UNIVERSITAS INDONESIA
AUDIT ATAS PENDAPATAN PT BETTS INDONESIA
LAPORAN MAGANG
BOB ADAM MUTTAHARA 1006695854
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI S1 REGULER AKUNTANSI DEPOK JUNI 2014
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
AUDIT ATAS PENDAPATAN PT BETTS INDONESIA
LAPORAN MAGANG
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari program studi akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
BOB ADAM MUTTAHARA 1006695854
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI S1 REGULER AKUNTANSI DEPOK JUNI 2014
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
ABSTRAK Nama Program Studi Judul
: Bob Adam Muttahara : S1 Reguler Akuntansi : Audit atas Pendapatan PT Betts Indonesia
Laporan magang ini membahas mengenai proses audit yang dilaksanakan oleh KAP TWR terhadap akun pendapatan PT Betts Indonesia untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2013. Pembahasan dimulai dari proses perencanaan audit, pemahaman proses pendapatan, audit lapangan, hingga penyelesaian audit. Berdasarkan hasil proses audit, dijelaskan bahwa kebijakan akuntansi atas pendapatan PT Betts Indonesia telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang berlaku, serta prosedur audit yang dijalankan tim audit KAP TWR atas pendapatan PT Betts Indonesia telah sesuai dengan teori dan standar yang berlaku.
Kata Kunci: Audit; pendapatan; penjualan
ABSTRACT Name : Bob Adam Muttahara Study Programme : Bachelor’s degree of Accounting Title : Audit of Revenue of PT Betts Indonesia The report aims to explain the KAP TWR’s audit process of PT Betts Indonesia’s revenue for the period ended 31 December 2013. The overview start from process of audit planning, understanding revenue process, audit fieldwork, until audit completion. Base on the result of the audit process, the revenue policies of PT Betts Indonesia have complied with the Indonesian Financial Accounting Standards (PSAK). In addition, the audit procedures, which are applied by the public accountant firm, have complied with the theory and the prevailing standards.
Keywords: Audit; revenue; sales
vi Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR Ucapan puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan anugerah dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan laporan magang ini dengan baik dan tepat waktu. Laporan magang ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program S1 Reguler jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Selama proses penulisan laporan magang ini, dan dalam proses studi selama empat tahun ke belakang ini, penulis mendapat banyak pelajaran, arahan, dukungan, inspirasi dan semangat dari beberapa pihak. Untuk itu secara khusus penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Allah SWT, segala puji syukur kepadanya atas segala kemudahan dan kesempatan kepada penulis untuk dapat kuliah di jurusan Akuntansi terbaik di Indonesia ini. Setiap keringat, usaha, keluhan, cobaan, dan juga doa yang selalu di dengar-Nya yang membuat penulis yakin untuk dapat menyelesaikan laporan magang ini. 2. Alm. Ayah, Ibu, dan Adik dari penulis yang menjadi alasan utama untuk selalu berjuang di FEUI selama empat tahun ini. Terima kasih untuk segala dukungan dan perhatian yang tidak pernah berhenti, semoga gelar sarjana nanti bisa menjadi kebanggaan bagi kalian. 3. Ibu Dian Nastiti selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih atas segala waktu, arahan, bimbingan, dan bantuan yang telah diberikan selama penyusunan laporan magang ini. 4. Bapak Tb. M. Yusuf Khudri dan Bapak Mafrizal Heppy selaku dosen penguji yang banyak memberi saran dan masukan untuk kesempurnaan laporan akhir magang ini. 5. Adhi Satya Pramana selaku sahabat penulis selama empat tahun kebelakang, dimana menjadi inspirasi dan banyak ilmu yang penulis dapat dari teman seperjuangan yang lulus lebih dulu ini.
vii Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
6. Alvian Chandra Winata selaku sahabat penulis yang selalu bisa menginspirasi penulis dengan cara yang berbeda, dan mengajari penulis bahwa kesederhanaan dan bersyukur itu adalah kunci kebahagiaan. 7. Rifqi Adinegoro, Hirzi Risad, Faadhil Irshad Nasution, dan Edwin Setiawan yang menjadi teman baik penulis sejak dua tahun kebelakang. 8. Teman-teman di Jazz Goes To Campus yang menjadi alasan penulis untuk bisa tetap semangat menjalani hidup di FEUI. Semoga masih bisa tetap menjalin relasi meskipun sudah tidak lagi kerja bersama. 9. Rekan kerja di Field Engineering & Design 36th Jazz Goes To Campus. 10. Teman-teman Hoek angkatan 2010 (Panji, Yeremia, Febri, Uyo, Abdika, Ismail, Ameng, dll.) yang mengajarkan arti “setia kawan” kepada penulis. 11. Teman-teman di BBF (Gilang, Adit, Ivan Brian, Ipunk, Dony, Rendy) yang selalu bisa menjadi kawan melepas penat dengan bermain futsal. 12. Dyah Purnamasari dan Nana Aprilia Akhsani yang selalu menjadi savior saat menjelang UTS/UAS dengan catatan dan mentoring eksklusif. 13. Dessia Dahlan selaku senior-in-charge selama di KAP PwC yang membimbing penulis selama periode magang. 14. Bapak Setyo Anggoro Dewo yang menginspirasi dan membuka mata saya untuk memiliki mimpi yang lebih tinggi lagi. 15. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu-per-satu. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang harus disempurnakan dari laporan magang ini. Oleh karena itu, penulis memohon maaf dan membuka diri untuk segala kritik dan saran yang dapat meningkatkan kualitas dari laporan magang ini. Semoga laporan magang ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Bekasi, 7 Juli 2014
Bob Adam Muttahara
viii Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii TANDA PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR MAGANG ............................ iii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..........................v ABSTRAK ............................................................................................................ vi KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii BAB I: PENDAHULUAN .....................................................................................1 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Magang ................................................................1 1.2 Tujuan Pelaksanaan Magang..............................................................................2 1.3 Tujuan Penulisan Laporan..................................................................................3 1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang ..........................................................3 1.5 Ruang Lingkup Magang.....................................................................................4 1.6 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang ......................................................5 1.7 Sistematika Penulisan ........................................................................................6 BAB II: KONSEP DAN PENGERTIAN .............................................................8 2.1 Konsep dan Pengertian Pendapatan ...................................................................8 2.1.1 Definisi Pendapatan .....................................................................................8 2.1.2 Pengukuran Pendapatan...............................................................................9 2.1.3 Pengakuan Pendapatan ..............................................................................10 2.2 Pemahaman Audit ............................................................................................13 2.2.1 Definisi Audit ............................................................................................13 2.2.2 Tujuan Pelaksanaan Kegiatan Audit .........................................................14 2.2.3 Asersi dan Tujuan (Objektif) Audit ...........................................................15 2.2.4 Pengendalian Internal (Internal Control) ..................................................17 2.2.5 Materialitas ................................................................................................20 2.2.6 Tahapan Prosedur Audit ............................................................................21 2.2.6.1 Merencanakan dan Mendesain Pendekatan Audit ..................................22 2.2.6.2 Melakukan Uji Pengendalian dan Uji Substantif atas Transaksi............24 2.2.6.3 Melakukan Prosedur Analitis dan Uji Substantif atas Detil Saldo .........25 2.2.6.4 Menyelesaikan Audit dan Menerbitkan Laporan Audit .........................26
ix Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB III: GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................................27 3.1 Profil Kantor Akuntan Publik ..........................................................................27 3.1.1 Jasa Profesional yang Disediakan oleh KAP TWR ...................................27 3.1.1.1 Audit and Assurance .........................................................................27 3.1.1.2 Tax ....................................................................................................28 3.1.1.3 Advisory ............................................................................................30 3.1.2 Sektor Industri pada KAP TWR ................................................................31 3.2 Profil PT Betts Indonesia .................................................................................32 BAB IV: PEMBAHASAN ...................................................................................36 4.1 Tujuan Audit atas Pendapatan..........................................................................37 4.2 Gambaran Umum Prosedur Audit....................................................................38 4.3 Perencanaan (Planning) ...................................................................................39 4.3.1 Meneriman dan Melanjutkan Klien ...........................................................39 4.3.2 Pembuatan Engagement Letter dengan Klien, Pembentukan Tim, dan Pengecekan Independensi Anggota Tim ............................................................40 4.3.3 Memahami Risiko Bisnis Klien dan Menilai Risiko Klien .......................42 4.3.4 Memahami Pengendalian Internal Klien ...................................................46 4.3.5 Menentukan Strategi Audit dan Perencanaan Audit .................................51 4.4 Audit Lapangan (Fieldwork) ............................................................................56 4.4.1 Pemahaman Alur Pendapatan (Understanding Revenue Stream) .............58 4.4.2 Pengujian Pengendalian dan Pengujian Detil Secara Substantif ...............71 4.4.2.1 Cara Pemilihan Sampel.....................................................................75 4.4.2.2 Menyiapkan Lead Schedule ..............................................................77 4.4.2.3 Pengujian Transaksi atas Pendapatan atas Penjualan Barang...........79 4.4.2.4 Pengujian Pengendalian ....................................................................84 4.4.2.5 Pengujian Cut-Off Penjualan/Piutang Usaha ....................................88 4.4.2.6 Pengujian Retur Penjualan ................................................................94 4.4.2.7 Verifikasi Informasi untuk Pengungkapan .......................................96 4.5 Penyelesaian dan Pelaporan Audit ...................................................................97 4.6 Analisis Prosedur KAP TWR ..........................................................................98 BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................101 5.1 Kesimpulan .................................................................................................101 5.2 Saran ...........................................................................................................102 DAFTAR REFERENSI .....................................................................................104 LAMPIRAN ........................................................................................................105
x Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur kepemilikan perusahaan .......................................................34 Gambar 4.1 Proses audit ........................................................................................38
xi Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Perbandingan akun pendapatan ..............................................................46 Tabel 4.2 Proporsi penjualan..................................................................................58 Tabel 4.3 Perbandingan revenue stream ................................................................59 Tabel 4.4 Sub-process pendapatan .........................................................................71 Tabel 4.5 Sample size .............................................................................................76 Tabel 4.6 Agree listing ...........................................................................................79 Tabel 4.7 Contoh pendokumentasian test of revenue transactions ........................82 Tabel 4.8 Contoh pendokumentasian test of control..............................................85 Tabel 4.9 Perbedaan sales recognition to risk transfer ...........................................87 Tabel 4.10 Perhitungan penentuan sampel cut-off .................................................91 Tabel 4.11 Contoh pendokumentasian test sales cut-off ........................................93 Tabel 4.12 Contoh pendokumentasian test sales return ........................................96
xii Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pelaksanaan Magang
Adanya wacana ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015 nanti akan membuat persaingan dalam dunia tenaga kerja professional semakin tinggi, dimana akan terbukanya pintu lebar bagi tenaga kerja professional dari luar Indonesia untuk bersaing dengan tenaga kerja asing di Indonesia. Wilayah Asia Tenggara yang menjadi emerging-market sangat menarik pasar asing untuk berinvestasi disini. Hal ini membuat permintaan tenaga kerja professional yang kompeten pada bidangnya juga akan sangat tinggi. Sehingga tenaga kerja professional di Indonesia dituntut untuk bisa siap menghadapi hal ini dengan tidak kalah bersaing dengan tenaga kerja asing, agar tidak terjajah di tanah sendiri. Dengan kondisi perekonomian dunia yang seperti ini, tentunya negara-negara berkembang, seperti Indonesia, harus lebih siap dalam menghadapi permintaan pasar asing. Hal ini mengakibatkan perlunya peningkatan kualitas dari tenaga kerja di Indonesia, khususnya untuk mahasiswa yang baru lulus kuliah, agar bisa bersaing dengan lulusan dari universitas negara-negara lainnya. Oleh karena itu, perlu adanya suatu keunggulan kompetitif dari lulusan dari universitas. Seorang Sarjana Ekonomi dituntut untuk memiliki kemampuan yang memadai untuk dapat bersaing di dunia kerja. Terlebih lagi, dewasa kini persaingan di dunia kerja tak hanya melibatkan lulusan universitas dalam negeri, melainkan juga lulusan dari universitas luar negeri seiring maraknya regionalisasi yang terjadi. Persaingan di dunia kerja semakin berat ini menuntut universitas untuk mampu menghasilkan lulusan yang tidak hanya unggul dalam penguasaan teori, namun juga memiliki bekal softskill dan kemampuan teknis yang baik agar mampu bersaing di pasar kerja global. Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia mengadakan program magang ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
2
Ekonomi. Tujuan program ini adalah untuk mempersiapkan mahasiswa dalam dunia pekerjaan, sehingga bisa langsung mempraktikkan ilmu yang telah mereka dapat selama duduk di bangku perkuliahan. Mahasiswa diharapkan dapat memiliki sarana untuk menerapkan ilmu yang sudah dipelajari. Dengan mengikuti program ini, diharapkan mahasiswa dapat beradaptasi dengan mudah dan tidak mengalami kesulitan ketika memasuki dunia kerja pertama kalinya, serta diharapkan untuk mengembangkan dan mengasah softskill dan kemampuan teknis yang selama ini tidak dipelajari di bangku perkuliahan. Diharapkan kedepannya, setelah menyelesaikan program magang ini mahasiswa dapat menggabungkan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah dan pengalaman kerjanya untuk bersaing dalam pasar kerja global. Selain itu, diharapkan juga lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia bisa sejalan dengan visi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, yakni “Menjadi salah satu Jurusan Akuntansi terbaik di Asia”, dengan misi: 1. Menghasilkan lulusan yang mampu bersaing secara global 2. Memimpin pengembangan ilmu dan praktik akuntansi di Indonesia dan hasilnya bermanfaat secara global 3. Berperan serta dalam mewujudkan masyarakat madani. 1.2
Tujuan Pelaksanaan Magang
Tujuan dari program magang yang diadakan oleh Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia adalah untuk menerapkan ilmu yang telah didapat oleh mahasiswa selama masa pembelajaran di dunia perkuliahan ke dalam dunia kerja. Dari program ini, mahasiswa bisa mengetahui bagaimana praktik teori dari pelajaran audit dan hal-hal apa saja yang terjadi di dalam kehidupan kerja nyata yang tidak dipelajari selama duduk di bangku perkuliahan. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk melatih kemampuan-kemampuan mahasiswa dalam bernegosiasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Diharapkan dengan diselenggarakannya program magang ini, mahasiswa yang ikut serta memiliki kompetensi lebih dan akan lebih siap saat dihadapkan dengan dunia kerja nyata pada nantinya.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
3
Selain bagi mahasiswa, program ini juga memberikan manfaat bagi perusahaan tempat dilaksanakannya kegiatan magang, dimana perusahaan akan mendapatkan tambahan sumber daya manusia untuk menunjang kegiatan operasionalnya dan memiliki kesempatan untuk melakukan seleksi terhadap mahasiswa peserta program magang, sehingga perusahaan tersebut bisa mendapatkan tenaga kerja yang lebih berkualitas dan siap pakai. 1.3
Tujuan Penulisan Laporan
Pembuatan laporan magang ini bertujuan sebagai berikut: 1. Memenuhi persyaratan wajib untuk lulus dalam mata kuliah magang dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi; 2. Menerapkan teori yang telah didapat Penulis selama masa pembelajaran di dunia perkuliahan ke dalam dunia kerja nyata; 3. Melaporkan hasil pembelajaran yang telah diperoleh selama menjalani aktivitas magang dan memberikan saran atas kegiatan magang tersebut; 4. Memberikan gambaran dan informasi kepada pembaca mengenai penerapan perencanaan audit dan menyampaikan analisi atas pelaksanaan audit tersebut; 5. Sebagai kontribusi kepada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan perusahaan tempat dilaksanakannya program magang. 1.4
Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang
Penulis melaksanakan program magang SKS di Kantor Akuntan Publik TWR yang merupakan afiliasi dari TWR International Limited selama 3 bulan terhitung sejak tanggal 9 Januari 2014 sampai 9 April 2014. Pada saat melaksanakan magang, Penulis ditempatkan di bagian Audit Assurance Service pada divisi Consumer
Industrial
Product
and
Services,
Technology,
Information,
Communications, and Entertainment Media (CIPS-TICE) sebagai Junior Auditor. Klien yang ada pada divisi ini merupakan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur produk konsumen dan industri, industri teknologi, industri informasi, industri komunikasi, industri hiburan, serta industri-industri
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
4
selain industri yang masuk dalam kategori Energy Utility & Mining serta Financial & Services. 1.5
Ruang Lingkup Magang
Dalam periode magang selama tiga bulan ini, Penulis ditugaskan untuk bergabung ke dalam empat engagement team sebagai Junior Auditor dan berada di bawah bimbingan seorang senior-in-charge serta pengawasan dari seorang manager yang bertanggung jawab atas klien yang sedang diaudit.
