HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi dan Persentase Parasit Darah Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda yang berada di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR FKH IPB) dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 1 Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda (Equus caballus) Kuda
Parasit Darah A. centrale
1
+
:
Kuda
+
Babesia sp. +
Gambar :
Gambar :
Gambar :
+
+
+
+ Gambar
Theileria sp.
+
Gambar :
2
A. marginale
Gambar :
Gambar :
Gambar :
Parasit Darah A. centrale
A. marginale
Theileria sp.
Babesia sp.
3
+ Gambar :
4
+ Gambar :
+ Gambar :
5
Gambar:
Gambar :
6
Anaplasma sp.
+
+
Gambar :
+ Gambar :
+ Gambar :
+
+ Gambar :
Gambar :
Gambar :
+ Gambar :
Gambar:
+
+
+
+ Gambar :
+ Gambar :
+ Gambar :
Parasit darah yang paling banyak ditemukan adalah Anaplasma sp.. Anaplasma sp. ditemukan di dalam preparat ulas darah memiliki gambaran morfologi berbentuk bulat yang terletak di tengah (Anaplasma centrale) dan di tepi (Anaplasma marginal) sel darah merah. Anaplasma sp. yang diwarnai dengan pewarnaan Giemsa terdiri atas massa globular yang padat dengan ukuran diameter 0.3 sampai 1.0 µm. Terlihat di bawah mikroskop elektron setiap Anaplasma sp. terdiri atas suatu koloni yang berisi sampai 8 sub unit atau “initial bodies”, setiap sub unit berukuran 0.16-0.27 µm x 0.24-0.52 µm. Anaplasma sp. di dalam eritrosit 65% terdapat di tepi dan sisanya pada lokasi sentral. Anaplasmosis merupakan suatu infestasi subakut dan tidak dapat menular lewat kontak langsung, ditandai dengan demam, anemia, lemah, dan ikhterus (Jensen 1974).
Gambar
11
Gambaran mikroskopis Anaplasma sp. berdasarkan hasil pengamatan
Theileria sp. Morfologi Theileria sp. yang ditemukan berbentuk koma atau batang. Theileria sp. sesuai dengan gambaran morfologinya menurut Soulsby (1982) yaitu berbentuk batang yang memiliki ukuran kira-kira 1.5-2.0 µm x 0.5-1.0 µm. Gejala klinis yang ditimbulkan akibat infestasi Theileria sp. di antaranya lakrimasi, gangguan saluran pencernaan, dispnea, serta pembengkakan limfoglandula.
Gambar
12
Gambaran
mikroskopis Theileria sp. berdasarkan hasil
pengamatan
Babesia sp. Morfologi Babesia sp. yang ditemukan berbentuk seperti buah pear, sepasang maupun tunggal. Babesia sp. sesuai dengan gambaran Babesia sp. menurut referensi, bentuknya menyerupai buah pear dan memiliki diameter 2.55.0 µm, meruncing pada salah satu ujungnya dan pada ujung lain tumpul dan berpasangan (Hunfeld et al. 2008). Babesia caballi merupakan spesies dari Babesia sp. yang menyerang kuda bertransisi melalui caplak genus Dermacentor, Hyalomma, dan Rhipicephalus (Uilenberg 2006) dan memiliki gejala klinis yaitu demam tinggi serta anemia.
Gambar
13
Gambaran mikroskopis Babesia sp. berdasarkan hasil
pengamatan
Parasitemia, Status Present, Nilai Total Leukosit, serta Nilai Leukosit Selama Sembilan Minggu
Tabel 2
Persentase parasitemia (Anaplasma centrale, Anaplasma marginale, Theileria sp., dan Babesia sp.) pada kuda (Equus caballus)
Jenis Parasit
Minggu Ke1
A. centrale
3 bc
1.23 ± 0.30
5 bcd
1.22 ± 0.40
7 cdef
0.83 ± 0.10
9 efg
0.75 ± 0.20
0.70 ± 0.40efg
A. marginale 2.03 ± 0.70a 1.22 ± 0.50bcd 0.95 ± 0.20cde 0.77 ± 0.10defg 0.88 ± 0.20cdef Theileria sp. 0.43 ± 0.20fg 1.45 ± 0.60b Babesia sp.
