IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah dan Perkembangan PT Sucofindo (Persero) PT Sucofindo (Persero) berdiri pada tanggal 22 Oktober 1956 sebagai perusahaan inspeksi pertama di Indonesia. PT Sucofindo (Persero) didirikan oleh Pemerintah melalui Lembaga Penyelenggara Perusahaan Indonesia (LPPI) bermitra dengan Societe Generale de Surveillance (SGS) SA Holdings Geneva Swiss. Pada awal pendirian proporsi saham masing-masing 59 %, komposisi kepemilikan saham mengalami beberapa kali perubahan dan saat ini kepemilikan saham dimiliki oleh Negara Republik Indonesia sebesar 95 % dan SGS SA Holdings Geneva sebesar 5%. (PT Sucofindo 2009). Pada masa awal berdiri hingga tahun 1985 PT Sucofindo (Persero) lebih berfokus pada jasa inspeksi komoditas pertanian, diantaranya beras untuk pengadaan kebutuhan dan cadangan pangan Nasional, pengawasan pemuatan barang ekspor dan pembongkaran barang impor atas permintaan buyer ataupun shipper. Jasa inspeksi kemudian diperluas pada jasa inspeksi teknik dan supervisi pelaksanaan proyek. Sesuai tujuan PT Sucofindo (Persero) untuk turut melaksanakan serta menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan Nasional maka PT Sucofindo (Persero) pada tahun 1986 mulai aktif berperan serta dalam menunjang pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah di bidang ekonomi melalui kegiatan pemeriksaan barang ekspor, pemeriksaan verifikasi daftar induk (Masterlist). Verifikasi laporan realisasi ekspor dan verifikasi dalam rangka penetapan tingkat kandungan lokal kendaraan bermotor atau komponen buatan dalam negeri. PT Sucofindo (Persero) pada tahun 2010 memiliki 2700 pegawai profesional dibidangnya yang tersebar di seluruh Indonesia dengan komposisi 2300 orang pegawai tetap dan 400 orang pegawai tidak tetap. Sumber daya manusia sebagai salah satu aset terpenting oleh karenanya pengembangan sumber daya manusia dilaksanakan secara konsisten di seluruh tingkatan posisi pekerjaan melalui berbagai jenis pelatihan mulai dari kompetensi dasar,
33
fungsional hingga kepeminpinan. Program-program pelatihan dilakukan baik secara internal maupun secara eksternal bekerja sama dengan institusi domestik maupun luar negeri.
PT Sucofindo (Persero) percaya bahwa
keberadaan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional yang dilengkapi dengan nilai-nilai perusahaan yang kuat dan unik akan mampu mendukung keberhasilan PT Sucofindo (Persero) di masa mendatang. Dalam perjalanannya PT Sucofindo (Persero) telah mengalami pasang surut sesuai dengan kondisi perekonomian maupun politik di dalam negeri. Pada tahun 2009 PT Sucofindo (Persero) membukukan total pendapatan sebesar Rp. 1.108,20 milyar atau 101,5% dari anggaran sebesar Rp. 1.092,21 milyar, realisasi total biaya mencapai Rp. 1.041,34 milyar atau 101,6 % dari anggaran sebesar Rp. 1.024,48 milyar, laba bersih setelah pajak sebesar Rp. 42,003 milyar atau 100,2% dari anggaran sebesar Rp. 41,92 milyar (PT Sucofindo, 2009). Upaya peningkatan kinerja selama tahun 2009 dengan menerapkan kebijakan low price & cost yang diikuti dengan intensifikasi pelaksanaan sistem pengelolaan akun pelanggan (Account Management System) yang fokus terhadap Strategic Account (SA) dan Key Acoount (KA) untuk meningkatkan pendapatan.
B. Produk PT Sucofindo (Persero) PT Sucofindo (Persero) melaksanakan kegiatan usaha dalam jenis dan bidang usaha jasa sebagai berikut: a.
Pemeriksaan, pengawasan, pemantauan, pengujian, pemeriksaan dan pemeliharaan yang berkenaan dan berkaitan dengan perbankan, insdustri, teknologi, komoditas dan perdagangan.
b.
Sertifikasi dan audit yang berkenaan dengan sistem manajemen mutu, lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja.
c.
Manajemen yang berkaitan dan berkenaan dengan logistik, pergudangan, properti dan sistem informasi. Sebagai konsekuensi dari perubahan arah bisnis dan portofolio dengan
memperhatikan kompetensi perusahaan dan kebutuhan pelanggan maka pada tahun 2002 perusahaan melakukan perubahan pengelompokan jasa-jasa yang
34
dilakukan dengan pendekatan sektoral menjadi 10 (sepuluh) sektor usaha, yaitu : a.
Sektor Pertanian
b.
Sektor Produk Industri dan Konsumen
c.
Sektor Rekayasa dan Transportasi
d.
Sektor Mineral
e.
Sektor Minyak dan Gas
f.
Sektor Sucofindo Internasional Certification Services
g.
Sektor Jasa Pendukung Bisnis Finansial
h.
Sektor Kehutanan Kelautan-Perikanan dan Lingkungan
i.
Sektor Pemerintah dan Institusi Internasional
j.
Sektor Jasa Umum
C. Kondisi Lingkungan 1.
Lingkungan Internal Salah satu kekuatan PT Sucofindo (Persero) adalah jaringan pelayanan
jasa termasuk laboratorium yang tersebar diseluruh Indonesia yang memungkinkan perusahaan untuk merespon kebutuhan pelanggan dengan cepat. Dalam melaksanakan kegiatan usaha di bentuk unit-unit kerja yang bersifat profit center, yaitu Strategic Business Unit (SBU) dan untuk menangani kegiatan usaha disetiap wilayah yang cukup besar dibentuk 31 Cabang. Disamping itu untuk menangani kegiatan usaha di daerah yang lebih kecil dan berada didaerah terpencil dibentuk 16 liaison Officer (Site) yang berada dibawah koordinasi Cabang setempat (PT Sucofindo, 2009). Unit kerja operasional yang melaksanakan kegiatan operasi sebagai profit center adalah semua Cabang, Liaison Officer (Site) dan SBU yang berada di kantor Pusat, yang terdiri dari : a) Sektor Pertanian b) Sektor Produk Industri dan Konsumen c) Sektor Rekayasa dan Transportasi d) Sektor Mineral e) Sektor Minyak dan Gas
35
f)
Sektor Sucofindo Internasional Certification Services
g) Sektor Jasa Pendukung Bisnis Finansial h) Sektor Kehutanan Kelautan-Perikanan dan Lingkungan i)
Sektor Pemerintah dan Institusi Internasional
j)
Sektor Jasa Umum PT Sucofindo (Persero) juga mengembangkan jaringan usaha ditingkat
internasional menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan inspeksi diluar negeri, antara lain SGS SA Swiss, Nippon Kaiji Kensei Kyokai (NKKK) Japan Audit and Certification Organization for Environment and Quality ( JACO) Jepang, OMIC Jepang, Vina Control Vietnam, Lioyds Inggris, RWTUV Jerman, PSB Singapura, SIRIM Malaysia, DNV Norwegia, AFAQ Perancis, BVQI Perancis, UL America Serikat, CCIC Republik Rakyat Cina, HKSTC Hongkong, INSPEKTA Republik Cheko, KQMI Korea Selatan, SEMC-TAFE Australia. Disamping itu PT Sucofindo (Persero) merupakan anggota dari lembaga profesi dan asosiasi bisnis tingkat Nasional dan Internasional diantaranya dengan : a) International Federation of Inspection Agencies (IFIA), Inggris b) RvA Belanda, akreditasi lembaga sertifikasi sistem mutu (ISO 9000) c) NATA Australia, akreditasi laboratorium penguji tekstil, mainan anakanak dan batu bara d) IRCA Inggris, sertifikasi auditor lembaga sertifikasi sistem mutu (ISO 9000) e) EARA Inggris, sertifikasi auditor lembaga sertifikasi sistem manajemen lingkungan (ISO 14000) f)
Liverpool Cotton Association (LCA) Inggris
g) Grains and Feed Trade Association (GAFTA), Inggris h) American Society for Non Destructive Testing (ASNT), USA i)
Asean Vegetable Oil Club (AVOC), Malaysia
j)
Ikatan Konsultan Indonesia ( INKINDO)
k) Asosiasi Lembaga Sertifikasi Indonesia (ALSI)
36
2. Lingkungan Eksternal Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) PT Sucofindo (Persero)
tahun
2010
memiliki
tema
“Meningkatkan
Kompetensi,
Memperluas Bidang dan Wilayah Usaha.” Sejalan dengan tema tersebut, tantangan ke depan yang dihadapi PT Sucofindo (Persero) adalah mempertahankan dan meningkatkan pendapatan serta meningkatkan pangsa pasar yang lebih luas di bidang bisnis survey. Upaya penetrasi yang dilakukan dengan pola Account Manager yang ditempatkan ditiap-tiap Strategic Business Unit (SBU) dan Branch Office menunjukkan keseriusan PT Sucofindo (Persero) dalam mengefektikkan kegiatan pemasaran dan pengelolaan pelanggan sehingga kebutuhan setiap pelanggan dapat terakomodasi dengan cepat dan baik sesuai kebutuhan pelanggan. Upaya efisiensi biaya dilaksanakan dengan penerapan cost reduction program (CRP)
dengan upaya efisiensi pendukung operasional Perusahaan tanpa
mengurangi kualitas pelayanan operasional dan pelayanan pelanggan, selektif dalam melakukan investasi dan pengadaan barang dan jasa, diantaranya melanjutkan penjualan atau penyewaan gedung dan aset tanah perusahaan yang tidak terpakai.