AMK & BP; merupakan anak perusahaan dari UT Tbk., yang bergerak di bidang penjualan spare part alat berat dan juga penjualan alat-alat pertanian. Penulis berada selama 3 minggu di klien ini untuk keperluan Group Reporting (Astra Package). Selama berada dalam engagement ini, Penulis bertanggung-jawab untuk menyiapkan seluruh Lead Schedule, membuat Substantive Analysis, mengurus Confirmation (Bank & A/R), melakukan test bank reconciliation, melakukan test sales cut-off, melakukan test purchase cut-off, melakukan test operation expense, melakukan test payroll reconciliations, search for unrecorded liabilities, vouching, mapping.
PT Betts Indonesia; merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan tubes. PT Betts Indonesia sendiri merupakan anak perusahaan dari ALBEA Group yang memiliki headquarter di Paris, Perancis. Hal yang dilakukan oleh Penulis selama field work kurang lebih 3 minggu di Ngoro, Mojokerto adalah melakukan audit secara menyeluruh area pendapatan, dimana melakukan test revenue from sales transactions, melakukan test sales cut-off, serta melakukan vouching untuk manual three-way matching revenue – test of control. Selain itu, Penulis juga membantu melakukan follow-up Bank Confirmation dan juga vouching untuk CIP Addition & CIP Reclassification. Yang terakhir, penulis juga melaksanakan subsequent receipt test dan subsequent payment test.
SPU; merupakan perusahaan jasa logistic, warehouse, forwarding, and expedition yang memiliki afiliasi internasional dengan DB Schenker yang
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
5
memiliki headquarter di Jerman. Selama 3 minggu berada di engagement ini, Penulis melaksanakan follow-up Bank Confirmation, melakukan Agree Listing, menyiapkan seluruh Lead Schedule, memasukan Adjustment Journal Entries ke Worksheet, mengirimkan Solicitor Confirmation, serta melakukan examine journal entries.
GF; GF merupakan sebuah NGO Internasional yang memberikan dana untuk permasalahan kesehatan dalam penanganan penyakit Malaria, TBC, dan HIV/AIDS kepada Departemen Kesehatan RI. Untuk kali ini cukup unik dimana Penulis ikut dalam engagement yang bukan Audit Assurance melainkan line service berbeda dari KAP TWR, yaitu Internal Audit Services. Selama 3 minggu, Penulis ikut dalam field work yang dilaksanakan di Dinas Malaria, Departemen Kesehatan RI. KAP TWR disini mendapatkan tugas untuk melakukan pemeriksaan atas dana hibah yang diberikan oleh GF kepada Dinas Malaria. Penulis diberikan tugas oleh
senior-in-charge
untuk
mengerjakan
test
programmatic,
mengerjakaan test training & seminar, melakukan stock take count, melakukan fixed asset count, vouching bank statement, melaksanakan cash count, serta melakukan test operating expense. 1.6
Ruang Lingkup Laporan Magang
Ruang lingkup dari laporan magang ini adalah penjelasan secara singkat mengenai: 1. Bagaimana tahap perencanaan audit dilakukan oleh KAP TWR, 2. Praktik
akuntansi
atas
pengakuan,
pengukuran,
penyajian,
dan
pengungkapan akun pendapatan PT Betts Indonesia, 3. Prosedur audit yang dilakukan oleh KAP TWR dalam mengaudit area akun pendapatan pada PT Betts Indonesia yang bergerak dalam produksi tube. Alasan utama mengapa Penulis memfokuskan ruang lingkup pembahasan dalam ruang lingkup pendapatan PT Betts Indonesia adalah karena Penulis terlibat langsung dalam proses audit untuk area akun pendapatan tersebut, yang dimana
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
6
sebagian besar prosedur yang dilaksanakan adalah vouching. Selain itu, Penulis juga melihat bahwa 100% pendapatan yang didapatkan oleh PT Betts Indonesia diperoleh dari penjualan tube tersebut kepada beberapa customer. Kemudian, PT Betts Indonesia sendiri memiliki risiko signifikan di area pendapatan. Dengan alasan tersebut, Penulis merasa cukup tertarik untuk mengangkat proses audit terhadap pendapatan PT Betts Indonesia, karena dianggap cukup menarik dari segi pembahasan dan layak untuk diangkat menjadi topik dalam laporan magang kali ini. 1.7
Sistematika Penulisan
Laporan magang ini terbagi menjadi lima bagian. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pembaca untuk memahami siklus audit yang Penulis jalani sewaktu magang. Sistematika penulisan laporan magang ini adalah sebagai berikut: 1. Bab 1: Pendahuluan Bab ini akan membahas hal-hal mendasar dari pelaksanaan program magang, yakni latar belakang dan tujuan dari pelaksanaan magang, serta tempat dan waktu pelaksanaan magang. Aktivitas-aktivitas Penulis selama menjalani program magang, ruang lingkup dan sistematika penulisan laporan magang juga akan dibahas di bab ini. 2. Bab 2: Konsep dan Pengertian Bab ini akan membahas mengenai kerangka teoritis yang akan dijelaskan dalam pembahasan yang berkaitan dengan materi mengenai pengauditan, tahap perencanaan audit, tujuan-tujuan audit, dan pengertian pendapatan. 3. Bab 3: Gambaran Umum Perusahaan Bab ini akan memaparkan gambaran umum mengenai company profile perusahaan dimana Penulis melakukan aktivitas magang serta penjelasan mengenai gambaran secara umum perusahaan yang menjadi klien dalam penulisan laporan magang ini, yaitu PT Betts Indonesia. PT Betts Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dalam produksi tube.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
7
4. Bab 4: Pembahasan Bab ini berisi tentang analisi dan pembahasan mengenai prosedur apa saja yang dilakukan oleh KAP TWR dalam melakukan audit terhadap akun pendapatan pada PT Betts Indonesia dan membandingkannya dengan standar yang berlaku. 5. Bab 5: Kesimpulan dan Saran Bab ini merupakan penutup dalam laporang magang ini. Kesimpulan berdasarkan pembahasan yang telah ditulis dalam bab sebelumnya akan terdapat di dalam bab ini. Selain itu, bab ini juga berisi saran untuk KAP TWR maupun untuk PT Betts Indonesia.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
8
BAB II KONSEP DAN PENGERTIAN 2.1
Konsep dan Pengertian Pendapatan
2.1.1
Definisi Pendapatan
International Accounting Standards (IAS) 18 per April 2009 mendefinisikan pendapatan sebagai gross inflow of economic benefits during the period arising in the course of the ordinary activities of an entity when those inflows result in increases in equity, other than increases relating to contributions from equity participants, sedangkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 23 (revisi 2010) yang merupakan adopsi dari IAS 18 mendefinisikan pendapatan sebagai arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. PSAK 23 menyatakan bahwa pendapatan hanya meliputi arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh entitas untuk entitas itu sendiri. Jumlah yang ditagih untuk kepentingan pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan, bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke entitas dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas, dan oleh karenanya hal tersebut tidak termasuk kedalam pendapatan. Hal yang sama berlaku dalam hubungan keagenan, dimana arus masuk bruto manfaat ekonomi mencakup jumlah yang ditagih untuk kepentingan prinsipal dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas entitas, sehingga jumlah yang ditagih atas nama prinsipal bukan merupakan pendapatan. Dalam hal ini, pendapatan adalah jumlah komisi yang diterima oleh agen. Berdasarkan definisi dari PSAK 23, transaksi yang tergolong sebagai pendapatan meliputi penjualan barang, penjualan jasa, bunga, royalti, dan dividen.
Universitas Indonesia Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
9
2.1.2
Pengukuran Pendapatan
PSAK 23 menyebutkan bahwa pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. Umumnya, jumlah pendapatan dari suatu transaksi ditentukan berdasarkan persetujuan antara entitas dengan pembeli atau pengguna aset berdasarkan nilai wajar yang dikurangi diskon dagang dan rabat volume jika ada. PSAK 23 juga mengatur bahwa jika sebuah perjanjian merupakan sebuah transaksi keuangan, maka nilai wajar seluruh penerimaan di masa depan harus dihitung menggunakan perdiskontoan (present value) dengan tingkat bunga yang berlaku bagi instrumen serupa dari penerbit dengan penilaian kredit yang sama atau tingkat bunga yang mendiskonto nilai nominal tersebut ke harga jual tunai saat ini. PSAK 23 mengecualikan transaksi pertukaran barang atau jasa dengan sifat dan nilai yang serupa sebagai pendapatan. Namun demikian, apabila pertukaran melibatkan barang atau jasa yang berbeda, maka transaksi tersebut masih dapat digolongkan sebagai pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima dengan disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang dialihkan, sedangkan apabila nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima tidak bisa diukur secara andal, maka pengukuran pendapatan menggunakan nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan dengan disesuakan jumlah kas atau setara kas yang dialihkan. Menurut PSAK No. 23 paragraf 08, pendapatan harus diukur dengan nilai wajar yang diterima atau yang dapat diterima. Lalu dijelaskan lagi dalam PSAK No. 23 paragraf 09 bahwa jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan dalam persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon dan rabat volume yang diperbolehkan perusahaan. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2010)
Universitas Indonesia Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
10
2.1.3 Pengakuan Pendapatan Kriteria pengakuan pendapatan umumnya penerapannya berbeda pada tiap transaksi, tergantung jenis dari pendapatan itu sendiri. Namun secara umum, pendapatan diakui apabila telah memenuhi tiga syarat, yakni terpenuhinya kemampuan secara objektif untuk menentukan nilai dari sebuah transaksi pendapatan (measurability), adanya bukti objektif bahwa transaksi memang benar telah terjadi (existence of transaction), dan telah terpenuhinya sebagian besar dari proses transaksi (substance of transactions). PSAK 23 membagi kriteria pengakuan pendapatan dan pengidentifikasian transaksi sebagai berikut: 1. Penjualan barang Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut telah terpenuhi: a) Entitas telah memindahkan resiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan kepada pembeli. b) Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual. c) Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal. d) Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut dapat diukur secara andal. e) Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan tersebut dapat diukur secara andal. Selanjutnya diterangkan, pada umumnya pemindahan risiko dan manfaat kepemilikan bersamaan waktunya dengan pemindahan hak milik atau penguasaan atas barang tersebut kepada pembeli. Dimana hal tersebut lazim terjadi pada penjualan eceran. Pendapatan atas penjualan tersebut kemudian diakui hanya apabila besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir kepada perusahaan.
Universitas Indonesia Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
11
Selain itu menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011) secara umum, pedoman untuk pengakuan pendapatan cukup luas. Prinsip pengakuan pendapatan menetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat realisasi (realized) atau dapat direalisasi (realizable) dan saat dihasilkan/ diperoleh (earned). Pendapatan direalisasi (realized) apabila barang dan jasa ditukar dengan kas atau klaim atas kas (piutang). Pendapatan dapat direalisasi (realizable) apabila aktiva yang diterima dalam pertukaran segera dapat dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas dengan jumlah yang diketahui. Pendapatan dihasilkan/ diperoleh (earned) apabila perusahaan bersangkutan secara substansi telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan untuk mendapat hak atas manfaat yang dimiliki oleh pendapatan tersebut, yaitu ketika proses penghasilan laba telah selesai atau sebenarnya telah selesai. (Kieso, Weygandt, dan Warfield, 2011) 2. Penjualan jasa Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi secara andal, maka pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut diakui dengan mengacu pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan. Hasil transaksi dapat diestimasi secara andal apabila seluruh kondisi berikut terpenuhi: a) Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal. b) Kemungkinan besar mafaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas. c) Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal. d) Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur secara andal. 3. Bunga, royalti dan dividen Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen diakui jika:
Universitas Indonesia Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
12
a) Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas. b) Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal Sedangkan terkait dengan dasar penentuan, PSAK 23 mengatur bahwa bunga, royalti dan dividen diakui dengan dasar sebagai berikut: a) Bunga diakui dengan menggunakan metode suku bunga efektif sebagaimana yang dijelaskan di PSAK 55: Instrumen keuangan: Pengakuan dan Pengukuran paragraf 08 dan PA17-PA20. b) Royalti diakui dengan dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan. c) Dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan. Berdasarkan PSAK 23 paragraf 23, tingkat penyelesaian suatu transaksi dapat ditentukan dengan berbagai metode tergantung pada sifat transaksi. Metode tersebut dapat meliputi: a) Survei pekerjaan yang telah dilaksanakan. b) Jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persentase dari total yang harus dilakukan c) Proporsi biaya yang terjadi hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total estimasi biaya transaksi Terdapat empat macam transaksi terkait pengakuan pendapatan, yaitu: a) Pendapatan dari penjualan produk yang diakui pada tanggal penjualan atau tanggal penyerahan barang kepada pelanggan. b) Pendapatan dari pemberian jasa yang diakui ketika jasa-jasa telah dilaksanakan dan dapat ditagih. c) Pendapatan dari mengizinkan pihak lain untuk menggunakan aktiva perusahaan, seperti bunga, sewa, dan royalti, diakui sesuai dengan berlalunya waktu atau ketika itu digunakan.
