-anak dan lanjut usia, namun terdapat beberapa faktor dapat mempengaruhi status hidrasi remaja dan dewasa. Menurut Hardinsyah (2009), selain tingkat aktivitas fisik yang tinggi serta kurangnya pengetahuan tentang air minum, faktor akses terhadap air minum yang aman dan bermutu juga dapat mempengaruhi tingkat dehidrasi karena biasanya toilet di sekolah dirasa tidak cukup bersih untuk buang air kecil sehingga mereka malas untuk minum. Hasil analisis Chi square menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kelompok umur dan status dehidrasi (p<0,05). Status dehidrasi dan jenis kelamin Status dehidrasi berdasarkan jenis kelamin menunjukkan persentase dehidrasi pada subyek wanita lebih tinggi dibandingkan subyek laki-laki. Pada kelompok remaja, persentase kelompok wanita yang dehidrasi sebesar 49.0% dan pada kelompok laki-laki yang dehidrasi sebesar 40,0%. Pada kelompok dewasa, persentase kelompok laki-laki dehidrasi adalah sebesar 48,2% relatif sama dengan kelompok wanita dehidrasi yaitu 48,1%. Persentase dehidrasi
31
pada total kelompok laki-laki adalah 43,9% dan pada wanita adalah 48,5%. Sebaran subyek menurut kelompok umur, jenis kelamin dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Sebaran subyek menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan status dehidrasi No 1
Kelompok umur Remaja
2
Dewasa
3
Total
Jenis kelamin Wanita Laki-laki Total Wanita Laki-laki Total Wanita Laki-laki Total
Dehidrasi n(%) 149 (49,0) 120 (40,0) 269 (44,5) 150 (48,1) 130 (48,1) 280 (48,1) 299 (48,5) 250 (43,9) 549 (46,3)
Tidak dehidrasi n(%) 155 (51,0) 180 (60,0) 335 (55,5) 162 (51,9) 140 (51,9) 302 (51,9) 317 (51,5) 320 (56,1) 637 (53,7)
Total 304 (50,3) 300 (49,7) 604 (100,0) 312 (53,6) 270 (46,4) 582 (100,0) 616 (51,9) 570 (48,1) 1186 (100,0)
Hasil analisis Chi square pada remaja menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dan status dehidrasi (p<0,05). Namun pada dewasa dan total subyek menunjukkan tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dan status dehidrasi (p>0,05). Status dehidrasi yang tinggi pada remaja wanita diduga disebabkan asupan air pada wanita lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, hal ini sejalan dengan tingkat aktivitas fisik wanita lebih ringan dibandingkan laki-laki sehingga wanita tidak mudah haus dan tidak cukup minum. Wanita juga memiliki jaringan adiposa dibawah kulit yang melindungi kulit dari eksresi keringat berlebih. Pada remaja wanita yang mengalami pubertas juga menunjukkan persentase air yang lebih rendah dibandingkan lakilaki karena massa lemak yang tinggi (Novak 1989 dalam Pivarnik & Palmer 1994). Penelitian yang dilakukan Viktor (2007) menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak memenuhi asupan air dari makanan dan minuman dibandingkan wanita. Status dehidrasi dan wilayah ekologi Status dehidrasi berdasarkan wilayah ekologi menunjukkan status dehidrasi pada kelompok subyek yang tinggal di dataran rendah lebih tinggi dibandingkan subyek yang tinggal di dataran tinggi. Pada kelompok remaja persentase status dehidrasi pada wilayah ekologi dataran rendah yang mewakili wilayah dengan suhu lingkungan panas sebesar 55,5% dan pada wilayah ekologi dataran tinggi yang mewakili wilayah dengan suhu lingkungan dingin yaitu sebesar 33,1%. Pada kelompok remaja persentase dehidrasi pada kelompok subyek yang tinggal di dataran rendah yaitu sebesar 60,8% dan pada kelompok
32
subyek yang tinggal di dataran tinggi sebesar 35,0%. Pada total subyek persentase dehidrasi pada kelompok subyek yang tinggal di dataran rendah yaitu sebesar 58,1% dan pada kelompok subyek yang tinggal di dataran tinggi sebesar 34,0%. Sebaran subyek berdasarkan kelompok umur, wilayah ekologi dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran subyek menurut kelompok umur, wilayah ekologi dan status dehidrasi No 1
Kelompok umur Remaja
2
Dewasa
3
Total
Wilayah ekologi Dataran rendah Dataran tinggi Total Dataran rendah Dataran tinggi Total Dataran rendah Dataran tinggi Total