D. Perkembangan Program Kemitraan dan Bina Lingungan (PKBL) PT Sucofindo (Persero) PT Sucofindo (Persero) telah melaksanakan Program Kemitraan (PK) dengan usaha kecil dan Koperasi sejak tahun 1991 dengan suatu konsep pembinaan terpadu dan berkesinambungan yang dalam pelaksanaannya bekerja sama dengan lembaga/instansi terkait yang berkompeten di bidangnya. Pembinaan kepada usaha kecil dan koperasi yang dilakukan PT Sucofindo (Persero) sejak tahun 1991 sesuai keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 1232/KMK.013/1989 yang mewajibkan semua BUMN menyisihkan laba sebesar 1% - 3% untuk pembinaan pengusaha golongan ekonomi lemah dan Koperasi (Pegelkop), Kemudian berdasarkan Keputusan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor:
316/KMK.016/1994 program ini berganti nama menjadi program Pembinaan
37
Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK), terakhir melalui Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : Per-05/MBU/2007 nama program diganti menjadi Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, yang dinamakan sebagai program kemitraan dan bina lingkungan atau PKBL. Berdasarkan kebijakan tersebut BUMN diwajibkan untuk menyisihkan maksimum 2% dari laba setelah pajak untuk program bina lingkungan. Pada tahun 2010 Program Kemitraan (PK) dilaksanakan melalui penyaluran dana pinjaman dan hibah kepada usaha kecil pada sektor industri, perdagangan, peternakan, pertanian, perikanan, perkebunan dan jasa di 16 (enam belas) propinsi yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah & DIY, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Program Bina Lingkungan dilaksanakan dengan menyalurkan dana untuk program bantuan bencana alam, bantuan untuk peningkatan pendidikan, kesehatan, bantuan pengembangan prasarana dan sarana umum, bantuan sarana ibadah dan bantuan pelestarian alam. 1. Struktur Organisasi PKBL PT Sucofindo (Persero) Organisasi Unit Kerja PKBL PT Sucofindo (Persero) berdasarkan Keputusan Direksi nomor 06/KD/2009 tanggal 3 Maret 2009 tentang Struktur Organisasi Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang disajikan pada Gambar 1. Berdasarkan keputusan direksi Nomor 06/KD/2009 tanggal 3 Maret 2009 susunan penanggungjawab PKBL adalah sebagai berikut : Direktur Keuangan dan Administrasi
: Hendi Kariawan, SE, MSc
Senior Manager PKBL
: Ir. Johar Maturidi
Manager Administrasi & keuangan PKBL : Farida Lestari, SE Manager Pembinaan PKBL
: Riza, SE
38
Direktur Keu & Adm UNIT PKBL Senior Manager
Cabang
Pengembangan UNIT PKBL
Officer PKBL
Manager
Adm & Keu Manager
Sumber: Laporan PKBL PT Sucofindo (Persero)Tahun 2010
Gambar 1 Struktur Organisasi PKBL PT Sucofindo (Persero)
2. Strategi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT Sucofindo (Persero) Sesuai Laporan PKBL Tahun 2010 PT Sucofindo (Persero), dalam rangka pencapaian sasaran Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sesuai dengan Rencana Kerja Anggaran (RKA) PKBL tahun 2010 telah ditetapkan strategi program kemitraan dan bina lingkungan yang efisien dan efektif dalam pembinaan dan pengembangan usaha kecil dan koperasi untuk menjadi usaha kecil yang tangguh dan mandiri. Adapun strategi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT Sucofindo (Persero)
tahun 2010
adalah sebagai berikut : a.
Penyaluran pinjaman dialokasikan pada 17 Propinsi atau sesuai dengan RKA PKBL tahun 2010 dan Surat Keputusan Kementerian BUMN tentang alokasi dana dan wilayah pembinaan.
b.
Penyaluran pinjaman diprioritaskan kepada sektor usaha yang potensial dan
produktif
dengan
karakter
pengusaha
yang
baik
serta
mengedepankan prinsip kehati-hatian. c.
Menerapkan pola inti plasma dan pembinaan yang berkelanjutan.
d.
Monitoring dan penagihan angsuran pinjaman secara intensif dan mengoptimalkan peran forum komunikasi di seluruh cabang serta
39
bekerjasama dengan pihak terkait khusus untuk menangani piutang bermasalah. e.
Kegiatan Program Bina Lingkungan dilaksanakan oleh Divisi terkait, Kantor Pusat atau langsung oleh bagian PKBL setelah mendapatkan rekomendasi
dari
Direktur
Keuangan
dan
Administrasi
serta
persetujuan dari Direktur Utama. Kebijakan dan program kerja yang mendukung atas pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sehingga strategi program kemitraan dan bina lingkungan dapat dilaksanakan dengan baik dan tepat sasaran adalah : a.
Pola penyaluran dana -
Keputusan layak bina ditetapkan oleh Cabang
dan penyaluran
pinjaman dana ditetapkan oleh Kantor Pusat. -
Kegiatan hibah di seluruh cabang harus mendapatkan rekomendasi unit PKBL Kantor Pusat.
-
Menerapkan pola/konsep pinjaman khusus di seluruh Cabang.
-
Penyaluran pinjaman diprioritaskan kepada mitra binaan yang telah melunasi pinjaman dengan kategori lancar.
-
Penyaluran dana kepada mitra binaan per wilayah disesuaikan dengan konstribusi dana masing-masing cabang.
b.
Kegiatan PKBL di Cabang Pelaksanaan program PKBL di seluruh Cabang melibatkan senior officer/officer PKBL dengan pengawasan langsung dari kepala Cabang.
c.
Tertib Administrasi Program PKBL Penerapan sistem dan prosedur yang konsisten, seluruh kegiatan PKBL dilaksanakan berdasarkan aturan (sistem dan prosedur) yang berlaku baik prosedur, kebijakan dan peraturan dari Kementerian BUMN atau prosedur yang telah ditetapkan secara intern.
d.
Sistem Pengelolaan Kinerja Penerapan sistem pengelolaan kinerja diterapkan di unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dalam rangka meningkatkan motivasi
40
staf PKBL dalam mencapai sasaran kerja yang telah ditetapkan, diberikan penghargaan berupa reward, khususnya terhadap pencapaian kinerja kolektibilitas dan penyaluran. Tahapan dalam proses pemberdayaan usaha kecil adalah sebagai berikut : Pemberdayaan usaha kecil yang layak bina menjadi layak kredit (bankable) Membina dan mengembangkan usaha kecil yang bankable menjadi usaha kecil mandiri yang memiliki sistem manajemen yang efektif dan efisien. Membina dan mengembangkan usaha kecil mandiri menjadi usaha kecil yang mampu memberikan pembinaan kepada usaha kecil lainnya, sehingga akan terjalin jaringan usaha yang saling menguntungkan. Dana program kemitraan yang terhimpun dari pembagian laba, angsuran usaha kecil dan penerimaan lainnya disalurkan kepada mitra binaan dalam bentuk: Pinjaman modal kerja dan investasi serta pinjaman khusus dalam jangka waktu pinjaman maksimal 2 (dua) tahun. Hibah diberikan kepada usaha kecil untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, pengkajian, penelitian, konsultasi manajemen dan sebagainya (Laporan PKBL tahun 2010).