Universitas Indonesia Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
13
d) Pendapatan dari pelepasan aktiva selain produk yang diakui pada tanggal penjualan. Pada umumnya, pendapatan diakui pada tanggal penjualan karena hanya pada tanggal itulah terdapat pengukuran yang objektif mengenai pendapatan. Pengecualian waktu pengakuan pendapatan adalah: a) Pendapatan diakui selama produksi Dalam kasus seperti ini, pengakuan pendapatan diperbolehkan sebelum kontrak jangka panjang diselesaikan. Menurut metode ini, pendapatan bisa diakui secara periodic berdasarkan persentase pekerjaan yang telah diselesaikan. b) Pendapatan diakui setelah kas diterima Pendekatan
pengakuan
pendapatan
ini
digunakan
ketika
tidak
memungkinkannya pengakuan pendapatan pada saat terjadinya penjualan yang disebabkan oleh adanya ketidakpastian yang tinggi atas kolektibilitas kas dari hasil penjualan tersebut di masa depan. Hal ini biasanya terjadi pada penjualan yang dilakukan secara kredit. Mengacu pada PSAK 23 paragraf 18, pendapatan dan beban sehubungan dengan suatu transaksi atau peristiwa tertentu diakui secara bersamaan. Proses ini biasanya mengacu pada pengaitan pendapatan dengan beban (matching revenue and expense). 2.2
Pemahaman Audit
2.2.1
Definisi Audit
Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2009) dalam bukunya mendefinisikan audit sebagai sebagai akumulasi dan evaluasi mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat korespondensi antara informasi yang diperoleh dan kriteria yang ditetapkan yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Audit adalah proses di dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti untuk Universitas Indonesia Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
14
menguji keterkaitan antara informasi yang dilaporkan dengan kriteria-kriteria tertentu. Audit dilakukan oleh orang yang memiliki kompetensi dan independensi. Tahap pertama adalah pengumpulan bukti yang akan dievaluasi. Selanjutnya, informasi yang disediakan oleh manajemen, dalam hal ini adalah laporan keuangan, dibandingkan dengan kriteria yang berlaku, contohnya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Sesuai asersi manajemen, laporan keuangan dilihat apakah memang sudah wajar disajikan dan diungkapkan sesuai dengan PSAK yang berlaku. Tahap akhir adalah menyiapkan laporan audit dimana auditor mengeluarkan opini atas laporan keuangan perusahaan tersebut. Audit merupakan salah satu bagian dari jasa atestasi. Jasa atestasi adalah bagian dari jasa assurance dimana KAP mengeluarkan sebuah laporan mengenai keandalan dari asersi yang dibuat pihak lain. Sementara itu, jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan kualitas informasi bagi para pembuat keputusan. Meskipun sama-sama berkaitan dengan laporan keuangan perusahaan, terdapat perbedaan antara audit dan akuntansi. Akuntansi adalah kegiatan mencatat, menglasifikasikan dan merangkum kejadian-kejadian ekonomi secara masuk akal dengan tujuan untuk memberikan informasi keuangan untuk keperluan pengambilan keputusan. Fokus utama dalam ruang lingkup akuntansi terletak pada penyedian informasi yang relevan secara tepat waktu dan dengan biaya yang wajar untuk mendukung proses pengambilan keputusan yang baik, sedangkan fokus utama dari audit adalah untuk memastikan apakah informasi yang dicatat benar mencerminkan kejadian-kejadian ekonomi yang terjadi selama periode akuntansi. 2.2.2
Tujuan Pelaksanaan Kegiatan Audit
Tujuan dari audit adalah untuk meningkatkan kepercayaan terhadap informasi keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan tujuan agar informasi tersebut bersifat andal dan dapat menunjang proses pengambilan keputusan yang baik. Andal yang dimaksud dalam hal ini adalah bahwa informasi keuangan yang dikeluarkan bebas dari kesalahan yang sifatnya material. Andal tidaknya suatu
Universitas Indonesia Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
15
informasi keuangan dikonfirmasi dengan adanya assurance dari pihak ketiga yang bersifat independen, yang dalam hal ini dicerminkan oleh opini auditor terhadap informasi keuangan tersebut. Auditor bertanggung jawab untuk merancang dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan secara wajar (reasonable assurance) untuk memastikan bahwa informasi keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan bebas dari salah saji material (material misstatements), baik yang disebabkan oleh kesalahan (error) maupun fraud. Untuk memperoleh keyakinan atas opini yang dinyatakan, auditor melakukan pengujian terhadap asersi manajemen dengan cara mengumpulkan serangkaian informasi sebagai bukti pendukung atas pendapatnya. Bukti inilah yang kemudian dijadikan landasan oleh auditor untuk menyatakan pendapat atas kewajaran penyajian informasi keuangan dari perusahaan. 2.2.3
Asersi dan Tujuan (Objektif) Audit
Asersi manajemen didefinisikan sebagai klaim atau pernyataan manajemen terkait dengan informasi dalam laporan keuangan (Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf, 2009). Tujuan dari pelaksanaan prosedur dan aktivitas audit terhadap suatu perusahaan adalah untuk memastikan kewajaran dari asersi manajemen tersebut. Oleh karena itu, tujuan audit didasarkan dan berkaitan erat dengan asersi dari manajemen. Tujuan audit dimaksudkan untuk memberikan kerangka kerja yang dapat membantu auditor untuk mengumpulkan bukti terkait secara memadai yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan yang telah disebutkan. Auditor dapat menggunakan istilah yang berbeda dalam mendeskripsikan asersi manajemen, namun harus tetap meliputi semua aspek yang terkait dengan kelas transaksi dan kejadian (classes of transactions and events), saldo akun (account balances), dan penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure) (Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf, 2009). Tidak semua asersi relevan dengan seluruh kelas transaksi dan kejadian, saldo akun, atau penyajian dan pengungkapan. Berkenaan dengan itu, auditor harus
Universitas Indonesia Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
16
mempertimbangkan aspek relevansi dalam menentukan tujuan auditnya. Dimana satu asersi pada satu akun belum tentu sama dengan asersi akun lainnya. Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2009) membagi tujuan audit kedalam tiga kategori sebagai berikut:
Transaction-related audit objectives 1. Occurence Transaksi yang dicatat memang benar ada/terjadi. 2. Completeness Seluruh transaksi yang ada seluruhnya sudah dicatat. 3. Accuracy Transaksi yang dicatat dinyatakan dengan nilai yang tepat, dimana nominal yang salah akan menyebabkan salah saji. 4. Posting and summarization Transaksi yang dicatat sudah disertakan dalam master files dan sudah dijumlahkan dengan benar. 5. Classification Transaksi yang terdapat pada jurnal sudah diklasifikasikan dengan benar, dimana harus sesuai dengan area atau akunnya. 6. Timing Transaksi dicatat dengan tanggal yang benar, dimana dicatat sesuai dengan terjadinya transaksi.
Balance-related audit objectives 1. Existence Nilai yang yang dicantumkan pada saldo memang benar ada. 2. Completeness Nilai pada saldo telah seluruhnya dicatat. 3. Accuracy Nilai saldo dicatat pada nilai yang benar. 4. Classification Nilai yang disertakan dalam listing telah secara benar diklasifikasikan. 5. Cut-off
Universitas Indonesia Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
17
Transaksi yang berdekatan dengan tanggal neraca dicatat pada periode yang benar. 6. Detail tie-in Detail dalam saldo akun telah sesuai dengan nilai pada master file terkait, dijumlahkan pada saldo akun, dan sesuai dengan nilai keseluruhan pada general ledger. 7. Realizable value Aset dicantumkan pada nilai yang diestimasikan dapat terealisasi. 8. Rights and obligations Aset dan kewajiban yang dicantumkan harus dimiliki oleh entitas.
Presentation and disclosure audit objectives 1. Occurence and rights and obligations Aset dan kewajiban yang disajikan dalam laporan keuangan memang benar ada. 2. Completeness Semua pengungkapan yang diperlukan telah dicantumkan dalam catatan laporan keuangan. 3. Valuation and allocation Metode valuasi dan alokasi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan telah dicantumkan dalam catatan laporan keuangan. 4. Classification and understandability Laporan keuangan telah disajikan dengan klasifikasi yang benar dan dapat dipahami oleh pengguna laporan keuangan, dimana laporan keuangan tersebut menjadi konsumsi beberapa pihak sehingga perlu mudah dipahami oleh segala pihak.
2.2.4
Pengendalian Internal (Internal Control)
Pengendalian internal erat kaitannya dengan audit. Pengendalian internal mempengaruhi seberapa banyak bukti yang dibutuhkan ketika audit fieldwork. Oleh karena itu, perlu bagi auditor untuk menilai pengendalian internal kliennya. Pengendalian internal adalah sekumpulan kebijakan dan prosedur dibentuk untuk menyediakan untuk menyediakan keyakinan yang layak bagi manajemen bahwa
Universitas Indonesia Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
18
perusahaan mencapai target dan tujuannya (Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf, 2009). Manajemen umumnya mempunyai tiga (3) tujuan umum dalam bentuk pengendalian internal yang efektif (Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf, 2009):
Keandalan dari laporan keuangan Pengendalian internal yang efektif dapat membantu manajemen untuk meyakinkan bahwa laporan keuangan dapat diandalkan dan disajikan secara wajar sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti PSAK.
Efisiensi dan keefektifan operasi perusahaan Pengendalian internal erat kaitannya dengan efektifitas dan efisiensi perusahaan. Dengan pengendalian internal yang efektif, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dan keefektifan operasi perusahaan sehingga dapat membantu perusahaan memaksimalkan tujuan perusahaan
Kepatuhan terhadap hukum dan regulasi yang berlaku Pengendalian internal yang efektif dapat membantu manajemen untuk semakin dapat meningkatkan kepatuhan atas hukum dan regulasi yang berlaku. Kepatuhan tersebut dapat menambah nilai perusahaan di mata pemangku kepentingannya.
Manajemen membuat pengendalian internal yang dapat memenuhi ketiga tujuan tersebut agar dapat menyediakan pengendalian yang andal dalam penyajian laporan keuangan. Pengendalian internal memiliki beberapa komponen. Berdasarkan Internal Control – Integrated Framework yang dikeluarkan oleh Committee of Sponsoring Organizations (COSO) (Romney dan Steinbart, 2012), terdapat lima (5) komponen dari internal control: 1. Lingkungan pengendalian (control environment) Penerapan pengendalian internal dapat dilihat dari bagaimana manajemen memandang pentingnya lingkungan pengendalian di perusahaan. Jika manajemen puncak percaya bahwa pengendalian yang efektif adalah penting, maka seluruh bagian perusahaan akan merasakan sikap manajemen
puncak tersebut
dan mengikutinya.
Sebaliknya, jika
manajemen puncak tidak memperdulikan pentingnya pengendalian, maka
Universitas Indonesia Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
19
hampir bisa dipastikan bahwa tujuan pengendalian manajemen tidak akan tercapai dengan efektif. 2. Penilaian risiko (risk assessment) Manejemen melakukan penilaian risiko secara berkala. Jika manajemen dapat mengidentifikasi risiko perusahaan, maka manajemen dapat membuat langkah-langkah pencegahan terjadinya risiko tersebut. 3. Aktifitas pengendalian (control activities) Manajemen
melakukan
aktifitas
langsung
untuk
mengendalikan
perusahaannya. Aktifitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu manajemen memastikan tindakan-tindakan yang perlu diambil untuk penanganan risiko dalam mencapai tujuan perusahaan. 4. Informasi dan komunikasi (information and communication) Setiap perusahaan mempunyai sistem informasi dan komunikasi masingmasing. Tujuan dari sistem informasi dan komunikasi akuntansi perusahaan adalah untuk mengawali, mencatat, memproses, dan melaporkan transaksi-transaksi perusahaan untuk menjaga akuntabilitas untuk aset terkait. 5. Pengawasan (monitoring) Manajemen melakukan penilaian secara periodik yang berkelanjutan atas kualitas pengendalian internal oleh manajemen untuk menentukan apakah pengendalian telah berjalan sesuai dengan yang direncanakan atau apakah diperlukan adanya perubahan yang sesuai dengan perubahan kondisi. Jika kelima komponen tersebut terpenuhi, pengendalian internal perusahaan dapat menyediakan keyakinan memadai bahwa tujuan pengendalian dapat dipenuhi. Untuk menyediakan fokus yang lebih luas terhadap manajemen risiko perusahaan, COSO juga mengeluarkan Enterprise Risk Management (ERM). ERM menjadi tambahan panduan untuk menerapkan pengendalian internal. Berdasarkan Executive Summary yang dikeluarkan oleh COSO (Romney dan Steinbart, 2012), kelima komponen pengendalian internal diatas juga menjadi komponen ERM, ditambah dengan:
Universitas Indonesia Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
20
1. Lingkungan internal (internal environment) Efektif atau tidaknya suatu pengendalian internal di perusahaan dapat dilihat dari lingkungan internalnya. Lingkungan internal mencakup sikap perusahaan dan menjadi dasar bagaimana risiko dipandang dan ditindaklanjuti oleh pihak-pihak di perusahaan. 2. Penentuan tujuan (objective setting) Pengendalian internal yang baik memastikan bahwa manajemen telah menciptakan proses penentuan tujuan yang sesuai dengan visi misi perusahaan. 3. Identifikasi kejadian (event identification) Dalam menerapkan pengendalian internal yang efektif dan efisien, kejadian internal dan eksternal harus di identifikasi apakah menjadi sebuah peluang atau risiko bagi perusahaan. Peluang kemudian di proses sesuai dengan strategi manajemen dan penetapan tujuan. Pengimplementasian ketiga komponen tersebut dapat semakin meningkatkan keyakinan atas pengendalian internal perusahaan. 2.2.5
Materialiatas
Tanggung jawab seorang auditor terbatas hanya pada informasi yang material. Selain itu, materialitas menjadi sangat penting karena sangat tidak praktis bagi auditor untuk menyediakan keyakinan pada hal-hal yang tidak material. SPAP Seksi 312 (2011) mengharuskan auditor untuk menentukan materialitas dalam kerja lapangan audit. Berdasarkan Financial Accounting Standard Board (FASB) 2 – Qualitative Characteristics of Accounting Information, materialitas didefinisikan sebagai besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji dari informasi
akuntansi
yang
bergantung
kepada
keadaan
sekelilingnya,
memungkinkan keputusan orang yang mengandalkan informasi tersebut berubah atau terpengaruh dengan adanya nilai yang dihilangkan atau salah saji tersebut (Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf, 2009). Penentuan materialitas didasarkan baik pada faktor kuantitatif maupun faktor kualitatif. Faktor kuantitatif biasanya ditentukan berdasarkan perhitungan atas ukuran tertentu, contohnya materialitas
Universitas Indonesia Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
21
diukur berdasarkan penjualan bersih, laba kotor, atau total aset. Sedangkan faktor kualitatif membutuhkan pertimbangan profesional auditor, contohnya salah saji yang secara nominal kecil dapat menjadi material jika terdapat konsekuensi yang berasal dari kewajiban kontraktual. Nilai nominal materialitas sendiri bukan merupakan konsep yang absolut yang dapat berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain. Bahkan ketika kerja lapangan audit sedang berjalan, materialitas bisa berubah jika ditemukan fakta baru yang dapat merubah pertimbangan auditor (Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf, 2009). 2.2.6
Tahapan Prosedur Audit
Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2009) menguraikan tahapan dan prosedur audit yang secara umum terdiri atas: 1. Plan and design an audit approach Sebelum melakukan sebuah kegiatan audit, auditor sebelumnya harus merencanakan dan merancang pendekatan audit yang disesuaikan dengan klien yang akan di audit. Tahapan ini meliputi aktivitas memperoleh pemahaman terhadap klien yang akan di audit dan lingkungan bisnisnya, memahami internal control klien dan menilai control risk dari klien tersebut, dan menilai resiko terjadinya salah saji material (risk of material misstatement/RoMM) yang mungkin terjadi. 2. Perform test of controls and substantive test of transactions Setelah melakukan perencanaan dan mendesain pendekatan audit terhadap klien, auditor selanjutnya akan melanjutkan tahapan audit dengan melakukan test of controls dan substantive test of transactions. Test of controls bertujuan untuk menguji efektifitas sistem kontrol dari klien, sedangkan substantive test of transactions adalah serangkaian proses verifikasi terhadap transaksi, yang bertujuan untuk menguji asersi manajemen dalam rangka untuk memenuhi objektif audit terkait. 3. Perform analitical procedures and test of details of balances Pada tahapan selanjutnya, auditor akan melakukan analytical procedure dan test of detail of balances pada saldo akun dalam laporan keuangan.