Dehidrasi n(%) 171 (55,5) 98 (33,1) 269 (44,5) 180 (60,8) 100 (35,0) 280 (48,1) 351 (58,1) 198 (34,0) 549 (46,3)
Tidak dehidrasi Total n(%) 137 (44,5) 308 (51,0) 198 (66,9) 296 (49,0) 335 (55,5) 604 (100,0) 116 (39,2) 296 (50,9) 186 (65,0) 286 (49,1) 302(51,9) 582 (100,0) 253 (41,9) 604 (50,9) 384 (66,0) 582 (49,1) 637 (53,7) 1186 (100,0)
Kelompok dataran rendah mewakili suhu lingkungan panas dan kelompok dataran tinggi mewakili subyek pada suhu lingkungan dingin. Hasil analisis Chi square menunjukkan terdapat hubungan antara status dehidrasi dan wilayah ekologi pada remaja dan dewasa (p<0,05). Udara yang panas dan lembab dapat membuat berkeringat sehingga membutuhkan tambahan air. Udara dalam ruangan yang panas juga dapat membuat kulit kehilangan kelembabannya. Ketinggian lebih dari 2500 m (8200 kaki) dapat menyebabkan peningkatan urinasi dan bernafas menjadi lebih cepat, sehingga lebih banyak air yang terbuang (Didinkaem 2006). Kehilangan air melalui penguapan bergantung pada suhu serta kelembaban lingkungan. Makin tinggi suhu dan makin rendah kelembaban akan meningkatkan kehilangan air (Santoso et al. 2011). Status dehidrasi dan tingkat asupan air Status dehidrasi berdasarkan tingkat asupan air pada semua kelompok usia dihitung berdasarkan tingkat asupan air per kebutuhan individu. Kebutuhan air individu dihitung menggunakan rumus NRC dalam Sawka et al. (2005) yaitu 1 mL/kkal untuk remaja dan dewasa. Kebutuhan air rata-rata pada remaja dehidrasi sebesar 2800±684 mL/hari dan pada remaja tidak dehidrasi sebesar 2754±633 mL/hari. Kebutuhan air rata-rata pada kelompok dewasa yaitu 2527±327 mL/hari pada kelompok dehidrasi dan 2484±344 mL/hari pada kelompok tidak dehidrasi. Kebutuhan air pada total subyek dehidrasi sebesar
33
2611±570 mL/hari dan pada total subyek tidak dehidrasi sebesar 2626±546 mL/hari. Menurut DA-CH (2008) total asupan air yang rekomendasikan untuk orang dewasa berkisar 2,2-3,7 L/hari. Rata-rata tingkat kebutuhan air (mL) menurut status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Rata-rata kebutuhan air (mL) pada remaja dan dewasa dan status dehidrasi Sumber Remaja Dewasa Total
Dehidrasi 2800±684 2527±388 2661±570
Tidak dehidrasi 2754±633 2484±382 2626±546
Total 2774±656 2505±385 2642±557
Asupan air dalam perhitungan tingkat asupan air yang dibandingkan berdasarkan kebutuhan air rumus NRC yang diacu dalam Sawka et al. (2005) adalah asupan air dari minuman air putih dan lainnya serta asupan air dari makanan. Rata-rata asupan air pada remaja dan dewasa berdasarkan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Rata-rata asupan air (mL) pada remaja dan dewasa berdasarkan status dehidrasi Sumber Remaja Minuman air putih (mL) Minuman lainya (mL) * Air makanan (mL) Total Tingkat asupan (%) Dewasa Minuman air putih (mL) Minuman lainya (mL) * Air makanan (mL) Total Tingkat asupan (%) Total Minuman air putih (mL) Minuman lainya (mL) * Air makanan (mL) Total Tingkat asupan (%)
Dehidrasi
Tidak dehidrasi
Total
1615±580 (61,9) 461±422 (17,7) 532±207 (20,4) 2608±732 (100,0) 93,1±2,8
1655±584 (63,9) 421±503 (16,2) 540±191 (19,9) 2591±817 (100,0) 95,3±3,1
1623±574 (63,0) 439±412 (17,0) 513±211 (20,0) 2575±780 (100,0) 94,6±3,0
1641±580 (63,3) 448±464 (17,3) 502±215 (20,4) 2591±623 (100,0) 103,3±2,8
1518±568 (60,5) 497±501 (19,8) 522±209 (20,7) 2508±641 (100,0) 101,7±2,9
1584±590 (61,8) 474±465 (18,3) 535±198 (20,9) 2593±633 (100,0) 102,5±2,8
1531±584 (61,1) 439±407 (17,5) 537±236 (21,4) 2506±678 (100,0) 98,3±2,8
1585±573 (62,1) 472±480 (1875) 531±212 (20,4) 2552±740 (100,0) 98,7±2,8
1611±580 (62,4) 456±449 (17,4) 524±205 (20,2) 2589±439 (100,0) 98,5±2,8
Pada remaja, rata-rata asupan air pada subyek dehidrasi adalah sebesar 2608±732 mL/hari dan pada subyek tidak dehidrasi sebesar 2591±817 mL/hari. Pada kelompok dewasa rata-rata asupan air pada subyek dehidrasi adalah sebesar 2591±623 mL/hari dan 2508±641 mL/hari pada subyek tidak dehidrasi. Asupan air pada total subyek dehidrasi sebesar 2506±678 mL/hari dan pada total subyek tidak dehidrasi sebesar 2552±740 mL/hari.
