UNIVERSITAS INDONESIA
PROSES AUDIT ATAS ASET BIOLOJIK PT KKK
LAPORAN MAGANG Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
REDA RUSLIA SULASTOMO 0906525693
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI S1 REGULER AKUNTANSI DEPOK JULI 2013
i Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
Univesitas Indonesia
ii Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
Univesitas Indonesia
iii Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
Univesitas Indonesia
KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT., karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan magang ini. Saya menyadari bahwa banyak pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan motivasi baik saat masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan magang ini. Oleh karena itu, perkenankan pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada : 1.
Allah SWT. yang telah memberikan saya kekuatan jasmani dan rohani serta kesempatan untuk mengerjakan dan menyelesaikan laporan magang ini.
2.
Bapak dan Ibu yang telah memberikan dukungan baik material maupun non-material. Doanya yang selalu mengiringi saya dari masa perkuliahan sampai selesainya laporan magang ini. Terima kasih sudah susah payah membesarkan dan menyekolahkan saya sampai setinggi ini.
3.
Bapak Taufik Hidayat, SE., AK., MM sebagai dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran dalam penyusunan laporan magang ini. Terima kasih pak atas kemudahan komunikasi dan jadwal revisi yang teratur sehingga penulis merasa sangat terbantu.
4.
Terima kasih kepada Ibu Dr. Sylvia Veronica N.P.S. selaku kepala prodi akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
5.
KAP RSM AAJ yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan magang dan telah membantu selama magang hingga laporan ini dapat terselesaikan, khususnya Koh Albert, Adil, Ziaul, Mas Riki, Vero, Kak Arga, Kak Vivi dan teman-teman magang saya yang memberikan banyak pengetahuan mengenai pengauditan dan akuntansi. Terima kasih telah memberikan pengalaman kerja yang menyenangkan.
6.
PT KKK yang telah bersedia membantu saya dalam mengumpulkan data guna penyusunan laporan magang ini.
7.
Saudara saya Mas Nunu, Mba Aga, dan Mas Dias, bimbingan dan motivasi kalian sangat berarti.
8.
Teman-teman ngapak sekampung seperjuangan, Nunu, Wahid, Anto, Mbaeh, Bolang, Rini, Prayitno, Hoho, Angga, Afin, Rukhin, Somad, dan
iv Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
Univesitas Indonesia
teman-teman Perhimak semua, sehingga saya tetap ingat kampung di tengah hebatnya pengaruh pergaulan kota besar. 9.
Teman-teman belajar kebut semalam, Sidiq, Umar, Denis, dan Dandi atas kerjasama dan semangatnya sampai menginap di Mufe, sehingga saya dapat mengikuti ujian dengan baik.
10. Personil The Payback, band paling garang, Bobby, Danang, Aji, Vito, dan
Gromy, terima kasih saya bisa merasakan indahnya bermain musik di atas panggung kampus. 11. Teman-teman labkom, Suryawan, Ezra, Dips, Komes, Nigel, Kakek, Irfan,
Uqi, Ado, dan Glodok, yang telah memperkenalkan pada saya dunia yang sangat menarik. 12. Teman-teman wota, Cebe, Asep, Aldio, Handy dan Bobob yang telah
meracuni penulis untuk berdelusi pada anak di bawah umur. 13. Terima kasih kepada teman magang Dito, Edwin, Sugeng, dan Windu atas
pengalaman magang yang menyenangkan dan bantuannya dalam proses penyusunan laporan magang ini. 14. Ryan Babeh, tempat saya menanyakan mata kuliah yang harus diambil tiap semester dn membimbing perkuliahan saya. 15. Para dosen Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia atas segala
ilmu, nasihat, dan tuntunan yang diberikan baik di dalam maupun di luar perkuliahan. Semua staff Departemen Akuntansi dan Biro Pendidikan FEUI. Saya menyadari bahwa laporan magang ini tidak terlepas dari kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan laporan magang ini. Pada akhirnya, semoga laporan magang ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Depok, Juli 2013
Penulis
v Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
Univesitas Indonesia
vi Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
Univesitas Indonesia
ABSTRAK Nama Program Studi Judul
: Reda Ruslia Sulastomo : S1 Akuntansi : Proses Audit atas Aset Biolojik PT KKK
Laporan magang ini membahas tentang prosedur audit atas aset biolojik PT KKK yang bertujuan untuk mendapatkan keyakinan bahwa aset biolojik PT KKK sudah disajikan secara wajar. Auditor mendesain prosedur audit yang sesuai dengan standar audit yang berlaku di Indonesia, yaitu sesuai dengan PSAK 16. Hasil laporan magang menyarankan bahwa PT KKK perlu mengintegrasikan sistem informasi antara kantor pusat dengan daerah tempat perkebunan berada. Kata kunci: Prosedur audit, aset biolojik, PSAK 16
vii Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
Univesitas Indonesia
ABSTRACT Nama Study Program Title
: Reda Ruslia Sulastomo : Accounting : Audit Process of Biological Assets PT KKK
This internship report discusses audit procedures over biological assets of PT KKK aimed to gain confidence that the biological assets of PT KKK has presented fairly. Auditor designing audit procedures in accordance with auditing standards applicable in Indonesia, which is in accordance with PSAK 16. Internship reports result suggest that PT KKK needs to integrate information systems between the head office and regional office. Keywords: Audit Procedures, Biological Assets, PSAK 16
viii Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
Univesitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ KATA PENGANTAR ..................................................................................... LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..................... ABSTRAK ...................................................................................................... ABSTRACT ...................................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL ...........................................................................................
i ii iii iv v vi vii viii xii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................. 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang .................................... 1.2. Tujuan dan Manfaat Program Magang ................................................. 1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Magang ............................. 1.4. Ruang Lingkup Kegiatan Magang ……................................................ 1.5. Perumusan dan Pembatasan Masalah dalam Laporan Magang ........... 1.6. Tujuan Penulisan Laporan Magang ..................................................... 1.7. Metodologi Penulisan Karya Akhir...................................................... 1.8. Sistematika Penulisan ..........................................................................
1 1 1 2 2 3 4 4 4
BAB 2 LANDASAN TEORI ..................................................................... 2.1. Gambaran Umum Industri Perkebunan ………….............................. 2.1.1. Karakteristik ...……..................................................................... 2.1.2. Risiko Industri ............................................................................. 2.1.3. Klasifikasi Tanaman Perkebunan................................................. 2.2. Aset Biolojik ....................................................................................... 2.2.1. Definisi Aset Biolojik ................................................................. 2.2.2. Jenis Aset Biolojik ...................................................................... 2.2.3. Pengakuan Aset Biolojik ............................................................. 2.2.4. Pengukuran Nilai Wajar dari Aset Biolojik ................................ 2.2.5. Penyajian Aset Biolojik .............................................................. 2.2.6. Pengungkapan Aset Biolojik ………........................................... 2.3. Aset Tetap berdasarkan PSAK 16 ...................................................... 2.3.1. Definisi Aset Tetap ..................................................................... 2.3.2. Pengakuan Aset Tetap .................................................................
6 6 6 6 8 11 11 12 12 13 16 17 19 19 19
ix Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
Univesitas Indonesia
2.3.2.1. Biaya Perolehan Awal ........................................................... 2.3.2.2. Pengeluaran Setelah Perolehan Awal .................................... 2.3.3. Pengukuran Aset Tetap ................................................................. 2.3.3.1. Pengukuran Awal Aset Tetap ................................................ 2.3.3.2. Pengukuran Sesudah Pengakuan Awal Aset Tetap …........... 2.3.4. Penyusutan Aset Tetap .................................................................. 2.3.4.1. Definisi Penyusutan .............................................................. ............................................................... 2.3.4.2. Metode Penyusutan ......…………..…….……..........……....
19 20 21 21 21 23 23 24 25 25 26
2.3.5. Penurunan Nilai ...…….………………………..........………..... 2.3.6. Penyajian Aset Tetap …………………………..........………….. 2.3.7. Pengungkapan Aset Tetap ............................................................. 2.4. Tanaman Perkebunan Berdasarkan Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emitan (P3LKE) .................................. 2.5. Pengauditan .......................................................................................... 2.5.1. Definisi Pengauditan ..................................................................... 2.5.2. Jenis Audit .................................................................................... 2.5.3. Tujuan Audit atas Laporan Keuangan ......................................... 2.5.3.1. Tujuan Audit Terkait Transaksi ............................................ 2.5.3.2. Tujuan Audit Terkait Saldo ................................................... 2.5.3.3. Tujuan Audit Terkait Penyajian dan Pengungkapan ............. 2.5.4. Jenis-Jenis Pengujian .................................................................... 2.5.5. Proses Audit atas Aset Tanaman .................................................. 2.5.6. Bukti Audit ................................................................................... 2.5.6.1. Penentuan Bukti Audit .......................................................... 2.5.6.2. Jenis-jenis Bukti Audit .......................................................... 2.5.7. Dokumentasi Audit .......................................................................
29 29 30 31 31 32 34 35 38 41 42 43 45
BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ………………............… 3.1. Profil Kantor Akuntan Publik RSM AAJ …………….……..........….. 3.2. Profil PT KKK ...................................................................................... 3.2.1. Kebijakan Akuntansi atas Aset Biolojik di PT KKK …..........…
48 48 49 50
BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS................................................ 4.1. Proses Bisnis Perkebunan Kelapa Sawit …………………....….......... 4.2. Perlakuan Akuntansi atas Aset Biolojik pada PT KKK ...................... 4.2.1. Jenis Aset Biolojik PT KKK ...………………………................. 4.2.2. Pengakuan Biaya Perolehan Aset biolojik PT KKK ..….............. 4.2.3. Pengukuran Akuntansi atas Aset Biolojik PT KKK ..................... 4.2.4. Penyajian dan Pengungkapan Aset Biolojik PT KKK .................
51 51 52 52 54 55 57
x Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
27
Univesitas Indonesia
4.2.5. Analisis atas Kebijakan Akuntansi atas Aset Biolojik PT KKK. 4.2.5.1. Analisis atas Pengakuan Aset Biolojik PT KKK .................. 4.2.5.2. Analisis atas Pengukuran Aset Biolojik PT KKK …............ 4.2.5.3. Analisis atas Penyajian Aset Biolojik PT KKK ……............ 4.2.5.4. Analisis atas Pengungkapan Aset Biolojik PT KKK ............ 4.3. Prosedur Audit atas Aset Biolojik pada PT KKK ………...........……
58 59 59 59 60 60
4.3.1. Tahap Pertama - Penerimaan Klien dan Pengevaluasian Ulang Klien ……………………………………………………........................
60
4.3.2. Tahap Kedua - Memahami Bisnis Klien ....................................... 4.3.3. Tahap Ketiga - Perencanaan Audit dan Penetapan Materialitas ... 4.3.4. Tahap Keempat - Tes Pengendalian ............................................. 4.3.5. Tes Substansif ..............................................................…............ 4.3.6. Tahap Keenam - Pelaksanaan Audit : Tinjauan Lingkungan Bisnis …………………………………………………………….…… 4.3.7. Tahap Ketujuh - Penyelesaian dan Pelaporan …......................... 4.3.8. Analisis atas Prosedur Audit KAP RSM AAJ ..........................
60 61 62 62
4.4.………….. Temuan pada Audit Aset Biolojik PT KKK ................................... 4.5. Analisis Terhadap Hasil Audit .......................................................
67 67 68 71 72
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 5.2. Saran ................................................................................................... 5.2.1. Saran kepada PT KKK ................................................................. 5.2.2. Saran kepada KAP RSM AAJ .....................................................
73 73 73 73 74
DAFTAR REFERENSI ................................................................................
75
xi Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
Univesitas Indonesia
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13
Contoh Aset Biolojik dan Hasil yang Dapat Diperoleh .............. Penyajian Keuntungan atau Kerugian atas Penghitungan Nilai Wajar Aset Biolojik .................................................................... Penyajian Aset Biolojik pada PT KKK ...................................... Pengungkapan Umur Manfaat Tanaman .................................... Nilai Aktiva Tanaman PT KKK Tahun 2012….......................... Prosedur Analitis: Perbandingan Akun Aset Biolojik Tahun ini dengan Tahun Lalu ..................................................................... Uji Kewajaran: Uji Biaya per Hektar ......................................... Uji Kewajaran: Uji Biaya Penyusutan ......................................... Uji Akurasi: Biaya Penyusutan Tanaman .................................... Tes Akurasi: Biaya Penyusutan Aset Kebun ............................... Tes Akurasi: Biaya Bunga Pinjaman Bank ................................ Tanaman Perkebunan dalam Laporan Posisi Keuangan PT KKK ........................................................................................... Catatan atas Laporan Keuangan : Tanaman Perkebunan ........... Perbandingan Praktek Audit dengan Teori yang Ada ................ Jurnal Penyesuaian dari Auditor ................................................
xii Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
11 16 57 58 58 63 64 65 65 66 66 67 68 70 72
Univesitas Indonesia
1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang Dalam era globalisasi sekarang ini, kebutuhan akan sumber daya manusia yang berkualitas dan kompeten sangat besar. Indonesia sebagai negara berkembang sangat membutuhkan orang-orang yang dapat memanfaatkan berbagai peluang yang ada serta mampu menghadapi ancaman-ancaman yang menghadang. Keahlian dalam hal teknis dan teoritis sangat dibutuhkan. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah memalui pendidikan formal. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) sebagai salah satu institusi ternama di Indonesia, ikut serta dalam mencetak lulusan yang dapat berkontribusi bagi kemajuan bangsa. FEUI memfasilitasi mahasiswanya dengan memberikan program-program terbaik untuk menunjang pembinaan mahasiswa-mahasiswanya agar menjadi lulusan yang berkompeten. Salah satu program yang diberikan adalah pengenalan dini dunia kerja yaitu program magang.Program magang ditujukan kepada mahasiswa S1 tingkat akhir dengan maksud untuk memberikan pengetahuan mengenai kerja praktek sesungguhnya serta sarana untuk mengaplikasikan teori yang telah didapatkan di kampus ke dalam dunia kerja. Dengan mengikuti program magang maka diharapkan lulusan FEUI akan cepat beradaptasi dengan lingkungan kerja sehingga dapat memberikan hasil kinerja yang baik. 1.2. Tujuan dan Manfaat Program Magang Program magang menjadi salah satu syarat kelulusan mahasiswa S1 FEUI. Program ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa yang menginginkan pengalaman dunia kerja sebelum lulus dari FEUI. Pengalaman kerja yang didapatkan mahasiswa diharapkan dapat membuat mahasiswa tidak asing lagi dengan dunia kerja dan segera memberikan hasil kinerja yang maksimal. Program magang membantu mahasiswa dalam membandingkan kesesuaian teori yang dipelajari di perkuliahan dengan praktek kerja lapangan di perusahaan. Program ini juga memberikan gambaran bidang kerja yang diminati oleh mahasiswa sehingga mempermudah mahasiswa dalam memilih pekerjaan yang diinginkan.
1 Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
Univesitas Indonesia
2
Program magang ini juga dapat menambah relasi dan mandapatkan informasi dari orang-orang yang bekerja di perusahaan tempat magang. 1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang Sesuai dengan kebijakan dari Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, magang harus dilakukan dalam jangka waktu minimal tiga bulan di perusahaan yang telah disetujui. Oleh karena itu, Penulis melaksanakan magang selama tiga bulan dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan berakhir pada tanggal 7 April 2013. Penulis melakukan kegiatan magang di Kantor Akuntan Publik (KAP) RSM AAJ yang terletak di Jakarta. KAP RSM AAJ merupakan afiliasi dari KAP RSM Internasional. Hari kerja normal di KAP RSM AAJ yaitu hari Senin sampai Jumat dengan jam kerja normal dimulai pukul 8.30 sampai pukul 17.30. 1.4. Ruang Lingkup Kegiatan Magang Selama kegiatan magang,
Penulis
ditempatkan pada divisi
yang
menjalankan fungsi audit dan assurance. Dalam melaksanakan tugas, Penulis memiliki fungsi yang setara dengan junior auditor. Selama satu minggu, Penulis dan peserta magang lainnya diwajibkan mengikuti orientasi dan pelatihan. Kegiatan orientasi adalah pengenalan peserta magang terhadap seluruh divisi dan fasilitas yang ada di KAP tersebut. Kegiatan pelatihan meliputi pengenalan dasardasar praktek audit, pengenalan peraturan yang ada di KAP RSM AAJ, dan pelatihan dalam menggunakan sistem audit yang digunakan. Pada minggu kedua, Penulis diberi tugas untuk membantu tim audit menangani audit akhir tahun PT LLL beserta anak-anak perusahaannya. Penulis mendapat tugas untuk membantu melakukan prosedur audit pada dua anak perusahaan PT LLL, yaitu PT MMM dan PT PPP, serta melakukan uji pengendalian pada perusahaan perhotelan anak dari PT LLL, yaitu PT AAA. Di PT MMM, Penulis melakukan audit pada tujuh akun, yaitu aset tetap, hubungan istimewa, piutang dagang, piutang lainnya, kas dan bank, hutang dagang, dan perpajakan. Di PT PPU, Penulis melakukan audit pada tujuh akun juga, yaitu hubungan istimewa, piutang lain-lain, kas dan bank, hutang dagang, perpajakan, modal pemegang saham, dan beban operasional. Sementara pada PT
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
3
AAA, Penulis membantu melakukan uji pengendalian penjualan dan melakukan prosedur audit pada akun pendapatan dan biaya. Satu bulan kemudian, Penulis ditugaskan untuk mengaudit PT MMP yang merupakan perusahaan perhotelan. Selama dua minggu Penulis membantu melakukan uji pengendalian pada penjualan kamar dan banquet. Penulis juga membantu senior auditor melakukan penghitungan fisik persediaan hotel. Setelah itu, Penulis ditugaskan membantu audit PT KKK yang merupakan perusahaan kelapa sawit beserta anak-anak perusahaannya. Di PT KKK, Penulis tidak melakukan prosedur audit secara menyeluruh pada akun karena kegiatan audit telah mencapai proses akhir. Penulis membantu meminta dokumen untuk akun piutang, asuransi, biaya operasional dan perpajakan, melakukan rekapitulasi AMDAL, serta melakukan pengecekan kesesuaian saldo (footing) dan kata-kata (wording) terhadap draf laporan keuangan. Dalam melakukan audit di PT KKK, Penulis tergabung dalam tim yang terdiri dari satu orang partner, satu orang manager, dua orang senior auditor, dan tiga orang junior auditor. Dalam melakukan prosedur audit terhadap klien, Penulis memulai dengan membuat kertas dari setiap akun. Kertas kerja berisi saldo komponen-komponen dari akun tahun lalu yang telah diaudit dan saldo tahun berjalan yang belum diaudit. Di dalam kertas kerja terdapat isian untuk penyesuaian apabila ditemukan angka-angka yang perlu dibenarkan. Penulis juga mendapat tugas membuat surat konfirmasi bank dan piutang untuk pihak yang berkaitan. Penulis melakukan pemeriksaan dokumen pendukung (vouching) pada beberapa akun yang dianggap penting dan jumlahnya material, melakukan rekapitulasi perpajakan, melakukan uji pembayaran sesudah tanggal neraca (subsequent payment test) untuk akun piutang dan hutang serta melakukan pengecekan kesesuaian saldo dan kata-kata terhadap draf laporan keuangan. 1.5. Ruang Lingkup Laporan Magang Dasar pemilihan topik audit terhadap aset biolojik adalah karena penulis merasa tertarik. Walaupun penulis tidak melakukan prosedur audit secara menyeluruh terhadap akun-akun dikarenakan audit telah mencapai proses akhir, penulis memperoleh banyak pengetahuan dari penjelasan senior auditor yang menjadi rekan kerja Penulis. Laporan magang ini membahas prosedur audit yang
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
4
dijalankan oleh KAP RSM AAJ serta standar akuntansi yang diterapkan oleh PT KKK. 1.6. Tujuan Penulisan Laporan Magang Tujuan yang akan dicapai dari penulisan laporan magang ini adalah sebagai berikut: a. Memaparkan dan menganalisis kebijakan akuntansi atas aset biolojik pada PT KKK. b. Memaparkan dan menganalisis prosedur audit atas aset biolojik oleh KAP RSM AAJ. c. Menganalisis hasil temuan audit oleh KAP RSM AAJ atas aset biolojik pada PT KKK. 1.7. Metodologi Penulisan Karya Akhir Metodologi yang digunakan Penulis dalam mengumpulkan data untuk penyusunan laporan magang ini adalah dengan cara: a. Praktek lapangan b. Studi literatur c. Wawancara dengan auditor KAP AAJ d. Wawancara dengan PT KKK 1.8. Sistematika Penulisan Laporan magang ini terdiri dari lima bab serta lampiran yang mendukung. Berikut ini adalah deskripsi dari tiap bab dalam laporan magang ini. Bab I: Pendahuluan Berisi tentang latar belakang pelaksanaan program magang, tujuan program magang, tempat dan pelaksanaan program magang, ruang lingkup kegiatan magang, ruang lingkup pelaporan magang, serta sistematika penulisan laporan magang. Bab II: Landasan Teori Berisi mengenai konsep, standar, maupun peraturan yang mendasari penulisan laporan magang, yaitu mengenai prosedur akuntansi tanaman perkebunan dan prosedur audit atas tanaman perkebunan.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
5
Bab III: Profil Perusahaan Berisi tentang gambaran umum KAP AAJ yang merupakan tempat magang Penulis melaksanakan program magang serta PT KKK yang merupakan klien yang diaudit oleh Penulis yang digunakan sebagai objek pelaporan magang. Gambaran umum berisi profil perusahaan, dan informasi lainnya yang berhubungan dengan perusahaan. Bab IV: Pembahasan Pada bab ini, Penulis membahas mengenai analisis kebijakan akuntansi PT KKK dibandingkan dengan standar akuntasi yang berlaku di Indonesia. Lalu Penulis juga melakukan analisis prosedur audit atas aset biolojik PT KKK dibandingkan dengan teori audit yang ada. Bab V: Kesimpulan dan Saran Pada bab ini, Penulis memberikan kesimpulan atas perlakuan akuntansi aset biolojik tanaman perkebunan pada PT KKK, prosedur audit aset biolojik tanaman perkebunan PT KKK yang dilakukan RSM AAJ, serta memberikan saran bagi KAP RSM AAJ dan PT KKK.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
6
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1. Gambaran Umum Aktivitas Industri Perkebunan 2.1.1. Karakteristik Industri perkebunan memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan sektor industri lain, yang ditunjukkan oleh adanya aktivitas pengelolaan dan transformasi biologis atas tanaman untuk menghasilkan produk yang akan dikonsumsi atau diproses lebih lanjut. Menurut Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor SE-02/PM/2002, kegiatan industri perkebunan pada umumnya dapat digolongkan menjadi: a. Pembibitan dan penanaman, yaitu proses pengelolaan bibit tanaman agar siap untuk ditanam dan diikuti dengan proses penanaman. b. Pemeliharaan, berupa pemeliharaan tanaman melalui proses pertumbuhan dan pemupukan hingga dapat menghasilkan produk. c. Pemungutan hasil, yaitu proses pengambilan atau panen atas produksi tanaman untuk kemudian dijual atau dibibitkan kembali. d. Pengemasan dan pemasaran, yaitu proses lebih lanjut yang dibutuhkan agar produk tersebut siap dijual. Dalam kegiatannya, perusahaan perkebunan seringkali bekerja sama dengan masyarakat setempat dan pihak terkait lainnya. Bentuk kerja sama meliputi pengadaan proyek kebun plasma di atas lahan milik masyarakat atau penyediaan lahan perusahaan yang dikelola oleh masyarakat. Kerja sama tersebut merupakan karakteristik tambahan sektor perkebunan yang tercermin dalam penyajian dan pengungkapan laporan keuangan perusahaan. 2.1.2. Risiko Industri Menurut Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor SE02/PM/2002, oleh karena industri perkebunan memiliki karakteristik khusus sebagaimana disebutkan pada karakteristik industri di atas, perusahaan pada industri ini memiliki risiko melekat seperti :
6 Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
Univesitas Indonesia
7
a. Kegagalan panen yang diakibatkan oleh:
Keadaan alam. Industri perkebunan merupakan industri yang sangat tergantung oleh keadaan alam. Kekeringan, kebakaran dan bencana lain seperti hama penyakit merupakan risiko melekat yang harus dihadapi oleh perusahaan pada industri ini.