Universitas Indonesia Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
22
Dalam pelaksanaan analytical procedure, auditor akan melakukan serangkaian perbandingan dan analisis terhadap informasi dalam laporan keuangan yang bertujuan untuk menilai kewajaran dari saldo akun dalam laporan keuangan maupun perubahan yang terjadi dari periode sebelumnya. Sedangkan dalam test of detail of balances, auditor melakukan prosedur spesifik yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya monetary misstatements yang terjadi pada saldo dalam laporan keuangan. 4. Complete the audit and issue an audit report Terakhir, setelah auditor melaksanakan seluruh prosedur untuk setiap objektif audit dan untuk setiap akun pada laporan keuangan dan pengungkapan terkait, auditor akan mengombinasikan seluruh informasi dan bukti yang diperoleh untuk memberikan kesimpulan terkait dengan kewajaran penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kesimpulan terhadap hasil audit ini nantinya akan dicantumkan dalam laporan audit yang diterbitkan. 2.2.6.1 Merencanakan dan Mendesain Pendekatan Audit (Plan and Design an Audit Approach) Tahap pertama adalah merencanakan dan mendesain pendekatan audit. Menurut Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2009), terdapat tiga (3) alasan mengapa auditor harus merencanakan penugasan dengan baik, yaitu untuk: a) Memudahkan auditor mendapatkan bukti audit yang memadai dan layak. Auditor merencanakan bagaimana cara mendapatkan bukti yang dibutuhkan, banyaknya bukti, serta bagaimana mendokumentasikan buktibukti tersebut sehingga akan memudahkan auditor ketika melakukan audit di lapangan. b) Mempertahankan biaya audit agar tetap masuk akal. Dengan perancanaan yang matang, maka auditor tidak akan melakukan hal-hal yang tidak efektif dan efisien sehingga dapat mempertahankan biaya audit. c) Menghindari salah paham dengan klien. Auditor berdiskusi dengan
Universitas Indonesia Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
23
manajemen terkait tujuan audit, lingkup audit, biaya audit, tanggung jawab antara auditor dan manajemen, dan lainnya sehingga dapat menghindari salah paham antara auditor dengan manajemen. Selain alasan tersebut, Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2009) juga merumuskan beberapa hal yang harus dikerjakan dalam merencanakan dan mendesain pendekatan audit: 1. Menerima klien dan melakukan perencanaan awal audit. Hal pertama yang dilakukan adalah memutuskan apakah auditor akan menerima atau meneruskan penugasan audit dengan klien. 2. Memahami bisnis dan industri klien. Pemahaman ini bermanfaat untuk pertimbangan profesional auditor ke depannya. 3. Menilai risiko bisnis klien. Penilaian ini akan mempengaruhi prosedurprosedur apa saja yang dilakukan serta seberapa banyak sampel yang dibutuhkan. 4. Melakukan prosedur analitis awal. Auditor melakukan prosedur analitis awal untuk semakin menambah pemahaman atas bisnis kliennya, apakah wajar atau tidak dibandingkan kompetitornya, industrinya, maupun performa bisnis tahun sebelumnya. 5. Menentukan materialitas dan menilai acceptable audit risk dan inherent risk. Hal ini dilakukan karena auditor hanya bertanggung jawab atas halhal yang material saja. Auditor juga menentukan seberapa auditor bersedia menerima bahwa laporan keuangan mengandung salah saji material setelah audit diselesaikan dan opini wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan. Sedangkan inherent risk adalah ukuran atas penilaian auditor terhadap kemungkinan adanya salah saji material dalam saldo akun sebelum mempertimbangkan keefektifan pengendalian internal. 6. Memahami pengendalian internal klien dan menilai risiko pengendalian. Selanjutnya, auditor melakukan pemahaman bagaimana penerapan pengendalian internal klien. Auditor kemudian menilai risiko apa saja yang muncul dari penerapan pengendalian internal tersebut. 7. Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko fraud. Auditor juga
Universitas Indonesia Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
24
diharuskan untuk menilai risiko kecurangan pada klien. Informasiinformasi dikumpulkan baik dari hasil wawancara dengan klien maupun dari observasi langsung atas klien tersebut. 8. Mengembangkan
perencanaan
audit
dan
program
audit
secara
keseluruhan. Tahap terakhir adalah mengembangkan perencanaan dan program audit secara keseluruhan seperti jadwal audit, tipe pengujian yang akan dilakukan beserta jenis bukti yang diperlukan. Pada praktiknya, auditor merumuskan sendiri aktivitas apa saja yang dilakukan dalam tahap ini, tidak terbatas pada teori yang ada saja. 2.2.6.2 Melakukan Uji Pengendalian dan Uji Substantif atas Transaksi Auditor melakukan serangkaian prosedur audit ketika pengerjaan lapangan audit dilakukan. Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2009) menyatakan bahwa terdapat empat (4) jenis pengujian yang biasa dilakukan untuk merepresentasikan prosedur audit lebih lanjut atas penilaian risiko yang telah dilakukan: 1. Pengujian pengendalian (test of control) 2. Pengujian substantive atas transaksi (substantive test of transaction) 3. Prosedur analitis (analytical procedure) 4. Pengujian terinci atas saldo (test of detail of balance) Berikut akan dijelaskan satu-persatu pengujian di atas. Untuk tahap kedua sendiri hanya meliputi uji pengendalian dan uji substantive atas transaksi: 1. Pengujian Pengendalian (test of control) Auditor membuat penilaian risiko atas salah saji material dalam pelaporan keuangan klien. Untuk mendapatkan bukti yang cukup dan memadai untuk mendukung penilaian risiko tersebut, auditor melakukan pengujian pengendalian. Pengujian pengendalian juga dilakukan untuk menentukan apakah pengendalian perusahaan telah berjalan dengan efektif (Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf, 2009). Auditor mengambil beberapa sampel transaksi untuk digunakan sebagai dasar untuk menguji
Universitas Indonesia Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
25
apakah pengendalian telah berjalan sesuai dengan yang direncanakan. 2. Pengujian Substantif atas Transaksi (Substantive Test of Transaction) Pengujian substantif atas transaksi digunakan untuk menentukan apakah seluruh tujuan audit terkait transaksi telah terpenuhi untuk tiap transaksi (Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf, 2009). Ketika auditor telah yakin bahwa seluruh transaksi telah tercatat di jurnal dengan benar, maka auditor bisa percaya bahwa jumlah pada buku besar telah benar. Pengujian pengendalian harus melihat bagaimana penerapan pengendalian internal klien. Pengujian substantif atas transaksi juga sering dilakukan bersamaan dengan pengujian pengendalian agar pekerjaan lapangan audit semakin efektif. 2.2.6.3 Melakukan Prosedur Analitis dan Uji Substantif atas Detil Saldo Tahap ketiga meliputi dua (2) prosedur audit yang belum masuk ke dalam tahap kedua, yaitu meliputi prosedur analitis dan uji substantive atas detil saldo: 1. Prosedur Analitis (Analytical Procedure) Menurut Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2009), prosedur analitis meliputi perbandingan antara jumlah yang tercatat dengan ekspektasi auditor. Standar audit mengharuskan auditor untuk melakukan prosedur analitis ketika tahap perencanaan dan penyelesaian audit. Tujuan utama dilakukannya prosedur analitis adalah untuk mengetahui adanya indikasi salah saji di laporan keuangan dan untuk menyediakan bukti yang substantif dengan melihat kewajaran performa bisnis perusahaan dibandingkan dengan kompetitornya, industrinya, dan lainnya. 2. Pengujian Terinci atas Saldo (Test of Detail of Balance) Pengujian terinci atas saldo berfokus pada saldo akhir buku besar baik untuk neraca maupun untuk akun-akun laba rugi. Pengujian ini penting karena umumnya bukti audit yang didapatkan berasal dari pihak yang independen sehingga dapat lebih diandalkan (Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf, 2009).
Universitas Indonesia Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
26
Prosedur analitis dilakukan baik ketika perencanaan, audit lapangan, maupun penyelesaian audit. Sementara pengujian atas saldo umumnya lebih diandalkan karena auditor meminta konfirmasi saldo dari pihak eksternal klien. 2.2.6.4 Menyelesaikan Audit dan Menerbitkan Laporan Audit Menurut Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2009), pada tahap terakhir ini terdapat beberapa hal yang dilakukan auditor untuk menyelesaikan tanggung jawabnya: 1. Melakukan uji tambahan untuk penyajian dan pengungkapan laporan keuangan. Uji tambahan dilakukan dengan mengecek draft laporan keuangan beserta catatan atas laporan keuangannya apakah sesuai dengan penyajian dan pengungkapan yang diminta oleh standar yang berlaku. 2. Mengumpulkan bukti final. Auditor mengumpulkan bukti final untuk melakukan
prosedur
analitis
final,
mengevaluasi
keberlanjutan
perusahaan, subsequent events, maupun ada tidaknya kewajiban kontijensi. Kewajiban kontijensi adalah kewajiban potensial yang harus diungkapkan dalam catatan laporan keuangan; sedangkan peristiwa setelah periode pelaporan adalah peristiwa yang terjadi setelah tanggal neraca namun sebelum penerbitan laporan keuangan auditan (Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf, 2009). 3. Menerbitkan laporan audit. Setelah menyelesaikan proses auditnya, auditor menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit beserta opini atas kewajaran laporan tersebut. 4. Berkomunikasi
dengan komite
audit
dan manajemen.
Auditor
mengkomunikasikan temuan-temuan selama proses audit kepada manajemen yang bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan, agar perusahaan dapat semakin meningkatkan efektifitas dan efisiensi kinerjanya.
Universitas Indonesia Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
27
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1
Profil Kantor Akuntan Publik
Kantor Akuntan Publik (KAP) TWR, PT TWR, dan PT TWR Advisory, yang selanjutnya disebut TWR Indonesia, merupakan anggota dari TWR International Limited yang mempunyai kantor pusat di London, Inggris. TWR International Limited dibentuk pada tahun 1998 atas merger antara TW dan Rc. Keduanya telah beroperasi sejak pertengahan 1800-an. TWR Global telah memperkerjakan lebih dari 180.000 tenaga kerja profesional di 158 negara. TWR Global merupakan salah satu dari empat kantor akuntan publik terbesar di dunia yang biasa disebut dengan The Big Four. 3.1.1
Jasa Profesional yang Disediakan oleh KAP TWR
3.1.1.1 Audit and Assurance Kelompok jasa pertama adalah jasa audit and assurance. Jasa-jasa yang ditawarkan adalah adalah: a. Financial statement audit Financial statement audit menyediakan jasa audit atas laporan keuangan klien. Jasa ini bertujuan untuk memberikan opini kewajaran atas laporan keuangan yang disiapkan oleh manajemen klien. b. Financial accounting Financial accounting menyediakan jasa konsultasi akuntansi kepada klien. Klien dapat menanyakan apakah kebijakan akuntansi yang dijalankan telah sesuai dengan standar yang berlaku umum di Indonesia. c. System & process assurance System & process assurance menyediakan jasa yang berhubungan dengan kontrol atas proses pelaporan keuangan, termasuk proses bisnis finansial dan kontrol atas manajemen teknologi informasi. Hal ini bertujuan untuk memberikan keyakinan bahwa sistem dan proses bisnis perusahaan telah
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
28
berjalan dengan efektif. d. IT Security IT Security menyediakan jasa konsultasi atas keamanan teknologi informasi klien. Klien dapat bertanya tentang saran agar teknologi informasinya dapat dijamin aman dari risiko gangguan teknologi yang ada. e. Other assurance services Other assurance services menyediakan jasa keyakinan atas laporan perusahaan lainnya, seperti kepatuhan atas jasa yang disetujui atau standar kontrol dan kewajaran atas asersi manajemen. Jasa ini dapat meningkatkan nilai perusahaan klien di mata pemangku kepentingan klien. Jasa-jasa di atas diharapkan dapat meningkatkan keyakinan pada performa finansial dan operasional usaha perusahaan. KAP TWR juga dapat membantu klien meningkatkan pelaporan keuangan eksternal dan beradaptasi dengan peraturan baru, seperti Sarbanes-Oxley dan International Financial Reporting Standards (IFRS). 3.1.1.2 Tax KAP TWR menyediakan jasa konsultasi yang terkait perpajakan, seperti: 1. Tax advisory services Tax advisory services menyediakan jasa konsultasi atas transaksi yang mempunyai implikasi pajak. Jasa ini bermanfaat dalam membantu klien melaporkan dan menyetor pajak yang seharusnya dilaporkan dan disetor kepada negara. 2. Tax compliance services Tax compliance services menyediakan jasa untuk membantu klien memenuhi kepatuhan pajak. Jasa ini dapat membantu klien menghindari risiko terkena sanksi atau denda akibat pelanggaran peraturan pajak. 3. Tax dispute resolutions Tidak ada yang dapat memastikan siapa saja pihak yang akan menjadi objek audit pajak pemerintah. Tax dispute resolutions dapat membantu klien menimimalisir konsekuensi pajak yang timbul dari tax audit, proses
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
29
pengajuan keberatan, dll. 4. Transfer pricing Dengan semakin berkembangnya bisnis antar negara, maka kebutuhan pemenuhan pajak di tiap-tiap negara akan semakin meningkat. Transfer pricing menyediakan jasa konsultasi ataupun membantu klien dalam mengatasi masalah yang berhubungan dengan transfer pricing di Indonesia. 5. Indirect tax and world trade management services TWR Indonesia juga menyediakan jasa terkait pajak-pajak khusus. Indirect tax and world trade management services menyediakan jasa yang terkait dengan PPN, pajak penjualan barang mewah, dan bea cukai. 6. Mergers and acquisitions Proses merger dan akuisisi mempunyai implikasi terhadap pajak yang harus dibayarkan. Mergers and acquisitions menyediakan jasa konsultasi pajak kepada klien dalam mengatasi hal-hal yang berkaitan dengan penggabungan dan akuisisi perusahaan. 7. International assignment services Semakin banyak warga negara asing yang bekerja atau memiliki kewajiban pajak di Indonesia. International assignment services menyediakan jasa baik konsultasi maupun turut membantu langsung mengatasi masalah perpajakan internasional bagi ekspatriat yang bekerja di Indonesia. 8. Corporate advisory Corporate advisory membantu perusahaan asing memahami
isu
perpajakan di Indonesia, baik sebagai konsultan maupun terjun langsung membantu klien. Jasa ini dapat membantu perusahaan asing tersebut mempelajari kewajiban pajak agar dapat memenuhi kepatuhan pajak di Indonesia. 9. Payroll services Penghitungan dan pembayaran pajak karyawan dapat menjadi hal yang tidak sederhana. Oleh karena itu, payroll services membantu perusahaan mengatasi permasalahan pajak karyawannya.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
30
10. Asian tax and advisory webcast series Selain jasa konsultasi pajak, TWR Indonesia juga menyediakan beritaberita terkini mengenai isu perpajakan di Asia terkait asian tax and advisory webcast series. Jasa-jasa di atas diharapkan dapat membantu wajib pajak dalam menjalankan kewajiban pembayaran pajaknya kepada pemerintah sekaligus membantu wajib pajak agar tidak dikenai sanksi atau denda karena tidak patuh terhadap peraturan pajak pemerintah. 3.1.1.3 Advisory Jasa konsultasi yang disediakan meliputi: 1. Lead advisory Proses pembiayaan atau financing merupakan hal yang membutuhkan strategi terbaik manajemen dalam setiap tahap, mulai dari perencanaan hingga eksekusi pembiayaan. Oleh karena itu, lead advisory memberikan jasa yang strategis dan taktis yang berhubungan dengan seluruh tahap kegiatan pembiayaan perusahaan. 2. Transactions services Manajemen harus selalu memperhatikan risiko dan peluang-peluang finansial maupun stratejik potensial yang ada di sekitar perusahaan. Transactions services menyediakan jasa due-diligence kepada klien untuk mengetahui risiko atau peluang finansial dan stratejik potensial perusahaan. 3. Corporate valuation advisory Penerapan nilai wajar membutuhkan valuasi oleh pihak-pihak yang sudah berkompetensi. Corporate valuation advisory menyediakan jasa valuasi kepada klien terkait pelaporan keuangan serta membantu klien meningkatkan nilai aset tersebut agar tetap sesuai dengan strategi perusahaan. 4. Business recovery services Ketika performa bisnis terus-menerus menurun, perusahaan dapat
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
31
mengalami kebangkrutan. Business recovery services menyediakan jasa pemulihan perusahaan terintegrasi dan jasa terkait kebangkrutan. 5. Internal audit services TWR Indonesia juga memahami kebutuhan perusahaan atas audit internalnya. Oleh karena itu, internal audit services menyediakan jasa audit internal outsource kepada klien maupun jasa konsultasi atas audit internal klien. 6. Forensic services Pengendalian internal perusahaan yang baik seharusnya dapat memitigasi risiko kecurangan yang ada pada perusahaan. Forensic services menyediakan jasa konsultasi atas manajemen risiko fraud untuk berbagai macam perusahaan. 7. Performance improvement services Dengan persaingan yang semakin kompetitif, lazim bagi perusahaan untuk selalu berusaha meningkatkan performa bisnisnya. Oleh karena itu, performance
improvement
services
menyediakan
jasa
konsultasi
manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Secara umum, jasa-jasa advisory diharapkan dapat membantu klien agar dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan. 3.1.2
Sektor Industri pada KAP TWR
KAP TWR mengelompokkan pasar ke dalam lima (5) kelompok: i.
