HASIL DAN PEMBAHASAN Neutrofil pada Mencit Jantan Berdasarkan Tabel 2, rata-rata persentase neutrofil ketiga perlakuan infusa A. annua L. dari hari ke-2 sampai hari ke-8 setelah infeksi cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Pada hari ke-9 setelah infeksi, rata-rata persentase neutrofil ketiga perlakuan cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok perlakuan KN. Pada hari ke-10 setelah infeksi, rata-rata persentase neutrofil kelompok AR3 cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase neutrofil dari berbagai kelompok perlakuan pada mencit jantan disajikan pada Tabel 2, sedangkan diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 10 di bawah ini.
50
Persentase
40 KNO
30
KN
20
AR1 AR2
10
AR3
0 0
2
4
6 8 9 Hari Pengamatan
10
11
Gambar 10 Rata-rata persentase neutrofil dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2 (9.6 mg/ml), 1×10-4 (0.096 mg/ml), 1×10-6 (0.00096 mg/ml).
Neutrofil pada Mencit Betina Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase neutrofil dari berbagai kelompok perlakuan pada mencit betina disajikan pada Tabel 3. Diagram batang dari Tabel 3 disajikan pada Gambar 11.
25
Tabel 2 Rata-rata persentase neutrofil dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. Hari Pengamatan (Setelah Infeksi)
Perlakuan 0 KNO
30.33 ± 10.41
2 abcd
39.00 ± 0.00
4 bcd
6
39.67 ± 8.92
bcd
8
37.33 ± 3.79
abcd
9
38.67 ± 12.50
bcd
10
39.00 ± 14.00
bcd
33.33 ± 19.01
11 abcd
28.00 ± 5.00 abc
KN
30.00 ± 8.54 abcd
28.67 ± 1.53 abcd
32.67 ± 5.03 abcd
21.00 ± 2.65 a
31.00 ± 8.72 abcd
39.33 ± 16.20 bcd
35.33 ± 3.06 abcd
37.00 ± 10.82 abcd
AR1
34.00 ± 8.66 abcd
36.00 ± 0.00 abcd
36.33 ± 10.26 abcd
23.33 ± 2.52 ab
38.33 ± 13.05 abcd
36.33 ± 6.11 abcd
36.33 ± 14.22 abcd
35.00 ± 1.00 abcd
AR2
34.67 ± 6.66 abcd
34.67 ± 2.08 abcd
33.00 ± 3.61 abcd
33.00 ± 4.36 abcd
30.33 ± 1.53 abcd
32.67 ± 7.37 abcd
30.33 ± 9.61 abcd
41.67 ± 12.06 cd
AR3
32.50 ± 7.50 abcd
34.67 ± 3.21 abcd
45.33 ± 5.86 d
36.00 ± 4.36 abcd
43.00 ± 0.00 cd
33.67 ± 5.51 abcd
40.33 ± 2.89 cd
31.67 ± 9.29 abcd
*Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2(9.6 mg/ml),1×10-4(0.096 mg/ml), 1×10-6(0.00096 mg/ml).
Tabel 3 Rata-rata persentase neutrofil dari mencit betina yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. Hari Pengamatan (Setelah Infeksi)
Perlakuan 0
8
9
26.33 ± 3.21 abcdefghi 29.67 ± 15.89 abcdefghij 31.00 ± 6.56 abcdefghij 33.00 ± 5.29 cdefghij
41.67 ± 4.51 j
30.67 ± 3.21 abcdefghij 27.33 ± 6.03 abcdefghij 41.66 ± 13.58
KN
25.67 ± 1.53 abcdefghi 38.67 ± 2.08 ghij
21.33 ± 9.07 abcd
39.67 ± 3.21 hij
41.50 ± 1.50 j
AR1
24.33 ± 4.93 abcdefg
34.33 ± 8.39 defghij
32.67 ± 3.51 bcdefghij 37.33 ± 13.87 efghij
AR2
37.00 ± 2.65 efghij
36.00 ± 16.52 defghij
18.00 ± 7.00 ab
23.50 ± 13.50 abcdef 36.00 ± 7.00 defghij
16.50 ± 2.50 a
32.50 ± 3.50 bcdefghij 26.00 ± 3.00 abcdefghi
AR3
24.67 ± 0.56 abcdefg
41.33 ± 8.08 j
22.67 ± 1.53 abcde
23.67 ± 6.11 abcdef
18.67 ± 6.87 abc
25.00 ± 10.00 abcdefgh 30.33 ± 11.15 abcdefghij
KNO
2
4
6
39.00 ± 9.54 ghij
30.00 ± 2.00 abcdefghij 37.00 ± 2.00 efghij
21.33 ± 2.51 abcd
10
11 j
40.00 ± 1.00 ij
42.00 ± 0.00 j
37.67 ± 4.62 fghij
35.33 ± 8.50 defghij
*Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2(9.6 mg/ml),1×10-4(0.096 mg/ml), 1×10-6(0.00096 mg/ml).