3. Program Kemitraan dan Bina Lingungan (PKBL) PT Sucofindo (Persero) Program kemitraan dilaksanakan sesuai Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor: 05 /MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dana dan Program Bina Lingkungan, yang biasa disebut sebagai Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). BUMN XYZ telah membuat rencana kerja dan anggaran (RKA) tahun 2010 program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) yang telah disyahkan dalam RUPS tanggal 7 Desember 2009. Realisasi jumlah usaha kecil dan koperasi pembinaan diseluruh Indonesia sejak tahun 1991
yang telah dilakukan sampai dengan 31
41
Desember 2010 sebanyak 5.752 unit usaha dengan total dana yang telah disalurkan sebanyak Rp 189.576.013.093. Sebanyak 5.752 usaha kecil dan koperasi tersebut, 3.084 usaha kecil dan koperasi telah berakhir masa pembinaannya dan telah melunasi pinjamannya sampai dengan Desember 2010 dengan jumlah dana sebesar Rp 103.829.640.393. Pada tahun 2010 telah dilaksanakan kegiatan pelatihan, asestensi dan konsultasi manajemen sesuai dengan kebutuhan mitra binaan bekerja sama dengan lembaga pendidikan, penguruan tinggi dan instansi terkait kepada 66 usaha kecil di 16 propinsi (Laporan PKBL tahun 2010). Dalam rangka meningkatkan akses pasar bagi mitra binaan pada tahun 2010, telah diikutsertakan 67 usaha kecil mitra binaan dalam kegiatan pameran berskala Nasional maupun Internasional yang dilaksanakan sebanyak 11 kali pameran yaitu: 1) Pameran gelar karya PKBL BUMN 2010 yang diselenggarakan pada tanggal 24 s/d 28 Maret 2010 di Balai Sidang Jakarta Confention Center dengan mengikutkan 4 (empat) mitra binaan dari DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Sumatera Selatan dengan transaksi penjualan ritail sebesar 260 juta. 2) Pameran Inacraf 2010 yang diselenggarakan pada tanggal 21 s/d 25 April 2010 di Balai Sidang Jakarta Confention Center dengan mengikutksertakan 6 (enam) mitra binaan dari Propinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bandar Lampung, Jawa Tengah dan Bali dengan transaksi penjualan retail sebesar 305,6 juta serta transaksi pemesanan sebesar Rp 154,3 juta. 3) Pameran Sriwijaya Expo 2010 tanggal 16 s/d 23 Juni
2010 di
Palembang dengan mengikutsertakan 2 unit usaha kecil dari Propinsi Sumatera Selatan dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 127,9 juta dan transaksi pemesanan sebesar Rp 112,1 juta. 4) Pamaeran Flora Fauna Jakarta 2010 tanggal 2 Juli s/d 3 Agustus 2010 di lapangan banteng Jakarta dengan mengikursertakan 2 unit usaha kecil dari Propinsi Riau dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 107,9 juta.
42
5) Islamic Festival 1431 H & Halal Expo 2010 tanggal 5 s/d 8 Agustus 2010 di Balai Kartini Jakarta dengan mengikutsertakan 4 unit usaha kecil dari Propinsi DKI Jakarta dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 118,9 juta 6) Mega Bazar PT Sucofindo 2010 tanggal 24 s/d 27 Agustus 2010 di gedung Graha Sucofindo dengan mengikutsertakan 39 unit usaha kecil dari Propinsi Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bandar Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Kalimantan Selatan dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 299,5 juta serta transaksi pemesanan sebesar Rp 130,3 juta. 7)
Pameran Kesetiakawanan Sosial Nasional (KSN) Expo & Award 2010 tanggal 30 September s/d 3 Oktober 2010 di Jakarta Convention Center dengan mengikutsertakan 2 unit usaha kecil dari Propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 118,4 juta serta transaksi pemesanan sebesar 107 juta.
8) Pameran Lampung Expo 2010 tanggal 15 s/d 19 Oktober di Graha Wangsa Lampung dengan mengikutsertakan 5 unit usaha kecil dari Propinsi Bandar Lampung dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 153,7 juta 9) Pameran Jogyakarta Export Expo 2010 tanggal 27 s/d 31 Oktober di Jogyakarta dengan mengikutsertakan 2 unit usaha kecil dari Propinsi Jawa Tengah dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 13,5 juta 10) Pameran PKBL BUMN Expo 2010 tanggal 27 s/d 31 Oktober 2010 di Surabaya dengan mengikutsertakan 2 unit usaha kecil dari Propinsi Jawa Timur dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 101,5 juta serta transaksi pemesanan sebesar Rp 103,3 juta. 11) Pameran ICRA 2010 tanggal 24 s/d 28 Nopember di Jakarta Convention Center dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 145,6 juta. (Laporan PKBL PT Sucofindo (Persero) tahun 2010) Dalam rangka meningkatkan keahlihan sumber daya manusia dibidang pemasaran bagi mitra binaan pada tahun 2010 telah diikutsertakan sebanyak 30 usaha kecil dan koperasi dari 17 propinsi dalam pelatihan
43
“Manajemen Pemasaran Terpadu” bekerja sama dengan LPMB Universitas Airlangga yang diselenggarakan pada tanggal 10 s/d 11 Maret di Denpasar Bali.
4. Realisasi Anggaran PKBL BUMN XYZ tahun 2010 Sumber dana untuk PKBL berasal dari dana pengembalian pinjaman usaha kecil (dana bergulir) serta alokasi dana dari penyisihan laba perusahaan tahun 2009. Tahun 2010 dana yang tersedia sebesar Rp 15.740.232.834 yang terdiri dari saldo awal sebesar Rp 616.381.183 ditambah alokasi dana penyisihan laba sebesar Rp 840.077.986 penerimaan pengembalian pokok pinjaman sebesar Rp 14.189.543.622 penerimaan pengembalian pokok pinjaman bermasalah sebesar Rp 73.680.043 dan penerimaan yang belum teridentifikasi sebesar Rp 20.350.000. Selain itu terdapat penerimaan sebesar Rp 1.807.261.545 terdiri dari jasa administrasi sejumlah Rp 1.138.747.873 jasa administrasi pinjaman bermasalah Rp 2.424.389 jasa giro, bunga deposito sebesar Rp 66.089.074 pendapatan lainnya sebesar Rp 600.000.000 dan penerimaan kelebihan anggaran Rp. 209. Sedangkan realisasi jumlah penyaluran dana PKBL tahun 2010 (audited) sebesar Rp 15.314.888.382 terdiri dari pengembalian pinjaman sebesar Rp 14.071.000.000 yang telah disalurkan kepada 277 usaha kecil di 14 propinsi dan untuk kegiatan pembinaan kepada usaha kecil sebesar Rp 1.243.888.382. Dana tersedia dan penggunaannya dibandingkan dengan anggaran 2010 disajikan pada Tabel 3. Jumlah
penyaluran
dana
sampai
tahun
2010
sebesar
Rp
15.314.888.382 atau 106,2 % dari anggaran tahun 2010 di 17 propinsi yaitu : (1) Sumatra Utara, (2) Sumatra Barat, (3) Riau, (4) Sumatra Selatan, (5) Lampung, (6) DKI Jakarta, (7)Tangerang dan Cilegon, (8) Jawa Barat, (9) Jawa Tengah, (10) DIY, (11) Jawa Timur, (12) Bali, (13) Kalimantan Timur, (14) Kalimantan Barat, (15) Kalimantan Selatan, (16) Sulawesi Selatan, (17) Sulawesi Utara. Yang terdiri dari pinjaman kepada usaha kecil sebsar Rp 14.071.000.000 kepada 277 unit usaha kecil dan kegiatan pembinaan kepada usaha kecil sebesar Rp 1.243.888.382
44
Tabel 3 Anggaran dan Realisasi Penyaluran Pinjaman PKBL 2010
Keterangan
I. Saldo Awal II. Penerimaan a. Alokasi Dari Laba Tahun 2008 b. Alokasi Dari Laba Tahun 2009 c. Angsuran UKK - Pokok Pinjaman - Bunga Pinjaman d. Jasa Giro e. Bunga Deposito f. Lain - lain III. Pengeluaran a. Penyaluran Dana ke UKK - Pinjaman Modal Kerja - Pinjaman Investasi - Konsultasi Manajemen / Hibah b. Biaya Administrasi dan Umum IV. Saldo Akhir
Anggaran Tahun 2010
Realisasi Tahun 2010 (Audited)
1
2
( Dalam Jutaan Rupiah ) Perbandingan Realisasi
Realisasi Tahun 2009 Real Thn 2010 Real Thn 2010 (Audited) Thd. Angg Thn Thd. Real Thn 2010 2009 3 4 = 2/1 5 = 2/3
1.245,6 15.466,6 0,0 838,4 14.562,6 13.749,1 813,4 65,7 0,0 0,0 15.300,3 14.423,0 12.185,2 1.037,6 1.200,2 877,3
616,4 16.894,6 0,0 840,1 15.404,4 14.263,2 1.141,2 59,0 7,1 584,0 16.429,9 15.314,9 13.343,5 727,5 1.243,9 1.115,0
540,6 14.878,4 400,3 0,0 14.416,3 13.295,9 1.120,4 50,6 0,0 11,3 14.802,6 13.711,1 12.438,3 389,3 883,6 1.091,6
49,5 109,2 0,0 0,0 105,8 103,7 140,3 89,9 0,0 0,0 107,4 106,2 109,5 70,1 103,6 127,1
114,0 113,6 0,0 0,0 106,9 107,3 101,9 116,7 0,0 5.189,1 111,0 111,7 107,3 186,9 140,8 102,2
1.411,9
1.081,0
616,4
76,6
175,4
Sumber: Laporan PKBL PT Sucofindo (Persero) Tahun 2010
5. Program Bina Lingkungan PT Sucofindo (Persero) tahun 2010 Dengan dikeluarkannya Surat Edaran dari Kementarian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor: S-366/M-MBU/2002 tanggal 6 Mei 2002 tentang program bina lingkungan yang disempurnakan dengan Peraturan Kementarian Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) nomor : Per-
05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program kemitraan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) dengan usaha kecil dan program bina
lingkungan, bahwa BUMN dapat melaksanakan program bina lingkungan dengan menyisihkan laba bersihnya sebesar maksimum 2 %, realisasi program bina lingkungan BUMN XYZ
pada tahun 2010 sebesar Rp
678.701.646 yang disalurkan dalam kegiatan : (1) Bantuan korban bencana alam BUMN peduli (2) Bantuan peningkatan pendidikan masyarakat (3) Bantuan peningkatan kesehatan masyarakat (4) Bantuan pengembangan prasarana dan sarana umum (5) Bantuan perbaikan sarana ibadah.