Kesalahan manajemen. Panen dapat pula mengalami kegagalan yang disebabkan oleh kesalahan perencanaan dan proses produksi.
b. Ikatan yang mungkin dilakukan oleh perusahaan perkebunan sesuai dengan kewajiban yang diharuskan oleh pemerintah. Ikatan ini biasanya berbentuk pengembangan perkebunan inti rakyat (PIR) atau bentuk lainnya yang mungkin menimbulkan konsekuensi kegagalan yang harus ditanggung oleh perusahaan perkebunan . c. Peraturan perundangan yang wajib ditaati meliputi konsep pengembangan yang jelas, dampak terhadap lingkungan hidup, dan peraturan lainnya. Hal ini dapat membatasi gerak perusahaan dalam melakukan produksi dan pemasaran dengan adanya pembatasan lahan perkebunan, pengenaan pajak, pembatasan
wilayah
distribusi
regional,
dan
lain-lain,
sehingga
mengharuskan perusahaan memiliki perencanaan yang rapi dalam menjalankan aktivitas operasinya. d. Kondisi internasional dan kawasan regional menyangkut :
perubahan harga, kuota, fluktuasi nilai tukar valuta asing,
perubahan iklim,
pembatasan-pembatasan tertentu.
e. Tingkat kompetisi. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, menyebabkan meningkatnya kebutuhan konsumsi pangan, termasuk produk nabati. Di satu sisi ini merupakan peluang bagi industri perkebunan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produknya. Di sisi lain, kondisi ini merupakan suatu ancaman karena semakin banyak pesaing baik dalam maupun luar negeri yang memasok produk mereka di pasar Indonesia. Hal ini tentunya menciptakan iklim persaingan yang semakin ketat bagi industri perkebunan di Indonesia.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
8
f. Perubahan teknologi. Pesatnya perkembangan bio-teknologi khusunya di sektor perkebunan mengakibatkan teknologi yang ada tidak ekonomis untuk dipakai. Kalaupun masih dipakai, perusahaan yang menggunakan teknologi lama menjadi kurang mampu bersaing dengan perusahaan yang menggunakan teknologi baru. g. Pemogokan karyawan. Semakin kuatnya peranan serikat karyawan dalam menyikapi setiap kebijakan pemerintah atau perusahaan, menyebabkan karyawan lebih kritis dalam menyuarakan ketidakpuasan terhadap kondisi kerja seperti kompensasi, perubahan peraturan, sampai keadaan ekonomi dan politik yang tidak stabil. Ketidakpuasan ini bisa dinyatakan dalam bentuk demonstrasi dan pemogokan massal yang berpontensi menimbulkan kerusuhan. h. Kerusuhan dan penjarahan. Semakin buruknya kondisi sosial dan ekonomi, menyebabkan masyarakat lebih mudah terpengaruh oleh berbagai informasi yang dapat
menyebabkan pengerahan massa dalam menyuarakan
ketidakpuasan terhadap perusahaan. Ketidakpuasan ini bisa dinyatakan dalam bentuk demonstrasi dan pemogokan massal yang berpontensi menimbulkan kerusuhan. i.
Risiko leverage. Pengembangan usaha perkebunan, terutama dalam pembangunan sarana dan prasarananya membutuhkan dana dalam jumlah yang besar. Keterlibatan kreditor sebagai penyedia sumber dana tentunya tidak bisa dihindari. Semakin besarnya pendanaan dari luar mengakibatkan semakin besar pula kemungkinan perusahaan tidak mampu melunasi hutang tersebut.
2.1.3. Klasifikasi Tanaman Perkebunan Beberapa istilah yang dipergunakan dalam industri perkebunan untuk mengklasifikasikan tanaman perkebunan menurut Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor SE-02/PM/2002, yaitu: a. Tanaman semusim (annual crops). Tanaman semusim dapat ditanam dan habis dipanen dalam satu siklus tanam. Termasuk dalam kategori tanaman semusim adalah tanaman pangan seperti: padi, kedelai, jagung, dan tebu.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
9
b. Tanaman keras (perennial crops) Merupakan tanaman yang memerlukan waktu pemeliharaan lebih dari satu tahun sebelum dapat dipanen secara komersial pertama kali. Contoh tanaman keras antara lain adalah: kelapa sawit, karet dan coklat. c. Tanaman yang dapat dipanen lebih dari satu kali panen tetapi bukan tanaman keras, seperti: cabe, tomat, semangka, melon, timun, dan lain-lain. d. Tanaman hortikultura (horticulture) Merupakan tanaman yang hasil panennya dapat dikonsumsi langsung seperti buah-buahan dan sayuran. Tanaman holtikultura dapat berupa:
tanaman semusim, misalnya wortel, kol, kentang, dan lain-lain;
tanaman yang dapat dipanen lebih dari satu kali panen tapi bukan tanaman keras, contoh: tomat, cabe, semangka, melon, timun, dan lain lain;
tanaman keras, contoh: jeruk, apel, dan lain lain.
e. Tanaman nonholtikultura Merupakan tanaman yang hasil panennya tidak dapat dikonsumsi secara langsung. Tanaman Nonholtikultura dapat berupa :
tanaman semusim, misalnya padi.
tanaman yang dapat dipanen lebih dari satu kali panen tapi bukan tanaman keras, contoh: bunga matahari.
tanaman keras, contoh: kopi, teh, kelapa sawit, dan lain-lain.
f. Tanaman Belum Menghasilkan. Tanaman Belum Menghasilkan yang dapat berupa semua jenis tanaman, yang dapat dipanen lebih dari satu kali. Digunakan sebagai sebutan akun untuk menampung biaya-biaya yang terjadi sejak saat penanaman sampai saat tanaman tersebut siap untuk menghasilkan secara komersial. g. Tanaman Telah Menghasilkan. Merupakan tanaman keras yang dapat dipanen lebih dari satu kali yang telah menghasilkan secara komersial. Digunakan sebagai sebutan akun untuk biaya-biaya yang sudah harus dikapitalisasi sebagai bagian aktiva tetap.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
10
h. Bibit tanaman Merupakan bakal tanaman yang berupa benih maupun tanaman dalam persemaian. Bibit tanaman termasuk Tanaman Belum Menghasilkan. Bibit dapat dijual atau digunakan dalam proses produksi selanjutnya. i. Perkebunan Inti Rakyat Merupakan program pemerintah yang mewajibkan perusahaan tertentu untuk membina masyarakat transmigran untuk menghasilkan komoditas perkebunan tertentu. Perusahaan diwajibkan untuk membuka lahan, menyediakan bibit, pupuk dan sarana lain yang dananya akan diganti jika Tanaman Telah Menghasilkan. Perkebunan Inti Rakyat, terdiri dari :
Perkebunan Inti, yaitu perkebunan yang dimiliki perusahaan.
Perkebunan Rakyat, yaitu perkebunan yang akan diserahkan kepada petani setempat pada saat siap menghasilkan. Perkebunan Rakyat dibangun di atas tanah yang dimiliki pemerintah yang telah diserahkan kepada transmigran. Proyek PIR dibiayai oleh pemerintah yang disalurkan kepada perusahaan atau ditalangi sementara oleh perusahaan. Pengelolaan perkebunan rakyat ini akan diserahterimakan kepada petani (transmigran) senilai harga konversi yang ditetapkan pemerintah pada saat perkebunan rakyat siap menghasilkan. Petani (transmigran) berkewajiban menjual hasil panennya kepada perusahaan dan mencicil kredit pemerintah dengan cara pemotongan dari hasil penjualannya.
j. Perkebunan Inti Plasma Merupakan program pemerintah yang mewajibkan perusahaan tertentu untuk membina masyarakat menghasilkan komoditas perkebunan tertentu. Perusahaan diwajibkan untuk membuka lahan, menyediakan bibit, pupuk dan sarana lain yang dananya akan diganti jika Tanaman Telah Menghasilkan. Perkebunan Inti Plasma, terdiri dari : Perkebunan Inti, yaitu perkebunan yang dimiliki perusahaan. Perkebunan Plasma, yaitu perkebunan yang akan diserahkan kepada petani setempat pada saat siap menghasilkan. Perkebunan plasma dibangun di atas tanah yang dimiliki petani setempat
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
11
(perkebunan plasma). Proyek perkebunan plasma dibiayai oleh kredit investasi dari bank yang disalurkan kepada perusahaan atau ditalangi sementara oleh perusahaan. Pengelolaan perkebunan plasma ini akan diserahterimakan kepada petani (petani plasma) senilai harga konversi yang ditetapkan pemerintah pada saat perkebunan plasma siap menghasilkan. Petani plasma berkewajiban menjual hasil panennya kepada perusahaan dan mencicil kredit investasi dengan cara pemotongan dari hasil penjualannya. 2.2. Aset Biolojik 2.2.1. Definisi Aset Biolojik International Accounting Standards (IAS) 41 adalah standar yang ditetapkan untuk aktivitas pertanian. Menurut IAS 41 paragraf lima, aset biolojik adalah hewan atau tanaman yang hidup. Selanjutnya menurut IAS 41 paragraf empat, hasil produksi pertanian seperti wool, kayu, dan sejenisnya adalah hasil panen dari aset biolojik. Oleh karena itu, aset biolojik merupakan hewan ternak dan tanaman atau tumbuhan hidup yang bisa mendatangkan manfaat di masa yang akan datang.