26
Pada hari ke-2 setelah infeksi (Tabel 3), hanya AR3 yang memiliki persentase rata-rata neutrofil lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Pada hari ke-4 setelah infeksi, rata-rata persentase kelompok perlakuan AR1 dan AR3 cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Rata-rata persentase neutrofil ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. pada hari ke-6 sampai ke-11 setelah infeksi cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok KN.
50
Persentase
40 30 KNO KN
20
AR1 AR2
10
AR3
0 0
2
4
6
8
9
10
11
Hari Pengamatan
Gambar 11 Rata-rata persentase neutrofil dari mencit betina yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2 (9.6 mg/ml), 1×10-4 (0.096 mg/ml), 1×10-6 (0.00096 mg/ml). Monosit Pada Mencit Jantan Berdasarkan Tabel 4, pada hari ke-2 setelah infeksi, rata-rata persentase monosit ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok KN. Hal sebaliknya terjadi pada hari ke-4 setelah infeksi, persentase rata-rata monosit ketiga kelompok perlakuan A. annua L. cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Pada hari ke-6 dan ke-8 setelah infeksi, rata-rata persentase monosit AR3 cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Pada hari ke-9 dan ke-10 setelah infeksi, rata-rata persentase monosit AR3 cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok KN, sedangkan kelompok
26
27
perlakuan AR1 dan AR2 cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase monosit dari berbagai kelompok perlakuan di mencit jantan disajikan pada Tabel 4, sedangkan diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 12 di bawah ini..
Persentase
20
KNO KN
10
AR1 AR2 AR3
0 0
2
4
6 8 Hari Pengamatan
9
10
11
Gambar 12 Rata-rata persentase monosit dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2 (9.6 mg/ml), 1×10-4 (0.096 mg/ml), 1×10-6 (0.00096 mg/ml). Monosit pada Mencit Betina Berdasarkan Tabel 5, pada hari ke-2 setelah infeksi, rata-rata persentase monosit ketiga perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Pada hari ke-4 setelah infeksi, hanya AR2 yang memiliki rata-rata persentase monosit lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Hari ke-6 setelah infeksi, rata-rata persentase monosit ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih rendah dibandingkan rata-rata persentase kelompok KN. Rata-rata persentase monosit AR3 pada hari ke-9 dan ke-10 setelah infeksi cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase monosit dari mencit betina disajikan pada Tabel 5, sedangkan diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 13.
27
28
Tabel 4 Rata-rata persentase monosit dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. Hari Pengamatan (Setelah Infeksi)
Perlakuan 0
2 ab
4
11.33 ± 4.51
abc
KNO
4.00 ± 2.65
KN
2.33 ± 0.57a
12.33 ± 5.13 abc
AR1
5.33 ± 2.08 ab
AR2 AR3
6
8.33 ± 2.08
abc
7.67 ± 4.51 abc
8
4.67 ± 4.62
ab
9
12.67 ± 7.57
abc
10
11.67 ± 3.21
abc
11
10.00 ± 5.00
abc
13.00 ± 2.00 abc
8.33 ± 4.93 abc
3.67 ± 1.54 ab
6.33 ± 8.39 ab
5.00 ± 6.25 ab
3.33 ± 1.53 a
11.67 ± 12.50 abc 12.00 ± 1.00 abc
7.67 ± 4.73 abc
9.67 ± 6.11 abc
8.33 ± 4.04 abc
15.00 ± 6.08 bc
18.00 ± 7.00 d
2.67 ± 1.53 a
3.67 ± 1.53 ab
12.33 ± 3.05 abc
4.67 ± 2.08 ab
2.67 ± 1.53 a
9.67 ± 4.73 abc
9.67 ± 7.51 abc
9.67 ± 5.77 abc
9.50 ± 6.5 abc
3.33 ± 2.52 a
13.67 ± 6.43 bcd
10.00 ± 8.72 abc
10.00 ± 3.46 abc
3.67 ± 3.05 ab
4.33 ± 2.08 ab
11.00 ± 16.46 abc
*Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2(9.6 mg/ml),1×10-4(0.096 mg/ml), 1×10-6(0.00096 mg/ml).