34
Hasil uji statistik terhadap kebutuhan air rata-rata antara kelompok dehidrasi pada remaja dan dewasa tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara kebutuhan air kelompok dehidrasi dan tidak dehidrasi (p>0,05). Hasil uji statistik pada asupan air juga menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara asupan air kelompok dehidrasi dan tidak dehidrasi pada remaja maupun dewasa (p>0,05). Hasil uji statistik tidak berbeda nyata antara kebutuhan air dan asupan air kelompok dehidrasi dan tidak dehidrasi kemungkinan karena terdapat faktor lain yang diduga berpengaruh. Faktor tersebut diantaranya adalah pengeluaran air subyek yang berasal dari aktivitas fisik yang ekstrim atau suhu dan kelembaban lingkungan tempat tinggal serta kebiasaan berkemih yang tidak diperhitungkan pada perhitungan kebutuhan air subyek. Proboprastowo dan Dwiriyani (2004) menyatakan bahwa kebutuhan air sangat bervariasi antar individu. Besarnya kebutuhan air individu dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, suhu tubuh dan kelembaban lingkungan serta aktivitas fisik. Tingkat asupan air dihitung berdasarkan persentase asupan air per kebutuhan yang kemudian dikelompokkan berdasarkan kategori defisit (<90%), serta cukup atau berlebih (≥90%). Sebaran subyek berdasarkan kelompok umur, tingkat asupan air dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran subyek berdasarkan kelompok umur, tingkat asupan air dan status dehidrasi No 1
Kelompok umur Remaja
2
Dewasa
3
Total
Tingkat asupan air <90% ≥90% Total <90% ≥90% Total <90% ≥90% Total
Dehidrasi n(%) 140 (48,9) 129 (40,6) 269 (44,5) 107 (48,8) 173 (47,7) 280 (48,1) 247 (48,9) 302 (44,3) 549 (46,3)
Tidak dehidrasi Total n(%) 146 (51,1) 286 (47,4) 189 (59,4) 318 (52,6) 335 (55,5) 604 (100,0) 112 (51,2) 219 (37,6) 190 (52,3) 363 (62,4) 302 (51,9) 582 (100,0) 258 (51,1) 505 (42,6) 379 (55,7) 681 (57,4) 637 (53,7) 1186 (100,0)
Tingkat asupan air pada remaja menunjukkan subyek dengan asupan air defisit (<90%) yang mengalami dehidrasi adalah sebesar 48,9%. Pada subyek dengan asupan air cukup atau berlebih (≥90%) yang mengalami dehidrasi sebesar 40,6%. Pada kelompok dewasa subyek dengan asupan air defisit (<90%) yang mengalami dehidrasi adalah sebesar 48,8%. Pada subyek dengan asupan air cukup atau berlebih (≥90%) subyek yang dehidrasi sebesar 47,6%. Pada total subyek dengan asupan air defisit (<90%) yang mengalami dehidrasi
35
adalah sebesar 48,9%. Pada subyek dengan asupan air cukup atau berlebih (≥90%) subyek yang dehidrasi sebesar 44,3%. Tingkat asupan air merupakan peubah yang paling dicurigai berhubungan dan berpengaruh terhadap dehidrasi namun hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat asupan air dan dehidrasi pada remaja (p<0,05). Pada subyek dewasa dan total subyek menunjukkan tidak terdapat hubungan antara tingkat asupan air dan dehidrasi (p>0,05). Status dehidrasi dan indeks massa tubuh Status dehidrasi berdasarkan IMT menunjukkan bahwa rata-rata IMT pada kelompok dehidrasi lebih besar dibandingkan dengan kelompok tidak dehidrasi. Pada remaja nilai rata-rata IMT pada kelompok dehidrasi adalah 21,3±5,3 kg/m2 dan pada kelompok tidak dehidrasi yaitu 20,5±5,2 kg/m2. Indeks massa tubuh pada dewasa yaitu rata-rata sebesar 25,7±4,0 kg/m2 pada kelompok dehidrasi dan 24,7±4,2 kg/m2 pada kelompok tidak dehidrasi. Pada total subyek nilai rata-rata IMT subyek kelompok dehidrasi adalah 23,4±5,3 kg/m2 dan pada kelompok tidak dehidrasi yaitu 22,7±5,2 kg/m2. Rata-rata IMT pada remaja dan dewasa dengan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Rata-rata IMT (kg/m2) berdasarkan kelompok umur dan status dehidrasi Sumber Remaja Dewasa* Total* * berbeda nyata pada p<0,05
Dehidrasi 21,26±5,3 25,74±4,0 23,39±5,0
Tidak dehidrasi 20,48±5,2 24,76±4,2 22,66±5,0