Energy, Utilities, and Mining (EUM) Kelompok ini menyediakan jasa profesional kepada perusahaan yang beroperasi pada sektor pertambangan, minyak bumi dan gas, serta utilitas.
ii.
Financial Services (FS) Kelompok ini menyediakan jasa profesional kepada perusahaan yang bergerak di industri perbankan, pasar modal, asuransi, dan manajemen investasi. Adapun proposi klien pada kelompok ini terkenal dengan fee yang fantastis.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
32
iii.
Consumer Industrial Products and Services (CIPS) Klien besar dalam kelompok ini meliputi pemain kunci dalam industry otomotif, perkebunan, farmasi, produk ritel dan konsumen, operasi pelabuhan serta sektor logistik.
iv.
Technology, Information, Communications, and Entertainment (TICE) Klien dalam kelompok ini meliputi baik telepon maupun ponsel, dan penyedia jasa internet.
v.
Sustainability and Climate Change (S&CC) Indonesia Kelompok ini menyediakan jasa profesional terkait hal-hal yang berhubungan dengan keberlanjutan perusahaan serta dampak perusahaan terhadap perubahan iklim. Pengelompokan tersebut dapat menambah nilai plus KAP TWR dalam menambah pemahaman atas industri terkait.
Pengelompokan tersebut dapat menambah nilai plus KAP TWR dalam menambah pemahaman atas industri terkait. 3.2
Profil PT Betts Indonesia
PT Betts Indonesia berdiri tahun 1994 di Kawasan Industri Ngoro, Mojokerto, Jawa Timur. PT Betts Indonesia Indonesia merupakan cabang dari Betts Group yang berasal dari Inggris. PT Betts Indonesia merupakan bagian dari ALBEA Group yang bermarkas di Prancis. ALBEA Group lainnya berlokasi strategis di belahan dunia seperti Prancis, Amerika Serikat, Inggris, Polandia, Rusia, Cina, dan Brazil. Dengan reputasi yang sangat baik untuk kualitas dan jasa terbaik, PT Betts Indonesia memiliki standar platinum untuk keselamatan. Antara lain ISO 9002 dan ISO 9001:2008. PT Betts Indonesia Indonesia memproduksi laminate tube dengan alumunium dan plastic barrier technology, yang umumnya digunakan oleh konsumen mereka untuk packaging produk seperti oral care, personal care, dan pharmaceutical products. PT Betts Indonesia sendiri membuat tube berdasarkan pesanan dari customer mereka. PT Betts Indonesia sendiri memiliki beberepa customer besar yaitu UNLV dan Yasulor yang keduanya merupakan perusahaan yang memproduksi produk oral care, personal care, dan cosmetic. PT Betts Indonesia juga melayani
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
33
produksi tube dari customer di luar negeri serta customer local yang tidak begitu besar order-nya, seperti perusahaan-perusahaan lokal Jawa Timur ataupun Usaha Kecil Menengah. PT Betts Indonesia menyajikan laporan keuangan mereka dengan mata uang Rupiah (Rp), yang juga merupakan mata uang fungsional PT Betts Indonesia. Sementara itu, banyak transaksi penjualan yang menggunakan US Dollar (US$). Nilai tukar yang dipakai adalah nilai tukar berdasarkan KMK Rate. Pada tanggal laporan keuangan, asset dan liabilitas moneter dalam mata uang selain Rupiah dikonversi menjadi Rupiah dengan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut. Keuntungan dan kerugian selisih kurs yang berasal dari pembayaran atas transaksi-transaksi tersebut dan penjabaran aset dan liabilitas moneter dalam mata uang selain Rupiah diakui dalam laporan laba-rugi komprehensif. PT Betts Indonesia membukukan penjualan sebesar Rp 224,357,661,813 pada 31 Desember 2013, dengan gross margin sebesar Rp 22,549,355,434. Struktur organisasi yang ada PT Betts Indonesia sebenarnya tidak terlalu rumit, dimana ada satu (1) General Manager yang mengawasi beberapa sektor yang dipimpin oleh Manager setiap divisi. Namun, untuk Accounting dan Finance disini juga diawasi oleh seorang Finance Controller yang bertugas untuk memastikan setiap transaksi yang dilakukan sudah proper atau belum. Selain itu, Accounting Manager dan Finance Manager disini juga wajib untuk melaporkan segala kegiatan mereka kepada Finance Controller agar tidak ada terjadi kesalahan yang lebih mendalam. Kemudian untuk operasi perusahaan, semua Manager terkait juga diawasi oleh seorang Operation Manager yang merupakan pihak yang langsung ditunjuk oleh ALBEA Group langsung. Adapun beberapa posisi seperti Operation Manager, Project Manager, dan Finance Controller adalah pihak yang langsung ditunjuk oleh ALBEA Group. Sedangkan untuk Manager lain hanya berdasarkan persetujuan General Manager saja, dimana posisi Manager tersebut didapatkan melalui recruitment process ataupun diambil melalui promosi karyawan pada divisi terkait. Adapun struktur organisasi dari PT Betts Indonesia dapat dilihat
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
34
pada Lampiran 1. PT Betts Indonesia merupakan perusahaan dengan jenis Foreign Direct Investment dimana PT Betts Indonesia kepemilikannya dimiliki oleh pihak asing secara penuh. Adapun struktur dari PT Betts Indonesia sebagai berikut: ALBEA Group (France)
100% Shares
Betts Group (United Kingdom) 59% Shares
41% Shares
Betts (Indonesia)
Sumber: Kertas kerja KAP TWR. (Telah diolah kembali)
Gamber 3.1 Struktur kepemilikan perusahaan Terlihat dari skema diatas bahwa PT Betts Indonesia kepemilikannya 59% dimiliki oleh ALBEA Group serta 41% sisanya dimiliki oleh PT Betts Indonesia Group yang juga kepemilikannya dimiliki oleh ALBEA Group. ALBEA Group sendiri juga merupakan market leader dalam bisnis pembuatan packaging
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
35
cosmetic, personal care, beauty care, pharmaceutical products, serta home care. ALBEA Group sendiri berambisi menjadi global packaging terbaik di dunia. ALBEA Group sendiri membagi lini bisinisnya menjadi tubes, dispensing systems, cosmetic rigid packaging, decoration, metal, serta full service complete pack. ALBEA Group menawarkan one-stop packaging service. Sementara itu, PT Betts Indonesia sendiri difokuskan dalam pembuatan tubes yang berlaminasi. PT Betts Indonesia berkomitmen untuk menyediakan layanan yang lebih cepat, lebih baik, dan lebih spesifik, terutama pada atribut desain dan kecepatan produksi untuk tetap bisa memenuhi tingkat permintaan tubes yang tinggi dari customer. PT Betts Indonesia mendapatkan manfaat dari semua pengembangan sumber daya teknologi dan inovasi yang dikembangkan oleh ALBEA Group. Hal ini membuat PT Betts Indonesia memiliki berbagai standar produk dan disamping itu PT Betts Indonesia juga berfokus untuk memproduksi tubes berlaminasi dengan spesifikasi khusus. PT Betts Indonesia memproduksi 99% komponen dari tubes berlaminasi, dengan berbagai kemampuan dalam injection molding. Hal tersebut termasuk caps and shoulders dari berbagai macam jenis orifices. Selain itu, PT Betts Indonesia merupakan perusahaan yang dapat membuat large size deodorant caps. Pendapatan PT Betts Indonesia 100% didapat dari penjualan tubes, component, polymer, dan printed web tersebut kepada customer mereka. PT Betts Indonesia memproduksi tubes berdasarkan pesanan, dikarenakan desain tubes tersebut disesuaikan dengan keinginan customer. Namun, terkadang disaat yang sangat genting, PT Betts Indonesia sering mengeksekusi piutang mereka dengan metode factoring, yaitu dimana PT Betts Indonesia Indonesia menjual surat piutang mereka kepada pihak ketiga dengan harga discount. Kemudian pihak ketiga tersebut langsung membeli surat piutang tersebut dengan direct cash. Hal ini dilakukan oleh PT Betts Indonesia karena customer besar mereka rata-rata baru bisa melakukan pembayaran atas pembelian tubes mereka 2 bulan setelah diterbitkannya faktur penjualan. Sedangkan, PT Betts Indonesia sangat membutuhkan likuiditas cash, sehingga PT Betts Indonesia memilih opsi factoring ini.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
36
BAB IV PEMBAHASAN Jenis audit yang dilakukan oleh KAP TWR untuk PT Betts Indonesia adalah audit atas laporan keuangan, dimana tujuan dari proses audit ini dilakukan untuk melihat apakah pelaporan keuangan yang telah dibuat oleh klien telah sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, dalam hal ini adalah PSAK serta memastikan laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji material. Standar tersebut mengharuskan proses perencanaan dan pelaksanaan audit agar memperoleh keyakinan memadai. Suatu audit meliputi pemeriksaan atas dasar pengujian, terhadap bukti-bukti yang mendukung jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Laporan keuangan PT Betts Indonesia telah disusun dan disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). PT Betts Indonesia menggunakan mata uang Rupiah (Rp) dan menyajikan laporan keuangannya dalam Bahasa Inggris. Topik yang akan dibahas dalam laporan magang ini adalah prosedur audit untuk akun Pendapatan yang disajikan pada laporan keuangan PT Betts Indonesia untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013. Sebelum melakukan prosedur audit lebih lanjut yang sesuai dengan masingmasing tujuan audit, langkah awal yang dilakukan auditor adalah melakukan inquiry dengan staf accounting yang mengurus akun piutang untuk mengetahui bagaimana revenue cycle. Auditor disini mencoba mencari bukti audit yang mendukung proses audit pendapatan serta mengetahui lebih jauh mengenai proses bisnis dari PT Betts Indonesia. Selain itu, auditor juga mencari tahu bagaimana sistem kontrol internal terhadap pendapatan. Auditor juga perlu melakukan reperform dari sebuah revenue cycle, dimana hal ini diperlukan menguji sistem kontrol dan mengetahui apakah ada kendala yang terjadi, dan apabila saat
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
37
investigasi tersebut ditemukan kejanggalan, dapat segera diberikan solusi untuk memperbaikinya. Reperform ini dilaksanakan oleh staf accounting yang mengurus akun piutang. Setelah proses reperform ini selesai, maka hasilnya akan dibandingkan dengan hasil testing yang dijalankan untuk pendapatan ini, apabila ada perbedaan yang signifikan, maka perlu ditanyakan kepada staf accounting tersebut dan menentukan apakah perlu ada tindakan khusus. 4.1
Tujuan Audit atas Pendapatan
Untuk akun-akun yang berhubungan dengan profit and loss, atau berada dalam Laporan Rugi Laba (income statement), biasanya lebih ditekankan kepada tujuan audit terkait transaksi. Sedangkan untuk tujuan audit terkait saldo lebih ditekankan untuk akun-akun yang terdapat dalam neraca. Tujuan audit berhubungan dengan transaksi ditujukan untuk menjadi kerangka kerja bagi auditor untuk mengumpulkan bukti-bukti yang cukup dan kompeten sesuai yang diminta oleh standar dalam melaksanakan fieldwork atas suatu transaksi. Hal ini membantu auditor dalam menarik kesimpulan atas siklus transaksi tersebut. Terdapat enam tujuan audit terkait akun pendapatan, keenam tujuan audit tersebut adalah sebagai berikut: 1. Occurrence – Recorded Transaction Exist Tujuan dari occurrence adalah untuk memastikan bahwa transaksi terkait pendapatan yang telah dicatat benar-benar terjadi. Selain itu tujuan audit ini juga untuk mencegah terjadinya overstatement. 2. Completeness – Recorded Transactions Are Stated at the Correct Amounts Tujuan dari completeness adalah untuk memastikan bahwa transaksi terkait pendapatan dinyatakan dalam jumlah yang benar serta selain itu informasi dari transaksi akuntansi yang dilakukan telah tepat tercatat. Tujuan audit ini mencegah terjadinya understatement. 3. Accuracy – Recorded Transactions Are Stated Tujuan dari accuracy adalah untuk memastikan bahwa transaksi terkait pendapatan yang tercatat dinyatakan dalam jumlah yang tepat secara
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
38
matematis, serta selain itu informasi dari transaksi akuntansi yang dilakukan telah tepat tercatat. 4. Posting and Summarization – Recorded Transactions Are Properly included in The Master Files and Are Correctly Summarized Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa informasi seluruh transaksi terkait pendapatan yang terjadi telah di transfer secara tepat dari jurnal pencatatan transaksi ke pencatatan buku besar pembantu dan pada akhirnya dicatat ke dalam buku besar secara benar. 5. Classification – Transactions included in The Client’s Journals Are Properly Classified Tujuan audit ini adalah untuk menentukan apakah transaksi yang terdapat dalam daftar pendapatan (revenue listing) telah dimasukan kedalam buku besar (general ledger) yang tepat dan diklasifikasikan secara benar sesuai dasarnya. 6. Timing – Transactions Are Recorded on The Correct Dates Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa transaksi terkait pendapatan dicatat pada tanggal yang benar. Timing errors dapat muncul jika suatu transaksi tidak dicatat pada tanggal yang benar ketika transaksi terjadi. Tujuan-tujuan tersebutah yang nantinya ingin dipenuhi oleh auditor dengan menggunakan prosedur audit yang akan dijalankan. 4.2
Gambaran Umum Prosedur Audit
KAP TWR menggunakan beberapa tahapan prosedur audit berdasarkan pedoman yang digunakan oleh TWR Global untuk memenuhi seluruh tujuan audit diatas. Perencanaan
Pemahaman Bisnis Klien
Audit Lapangan
Penyelesaian Audit
Sumber: TWR Audit Guide (Data Olahan)
Gambar 4.1 Proses Audit
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
39
Walaupun secara tahapan pemahaman bisnis klien dilakukan setelah perencanaan, tetapi pada saat pelaksanaannya pemahaman atas bisnis klien dilakukan bersamaan dengan proses perencanaan atau dapat dikatakan menjadi bagian perencanaan. Karena dalam membuat perencanaan, tim audit perlu untuk memahami bagaimana business process yang dilaksanakan oleh klien. Adapun dalam tahap perancanaan ini, Penulis belum terlibat dalam pelaksanaannya. Berikutnya, akan dijelaskan setiap tahapan lebih lanjut. 4.3
Perencanaan (Planning)
Sebelum memulai audit lapangan dalam rangka mengumpulkan bukti audit, hal pertama yang harus dilakukan adalah melaksanakan tahap perencanaan. Tahap perencanaan ini dilakukan dan diselesaikan oleh tim manajer serta senior-incharge. Tahap perencanaan dilakukan dengan seksama dan terperinci agar proses audit dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Tahap-tahap perencanaan yang dilakukan oleh KAP TWR dalam melakukan audit kepada PT Betts Indonesia tidak berbeda jauh dengan yang telah dijelaskan oleh teori. Berikut ini adalah empat bagian perencanaan audit yang dilakukan KAP TWR terhadap PT Betts Indonesia. 4.3.1
Menerima dan Melanjutkan Klien