Tabel 5 Rata-rata persentase monosit dari mencit betina yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. Hari Pengamatan (Setelah Infeksi)
Perlakuan 0 KNO
3.00 ± 1.73
2 abcd
6.33 ± 1.53
4 abcdefghi
9.00 ± 8.54
6 defghi
12.33 ±1.53
8 ghi
8.33 ± 2.31
9 bcdefghi
9.33 ± 3.06
10 defghi
9.67 ± 4.13
11 defghi
6.00 ± 2.00 abcdefghi
KN
1.67 ± 0.58 abc
3.33 ± 2.31 abcde
6.00 ± 4.36 abcdefghi 8.67 ± 3.06 cdefghi
5.67 ± 5.69 abcdefgh 3.00 ± 1.00 abcd
8.00 ± 2.00 abcdefghi 9.50 ± 0.50 defghi
AR1
3.67 ± 1.53 abcde
13.00 ± 3.61 i
1.00 ± 1.00 a
1.33 ± 0.58 ab
9.00 ± 3.61 defghi
AR2
4.33 ± 3.21 abcdef
6.00 ± 3.61 abcdefghi 8.50 ± 0.50 bcdefghi 5.50 ± 1.50 abcdefgh 8.50 ± 7.50 bcdefghi 5.50 ± 4.50 abcdefgh 6.50 ± 0.50 abcdefghi 6.50 ± 2.50 abcdefghi
AR3
4.67 ± 3.79 abcdef
11.00 ± 1.00 fghi
4.00 ± 3.61 abcdef
5.33 ± 1.53 abcdefg 6.33 ± 7.51 abcdefghi 5.33 ± 4.61 abcdefg
1.33 ± 0.58 ab
9.33 ± 6.43 defghi
10.33 ± 4.16 efghi
12.67 ± 2.89 hi
8.67 ± 3.79 cdefghi
*Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2(9.6 mg/ml),1×10-4(0.096 mg/ml), 1×10-6(0.00096 mg/ml).
28
29
Persentase
20
KNO
10
KN AR1 AR2 AR3
0 0
2
4
6
8
9
10
11
Hari Pengamatan
Gambar 13 Rata-rata persentase monosit dari mencit betina yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2 (9.6 mg/ml), 1×10-4 (0.096 mg/ml), 1×10-6 (0.00096 mg/ml). Limfosit pada Mencit Jantan Rata-rata persentase limfosit ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. pada hari ke-4 dan ke-6 setelah infeksi berdasarkan Tabel 6 cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok KN. Pada hari ke-8 dan ke-10 setelah infeksi, kelompok AR2 memiliki rata-rata persentase limfosit paling tinggi dibandingkan kelompok perlakuan lainnya. Pada hari ke-9 setelah infeksi, rata-rata persentase limfosit ketiga kelompok perlakuan cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN, dan kelompok AR3 memiliki rata-rata persentase limfosit tertinggi dibandingkan dua kelompok perlakuan infusa A. annua L. lainnya. Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase limfosit dari berbagai kelompok perlakuan pada mencit jantan disajikan pada Tabel 6, sedangkan diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 14 berikut ini.
29
30
80 70
Persentase
60 50 KNO
40
KN
30
AR1 AR2
20
AR3
10 0 0
2
4
6
8
9
10
11
Hari Pengamatan Gambar 14 Rata-rata persentase limfosit dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2 (9.6 mg/ml), 1×10-4 (0.096 mg/ml), 1×10-6 (0.00096 mg/ml). Limfosit pada Mencit Betina Berdasarkan Tabel 7, pada hari ke-2 setelah infeksi, rata-rata persentase limfosit ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok KN. Pada hari ke-4 dan ke-6 setelah infeksi, rata-rata persentase limfosit kelompok AR2 dan AR3 cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Pada hari ke-8 setelah infeksi, rata-rata persentase limfosit kelompok AR1 dan AR3 cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Rata-rata persentase limfosit ketiga kelompok perlakuan A. annua L. pada hari ke-9 sampai ke-11 setelah infeksi cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase limfosit dari berbagai kelompok perlakuan di mencit betina disajikan pada Tabel 7, sedangkan diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 15.
30
31
Tabel 6 Rata-rata persentase limfosit dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. Hari Pengamatan (Setelah Infeksi)
Perlakuan 0
2 abcde
47.67 ± 4.16
4 abcde
6
47.33 ± 10.50
abcd
8
55.00 ± 3.00
abcde
9
46.67 ± 17.50
abcd
10
45.33 ± 15.04
abc
11
54.00 ± 20.30
abcde
58.00 ± 3.00 abcde
KNO
60.00 ± 16.37
KN
66.33 ± 9.54 cde
52.33 ± 6.81 abcde
56.33 ± 9.81 abcde
68.67 ± 7.02 e
62.00 ± 9.54 bcde
52.33 ± 27.21 abcde
55.00 ± 12.49 abcde
55.33 ± 13.65 abcde
AR1
58.33 ± 10.12 abcde
49.00 ± 14.93 abcde
49.67 ±10.69 abcde
67.67 ± 7.51 de
51.33 ± 17.62 abcde
57.00 ± 6.93 abcde
46.00 ± 14.11 abcd
45.33 ± 7.51 abc
AR2
59.67 ± 6.66 abcde
59.67 ± 2.52 abcde
53.67 ± 2.52 abcde
61.00 ± 5.57 bcde
65.67 ± 0.58 cde
57.67 ± 8.33 abcde
57.00 ± 8.66 abcde
48.67 ± 8.08 abcde
AR3
57.50 ± 14.50 abcde
57.33 ± 5.86 abcde
38.67 ± 4.72a
53.00 ± 9.64 abcde
41.33 ± 8.50 ab
61.00 ± 4.58 bcde
54.33 ± 2.52 abcde
56.33 ± 6.66 abcde
*Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2(9.6 mg/ml),1×10-4(0.096 mg/ml), 1×10-6(0.00096 mg/ml).