Tabel 2.1 Contoh Aset biolojik dan Hasil yang Dapat Diperoleh Aset Biolojik
Hasil yang Dapat Diperoleh Domba Wol Pohon yang Ada di Kayu Hutan Tanaman Kapas Tebu Hewan Ternak Susu Tanaman Teh Daun Tanaman Anggur Anggur Pohon Buah-buahan Buah
Hasil Pengolahan Lebih Lanjut Karpet Lemari Benang, Baju Gula Keju Teh Bir Buah yang Diproses
Sumber: International Accounting Standards 41 paragraf empat yang telah diolah kembali
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
12
2.2.2. Jenis Aset Biolojik Berdasarkan IAS 41, aset biolojik dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri yang melekat padanya, yaitu a. Aset biolojik pembawa/ Bearer Biological Assets (BBA) adalah aset biolojik yang menghasilkan produk pertanian, seperti ternak untuk memproduksi susu, tanaman anggur, dan pohon-pohon yang menghasilkan kayu sementara pohon tersebut masih tetap hidup. b. Aset biolojik yang dapat dikonsumsi/ Consumable Biological Assets (CBA) adalah aset biolojik yang akan dipanen sebagai produksi pertanian atau untuk tujuan dijual, misalnya produksi daging, ternak yang dimiliki untuk dijual, jagung dan gandum, serta pohon-pohon yang ditanam untuk dijadikan kayu. Aset biolojik dapat digolongkan berdasarkan fase pertumbuhannya: a. Aset biolojik yang telah dewasa yaitu adalah aset biolojik yang telah memenuhi kriteria untuk dipanen (CBA), atau telah dapat dipanen secara rutin (BBA). b. Aset biolojik yang belum dewasa adalah aset biolojik yang belum menghasilkan. 2.2.3. Pengakuan Aset Biolojik Menurut IAS No. 41, perusahaan dapat mengakui suatu aset biolojik dan produk pertanian jika, dan hanya jika: a. Perusahaan memiliki kontrol atas aset biolojik dan produk pertanian sebagai hasil dari kegiatan di masa lampau. Kontrol tersebut dapat dimiliki oleh perusahaan melalui kepemilikan secara hukum atau keberadaan tanda khusus atas akuisisi aset biolojik dan produk pertanian. b. Ada kemungkinan yang besar bahwa keuntungan ekonomis di masa depan yang berkaitan dengan aset tersebut akan mengalir untuk perusahaan. Keuntungan ekonomis di masa depan biasanya dinilai dengan mengukur atribut fisik yang signifikan. c. Nilai wajar atau biaya perolehan atas aset tersebut dapat diukur dengan andal. Aset biolojik dan produk pertanian seharusnya diukur pada saat pengakuan awal, pada akhir setiap periode pelaporan dan pada saat panen
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
13
menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, kecuali untuk kasus-kasus tertentu saat nilai wajar tidak dapat diukur dengan andal. Perbedaan antara IAS No. 41 mengenai Pertanian dengan SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 mengenai Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan ada pada pengukuran aset biolojik dan produk pertanian, dimana IAS No.41 menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Penentuan nilai wajar bagi aset biolojik dan produk pertanian dapat dilakukan dengan cara mengelompokkan aset biolojik dan produk pertanian ke dalam atribut yang signifikan, misalnya berdasarkan umur atau kualitas. Perusahaan memilih atribut yang sesuai dengan atribut yang digunakan di pasar sebagai dasar pemberian harga. Pengukuran menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian bagi perusahaan. Keuntungan atau kerugian atas perhitungan nilai wajar harus dilaporkan pada laporan laba rugi komprehensif pada saat keuntungan atau kerugian tersebut terjadi. 2.2.4. Pengukuran Nilai Wajar dari Aset Biolojik Perusahaan biasanya menjalin kontrak untuk menjual aset biolojik atau produk pertanian kepada pihak ketiga di masa depan. Nilai kontrak tidak selalu relevan dalam menentukan nilai wajar, karena nilai wajar menunjukkan keadaan pasar kini saat calon pembeli dan penjual akan masuk dalam suatu transaksi. Jadi, nilai wajar atas aset biolojik dan produk pertanian tidak disesuaikan dengan nilai kontrak yang ada. Terdapat beberapa sumber yang dapat digunakan untuk menentukan nilai wajar dari aset biolojik, yaitu: a. Pasar aktif Perusahaan dapat berada dalam pasar aktif untuk aset biolojik dan produk pertanian. Pasar aktif adalah pasar yang di dalamnya terdapat kondisi berikut: Barang atau jasa yang diperdagangkan sifatnya homogen. Calon pembeli dan penjual dapat ditemukan setiap waktu. Daftar harga tersedia untuk umum. Harga yang tertera di pasar aktif tersebut merupakan dasar yang sesuai untuk menentukan nilai wajar aset biolojik dan produk pertanian. Apabila
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
14
perusahaan
memiliki
akses
ke
beberapa
pasar
aktif,
perusahaan
menggunakan harga yang paling relevan. Apabila tidak terdapat pasar aktif, perusahaan menentukan nilai wajar aset biolojik dan produk pertanian dengan menggunakan salah satu atau beberapa pilihan berikut (jika tersedia): Harga transaksi pasar terkini, dengan ketentuan tidak ada perubahan yang signifikan pada keadaan ekonomi antara tanggal transaksi dengan akhir periode pelaporan. Harga
pasar
untuk
aset
sejenis
dengan
penyesuaian untuk
menggambarkan perbedaan yang ada. Sektor standar seperti nilai sebuah kebun dinyatakan per baki ekspor, gantang atau hektar. Pilihan di atas dapat memberikan kesimpulan yang berbeda atas nilai wajar aset biolojik atau produk pertanian. Apabila kasus terjadi, perusahaan mempertimbangkan alasan untuk setiap perbedaan yang ada untuk mendapatkan estimasi nilai wajar yang terpercaya dan masuk akal. b. Harga atau nilai pasar tidak tersedia Harga atau nilai pasar yang ditentukan mungkin tidak tersedia untuk aset biolojik. Apabila keadaan ini terjadi, perusahaan menentukan nilai wajar dengan menggunakan nilai kini atas arus kas bersih yang diharapkan dari aset biolojik. Perusahaan mempertimbangkan tingkat diskonto yang digunakan dan estimasi arus kas bersih yang diharapkan. Arus kas bersih mencakup ekspektasi pelaku pasar bahwa aset akan menghasilkan dipasar yang paling relevan. Perusahaan tidak memasukkan arus kas untuk pendanaan aset, perpajakan, atau pembentukan kembali aset biolojik setelah panen (contoh: biaya penanaman pohon perkebunan setelah panen). Calon pembeli dan penjual menyetujui konsep arm’s length transaction price, sehingga mereka mempertimbangkan kemungkinan adanya variasi arus kas. Keadaan ini mengikuti ciri dari nilai wajar yang menunjukkan kemungkinan adanya variasi. Oleh karena itu, perusahaan menggabungkan ekspektasi mengenai kemungkin variasi arus kas menjadi arus kas yang diharapkan, atau tingkat diskonto, atau kombinasi atas dua pilihan sebelumnya. Perusahaan menentukan tingkat diskonto dengan
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
15
menggunakan estimasi yang konsisten dengan estimasi yang digunakan saat menentukan arus kas yang diharapkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya asumsi yang diperhitungkan dua kali atau diabaikan. c. Biaya perolehan disetarakan dengan nilai wajar Biaya perolehan dapat disetarakan dengan nilai wajar. Hal ini terjadi dalam dua situasi. Situasi pertama adalah pada saat aset biolojik dan produk pertanian hanya mengalami sedikit transformasi biolojik sejak saat perolehannya sampai tanggal laporan keuangan. Misalnya, bibit pohon buah baru ditanam beberapa saat sebelum tanggal laporan keuangan. Pada tanggal laporan keuangan, transformasi biolojik yang terjadi atas bibit pohon buah tersebut masih sedikit, sehingga biaya perolehan dapat disetarakan dengan nilai wajar. Situasi kedua adalah pada saat dampak transformasi biolojik atas harga aset biolojik dan produk pertanian tidak material. Misalnya, awal pertumbuhan dari 30 tahun siklus produksi perkebunan pinus. Transformasi biolojik yang terjadi pada awal pertumbuhan perkebunan pinus tidak material karena siklus produksi yang panjang, yaitu 30 tahun. d. Aset biolojik dan tanah untuk menanam aset biolojik Tanah merupakan hal yang erat hubungannya dengan aset biolojik berupa tanaman. Tidak ada pasar yang terpisah untuk aset biolojik yang ditanam di atas tanah, namun terdapat pasar aktif untuk kombinasi aset tersebut, yaitu aset biolojik, raw land dan land improvements. Perusahaan dapat menggunakan informasi dari kombinasi aset tersebut untuk menentukan nilai wajar aset biolojik. Misalnya, perusahaan mengurangi nilai wajar atas raw land dan land improvement dari nilai wajar kombinasi aset untuk mendapatkan nilai wajar aset biolojik. e. Nilai wajar tidak dapat diandalkan Nilai wajar tidak selalu dapat diandalkan. Oleh karena itu, IAS No. 41 mengizinkan penggunaan biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi penurunan nilai untuk kasus tertentu, yaitu pada saat pengakuan awal tidak tersedia nilai atau harga pasar yang ditentukan dan alternatif estimasi nilai wajar yang tidak dapat diandalkan. Pada saat nilai wajar dari aset biolojik tersebut sudah dapat diukur secara andal, perusahaan
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
16
harus mengukur aset biolojik tersebut menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Penggunaan biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai hanya diperbolehkan pada saat pengakuan awal, karena pada saat panen nilai wajar dapat diukur secara andal. Apabila setelah melakukan pengukuran nilai wajar terjadi perubahan nilai aset, maka akan dibuat jurnal sebagai berikut, Kenaikan nilai aset Dr. Aset biolojik
xxx
Cr. Keuntungan revaluasi
xxx
Penurunan nilai aset Dr. Kerugian revaluasi
xxx
Cr. Aset biolojik
xxx
2.2.5. Penyajian Aset Biolojik IAS No. 41 menyajikan aset biolojik pada golongan aset tidak lancar IAS No. 41 tidak menjelaskan secara rinci mengenai pedoman penyajian keuntungan dan kerugian atas penghitungan nilai wajar. PriceWaterhouseCoopers (PwC) dalam pedoman praktek akuntansi untuk aset pertanian memberikan contoh penyajian keuntungan atau kerugian atas penghitungan nilai wajar sebagai berikut:
Tabel 2.2. Penyajian Keuntungan atau Kerugian atas Penghitungan Nilai Wajar Aset Biolojik Pendapatan
xxx
Keuntungan/ (kerugian) nilai wajar pada pengakuan awal aset xxx biolojik Keuntungan/ (kerugian) nilai wajar pada revaluasi aset biolojik
xxx
Biaya produksi
(xxx)
Biaya penjualan
(xxx)
Laba/(rugi) operasional
xxx
Sumber: Pedoman praktek akuntansi untuk aset pertanian yang dikeluarkan PwC yang telah diolah kembali
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
17
2.2.6. Pengungkapan Aset Biolojik Akun tanaman memerlukan pengungkapan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian dari laporan keuangan yang berisi pengungkapan hal-hal yang berkaitan dengan akun-akun yang ada di laporan keuangan. IAS No. 41 menjelaskan hal-hal yang perlu diungkapkan oleh perusahaan sehubungan dengan akun tanaman yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal, yaitu: a. Keuntungan dan kerugian secara agregat yang timbul selama periode berjalan yang mencakup keuntungan dan kerugian saat pengakuan awal aset biolojik dan produk pertanian dan dari perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual aset biolojik. b. Deskripsi dari masing-masing kelompok aset biolojik yang dapat berbentuk narasi atau uraian. c. Sifat dasar dari masing-masing kelompok aset biolojik. d. Pengukuran atau estimasi non-keuangan atas kuantitas fisik dari masingmasing kelompok aset biolojik pada akhir periode dan hasil keluaran dari produk pertanian selama periode berjalan. e. Metode dan asumsi signifikan yang diterapkan dalam menentukan nilai wajar dari masing-masing kelompok produk pertanian saat panen dan masing-masing kelompok aset biolojik. f. Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual yang ditentukan pada saat panen atas produk pertanian yang dipanen selama periode berjalan. g. Keberadaan dan nilai tercatat atas aset biolojik yang penggunaannya dibatasi dan nilai tercatat atas aset biolojik yang dijaminkan untuk liabilitas. h. Nilai komitmen untuk pengembangan dan akuisisi aset biolojik i. Strategi manajemen resiko keuangan yang berhubungan dengan aktivitas agrikutur. j. Rekonsiliasi atas perubahan nilai tercatat aset biolojik antara awal dan akhir periode berjalan. k. Perubahan atas nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Perusahaan sebaiknya memisahkan antara perubahan yang disebabkan oleh perubahan fisik dan perubahan harga di pasar. Pemisahan ini berguna untuk menilai
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
18
kinerja pada periode berjalan dan prospek untuk masa depan, terutama untuk perusahaan yang memiliki siklus produksi lebih dari satu tahun. l. Sifat dasar dan nilai pengaruh iklim, penyakit dan risiko alam lain terhadap aktivitas pertanian yang menimbulkan pendapatan dan beban yang material bagi perusahaan. m. Pengungkapan tambahan untuk aset biolojik yang tidak dapat diukur secara andal menggunakan nilai wajar, melainkan menggunakan biaya perolehan dikurang akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai. n. Pengungkapan tambahan untuk aset biolojik yang awalnya diukur menggunakan biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai, kemudian sudah dapat diukur secara andal menggunakan nilai wajar pada periode berjalan. Sampai saat ini, Ikatan Akuntan Indonesia, selanjutnya disebut IAI, masih mempertimbangkan untuk mengadopsi IAS 41. PSAK yang khusus mengatur mengenai aset biolojik pun belum ada. Pada tahun 1994, Indonesia memiliki PSAK No. 32 tentang Kehutanan yang dapat digunakan sebagai referensi untuk perlakuan akuntansi bidang perkebunan. Hal ini dikarenakan industri kehutanan dan perkebunan merupakan industri yang mengelola aset biolojik. Pada tahun 2009 PSAK No.32 ini dicabut. Martani (2010) menyatakan bahwa alasan DSAK melakukan pencabutan tersebut dalam rangka melakukan konvergensi IFRS. Tidak ada standar khusus akuntansi kehutanan dalam IFRS. Alasan kedua, karena PSAK No. 32 melanggar konsep matching principles dalam pengakuan beban dan HTI dalam pengembangan tidak sesuai dengan definisi aset. PSAK 25 Revisi 2009 tentang Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan mengungkapkan apabila tidak ada PSAK yang secara spesifik berlaku untuk transaksi, peristiwa, atau kondisi lain, maka manajemen menggunakan pertimbangannya dalam mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi. Dalam membuat pertimbangan tersebut, manajemen mengacu, dan mempertimbangkan ketetapan dari sumber-sumber berikut ini sesuai dengan urutan menurun: a. Persyaratan dan panduan dalam SAK yang berhubungan dengan masalah serupa dan terkait; dan
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
19
b. Definisi, kriteria pengakuan, dan konsep pengukuran untuk aset, liabilitas, penghasilan, dan beban dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Manajemen juga mempertimbangkan standar akuntansi terkini yang dikeluarkan oleh badan penyusun standar akuntansi lain yang menggunakan kerangka dasar yang sama untuk mengembangkan standar akuntansi, literatur akuntansi lain, dan praktik akuntansi industri yang berlaku, sepanjang tidak bertentangan. PSAK yang paling erat hubungannya dengan perkebunan adalah PSAK No.14 tentang Persediaan dan PSAK No.16 tentang Aset Tetap. PSAK No. 14 tentang Persediaan dapat diterapkan untuk hasil panen tanaman perkebunan, sedangkan PSAK No.16 tentang Aset Tetap dapat diterapkan untuk tanaman perkebunan yang memerlukan waktu pemeliharaan lebih dari satu tahun sebelum dapat dipanen secara komersial pertama kali. Perlakuan akuntansi untuk aset biolojik yang berupa tanaman sawit dapat menggunakan PSAK No. 16 tentang Aset Tetap. 2.3. Aset Tetap Berdasarkan PSAK No. 16 2.3.1. Definisi Aset Tetap PSAK No. 16 Revisi 2011 mendefinisikan aset tetap sebagai aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. 2.3.2. Pengakuan Aset Tetap 2.3.2.1. Biaya Perolehan Awal PSAK No. 16 Revisi 2011 menjelaskan bahwa biaya perolehan adalah jumlah kas atau kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan pada aset ketika pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain. Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut, dan biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. Aset tetap dapat diperoleh untuk alasan keamanan atau
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
20
lingkungan. Perolehan aset tetap semacam itu, walaupun tidak secara langsung meningkatkan manfaat ekonomik masa depan dari suatu aset tetap yang ada, mungkin diperlukan bagi entitas untuk memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari aset lain. Perolehan aset tetap semacam ini memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset, karena aset tersebut memungkinkan entitas memperoleh manfaat ekonomik masa depan yang lebih besar dari aset-aset yang terkait dibanding dengan manfaat ekonomik yang dihasilkan seaindainya aset tersebut tidak diperoleh. Namun demikian, jumlah tercatat aset tersebut dan aset lain yang terkait harus ditinjau untuk menguji apakah terjadi penurunan nilai sesuai dengan PSAK No. 48 Revisi 2009: Penurunan Nilai Aset. 2.3.2.2. Pengeluaran Setelah Perolehan Awal Pengeluaran setelah perolehan awal menurut PSAK No. 16 Revisi 2011 biasa berupa penambahan dan pemeliharaan. Penambahan aset tetap dapat dilakukan dengan cara pembelian, pertukaran, atau dari pengeluaran-pengeluaran setelah tanggal akuisisi. Pemeliharaan aset tetap dapat berupa perbaikan dan perawatan untuk mempertahankan standar kinerja aset. Pengeluaran itu ada yang bisa dikapitalisasi sebagai aset atau hanya menjadi beban. Pada umumnya, pengeluaran yang muncul untuk mencapai manfaat di masa depan yang lebih besar akan dikapitalisasi, sedangkan pengeluaran yang muncul untuk tujuan pemeliharaan aset tetap akan dicatat sebagai beban. Menurut Kieso et al. (2011), dalam rangka mengkapitalisasi pengeluaranpengeluaran yang berkaitan dengan aset tetap, salah satu kondisi dari tiga kriteria di bawah ini harus dipenuhi : a. Bertambahnya umur manfaat aset tetap, b. Kuantitas barang yang diproduksi dari aset tersebut harus meningkat, c. Kualitas barang yang diproduksi dari aset tersebut harus meningkat. Entitas tidak boleh mengakui biaya perawatan rutin aset tetap sebagai bagian dari aset yang bersangkutan. Biaya-biaya ini diakui dalam laporan laba rugi saat periode terjadinya.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
21
2.3.3. Pengukuran Aset Tetap 2.3.3.1. Pengukuran Awal Aset Tetap PSAK No.16 Revisi 2011 mengatur pengukuran awal aset tetap adalah sebesar biaya perolehan. Komponen-komponen biaya perolehan adalah sebagai berikut: a. harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak dapat dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potonganpotongan lain, b. biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan maksud manajemen, c. estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau sebagai konsekuensi penggunaan aset tetap selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan. 2.3.3.2. Pengukuran Sesudah Pengakuan Awal Aset Tetap Menurut PSAK No. 16 Revisi 2011 perusahaan harus memilih model biaya (cost model) atau model revaluasi (revaluation model) sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut untuk seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. Tidak boleh dalam suatu perusahaan mengunakan dua metode yang berbeda pada kelompok aset tetap yang sama. a. Model Biaya Perusahaan yang menggunakan model ini mencatat aset tetap sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset tersebut. b. Model Revaluasi Perusahaan mengakui aset tetapnya dengan menggunakan nilai wajar yang dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasinya yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dengan
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
22
jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan. Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, kenaikan tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Kenaikan tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laporan laba rugi. Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, maka penurunan tersebut diakui dalam laporan laba rugi. Penurunan nilai tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain sepanjang tidak melebihi saldo surplus revaluasi untuk aset tersebut. Penurunan nilai yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain tersebut mengurangi jumlah akumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Jika entitas mengubah kebijakan akuntansi dari modei biaya ke model revaluasi dalam pengukuran aset tetap, maka perubahan tersebut berlaku secara prospektif. Menurut PSAK No.16 Revisi 2011, apabila aset tetap direvaluasi, maka akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi diperlakukan dengan salah satu cara berikut: Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto aset sehingga jumlah aset setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasinya. Metode ini sering digunakan jika aset direvaluasi dengan cara memberi indeks untuk menentukan biaya pengganti tersusutkan. Berikut adalah contoh jurnal pencatatannya: Peralatan senilai 2.000.000 diperoleh tanggal 1 Januari 2010 dengan masa manfaat ekonomis 5 tahun tanpa nilai sisa. Pada tanggal 31 Desember 2010 nilai wajar aset adalah 2.400.000. 01/01/10
Dr. Aset tetap
2.000.000
Cr. Kas 31/12/10
Dr. Beban Penyusutan
2.000.000 400.000
Cr. Akumulasi Penyusutan
400.000
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
23
31/12/08
Dr. Aset Tetap
1.000.000
Cr. Akumulasi Penyusutan
200.000*
Cr. Surplus Revaluasi
800.000
*((2.400.000-1.600.000)/1.600.000) x 400.000 = 200.000 Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah tercatat neto setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini sering digunakan untuk bangunan. Berikut adalah contoh jurnal pencatatannya: Peralatan senilai 2.000.000 diperoleh tanggal 1 Januari 2010 dengan masa manfaat ekonomis 5 tahun tanpa nilai sisa. Pada tanggal 31 Desember 2010 nilai wajar aset adalah 2.400.000. 01/01/10
Dr. Aset tetap
2.000.000
Cr. Kas 31/12/10
Dr. Beban Penyusutan
2.000.000 400.000
Cr. Akumulasi Penyusutan 31/12/10
Dr. Akumulasi Penyusutan Cr. Aset Tetap Dr. Aset Tetap Cr. Surplus Revaluasi
400.000
400.000 400.000 800,000 800.000
2.3.4. Penyusutan Aset Tetap 2.3.4.1. Definisi Penyusutan PSAK No.16 Revisi 2011 mendefinisikan penyusutan sebagai alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset sepanjang umur manfaatnya. Beban penyusutan untuk setiap periode harus diakui dalam laba rugi kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lainnya. Jumlah tersusutkan dari suatu aset dialokasikan secara sistematis sepanjang umur manfaatnya. Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap ditinjau minimum setiap akhir tahun buku dan apabila ternyata hasil tinjauan berbeda dengan estimasi sebelumnya maka perbedaan tersebut diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK No. 25 Revisi 2009: Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan. Penyusutan aset dimulai pada saat aset tersebut siap untuk digunakan, misalnya pada saat aset