Nilai IMT subyek dikelompokkan menjadi gemuk dan tidak gemuk. Pada kelompok remaja maupun kelompok dewasa subyek dengan status gizi gemuk memiliki persentase dehidrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan subyek tidak gemuk. Pada remaja persentase subyek dehidrasi dengan status gizi gemuk yaitu sebesar 53,4% dan status gizi tidak gemuk 46,6%. Pada kelompok dewasa persentase dehidrasi pada subyek dengan status gizi gemuk yaitu 52,7% dan status gizi tidak gemuk sebesar 47,3%. Pada total subyek persentase dehidrasi pada subyek dengan status gizi gemuk yaitu 52,9% dan status gizi tidak gemuk sebesar 47,1%. Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara IMT dan dehidrasi pada total subyek dan kelompok dewasa (p<0,05), namun pada remaja tidak terdapat hubungan antara IMT dan dehidrasi (p>0,05). Hal ini
36
disebabkan tingkat kegemukan pada dewasa lebih besar dibandingkan pada remaja. Menurut Khomsan (2002), kejadian kegemukan meningkat pada usia dewasa, mencapai puncaknya pada usia 40 pertengahan dan awal 50 untuk lakilaki serta akhir 50 dan awal 60 untuk wanita. Santoso et al. (2011) menyatakan bahwa pada obesitas, air tubuh total lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas, kandungan air di dalam sel lemak lebih rendah daripada kandungan air di dalam sel otot sehingga orang obesitas lebih mudah kekurangan air dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas. Sebaran subyek berdasarkan kelompok umur status gizi dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Sebaran subyek berdasarkan kelompok umur status gizi dan status dehidrasi No 1
Kelompok umur Remaja
2
Dewasa
3
Total
Status gizi Gemuk Tidak gemuk Total Gemuk Tidak gemuk Total Gemuk Tidak gemuk Total
Dehidrasi n(%) 63 (53,4) 206 (46,6) 269 (44,5) 155 (52,7) 125 (47,3) 280 (48,1) 218 (52,9) 331 (47,1) 549 (46,3)
Tidak dehidrasi Total n(%) 55 (46,6) 118 (19,5) 280 (53,4) 486 (80,5) 335 (55,5) 604 (100,0) 139 (47,3) 294 (50,5) 163 (52,7) 288 ( 49,5) 302 (51,9) 582(100,0) 194 (57,1) 412 (34,7) 443 (42,9) 774 (65,3) 637 (53,7) 1186 (100,0)
Status dehidrasi dan tingkat aktivitas fisik Status dehidrasi menurut tingkat aktivitas fisik pada remaja dan dewasa tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p>0,05). Pada kelompok remaja, rata-rata nilai PAL yaitu 1,7±0,2 kkal/kg/hari pada subyek dehidrasi dan 1,7±0,2 kkal/kg/hari pada subyek tidak dehidrasi. Pada kelompok dewasa rata-rata nilai PAL yaitu 1,6±0,1 kkal/kg/hari dan 1,6±0,1 kkal/kg/hari pada subyek tidak dehidrasi. Pada total subyek rata-rata nilai PAL yaitu 1,6±0,2 kkal/kg/hari dan 1,6±0,2 kkal/kg/hari pada
subyek tidak dehidrasi. Rata-rata nilai PAL
(kkal/kg/hari) berdasarkan kelompok umur dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Rata-rata nilai PAL (kkal/kg/hari) berdasarkan kelompok umur dan status dehidrasi Sumber Remaja Dewasa Total
Dehidrasi 1,7±0,2 1,6±0,1 1,6±0,2
Tidak dehidrasi 1,7±0,2 1,6±0,1 1,6±0,2
37
Aktivitas fisik dikategorikan ke dalam dua kategori yaitu sangat ringan dan ringan ≤1,7 kkal/kg/hari serta sedang dan berat pada nilai >1,7 kkal/kg/hari. Pada kelompok remaja dengan aktivitas fisik ringan dan sangat ringan, subyek mengalami dehidrasi adalah sebesar 44,4% dan pada aktivitas fisik sedang dan berat subyek mengalami dehidrasi adalah sebesat 44,8%. Pada kelompok dewasa 48,3% subyek dengan aktivitas fisik ringan dan sangat ringan mengalami dehidrasi, dan 47,2% pada tingkat aktivitas fisik sedang dan berat. Pada total subyek 46,7% subyek dengan aktivitas fisik ringan dan sangat ringan mengalami dehidrasi, dan 45,3% pada tingkat aktivitas fisik sedang dan berat. AFIC (1999) menyatakan bahwa ketika berolahraga, asupan air yang dibutuhkan meningkat,
karena
tubuh
banyak
kehilangan
air,
sehingga
diperlukan
penggantian air secara cepat untuk mencegah dehidrasi. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan oleh tubuh, maka akan semakin banyak air yang dibutuhkan. Sebaran subyek berdasarkan kelompok umur, tingkat aktivitas fisik dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Sebaran subyek berdasarkan tingkat aktivitas fisik, kelompok umur dan status dehidrasi No