Tabel 7 Rata-rata persentase limfosit dari mencit betina yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. Hari Pengamatan (Setelah Infeksi)
Perlakuan 0
2 fghijk
62.33 ± 14.15
4 bcdefghijk
58.00 ±12.17
6
8 abcde
abcdefghij
50.00 ± 2.00
57.00 ± 3.46 abcdefghij
69.33 ± 15.01 hijk
46.00 ± 15.72 ab
50.67 ± 5.51 abcde
63.33 ± 2.08 cdefghijk 55.33 ± 17.89 abcdefghij 67.33 ± 2.51 fghijk
61.67 ± 5.51
11 bcdefghijk
48.33 ± 13.79 abcd
67.33 ± 2.89
KN
71.33 ±1.15 jk
AR1
68.33 ± 5.03 ghijk
AR2
57.67 ± 7.57 abcdefghij 56.00 ± 17.09 abcdefghij 70.00 ± 8.00 ijk
68.50 ± 14.50 ghijk
53.00 ± 0.00 abcdefgh 76.50 ± 1.50 k
60.50 ± 3.50 abcdefghijk 66.00 ± 6.00 efghijk
AR3
68.33 ± 3.78 ghijk
68.33 ± 9.71 ghijk
69.33 ± 3.51 hijk
64.33 ± 6.66 defghijk
69.33 ± 1.53 hijk
56.00 ± 1.73
10 abcdefghij
KNO
44.67 ± 9.71 a
47.00 ± 4.36
9 abc
53.67 ± 4.04 abcdefghi 54.00 ± 3.00 abcdefghi 48.50 ± 2.50 abcd 59.00 ± 3.00 abcdefghij 52.33 ± 7.37 abcdefg
71.33 ± 7.23 jk
46.00 ± 1.00 ab 51.00 ± 7.81 abcdef
61.00 ± 8.72 abcdefghijk
*Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2(9.6 mg/ml),1×10-4(0.096 mg/ml), 1×10-6(0.00096 mg/ml).
31
32
80 70
Persentase
60 50
KNO KN
40
AR1
30
AR2 20
AR3
10 0 0
2
4
6
8
9
10
11
Hari Pengamatan
Gambar 15 Rata-rata persentase limfosit dari mencit betina yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2 (9.6 mg/ml), 1×10-4 (0.096 mg/ml), 1×10-6 (0.00096 mg/ml). Eosinofil pada Mencit Jantan Berdasarkan Tabel 8, rata-rata persentase eosinofil ketiga kelompok perlakuan disemua hari pengamatan, kecuali hari ke-0 dan ke-8 setelah infeksi, cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok KN. Pada hari ke-2, ke-4 dan ke-9 setelah infeksi, rata-rata persentase eosinofil kelompok AR3 cenderung lebih tinggi dibandingkan kedua perlakuan infusa A. annua L. lainnya. Pada hari ke-8 setelah infeksi, hanya kelompok AR3 yang memiliki rata-rata persentase eosinofil lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase eosinofil dari berbagai kelompok perlakuan pada mencit jantan disajikan pada Tabel 8, sedangkan diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 16 berikut ini.
32
33
Persentase
10
KNO KN AR1 AR2 AR3 0 0
2
4
6
Hari
8
9
10
11
Gambar 16 Rata-rata persentase eosinofil dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2 (9.6 mg/ml), 1×10-4 (0.096 mg/ml), 1×10-6 (0.00096 mg/ml). Eosinofil pada Mencit Betina Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase eosinofil dari berbagai kelompok perlakuan di mencit betina disajikan pada Tabel 9, sedangkan diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 17.