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
24
tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen. Penyusutan aset dihentikan lebih awal ketika aset tersebut diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual (atau aset tersebut termasuk dalam kelompok aset lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual) sesuai dengan PSAK No. 58 Revisi 2009 : Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan dan pada saat aset tersebut dilepaskan. Umur manfaat aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan oleh entitas. Kebijakan manajemen aset suatu entitas dapat meliputi pelepasan aset yang besangkutan setelah jangka waktu tertentu atau setelah pemanfaatan sejumlah proporsi tertentu dari manfaat ekonomik masa depan yang melekat pada aset. Oleh karena itu, umur manfaat dari suatu aset dapat lebih pendek dari umur manfaat dari aset tersebut. Estimasi umur manfaat suatu aset merupakan hal yang membutuhkan pertimbangan berdasarkan pengalaman entitas terhadap aset yang serupa. 2.3.4.2. Metode Penyusutan Perusahaan dapat menggunakan berbagai metode penyusutan dalam mengalokasikan aset tetap yang dimiliki secara sistematis selama umur manfaat aset itu berlangsung. PSAK No.16 Revisi 2011 menjelaskan beberapa metode penyusutan antara lain : a. Metode
garis
lurus
(straight
line
method),
yaitu
metode
yang
mengalokasikan beban penyusutan yang sama setiap tahun. b. Metode saldo menurun (diminishing balance method), yaitu metode yang mengalokasikan beban penyusutan yang semakin lama semakin kecil selama umur manfaat berlangsung. c. Metode unit produksi (sum of the unit method), yaitu metode yang mengalokasikan beban penyusutan berdasarkan penggunaan atau output yang diharapkan dari suatu aset tetap. Metode penyusutan yang digunakan untuk aset tetap harus ditinjau minimum setiap tahun oleh manajemen. Jika terjadi perubahaan yang signifikan dalam misalnya masa manfaat, metode penyusutan ini harus diubah untuk mencerminakan perubahan yang signifikan itu. Perubahan estimasi akuntansi ini
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
25
harus sesuai dengan PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi dan kesalahan. Jurnal yang diperlu dicatat pada waktu penyusutan aset tetap adalah sebagai berikut: Dr. Beban penyusutan
xxx
Kr. Akumulasi penyusutan
xxx
2.3.5. Penurunan Nilai PSAK No. 48 tentang Penurunan Nilai Aset menjelaskan bagaimana entitas meninjau jumlah tercatat asetnya, bagaimana menentukan nilai yang dapat diperoleh kembali dari aset dan kapan mengakui atau membalik rugi penurunan nilai. Penurunan nilai harus ditinjau dengan mempertimbangkan informasi baik dari sumber internal (misalnya perubahan kinerja) atau dari sumber eksternal (misalnya perubahan peraturan tentang lingkungan). Jika indikator penurunan nilai muncul, maka harus dilakukan uji penurunan nilai (impairment test). Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan jumlah tercatat (carrying amount) dan jumlah yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount). Jumlah tercatat adalah nilai yang disajikan dalam neraca setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai, sedangkan jumlah yang dapat diperoleh kembali adalah nilai yang lebih tinggi antara harga jual neto (fair value less cost to sell) dan nilai pakai (value in use) suatu aset. Jika jumlah tercatat lebih kecil daripada jumlah yang dapat diperoleh kembali maka tidak terjadi penurunan nilai. Sebaliknya jika jumlah tercatat lebih besar daripada jumlah yang dapat diperoleh kembali maka terjadi kerugian atas penurunan nilai. Kerugian atas penurunan nilai ini diklasifikasikan kedalam akun pendapatan dan beban lain-lain dalam laporan laba-rugi. 2.3.6. Penyajian Aset Tetap PSAK No. 1 Revisi 2009 menjelaskan mengenai penyajian aset tetap dalam laporan keuangan. Aset tetap disajikan pada laporan posisi keuangan pada golongan aset tidak lancar. Sedangkan untuk biaya penyusutan aset tetap disajikan pada laporan laba rugi. Biaya penyusutan disajikan bersama dengan biaya-biaya lainnya di bawah pos pendapatan. Biaya yang terkait operasional perusahaan akan disajikan di beban operasi sedangkan biaya yang terkait produksi akan diakui sebagai nilai persediaan atau Harga Pokok Penjualan (HPP). Apabila terdapat pos
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
26
biaya yang material seperti penurunan nilai aset tetap menjadi jumlah terpulihkan, entitas mengungkapkan sifat dan jumlahnya secara terpisah. 2.3.7. Pengungkapan Aset Tetap PSAK No. 16 Revisi 2011 mengatur bahwa laporan keuangan mengungkapkan : a. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto b. Metode penyusutan yang digunakan c. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan d. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan e. Rekonsiliasi jumlah tercatat
pada awal dan akhir periode yang
menunjukkan: Penambahan Aset yang diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual Akuisisi melalui penggabungan usaha Peningkatan atau penurunan akibat revaluasi serta dari rugi penurunan nilai yang diakui atau di jurnal balik secara langsung pada ekuitas sesuai PSAK No. 48 Rugi menurunan nilai yang dijurnal balik dalam laporan laba-rugi sesuai PSAK No. 48 Penyusutan Selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran dalam laporan keuangan dari mata uang fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda, termasuk penjabaran dari kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang pelaporan dari entitas pelaporan. Perubahan lain Laporan keuangan juga mengungkapkan : a. Keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik, dan aset tetap yang dijaminkan untuk utang b. Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang dalam pengembangan c. Jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
27
d. Jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang, atau dihentikan yang dimasukkan dalam laporan laba-rugi, jika tidak diungkapkan secara terpisah dalam laporan keuangan. 2.4. Tanaman Perkebunan Berdasarkan Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emitan (P3LKE) P3LKE merupakan pedoman yang dibuat oleh Bappepam berdasarkan Serat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor SE-02/PM/2002. Pedoman ini menjadi standar bagi emiten industri perkebunan mengenai penyajian dan pengungkapan laporan keuangannya. P3LKE sudah diterbitkan meskipun belum ada PSAK yang mengatur mengenai tanaman perkebunan. Emiten industri perkebunan harus menyajikan akun tanaman perkebunan dalam laporan keuangannya berupa akun Tanaman Menghasilkan berumur panjang, yang terdiri dari: a. Tanaman Telah Menghasilkan Pos ini merupakan tanaman keras dan yang dapat dipanen lebih dari satu kali yang telah menghasilkan secara komersial. Tanaman Telah Menghasilkan dicatat sebesar biaya perolehannya yaitu semua biaya-biaya yang dikeluarkan sampai tanaman tersebut dapat menghasilkan. Tanaman telah menghasilan disajikan sebesar biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi deplesi. b. Tanaman Belum Menghasilkan Pos ini merupakan tanaman yang belum menghasilkan dan dapat dipanen lebih dari satu kali. Tanaman Belum Menghasilkan dicatat sebesar biaya-biaya yang terjadi sejak saat penanaman sampai saat tanaman tersebut siap untuk menghasilkan secara komersial. Biaya tersebut antara lain terdiri dari biaya persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, kapitalisasi biaya pinjaman yang dipakai dalam pendanaan. Pada saat tanaman siap untuk menghasilkan maka direklasifikasi menjadi Tanaman Telah Menghasilkan. Pencatatan atas Tanaman Belum Menghasilkan pada perusahaan yang diwajibkan mengikuti pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat) harus dibedakan menjadi dua bagian:
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
28
a. Tanaman Belum Menghasilkan yang ditujukan sebagai plasma. Cadangan atas kerugian yang mungkin terjadi apabila terdapat kenaikan harga bibit, tenaga kerja yang harus ditanggung oleh perusahaan dan tidak dapat dibebankan pada petani penerima atau taksiran jumlah penggantian lebih rendah dari jumlah biaya yang telah dan akan dikeluarkan. Penyesuaian atas cadangan ini akan dilakukan pada saat fakta atas kerugian telah diketahui. b. Tanaman Belum Menghasilkan yang ditujukan sebagai inti yang dimiliki oleh perusahaan. Tanaman Belum Menghasilkan disajikan sebesar biaya perolehannya dan tidak disusutkan. Berikut adalah hal-hal yang penting untuk diungkapkan pada akun tanaman perkebunan : a. Untuk Tanaman Telah Menghasilkan ; Rincian nilai tercatat dan akumulasi penyusutan menurut jenis tanaman Rekonsiliasi nilai tercatat awal tahun dan akhir tahun tanaman untuk setiap kelompok selama paling tidak dua tahun terakhir. Status tanah yang digunakan untuk menanam. Nilai
Tanaman
Telah
Menghasilkan
berdasarkan
area/lokasi
penanaman Perbandingan saldo Tanaman Belum Menghasilkan selama paling tidak dua tahun. Tanaman yang dijaminkan. b. Untuk Tanaman Belum Menghasilkan ; Mutasi Tanaman Belum Menghasilkan sebagai berikut : Saldo awal. Tambahan tahun berjalan Biaya langsung Jumlah kapitalisasi biaya pinjaman, dan rugi kurs dalam hal terjadi depresiasi luar biasa. Pengurangan tahun berjalan
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
29
Jumlah yang direklasifikasi ke Tanaman Telah Menghasilkan. Pengurangan lainnya. Saldo akhir. Nilai tanaman dalam Perkebunan Inti Rakyat / Perkebunan Inti Plasma yang menjadi milik perusahaan (inti) dan tanaman yang bukan milik perusahaan (perkebunan rakyat/perkebunan plasma). Cadangan kerugian yang mungkin timbul pada plasma. 2.5. Pengauditan 2.5.1. Definisi Pengauditan Menurut Arens et. al. (2009), pengauditan adalah pengumpulan dan evaluasi bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Pengauditan harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Informasi yang dikumpulkan dalam pengauditan itu harus dapat diverifikasi sehingga auditor bisa mengevaluasi informasi itu dengan kriteria yang telah ditentukan. Menurut Arens et. al. (2009) bukti audit adalah segala informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang digunakan dalam pengauditan telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Bukti dapat berupa pernyataan langsung dari klien, komunikasi tertulis dengan pihak eksternal, observasi dari auditor, atau data elektronik maupun dalam bentuk lainnya mengenai transaksi. Untuk mencapai tujuan audit, auditor harus mendapatkan nukti dengan kualitas dan jumlah yang cukup. Bagian penting dalam pengauditan adalah bahwa auditor harus menentukan tipe dan jumlah bukti yang diperlukan dan mengevaluasi apakah informasi tersebut sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Dalam melakukan audit, auditor harus memiliki kualifikasi cukup untuk dapat memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui tipe dan jumlah bukti yang diperlukan dalam mencapai kesimpulan yang baik. Independensi auditor sangat penting untuk menghasilkan kesimpulan yang terbebas dari bias sehingga tingkat keyakinan pengguna laporan keuangan yang
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
30
telah diaudit tetap terjaga. Tahap terakhir dalam proses audit adalah laporan audit, yang akan memberikan temuan audit kepada pengguna. Menurut Arens et. al. (2009), akuntansi adalah kegiatan mencatat, mengklasifikasi, dan merangkum kejadian ekonomi dalam susunan yang logis dengan tujuan menyediakan informasi keuangan untuk mengambil keputusan. Dalam mengaudit data dari bagian akuntasi, auditor harus berfokus dalam menentukan apakah informasi yang dicatat telah mencerminkan kejadian ekonomi yang terjadi selama periode akuntansi dengan baik. Di Indonesia, kriteria untuk mengevaluasi apakah informasi akuntansi telah dicatat dengan baik diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Selain PSAK, di Indonesia juga terdapat Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) sebagai paduan teknis auditor dalam melakukan jasa pengauditan, jasa atestasi, jasa akuntansi dan peninjauan, jasa konsultasi, dan jasa pengendalian mutu. SPAP yang dibuat oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI) ini bertujuan untuk mengatur kualitas jasa-jasa yang diberikan oleh profesi akuntan publik di Indonesia. 2.5.2. Jenis Audit Menurut Arens et. al. (2009), auditor dapat melakukan tiga jenis audit yaitu: a. Audit Operasional Audit operasional merupakan proses evaluasi efisiensi dan efektivitas dari prosedur dan metode operasional suatu organisasi. Pada akhir audit operasional ini, manajemen umumnya mengharapkan rekomendasi untuk meningkatkan kualitas operasional organisasi. Tinjauan audit operasional tidak terbatas pada bidang akuntansi saja, auditor dapat mengevaluasi struktur organisasi, operasi komputer, metode produksi, pemasaran dan area lainnya yang menjadi kualifikasi auditor. Penentuan kriteria dalam audit operasional ini sangat subjektif sehingga audit ini lebih mengarah pada konsultasi manajemen. b. Audit Kepatuhan Audit kepatuhan dilakukan untuk menentukan apakah auditee telah mengikuti prosedur, peraturan, atau undang-undang yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil dari audit kepatuhan biasanya hanya
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
31
dilaporkan kepada pihak manajemen sebagai pihak yang lebih fokus untuk mengetahui apakah organisasi telah mematuhi segala prosedur dan peraturan yang ada. c. Audit Laporan Keuangan Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan kriteria spesifik yang telah ditentukan. Kriteria yang digunakan dalam audit laporan keuangan di Indonesia adalah PSAK. Hasil audit laporan keuangan adalah opini auditor mengenai laporan yang disajikan apakah telah secara wajar. Dalam laporan magang ini penulis akan menjelaskan audit laporan keuangan berdasarkan pengalaman penulis selama mengikuti program magang. 2.5.3. Tujuan Audit atas Laporan Keuangan Arens et. al. (2009) menjelaskan tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Kewajaran laporan keuangan dinilai dengan cara menguji asersi manajemen yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan. Asersi manajemen dibagi menjadi tiga kategori yaitu asersi terhadap transaksi, asersi terhadap saldo akun, dan asersi terhadap penyajian dan pengungkapan.
2.5.3.1. Tujuan Audit Terkait Transaksi Menurut Arens et. al. (2009) tujuan audit terkait transaksi sangat terkait dengan asersi manajemen karena tanggung jawab auditor adalah menentukan kewajaran asersi manajemen terhadap laporan keuangan. Tujuan audit terkait transaksi digunakan untuk menyediakan kerangka untuk membantu auditor mengakumulasi bukti yang cukup dan menentukan bukti transaksi yang diperlukan dalam audit. Dalam melakukan proses audit terhadap akun aset tetap, tujuan audit terkait transaksi kurang cocok untuk akun ini, karena sifat dari transaksi penjualan atau pembelian akun aset tetap sendiri yang sedikit dan tujuan terkait transaksi aset tetap sudah dilakukan dalam proses audit terhadap siklus akuisisi di perusahaan. Tujuan audit terkait transaksi terdiri dari:
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
32
a. Keterjadian (occurrence) Tujuan ini membahas mengenai transaksi yang dicatat telah terjadi dan berkaitandengan entitas. b. Kelengkapan (completeness) Tujuan ini membahas mengenai semua transaksi yang seharusnya dicatat telah dicatat. Kegagalan dalam mencatat penjualan dalam jurnal penjualan dan buku besar saat penjualan terjadi akan merusak tujuan kelengkapan. c. Akurasi (accuracy) Tujuan ini membahas mengenai transaksi akuntansi yang dicatat dinyatakan dalam jumlah yang tepat. d. Pencatatan dan pengikhtisaran (posting and summarization) Tujuan ini membahas mengenai transaksi-transaksi yang dicatat telah dimasukkan ke dalam buku besar dengan memadai dan telah diikhtisarkan dengan semestinya. e. Klasifikasi (classification) Tujuan ini membahas mengenai transaksi yang dicatat pada jurnal telah diklasifikasikan pada akun-akun yang tepat. f. Ketepatan waktu (timing) Tujuan ini membahas mengenai transaksi sudah dicatat di tanggal yang tepat. Kesalahan dalam ketepatan waktu terjadi ketika transaksi tidak dicatat saat hari transaksi tersebut terjadi. 2.5.3.2. Tujuan Audit Terkait Saldo Arens et. al. (2009) menjelaskan bahwa penentuan tujuan dalam proses audit sangat diperlukan. Penentuan tujuan ini mengikuti asersi manajemen dan juga menyediakan suatu skema untuk membantu auditor dalam mengumpulkan bukti-bukti yang cukup dan layak terkait saldo akun itu sendiri. Tujuan audit terkait saldo ini terdiri dari : a. Eksistensi (existance) Tujuan ini membahas tentang nilai-nilai yang terkandung dalam laporan keuangan memang benar-benar telah terjadi. Sebagai contoh keberadaan aset tetap yang sebenarnya belum dibeli namun sudah dicatat di laporan keuangan, maka akan melanggar tujuan keberadaan ini.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
33
b. Kelengkapan (completeness) Tujuan ini membahas tentang apakah semua nilai yang seharusnya tercatat pada suatu akun telah benar-benar dicantumkan dalam akun tersebut. Dalam melakukan audit terhadap aset tetap, tujuan ini menggambarkan apakah semua aset tetap yang ada telah dicatat kedalam saldo aset tetap di laporan keuangan. c. Akurasi (accuracy) Tujuan ini merujuk pada nilai-nilai yang tercantum dalam laporan keuangan sebagai nilai yang secara aritmatika benar adanya. Tujuan ini spesifik untuk akun aset tetap yaitu apakah saldo akun aset tetap telah menunjukan nilai yang akurat atau tidak. Tujuan akurasi bisa diaplikasikan dalam menguji kebenaran untuk saldo akumulasi penyusutan. d. Klasifikasi (classification) Klasifikasi melibatkan upaya untuk menentukan apakah item-item yang tertera dalam suatu daftar klien telah dikategorikan dalam akun-akun yang benar. Contohnya ada beberapa pengeluaran yang bisa dikapitalisasi ke dalam aset tetap dan ada juga yang hanya bisa dicatat sebagai beban. Melalui tujuan ini auditor bisa melihat apakah akuntan telah benar mengklasifikasikan pengeluaran itu atau belum. e. Pisah batas (cutoff) Tujuan atas pisah batas adalah menentukan apakah berbagai transaksi yangterjadi telah dicatat pada periode waktu yang tepat. Transaksi yang memiliki potensial salah saji sangat besar adalah transaksi yang dicatatkan disekitar akhir periode akuntansi. Dalam aset biolojik, biaya penyusutan dan biaya bunga pinjaman bank merupakan transaksi yang paling material. Auditor telah melakukan pemeriksaan dokumen pendukung terhadap seluruh transaksi biaya pinjaman bank selama setahun sehingga transaksi atas aset tetap telah dicatat di periode yang tepat. f. Kaitan Rinci (detail tie-in) Saldo-saldo dalam laporan keuangan akan didukung oleh perincianperincian yang terdapat dalam berkas induk (master file) serta daftar-daftar yang disediakan oleh klien. Tujuan kaitan rinci ini berhubungan dengan
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
34
pengujian bahwa berbagai perincian telah disiapkan secara akurat, ditambahkan dengan benar dan sesuai dengan buku besar (general ledger). Tujuan ini memastikan transaksi yang berkaitan dengan aset tetap pada tahun berjalan sama dengan jumlah yang ada di berkas induk dan sama dengan jumlah yang ada di buku besar. g. Nilai yang terealisasi (realizable value) Tujuan ini membahas tentang apakah saldo akun telah disesuaikan selama masa manfaatnya hingga mencerminkan nilai yang terealisasi. Tujuan ini merupakan bagian dari asersi manajemen yaitu penilaian atau alokasi (valuation or allocation) h. Hak dan kewajiban (rights and obligation) Sebagai tambahan terhadap tujuan keberadaan, sebagian besar aset harus benar-benar dimiliki terlebih dahulu sebelum aset tersebut diakui dan dicatat dalam laporan keuangan. Serupa dengan hal tersebut, hutang pun harus merupakan kewajiban yang ditanggung oleh perusahaan. Tujuan ini merupakan bagian dari asersi manajemen yaitu hak dan kewajiban. Tujuan ini spesifik dalam proses audit terhadap aset tetap yaitu apakah saldo aset tetap di laporan keuangan itu memang benar menunjukkan aset yang telah dimiliki atau belum. 2.5.3.3.Tujuan Audit Terkait Penyajian dan Pengungkapan Menurut Arens et. al. (2009), dalam memenuhi tujuan penyajian dan pengungkapan, auditor melakukan pengujian untuk memastikan bahwa semua akun yang terdapat pada neraca dan laporan laba rugi serta informasi lain yang terkait dengannya telah disajikan dengan benar dalam laporan keuangan dan telah tepat diuraikan baik dalam laporan keuangan itu sendiri dengan maupun Catatan atas Laporan Keuangan tersebut. Asersi yang digunakan adalah : a. Keterjadian (occurence) Tujuan ini membahas mengenai transaksi dan kejadian yang diungkapkan telah terjadi. b. Hak dan kewajiban (right and obligation) Tujuan ini membahas mengenai transaksi yang ada memang berkaitan dengan entitas.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
35
c. Kelengkapan (completeness) Tujuan ini membahas mengenai semua pengungkapan yang seharusnya ada di dalam laporan keuangan telah dicantumkan. d. Akurasi dan valuasi (accuracy and valuation) Tujuan ini membahas mengenai informasi keuangan dan lainnya telah diungkapkan dengan tepat dan pada jumlah yang tepat. e. Klasifikasi dan pemahaman (classification and understandability) Tujuan ini membahas mengenai informasi keuangan dan lainnya telah disajikan dengan tepat serta deskripsi dan pengungkapan dinyatakan dengan jelas. 2.5.4. Jenis-Jenis Pengujian Dalam
membangun
rencana
audit
secara
keseluruhan,
auditor
menggunakan lima jenis pengujian untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar (Arens et. al., 2009). Kelima pengujian itu dibagi menjadi dua bagian, yaitu prosedur pengukuran risiko (risk assessment procedures) untuk pengujian pertama dan prosedur audit lanjutan (further audit procedures) untuk empat pengujian selanjutnya. a. Prosedur pengukuran risiko Prosedur pengukuran risiko dilakukan untuk menilai kesalahan pencatatan yang cukup material di laporan keuangan. Penilaian risiko ini dimulai dari memahami bisnis dan industri klien untuk menilai risiko inheren dari perusahaan, kemudian auditor harus memahami pengendalian internal untuk menilai risiko pengendalian. Kedua hal tersebut jika digabungkan sudah merepresentasikan prosedur pengukuran risiko yang dilakukan auditor. Sebagai respon dari prosedur pengukuran risiko, auditor melakukan empat pengujian selanjutnya atau yang biasa disebut prosedur audit lanjutan. b. Uji pengendalian (test of control) Pemahaman auditor terhadap pengendalian internal klien digunakan untuk menilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi. Ketika kebijakan dan prosedur pengendalian diyakini didisain secara efektif, auditor menilai risiko pengendalian itu ditingkat
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
36
yang
merefleksikan
efektivitas
pengendalian
itu.