Kelompok Umur
1
Remaja
2
Dewasa
3
Total
Tingkat aktivitas fisik
Dehidrasi n(%)
Sangat ringan/ringan Sedang/berat Total Sangat ringan/ringan Sedang/berat Total Sangat ringan/ringan Sedang/berat Total
141 (44,3) 128 (44,8) 269 (44,5) 238 (48,3) 42 (47,2) 280 (48,1) 379 (46,7) 170 (45,3) 549 (46,3)
Tidak Dehidrasi n(%) 177 (55,7) 158 (55,2) 335 (55,5) 255 (51,7) 47 (52,8) 302 (51,9) 432 (53,3) 205 (54,7) 637 (53,7)
Total
318 (52,6) 286 (47,4) 604 (100,0) 493 (84,7) 89 (15,3) 582(100,0) 811 (68,4) 375 (31,6) 1186 (100,0)
Hasil analisis Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan antara status dehidrasi dan tingkat aktivitas fisik (p>0,05). Hal ini diduga karena tingkat aktivitas fisik subyek rata-rata berada pada tingkat ringan dan hanya sedikit subyek yang melakukan aktivitas berat. Selain itu subyek dengan aktivitas fisik berat telah sadar untuk minum dalam jumlah yang cukup. Hal ini disebabkan respon haus pada tingkat aktivitas fisik berat lebih dirasakan dibandingkan dengan aktivitas ringan. Batmanghelidj (2007) menyatakan bahwa pengaturan air manusia bergantung pada sensasi hausnya. Jika tidak merasa haus, manusia cenderung tidak minum air. Biasanya, seseorang menunggu sampai haus sebelum mulai berpikir untuk minum air.
38
Status dehidrasi dan tingkat pengetahuan tentang air minum dan hidrasi Status dehidrasi berdasarkan tingkat pengetahuan tentang air minum dan hidrasi menunjukkan bahwa rata-rata skor nilai pada subyek dehidrasi lebih kecil dibandingkan subyek tidak dehidrasi. Pada remaja nilai rata-rata pengetahuan subyek yang mengalami dehidrasi yaitu 57,3±21 poin dan 61,9±21 poin pada subyek tidak dehidrasi. Pada kelompok dewasa rata-rata poin pengetahuan pada subyek dehidrasi sebesar 62,1±22 dan sebesar 64,9±22 poin pada subyek tidak dehidrasi. Pada total subyek rata-rata poin pengetahuan pada subyek dehidrasi sebesar 59,7±22 dan sebesar 69,3±22 poin pada subyek tidak dehidrasi. Ratarata skor tingkat pengetahuan berdasarkan kelompok umur dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Rata-rata skor pengetahuan (poin) berdasarkan kelompok umur dan status dehidrasi Sumber Remaja* Dewasa Total* * berbeda nyata pada p<0,05
Dehidrasi 57,3±21 62,1±22 59,7±22
Tidak dehidrasi 61,9±21 64,9±22 63,3±22
Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara skor pengetahuan kelompok dehidrasi dan tidak dehidrasi pada remaja dan total subyek (p<0,05). Tingkat pengetahuan air minum dan dehidrasi subyek dibagi kedalam 2 kelompok yaitu tingkat pengetahuan kurang (<60) dan tingkat pengetahuan sedang atau baik (≥60). Sebaran subyek menurut tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi pada kelompok umur dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Sebaran subyek berdasarkan tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi serta status dehidrasi No 1
Kelompok umur Remaja
2
Dewasa
3
Total
Pengetahuan air minum dan hidrasi Kurang Sedang/baik Total Kurang Sedang/baik Total Kurang Sedang/baik Total
Dehidrasi n(%) 128 (50,6) 141 (40,2) 269 (44,5) 107 (54,1) 173 (45,1) 280 (48,1) 235 (52,1) 314 (42,7) 549 (46,3)
Tidak Total dehidrasi n(%) 125 (49,4) 253 (41,9) 210 (59,8) 351 (58,1) 335 (55,5) 604 (100,0) 91 (45,9) 198 (38,1) 211 (54,9) 384 (61,9) 302 (51,9) 582(100,0) 216 (47,9) 451 (38,1) 421 (57,3) 735 (61,9) 637 (53,7) 1186 (100,0)
Pada remaja persentase subyek dehidrasi pada kelompok tingkat pengetahuan
kurang
yaitu
50,5%
dan
40,2%
pada
kelompok
tingkat
39