Persentase
15
KNO KN AR1 AR2 AR3 0 0
2
4
6
8
9
10
11
Hari Pengamatan
Gambar 17 Rata-rata persentase eosinofil dari mencit betina yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2 (9.6 mg/ml), 1×10-4 (0.096 mg/ml), 1×10-6 (0.00096 mg/ml). 33
34
Tabel 8 Rata-rata persentase eosinofil dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. Hari Pengamatan (Setelah Infeksi)
Perlakuan 0 KNO
5.00 ± 2.65
2 de
2.00 ± 1.00
4 abcde
6
4.67 ± 3.79
cde
2.67 ± 2.08
8 abcde
2.00 ± 0.00
9 abcde
4.00 ± 1.73
10 bcde
2.67 ± 1.53
11 abcde
1.00 ± 0.00 abc
KN
1.33 ± 0.58 abcd
8.33 ± 4.73 h
3.00 ± 1.00 abcde
2.00 ± 2.65 abcde
3.33 ± 1.53 abcde
2.00 ± 2.65 abcde
3.33 ± 4.16 abcde
3.33 ± 0.58 abcde
AR1
2.33 ± 1.15 abcde
3.33 ± 2.52 abcde
2.00 ± 1.73 abcde
1.33 ± 1.53 abcd
0.67 ± 0.58 ab
0.00 ± 0.00 a
2.67 ± 2.08 abcde
1.50 ± 0.50 abcd
AR2
3.00 ± 0.00 abcde
2.00 ± 1.00 abcde
1.00 ± 1.00 abc
1.33 ± 0.58 abcd
1.33 ± 0.58 abcd
0.00 ± 0.00 a
2.00 ± 2.00 abcde
0.00 ± 0.00 a
AR3
0.55 ± 0.50 ab
4.67 ± 0.58 cde
2.33 ± 0.58 abcde
1.00 ± 1.73 abc
5.67 ± 5.13 ef
1.67 ± 1.53 abcd
1.00 ± 1.00 abc
1.00 ± 1.73 abc
*Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2(9.6 mg/ml),1×10-4(0.096 mg/ml), 1×10-6(0.00096 mg/ml).
Tabel 9 Rata-rata persentase eosinofil dari mencit betina yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. Hari Pengamatan (Setelah Infeksi)
Perlakuan 0 KNO
3.00 ± 1.73
2 bcdefg
1.67 ± 0.58
4 abcdef
2.00 ±1.00
6 abcdefg
3.33 ± 3.21 cdefgh
4.67 ± 2.08
8 gh
2.33 ± 2.52
9 abcdefg
3.67 ± 2.08
10 defgh
KN
1.33 ± 0.58 abcdef
1.00 ± 1.00 abcde
AR1
3.67 ± 0.58 efgh
2.00 ± 1.00 abcdefg 3.00 ± 2.65 bcdefg
AR2
0.67 ± 1.15 abcd
2.00 ± 1.00 abcdefg 2.00 ± 0.00 abcdefg 2.50 ± 0.50 abcdefg 2.50 ± 0.50 abcdefg 1.50 ± 0.50 abcdef
AR3
2.33 ± 1.53 abcdefg 3.00 ± 1.00 bcdefg
1.33 ± 1.53
11 abcdef
6.00 ± 3.61 h
1.00 ± 1.00 abcd
1.50 ± 0.50 abcdef
3.33 ± 1.53 cdefgh
1.33 ± 0.58 abcdef
2.67 ± 1.15 abcdefg 1.00 ± 1.00 abcd
2.67 ± 0.58 abcdefg 1.67 ± 1.53 abcdef
4.00 ± 2.00 fgh
0.67 ± 0.58 abcd
3.50 ± 1.50 defgh
4.00 ± 2.00 fgh 2.50 ± 0.50 abcdefg 1.00 ± 1.00 abcd
0.50 ± 0.50 abc
1.50 ± 0.50 abcdef
0.33 ± 0.58 ab
0.00 ± 0.00 a
*Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2(9.6 mg/ml),1×10-4(0.096 mg/ml), 1×10-6(0.00096 mg/ml)
34
35
Berdasarkan Tabel 9, pada hari ke-2 setelah infeksi, rata-rata persentase eosinofil ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN, diantara ketiga kelompok perlakuan infusa tersebut, kelompok AR3 cenderung memiliki rata-rata persentase eosinofil paling tinggi. Pada hari ke-4 dan ke-6 setelah infeksi, rata-rata persentase ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok KN. Rata-rata persentase eosinofil kelompok AR3 pada hari ke-6 setelah infeksi lebih rendah dibandingkan semua kelompok perlakuan. Pada hari ke-8 setelah infeksi (Tabel 9), rata-rata persentase eosinofil ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN, diantara ketiga kelompok perlakuan infusa tersebut, kelompok AR3 memiliki rata-rata persentasae eosinofil paling tinggi. Pada hari ke-10 dan ke-11 setelah infeksi, rata-rata persentase eosinofil ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok KN. Basofil pada Mencit Jantan Rata-rata persentase basofil ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. di semua hari pengamatan menunjukkan nilai nol (Tabel 10). Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase basofil dari mencit jantan disajikan pada Tabel 10, sedangkan diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 18 berikut ini.
Persentase
5
KNO KN AR1 AR2 AR3
0 0
2
4
6
8
9
10
11
Hari Pengamatan
Gambar 18 Rata-rata persentase basofil dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2 (9.6 mg/ml), 1×10-4 (0.096 mg/ml), 1×10-6 (0.00096 mg/ml).