Dalam
rangka
mengumpulkan bukti yang cukup dan layak untuk mendukung penilaian itu, auditor melakukan uji pengendalian. Biasanya pengujian ini menggunakan bukti audit yaitu meminta keterangan kepada pihak klien yang layak dan tepat,
memeriksa
dokumen,
catatan
dan
laporan,
mengobservasi
pengendalian yang berkaitan dengan transaksi dan melakukan kembali prosedur klien. c. Uji substantif atas transaksi (substantive tests of transactions) Uji substantif atas transaksi merupakan suatu prosedur yang didisain untuk menguji kesalahan moneter yang secara langsung berpengaruh terhadap saldo laporan keuangan pada setiap kelas transaksi. Proses uji substantif atas transaksi ini menguji apakah enam tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi telah terpenuhi pada setiap kelas transaksi. Perlu diingat bahwa pengujian ini dilakukan pada transaksi yang ada di siklus, bukan terhadap saldo akhir dari akun. Oleh karena itu, untuk audit terhadap aset tetap ini tidak dilakukan uji substantif atas transaksi karena hal ini sudah dilakukan pada siklus pembelian dan pembayaran, dan juga siklus penjualan. d. Prosedur analitis (analytical procedures) Prosedur analitis merupakan pengujian dengan cara membandingkan jumlah nominal yang tercatat dengan jumlah nominal yang diekspektasikan oleh auditor. Di dalam standar audit mensyaratkan prosedur analitis dilakukan selama perencanaan dan penyelesaian audit. Selain itu, prosedur analitis juga dapat
dilakuan untuk mengaudit
suatu saldo akun
karenamemiliki dua manfaat yaitu bisa mengindikasikan jika terjadi kesalahan pencatatan dan juga menyediakan bukti yang penting. Dalam melakukan audit terhadap aset tetap, prosedur analitis cocok digunakan dalam mengungkapkan ada tidaknya kesalahan pencatatan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk membandingkan jumlah nominal yang tercatat dengan jumlah nominal yang diekspektasikan oleh auditor.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
37
e. Uji rincian saldo (test of detail of balance) Uji rincian saldo fokus pada saldo akhir di buku besar baik akun-akun di neraca maupun di laporan laba-rugi. Uji rincian saldo digunakan untuk melihat apakah tujuan dari audit terkait saldo telah terpenuhi. Pengujian ini sangat cocok untuk akun aset tetap. Pengujian ini sangat esensial karena kebanyakan bukti auditnya berasal dari pihak yang independen. Misalnya saja, untuk mengetahui kebenaran pembelian aset tetap, maka dilakukan pemeriksaan terhadap faktur pembelian dari pihak penjual atau vendor. Auditor memverifikasi aset tetap dengan cara berbeda dari aset lancar lainnya karena tiga alasan yaitu: Biasanya transaksi akuisisinya sedikit di periode akuntansi berjalan, biasanya nominal akuisisinya besar dan biasanya aset tetap disimpan dan dipelihara di dalam catatan akuntansi untuk beberapa tahun. Berikut adalah pengujian dalam audit atas aset tetap yang dibagi menjadi beberapa kategori : Memverifikasi akuisisi tahun berjalan Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah akuisisi yang dilakukan perusahaan telah benar dan sesuai dengan peraturan terkait seperti PSAK dan kebijakan perusahaan sendiri. Selain itu, pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah pencatatan atas akuisisi aset tetap ini kelebihan pencatatan atau tidak. Memverifikasi disposal tahun berjalan Tujuan dari pengujian ini adalah menguji apakah yang dilakukan perusahaan telah benar dan sesuai dengan peraturan terkait seperti PSAK dan kebijakan perusahaan sendiri perusahaan. Selain itu, pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah perusahaan telah mencatat transaksi pelepasan aset tetap perusahaan karena bisa menyebabkan kelebihan pencatatan pada saldo aset tetap. Memverifikasi saldo akhir Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memverifikasi saldo akhir dari apakah saldo itu sudah mencerminkan keberadaan aset tetap yang dimiliki (existence) dan apakah sudah dicatat seluruhnya (completeness).
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
38
Memverifikasi saldo beban penyusutan Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah saldo beban penyusutan telah dicatat secara akurat (accuracy). Memverifikasi saldo akhir akumulasi penyusutan Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji saldo akumulasi penyusutan apakah akumulasi penyusutan yang ada di berkas induk dan buku besar serta menguji apakah akun akumulasi penyusutan telah disajikan secara akurat. 2.5.5. Proses Audit atas Aset Tanaman Telah dijelaskan sebelumnya bahwa belum ada PSAK yang mengatur mengenai aset tanaman secara khusus. Perlakuan akuntansi aset tanaman masih disamakan seperti aset tetap. Oleh karena itu, prosedur audit aset tanaman yang dilakukan sama seperti prosedur audit aset tetap. Aset tetap memiliki perkiraan umur lebih dari satu tahun, digunakan dalam bisnis, dan tidak dibeli untuk tujuan dijual kembali. Menurut Arens et. al. (2009), ada beberapa fase yang dijalankan oleh auditor dalam mendesain uji rincian saldo untuk akun siklus akuisisi dan pembayaran lainnya. Fase pertama adalah mengidentifikasi risiko bisnis klien yang akan berpengaruh pada aset tetap. Auditor harus memahami bisnis dan industri
klien
serta
tujuan
manajemen
dan
proses
bisnisnya
untuk
mengidentifikasi adanya risiko bisnis yang signifikan yang mungkin berimbas pada laporan keuangan, termasuk aset tetap. Bagian dari fase satu berikutnya adalah auditor menentukan tingkat salah saji laporan keuangan yang masih dapat diterima. Auditor juga menilai risiko pengendalian atas siklus akuisisi dan pembayaran lainnya. Fase kedua adalah mendesain dan melakukan uji pengendalian serta uji substansif atas transaksi terhadap siklus akuisisi dan pembayaran. Uji pengendalian dilakukan untuk memverifikasi keefektifan pengendalian internal yang diterapkan oleh klien. Sedangkan uji substansif digunakan untuk menentukan apakah ada salah saji moneter dalam transaksi. Fase ketiga adalah melakukan prosedur analitis serta uji rincian aset tetap. Prosedur analitis dilaksanakan selama tiga fase, yaitu selama perencanaan, ketika
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
39
melakukan uji rincian, dan dalam penyelesaian audit. Dalam uji rincian aset tetap, auditor menentukan prosedur audit yang akan digunakan, ukuran sampel, sampel, serta waktu yang akan dipilih. Uji rincian aset tetap digunakan untuk membuktikan apakah aset tetap telah sesuai dengan tujuan audit terkait dengan saldo. Fase keempat adalah penyelesaian audit dan penerbitan laporan audit. Pada fase ini auditor melakukan tinjauan ulang mengenai kewajiban klien yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Bukti-bukti yang diperoleh oleh auditor selama fase-fase sebelumnya akan dikumpulkan untuk menyusun laporan audit. Auditor lalu mengkomunikasikan kondisi yang bisa dilaporkan kepada komite audit atau manajemen senior klien. Sebagai tambahan bahwa Arens et. al. (2009) menjelaskan bahwa audit pada aset tetap peralatan pabrik lebih menekankan pada verifikasi akuisisi di tahun berjalan dibanding saldo akun lanjutan dari periode sebelumnya. Lalu perkiraan umur aset yang melebihi satu tahun memerlukan adanya akun beban penyusutan dan akumulasi penyusutan. Auditor juga perlu memverifikasi adanya
keuntungan atau kerugian atas disposisi aset. Dalam audit akun peralatan dan akun terkait lainnya, perlu dilakukan pembagian pengujian dalam beberapa kategori berikut: a. Melakukan prosedur analitis Tipe dari prosedur analitis yang dilakukan tergantung dari jenis operasi klien. Umumnya prosedur analitis mengukur kemungkinan terjadinya salah saji pada biaya penyusutan dan akumulasi penyusutan. Tujuan audit yang dicapai adalah untuk menguji akurasi terhadap kemungkinan lebih saji maupun kurang saji dari biaya penyusutan. b. Memverifikasi akuisisi tahun berjalan Perusahaan harus mencatat akuisisi aset tetap di tahun berjalan dengan benar karena aset tetap memiliki efek jangka panjang di laporan keuangan. Kelalaian dalam mengkapitalisasi aset ataupun pencatatan akuisisi aset dalam jumlah yang tidak tepat akan mempengaruhi laporan posisi keuangan hingga perusahaan mendisposisi aset tersebut. Laporan laba rugi akan terpengaruh sampai dengan aset tersebut tersusutkan secara penuh.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
40
Oleh karena pentingnya akuisisi tahun berjalan, maka auditor menggunakan tujuh tujuan audit terkait saldo yaitu eksistensi, kelengkapan, akurasi, klasifikasi, pisah batas, kaitan rinci, serta hak dan kewajiban. c. Memverifikasi disposisi tahun berjalan Apabila perusahaan lalai dalam mencatat disposisi aset, maka terjadi lebih saji dari nilai akuisisi dari aset tersebut. Nilai buku bersih akan lebih saji sampai aset tersebut tersusutkan secara penuh. Tujuan utama auditor dalam memverifikasi penjualan, tukar tambah, atau pengabaian aset adalah dengan mengumpulkan bukti yang cukup bahwa seluruh disposisi telah dicatat (kelengkapan) dan dengan jumlah yang tepat (akurasi). Auditor dapat menggunakan jadwal disposisi tand dicatat oleh klien. Prosedur yang biasa dilakukan untuk memverifikasi disposisi adalah meninjau aset yang baru dibeli yang ditujukan untuk mengganti aset lama, menganalisis keuntungan dan kerugian dari disposisi aset, meninjau modifikasi pabrik ataupun perubahan pada lini produksi, pajak properti, dan cakupan asuransi sebagai indikasi penghapusan aset, melakukan tanya jawab kepada manajemen dan personil produksi mengenai kemungkinan disposisi aset. d. Memverifikasi saldo akhir di akun aset Auditor harus mempertimbangkan pula kontrol internal aset yang dilakukan oleh klien. Auditor bisa melakukan pengujian eksistensi terhadap aset yang ada dalam berkas induk dengan cara mengambil sampel. Auditor juga dapat memutuskan agar klien melakukan uji eksistensi terhadap seluruh aset yang ada. Dalam hal ini, auditor normalnya mengawasi penghitungan yang dilakukan klien. e. Memverifikasi beban penyusutan Biaya penyusutan merupakan salah satu dari beberapa biaya yang tidak terverifikasi oleh prosedur uji pengendalian dan tes substantif terhadap transaksi karena jumlah yang tercatat diperoleh dari alokasi yang dilakukan internal perusahaan. Tujuan audit terkait saldo yang paling utama dalam
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
41
biaya penyusutan adalah akurasi. Auditor fokus menguji apakah klien mengikuti kebijakan penyusutan yang konsisten antar periode dan ketepatan penghitungan klien. f. Memverifikasi saldo akhir di akumulasi penyusutan Tujuan utama yang ditekankan dalam saldo akhir akumulasi penyusutan adalah Akumulasi penyusutan yang ada dalam berkas induk aset telah sesuai dengan buku besar. Tujuan ini dapat dipenuhi dengan melakukan footing akumulasi penyusutan di berkas induk aset dan penelusuran totalnya ke buku besar. Akumulasi penyusutan di berkas induk telah akurat. 2.5.6. Bukti Audit Sebelumnya telah dijelaskan bahwa proses audit merupakan proses pengumpulan dan penilaian suatu bukti atas informasi untuk menentukan danmelaporkan tingkat kesesuaian antara informasi yang diperoleh dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Dari definisi tersebut, dapat dilihat bahwa bukti dari proses audit itu sendiri sangat penting. Bukti audit yang dikumpulkan harus sangat meyakinkan (highly persuasive). Ada dua hal yang menentukan apakah bukti audit yang telah dipilih auditor itu sangat meyakinkan yaitu kelayakan (appropriateness) dan kecukupan (sufficiency) dari bukti audit itu (Arens et al., 2009). a. Kelayakan Kelayakan bukti audit adalah suatu ukuran kualitas bukti audit yang melihat apakah bukti itu relevan dan andal digunakan dalam mencapai tujuan dari audit. Bukti audit yang relevan adalah bukti yang berkaitan dengan tujuan dari audit itu sendiri. Sama halnya dengan bukti yang relevan, bukti yang andal juga membantu dalam meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Bukti yang andal itu mengarah pada bukti-bukti yang bisa dipercaya. b. Kecukupan Kecukupan bukti audit ini ditentukan dengan jumlah atau kuantitas dari bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor. Kecukupan ini diukur
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
42
melalui ukuran sampel yang dipilih oleh auditor. Ada dua faktor penting yang mempengaruhi pemilihan ukuran sampel auditor yaitu ekspektasi auditor terhadap kesalahan pencatatan dan efektifitas internal kontrol dari klien. Dalam mengambil keputusan tentang bukti yang akan diuji dalam proses audit, antara bukti yang meyakinkan (persuasiveness) dan biaya harus juga dipertimbangkan. Keyakinan dan juga biaya dijadikan pertimbangan dahulu sebelum memilih jenis bukti audit yang terbaik. Tujuan auditor adalah untuk mendapatkan jumlah bukti audit yang cukup dan layak dengan tentunya total biaya yang terendah. 2.5.6.1. Penentuan Bukti Audit Arens et. al. (2009) menjelaskan bahwa suatu keputusan yang besar dihadapkan kepada seorang auditor ketika sedang menentukan tipe yang layak dan berapa banyak bukti audit yang harus dibutuhkan agar tercapainya tujuan dari audit itu sendiri. Ada empat faktor keputusan tentang bagaimana dan berapa banyak bukti yang harus dikumpulkan yaitu : a. Prosedur audit Prosedur audit adalah rincian instruksi yang menjelaskan bukti-bukti audit yang harus dikumpulkan selama proses audit. b. Ukuran sampel Setelah prosedur audit dipilih, maka auditor kemudian melakukan pemilihan jumlah sampel. Keputusan berapa banyak sampel yang ingin diuji harus ditentukan oleh auditor dalam setiap prosedur auditnya. Ukuran sampel di setiap prosedur audit pun bisa berbeda-beda c. Benda yang dipilih Setelah auditor menentukan ukuran sampel yang akan diuji, maka sekarang adalah menentukan benda atau items di dalam populasi apa yang akan diuji. Pemilihan ini sangat perlu kehati-hatian karena jika auditor salah memilih benda yang ingin diuji maka tujuan dari audit bisa saja tidak tercapai. d. Pemilihan Waktu Hal ini berkaitan dengan pemilihan waktu dalam melakukan audit.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
43
2.5.6.2. Jenis-jenis Bukti Audit Menurut Arens et. al. (2009), prosedur audit yang digunakan auditor menentukan jenis bukti audit yang dipakai. Setiap prosedur bisa memakai satu atau lebih bukti audit. Berikut adalah delapan jenis bukti audit : a. Pemeriksaan fisik Bukti audit ini berbentuk sebuah inspeksi atau perhitungan oleh auditor terhadap aset berwujud. Biasanya jenis audit ini dipakai untuk akun kas dan persediaan. Pemeriksaan fisik ini secara langsung bertujuan untuk memverifikasi apakah aset yang dimiliki perusahaan benar-benar ada (existence) dan apakah aset yang benar adanya telah dicatat semua (completeness). Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan dalam audit atas aset tetap untuk membuktikan bahwa aset tetap yang dimiliki perusahaan benarbenar ada. b. Konfirmasi Konfirmasi merupakan jenis bukti audit yang berupa menerima respon tertulis maupun lisan dari pihak ke tiga yang independen dalam tujuan membuktikan keakuratan informasi atas permintaan auditor. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah bentuk inspeksi auditor terhadap dokumen dan catatan yang dimiliki klien untuk memperkuat informasi yang ada atau yang mungkin harus ada di laporan keuangan. Dokumentasi merupakan jenis bukti audit yang sering dipakai karena memang memungkinkan dan juga biayanya rendah. Dokumen biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu dokumentasi internal dan eksternal. Suatu dokumen internal disiapkan dan digunakan oleh klien di dalam organisasi contohnya faktur penjualan, laporan penerimaan persediaan, dan sebagainya, sedangkan dokumen eksternal disiapkan oleh pihak di luar perusahaan yang merupakan bagian dari transaksi. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dokumen yang dijadikan bukti juga harus memenuhi unsur keandalannya. Bukti dalam melakukan audit aset tetap salah satunya dengan dokumentasi. Contoh dokumen perusahaan sebagai bukti audit atas aset tetap yaitu daftar aset tetap,
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
44
dokumen mutasi aset tetap perusahaan baik penambahan, penjualan, penghapusan, atau reklasifikasi. Pengendalian internal yang dimiliki perusahaan sangat mempengaruhi keandalan dokumen internal. Jika pengendalian internal perusahaan lemah, maka keandalan dari dokumen internal pun rendah. Oleh karena itu, dokumen eksternal, khususnya disediakan oleh pihak ketiga ahli, lebih andal menjadi bukti audit dibandingkan dokumen internal. d. Prosedur analitis Jenis bukti audit ini menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai apakah saldo akun atau data lainnya tampak masuk akal dan layak dibandingkan dengan ekspektasi auditor. Prosedur analitis digunakan dalam melakukan audit atas aset tetap untuk untuk membandingkan nilai aset tetap berdasarkan pencatatan perusahaan dengan dibandingkan pada nilai aset tetap yang diekspektasi oleh auditor. e. Meminta keterangan (inquiry) dari klien Meminta keterangan adalah proses mendapatkan informasi baik tertulis
maupun lisan dari klien dalam rangka merespon pertanyaan dari auditor. Walaupun bisa dijadikan bukti audit, namun keterangan tidak bisa dianggap sebagai meyakinkan karena pada dasarnya bukti ini berasal dari pihak yang tidak independen. Biasanya setelah auditor meminta keterangan kepada klien, normalnya auditor membutuhkan bukti audit tambahan untuk mendukung keterangan yang didapat. Meminta keterangan juga dapat digunakan dalam melakukan audit aset tetap misalnya menanyakan kenapa terjadi pelepasan aset tetap yang banyak pada tahun ini kepada karyawan di bagian akuntansi. f. Perhitungan kembali (recalculatation) Dalam perhitungan kembali auditor melakukan pemeriksaan ulang terhadap perhitungan yang telah disediakan oleh klien. Jenis bukti audit ini biasanya digunakan dalam memeriksa beban penyusutan dan beban dibayar dimuka. Perhitungan kembali biasanya digunakan dalam audit atas aset tetap untuk menghitung beban penyusutan.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
45
g. Reperformance Reperformance merupakan bukti audit berupa pengujian langsung terhadap pengendalian internal ataupun prosedur akuntansi klien. h. Observasi (Observation) Dalam observasi, auditor dapat secara langsung mengamati aktivitas klien. Observasi biasanya kurang layak dijadikan bukti karena bisa saja klien mengubah tingkah laku mereka selama diobservasi. 2.5.7. Dokumentasi Audit Dokumentasi audit adalah catatan utama yang berisi tentang prosedur audit yang telah dilakukan, bukti-bukti audit yang telah didapatkan, dan kesimpulan yang dicapai oleh auditor selama masa perikatan (Arens, 2009). Di dalam dokumentasi audit harus ada semua informasi yang dirasa penting dan cukup untuk melakukan audit untuk menerbitkan laporan audit. Tujuan dari dokumentasi adalah untuk menyediakan keyakinan kepada auditor bahwa proses audit yang dilakukannya telah sesuai dengan standar yang berlaku dalam audit. Selain itu, dokumentasi audit ini juga digunakan untuk dasar dari perencanaan audit, sebagai catatan atas bukti yang telah dikumpulkan dan hasil dari pengujian, sebagai data untuk menentukan jenis laporan audit yang layak, dan sebagai dasar untuk peninjauan oleh supervisor dan partner. Sarbanes-Oxley Act mengharuskan auditor dari setiap perusahaan publik untuk menyiapkan dan memelihara arsip audit dan informasi lainnya yang mendukung kesimpulan auditor selama minimal tujuh tahun. Menurut PSA 103, catatan auditor untuk perusahaan privat harus disimpan selama minimal lima tahun.