45
Tabel 4 Anggaran dan Realisasi Program Bina Lingkungan 2010 ( Dalam Jutaan Rupiah ) Perbandingan Realisasi KETERANGAN
Anggaran Tahun 2010
Realisasi Tahun 2010 (Audited)
1
2
1.Saldo Awal 2. Penerimaan 2.1. Alokasi Dari Laba Tahun 2009 2.2. Alokasi Dari Laba Tahun 2008 2.3. Jasa Giro 2.4. Bunga Deposito 2.5. Lain - lain 3.Penggunaan Dana 3.1. Program Bina Lingkungan BUMN Peduli 3.2. Program Bina Lingkungan 3.1.1. Bantuan Korban Bencana Alam 3.1.2. Bantuan Pendidikan dan Pelatihan 3.1.3. Bentuan Peningkatan Kesehatan 3.1.4. Pengembangan Prasarana dan Sarana Umum 3.1.5. Bantuan Sarana Ibadah 3.1.6. Pelestarian Alam 3.3. Biaya Operasional 3.2.1. Beban Survey/penelitian, Monitoring/Evaluasi dan Penyerahan bantuan 3.2.2. Beban Pengiriman Barang 3.2.3. Beban Administrasi dan PPN 3.4. Lain - lain 4.Saldo Akhir
Realisasi Thn 2010 thd Tahun 2009 Thn 2010 thd (Audited) Angg. Thn 2010 Real Thn 2009 (Audited) (Audited)
70,0 853,4 838,4 0,0 15,0 837,4 272,5 525,0 75,0 50,0 75,0 75,0 100,0 150,0 39,9 19,9
646,0 859,2 840,1 11,0 8,1 678,8 200,0 458,8 84,7 94,7 84,5 72,9 101,5 20,6 19,9 17,2
3 563,6 413,9 400,3 13,7 331,5 313,0 134,5 35,5 44,8 5,5 50,0 42,7 18,6 15,4
4=2/1 922,9 100,7 100,2 73,4 81,1 73,4 87,4 112,9 189,4 112,6 97,2 101,5 13,7 49,9 86,5
5=2/3 114,6 207,6 204,7 146,6 62,9 266,8 188,7 1.326,1 203,0 48,1 107,3 112,1
14,4 5,6 0,0 86,0
2,7 0 826,4
3,2 646,0
48,0 960,9
84,2 127,9
Sumber: Laporan PKBL PT Sucofindo (Persero) Tahun 2010
Saldo piutang pinjaman mitra binaan per 31 Desember 2010 (audited) dan 2009 (audited) terdiri dari saldo pokok pinjaman, rincian piutang pinjaman mitra binaan dan mutasinya secara keseluruhan adalah sebagai berikut : Tabel 5 Akumulasi Penyaluran Pinjaman PKBL PT Sucofindo (Persero) URAIAN Realisasi pemberian pinjaman Realisasi angsuran mitra binaan Saldo piutang Saldo piutang bermasalah Saldo piutang per Desember (bersih)
POKOK PINJAMAN s/d 2010 s/d 2009 Audited (Rp) Audited (Rp) 189.576.013.093 175.505.013.093 149.059.216.246 134.795.992.582 40.516.796.847 40.709.020.511 7.853.846.836 5.701.580.317 32.662.950.011
35.007.440.194
Sumber: Laporan PKBL PT Sucofindo(Persero) tahun 2010
Kualitas pinjaman mitra binaan per 31 Desember 2010 dan 2009 diklasifikasikan dapat dilihat pada Tabel 6.
46
Tabel 6 Klasifikasi Pinjaman PKBL Mitra Binaan per 31 Des 2010 Kualitas Pinjaman a. Lancar (umur piutang ≤ 30 hari)
2010 Audited (Rp) 19.045.175.815
b. Kurang Lancar (umur piutang > 30 hari dan ≤ 180 hari )
3.251.426.858
c. Diragukan (umur piutang > 180 hari dan ≤ 270 hari)
1.413.725.948
d. Macet ( umur piutang > 270 hari)
8.952.621.390
Jumlah
32.662.950.011
Sumber : Laporan PKBL PT Sucofindo (Persero) tahun 2010
Tabel 7 Klasifikasi Pinjaman PKBL Mitra Binaan per 31 Des 2009 Kualitas Pinjaman a. Lancar (umur piutang ≤ 30 hari)
2009 Audited (Rp) 22.902.512.964
b. Kurang Lancar (umur piutang > 30 hari dan ≤ 180 hari )
2.245.322.457
c. Diragukan (umur piutang > 180 hari dan ≤ 270 hari)
1.041.626.103
d. Macet ( umur piutang > 270 hari)
8.817.978.670
Jumlah
35.007.440.194
Sumber : Laporan PKBL Sucofindo (Persero) tahun 2010
6. Pembinaan Usaha Kecil dan koperasi PT Sucofindo (Persero) telah mengeluarkan dana Rp 189.576.013.093 kepada 5.752 unit usaha dan koperasi (UKK) di 17 Propinsi selama 20 tahun sejak tahun 1991 s/d 2010 (PT Sucofindo, 2010). Upaya pembinaan kepada usaha kecil dan koperasi tersebut sejalan dengan kebijakan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Meneg BUMN) yang intinya mensyaratkan BUMN memberdayakan dan mengembangkan kondisi sosial ekonomi melalui program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan program bina lingkungan (PT Sucofindo, 2010). Sasaran pembinaan PT Sucofindo (Persero) terhadap usaha kecil dan koperasi terfokus pada bidang usaha: a.
Industri kecil (IK) yang berorientasi ekspor dan padat karya yang terdiri dari industri pengolahan dan industri kerajinan.
47
b.
Agrobisnis: Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Perikanan.
c.
Perdagangan barang (Warung makan, waserda dan penjualan bahan bangunan).
d.
Jasa (bengkel mobil/motor, warnet).