35
36
Basofil pada Mencit Betina Berdasarkan Tabel 11, rata-rata persentase basofil ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. pada hari ke-2 sampai ke-11 setelah infeksi menunjukkan nilai nol. Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase basofil dari berbagai kelompok perlakuan di mencit betina disajikan pada Tabel 11, sedangkan diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 19 berikut ini.
Persentase
5
KNO KN AR1 AR2 AR3
0 0
2
4
6
8
9
10
11
Hari Pengamatan
Gambar 19 Rata-rata persentase basofil dari mencit betina yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2 (9.6 mg/ml), 1×10-4 (0.096 mg/ml), 1×10-6 (0.00096 mg/ml).
36
37
Tabel 10 Rata-rata persentase basofil dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. Hari Pengamatan (Setelah Infeksi)
Perlakuan 0
2 abc
0.00 ± 0.00
4 a
0.00 ± 0.00
6 a
0.33 ± 0.58
8 ab
0.00 ± 0.00
9 a
0.00 ± 0.00
10 a
0.00 ± 0.00
11 a
0.00 ± 0.00 a
KNO
0.67 ± 1.15
KN
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.33 ± 0.58 ab
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
1.33 ± 1.53 c
1.00 ± 1.73 bc
AR1
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
AR2
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
AR3
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
*Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2(9.6 mg/ml),1×10-4(0.096 mg/ml), 1×10-6(0.00096 mg/ml).
Tabel 11 Rata-rata persentase basofil dari betina jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. Hari Pengamatan (Setelah Infeksi)
Perlakuan 0
2 ab
0.00 ± 0.00
6 a
0.00 ± 0.00
8 a
0.67 ± 1.15
9 b
0.33 ± 0.58
10 ab
0.00 ± 0.00
11 a
0.00 ± 0.00 a
KNO
0.33 ± 0.58
KN
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.33 ± 0.58 ab
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
AR1
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
AR2
0.33 ± 0.58
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
AR3
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
0.00 ± 0.00 a
ab
0.00 ± 0.00
4 a
*Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KNO: Kontrol Normal; KN: Kontrol Negatif; AR1, AR2, dan AR3: Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1×10-2(9.6 mg/ml),1×10-4(0.096 mg/ml), 1×10-6(0.00096 mg/ml).
37
38
Pembahasan Tanaman A. annua L. mengandung beberapa senyawa antimalaria. Menurut Dharani et al. (2010), senyawa seskuiterpen lakton endoperoksida yang terkandung di dalam tanaman A. annua L. aktif mengatasi serangan malaria. Dharani et al. (2010), juga menyatakan bahwa flavonoid (quecetagetin 4-metil eter) telah berhasil diisolasi dari tanaman ini, dan dapat meningkatkan aktivitas antimalaria dari artemisinin secara signifikan. Penggunaan herbal A. annua L. (diseduh seperti teh) dengan takaran 5-9 g herbal/liter air/hari yang dikonsumsi selama 7 hari menunjukkan kemanjuran dalam menanggulangi malaria pada manusia dengan tingkat keberhasilan mencapai 74% (Kardinan 2008). Seskuiterpen lakton endoperoksida dan flavonoid yang terdapat di dalam A. annua L. bersifat skizontisida darah, sehingga penggunaan A. annua L. sebagai antimalaria dapat mengurangi jumlah parasit (Plasmodium spp.) di dalam darah (Dharani et al. 2010). Mekanisme kerja tubuh terhadap parasit malaria sangat kompleks, karena melibatkan hampir semua komponen imun, baik imunitas yang timbul secara alami maupun dapatan, karena adanya imunitas non spesifik maupun spesifik. Sel leukosit merupakan sel yang berperan baik dalam imunitas non spesifik dan spesifik, sehingga dengan mengetahui rata-rata persentase dari tiap-tiap jenis leukosit diharapkan dapat mengetahui reaksi tubuh yang sedang terjadi terhadap adanya parasit (P. berghei) yang masuk ke dalam tubuh. Neutrofil Rata-rata persentase neutrofil di dalam darah mencit normal adalah 6-40% (Malole & Pramono 1989). Neutrofil berfungsi sebagai sel pertahanan pertama terhadap patogen-patogen yang masuk ke dalam tubuh (Oberholzer et al. 2001). Patogen tersebut akan mengeluarkan bahan kemotaktik yang dapat menarik neutrofil untuk datang, kemudian neutrofil akan datang ke daerah asal kemotaktik tersebut dan melakukan fagositosis (Meyer et al. 1992). Parasit akan dicerna oleh enzim lisozim yang terdapat di dalam neutrofil, kemudian neutrofil akan mengalami autolisis setelah proses fagositosis selesai. Histamin dan faktor leukopoietik (sitokin dan interleukin) yang dilepaskan setelah lisisnya neutrofil
38
39