Setiap
KAP
memiliki
metode sendiri dalam
menyiapkan dan
mengorganisasikan dokumen audit. Berikut adalah pengelompokan dokumen audit : a. Berkas permanen (Permanent Files) Berkas permanen terdiri dari data historis dan berkesinambungan yang
berkaitan dengan audit periode sekarang. Pada berkas permanen ini terdapat informasi yang bisa dipakai untuk audit tahun-tahun selanjutnya. Di dalam berkas permanen ini biasanya terdapat salinan dokumen perusahaan yang
penting seperti salinan akta pendirian perusahaan, surat perjanjian
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
46
penerbitan obligasi, kontrak-kontrak, dan sebagainya, yang dirasa signifikan oleh auditor untuk tahun selanjutnya. b. Berkas tahun berjalan (current files) Berkas tahun berjalan terdiri dari dokumen audit yang dapat dipakai
untuk tahun audit. Berikut adalah jenis informasi yang ada di dalam berkas tahun berjalan:
Audit Program Merupakan daftar prosedur audit yang dilakukan oleh auditor. Audit program ini biasanya dipelihara di berkas terpisah untuk meningkatkan kordinasi dan integrasi seluruh bagian audit. Audit program yang didesain dengan bagus dan didokumentasikan dalam audit merupakan bukti dari audit yang berkualitas. Informasi umum (General Information) Informasi yang biasanya didokumentasikan dalam informasi umum adalah memo rencana audit, salinan notulen RUPS, dan sebagainya, yang tidak dimasukkan ke dalam berkas permanen. Working Trial Balance Merupakan daftar dari akun-akun yang didapat dari klien setelah tanggal neraca. Biasanya setiap KAP memiliki software khusus untuk mengkonversi neraca saldo yang disiapkan klien kedalam Working Trial Balance. Di setiap akun-akun yang ada di Working Trial Balance diperjelas ke dalam form yang bernama skedul utama (leadsheet). Setiap rincian akun yang ada di skedul utama didukung oleh bukti audit yang layak. Jurnal
penyesuaian
dan
jurnal
reklasifikasi
(adjusting
&
Reclassification Entries) Ketika auditor menemukan kesalahan pencatatan yang material, maka laporan keuangan harus di koreksi. Misalnya jika klien gagal mencatat pengurangan persediaan karena keusangan, maka auditor bisa mengusulkan untuk membuat
jurnal penyesuaian untuk
merefleksikan nilai terealisasi dari persediaan. Selain itu, jurnal reklasifikasi
digunakan
untuk
klien
diindikasikan
salah
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
47
mengklasifikasi akun yang telah dibuatnya. Namun, inti dari ini semua adalah apakah kesalahan pencatatan itu material atau tidak. Skedul pendukung (supporting schedules) Sebagian besar dari dokumentasi audit termasuk rincian skedul pendukung yang disiapkan oleh klien atau auditor untuk akun-akun yang spesifik. Di dalam skedul pendukung biasanya terdapat: analisis, neraca saldo atau daftar, jumlah rekonsiliasi, uji kewajaran, ringkasan dari prosedur, dan sebagainya.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
48
BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1. Profil Kantor Akuntan Publik RSM AAJ Kantor Akuntan Publik (KAP) RSM AAJ merupakan anggota dari RSM Internasional yang merupakan salah satu jaringan kantor akuntan dan konsultan independen terbesar di dunia. Didirikan pada tahun 1985 oleh Amir Abadi Jusuf, KAP RSM AAJ beralamat di Gedung Plaza ABDA lantai 10, 11, dan 25 Jalan Jendral Sudirman Kav. 59. KAP RSM AAJ yang merupakan KAP terbesar kelima di Indonesia ini juga memiliki cabang yang terletak di Surabaya. KAP RSM AAJ memberikan jasa yang bertujuan untuk membantu klien dalam membuat keputusan dengna baik. Jasa yang ditawarkan kepada kliennya antara lain: a. Audit and Assurance Service Terdiri dari jasa audit umum yang bertujuan memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan, audit khusus yang dilakukan pada akun-akun tertentu saja, review and compilation, jasa asestasi yang ditujukan bagi klien yang tidak membutuhkan audit laporan keuangan namun membutuhkan prosedur audit atas proses pelaporan dan kontrol, dan financial due diligence yang digunakan untuk membantu dalam pengambilan keputusan strategis seperti akuisisi atau kerjasama bisnis. b. Risk and Internal Audit Advisory Jasa ini membantu klien untuk mengukur risiko dan kotrol yang harus dilakukan pada bidang yang menjadi perhatian klien. Jasa ini terdiri dari jasa konsultasi tata kelola perusahaan, internal auditor advisory and outsourcing, konsultasi manajemen risiko, konsultasi kontrol internal dan Sarbanes-Oxley, konsultasi teknologi informasi, peningkatan kinerja, dan pengembangan sistem dan prosedur. c. Transaction Support and Capital Market Terdiri dari jasa analisis transaksi, jasa solusi bisnis, divestasi serta penggabungan dan akuisisi, business turnaround, konsultasi sebelum IPO, jasa penyusunan pendanaan, dan jasa valuasi bisnis.
48 Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
Univesitas Indonesia
49
d. Business Establishment and Corporate Secretarial Jasa ini terdiri dari business establishment services yang membantu klien dalam mengurus hal-hal yang berhubungan dengan pendirian usaha, corporate secretarial services yang membantu klien dalam memenuhi kebutuhan tata kelola perusahaan, dan executive search. e. Tax & Corporate Services Terdiri dari jasa konsultasi perpajakan, kepatuhan terhadap peraturan perpajakan, jasa akuntansi, jasa administrasi dan penggajian, jasa pendirian bisnis, dan kesekretariatan perusahaan. f. IFRS (International Financial Reporting Standard) Terdiri dari jasa konversi IFRS, due diligence in an IFRS environment, penilaian yang berhubungan dengan proses alokasi harga beli, Shared-Based Payments, audit pada Laporan Keuangan yang menerapkan IFRS, dan pelatihan IFRS. Bisnis utama dari KAP RSM AAJ adalah jasa audit. Dalam melayani kebutuhan klien, KAP RSM AAJ dibagi menjadi beberapa divisi yang menangani fungsi spesifik. Adapun penbagian divisi di KAP RSM AAJ adalah sebagai berikut: a. Tosca Division : Fokus pada Audit and Assurance, IFRS b. Blue Division : Fokus pada Audit and Assurance, IFRS c. Green Division : Fokus pada Audit and Assurance, IFRS d. Red Division : Fokus pada Audit and Assurance, IFRS e. Purple Division : Fokus pada Tax Corporate Services f. White Division : Fokus pada Risk and Internal Audit g. Orange Division : Fokus pada Transactional Support and Capital Market h. Brown Division (Surabaya) : Fokus pada semua jasa layanan 3.2. Profil PT KKK PT KKK didirikan pada tahun 2004 berdasarkan akta pendirian yang telah mendapat pengesahan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui surat yang diterbitkan tahun 2005. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami perubahan, terakhir pada bulan Desember 2012 yang dibuat di
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
50
hadapan notaris, mengenai peningkatan modal dasar dan disetor Perusahaan dan telah mendapat pengesahan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam surat yang diterbitkan tahun 2013. Berdasarkan pasal 3 dari Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
Perusahaan
meliputi
pertanian,
perdagangan,
perindustrian,
pengangkutan dan jasa. Kegiatan utama Perusahaan saat ini meliputi usaha perkebunan kelapa sawit. Kantor pusat Perusahaan berlokasi Jakarta Barat, Indonesia. Kebun kelapa sawit berlokasi di Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Struktur kepemilikan saham PT KKK yaitu 99,99% milik WWW Pte Ltd dan 0,01% milik orang pribadi. 3.2.1. Kebijakan Akuntansi atas Aset Biolojik di PT KKK PT KKK menggunakan PSAK No. 16 Revisi 2011 sebagai dasar pencatatan aset biolojik. Tanaman Belum Menghasilkan dinyatakan sebesar harga perolehan yang meliputi biaya persiapan lahan, penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan termasuk kapitalisasi biaya pinjaman yang digunakan untuk membiayai pengembangan Tanaman Belum Menghasilkan dan biaya tidak langsung lainnya berdasarkan luas hektar tanaman. Pada saat tanaman sudah menghasilkan, akumulasi
harga
perolehan
tersebut
akan
direklasifikasi
keTanaman
Menghasilkan. Tanaman Menghasilkan akan disusutkan selama 20 tahun.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
51
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1. Proses Bisnis Perkebunan Kelapa Sawit Industri perkebunan memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan sektor industri lain, yang ditunjukkan oleh adanya aktivitas pengelolaan dan transformasi biolojik atas tanaman untuk menghasilkan produk yang akan dikonsumsi atau diproses lebih lanjut. Proses kegiatan industri perkebunan kelapa sawit PT KKK dapat digolongkan menjadi: a. Pembersihan lahan (land clearing), yaitu proses penyiapan lahan agar siap ditanam bibit kelapa sawit. Kegiatan pembersihan lahan yang dilakukan PT KKK meliputi penebangan pohon, pembersihan alang-alang, dan perataan tanah. b. Pembibitan dan penanaman, yaitu proses pertumbuhan bibit tanaman agar siap untuk ditanam dan diikuti dengan proses penanaman. PT KKK membeli bibit tanaman sawit dari pihak ketiga. Bibit ini kemudian ditanam di dalam pot plastik pada lahan khusus. Setelah mencapai umur tertentu, bibit siap untuk ditanam ke lahan utama yang selanjutnya disebut Tanaman Belum Menghasilkan. c. Pemeliharaan, yaitu proses pemeliharaan tanaman dari proses pertumbuhan dan hingga dapat menghasilkan produk. PT KKK melakukan pemeliharaan tanaman kelapa sawit berupa pemupukan dan perawatan lainnnya dari Tanaman Belum Menghasilkan hingga menjadi Tanaman Menghasilkan yang siap memproduksi tandan buah segar secara komersial. d. Panen, yaitu proses pengambilan hasil produksi tanaman untuk selanjutnya dijual atau diolah kembali. Hasil panen atas produksi tanaman kelapa sawit PT KKK adalah Tandan Buah Segar (TBS). e. Penjualan, yaitu proses penjualan hasil panen ke pihak lain. PT KKK tidak memiliki pabrik pengolahan TBS, sehingga seluruh hasil panen langsung dijual oleh PT KKK ke pihak lain yang merupakan afiliasi. Oleh pembeli, TBS lalu diolah menjadi minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dan inti kelapa sawit atau Palm Kernel (PK).
51 Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
Univesitas Indonesia
52
Selain kegiatan utama perusahaan di atas, PT KKK juga mengembangkan perkebunan plasma. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah Indonesia melalui PIRTRANS yang didasarkan pada Kepres No. 1 tahun 1986, Hak Guna Usaha untuk perkebunan diberikan apabila perusahaan inti bersedia mengembangkan area perkebunan untuk petani plasma lokal, disamping mengembangkan perkebunan milik sendiri. Perusahaan mengembangkan perkebunan plasma dengan pola kredit koperasi primer untuk anggotanya (KKPA). Pengembangan perkebunan plasma didanai dengan kredit investasi yang disalurkan kepada Perusahaan atau masih didanai sendiri sambil menunggu pendanaan bank. 4.2. Perlakuan Akuntansi atas Aset Biolojik pada PT KKK PT KKK adalah perusahaan perkebunan yang berkedudukan di Indonesia dan merupakan anak dari WWW Pte Ltd yang berkedudukan di Singapura. Sebagai perusahaan yang berkedudukan di Indonesia, PT KKK harus menyajikan laporan keuangannya sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Namun untuk tujuan konsolidasi dengan induk perusahaan yang berada di Singapura, PT KKK juga dituntut untuk menyajikan laporan keuangan sesuai dengan standar yang berlaku di Singapura yang berbasis International Financial Reporting Standards (IFRS). Pada
pelaporan
keuangan
tahunan
2012
ini,
perusahaan
hanya
mengeluarkan laporan keuangan yang berdasarkan PSAK, sedangkan untuk penyajian laporan keuangan konsolidasi yang berdasarkan IAS, WWW Pte Ltd membuat jurnal-jurnal penyesuaian atas laporan keuangan PT KKK agar sesuai dengan IAS. Dalam bagian ini akan dipaparkan mengenai perlakuan akuntansi atas aset biolojik yang dimiliki PT KKK berdasarkan PSAK. 4.2.1. Jenis Aset Biolojik PT KKK Jenis aset biolojik yang dimiliki PT KKK yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit adalah berupa tanaman kelapa sawit. Hasil dari tanaman kelapa sawit ini berupa Tandan Buah Segar (TBS).
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
53
Aset biolojik yang dimiliki oleh PT KKK dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Tanaman Belum Menghasilkan Tanaman Belum Menghasilkan merupakan tanaman yang dianggap masih muda dan belum siap untuk dipanen. Akun Tanaman Belum Menghasilkan tidak hanya berisi biaya pembibitan, namun juga menampung berbagai biaya yang terjadi sejak saat penanaman sampai saat tanaman tersebut siap untuk menghasilkan secara komersial. Apabila Tanaman Belum Menghasilkan telah dapat dipanen namun belum memenuhi ketentuan untuk dapat diklasifikasikan sebagai Tanaman Menghasilkan, maka status tanaman tersebut tetap sebagai Tanaman Belum Menghasilkan, biaya yang timbul akan dikapitalisasi, dan hasil panen akan menambah jumlah produksi. b. Tanaman Menghasilkan Tanaman Menghasilkan adalah tanaman sawit yang sudah dewasa dan siap untuk dipanen lebih dari satu kali secara komersial. Tanaman Belum Menghasilkan direklasifikasi menjadi Tanaman Menghasilkan pada saat tanaman dianggap sudah menghasilkan. Jangka waktu tanaman dapat menghasilkan ditentukan oleh pertumbuhan vegetatif dan berdasarkan taksiran manajemen. Secara umum, tanaman kelapa sawit dikategorikan sebagai Tanaman Menghasilkan mulai pada tahun keempat. Pada saat Tanaman Belum Menghasilkan direklasifikasi menjadi Tanaman Menghasilkan, maka perusahaan akan membuat Berita Acara Mutasi yang menjelaskan akun tanaman mana yang direklasifikasi. Apabila tanaman sudah mencapai umur menghasilkan namun belum dapat berproduksi atau tanaman yang menghasilkan hanya sebagian kecil dari kelompok bidang lahan, maka tanaman
tersebut
tetap
dikategorikan
sebagai
Tanaman
Belum
Menghasilkan. Pada 31 Desember 2012, PT KKK mempunyai dan mengelola lahan tanaman kelapa sawit seluas 9.934,6 Ha. Dari jumlah tersebut, yang murni merupakan tanah yang ditanami sawit hanya seluas 6.631,7 Ha. Tanaman Belum
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
54
Menghasilkan menempati luas lahan sebesar 1849,9 Ha, sedangkan Tanaman Menghasilkan menempati luas lahan sebesar 4781,7 Ha. Tanaman Menghasilkan yang ada di PT KKK masih berumur 5 dan 6 tahun. 4.2.2. Pengakuan Biaya Perolehan Aset biolojik PT KKK Kebijakan yang dijalankan oleh perusahaan dalam pengakuan biaya perolehan aset biolojik sesuai dengan PSAK 16 tentang Aset Tetap adalah sebagai berikut: a. Tanaman Belum Menghasilkan Pengakuan biaya pada Tanaman Belum Menghasilkan dimulai dari tahap pembibitan hingga reklasifikasi mengjadi Tanaman Menghasilkan. Tanaman Belum Menghasilkan dinyatakan sebesar biaya perolehan yang meliputi akumulasi biaya penanaman, biaya pemupukan dan pemeliharaan tanaman, biaya tenaga kerja langsung, biaya penyusutan peralatan yang ada di kebun (site), biaya transportasi, alokasi biaya tidak langsung yang dikapitalisasi berdasarkan luas hektar tanaman, termasuk biaya pinjaman yang dikapitalisasi, dan biaya kantor regional (capitalized borrowing costs), serta biaya lain-lain yang terjadi sampai dengan saat tanaman dinyatakan menghasilkan. Biaya-biaya yang terjadi selama proses pengembangan Tanaman Belum Menghasilkan tersebut dikapitalisasi ke dalam akun Tanaman Belum Menghasilkan dan tidak disusutkan. Akumulasi biaya dari Tanaman Belum Menghasilkan akan direklasifikasi ke dalam akun Tanaman Menghasilkan pada saat manajemen menyatakan Tanaman Belum Menghasilkan itu menjadi Tanaman Menghasilkan dalam Berita Acara Mutasi. b. Tanaman Menghasilkan Tanaman Menghasilkan dicatat pada biaya perolehannya pada saat Tanaman
Belum
Menghasilkan
direklasifikasi
menjadi
Tanaman
Menghasilkan. Setelah menjadi Tanaman Menghasilkan, perusahaan akan mengakui penyusutan berdasarkan metode garis lurus selama estimasi masa produksi dari tanaman tersebut. PT KKK menyusutkan Tanaman Menghasilkan selama 20 tahun.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
55
4.2.3. Pengukuran atas Aset Biolojik PT KKK PT KKK mencatat nilai aset biolojik menggunakan model biaya untuk laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK. Nilai aset biolojik yang seharusnya disusutkan dicatat sebesar biaya perolehannya dikurangi akumulasi penyusutan aset biolojik tersebut. Metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus. Berikut ini adalah kebijakan perusahaan dalam pencatatan akuntansi atas aset biolojik PT KKK sesuai dengan PSAK. a. Tanaman Belum Menghasilkan PT KKK membeli kecambah kelapa sawit dari pihak ketiga yang kemudian dirawat hingga menjadi bibit kelapa sawit. Bibit yang dibeli dimasukkan ke dalam klasfikasi persediaan selama belum ditanam. Jurnal pengakuan awal: Dr. Persediaan
xxx
Cr. Utang
xxx
Biaya perawatan bibit termasuk biaya material, biaya tenaga kerja, dan biaya transportasi. Biaya ini dan biaya pembersihan lahan akan dikapitalisasi ke dalam nilai pembibitan. Jurnal biaya perawatan bibit: Dr. Gaji, upah dan benefit pegawai
xxx
Dr. Pembelian material
xxx
Dr. Beban transportasi
xxx
Dr. Beban pembersihan lahan
xxx
Cr. Utang atau kas
xxx
Jurnal pengkapitalisasian bibit yang ditanam dan biaya pembibitan ke Tanaman Belum Menghasilkan: Dr. Tanaman Belum Menghasilkan
xxx
Cr. Gaji, upah dan benefit pegawai
xxx
Cr. Pembelian material
xxx
Cr. Beban transportasi
xxx
Cr. Beban pembersihan lahan
xxx
Cr. Persediaan
xxx
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
56
Tanaman Belum
Menghasilkan
tidak
mengalami penyusutan,
sehingga tidak muncul biaya penyusutan. Pada saat pembibitan, setiap tahunnya bibit akan diseleksi untuk melihat apakah kondisi bibit yang dimiliki PT KKK masih dalam kondisi baik. Apabila ada bibit yang kondisinya kurang baik, maka bibit tersebut tidak akan lolos seleksi, sehingga secara keseluruhan nilai bibit akan menurun. Sesuai dengan PSAK 16 tentang Aset Tetap, PT KKK mengakui penurunan nilai aset bibit tersebut dengan mencatatnya sebagai beban pada laporan laba-rugi tahun berjalan. Berikut ini adalah jurnal pencatatan akuntansi untuk penurunan nilai bibit yang dimiliki PT KKK. Dr. Kerugian penurunan tanaman
xxx
Cr. Tanaman Belum Menghasilkan
xxx
b. Tanaman Menghasilkan Tanaman Menghasilkan dicatat pada akun Tanaman Menghasilkan. Pengakuan biaya awal dari Tanaman Menghasilkan adalah ketika Tanaman Belum Menghasilkan direklasifikasi menjadi Tanaman Menghasilkan. Jurnal pencatatan yang terkait dengan reklasifikasi tersebut adalah sebagai berikut. Dr. Tanaman Menghasilkan Cr. Tanaman Belum Menghasilkan
xxx xxx
Tanaman Menghasilkan disusutkan selama 20 tahun dengan menggunakan metode garis lurus. Nilai penyusutan dari Tanaman Menghasilkan akan dibebankan pada tahun berjalan dan dicatat sebagai Beban Penyusutan-Tanaman Menghasilkan pada klasifikasi Harga Pokok Penjualan. Alasan dari pengklasifikasian penyusutan ke dalam Harga Pokok Penjualan ini adalah karena Tanaman Menghasilkan akan menghasilkan Tandan Buah Segar yang merupakan persediaan dari PT KKK untuk dijual. Beban penyusutan ini terkait langsung dengan persediaan tetapi tidak dapat ditelusuri secara langsung. Oleh Horngren et. al. (2011), biaya penyusutan yang seperti ini termasuk ke dalam klasifikasi manufacturing overhead cost. Manufacturing overhead cost termasuk ke dalam komponen Harga Pokok Penjualan yang merupakan komponen pembentuk nilai persediaan Tandan
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
57
Buah Segar. Sehingga dalam hal ini, penyusutan dari Tanaman Menghasilkan dicatat sebagai bagian dari komponen Harga Pokok Penjualan. Penyusutan akan dicatat dalam jurnal sebagai berikut: Dr. Beban Penyusutan-Tanaman Menghasilkan
xxx
Cr. Akumulasi Penyusutan-Tanaman Menghasilkan
xxx
Apabila nilai tanaman kelapa sawit mengalami penurunan nilai yang umumnya terjadi karena kebakaran, maka akan dibebankan pada tahun berjalan pada laporan laba/rugi perusahaan. Jurnal yang terkait dengan penurunan nilai tersebut adalah: Dr. Kerugian penurunan tanaman
xxx
Cr. Tanaman Menghasilkan
xxx
Selama tahun 2012, PT KKK berkeyakinan bahwa tidak ada penurunan nilai aset tanaman kelapa sawit. 4.2.4. Penyajian dan Pengungkapan Aset Biolojik PT KKK PT KKK menyajikan aset biolojik tanaman sawit baik yang belum menghasilkan maupun yang sudah menghasilkan pada akun tanaman perkebunan. Akun ini berada pada kategori aset tidak lancar dan disajikan dalam nilai bersih atau nilai setelah dikurangi penyusutan. Tabel 4.1. menunjukan penyajian aset biolojik PT KKK. Rincian mengenai akumulasi penyusutan aset tanaman disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Tabel 4.1. Penyajian Aset Biolojik pada PT KKK
Sumber : Laporan Keuangan PT KKK untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2012 yang telah diolah kembali.