pengetahuan sedang atau baik. Pada dewasa sebesar 54,0% subyek dehidrasi pada kelompok tingkat pengetahuan kurang dan 45,1% subyek dehidrasi pada kelompok tingkat pengetahuan sedang atau baik. Pada total subyek sebesar 52,1% subyek dehidrasi pada kelompok tingkat pengetahuan kurang dan 42,7% subyek mengalami dehidrasi pada kelompok tingkat pengetahuan sedang atau baik. Pengetahuan tentang air minum dan hidrasi subyek yang rendah akan berpengaruh terhadap kebiasaan minum dan hidrasi subyek. Subyek yang memiliki tingkat pengetahuan tentang air minum dan hidrasi cenderung mengalami dehidrasi. Menurut Khomsan (2000) tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih pangan, yang pada akhirnya berpengaruh pada keadaan gizi seseorang. Hasil korelasi Spearman pada remaja dan total subyek menunjukkan terdapat hubungan antara status dehidrasi dan tingkat pengetahuan subyek (p<0,05). Pada kelompok dewasa hasil korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan antara status dehidrasi dan tingkat pengetahuan subyek (p>0,05) hal ini diduga karena pada kelompok dewasa yang merupakan tenaga pengajar memiliki tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi yang sudah baik sehingga tingkat pengetahuan pada dewasa tidak berhubungan dengan status dehidrasi. Status dehidrasi dan suhu tubuh Status dehidrasi berdasarkan suhu tubuh menunjukkan rata-rata suhu tubuh subyek dengan status dehidrasi lebih kecil dibandingkan dengan suhu tubuh subyek tidak dehidrasi. Pada remaja suhu tubuh rata-rata subyek yang mengalami dehidrasi adalah 36,0±0,9oC dan pada subyek yang tidak mengalami dehidrasi yaitu 36,1±0,9oC. Pada dewasa suhu tubuh rata-rata subyek yang mengalami dehidrasi adalah 35,8±0,9oC dan pada subyek yang tidak mengalami dehidrasi yaitu 35,9±0,9oC. Pada dewasa suhu tubuh rata-rata subyek yang mengalami dehidrasi adalah 36,0±0,9oC dan pada subyek yang tidak mengalami dehidrasi yaitu 36,1±0,9oC. Rata-rata suhu tubuh (oC) berdasarkan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Rata-rata suhu (oC) tubuh berdasarkan status dehidrasi Sumber Remaja Dewasa* Total* * berbeda nyata pada p<0,05
Dehidrasi 36,0±0,9 35,8±0,9 35,9±0,9
Tidak dehidrasi 36,1±0,9 35,9±0,9 36,0±0,9
40
Suhu tubuh dikelompokkan menjadi suhu tubuh normal dan tidak normal. Pada persentase subyek dehidrasi berdasarkan suhu tubuh normal dan tidak normal menunjukkan persentase dehidrasi lebih besar pada subyek dengan suhu tubuh tidak normal baik itu pada remaja, dewasa maupun pada total subyek. Pada remaja, persentase subyek dehidrasi dengan suhu tubuh normal sebesar 41,3% dan pada suhu tidak normal 50,5%. Pada dewasa, persentase subyek dehidrasi pada kelompok suhu tubuh normal sebesar 44,1% dan 53,1% pada kelompok suhu tubuh tidak normal. Pada total subyek persentase dehidrasi pada kelompok suhu tubuh normal sebesar 42,6% dan pada kelompok suhu tubuh tidak normal sebesar 51,9%. Sebaran subyek menurut kelompok umur, suhu tubuh dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Sebaran subyek menurut kelompok umur, suhu tubuh dan status dehidrasi No 1
Kelompok umur Remaja
2
Dewasa
3
Total
Suhu tubuh Normal Tidak normal Total Normal Tidak normal Total Normal Tidak normal Total
Dehidrasi n(%) 162 (41,3) 107 (50,5) 269 (44,5) 143 (44,1) 137 (53,1) 280 (53,1) 305 (42,6) 244 (51,9) 549 (46,3)
Tidak dehidrasi n(%) 230 (58,7) 105 (49,5) 335 (55,5) 181 (55,9) 121 (46,9) 302 (51,9) 411 (57,4) 226 (48,1) 637 (53,7)
Total 392 (64,9) 212 35,1) 604 (100,0) 324 (55,7) 258 (44,3) 582 (100,0) 716 (60,4) 470 (39,6) 1186 (100,0)
Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara status dehidrasi dengan suhu tubuh pada dewasa dan total subyek (p<0,05). Pada remaja tidak terdapat hubungan antara status dehidrasi dan suhu tubuh (p<0,05). Pada suhu tubuh yang tinggi akan memberikan penguapan kulit, banyak berkeringat sehingga ekskresi air melalui kulit relatif lebih tinggi (Hardinsyah 2009). Kenaikan suhu tubuh 1 0C pada suhu tubuh diatas 37 0C akan mengakibatkan kehilangan volume 100-150 mL. Tubuh memerlukan air dalam jumlah yang sangat banyak dalam keadaan dingin karena persepsi individu tentang haus dan butuh untuk minum akan tertahan saat dingin, dehidrasi terjadi saat asupan air ke tubuh berkurang. Dehidrasi menyebabkan menurunnya ketahanan mental, menurunnya kapasitas kerja, menurunkan kemampuan tekanan darah saat suhu tubuh turun (Nugroho 2009).