1.28 ± 0.50bc
0.97 ± 0.40cde 0.92 ± 0.40cde
0.37 ± 0.40g 0.87 ± 0.30cdef 0.77 ± 0.40defg 0.75 ± 0.20efg 0.68 ± 0.30efg
Keterangan : huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata.
Masing-masing parasit darah memiliki jumlah dan tingkat keparahan yang berbeda. Tingkat keparahan atau tingkat tingkat parasitemia dibagi menjadi tiga tingkatan berdasarkan penemuannya dalam satu lapang pandang, yaitu rendah (<1%), sedang (<3%), dan berat (5-9%) (Birkenheuer et al. 2003). Pengamatan infestasi Anaplasma sp. selama sembilan minggu (Tabel 2) menunjukkan adanya penurunan persentase parasitemia Anaplasma sp. yang tidak begitu nyata dari minggu ke minggu. Rata-rata persentase parasitemia Anaplasma sp. adalah 1.05% dan berada dalam tingkatan rendah (<1%)-sedang (<3%). Rendahnya infestasi Anaplasma sp. ini kemungkinan disebabkan Anaplasma sp. masuk dalam masa inkubasi, yaitu 2-12 minggu (Quinn et al. 2008). Pada stadium ini hewan terlihat sehat dan tidak menunjukkan gejala klinis. Namun demikian, selama sembilan minggu persentase Anaplasma sp. tidak menunjukkan peningkatan persentase parasitemia yang nyata dan kuda tidak menunjukkan gejala klinis akibat terdapat infestasi Anaplasma sp.. Berdasarkan Tabel 2, terlihat adanya peningkatan persentase parasitemia Theileria sp. yang tidak begitu nyata dari minggu ke-1 sebesar 0.43 ± 0.20fg menjadi 0.92 ± 0.40cde pada minggu ke-9. Rata-rata persentase parasitemia Theileria sp. adalah 1.01%. Tingkat rata-rata persentase parasitemia Theileria sp. ini berada dalam tingkatan rendah (<1%)-sedang (<3%). Infestasi Theileria sp. yang masih tergolong rendah kemungkinan disebabkan Theileria sp. masuk dalam
masa inkubasi, yaitu 1-3 minggu (Soulsby 1982). Pada stadium ini hewan terlihat sehat dan tidak menunjukkan gejala klinis. Namun demikian, selama sembilan minggu persentase parasitemia Theileria sp. tidak menunjukkan peningkatan yang nyata dan kuda tidak menunjukkan gejala klinis akibat terdapat infestasi Theileria sp.. Tingkat infestasi Theileria sp. yang rendah juga kemungkinan disebabkan oleh sifat penyakit ini yaitu tidak menular melalui kontak langsung. Penularan antara hewan hanya terjadi melalui vektor secara “stage to stage” dimana partikel parasit yang infektif terdapat pada kelenjar ludah caplak. Sehingga bila populasi caplak berkurang maka infestasi juga akan menurun (Taylor et al. 2007). Persentase parasitemia Babesia sp. berada dalam tingkatan rendah (<1%) dengan rata-rata persentase parasitemia Babesia sp. yaitu 0.68%. Terlihat pada data statistik selama sembilan minggu infestasi Babesia sp. mengalami peningkatan yang tidak begitu nyata dari minggu ke-1 sebesar 0.37 ± 0.40g menjadi 0.68 ± 0.30efg pada minggu ke-9 (Tabel 2). Kemungkinan infestasi Babesia sp. yang masih tergolong rendah ini disebabkan Babesia sp. masuk dalam masa inkubasi, yaitu 1-2 minggu (Soulsby 1982). Pada stadium ini hewan akan terlihat sehat dan tidak menunjukkan gejala klinis. Namun demikian, selama sembilan minggu Babesia sp. tidak menunjukkan peningkatan persentase parasitemia yang nyata dan kuda tidak menunjukkan gejala klinis akibat terdapat infestasi Babesia sp.. Infestasi Babesia sp. bersifat “self limiting disease”, yang berarti infestasi parasit ini bersifat tidak fatal dan dapat terjadi persembuhan sendiri dengan jangka waktu yang panjang (Taylor et al. 2007). Persentase parasitemia yang masih rendah dapat disebabkan oleh ketidakrentanan hewan percobaan, infestasi telah berjalan kronis (Altay et al. 2008), atau telah mencapai stadium persembuhan (Bakken et al. 2006). Infestasi yang rendah juga bisa mengindikasikan bahwa kuda bertindak sebagai hewan pembawa. Hewan pembawa merupakan hewan yang pembawa penyakit dan hewan tersebut tidak menunjukkan gejala klinis. Jika hewan peka tertular hewan pembawa ini maka akan timbul gejala klinis yang akan berakibat kematian (Uilenberg 2006).