Pengungkapan nilai aset biolojik PT KKK sesuai dengan yang diatur dalam PSAK 16 tentang Aset Tetap. PSAK 16 mengatur bahwa pengungkapan aset tetap termasuk hal-hal seperti dasar pengukuran, metode penyusutan, umur manfaat
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
58
atau tarif penyusutan, jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode, serta rekonsiliasi jumlah tercatat yang terjadi pada tahun berjalan. PT KKK telah mengungkapkan hal-hal tersebut dalam laporan keuangannya. Tabel 4.2. dan Tabel 4.3. merupakan pengungkapan terkait tanaman kelapa sawit yang dimiliki oleh PT KKK.
Tabel 4.2. Pengungkapan Umur Manfaat Tanaman
Sumber: Catatan atas Laporan Keuangan PT KKK untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2012 yang telah diolah kembali.
Tabel 4.3. Nilai Aktiva Tanaman PT KKK Tahun 2012 Tanaman Menghasilkan
2012 Saldo
Penambahan/
Pengurangan/
Saldo
Awal
Reklasifikasi
Reklasifikasi
Akhir
Rp
Rp
Rp
Rp
Biaya Perolehan Kelapa Sawit
33.170.056.236
11.373.315.716
--
44.543.371.952
1.279.871.375
2.694.678.114
--
3.974.549.489
Akumulasi Penyusutan Kelapa Sawit Nilai Buku
31.890.184.861
40.568.822.463
Tanaman Belum
2012
Menghasilkan Saldo
Penambahan/
Pengurangan/
Saldo
Awal
Reklasifikasi
Reklasifikasi
Akhir
Rp
Rp
Rp
Rp
Biaya Perolehan Kelapa Sawit
172.125.224.860
62.979.090.940
11.373.315.716
223.731.000.08 4
Sumber : Catatan atas Laporan Keuangan PT KKK untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2012 yang telah diolah kembali.
4.2.5. Analisis atas Kebijakan Akuntansi atas Aset Biolojik PT KKK Analisis bertujuan untuk mengetahui apakah kebijakan akuntansi PT KKK sudah sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Di Indonesia Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
59
belum ada PSAK yang khusus mengatur mengenai aset biolojik berupa tanaman sawit. Sesuai dengan PSAK No. 25 Revisi 2009, perusahaan menggunakan persyaratan dan panduan dalam SAK yang berhubungan dengan masalah serupa dan terkait. Dalam hal ini PT KKK menggunakan PSAK No.16 tentang Aset
Tetap sebagai standar perlakuan akuntansi aset biolojik tanaman sawit. Secara umum pencatatan akuntansi yang diterapkan oleh PT KKK atas aset biolojik sudah sesuai dengan PSAK 16 Revisi 2011. Rincian analisis dilakukan dengan membaginya menjadi analisis pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan terhadap aset biolojik. 4.2.5.1. Analisis atas Pengakuan Aset Biolojik PT KKK Pengakuan aset biolojik yang dilakukan PT KKK dilakukan dengan mengkapitalisasi biaya-biaya yang boleh dikapitalisasi saat Tanaman Belum Menghasilkan. Biaya-biaya yang boleh dikapitalisasi tersebut antara lain biaya pembibitan, pembersihan lahan, dan perawatan. Pengakuan tersebut sesuai dengan PSAK 16 Revisi 2011 yang menyebutkan biaya yang dikeluarkan sampai mencapai aset dapat digunakan dapat dimasukan dalam nilai aset tersebut. 4.2.5.2. Analisis atas Pengukuran Aset Biolojik PT KKK PSAK 16 (revisi 2011) menjelaskan bahwa aset tetap dapat diukur berdasarkan metode biaya atau metode revaluasi. PT KKK memilih untuk mengukut aset biolojiknya dengan metode biaya. Pada Tanaman Belum Menghasilkan tidak dilakukan penyusutan, sedangkan pada Tanaman Menghasilkan pengukuran dilakukan dengan menyajikan biaya perolehan dikurangi akumulai penyusutan. Metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus. Nilai aset biolojik juga dikurangi rugi penurunan nilai apabila terjadi penurunan nilai aset. 4.2.5.3. Analisis atas Penyajian Aset Biolojik PT KKK Aset biolojik digolongkan dalam aset tetap. Berdasarkan PSAK 1 (revisi 2009), penyajian aset tetap dalam laporan keuangan dilakukan di laporan posisi keuangan pada pos aktiva. PT KKK sudah menyajikan aset biolojik dengan benar dalam akun tanaman perkebunan yang disajikan dalam kelompok aset tetap.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
60
4.2.5.4. Analisis atas Pengungkapan Aset Biolojik PT KKK PT KKK sudah melakukan pengungkapan sesuai dengan PSAK No. 16 Revisi 2011, yaitu dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto, metode penyusutan yang digunakan, umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan, dan jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan. PT KKK juga melakukan rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan saldo awal, perubahan nilai akibat penurunan nilai atau reklasifikasi, penyusutan, dan saldo akhir. 4.3. Prosedur Audit atas Aset Biolojik pada PT KKK PT KKK telah diaudit KAP RSM AAJ dari tahun 2007. Oleh karena bukan merupakan pengauditan yang pertama kali, beberapa tahapan sudah dilakukan pada pengauditan tahun sebelumnya. Sebagian besar tahapan audit dilakukan oleh senior in charge, manajer in charge, dan partner. Penulis hanya membantu dalam pengumpulan data. 4.3.1. Tahap Pertama - Penerimaan Klien dan Pengevaluasian Ulang Klien KAP RSM AAJ menilai bahwa PT KKK merupakan klien dengan risiko tinggi karena walaupun bukan merupakan perusahaan terbuka di Indonesia, PT KKK merupakan anak dari perusahaan terbuka di Singapura. Auditor KAP RSM AAJ yang ditugaskan untuk mengaudit PT KKK harus terlebih dahulu menyatakan dirinya independen atas PT KKK sebelum memutuskan untuk mengaudit laporan keuangan 2012 PT KKK. 4.3.2. Tahap Kedua - Memahami Bisnis Klien Pada tahap memahami bisnis klien, auditor KAP RSM AAJ memahami terlebih dahulu bahwa ruang lingkup kegiatan PT KKK adalah perkebunan sawit, dimana PT KKK melakukan penanaman tanaman sawit dan menjual hasil panen berupa buah sawit. Auditor PT KKK juga menilai risiko bisnis dari beberapa faktor. PT KKK tidak memiliki risiko bisnis dari faktor kondisi industri, hukum dan peraturan, fasilitas gedung dan peralatan, pembiayaan, serta tujuan dan strategi bisnis. PT KKK memiliki risiko bisnis dari faktor operasi bisnis karena PT KKK merupakan anak dari perusahaan yang terbuka di Singapura, yang mana memiliki perbedaan kebijakan akuntansi dengan anak yang beroperasi di Indonesia.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
61
Auditor KAP RSM AAJ melakukan analisis risiko pada pengendalian di level entitas pada WWW Pte Ltd yang merupakan induk dari PT KKK dan beberapa PT lainnya. Kesimpulan yang dibuat oleh auditor KAP RSM AAJ dalam penilaian analisis risiko pengendalian di level entitas adalah cukup memadai. Auditor KAP RSM AAJ juga melakukan pendokumentasian atas siklus transaksi atas perusahaan. Siklus transaksi standar yang didokumentasikan oleh auditor KAP RSM AAJ adalah pendapatan, persediaan, pembelian, dan pembayaran gaji karyawan. 4.3.3. Tahap Ketiga - Perencanaan Audit dan Penetapan Materialitas Pada tahap ini, auditor KAP RSM AAJ menentukan materialitas PT KKK. Auditor KAP RSM AAJ diharuskan mengidentifikasi pengguna utama laporan keuangan. Auditor KAP RSM AAJ menjelaskan bahwa pengguna utama laporan keuangan PT KKK adalah pemegang saham yang merupakan grup yang terbuka di Singapura, dan pemerintah mengenai perpajakan. Setelah menentukan pengguna laporan keuangan yang utama, auditor KAP RSM AAJ menentukan angka permulaan dalam menentukan materialitas. Ada beberapa ukuran yang digunakan, yaitu total aset, pendapatan, aset bersih, pendapatan yang telah dinormalisasi dari operasi yang berjalan sebelum pajak, dan lainnya. Auditor KAP RSM AAJ memilih pendapatan melalui pertimbangan Engagement Partner. Persentase yang ditentukan adalah degresif setiap kenaikan nilai sebesar USD 25.000.000 atau Rp 240.375.000.000. Pendapatan yang disetahunkan PT KKK sebesar Rp 30.170.666.360 sehingga hanya masuk pada tingkat pertama dengan presentase yang digunakan sebesar 2%. Nilai pendapatan yang digunakan merupakan nilai yang disetahunkan karena nilai pendapatan yang ada adalah nilai pada akhir bulan Oktober. Besarnya materialitas keseluruhan adalah total pendapatan dikali persentase yaitu Rp 603.413.327. Auditor KAP RSM AAJ juga menentukan materialitas kinerja berdasarkan risiko audit secara keseluruhan. Risiko audit secara keseluruhan PT KKK adalah tinggi sehingga materialitas kinerja ditentukan sebesar 70% dari materialitas keseluruhan. Jadi, besarnya materialitas kinerja adalah Rp 603.413.327 dikali 70% yaitu Rp 422.389.329. Hal terakhir yang dilakukan dalam tahap ini adalah membuat ringkasan dari perbedaan yang tak disesuaikan. Besarnya salah saji yang
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
62
tak perlu disesuaikan adalah 3% dari materialitas keseluruhan, yaitu Rp 18.102.400. 4.3.4. Tahap Keempat - Uji pengendalian Pada tahap ini, auditor KAP RSM AAJ mengevaluasi apakah pengendalian berjalan efektif. Oleh karena itu dibutuhkan uji pengendalian yang menurut Arens et. al. (2011) dapat dilakukan dengan cara-cara berikut : a. Menanyakan kepada klien terkait kebijakan dan prosedur pengendalian b. Melakukan inspeksi atas dokumen yang terkait dengan kebijakan dan prosedur pengendalian c. Melakukan pengamatan atas kinerja kebijakan dan prosedur pengendalian klien d. Melakukan ulang atas pengendalian secara independen yang dilakukan oleh auditor Akan tetapi dalam melakukan audit PT KKK, Auditor KAP RSM AAJ tidak melakukan uji pengendalian. Alasan Auditor tidak melakukan uji pengendalian adalah karena keterbatasan waktu. Akan tetapi, saat Penulis menanyakan apakah uji pengendalian pernah dilakukan pada audit sebelumnya, Auditor menjawab tidak tahu dan tidak mengecek berkas-berkas dari auditor sebelumnya. 4.3.5. Tahap Kelima - Uji Substansif Karena dalam penulisan laporan magang ini penulis berfokus pada audit atas aset biolojik PT KKK, maka penulis hanya akan menjelaskan prosedur-prosedur audit atas aset biolojik yang dilakukan berdasarkan program audit yang diterapkan KAP RSM AAJ. Berikut ini adalah prosedur audit utama atas aset biolojik yang dilakukan: a. Membuat skedul utama Skedul utama merupakan ringkasan saldo dari kertas kerja untuk setiap akun utama yang datanya berasal dari neraca saldo yang dibuat oleh klien. Auditor biasanya menyisipkan kolom tambahan pada skedul utama yaitu saldo penyesuaian. Kolom ini diisi jika ada penyesuaian angka saldo yang berasal dari klien ataupun temuan dari auditor. Saldo yang telah disesuaikan akan masuk pada saldo yang telah diaudit.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
63
b. Melakukan prosedur analitis Dalam prosedur analitis, auditor membandingkan akun aset biolojik tahun ini dengan tahun sebelumnya. Jika ada perbedaan yang mencolok, baik angka maupun persentase, auditor akan melakukan penelusuran ke buku besar untuk mencari tahu bagaimana perbedaan yang mencolok tersebut bisa terjadi.
Tabel 4.4. Prosedur Analitis: Perbandingan Akun Aset Biolojik Tahun ini dengan Tahun Lalu COA 1.261.010 1.261.020 1.261.030 1.262.005 1.262.020 1.262.021 1.262.030 1.262.031 1.262.060 1.262.080 1.262.090
Description
Dec 12
PEMBIBITAN LC-TANAM Rawat-TBM OPERASI ALAT & SARANA KEBUN GAJI SITE OFFICE BIAYA GAJI REGIONAL OFFICE BUM SITE OFFICE BIAYA PERJALANAN DINAS SO B. PENYUSUTAN NON TANAMAN SO B. PINJAMAN BANK ONGKOS ANGKUT MATERIAL
Dec 11
Increase
2.646.114.649 10.084.474.455 45.057.368.781 6.077.746.553 9.906.079.643 32.720.580 7.706.221.772 4.748.274 5.558.860.884 28.535.479.030 3.243.317.656
2.470.746.725 9.703.396.572 21.395.733.150 2.669.886.622 4.558.027.567 32.720.580 5.100.296.086 2.505.036 2.722.407.210 12.067.082.848 3.071.915.507
175.367.924 381.077.883 23.661.635.631 3.407.859.931 5.348.052.077 2.605.925.686 2.243.238 2.836.453.674 16.468.396.183 171.402.150
118.853.132.278
63.794.717.902
55.058.414.376
Sumber: Kertas Kerja KAP RSM AAJ yang telah diolah kembali
Akun-akun aset biolojik yang disajikan pada Tabel 4.4. merupakan komponen dari kapitalisasi akun Tanaman Belum Menghasilkan. Kenaikan yang terjadi dikarenakan adanya penambahan tanaman untuk tahun tanam tahun 2012 dan perawatan Tanaman Belum Menghasilkan yang ditanam pada tahun-tahun sebelumnya. c. Melakukan uji kewajaran Uji kewajaran yang pertama dilakukan Auditor adalah uji biaya. Uji biaya dilakukan dengan membandingkan biaya per hektar yang dikeluarkan PT KKK dibandingkan dengan biaya per hektar yang dikeluarkan rata-rata industri. Perhitungan yang dilakukan dibagi menjadi ketegori Tanaman Belum
Menghasilkan
dengan
Tanaman Menghasilkan.