41
Faktor Risiko Dehidrasi Dehidrasi didefinisikan sebagai keadaan dimana terjadi kekurangan air dan elektrolit tubuh yang dapat berakibat serius dan berpotensi mematikan (Thompson et al. 2008). Dehidrasi umumnya terjadi akibat olahraga berat, kerja berat, atau ekpos pada tempat suhu tinggi sehingga tubuh kehilangan berat badan secara nyata melalui pengeluaran air yang berlebih, baik dalam bentuk keringat maupun uap air dari pernapasan. Variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap status dehidrasi adalah jenis kelamin, wilayah ekologi, status gizi, suhu tubuh, tingkat aktivitas fisik, tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi serta tingkat asupan air. Variabel tersebut kemudian dianalisis menggunakan model regresi logistik untuk melihat faktor risiko dehidrasi. Hasil regresi logistik faktor risiko dehidrasi pada remaja dan dewasa dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23 Hasil regresi logistik faktor risiko dehidrasi pada remaja, dewasa dan total subyek Faktor Risiko Remaja Wilayah ekologi Jenis Kelamin Suhu tubuh Tingkat pengetahuan Tingkat asupan air Dewasa Wilayah ekologi Suhu tubuh Total subyek Wilayah ekologi Suhu tubuh Tingkat asupan air Tingkat pengetahuan
Kategori
B
Sig.
OR (exp B)
Odd Ratio
0 = dataran tinggi 1 = dataran rendah 0 = laki-laki 1 = wanita 0 = normal 1 = tidak normal 0 = baik 1 = kurang 0 = ≥90% 1 = <90%
1,006
0,000
2,735
1,930- 3,875
0,472
0,009
1,604
1,127- 2,281
0,406
0,027
1,501
1,047- 2,152
0,353
0,045
1,423
1,007- 2,010
0,512
0,004
1,668
1,173- 2,371
0 = dataran tinggi 1 = dataran rendah 0 = normal 1 = tidak normal
1,057
0,000
2,879
2,033- 4,077
0,434
0,014
1,543
1,093-2,178
0 = dataran tinggi 1 = dataran rendah 0 = normal 1 = tidak normal 0 = ≥ 90% 1 = < 90% 0 = baik 1 = kurang
1,013
0,000
2,754
2,158 -3,514
0,431
0,001
1,539
1,201-1,973
0,274
0,033
1,316
1,023-1,692
0,283
0,026
1,327
1,035 -1,702
Hasil uji regresi logistik menunjukkan faktor risiko dehidrasi pada remaja adalah jenis kelamin, wilayah ekologi, suhu tubuh, tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi serta tingkat asupan air. Faktor risiko dehidrasi pada dewasa
42
adalah wilayah ekologi dan suhu tubuh. Faktor risiko dehidrasi pada total subyek adalah wilayah ekologi, suhu tubuh, tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi serta tingkat asupan air. Hasil
uji
regresi
logistik
menunjukkan
bahwa
wilayah
ekologi
mempengaruhi status dehidrasi secara nyata pada taraf 5% untuk kelompok remaja (OR= 2,735; 95% CI: 1,930–3,875) dan dewasa (OR= 2,879; 95% CI: 2,033–4,077). Hal ini berarti bahwa pada kelompok remaja subyek yang tinggal di dataran rendah berisiko 2,74 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang berada di dataran tinggi dan pada kelompok dewasa subyek yang tinggal di dataran rendah berisiko 2,88 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang berada di dataran tinggi. Hasil
uji
regresi
logistik
menunjukkan
bahwa
wilayah
ekologi
mempengaruhi status dehidrasi secara nyata pada taraf 5% untuk total subyek (OR=2,754; 95% CI: 2,158–3,515). Hal ini menunjukkan subyek yang tinggal di dataran rendah berisiko 2,75 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang berada di dataran tinggi. Suhu lingkungan yang lebih tinggi pada seperti dataran rendah akan memberi pengaruh penguapan pada kulit, sehingga ekskresi air melalui kulit akan relatif lebih tinggi. Suhu lingkungan tempat seseorang tinggal akan mempengaruhi fisiologis tubuh, yaitu dalam upaya untuk merespon dengan baik agar dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup. Suhu lingkungan yang tinggi meyebabkan suhu tubuh seseorang meningkat dan tubuh melakukan adaptasi dengan lingkungan dengan cara mengekskresikan keringat. Apabila ekskresi keringat terjadi secara terus menerus tanpa diimbangi dengan asupan air yang cukup maka dapat menyebabkan dehidrasi (Hardinsyah et al. 2009). Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa jenis kelamin mempengaruhi status dehidrasi secara nyata pada taraf 5% untuk remaja (OR= 1,604; 95% CI: 1,127–2,281). Hal ini menunjukkan remaja wanita lebih berisiko 1,60 kali mengalami dehidrasi dibandingkan pada remaja laki-laki. Beberapa literatur menyebutkan bahwa komposisi lemak tubuh pada wanita lebih besar dibandingkan pada laki-laki sehingga kandungan air pada tubuh wanita lebih rendah dan akibatnya wanita lebih rentan untuk mengalami dehidrasi jika dibandingkan dengan laki-laki. Dhamayanti (2009) menyatakan bahwa komposisi lemak mulai meningkat ketika usia anak memasuki 6 tahun, tubuh anak wanita lebih banyak lemak, sedangkan tubuh anak laki-laki lebih banyak jaringan
43
ototnya. Wanita mengontrol kelebihan energi sebagai lemak simpanan, sedangkan laki-laki menggunakan kelebihan energinya untuk mensintesis protein (WHO 2000). Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa suhu tubuh mempengaruhi status dehidrasi secara nyata pada taraf 5% untuk remaja (OR=1,501; 95% CI:1,047–2,152) dan dewasa (OR:1,543; 95% CI= 1,093–2,178) serta total subyek (OR= 1,539; 95% CI: 1,201–1,973). Hal ini berarti pada suhu tubuh subyek yang berada di luar rentang normal akan berisiko mengalami dehidrasi 1,50 kali pada remaja dan 1,54 kali pada dewasa, serta 1,54 kali pada total subyek jika dibandingkan pada subyek dengan suhu tubuh normal. Ahrens (2007) dalam Hardinsyah et al. (2009) menyatakan bahwa apabila suhu tubuh meningkat maka kelenjar hipotalamus mengaktifkan mekanisme regulasi panas tubuh. Salah satu cara penurunan suhu tubuh adalah penguapan. Pada tubuh manusia, penguapan terjadi melalui pernapasan dan keringat. Saat penguapan banyak air dan elektrolit yang hilang sehingga terjadi ketidakseimbangan air dalam tubuh. Pada daerah suhu dingin secara otomatis tubuh akan banyak mengeluarkan panas sehingga akan menyebabkan pemakaian energi dan air yang berlebih sehingga dapat menyebabkan dehidrasi. Selain itu udara yang dingin membuat rasa haus ingin minum pun menjadi berkurang sehingga tubuh bisa saja kekurangan asupan air. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi mempengaruhi status dehidrasi secara nyata pada taraf 5% untuk remaja (OR=1,423; 95% CI: 1,007–2,010) dan pada total subyek (OR=1,327; 95% CI: 1,035–1,702). Subyek yang memiliki tingkat pengetahuan yang lebih rendah akan berisiko 1,42 kali mengalami dehidrasi pada remaja dan 1,33 kali pada total subyek jika dibandingkan dengan subyek yang tingkat pengetahuannya baik. Skor nilai pengetahuan tentang air minum dan hidrasi subyek berbanding lurus dengan sikap subyek dalam memenuhi asupan air. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih pangan, yang pada akhirnya berpengaruh pada keadaan gizi seseorang (Khomsan 2000). Berdasarkan data hasil penelitian subyek yang tingkat pengetahuannya baik rata-rata asupan airnya lebih tinggi dibandingkan subyek yang tingkat pengetahuannya kurang. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa tingkat asupan air mempengaruhi status dehidrasi secara nyata pada taraf 5% untuk remaja
44
(OR=1,668; 95% CI: 1,173 – 2,371) dan total subyek (OR=1,316; 95% CI: 1,023– 1,692. Asupan air subyek yang kurang 90% kebutuhannya berisiko mengalami dehidrasi 1,67 kali pada remaja dan 1,32 kali pada total subyek jika dibandingkan dengan subyek yang asupan airnya lebih dari 90% kebutuhannya.