E. Karakteristik Responden Dalam kajian ini dilakukan pengamatan terhadap 37 responden yang telah menjadi mitra binaan PT Sucofindo (Persero) yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Secara lebih lengkap karakteristik mitra binaan PT Sucofindo (Persero) dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 8 Karakteristik Responden Mitra Binaan PT Sucofindo (Persero) No 1
2
3
4
5
6
7
Karakteristik Jenis Usaha a. Sembako b. Makanan c. Kerajinan d. Farmasi e. Konveksi f. Agrobisnis g. Service / Jasa Sektor Usaha a. Perdagangan b. Industri, Agrobisnis, Jasa Lama Usaha a. < 10 tahun b. > 10 tahun Periode Kredit a. Sebelum tahun 2009 b. Setelah Tahun 2009 Jangka Waktu Kredit a. 12 Bulan b. 24 Bulan Plafon Kredit a. < dari 40 Juta b. > dari 40 Juta Total Asset a. < dari 100 Juta b. > dari 100 Juta
Jumlah
Persentase
6 8 4 1 5 4 9
16% 22% 11% 3% 14% 11% 24%
11 26
30% 70%
11 26
30% 70%
16 21
43% 57%
21 16
57% 43%
17 20
46% 54%
27 20
73% 54%
48
F. Analisis Deskriptif Dengan menghitung profitabilitas dapat diketahui sejauh mana suatu perusahaan telah mengoptimalkan pengelolaan aset dan kewajibannya dalam memaksimalkan laba, oleh karenanya analisa rasio profitabilitas akan sangat bermanfaat untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan khususnya dalam pencapaian laba. Sedangkan Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur aktivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki atau dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan efiktivitas pemanfaatan atau penggunaan sumber daya perusahaan. Seperti telah disampaikan dimuka bahwa analisa profitabilitas dan rasio aktivitas (activity ratio) yang digunakan dalam kajian ini adalah profit margin (PM), return on asset, (ROA), return on total assets (ROTA), perputaran modal kerja ( working capitaltTurn over), Penjualan dan perubahan jumlah tenaga kerja. Perbandingan Rasio profitabilitas dan rasio aktivitas (activity ratio) yang dicapai oleh mitra binaan PT Sucofindo (Persero) sebelum dan setelah pemberian kredit sebagaimana terlihat dalam Lampiran 3. Dari Lampiran 3 tersebut di atas jika dikelompokkan berdasarkan: jenis usaha (Perdagangan dan Industri kecil, Agrobisnis dan Jasa), jangka waktu kredit (12 bulan dan 24 bulan), lama usaha (kurang dari 10 tahun dan lebih dari 10 tahun), total aset (kurang dari Rp 100 juta dan lebih dari Rp 100 juta), pemberian kredit (sebelum tahun 2009 dan setelah tahun 2009) dan plafon kredit (kurang dari Rp 40 juta dan lebih dari Rp 40 juta) dapat disajikan sebagai berikut: a)
Berdasarkan jenis/sektor usaha. Jenis/sektor usaha mitra binaan PT Sucofindo (Persero) terdiri dari dua kelompok yaitu sektor usaha perdagangan dan sektor usaha industri kecil, agrobisnis dan jasa, seperti pada Lampiran 4.
b) Berdasarkan jangka waktu kredit. Jangka waktu kredit kepada mitra binaan terbagi dalam dua kelompok yaitu kredit dengan jangka waktu 12 bulan dan kredit dengan jangka waktu 24 bulan, seperti dalam Lampiran 5.
49
c)
Berdasarkan lama usaha. Lama usaha mitra binaan yang diberikan kredit terbagi dalam dua kelompok yaitu kurang dari 10 tahun dan lebih dari 10 tahun, seperti dalam Lampiran 6.
d) Berdasarkan total aset. Total aset mitra binaan terdiri dari dua kelompok yaitu total aset kurang dari Rp 100 juta dan lebih dari Rp 100 juta, seperti dalam Lampiran 7. e)
Berdasarkan tahun pencairan / realisasi kredit. Tahun pencairan atau realisasi kredit terdiri dari dua kelompok yaitu pencairan kredit ≤ tahun 2009 dan ≥ tahun 2009, seperti dalam Lampiran 8.
f)
Berdasarkan plafon kredit. Plafon atau besaran kredit yang diberikan kepada mitra binaan PT Sucofindo (Persero) terbagi dua kelompok yaitu kredit ≤ dari Rp 40 juta dan kredit ≥ dari Rp 40 juta, seperti dalam Lampiran 9. Berdasarkan Lampiran 3 – 9 tersebut, dapat disampaikan pengaruh
pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra binaan pada tabel 9 – 14.
1.
Analisis Profit Margin (PM) Hasil pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra
binaan pada atas rasio rata-rata profit margin (PM) disajikan pada Tabel 9. Berdasarkan pada Tabel 9, pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja profit margin (PM) usaha mitra binaan adalah : a.
Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 2,50% terhadap kenaikan PM usaha mitra binaan, jangka waktu kredit 12 bulan mempunyai kenaikan rataan PM lebih tinggi sebesar 1 % dibandingkan dengan jangka waktu 24 bulan.
b.
Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh sebesar 3 % terhadap kenaikan PM usaha mitra binaan, sektor usaha perdagangan dan sektor industri, agrobisnis dan jasa memberikan kenaikan yang sama terhadap PM.
50
Tabel 9 Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan profit margin (PM) No
Keterangan
PM ( % ) Sebelum
A. Berdasarkan Jangka Waktu 1 12 Bulan
Sesudah
Pengaruh/ Kenaikan %
18
21
3
22 20,00
24 22,50
2 2,50
B. Berdasarkan Sektor Usaha 1 Perdagangan 2 Industri, Agrobisnis, Jasa 3 Rataan
17 21 19,00
20 24 22,00
3 3 3,00
C. Lama Usaha 1 < dari 10 tahun 2 ≥ 10 Tahun 3 Rataan
22 19 20,50
23 22 22,50
1 3 2,00
19
21
2
2 3
24 Bulan Rataan
D. Periode Kredit 1 Sebelum tahun 2009 Tahun 2009 dan Setelah 2 2009 3 Rataan
20
23
3
19,50
22,00
2,50
E. Besaran Kredit 1 < dari 40 Juta 2 ≥ 40 Juta 3 Rataan
18 21 19,50
21 24 22,50
3 3 3,00
18 23
21 27
3 4
20,50
24,00
3,50
F. Total Asset 1 < dari 100 Juta 2 ≥ 100 Juta 3
c.
Rataan
Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 2 % terhadap kenaikan PM usaha mitra binaan, lama usaha ≥ 10 tahun mempunyai kenaikan rataan PM lebih tinggi sebesar 2 % dibandingkan dengan lama usaha ≤ 10 tahun.
d.
Pemberian kredit berdasarkan periode kredit mempunyai pengaruh sebesar 2,50% terhadap kenaikan PM usaha mitra binaan, periode kredit tahun 2009 dan setelah tahun 2009 mempunyai kenaikan rataan
51
PM lebih tinggi sebesar 1 % dibandingkan dengan periode kredit sebelum tahun 2009. e.
Pemberian kredit berdasarkan besaran kredit mempunyai pengaruh sebesar 3 % terhadap kenaikan PM usaha mitra binaan, besaran kredit < Rp 40 juta dan ≥ Rp 40 juta memberikan kenaikan yang sama terhadap PM.
f.
Pemberian kredit berdasarkan total aset mempunyai pengaruh sebesar 3,50% terhadap kenaikan PM usaha mitra binaan, total aset ≥ Rp 100 juta mempunyai kenaikan rataan PM lebih tinggi sebesar 1 % dibandingkan dengan total aset < Rp 100 juta.
2.
Analisis Return On Total Assets (ROTA). Hasil pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra
binaan pada atas rasio rata-rata ROTA, seperti disajikan dalam Tabel 10. Berdasarkan pada Tabel 10 pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja return on total assets (ROTA) usaha mitra binaan adalah: a. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 5 % terhadap kenaikan ROTA usaha mitra binaan, jangka waktu kredit 12 bulan mempunyai kenaikan rataan ROTA lebih tinggi sebesar 2 % dibandingkan dengan jangka waktu 24 bulan. b. Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh sebesar 5 % terhadap kenaikan ROTA usaha mitra binaan, sektor usaha perdagangan dan sektor industri, agrobisnis dan jasa memberikan kenaikan yang sama terhadap ROTA. c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 4 % terhadap kenaikan ROTA usaha mitra binaan, lama usaha ≥ 10 tahun dan lama usaha ≤ 10 tahun memberikan kenaikan yang sama terhadap ROTA d. Pemberian kredit berdasarkan periode kredit mempunyai pengaruh sebesar 3,50% terhadap kenaikan ROTA usaha mitra binaan, periode kredit tahun 2009 dan setelah tahun 2009 mempunyai kenaikan rataan
52
ROTA lebih tinggi sebesar 3 % dibandingkan dengan periode kredit sebelum tahun 2009. Tabel 10 Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan ROTA No
Keterangan
ROTA ( % ) Sebelum
A. Berdasarkan Jangka Waktu 1 12 Bulan
Sesudah
Pengaruh/ Kenaikan %
15
21
6
10 12,5
14 17,5
4 5
B. Berdasarkan Sektor Usaha 1 Perdagangan 2 Industri, Agrobisnis, Jasa 3 Rataan
15 12 13,5
20 17 18,5
5 5 5
C. Lama Usaha 1 < dari 10 tahun 2 ≥ 10 Tahun 3 Rataan
14 13 13,5
18 17 17,5
4 4 4
D. Periode Kredit 1 Sebelum tahun 2009 2 Tahun 2009 dan Setelah 2009 3 Rataan
15 13 14
17 18 17,5
2 5 3,5
E. Besaran Kredit 1 < dari 40 Juta 2 ≥ 40 Juta 3 Rataan
15 11 13
20 15 17,5
5 4 4,5
15 8 11,5
20 10 15
5 2 3,5
2 3
24 Bulan Rataan
F. Total Asset 1 < dari 100 Juta 2 ≥ 100 Juta 3 Rataan
e. Pemberian kredit berdasarkan besaran kredit mempunyai pengaruh sebesar 4,5 % terhadap kenaikan ROTA usaha mitra binaan, besaran kredit < Rp 40 juta mempunyai kenaikan rataan ROTA lebih tinggi sebesar 1 % dibanding besaran kredit ≥ Rp 40 juta. f.