akan meransang sumsum tulang melepaskan cadangan neutrofil, sehingga produksi neutrofil akan meningkat (Hafizhiah 2008). Rata-rata persentase neutrofil mencit jantan ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. pada hari ke-2 sampai ke-8 setelah infeksi cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Rata-rata jumlah parasit mencit jantan di ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. pada hari ke-4 sampai ke-11 setelah infeksi lebih rendah dibandingkan kelompok KN (Ditya 2009). Berdasarkan rata-rata persentase neutrofil dan rata-rata jumlah parasit pada mencit jantan, dapat diketahui bahwa pemberian infusa A. annua L. dapat meningkatkan rata-rata persentase jumlah neutrofil, sehingga rata-rata jumlah parasit dapat ditekan. Rendahnya rata-rata parasit pada mencit jantan pada ketiga perlakuan infusa juga disebabkan oleh kandungan artemisinin dan flavonoid yang bersifat antiplasmodial terdapat pada A. annua L. (Ditya 2009), sehingga kerjasama antara neutrofil dan antiplasmodial dapat menekan jumlah parasit di dalam tubuh mencit. Menurut Ditya (2009), kelompok AR3 mencit betina pada hari ke-2 setelah infeksi memiliki rata-rata jumlah parasit paling tinggi dibandingkan kelompok perlakuan lainnya, namun pada hari ke-4 setelah infeksi, AR3 merupakan kelompok dengan rata-rata jumlah parasit paling rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Berdasarkan Tabel 3, hari ke-2 setelah infeksi, pada mencit betina, hanya AR3 yang cenderung memiliki rata-rata persentase neutrofil lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Pada hari ke-4 setelah infeksi, rata-rata persentase neutrofil mencit mencit betina kelompok AR1 dan AR3 lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Tingginya rata-rata persentase neutrofil AR3 pada hari ke-2 dan ke-4 setelah infeksi inilah yang membantu tubuh dalam mengeliminasi jumlah parasit selain karena pemberian infusa A. annua L. Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pada hari ke-6 sampai ke-11 setelah infeksi, rata-rata persentase neutrofil ketiga kelompok perlakuan cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok KN. Ditya (2009) menyatakan bahwa rata-rata jumlah parasit mencit betina ketiga perlakuan infusa A. annua L. pada hari ke-6 sampai ke-11 setelah infeksi lebih rendah dibandingkan kelompok KN. Rendahnya rata-rata persentase neutrofil mencit betina di ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. pada hari-hari terakhir ini dapat disebabkan oleh
39
40
fungsi neutrofil yang berperan sebagai pemberi tanda pertama untuk membunuh parasit hanya memiliki paruh waktu selama 2 hari dan hanya efektif pada hari-hari pertama terjadinya serangan parasit (Hargono 1996). Monosit Rata-rata persentase monosit mencit normal adalah 0,7-14% (Malole & Pramono 1989). Ditya (2009) menyatakan bahwa rata-rata jumlah parasit mencit jantan pada hari ke-4 setelah infeksi di ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. lebih rendah dibandingkan kelompok KN. Berdasarkan Tabel 4, pada hari ke-4 setelah infeksi, rata-rata persentase monosit mencit jantan ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Tingginya rata-rata persentase ini dapat disebabkan oleh senyawa flavonoid yang terkandung di dalam A. annua L. (Dharani et al. 2010). Flavonoid berpotensi
sebagai
antioksidan
pada
pertumbuhan
tumor
dan
mampu
meningkatkan respon imun (Depkes RI 1985). Monosit merupakan salah satu sel yang berperan penting dalam respon imun, baik berperan fungsional dalam fagositosis
maupun
perannya
sebagai
antigen
presenting
cells
(APC)
(Bratawidjaja 2003). Dengan demikian, pemberian infusa A. annua L. dapat meningkatkan jumlah monosit di dalam tubuh. Ditya (2009) menyatakan bahwa rata-rata jumlah parasitemia mencit jantan kelompok AR3 pada hari ke-6 setelah infeksi lebih rendah dibandingkan kelompok KN, pada hari ke-8 setelah infeksi, kelompok AR3 mencit jantan memiliki rata-rata jumlah parasitemia paling rendah dibandingkan kelompok lainnya. Berdasarkan Tabel 4, pada hari ke-6 dan ke-8 setelah infeksi, rata-rata persentase monosit AR3 cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Rata-rata persentase monosit mencit jantan hari ke-6 dan ke-8 setelah infeksi cenderung tinggi pada kelompok perlakuan infusa A. annua L. dan rata-rata jumlah parasitemia cenderung rendah pada ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. Hal ini diduga karena flavonoid (salah satu kandungan A. annua L.) berpotensi bekerja terhadap limfokin yang dihasilkan oleh sel T, sehingga akan meransang sel-sel fagosit (monosit) untuk melakukan respon fagositosis (Kusmardi 2006). Dengan adanya flavonoid, jumlah monosit di dalam tubuh akan