Pada tahap ini auditor akan melakukan penilaian terhadap klien yang akan di audit, baik klien baru ataupun klien lama. Penilaian dilakukan terhadap risiko yang dimiliki oleh klien dalam bisnisnya ataupun risiko yang akan dihadapi KAP selama proses audit ini berlangsung. Proses penilaian dilakukan menggunakan suatu sistem yang dinamakan Financial Risk Assessment System (FRISK). Hasil output dari FRISK nantinya berupa nilai angka dan juga tingkatan kondisi risiko klien. Proses penilaian ini dilakukan agar tim audit mendapatkan cukup informasi apakah proses kelanjutan audit ini bisa dilakukan. Setelah senior-in-charge melakukan penilaian dengan FRISK, didapatkan bahwa penerimaan PT Betts Indonesia sebagai klien memiliki risiko yang rendah dan tidak terdapat hal yang membuat perjanjian ini harus dihentikan sehingga pelaksanaan audit dilanjutkan. FRISK merupakan suatu sistem yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang relevan
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
40
untuk menilai apakah suatu perusahaan nantinya akan diaudit oleh KAP TWR. Pertanyaan tersebut sangat beragam, seperti pertanyaan tentang pengendalian internal perusahaan, keberlangsungan hidup perusahaan, risiko bisnis perusahaan, dan lainnya. Kesimpulan dari FRISK sangat penting untuk memutuskan penerimaan atau keberlanjutan audit atas perusahaan. Penugasan audit atas PT Betts Indonesia ini sebenarnya diterima oleh KAP TWR melalui TWR Paris. Dimana TWR Paris menerima penugasan audit untuk memberikan opini atas laporan keuangan ALBEA Group untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2013. KAP TWR sendiri melakukan specified procedure terhadap PT Betts Indonesia, dimana hanya pada akun yang signifikan saja dilakukan audit. Kemudian tahap perencanaan ini dilaksanakan lebih cepat daripada tanggal engagement letter karena ada beberapa pertimbangan: a. PT Betts Indonesia merupakan klien yang berulang atau berkelanjutan. b. ALBEA Group menggunakan TWR Paris sebagai auditornya dan tidak diperbolehkan kepada semua komponen ALBEA untuk menggunakan auditor lain yang tidak berafiliasi dengan TWR, maka dari itu KAP TWR ditunjuk sebagai auditor PT Betts Indonesia. c. KAP TWR memiliki relasi yang baik dengan PT Betts Indonesia, dan tidak ada intensi untuk memutuskan relasi audit. d. KAP TWR telah berdiskusi dan berkomunikasi secara verbal kepada PT Betts Indonesia dan ALBEA Group mengenai audit tahun ini, dimana tercantum soal persetujuan audit fee dan kecil kemungkinan untuk tidak menggunakan jasa audit KAP TWR. Dengan alasan ini, maka KAP TWR melaksanakan perencanaan terlebih dahulu. 4.3.2
Pembuatan Engagement Letter dengan Klien, Pembentukan Tim, dan Pengecekan Independensi Anggota Tim
Setelah KAP TWR melaksanakan tahap penilaian atas klien, kemudian tahap selanjutnya adalah membuat engagement letter, membentuk tim serta mengecek independensi masing-masing anggota tim. Tahap ini secara substansi telah sesuai
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
41
dengan teori. Engagement letter merupakan surat kontrak resmi penyediaan jasa kepada klien yang umumnya berisi lingkup audit, tanggung jawab manajemen dan auditor, kerangka pelaporan keuangan klien, akses informasi auditor, kebutuhan spesialis, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan proses audit PT Betts Indonesia. Engagement letter harus disetujui dan ditandatangani baik oleh KAP TWR maupun PT Betts Indonesia, dimana KAP TWR diwakili oleh engagement partner dan PT Betts Indonesia diwakili oleh Finance Controller dan Cluster Director. Dengan menyetujui dan menandatangani engagement letter, manajemen PT Betts Indonesia dianggap telah mengakui dan memahami apa saja yang menjadi tanggung jawabnya. Tahap selanjutnya adalah menentukan komposisi tim audit. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya tim audit, seperti ukuran klien, kompleksitas perusahaan, maupun besarnya biaya audit. Komposisi tim audit dapat berubah sewaktu-waktu disesuaikan dengan kondisi tertentu. Untuk penugasan audit PT Betts Indonesia, tim audit terdiri dari seorang engagement leader, seorang manager, seorang senior-in-charge, tiga (3) orang associate auditor, dan seorang peserta magang (vocational employee). Komposisi tersebut dianggap sesuai karena kompleksitas perusahaan maupun dari beban audit yang diterima. Kemudian setelah terbentuk tim, maka perlu ada pengecekan terhadap independensi setiap anggota tim terhadap PT Betts Indonesia. Maka dari itu, setiap anggota tim akan mendapatkan surat pernyataan bahwa anggota tim independen terhadap klien. Dimana jika diketahui ada anggota yang tidak independen (memiliki saham klien atau keluarga dari direksi) makan anggota tersebut akan diganti. Dalam prosedur ini, tidak ditemukan masalah tentang independensi anggota tim audit sehingga audit dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Selanjutnya, tim perlu melakukan pengecekan independensi PT Betts Indonesia. Pertama, menentukan adakah audit fee yang belum lunas terbayar yang akan memberikan dampak tertentu yang signifikan. Dari pengecekan ini ditemukan
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
42
bahwa audit fee tahun lalu ternyata belum lunas. Namun, hal ini tidak menjadi masalah karena dianggap immaterial untuk KAP TWR memberikan opini independensi. Kedua, mengidentifikasi bahwa adakah mantan karyawan atau partner KAP TWR yang menjadi posisi kunci manajemen dari PT Betts Indonesia. Hasilnya, tidak ada mantan karyawan KAP TWR yang menempati posisi strategis di PT Betts Indonesia. Ketiga, mengidentifikasi apakah ada tuntutan litigasi yang sedang dihadapi oleh PT Betts Indonesia yang berhubungan dengan jasa audit ataupun non-audit. Ternyata tidak ada tuntutan litigasi yang perlu ditakutkan ataupun material terhadap independensi KAP TWR. Terakhir, menentukan apakah ada hubungan bisnis yang terjadi antara KAP TWR dan PT Betts Indonesia, dan ternyata tidak ada hubungan bisnis yang melibatkan KAP TWR dan PT Betts Indonesia. Sehingga tidak ada masalah soal independensi KAP TWR dengan PT Betts Indonesia. 4.3.3
Memahami Risiko Bisnis Klien dan Menilai Risiko Klien
Tim audit harus dapat memahami risiko bisnis klien sejak masa perencanaan. PT Betts Indonesia sendiri berada di Indonesia yang berada di Asia Tenggara yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup cepat dan peningkatan kelas menengah yang menarik banyak investor untuk menanamkan modalnya. Selain itu, pasar pharmaceutical Indonesia salah satu yang tercepat pertumbuhannya di Asia, yaitu mencapai angka 12,5%. Hal ini membuat tekanan kepada manajemen untuk mencapai Key Performance Indicator (KPI) mereka dalam komponen penjualan. Alasan ini juga yang membuat dimana bisnis packaging menjadi cukup kompetitif dimana semakin tingginya permintaan akan tubes dikarenakan tingginya produksi dari beberapa customer untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat seiring meningkatnya pertumbuhan kelas menengah di Indonesia. Pedoman audit KAP TWR menyatakan perlunya tim audit menilai risiko terhadap salah saji. Hal ini diperlukan untuk mengetahui dimana area-area sensitif salah saji. Risiko salah saji signifikan yang ditemukan pada tingkat pelaporan keuangan adalah sebagai berikut:
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
43
1. Manajemen
yang
mengesampingkan
pengendalian
internal
(risk
of
management override of controls) Hal yang dapat menjadi indikasi risiko ini antara lain jurnal yang tidak layak seperti jurnal yang tidak sama antara debit dan kreditnya, kombinasi akun buku besar untuk pendapatan yang tidak biasa, estimasi akuntansi, pengendalian untuk transaksi signifikan yang tidak biasa dan hilang atau dobelnya nomor jurnal. 2. Pengakuan pendapatan (revenue recognition) Risiko salah saji pada pengakuan pendapatan dapat muncul dari tingginya KPI yang ditetapkan oleh manajemen untuk penjualan. Hal ini sangat sensitif dan rawan sekali akan fraud, dimana penjualan mereka 99,9% diberikan kepada third-parties, dimana 52% penjualan kepada UNLV dan 26% kepada Yasulor, sedangkan sisanya kepada customer local ataupun luar negeri. Prosedur lebih jauh dilakukan terkait penilaian atas risiko kecurangan yang dilakukan oleh manajemen. Berikut adalah fraud triangle assessment berdasarkan pemahaman dan penilaian risiko kecurangan (fraud risk) klien: A. Fraudulent financial reporting
Incentives/pressure PT Betts Indonesia memiliki komponen financial dalam KPI mereka yang telah ditetapkan oleh ALBEA Group, dimana komponen financial ini menuntut adanya tingkat penjualan yang tinggi, berdasarkan pasar Asia Tenggara yang cukup potensial. Hal ini yang mungkin dapat membuat tekanan kepada manajemen untuk melakukan potensi fraud activities dalam rangka untuk mencapai target, dimana seperti melakukan manipulasi peningkatan penjualan ataupun income smoothing.
Opportunities ALBEA Group melakukan monitor setiap bulan terhadap informasi financial yang dikirimkan oleh PT Betts Indonesia. Mereka biasanya melakukan review dan menanyakan sesuatu yang tidak biasa yang mereka temukan. Disamping itu, mereka telah mengimplementasikan lingkungan
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
44
pengendalian yang baik untuk meminimalisir risiko fraud. Berdasarkan kondisi tersebut, opportunity untuk melakukan fraud disini dianggap rendah.
Attitude and rationalization PT Betts Indonesia memelihara dengan baik komunikasi dengan karyawan mereka menyangkut nilai-nilai etika, regulasi perusahaan, dan code of conduct. PT Betts Indonesia tidak membuka ruang untuk pelanggaran terhadap hukum dimana hal tersebut menjadi kekhawatiran yang kuat pada awalnya.
B. Misappropriation of assets
Incentives/pressure Tim audit tidak melihat adanya tekanan dari PT Betts Indonesia yang mungkin menyebabkan penyalahgunaan penggunaan aset oleh karyawan, namun tetap ada kemungkinan bahwa karyawan melakukan fraud untuk menerima insentif dari penyalahgunaan aset.
Opportunities Berdasarkan dari inquiry yang dilakukan oleh tim audit, pemisahan pekerjaan atau pengecekan independensi, pelindung fisik berada di tempat yang benar dan sistem dari otorisasi dan persetujuan transaksi sudah memadai.
Attitude and rationalization Seperti yang disebutkan sebelumnya, PT Betts Indonesia telah memelihara dengan baik komunikasi dengan karyawan menyangkut nilai-nilai etika, regulasi perusahaan, dan code of conduct.
Lalu tim audit juga mengadakan inquiry dengan manajemen untuk mengetahui bagaimana pandangan mereka terhadap dugaan fraud. Pertama, manajemen tidak menyadari akan berbagai dugaan atau perlakukan fraud pada risiko dari salah saji material terkait fraud. Manajemen menilai risiko dari salah saji akan laporan keuangan terkait fraud dianggap rendah karena beberapa alasan, yaitu: ada estimasi manajemen akan area yang cenderung ada risiko dari salah saji material
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
45
terkait fraud tersebut. Penggunaan estimasi manajemen terbatas, hanya untuk beberapa dan transaksi biasa dalam sajian bisnis normal dalam bisnis PT Betts Indonesia. Contohnya: akrual, penyisihan piutang tak tertagih, persediaan yang usang/rusak, dan imbalan kerja. Manajemen percaya bahwa risiko fraud yang ada dalam PT Betts Indonesia, baik misappropriation of assets atau fraudulent financial reporting dapat di mitigasi dengan kontrol internal dan pemisahan pekerjaan. PT Betts Indonesia telah mempunyai pemisahan pekerjaan yang tepat dan internal kontrol pada tempat yang dapat mendeteksi berbagai fraud yang muncul. Pada 2012, tidak ada kasus fraud yang spesifik teridentifikasi selain barang yang tercuri dengan dampak sampai USD 15,000 terhadap laporan keuangan. Manajemen telah melaporkan kasus tersebut kepada polisi dan manajemen telah melakukan aksi yang berhubungan perbaikan untuk mencegah kasus tersebut terulang lagi. Maka dari hal tersebut, tim melakukan risk assessment yang menemukan bahwa ada risiko fraud pada pengakuan pendapatan. Dimana berdasarkan analisa tim menggunakan data neraca saldo per 30 September 2013, penjualan PT Betts Indonesia meningkat sekitar 9% atau lebih tinggi 3% dari pasar. Celah perbedaan yang terkait dengan PT Betts Indonesia yang memiliki kelebihan akan peningkatan penjualan dari customer lokal tetapi menjadi offset akan penjualan kepada customer luar negeri. Penjualan lokal meningkat sekitar 29%. Kenaikan rate penjualan yang lebih tinggi ini terkait dengan kenaikan performa penjualan dari customer dimana langsung berdampak kepada performa penjualan dari PT Betts Indonesia. Penjualan lokal utama meningkat datang dari UNLV dan Yasulor. Dimana pada tahun berjalan, PT Betts Indonesia telah mengadakan perjanjian penjualan jangka panjang dengan UNLV. Sedangkan, penjualan ekspor performanya menurun sekitar 45%. Hal ini terjadi karena PT Betts Indonesia berfokus untuk meningkatkan penjualan lokal. Penurunan utama dari penjualan ekspor ini disebabkan oleh APC dan AInd sekitar 28% dan 30%.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
46
Tabel 4.1 Perbandingan akun pendapatan
Revenue
Prior (31/12/2012)
Expected
TB (30/09/2013)
Variance
-159,160,109,024
-167,372,832,523
-171,733,757,637
4,360,925,115
Sumber: Kertas kerja KAP TWR. (Telah diolah kembali)
4.3.4
Memahami Pengendalian Internal Klien
Pada tahap ini KAP TWR melakukan evaluasi awal terhadap pengendalian internal dari klien. Proses ini termasuk melakukan inquiry dengan pihak terkait di perusahaan seperti finance controller dan accounting manager untuk menanyakan pengendalian apa saja yang ada dalam aktivitas perusahaan, dan bagaimana dipastikan pengendalian tersebut dijalankan secara baik dan benar. Dari proses ini akan terlihat apakah pengendalian yang diterapkan oleh perusahaan merupakan pengendalian yang efektif dan efisien untuk proses bisnis yang dijalankan oleh klien. Untuk itu, auditor harus memahami dan mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bisnis yang dijalankan oleh klien. Pada tahap ini, hal-hal yang dipertimbangkan dalam mendapatkan pemahaman terhadap perusahaan dan lingkungan diantaranya adalah:
Keadaan industry dan peraturan serta faktor eksternal lainnya seperti kerangka laporan keuangan yang berlaku bagi perusahaan. Dalam hal ini adalah pemahaman terhadap keadaan industri manufaktur dan juga industri personal care, oral care, dan pharmaceutical yang sangat mempengaruhi penjualan PT Betts Indonesia. Serta keadaan makro ekonomi secara umum dan faktor lainnya yang mempengaruhi industri tersebut.
Pemahaman atas tujuan dan strategi bisnis perusahaan serta terhadap risiko bisnis yang berhubungan erat dengan perusahaan.
Pemahaman dasar atas bisnis klien.