Pemberian kredit berdasarkan total aset mempunyai pengaruh sebesar 3,50% terhadap kenaikan ROTA usaha mitra binaan, total aset ≤ Rp
53
100 juta mempunyai kenaikan rataan ROTA lebih tinggi sebesar 3 % dibandingkan dengan total aset ≥ Rp 100 juta.
3.
Analisis Return On Equity (ROE). Hasil pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra
binaan pada atas rasio rata-rata ROE, seperti disajikan dalam Tabel 11. Tabel 11 Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan ROE No
Keterangan
ROE ( % ) Sebelum
A. Berdasarkan Jangka Waktu 1 12 Bulan 2 24 Bulan 3 Rataan
Sesudah
Pengaruh/ Kenaikan %
13 18 15,5
19 24 21,5
6 6 6
B. Berdasarkan Sektor Usaha 1 Perdagangan 2 Industri, Agrobisnis, Jasa 3 Rataan
14 16 15
20 22 21
6 6 6
C. Lama Usaha 1 < dari 10 tahun
16
21
5
15 15,5
21 21
6 5,5
D. Periode Kredit 1 Sebelum tahun 2009 2 Tahun 2009 dan Setelah 2009 3 Rataan
15 15 15
20 22 21
5 7 6
E. Besaran Kredit 1 < dari 40 Juta 2 ≥ 40 Juta 3 Rataan
13 17 15
18 24 21
5 7 6
14 17 15,5
20 24 22
6 7 6,5
2 3
≥ 10 Tahun Rataan
F. Total Asset 1 < dari 100 Juta 2 ≥ 100 Juta 3 Rataan
54
Berdasarkan pada Tabel 11 pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja pengembalian ekuitas atau return on equity (ROE) usaha mitra binaan adalah : a. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 6 % terhadap kenaikan ROE usaha mitra binaan, jangka waktu kredit 12 bulan dan jangka waktu 24 bulan memberikan kenaikan rataan ROE yang sama terhadap ROE. b. Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh sebesar 6 % terhadap kenaikan ROE usaha mitra binaan, sektor usaha perdagangan dan sektor industri, agrobisnis dan jasa memberikan kenaikan rataan yang sama terhadap ROE. c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 5,5 % terhadap kenaikan ROE usaha mitra binaan, lama usaha ≥ 10 tahun
mempunyai kenaikan rataan ROE lebih tinggi sebesar 1 %
dibandingkan dengan lama usaha ≤ 10 tahun. d. Pemberian kredit berdasarkan periode kredit mempunyai pengaruh sebesar 6 % terhadap kenaikan ROE usaha mitra binaan, periode kredit tahun 2009 dan setelah tahun 2009 mempunyai kenaikan rataan ROTA lebih tinggi sebesar 2 % dibandingkan dengan periode kredit sebelum tahun 2009. e. Pemberian kredit berdasarkan besaran kredit mempunyai pengaruh sebesar 6 % terhadap kenaikan ROE usaha mitra binaan, besaran kredit ≥ Rp 40 juta mempunyai kenaikan rataan ROE lebih tinggi sebesar 2 % dibanding besaran kredit ≤ Rp 40 juta. f. Pemberian kredit berdasarkan total aset mempunyai pengaruh sebesar 6,50% terhadap kenaikan ROE usaha mitra binaan, total aset ≥ Rp 100 juta mempunyai kenaikan rataan ROE lebih tinggi sebesar 1 % dibandingkan dengan total aset ≤ Rp 100 juta.
4.
Analisis Perputaran Modal Kerja (PMK) Hasil pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra
binaan pada rasio rata-rata perputaran modal kerja disajikan pada Tabel 12.
55
Tabel 12 Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan PMK No
Keterangan
Pengaruh/
PMK ( % )
Kenaikan
Sebelum
Sesudah
%
A. Berdasarkan Jangka Waktu 1 12 Bulan 2 24 Bulan
12 16
14 19
2 3
3 Rataan
14
16,5
2,5
B. Berdasarkan Sektor Usaha 1 Perdagangan 2 Industri, Agrobisnis, Jasa
12 14
12 17
0 3
3 Rataan
13
14,5
1,5
C. Lama Usaha 1 < dari 10 tahun 2 ≥ 10 Tahun 3 Rataan
14 13 13,5
16 16 16
2 3 2,5
D. Periode Kredit 1 Sebelum tahun 2009 2 Tahun 2009 dan Setelah 2009 3 Rataan
14 13 13,5
17 16 16,5
3 3 3
E. Besaran Kredit 1 < dari 40 Juta 2 ≥ 40 Juta 3 Rataan
11 15 13
14 18 16
3 3 3
F. Total Asset 1 < dari 100 Juta
13
16
3
2 ≥ 100 Juta 3 Rataan
15 14
17 16,5
2 2,5
Tabel 12 Lanjutan
Berdasarkan pada Tabel 12 pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja perputaran modal kerja (working capital turn over) usaha mitra binaan adalah : a. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 2,5 % terhadap kenaikan PMK usaha mitra binaan, jangka waktu kredit 24 bulan mempunyai kenaikan rataan PMK lebih tinggi sebesar 1% dibandingkan dengan jangka waktu 12 bulan.
56
b. Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh sebesar 1,5 % terhadap kenaikan PMK usaha mitra binaan, sektor sektor industri, agrobisnis dan jasa mempunyai kenaikan rataan PMK lebih tinggi sebesar 3% dibandingkan dengan sektor usaha perdagangan. c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 2,5% terhadap kenaikan PMK usaha mitra binaan, lama usaha ≥ 10 tahun mempunyai kenaikan rataan PMK lebih tinggi sebesar 1 % dibandingkan dengan lama usaha ≤ 10 tahun. d. Pemberian kredit berdasarkan periode kredit mempunyai pengaruh sebesar 3% terhadap kenaikan PMK usaha mitra binaan, periode kredit tahun 2009 & setelah tahun 2009 dan periode kredit sebelum tahun 2009 mempunyai kenaikan rataan PMK sama. e. Pemberian kredit berdasarkan besaran kredit mempunyai pengaruh sebesar 3% terhadap kenaikan PMK usaha mitra binaan, besaran kredit ≥ Rp 40 juta dan besaran kredit ≤ Rp 40 juta mempunyai kenaikan rataan PMK yang sama. f. Pemberian kredit berdasarkan total aset mempunyai pengaruh sebesar 2,50% terhadap kenaikan PMK usaha mitra binaan, total aset ≤ Rp 100 juta mempunyai kenaikan rataan PMK lebih tinggi sebesar 1 % dibandingkan dengan total aset ≥ Rp 100 juta.
5.
Analisis Omset Penjualan Hasil pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra
binaan pada rasio rata-rata omset penjualan disajikan pada Tabel 13. Berdasarkan pada Tabel 13 pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja omset penjualan usaha mitra binaan adalah: a.
Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 19,3% terhadap kenaikan omset penjualan usaha mitra binaan, jangka waktu kredit 24 bulan mempunyai kenaikan rataan omset penjualan lebih tinggi sebesar 4,1% dibandingkan dengan jangka waktu 12 bulan.
57
Tabel 13 Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan omset penjualan. NO. Keterangan
Omset Penjualan Sebelum
Sesudah
Pengaruh / Kenaikan %
A. Berdasarkan Jangka Waktu 1 12 Bulan 2 24 Bulan 3 Rataan
30.183.766 72.732.040 51.457.903
35.404.914 88.294.434 61.849.674
17,3% 21,4% 19,3%
B. Berdasarkan Sektor Usaha 1 Perdagangan 2 Industri, Agrobisnis, Jasa 3 Rataan
33.585.825 41.209.423 37.397.624
39.447.563 50.590.577 45.019.070
17,5% 22,8% 20,1%
36.262.500 39.562.500 37.912.500
43.725.000 48.456.250 46.090.625
20,6% 22,5% 21,5%
40.662.350
49.373.500
21,4%
38.306.133
46.501.600
21,4%
39.484.241
47.937.550
21,4%
E. Besaran Kredit 1 < dari 40 Juta 2 ≥ 40 Juta 3 Rataan
28.305.534 47.984.750 38.145.142
34.001.365 58.562.750 46.282.057
20,1% 22,0% 21,1%
F. Total Asset 1 < dari 100 Juta 2 ≥ 100 Juta 3 Rataan
32.169.966 57.230.000 44.699.983
38.593.637 70.725.000 54.659.318
20,0% 23,6% 21,8%
C. Lama Usaha 1 < dari 10 tahun 2 ≥ 10 Tahun 3 Rataan Tabel 13 lanjutan D. Periode Kredit 1 2 3
b.