Tabel 4.5.
menyajikan mengenai perhitungan biaya per hektar yang dilakukan Auditor.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
64
Tabel 4.5. Uji Kewajaran: Uji Biaya per Hektar Mature Plantation Biological asset - TT 2007 - TT 2008
33.170.056.236 11.373.315.716 44.543.371.952
Planted area (Ha)
1.849,95
Cost / Ha
24.078.149
Cost / Ha (Market Standard)
45.000.000
Immature Plantation Biological asset
215.810.323.520
Planted area (Ha)
4.781,74
Cost / Ha
45.132.174
Cost / Ha (Market Standard)
45.000.000 0,29%
Sumber: Kertas Kerja KAP RSM AAJ yang telah diolah kembali
Hasil
perhitungan
uji
biaya
pada
Tanaman
Menghasilkan
menunjukkan biaya yang dikeluarkan PT KKK sebesar Rp 24.078.149/Ha masih wajar karena berada di bawah biaya rata-rata industri sebesar Rp 45.000.000/ Ha. Sedangkan hasil pada uji biaya Tanaman Belum Menghasilkan menunjukkan biaya yang dikeluarkan PT KKK sebesar Rp 45.132.174/Ha berada di atas biaya rata-rata industri sebesar Rp 45.000.000/Ha. Auditor menilai kelebihan tersebut masih wajar karena jumlahnya yang kecil yaitu sebesar 0,29 persen. Uji kewajaran berikutnya dilakukan pada biaya penyusutan dari aset yang belum menghasilkan. Pengujian dilakukan dengan menghitung kembali nilai biaya penyusutan yang terjadi untuk tahun 2012 pada akun Tanaman Belum Menghasilkan yang ditanam tahun 2007 dan 2008. Hasil penghitungan kembali oleh Auditor lalu dibandingkan dengan nilai biaya penyusutan yang diakui PT KKK di neraca. Penghitungan pada Tabel 4.6. menunjukkan tidak ada beda yang material antara penghitungan Auditor dengan Klien.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
65
Tabel 4.6. Uji Kewajaran: Uji Biaya Penyusutan Mature Plantation TT 2007 TT 2008
Net Value
Month
31.890.184.860 11.373.315.716
Depreciation / month
Depreciation for 2012
177.167.694 47.388.815
2.126.012.324 568.665.786
Total addition for 2012
2.694.678.110
Beginning balance
1.279.871.376
Ending balance
3.974.549.486
Balance per financial statements
3.974.549.489
180 240
Difference
(3)
Sumber: Kertas Kerja KAP RSM AAJ yang telah diolah kembali.
d. Melakukan uji keakuratan Auditor diharuskan melakukan pengujian keakuratan penghitungan beberapa akun yang dianggap material. Di dalam akun aset biolojik tanaman sawit PT KKK terdapat komponen akun yang jumlahnya besar seperti biaya penyusutan dan biaya bunga pinjaman. Oleh karena itu auditor melakukan pengujian akurasi penghitungan dengan melakukan penghitungan kembali terhadap akun tersebut. Biaya penyusutan dibagi menjadi penyusutan tanaman dan penyusutan aset kebun. Tabel 4.7. menunjukkan penghitungan kembali biaya penyusutan tanaman PT KKK dengan hasil penghitungan yang tergolong akurat. Detil penghitungan tidak dicantumkan karena telah dilakukan sebelumnya pada Tabel 4.6.
Tabel 4.7. Uji Akurasi: Biaya Penyusutan Tanaman Depreciation biological assets
2.694.678.113
Audit calculation
2.694.678.110 Difference
3
Sumber: Kertas Kerja KAP RSM AAJ yang telah diolah kembali.
Selanjutnya Tabel 4.8. menunjukkan penghitungan biaya penyusutan aset kebun PT KKK. Aset kebun adalah aset yang berada di perkebunan. Hasil dari penghitungan kembali menunjukkan adanya selisih kelebihan sebesar Rp 204.016.916 pada penghitungan auditor. Perbedaan disebabkan
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
66
karena pengolongan aset tetap perusahaan antara yang terdapat di dalam laporan keuangan dengan di daftar rincian aset tetap berbeda sehingga auditor sulit mengklasifikasikan aset tetap dengan tepat. Secara keseluruhan tidak terdapat selisih yang signifikan di dalam penyusutan aset tetap itu sendiri.
Tabel 4.8. Tes Akurasi: Biaya Penyusutan Aset Kebun At cost : Infrastruktur Buildings Machinery Transportation Inventaris SO
1.846.505.242 113.180.493 1.218.211.215 403.523.917 233.221.915 3.814.642.782
Depreciation at biological assets for 2012
3.610.625.867 Difference
(204.016.915)
Sumber: Kertas Kerja KAP RSM AAJ yang telah diolah kembali.
Uji keakuratan berikutnya dilakukan pada biaya bunga pinjaman bank. Tabel 4.9. menunjukan penghitungan kembali biaya bunga pinjaman bank oleh
auditor
dibandingkan
dengan
penghitungan
klien.
Hasilnya
menunjukkan perbedaan yang tidak material antara kedua penghitungan tersebut.
Tabel 4.9. Tes Akurasi: Biaya Bunga Pinjaman Bank Biaya bunga pinjaman bank: Biaya bunga KI - kebun 18.307.636.834 Biaya bunga IDC - kebun 2.402.738.131 Biaya provisi bank 252.850.221 Total Interest loan expenses at biological assets for 2012
20.963.225.186 20.963.225.237
Difference
51
Sumber: Kertas Kerja KAP RSM AAJ yang telah diolah kembali.
Pada tes keakuratan biaya bunga pinjaman bank, Auditor melakukan pemeriksaan dokumen pendukung untuk komponen akun biaya bunga KI dan IDC. Dokumen pendukung yang digunakan adalah dokumen terkait pembayaran bunga bank melalui rekening koran bank. Pemeriksaan
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
67
dokumen pendukung ke dokumen pembayaran tidak dilakukan karena telah dilakukan konfirmasi saldo bank sebelumnya sehingga Auditor menganggap transaksi yang ada di rekening koran bank sudah tepat. 4.3.6. Tahap Keenam - Pelaksanaan Audit: Tinjauan Lingkungan Bisnis Di tahap ini, auditor KAP RSM AAJ meninjau apakah PT KKK sedang terjerat kasus hukum. PT KKK tidak memiliki konsultan hukum khusus sehingga informasi kasus hukum didapat dari halaman web Mahkamah Agung. Sedangkan dalam penilaian kelangsungan hidup, auditor KAP RSM AAJ menilai bahwa kerugian yang dialami PT KKK masih wajar karena aset Tanaman Menghasilkan masih relatif sedikit. Auditor menganggap tidak ada masalah dalam kelangsungan hidup PT KKK. 4.3.7. Tahap Ketujuh - Penyelesaian dan Pelaporan Aset biolojik disajikan dalam akun Tanaman Perkebunan pada laporan posisi keuangan seperti pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Tanaman Perkebunan dalam Laporan Posisi Keuangan PT KKK 2011 ASET TIDAK LANCAR Tanaman Perkebunan
264.299.822.547
2012 204.015.409.721
Sumber: Laporan Posisi Keuangan PT KKK 31 Desember 2012 yang telah diolah kembali.
KAP RSM AAJ memberikan opini wajar tanpa pengecualian untuk segala hal yang material, termasuk juga pada akun aset biolojik. Di dalam laporan posisi keuangannya, PT KKK juga mengungkapkan beberapa hal terkait tanaman perkebunan dalam Catatan atas Laporan Keuangan seperti kebijakan biaya perolehan dan reklasifikasi tanaman. Di dalam Catatan atas Laporan Keuangan juga memberikan informasi yang lebih rinci mengenai komponen akun Tanaman Perkebunan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.11.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
68
Tabel 4.11. Catatan atas Laporan Keuangan : Tanaman Perkebunan
Sumber: Catatan atas Laporan Keuangan PT KKK 31 Desember 2012 yang telah diolah kembali.
4.3.8. Analisis atas Prosedur Audit KAP RSM AAJ Analisis bertujuan untuk mengetahui apakah prosedur audit KAP RSM AAJ sudah sesuai dengan teori, dijalankan dengan benar, dan pengujian yang dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan audit. Prosedur audit atas aset biolojik yang dilakukan auditor sebagian besar telah sesuai dengan teori audit. Berikut merupakan rincian kesesuaian prosedur audit yang dilakukan dengan tujuan audit: a. Pencapaian asersi keberadaan (existence) dapat dilakukan dengan cara memeriksa dokumen pendukung dan survei lokasi. Auditor melaksanakan
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
69
semua prosedur audit tersebut dan menyimpulkan aset biolojik yang dicatat dapat dibuktikan keberadaannya. b. Pencapaian asersi kelengkapan (completeness) dilakukan dengan melakukan penelusuran biaya-biaya yang ada pada berkas induk ke neraca saldo. Auditor tidak melakukan penelusuran kelengkapan dokumentasi tersebut karena data berada di kebun sedangkan waktu Auditor terbatas. Akan tetapi untuk dokumentasi pembayaran gaji atas pekerja kebun, auditor telah melakukan pengecekan terhadap data rekap jam kerja dan bukti penerimaan gaji yang sudah ditandatangani penerima gaji. c. Pencapaian asersi keakuratan (accuracy) dilakukan dengan menghitung beberapa akun untuk dicocokan dengan penghitungan klien. Auditor melakukan penghitungan ulang untuk biaya penyusutan dan biaya bunga pinjaman bank. Auditor melakukan pemeriksaan dokumen pendukung pembayaran bunga pinjaman bank. Hasil yang didapat adalah aset biolojik telah dicatat dengan akurat. d. Asersi klasifikasi (classification) dicapai dengan penelaahan reklasifikasi dari Tanaman Belum Menghasilkan ke Tanaman Menghasilkan. Auditor melaksanakan tujuan asersi tersebut dengan melihat data tahun tanam. Apabila tanaman sudah berusia 5 tahun maka Tanaman Belum Menghasilkan akan direklasifikasi ke Tanaman Menghasilkan. e. Asersi pemisahan (cutoff) dicapai dengan menentukan kelayakan pemisahan periode dengan beberapa pendekatan. Auditor melakukan apakah pemisahan periode telah tepat. Auditor memeriksa buku besar periode Desember 2011 dan Januari 2012 untuk memeriksa apakah pemisahan batas periode telah tepat. Auditor menyimpulkan bahwa PT KKK telah melakukan pemisahan periode dengan tepat. Auditor tidak menemukan adanya biaya tahun 2012 yang masuk pada tahun 2011 dan begitu pula sebaliknya. f. Untuk mencapai asersi keterkaitan (detailed tie-in), prosedur audit atas aset tanaman perkebunan yang dilakukan adalah melakukan footing pada penghitungan penyusutan, membandingkan jumlah berkas induk dengan buku besar, menelusuri biaya bunga pinjaman bank ke dokumen pendukung, dan melakukan uji biaya dengan membandingkan biaya yang dikeluarkan
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
70
Perusahaan dengan biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh Perusahaan sejenis untuk setiap hektar tanah. Auditor menyimpulkan asersi keterkaitan berdasarkan teori audit telah terpenuhi. g. Asersi nilai yang dapat direalisasi didapat dengan menganalis biaya penyusutan dari aset. Auditor melakukan penghitungan kembali penyusutan Tanaman Menghasilkan dan penyusutan aset tetap yang ada di kebun sehingga nilai aset yang tercatat telah sesuai dengan nilai manfaatnya. h. Asersi hak perusahaan atas aset biolojik dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya memeriksa kontrak Hak Guna Usaha. Auditor memeriksa dokumen kontrak Hak Guna Usaha dan menyimpulkan perusahaan memiliki hak untuk melakukan kegiatan usaha. Selanjutnya analisis dilakukan dengan membandingkan praktek audit yang dilakukan oleh auditor RSM AAJ dengan teori audit yang ada. Pada Tabel 4.12. dijelaskan perbandingan mengenai rincian kegiatan audit yang dilakukan di setiap fase proses audit.
Tabel 4.12. Perbandingan Praktek Audit dengan Teori yang Ada. Fase Teori Fase Mengidentifikasi risiko bisnis 1 klien yang akan berpengaruh pada aset tetap
Menentukan tingkat salah saji laporan keuangan yang masih dapat diterima. Fase Mendesain dan melakukan uji 2 pengendalian Mendesain dan melakukan uji substansif atas transaksi terhadap siklus akuisisi dan pembayaran Fase Mendesain dan melakukan 3 prosedur analitis serta uji atas rincian aset tetap Fase Melakukan tinjauan ulang 4 mengenai kewajiban klien
Praktek Ada, dijelaskan dalam Penerimaan Klien dan Pengevaluasian Ulang Klien pada subbab 4.3.1., Memahami Bisnis Klien pada subbab 4.3.2., Ada, dijelaskan Perencanaan Audit dan Penetapan Materialitas Tidak, dijelaskan dalam Uji Pengendalian pada subbab 4.3.4. Ada, dijelaskan dalam Uji Substansif pada subbab 4.3.5. Ada, dijelaskan dalam Prosedur Analitis pada subbab 4.3.5.b Ada, dijelaskan dalam Tinjauan Lingkungan Bisnis pada subbab 4.3.6.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
71
Tabel 4.12. Lanjutan Fase Teori Fase Menyusun laporan audit 4 Mengkomunikasikan kondisi yang bisa dilaporkan kepada komite audit atau manajemen senior klien
Praktek Ada, dijelaskan dalam Penyelesaian dan Pelaporan pada subbab 4.3.7. Auditor melakukan diskusi mengenai temuan audit yang dijelaskan pada subbab temuan audit.
Sumber: Diolah oleh Penulis
Auditor KAP RSM AAJ tidak melakukan uji pengendalian dan tidak mengetahui apakah uji pengendalian pernah dilakukan pada audit sebelumnya. Padahal menurut Arens et. al. (2011) uji pengendalian seharusnya dilakukan agar Auditor memahami apakah kontrol internal Perusahaan berjalan dengan efektif. Uji pengendalian ini penting untuk mendeteksi risiko dan menentukan tes substantif yang tepat untuk dilakukan. 4.4. Temuan pada Audit Aset Biolojik PT KKK Pengauditan yang dilakukan KAP RSM AAJ pada audit tahun 2012 pada aset tanaman perkebunan PT KKK tidak mendapat temuan yang signifikan. Tabel 4.12. menunjukkan penyesuaian yang diajukan Auditor dan telah diterima oleh PT KKK. Penyesuaian tersebut berupa reklasifikasi porsi berjalan dan jangka panjang dari finance lease dan reklasifikasi beban kantor regional ke beban kantor kebun. Penyesuaian yang dilakukan tidak berdampak pada nilai laba rugi Klien. Dalam melaksanakan audit terhadap PT KKK, Auditor menemui masalah seperti data mengenai aset kebun yang kurang mutakhir. PT KKK sering melakukan pinjam-meminjam aset kebun dengan perusahaan afiliasi namun laporan pencatatan pinjam-meminjam tidak diterima kantor pusat dengan cepat.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
72
Tabel 4.12. Jurnal Penyesuaian dari Auditor
Sumber: Kertas Kerja Auditor yang telah diolah kembali
4.5. Analisis terhadap Hasil Audit Laporan Keuangan PT KKK telah disajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum, termasuk pengungkapan yang memadai. Terdapat penyesuaian yang diajukan Auditor namun tidak berdampak ke laporan laba rugi Klien. Auditor tidak mendapatkan temuan yang material pada akun aset biolojik PT KKK.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
73
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berikut merupakan kesimpulan yang dapat Penulis berikan: Di Indonesia belum ada PSAK yang khusus mengatur mengenai aset biolojik tanaman sawit. Sesuai dengan PSAK No. 25 Revisi 2009, perusahaan menggunakan persyaratan dan panduan dalam SAK yang berhubungan dengan masalah serupa dan terkait yaitu PSAK No.16 tentang Aset Tetap. Setelah melakukan analisis terhadap kebijakan akuntansi PT KKK, dapat disimpulkan bahwa kebijakan akuntansi terkait pengakuan, pengukuran, penyajian, pengungkapan aset biolojik PT KKK telah sesuai dengan ketentuan di dalam PSAK No. 16 Revisi 2011. Beberapa tahapan dalam melakukan audit laporan keuangan secara umum yang dilakukan oleh auditor KAP RSM AAJ pada PT KKK, yaitu penerimaan klien dan pengevaluasian ulang, memahami bisnis klien, perencanaan audit dan analisis materialitas risiko, pelaksanaan audit yang meliputi uji pengendalian, uji substansif, dan tinjauan lingkungan bisnis, serta penyelesaian dan pelaporan. Prosedur audit yang dilakukan oleh KAP RSM AAJ telah memenuhi tujuan asersi audit seperti: keberadaan, kelengkapan, keakuratan, klasifikasi, pemisahan, keterkaitan, nilai yang dapat terealisasi, serta hak dan kewajiban perusahaan. Auditor hampir melakukan seluruh prosedur audit sesuai dengan teori audit, kecuali uji pengendalian. Auditor tidak melakukan uji pengendalian dengan alasan keterbatasan waktu, namun auditor tidak
mengetahui apakah uji
pengendalian telah dilakukan sebelumnya. Tidak terdapat temuan yang material atas audit yang dilakukan KAP RSM AAJ atas aset tanaman perkebunan PT KKK pada tahun 2012. 5.2. Saran 5.2.1. Saran kepada PT KKK Secara umum, saran penulis untuk PT KKK yaitu mengintegrasikan sistem informasi secara efektif dan menyeluruh dari pusat ke unit-unit perkebunan yang
73 Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
Univesitas Indonesia
74
ada di daerah. Hal ini dikarenakan sering terjadi pinjam-meminjam aset antar pihak afiliasi sedangkan laporan pencatatan tidak diterima kantor pusat dengan cepat. Peningkatan kinerja sistem informasi bertujuan agar setiap ada perubahan data di unit perkebunan, data yang ada di pusat akan langsung diperbarui secara otomatis dan realtime sehingga kantor pusat dapat membuat laporan keuangan dengan lebih cepat dan memudahkan dalam proses pengambilan keputusan manajemen perusahaan. 5.2.2. Saran kepada KAP RSM AAJ Adapun saran bagi KAP RSM AAJ adalah: Auditor seharusnya melakukan uji pengendalian karena prosedur tersebut penting dilakukan untuk memahami keefektifan kontrol internal Perusahaan. Uji pengendalian juga berpengaruh terhadap pendeteksian risiko dan penentuan tes substantif yang tepat dilakukan. Auditor dapat tidak melakukan uji pengendalian apabila prosedur tersebut telah dilakukan pada audit sebelumnya (dengan KAP yang sama). Perencanaan prosedur audit harus lebih matang misalnya saat kunjungan ke kebun sebenarnya bisa dibarengi dengan pemeriksaan dokumen terkait biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan kebun karena dokumen hanya bisa didapat di kebun. Kunjungan Auditor dilakukan pada waktu yang singkat dan hanya berfokus pada tinjauan keberadaan aset. Memperbaiki perencanaan kebutuhan sumber daya manusia. Kendala yang dialami Auditor saat mengaudit PT KKK adalah kurangnya sumber daya manusia sehingga tim audit mengalami kesulitan dalam mengolah data yang begitu banyak. Tambahan sumber daya manusia pada akhir audit kurang membantu karena tim tambahan belum mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai proses audit yang sedang dijalankan.
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013
75
DAFTAR REFERENSI
Arens, et al. (2009). Auditing and Assurance Services-An Indonesian Adaptation. New Jersey: Pearson Edition. Badan Pengawas Pasar Modal. (2002). Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten. 13 April 2013, 13:45 WIB http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/info_pm/pedoman_ penyajian_lk/Lampiran%2006-Restoran.pdf
Horngren, Charles, Srikant D., & George F., (2011). Cost Accounting: A Managerial Emphasis. New Jersey: Prentice Hall. Ikatan Akuntansi Indonesia. (2012). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Revisi 2012. Jakarta: IAI. International Accounting Standards Board. (2012). International Accounting Standards. Kieso, Donald, J. Weygandt, & T. Warfield. (2011). Intermidiate Accounting IFRS ed. New Jersey: John Wiley & Sons. Martani, Dwi. (2010). Dampak Pencabutan PSAK: Akuntansi Kehutanan PSAK 32. Economic Business & Accounting Review Volume III No. 1. PricewaterhouseCoopers. (2009). A Practical Guide to Accounting for Agricultural Assets. 30 Mei 2013, 16:51 WIB https://inform.pwc.com/inform2/content?action=resource&id=0000000585 203175.pdf RSM AAJ. 10 April 2013, 20;11 WIB http://rsm.aajassociates.com/services.php?menu=1&id=0
Univesitas Indonesia Proses audit..., Reda Ruslia, FE UI, 2013