Pengukuran dan peninjauan kinerja keuangan klien.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
47
Untuk memahami lebih dalam mengenai pengendalian internal PT Betts Indonesia, tim audit melakukan inquiry dengan pihak PT Betts Indonesia, KAP TWR mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal sebagai berikut: A. Lingkungan pengendalian (control environment) Dalam konteks ini, ada beberapa hal yang diatur. Antara lain soal integritas dan nilai etika yang mengacu kepada worldwide code and business conduct yang diterbitkan oleh ALBEA Group. Dimana code of conduct tersebut mengatur praktik bisnis, conflict of interest, serta standar etika. Setiap tahun ada pelatihan soal kode etik dan fraud kepada seluruh karyawan mulai dari senior manager hingga level terbawah. Selain itu ada juga Perjanjian Kerja Bersama yang meliputi regulasi perusahaan yang telah di diskusikan dan disetujui oleh persatuan pekerja. Kemudian setiap pelanggaran yang terjadi, akan diberikan sanksi. Kemudian untuk soal komitmen untuk kompetensi, dimana diketahui bahwa employee turnover di PT Betts Indonesia ini relative rendah. Untuk alasan tersebut, tim audit percaya bahwa karyawan memiliki pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk menjalankannya pekerjaaannya dengan tepat. Beberapa celah akan kemampuan masih ditemukan di beberapa area, namun
PT
Betts
Indonesia
memitigasi
kelemahan
ini
dengan
menyelenggarakan beberapa pelatihan kepada karyawannya. Selain itu, tim audit juga melakukan review atas proses hiring karyawan baru yang dilaksanakan oleh PT Betts Indonesia, dimana tidak ditemukan tindak kecurangan disini selama setahun kebelakang. Kemudian PT Betts Indonesia setiap tahun akan melakukan penilaian performa kepada karyawannya, dan memberikan surat peringatan kepada karyawan yang tidak patuh kepada regulasi perusahaan. Kenaikan gaji disini didasarkan kepada performa karyawan. Dimana dalam penilaian performa disini didasarkan kepada KPI yang dinilai oleh subordinate mereka masing-masing. Kemudian didapatkan juga bahwa setiap bulannya, manajemen juga melakukan pertemuan untuk mendiskusikan laporan manajemen bulanan.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
48
Dimana dalam pertemuan ini dibahas soal performa perusahaan dan rencana kedepannya. Biasanya ada pihak dari ALBEA Group yang datang dalam pertemuan ini untuk update soal isu apa saja yang terjadi, dan melaporkannya kepada shareholders. Informasi dari pertemuan ini akan dikomunikasikan kepada pihak terkait di perusahaan. Soal management’s operating style, manajemen selalu mempertimbangkan praktik dalam menghadapi risiko, yang artinya respon manajemen tergantung dari situasi. Manajemen juga melihat bahwa finance dan accounting sebagai bagian penting dalam proses monitoring. Manajemen juga selalu menekankan pentingnya memiliki kontrol internal yang baik. Oleh karena itu, temuan dan rekomendasi dari auditor selalu ditanggapi serius oleh manajemen. Lalu soal struktur organisasi, dimana cukup efektif untuk flow informasi dalam perusahaan. Hal ini juga mencakup tanggung jawab monitoring untuk aktifitas bisnis dan operasi PT Betts Indonesia. Dari review tim audit, didapatkan bahwa struktur organisasi ini sudah sesuai dengan ukuran dan kompleksitas PT Betts Indonesia. Yang terakhir, terkait dengan otoritas dan tanggung jawab. Dalam hal ini ada deskripsi tugas yang detail dan memiliki referensi yang spesifik untuk pengendalian yang berhubungan dengan tanggung jawab. Tim audit juga melihat bahwa otoritas dan tanggung jawab yang jelas di departemen accounting telah berkembang dengan tepat. Tim audit juga meninjau aturan kompensasi dari perusahaan. PT Betts Indonesia memberikan kompensasi berdasarkan dari KPI untuk bonus quarterly kepada seluruh karyawan dan bonus quarterly individual berdasarkan dari KPI individual. Semua KPI dinilai setiap bulan. Lalu untuk prosedur promosi, PT Betts Indonesia juga memiliki prosedur promosi yang cukup komprehensif. Tim audit juga memperoleh satu (1) contoh KPI, dan melakukan review. Dari situ, tim audit menilai bahwa KPI sebagai basis evaluasi performa sangatlah komprehensif dan meliputi beberapa faktor penilaian. Tim audit juga melakukan inquiry dan menemukan bahwa salah
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
49
satu KPI dari perusahaan adalah mengurangi overtime dan ketidakhadiran karyawan. Dari pemahaman dan evaluasi terhadap lingkungan pengendalian PT Betts Indonesia, tim audit menganggap bahwa lingkungan pengendalian dapat menjadi fondasi yang tepat untuk kontrol internal dan tidak ada kekurangan yang tim audit identifikasi. B. Penilaian risiko (risk assessment) PT Betts Indonesia mengadakan pertemuan bulanan manajemen untuk mendiskusikan performa financial (actual vs. budget). Selain itu ada juga pertemuan mingguan yang diadakan masing-masing departemen untuk mendiskusikan isu selama produksi, keperluan improvement, dan perencanaan untuk
periode
selanjutnya
(pertemuan
steering
committee).
Namun,
kebanyakan pertemuan terdiri dari divisi produksi. Objektif dari bisnis (bersamaan dengan tujuan) harus di komunikasikan secara jelas ke seluruh perusahaan. PT Betts Indonesia memiliki mekanisme untuk mengidentifikasi risiko yang relevan terhadap financial reporting yang timbul dari internal ataupun eksternal, berdasarkan diskusi dengan manajemen. PT Betts Indonesia tetap melakukan improvisasi dalam pelaksanaan perubahan signifikan dalam perannya untuk tanggung jawab terhadap
system
development. Dapat disimpulkan bahwa proses penilaian risiko yang dilaksanakan sudah tepat untuk ukuran dan kompleksitas perusahaan. C. Aktivitas pengendalian (control activities) Berdasarkan inquiry, Finance Controller terlibat dalam kegiatan operasional sehari-hari. Dimana dalam kondisi transaksi dengan jumlah tertentu yang material membutuhkan persetujuan dari Finance Manager, Finance Controller, serta General Manager dan kemudian di cek oleh Accounting Manager. Sehingga diharapkan seluruh transaksi telah diketahui oleh perwakilan manajemen.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
50
D. Informasi dan komunikasi (information and communication) Berdasarkan inquiry, PT Betts Indonesia menggunakan Mfg Pro dalam pelaporan dan pencatatan keuangannya sejak 1998. Pelatihan Mfg Pro diberikan kepada setiap karyawan baru. Pelatihan Mfg Pro ini diadakan oleh departemen IT dan Finance. Perusahaan juga membatasi akses terhadap sistem, setiap tambahan user atau pergantian terhadap sistem harus disetujui oleh admin pusat. Karena itu, informasi yang dihasilkan oleh sistem lebih bisa diandalkan. Perusahaan bisa mendapatkan akses akan informasi financial yang tepat waktu dari sistem ini untuk memungkinkan mereka membuat keputusan penting. Untuk transaksi-transaksi umum, jurnal disiapkan oleh staf Accounting atau Finance kemudian di cek oleh Accounting Supervisor atau Finance Supervisor dan disetujui oleh Accounting Manager atau Finance Manager dan diketahui oleh Finance Controller. Contoh transaksi umum adalah penjualan, pembelian, pengeluaran kas, dan lainnya. Sementara untuk transaksi tidak biasa, seperti jurnal penyesuaian yang berhubungan dengan estimasi, akan disiapkan oleh Accounting Supervisor atau Finance Supervisor dan kembali di cek oleh Accounting Manager atau Finance Manager. Tugas karyawan dan tanggung jawabnya telah di komunikasikan melalui deskripsi tugas. PT Betts Indonesia telah menetapkan dalam pertemuan manajemen dengan Serikat Pekerja sebagai bentuk komunikasi antara perusahaan dengan karyawannya. Sebenarnya, ALBEA Group memiliki whistleblower program tetapi PT Betts Indonesia tidak mengimplementasikan hal ini. Perusahaan juga memiliki saluran komunikasi untuk melaporkan dugaan kejanggalan dan keluhan dimana telah tercantum dalam code of conduct. E. Pengendalian pengawasan (monitoring of controls) Tidak terdapat dokumentasi formal yang disediakan oleh manajemen terkait kegiatan pengawasan perusahaan. PT Betts Indonesia tidak mempunyai departemen internal audit sehingga tidak terdapat fungsi yang menguatkan pengawasan internal perusahaan. PT Betts Indonesia juga tidak memiliki
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
51
whistleblower program yang disediakan untuk pegawai sebagai media untuk melaporkan hal yang berhubungan dengan kecurangan di dalam internal perusahaan. Meskipun begitu, ada Regional Internal Audit yang melaksanakan audit periodic setiap tahun. Regional Internal Audit ini relative efektif. Mereka melaksanakan audit periodic untuk semua siklus tahunan yang signifikan. Berdasarkan inquiry, ALBEA Group akan mengirimkan Finance Controller dari Asia Cluster untuk menguji kontrol internal mereka. Dimana, ALBEA Group akan mengirimkan form penilaian dan akan diisi oleh Finance Controller dari Asia Cluster berdasarkan hasil inspeksi. Pada 2013 ini, ada kunjungan dari TWR Paris atas instruksi ALBEA Group. Sekarang, manajemen sedangkan melakukan proses pemulihan. Hasil dari inspeksi Regional Internal Audit ini akan diberitahukan juga kepada manajemen. Dan tindakan follow up akan temuan juga telah di dokumentasikan. Setiap bulan, Finance Controller dan Finance Manager melakukan conference call dengan ALBEA Group untuk mendiskusikan laporan manajemen bulanan. Berdasarkan lima (5) komponen kontrol internal tersebut sudah cukup memenuhi kenyamanan tim audit dalam menganalisis kontrol internal. Tim audit menyimpulkan bahwa tidak ada kekurangan dalam kontrol internal yang telah di identifikasi. Selain itu, tidak ditemukan juga risiko signifikan yang berhubungan dengan kontrol internal yang teridentifikasi. Berdasarkan evaluasi diatas, tim audit tidak ada keraguan pada kemampuan untuk memperoleh keyakinan yang memadai mengenai sebagian laporan keuangan yang bebas dari salah saji material. 4.3.5
Menentukan Strategi Audit dan Perencanaan Audit
Pada tahap ini, tim audit menentukan strategi audit dan perencanaan audit yang akan dijalankan. Tim audit melakukan peninjauan terhadap minutes of meeting pertemuan manajemen guna mengetahui apakah ada kegiatan yang dapat mempengaruhi komponen pada laporan keuangan sehingga akan berdampak pada proses audit yang akan dilakukan. Selain itu tim audit melakukan penilaian lebih dalam mengenai kondisi bisnis PT Betts Indonesia, mengidentifikasi risiko,
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
52
mengidentifikasi bukti-bukti audit yang diperlukan selama proses audit berlangsung, serta melakukan evaluasi terkait perjanjian-perjanjian yang dilakukan oleh PT Betts Indonesia selama tahun 2013. Selanjutnya tim audit harus melakukan indentifikasi terkait peraturan hukum dan pemerintah yang bersangkutan dengan perusahaan, tim audit harus memahami secara umum mengenai peraturan dan hukum yang berhubungan dengan bisnis klien termasuk peraturan yang secara langsung atau tidak langsung akan memberikan efek terhadap laporan keuangan serta pemahaman apakah klien taat pada peraturan dan hukum tersebut. Pemahaman ini dilakukan oleh auditor dengan cara melakukan diskusi dengan manajemen. Setelah itu, senior-in-charge mengidentifikasi pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan PT Betts Indonesia. Proses pengidentifikasian ini dibantu oleh manajemen dalam hal pendataan related parties serta transaksi yang terkait terhadap setiap related party. Dari hasil identifikasi ini tidak diperoleh risiko yang signifikan untuk transaksi dengan related parties. Kemudian, tim audit melakukan penilaian terhadap isu going concern. Pada tahap ini diperoleh hasil negatif terhadap isu going concern. Dimana dari komponen yang dipakai oleh tim audit, ada beberapa area yang meberi sinyal negatif. Dimana cashflow yang negative, serta adanya utang jangka pendek yang jumlahnya meningkat dari Rp 4,8 Milyar menjadi Rp 34,6 Milyar. Maka dari hal itu, akan dilakukan prosedur yang mendalam pada akun pendapatan yang awalnya juga terkena isu fraud. Selanjutnya, tim audit akan menentukan tingkat materialitas. Ada tiga tingkatan materialitas yang digunakan dalam setiap proses audit yang dilakukan oleh KAP TWR, yaitu: A. Overall Materiality (OM) Berdasarkan pedoman audit KAP TWR, OM adalah keseluruhan penilaian materialitas atas laporan keuangan secara umum. OM menjadi dasar
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
53
pertimbangan untuk mengevaluasi dampak dari salah saji yang tidak di koreksi dari laporan keuangan secara keseluruhan serta menjadi dasar penentuan opini audit. OM juga sangat penting karena digunakan untuk dasar penentuan tingkatan materialitas yang lain, yaitu PM dan SUM. Penentuan OM tidak lepas dari penggunaan pertimbangan professional (professional judgement) auditor, seperti penilaian risiko dan pemahaman atas perusahaan dan lingkungannya serta pembahasan khusus lainnya tentang perusahaan. OM ditentukan dari tolak ukur (benchmark) tertentu yang bergantung dari jenis perusahaan sendiri. Benchmark didefinisikan sebagai sebuah elemen atau komponen dari laporan keuangan dimana nilai batas (threshold) digunakan untuk menghitung materialiatas. Biasanya, untuk klien yang berorientasi profit, benchmark yang digunakan adalah total untung/rugi sebelum pajak dari operasi yang berlangsung (total profit/loss before tax from continuing operations). Untuk klien yang tidak berorientasi profit, biasanya digunakan total biaya atau total pendapatan sebagai benchmark dalam menentukan OM. Sedangkan, untuk asset-based entitites (mutual fund) biasanya digunakan total asset (net asset maupun total asset). Setelah mengidentifikasi benchmark yang lebih tepat untuk digunakan, kemudian manager atau senior-in-charge, akan menentukan rule of thumb persentase yang akan dikalikan. Persentase yang dapat digunakan antara lain:
Untuk entitas yang berorientasi profit, persentase yang dapat diaplikasikan adalah hingga 10% dari total untung/rugi sebelum pajak atau hingga 1% dari total pendapatan.
Untuk entitas yang tidak berorientasi pada profit, persentase yang dapat diaplikasikan adalah hingga 2% dari total biaya atau total pendapatan.