Tabel 3 Status Present pada kuda (Equus caballus)
Kuda
Minggu 3 S
N
Minggu 5 J
Minggu 7
Minggu 9
S
N
J
S
N
J
S
N
J
A
37,8
10 48
37,9
9
48
37,8
9
44
37,8
10 48
B
37,7
8
40
37,6
7
40
37,5
8
36
37,6
8
40
C
37,3
7
36
37,1
7
40
37,4
8
36
37.1
7
40
D
37,9
10 48
37,8
9
52
37,8
10 48
37,8
10 48
E
37,4
9
40
37,2
8
40
37,4
8
36
37,4
9
40
F
37,4
9
36
37,4
10 32
37,5
9
36
37,5
9
40
Keterangan : S = Suhu (oC) ; N = Nafas / menit ; J = Denyut Jantung / menit
Terlihat pada Tabel 3 tidak terjadi perubahan status present yang nyata. Status present diteliti sebagai parameter melihat gejala klinis. Menurut Simoes et al. (2011) dan Birkenheuer et al. (2003), gejala klinis dapat terjadi jika tingkatan tingkat parasitemia tinggi, kecuali jika infestasi parasit terjadi secara bersamaan dan saling mempengaruhi parasit dalam darah, tingkat parasitemia yang rendah dapat menimbulkan gejala klinis. Melihat dari tingkat parasitemia (Tabel 1) infestasi Anaplasma sp. memiliki persentase yang paling tinggi dibanding infestasi Theileria sp., dan Babesia sp.. Namun, hal ini bukan merupakan infestasi parasit darah yang terjadi bersamaan dan saling mempengaruhi, karena hewan tidak sampai menimbulkan gejala klinis. Vektor penyebar infestasi Anaplasma sp. yang lebih bervariasi dibandingkan vektor penyebar infestasi Theileria sp., dan Babesia sp. dapat menjadi alasan Anaplasma sp. memiliki persentase yang tinggi. Vektor utama Anaplasmosis adalah caplak famili Ixodidae (caplak keras) (Foley dan Biberstein 2004). Vektor dari Theileriosis dan Babesiosis adalah Rhipicephalus sp., dan Boophilus sp. (Levine 1995;Soulsby 1982).
Tabel 4
Nilai Total Leukosit (per mm3) pada kuda (Equus caballus) Total Leukosit (per mm3) Minggu Ke-
Kuda 1
3
5
7
9
A
6450
8150
7300
8000
8850
B
7500
9000
7450
8400
10450
C
11200
7900
7750
7250
8550
D
11300
7250
11600
9250
7050
E
8950
8600
8500
9000
9350
F
9100
8250
8500
8150
8000
Rata-Rata
9084
8192
8517
8342
8708
Tabel 5
Persentase nilai relatif leukosit pada kuda (Equus caballus)
Minggu
Jenis Leukosit (% Relatif)
Ke-
Eosinofil
Basofil
1
11.17 ± 4.70c
7.50 ± 3.10a
47.83 ± 6.40a 21.33 ± 5.40ab 12.17 ± 1.70a
3
14.17 ± 5.70bc
7.50 ± 2.20a
39.00 ± 3.60b 24.67 ± 4.70a 11.67 ± 3.30a
5
17.83 ± 6.30ab
8.00 ± 0.90a
39.00 ± 6.00b 20.67 ± 3.20ab 14.50 ± 3.70a
7
20.00 ± 3.20a
9.17 ± 1.00a
39.00 ± 3.30b 16.50 ± 1.90b 15.33 ± 1.20a
9
19.83 ± 2.80a
8.50 ± 0.80a
40.50 ± 3.80b 16.17 ± 2.70b 15.00 ± 2.10a
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Keterangan : huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata.