40
41
meningkat. Monosit tersebut akan memfagosit parasit yang ada, sehingga jumlah parasit di dalam tubuh dapat menurun. Limfosit Rata-rata persentase limfosit mencit normal adalah 36-90% (Malole & Pramono 1989). Berdasarkan Tabel 6, pada hari ke-4 dan ke-6 setelah infeksi, rata-rata persentase limfosit mencit jantan ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok KN. Ditya (2009) menyatakan bahwa rata-rata jumlah parasitemia mencit jantan kelompok AR2 dan AR3 pada hari ke-4 setelah infeksi lebih rendah dibandingkan kelompok KN dan hari pengamatan sebelumnya (hari ke-2 setelah infeksi). A. annua L mengandung seskuiterpene laktone endoperoksida yang bersifat antiplasmodial (Dharni et al. (2010), sehingga jumlah parasit yang terdapat di dalam tubuh dapat ditekan dengan pemberian tanaman ini. Berdasarkan Tabel 6, pada hari ke-9 setelah infeksi, rata-rata persentase limfosit mencit jantan ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN, dan kelompok AR3 cenderung memiliki rata-rata persentase limfosit tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Pada Tabel 7, rata-rata persentase limfosit ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. mencit betina hari ke-9 sampai ke-11 setelah infeksi cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok KN. Ditya (2009) menyatakan bahwa rata-rata jumlah parasitemia mencit jantan ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. pada hari ke-9 setelah infeksi lebih rendah dibandingkan kelompok KN, hal yang sama terjadi pada mencit betina, rata-rata jumlah parasitemia mencit betina ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. pada hari ke-9 sampai ke-11 setelah infeksi cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok KN. Rata-rata persentase limfosit kelompok perlakuan infusa A. annua L. mencit jantan dan mencit betina yang tinggi pada hari-hari terakhir pengamatan dapat disebabkan oleh kandungan flavonoid pada A. annua L. yang masih ada pada tubuh mencit. Jiao (2005) menyatakan bahwa flavonoid dapat meningkatkan aktivitas IL-2 dan meningkatkan proliferasi limfosit. Ganong (2002) menyatakan bahwa adanya benda asing (P. berghei) akan meransang terbentuknya antigen precenting cell (APC), APC ini akan meransang tubuh untuk membentuk sel 41
42
limfosit T. Ganong (2002) juga menyatakan bahwa IL-2 akan diproduksi dengan adanya sel limfosit T, IL-2 ini akan meransang sel T sitotoksik untuk menghancurkan benda asing (P. berghei) yang masuk ke dalam tubuh. Pemberian infusa A. annua L. meningkatkan jumlah limfosit, sehingga dengan adanya kerjasama antara sistem kekebalan tubuh dan infusa A. annua L. dalam tubuh mencit dapat mengeliminasi jumlah parasit yang ada. Eosinofil Rata-rata persentase eosinofil mencit normal adalah 0-15% (Malole & Pramono 1989). Berdasarkan Tabel 9, pada hari ke-8 setelah infeksi, rata-rata persentase eosinofil mencit betina ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok perlakuan KN, diantara ketiga kelompok perlakuan infusa tersebut, kelompok AR3 cenderung memiliki rata-rata persentase eosinofil paling tinggi. Ditya (2009) menyatakan bahwa pada hari ke-8 setelah infeksi, kelompok AR3 pada mencit betina memiliki rata-rata jumlah parsitemia lebih rendah dibandingkan kelompok perlakuan lainnya. Guyton (1996) menyatakan bahwa eosinofil berperan dalam proses imun tubuh terhadap adanya infeksi parasit seperti cacing, protozoa dan lain-lain. Franklin (1991) menyatakan adanya eosinofil dalam jumlah besar cenderung terjadi karena adanya infeksi cacing daripada protozoa. Saptanto (2004) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara adanya eosinofil dalam jumlah besar terhadap kehadiran parasit malaria (Plasmodium spp.), namun tidak terdapat hubungan yang bermakna antara eosinofil dalam jumlah besar terhadap jumlah parasit yang ada pada penderita malaria. Dengan demikian, rata-rata persentase eosinofil tidak dapat dikaitkan dengan jumlah parasit (P. berghei) yang ada di dalam tubuh mencit. Rata-rata persentase eosinofil yang tinggi pada kelompok AR3 mencit betina mungkin dapat disebabkan oleh A. annua L. yang bekerja meningkatkan rata-rata persentase eosinofil. Basofil Basofil pada mencit normal memiliki persentase 0-3% (Malole & Pramono 1989). Basofil memiliki peran utama dalam berbagai proses alergi dan penutupan luka serta basofil kurang berperan terhadap adanya parasit (Campbell et al. 2004).
42