Sebelum tahun 2009 Tahun 2009 dan Setelah 2009 Rataan
Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh sebesar 20,1% terhadap kenaikan omset penjualan usaha mitra binaan, sektor sektor industri, agrobisnis dan jasa mempunyai kenaikan rataan omset penjualan lebih tinggi sebesar 5,3% dibandingkan dengan sektor usaha perdagangan.
c.
Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 21,5% terhadap kenaikan omset penjualan usaha mitra binaan, lama
58
usaha ≥ 10 tahun mempunyai kenaikan rataan omset penjualan lebih tinggi sebesar 1,9% dibandingkan dengan lama usaha ≤ 10 tahun. d.
Pemberian kredit berdasarkan periode kredit mempunyai pengaruh sebesar 21,4% terhadap kenaikan omset penjualan usaha mitra binaan, periode kredit tahun 2009 & setelah tahun 2009 dan periode kredit sebelum tahun 2009 mempunyai kenaikan rataan omset penjualan yang sama.
e.
Pemberian kredit berdasarkan besaran kredit mempunyai pengaruh sebesar 21,1% terhadap kenaikan omset penjualan usaha mitra binaan, besaran kredit ≥ Rp 40 juta penjualan
mempunyai kenaikan rataan omset
lebih tinggi sebesar 1,9% dibandingkan dengan besaran
kredit ≤ Rp 40 juta. f.
Pemberian kredit berdasarkan total aset mempunyai pengaruh sebesar 21,9% terhadap kenaikan omset penjualan usaha mitra binaan, total aset ≥ Rp 100 juta mempunyai kenaikan rataan omset penjualan lebih tinggi sebesar 3,6% dibandingkan dengan total asset ≤ Rp 100 juta.
6.
Analisis Jumlah Pegawai Hasil pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra
binaan pada rasio rata-rata jumlah pegawai yang disajikan pada Tabel 14. Berdasarkan pada Tabel 14 pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja jumlah pegawai usaha mitra binaan adalah: a.
Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 18,7% terhadap kenaikan jumlah pegawai usaha mitra binaan, jangka waktu kredit 12 bulan mempunyai kenaikan rataan jumlah pegawai lebih tinggi sebesar 2,5% dibandingkan dengan jangka waktu 24 bulan.
b. Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh sebesar 16,4% terhadap kenaikan jumlah pegawai usaha mitra binaan, sektor perdagangan mempunyai kenaikan rataan jumlah pegawai lebih tinggi sebesar 0,6% dibandingkan dengan sektor usaha sektor industri, agrobisnis dan jasa.
59
Tabel 14 Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan jumlah pegawai NO.
Jumlah Pegawai
Keterangan
Sebelum
c.
Sesudah
Pengaruh / Kenaikan %
A. Berdasarkan Jangka Waktu 1 12 Bulan 2 24 Bulan 3 Rataan
5 12 8,5
6 14 10
20,0% 17,5% 18,7%
B. Berdasarkan Sektor Usaha 1 Perdagangan 2 Industri, Agrobisnis, Jasa 3 Rataan
6 7 6,5
7 8 7,5
16,7% 16,1% 16,4%
C. Lama Usaha 1 < dari 10 tahun 2 ≥ 10 Tahun 3 Rataan
6 6 6,0
7 7 7,0
16,7% 16,7% 16,7%
D. Periode Kredit 1 Sebelum tahun 2009 2 Tahun 2009 dan Setelah 2009 3 Rataan
7 6 6,5
8 7 7,5
18,0% 19,8% 18,9%
E. Besaran Kredit 1 < dari 40 Juta 2 ≥ 40 Juta 3 Rataan
5 8 6,5
6 9 7,5
20,0% 14,3% 17,1%
F. Total Asset 1 < dari 100 Juta 2 ≥ 100 Juta 3 Rataan
6 8 7,0
7 9 8,0
16,7% 13,2% 14,9%
Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 16,7% terhadap kenaikan jumlah pegawai usaha mitra binaan, lama usaha ≥ 10 tahun dan lama usaha ≤ 10 tahun mempunyai kenaikan rataan jumlah pegawai yang sama.
d. Pemberian kredit berdasarkan periode kredit mempunyai pengaruh sebesar 18,9% terhadap kenaikan jumlah pegawai usaha mitra binaan, periode kredit tahun 2009 & setelah tahun 2009 mempunyai kenaikan rataan jumlah pegawai lebih tinggi sebesar 1,8% dibanding dengan periode kredit sebelum tahun 2009.
60
e. Pemberian kredit berdasarkan besaran kredit mempunyai pengaruh sebesar 17,1% terhadap kenaikan jumlah pegawai usaha mitra binaan, besaran kredit ≤
Rp 40 juta
mempunyai kenaikan rataan jumlah
pegawai lebih tinggi sebesar 5,7% dibandingkan dengan besaran kredit ≥ Rp 40 juta. f.
Pemberian kredit berdasarkan total aset mempunyai pengaruh sebesar 14,9% terhadap kenaikan jumlah pegawai usaha mitra binaan, total aset ≤ Rp 100 juta mempunyai kenaikan rataan jumlah pegawai lebih tinggi sebesar 3,5% dibandingkan dengan total asset ≥ Rp 100 juta.
G. Analisis Inferensial 1. Hasil Uji t Hasil uji t atas hipotesis tentang perubahan kinerja dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Hasil uji t atas hipotesis tentang perubahan kinerja ------------------------------------------------------------------------Variable N Mean StDev SE Mean 95% CI T P ------------------------------------------------------------------------PMDift 37 0.02824 0.01523 0.00250 (0.02316, 0.03332) 11.28 0.000 ROTADift 37 0.04609 0.02321 0.00382 (0.03835, 0.05383) 12.08 0.000 ROEDift 37 0.05960 0.02845 0.00468 (0.05011, 0.06908) 12.74 0.000 PMKDift 37 2.626 2.033 0.334 ( 1.948, 3.304) 7.86 0.000 SaleDift 37 0.2175 0.0857 0.0141 ( 0.1889, 0.2461) 15.44 0.000 WorkDift 37 0.1978 0.2444 0.0402 ( 0.1163, 0.2793) 4.92 0.000 -------------------------------------------------------------------------
Rata-rata perubahan PM adalah 0.028 dengan simpangan baku dan galat baku masing-masing 0.015 dan 0.003, rata-rata perubahan ROTA adalah 0.046 dengan simpangan baku dan galat baku masing-masing 0.023 dan 0.004, ratarata perubahan ROE adalah 0.060 dengan simpangan baku dan galat baku masing-masing 0.023 dan 0.005. Adapun rata-rata perubahan PMK adalah 2.626 dengan simpangan baku dan galat baku masing-masing 2.033 dan 0.334, rata-rata perubahan penjualan adalah 0.218 dengan simpangan baku dan galat baku masing-masing 0.086 dan 0.014.
Sedangkan rata-rata
perubahan jumlah pekerja adalah 0.198 dengan simpangan baku dan galat baku masing-masing 0.244 dan 0.040.
61
,
Hasil uji-t atas hipotesis (Tabel 15)
menunjukkan nilai – p yang lebih kecil dari 0.05, sehingga keputusan ujinya pada
adalah tolak H0, baik untuk perubahan PM (PMDift), ROTA
(ROTADift), ROE (ROEDift), PMK (PMKDift), Penjualan (SaleDift), maupun jumlah pekerja(WorkDift). Dengan keputusan uji ini maka dapat disimpulkan bahwa nilai-tengah ukuran-ukuran kinerja tersebut adalah lebih dari nol. Dengan kata lain, telah terjadi peningkatan kinerja pada keadaan setelah menerima bantuan dari keadaan sebelum mendapat bantuan. Hal ini tampak pula dari selang kepercayaan 95% bagi nilai-tengah perubahan kinerja yang batas bawah dan batas atasnya masing-masing bernilai positif.
2. Hasil Uji F Hasil uji F atas model analisis ragam perubahan kinerja sebagai peubah respon pada lima peubah faktor disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Hasil Uji-F model Analisis Ragam Perubahan Kinerja Pada Lima Peubah Faktor Faktor
PM
Nilai-p dari uji-F untuk peubah respon ROTA ROE PMK Penjualan
Pekerja
Keseluruhan
0.1871
0.0357
0.3897
0.0264
0.2651
0.2624
Sektor Usaha Jangka waktu kredit Pemberian kredit Plafon Kredit Total asset
0.8597 0.4278
0.0221 0.1100
0.9090 0.1020
0.8793 0.0085
0.9485 0.0114
0.3617 0.0868
0.0884 0.7266 0.0283
0.7159 0.2726 0.0914
0.1206 0.6469 0.3934
0.8104 0.5255 0.0072
0.9683 0.5088 0.9485
0.1440 0.5082 0.6397
Uji atas keseluruhan model menunjukkan bahwa peubah respon memiliki keterkaitan dengan peubah-peubah faktor adalah peubah ROTA dan PMK dengan nilai-p masing-masing kurang dari 0.05.
Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa variasi perubahan nilai ROTA dan variasi perubahan nilai PMK terkait dengan perbedaan pada nilai-nilai peubah faktor. Untuk peubah ROTA, faktor yang signifikan pengaruhnya atas variasi perubahan ROTA ini adalah jenis usaha dan total asset, masing-masing
62
dengan nilai-p 0.0221 dan 0.0914.
Dari nilai-p ini, jenis usaha dapat
dikatakan signifikan pengaruhnya terhadap nilai ROTA pada taraf nyata 0.05, sedangkan total asset signifikan pada taraf nyata 0.10. Rata-rata perubahan nilai ROTA pada berbagai sektor (Gambar 2) menunjukkan bahwa sektor industri dan sektor perdagangan menunjukkan perubahan nilai ROTA yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor jasa.
Gambar 2 Rata-rata perubahan ROTA pada sektor usaha yang berbeda
Perubahan nilai ROTA disebabkan antara lain : sektor perdagangan menjual barangnya dengan perputaran relatif cepat sehingga mempengaruhi penerimaan kas atau cash flow, biaya produksi sektor perdagangan kecil bahkan tidak ada sehingga keuntungannya cukup tinggi, tidak memerlukan sumber daya manusia atau pegawai yang banyak dan tidak membutuhkan investasi yang banyak. Rata-rata perubahan nilai ROTA pada nilai aset yang berbeda (Gambar 3) menunjukkan bahwa usaha-usaha dengan total aset kurang dari 100 juta rupiah memberikan perubahan ROTA yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan usaha-usaha dengan total aset lebih dari atau sama dengan 100 juta rupiah. Pemberian pinjaman pada mitra binaan dengan aset ≥ Rp. 100 juta pada usaha-usaha di bidang jasa bengkel ahas dan konveksi memerlukan investasi banyak sehingga dengan pinjaman senilai ≥ Rp. 40 juta sampai Rp. 75 juta tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada peningkatan ROTA sedangkan pemberian bantuan pada
63
mitra binaan dengan aset ≤ Rp.100 juta lebih banyak kepada pegadang pasar atau sembako sehingga dengan pinjaman Rp.40 juta sangat berpengaruh kepada peningkatan nilai ROTA.
Gambar 3 Rata-rata perubahan ROTA pada total aset yang berbeda
Untuk peubah PMK, faktor yang signifikan pengaruhnya atas variasi perubahan PMK ini adalah jangka waktu kredit dan total asset, masingmasing dengan nilai-p 0.0085 dan 0.0072. Dari nilai-p ini, kedua faktor ini dapat dikatakan signifikan pengaruhnya terhadap nilai PMK pada taraf nyata 0.01. Rata-rata perubahan nilai PMK pada jangka waktu kredit yang berbeda (Gambar 4) menunjukkan bahwa usaha-usaha dengan jangka waktu kredit 24 bulan menunjukkan perubahan nilai PMK yang lebih tinggi dibandingkan dengan jangka waktu kredit 12 bulan. Pinjaman dengan jangka waktu 24 bulan terdapat sektor agribisnis yang perputaran modal kerjanya setahun hanya 2 atau 3 kali sebagai contoh usaha pengemukan sapi dan ikan hias sedangkan sektor perdagangan dan jasa hanya membeli produk jadi yang dijual langsung sangat berpengaruh pada peningkatan PMK.
64
3.31 3.50 3.00 2.50
2.10
2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 12 bln
Gambar 4
24 bln
Rata-rata perubahan PMK pada jangka waktu kredit yang berbeda
Rata-rata perubahan nilai PMK pada nilai aset yang berbeda (Gambar 5) menunjukkan bahwa usaha-usaha dengan total aset kurang dari 100 juta rupiah memberikan perubahan PMK yang lebih tinggi dibandingkan dengan usaha-usaha dengan total aset lebih dari atau sama dengan 100 juta rupiah.
Gambar 5 Rata-rata perubahan PMK pada total aset yang berbeda Pemberian pinjaman pada mitra binaan dengan aset ≥ Rp. 100 juta banyak terdapat pada usaha-usaha di bidang jasa bengkel ahas dan konveksi memerlukan investasi banyak sehingga dengan pinjaman senilai ≥ Rp. 40
65
juta sampai Rp. 75 juta tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada peningkatan PMK sedangkan pemberian bantuan pada mitra binaan dengan aset ≤ Rp.100 juta lebih banyak kepada pegadang pasar atau sembako sehingga dengan pinjaman Rp.40 juta sangat berpengaruh kepada peningkatan PMK. Hasil Uji-F untuk keseluruhan model bagi empat peubah respon lainnya, yaitu (1) PM, (2) ROE, (3) Penjualan, dan (4) jumlah pekerja, menunjukkan bahwa keempat peubah respon tidak dapat dikatakan memiliki keterkaitan dengan peubah-peubah faktornya, dengan nilai-p masing-masing lebih dari 0.05.
Namun demikian uji-F masing-masing
faktor menunjukkan bahwa beberapa faktor dapat dikatakan berpengaruh signifikan terhadap peubah respon. Untuk perubahan nilai PM, pemberian kredit dan total aset tampak berpengaruh dengan nilai-p masing-masing kurang dari 0.10, dan kurang dari 0.05.
Untuk perubahan nilai ROE,
jangka waktu kredit tampak berpengaruh dengan nilai-p sedikit lebih besar dari 0.10. Adapun untuk peubah Penjualan dan jumlah pekerja, jangka waktu kredit tampak berpengaruh dengan nilai-p masing-masing kurang dari 0.05, dan kurang dari 0.10.
Gambar 6 Rata-rata perubahan PM pada pemberian kredit yang berbeda
66
Gambar 7 Rata-rata perubahan PM pada total aset yang berbeda Untuk peubah PM, usaha-usaha dengan pemberian kredit mulai tahun 2009 memiliki rata-rata perubahan PM yang lebih tinggi daripada usaha-usaha dengan pemberian kredit sebelum 2009 (Gambar 7). Usaha mitra binaan sebelum tahun 2009 mempunyai pengalaman dan keahlian pemilik mitra binaan sangat mempengaruhi pengelolaan usaha secara lebih efisien sehingga memberikan peningkatan PM lebih tinggi. Sedangkan usaha-usaha dengan total aset lebih dari atau sama dengan 100 juta rupiah memiliki rata-rata perubahan PM yang lebih tinggi daripada dengan usaha-usaha dengan total aset kurang dari 100 juta rupiah (Gambar 7). Usaha mitra binaan dengan aset ≥ 100 juta banyak bergerak pada jasa bengkel ahas yang disamping menjual jasa, usaha ini juga dapat membeli spare part secara tunai dengan memperoleh discount yang cukup besar sehingga memberikan peningkatan PM. Untuk peubah ROE, usaha-usaha dengan jangka waktu kredit 24 bulan memiliki rata-rata perubahan ROE yang lebih tinggi dibandingkan dengan usaha-usaha dengan jangka waktu kredit 12 bulan (Gambar 8). Demikian pula halnya untuk peubah Penjualan (Gambar 9) dan Jumlah Tenaga Kerja (Gambar 10). Bahwa usaha-usaha dengan jangka waktu kredit 24 bulan memiliki rata-rata perubahan pejualan dan rata-rata perubahan jumlah tenaga kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan usaha-usaha dengan jangka waktu kredit 12 bulan. Mitra binaan yang
67
mendapatkan pinjaman dengan jangka waktu lebih lama (24 bulan) memberikan pengaruh pada peningkatan omset penjualan lebih tinggi sehingga berpengaruh pada peningkatan ROE, dengan peningkatan omset penjualan berpengaruh pada beberapa mitra binaan terhadap penambahan jumlah pegawai dari mitra binaan tersebut.
6.80% 7.00% 6.00%
5.32%
5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00% 12 bln
Gambar 8
Rata-rata perubahan ROE pada jangka waktu kredit yang berbeda
30.00% 25.00%
24 bln
25.24% 19.09%
20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% 12 bln
24 bln
Gambar 9 Rata-rata perubahan penjualan pada jangka waktu kredit yang berbeda
68
Gambar 10 Rata-rata perubahan jumlah tenaga kerja pada jangka waktu kredit yang berbeda.