Leukopoisis atau proses pembentukan sel darah putih (leukosit) pada mammalia terjadi dari sistem “stem cell” di dalam sumsum tulang (Martini et al. 1992). Menurut Baldy (1984), terjadinya peningkatan leukosit merupakan respons fisiologis untuk melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme. Berdasarkan Tabel 4, terlihat adanya fluktuasi nilai leukosit. Normal keberadaan leukosit di dalam darah kuda sekitar 5000-9000 butir darah leukosit per mm3 (Pinsent 1990). Menurut Baldy (1984), peningkatan leukosit merupakan salah satu respons fisiologis untuk melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme termasuk parasit darah. Pada Tabel 2 dan Tabel 5, dapat terlihat adanya korelasi positif antara persentase parsitemia Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp. dengan persentase nilai leukosit pada kuda (Equus caballus). Setiap kuda mempunyai respons terhadap parasit darah yang berbeda, hal ini terlihat dari persentase nilai leukosit yang memiliki nilai standar deviasi cukup besar. Hasil dari persentase nilai relatif leukosit menunjukkan adanya peningkatan persentase eosinofil dan basofil serta penurunan persentase limfosit dari normal.
Eosinofil mengalami peningkatan persentase (Tabel 5) dari persentase normalnya dalam darah yaitu 0-14% (Douglas et al. 2010). Berdasarkan hasil statistik persentase eosinofil pada minggu ke-1 sebesar 11.17 ± 4.70c dan terus mengalami peningkatan pada minggu-minggu selanjutnya. Eosinofil sangat berperan penting sebagai kontrol terhadap infestasi parasit (Mayer et al. 1992), ini berdasarkan nilai eosinofil (Tabel 5) yang mengalami peningkatan disertai dengan penurunan infestasi parasit darah (Tabel 2). Persentase basofil (Tabel 5) selama sembilan minggu pengamatan mengalami peningkatan dari persentase normalnya dalam darah yaitu 0-4% (Douglas et al. 2010). Selama sembilan minggu masa pengamatan, persentase basofil berada di atas selang normal dan berdasarkan data statistik tidak terdapat adanya perbedaan nyata pada setiap minggunya. Pada infestasi parasit darah Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp. biasanya diikuti peningkatan persentase basofil dalam darah (Stockham dan Scott 2002). Basofil berperan penting dalam respon alergi yang ditimbulkan oleh antigen (Guyton dan Hall 2006). Neutrofil berada dalam selang normal 35-75% (Douglas et al. 2010). Sel neutrofil, sebagai garis pertama berperan penting dalam melakukan fagositosis dan mampu untuk membunuh mikroorganisme termasuk parasit darah. Apabila terjadi penurunan jumlah neutrofil dalam darah bisa menunjukkan bahwa suatu infeksi termasuk infestasi parasit darah mulai mereda (Baldy 1984). Berdasarkan Tabel 5 nilai limfosit terlihat sedikit mengalami penurunan dari persentase normalnya dalam darah yaitu 17-68% (Douglas et al. 2010), hal ini berarti produksi antibodi humoral dan pembentukan pertahanan selular oleh limfosit sedikit menurun (Jain 1993). Penurunan nilai persentase limfosit dari minggu ke-1 sebesar 21.33 ± 5.40ab menjadi 16.17 ± 2.70b pada minggu ke-9, disertai dengan peningkatan nilai persentase parasitemia Theileria sp. dari 0.43 ± 0.20fg pada minggu ke-1 menjadi 0.92 ± 0.40cde pada minggu ke-9. Hal ini terjadi karena pada infestasi Theileria sp. terjadi deplesi limfosit akibat kerusakan pada organ limfoid yang menyebabkan hilangnya sel-sel limfosit muda (Losos 1986). Monosit merupakan jenis sel darah putih yang berperan aktif terhadap adanya infestasi parasit darah di hewan. Monosit bertugas memfagosit eritrosit
yang rusak akibat terdapatnya infestasi parasit darah (Jain 1993). Terlihat pada Tabel 5 rata-rata nilai monosit berada dalam selang normal 0-14% (Douglas et al. 2010) ini kemungkinan disebabkan oleh jumlah eritrosit yang rusak akibat infestasi parasit darah hanya sedikit sehingga jumlah monosit dalam keadaan normal.