Untuk entitas yang berada di dalam industry mutual fund, persentase yang dapat diaplikasikan adalah hingga 1% dari nilai aset bersih atau hingga 2% dari total aset.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
54
Tim audit memutuskan benchmark yang digunakan adalah laba/rugi sebelum pajak dari kegiatan operasional berjalan (profit/loss before tax from continuing operations). Tim audit juga memutuskan menggunakan rule of thumb yaitu 7,5%, yang menjadi threshold salah saji yang diperbolehkan untuk laporan keuangan PT Betts Indonesia secara keseluruhan yang tidak akan mempengaruhi pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan jika menggunakan informasi dari laporan keuangan tersebut. B. Performance Materiality (PM) Adalah tingkatan materialitas yang ditetapkan untuk satu saldo akun secara keseluruhan yang akan di audit, kelompok transaksi dan pengungkapan mana yang akan diperiksa, dimana besarnya angka PM ditentukan berdasarkan OM yang telah dihiting sebelumnya. PM memudahkan audit untuk menentukan dasar, waktu, dan sejauh mana audit diperlukan untuk mengurangi risiko audit pada level yang dapat diterima. Pedoman audit KAP TWR menyatakan bahwa PM ditentukan pada nominal kurang dari OM, umumnya adalah 50% - 75% dari jumlah OM. Pengurangan persentase tersebut disebut haircut. Tim audit memutuskan untuk menggunakan haircut sebesar 40%, dimana hal ini berdasarkan dengan inquiry dengan TWR Paris sebagai auditor ALBEA Group. TWR Paris mengatakan berdasarkan hasil audit tahun lalu yang masih sangat messy, dimana banyak sekali adjustment. Dimana PM yang di dapat ini berarti merupakan threshold salah saji yang diperbolehkan untuk saldo akun tertentu dan merupakan batas maksimal total adjustment baik dari PT Betts Indonesia ataupun KAP TWR yang boleh tidak dilakukan untuk saldo akun tertentu. C. De minimis Summary of Uncorrected Misstatement (SUM) SUM adalah tingkatan materialitas yang ditetapkan untuk satu saldo sub akun yang akan di audit, serta dimana tingkatan salah saji yang nominalnya dibawah SUM tersebut dianggap tidak signifikan terhadap pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan sehingga tidak diperlukan penyesuaian audit. Pedoman audit KAP TWR mengekspektasi besarnya SUM adalah 5%
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
55
dari OM, namun kisaran SUM dapat kurang dari 5% jumlah OM sampai dengan 10% dari OM. Tim audit memutuskan untuk menggunakan SUM sebesar 5% dari nominal OM. Pertimbangan professional dibalik keputusan tersebut adalah di ekspektasikan akan adanya penyesuaian audit dengan nominal yang cukup signifikan, risiko signifikan terhadap pendapatan, serta risiko signifikan atas manajemen yang mengesampingkan pengendalian internal. SUM tersebut merupakan batas maksimal untuk tidak dilakukannya adjustment. Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat materialitas suatu sub akun tidak boleh melebihi SUM-nya, tingkat materialitas keseluruhan sub akun dalam suatu akun tidak boleh melebihi PM-nya, dan tingkat materialitas keseluruhan PM-nya dalam satu laporan keuangan tidak boleh melebihi OMnya. Namun, dalam suatu kondisi tertentu, penggunaan dari ketiga angkatan materialitas tersebut dapat berbeda, tergantung pertimbangan dari auditor untuk menentukan materialitas yang akan dipakai. Misalnya, jika suatu sub akun memiliki jumlah nominal yang cukup besar, maka tingkat materialitas yang digunakan bukan lagi SUM, namun PM. Karena semakin besar nominal, maka dampaknya juga semakin besar. Dasar tingkat materialitas Profit/loss before tax from continuing operations
Rp 61,333,333,333
Rule of thumb
7.5%
Overall Materiality
Rp 4,600,000,000
Hair-cut
40%
Performance Materiality
Rp 2,760,000,000
De minimis level Summary of Uncorrected Misstatement
5% Rp 230,000,000
Materialitas KAP TWR mempunyai penentuan yang bertahap, yaitu OM, PM, dan SUM. Penentuan ini telah disesuaikan antara standar dengan pengalaman audit KAP TWR. Penentuan ini membuat auditor menjadi lebih praktis dalam menjalankan audit. Perlu diketahui bahwa materialitas merupakan hal yang sangat
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
56
dirahasiakan oleh KAP TWR, oleh karena itu informasi yang dicantumkan telah di manipulasi, termasuk dasar yang dijadikan penentuan materialitas. Tingkat materialitas memang ditetapkan di awal fase perencanaan, namun angka materialitas yang ada akan terus di-update sampai dengan akhir proses audit. Hal ini juga yang terkadang dapat menjadi sebuah masalah, yaitu ketika perubahan materialitas terjadi saat masa audit lapangan (fieldwork) telah berakhir. Perubahan tersebut terjadi pada proses audit ini dan menyebabkan satu prosedur tambahan harus dijalankan auditor. Tim audit kemudian mengadakan kick-off meeting. Kick-off meeting membahas isu-isu mengenai penugasan audit terkait, seperti pengenalan tim, penjelasan umum tentang klien dan performa perusahaan, risiko yang terdapat pada klien, pendekatan audit, penentuan materialitas, dan lainnya. Kick-off meeting diharapkan menambah pemahaman anggota tim audit terhadap penugasan audit sehingga audit akan menjadi lebih efektif dan efisien. Selain itu, pada kick-off meeting, biasanya ada penjelasan mengenai hasil audit terhadap klien saat periode sebelumnya. Dimana hal ini diharapkan dapat memberi gambaran umum bagaimana keadaan dari klien tersebut, sehingga tim audit diharapkan lebih siap dan juga matang. 4.4
Audit Lapangan (Fieldwork)
Dalam tahap pengerjaan audit lapangan (fieldwork) dilakukan pengumpulan bukti audit sebagai dasar dan pendukung dari opini yang nantinya akan dikeluarkan KAP TWR terhadap laporan keuangan PT Betts Indonesia. Pengerjaan audit lapangan direncanakan selama empat minggu. Pada saat tim audit melakukan pengerjaan audit lapangan, proses-proses audit yang telah disiapkan pada saat melakukan audit akan dilakukan. Pembahasan mengenai audit lapangan akan berfokus pada prosedur audit atas pendapatan PT Betts Indonesia. Prosedur audit adalah pedoman dan tahapantahapan pekerjaan audit yang biasanya disajikan secara tertulis dalam bentuk perintah yang dijalani oleh auditor untuk menemukan bukti-bukti audit.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
57
Yang pertama, dimana tim audit harus menyikapi respon untuk mengatasi hasil dari penilaian risiko dari salah saji material. Memperoleh bukti audit yang lebih persuasive (substantive and controls) untuk penilaian terhadap risiko yang lebih dalam lagi. Kemudian memperkuat respon keseluruhan atas risiko pada financial statement level dengan scoping-in lebih tepat pada item financial statement level risk, menambahkan risiko yang tepat pada audit risks view, dan memastikan working paper telah tepat dimasukan pada gather evidence view. Lalu untuk risiko pada tingkat asersi, bentuk dan pelaksanaan prosedur yang nature, timing, yang berdasarkan jangkauannya dan juga responsive terhadap penilaian risiko salah saji material pada tingkat asersi tersebut. Kemudian, tim audit harus mempertimbangkan relevansi dan keandalan dari informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit. Ketika menggunakan informasi yang diberikan oleh perusahaan, harus di evaluasi apakan informasi itu cukup handal, termasuk kebutuhan untuk memperoleh bukti mengenai akurasi dan kelengkapan informasi, serta mengevaluasi apakah informasi itu cukup tepat dan terperinci. Elemen perencanaan dari unpredictability. Dimana elemen yang tergabung dari unpredictability yang terpilih pada prosedur audit melalui prosedur berikut:
Melaksanakan prosedur audit kepada akun yang berhubungan, dan asersi yang sebaliknya tidak dapat di test berdasarkan pada amount-nya atau penilaian risiko auditor.
Mengubah timing dari prosedur audit.
Memilih item untuk testing yang amount-nya lebih kecil atau yang sebaliknya bukan merupakan parameter customer pilihan.
Tim audit akan melakukan unpredictability testing dengan cara melakukan test pada transaksi penjuaan dimana mengambil 5 transaksi (yang ada cash receipt) selama setahun untuk customer baru pada 2013. Selain itu, juga melaksanakan konfirmasi piutang dagang (top 5 invoice) kepada customer yang belum terpilih sebagai sample sebelumnya. Dimana rasionalisasi dari testing ini adalah dimana ada anggapan akan risiko fraud pada pengakuan pendapat yang akan timbul dari
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
58
pembuatan customer fiktif. Tim audit mempertimbangkan melaksanakan prosedur ini terkait dengan risiko pengakuan pendapatan. 4.4.1
Pemahaman Alur Pendapatan (Understanding Revenue Stream)
Tim audit perlu melakukan memahami terhadap alur pendapatan klien. Pemahaman ini bertujuan untuk menguji asersi atas presentation and disclosure. Auditor memahami pendapatan sesuai dengan sifat dan risiko pendapatan tersebut. Hal ini berguna untuk prosedur-prosedur selanjutnya dimana dengan risiko yang berbeda, maka hal-hal yang menjadi perhatian khusus auditor, prosedur yang akan dilaksanakan serta jumlah sampel yang akan diambil pun akan berbeda. Pemahaman ini nantinya akan memenuhi asersi presentation and disclosure agar auditor dapat memahamo risiko terkait pendapatan yang akan diungkapkan dalam laporan keuangan. Berdasarkan ISA 315.3, dimana auditor memiliki objektif untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material, dimana terkait dengan kesalahan fraud error, yang ada pada financial statement dan tingkatan asersi, melalui pemahaman terhadap perusahaan dan lingkungan bisnisnya, termasuk kontrol internal perusahaan,
demikian
dengan
membuat
basis
untuk
merancang
dan
mengimplementasikan respon kepada risiko dari salah saji material yang telah di nilai. Lalu analisis yang dilakukan tim audit mengenai pendapatan dan proses piutang, penjualan PT Betts Indonesia berasal dari 4 tipe pendapatan, penjualan tube; component; polymer; dan printeb web. Berikut rincian penjualan dari PT Betts Indonesia berdasarkan data neraca saldo per 31 September 2013: Tabel 4.2 Proporsi penjualan Goods Tube Component Polymer Printed web Total
Total Sales Percentage 165,333,468,253 99.64% 406,804,856 0.25% 93,259,750 0.06% 97,271,586 0.06% 165,930,804,444 100%
Sumber: Kertas kerja KAP TWR. (Telah diolah kembali)
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
59
Dimana terlihat dengan jelas bahwa sebagian besar pendapatan PT Betts Indonesia di dapatkan dari penjualan tubes. Dimana 99% lebih dari pendapatan yang diperoleh dari penjualan tubes kepada customer, baik lokal ataupun luar negeri. Kemudian tim audit melakukan inquiry mengenai penerangan secara ringkas tentang proses pendapatan dan piutang: a) Bermulai dari staf marketing yang mendapatkan purchase order dari customer, kemudian mereka membuatkan sales order dan melakukan verifikasi mengenai jadwal pengiriman dengan departemen produksi. b) Kemudian setelah dapat dipastikan kapan order itu dapat selesai dan dikirim, maka secara otomatis sistem akan membuatkan delivery note dan juga sistem akan mencatat soal COGS dari order tersebut. c) Lalu staf finance menyiapkan sales invoice (faktur penjualan) dengan sistem, menggunakan nomor dari delivery note sebagai referensi, dan sistem akan secara otomatis mengakui jurnal penjualan dan piutang. Berikut adalah hasil dari penentuan alur pendapatan (revenue stream): Tabel 4.3 Perbandingan revenue stream Pertimbangan
Ekspor
Nature
Nature dari tipe transaksi pendapatan
Menyediakan decorated plastic packaging untuk customer pasar luar negeri seperti APC dan AInd
Measurement
Revenue recognition
Saat waktu mengeluarkan invoice
Lokal Menyediakan decorated plastic packaging untuk customer lokal seperti UNLV dan Yasulor Saat waktu mengeluarkan invoice
Measurement
Measurement - delivery; by units; quantity/weight/volume
Unit
Unit
Similar
Tingkatan dari inherent risk
Total transaksi penjualan tahun 2013
29,879,420,890
136,175,425,878
Different, tapi ini bukan faktor yang menentukan alur pendapatan
Tingkatan dari inherent risk
Nature of customer base - domestic/export or third party/related party
Export, third party, and related party
Domestic, third party
Different
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Similar/different
Similar
Similar
Universitas Indonesia
60
Pertimbangan
Ekspor
Lokal
Similar/different
Tingkatan dari inherent risk
Distributor or end customer?
End customer
End customer
Similar
Tingkatan dari inherent risk
Teritorial customer utama
Internasional
Lokal
Similar
DAF >> transfer risiko seharusnya diakui ketika barang sudah sampai di gudang customer
Different
Delivery terms
Point of recognition
FOB, CIF >> transfer risiko/kepemilikan terjadi ketika barang telah diberikan kepada pihak jalur pelayaran di pelabuhan Ketika invoice di terbitkan (jurnal penjualan) dan cash payment (jurnal penerimaan kas)
Proses pencatatan
Accounting entries telah dibuat dan diproses
Proses pencatatan
Bagaimana buku besar terproteksi dari adjustment yang tidak terotorisasi
Akses untuk memposting entries terbatas hanya untuk departemen accounting
Proses pengumpulan
Saat pembayaran dari customer telah diterima, staf accounting (A/R) akan mengclear-kan open invoice di sistem yang terkait dengan pembayaran tersebut.
Proses pencatatan
Ketika invoice di terbitkan (jurnal penjualan) dan cash payment (jurnal penerimaan kas) Akses untuk mem-posting entries terbatas hanya untuk departemen accounting Saat pembayaran dari customer telah diterima, staff accounting (A/R) akan mengclear-kan open invoice di sistem yang terkait dengan pembayaran tersebut.
Similar
Similar
Similar
Sumber: Kertas kerja KAP TWR. (Telah diolah kembali)
Kemudian berdasarkan data sales listing yang belum di adjust pada September 2013, penjualan dapat dikelompokan sebagai berikut: Ekspor Lokal
29,879,420,890 136,175,425,878 166,054,846,768
18% 82%
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
61
Dimana terlihat diatas bahwa sebagian besar penjualan PT Betts Indonesia di dominasi oleh customer dalam negeri. Maka dari itu, tim audit dapat menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisa mengenai alur pendapatan sebagai berikut: a) PT Betts Indonesia mengakui pendapatan ketika proses pembuatan tubes telah dilaksanakan atau rendered kepada customers. Berdasarkan pada nature of revenue diatas, segala tipe pendapatan yang telah diakui adalah ketika invoices telah dikeluarkan, dimana tidak ada tipe lain untuk pengakuan pendapatan. b) Akun yang berdampak terhadap pengakuan pendapatan hanyalah pendapatan, piutang, dan cash. c) Tidak ada perbedaan dalam proses pencatatan, measurement, proses pengumpulan, dan nature of services. Berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh tim audit terhadap revenue stream PT Betts Indonesia, tim audit menyimpulkan bahwa pendapatan perusahaan hanya terdiri dari satu (1) populasi, yaitu penjualan barang. Maka dari itu, tidak lagi ditemukan sumber pendapatan lain dari PT Betts Indonesia. Adapun beberapa flowchart untuk pemahaman alur pendapatan ada pada Lampiran 14. A. Ikhitisar Proses Pendapatan (Overview Revenue Process) Berdasarkan pemahaman sebelumnya, telah diketahui bahwa penjualan PT Betts Indonesia terdiri dari dua jenis, ekspor dan lokal. Prosedur ini mempunyai tujuan audit completeness, accuracy, exixtence/occurrence, dan right & obligation. Kemudian adapun terms of delivery dari penjualan tersebut sebagai berikut:
Untuk penjualan lokal, paling lama waktu untuk pengiriman tersebut adalah tiga (3) hari, karena tujuannya terletak di Bekasi. Untuk penjualan lokal biasanya menggunakan metode DAF (Delivery at Frontier) untuk digunakan sebagai basis pengakuan penjualan, karena biasanya harga yang diberikan oleh PT Betts Indonesia sudah termasuk dengan distribution cost. Transfer risiko dari PT Betts Indonesia ke customer harus diakui ketika barang sudah sampai di gudang customer.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
62
Untuk penjualan ekspor, paling lama waktu untuk pengiriman tersebut adalah tiga puluh (30) hari, karena tujuannya terletak di Mesir. Lalu untuk penjualan ekspor ini, biasanya menggunakan beberapa metode untuk digunakan sebagai basis pengakuan penjualan. Antara lain: o FOB (Free on Board) – dimana biaya pengirimannya dibayar oleh pihak customer, dimana transfer kepemilikan sudah berganti ketika barang sudah selesai diberikan kepada pihak jalur pelayaran di pelabuhan. Selain itu, transfer risiko dari PT Betts Indonesia kepada customer seharusnya dilakukan ketika barang telah selesai di-naik-kan ke kapal di pelabuhan muatan. o CIF (Cost Insurance Freight) – dimana biaya pengirimannya dibayar oleh pihak perusahaan sebagai tanggung jawab perusahaan untuk safety dari barang tersebut seluruhnya terkirim dengan aman ke pelabuhan tujuan. Selain itu, transfer risiko dari PT Betts Indonesia ke customer seharusnya dilakukan ketika barang telah selesai di-naik-kan ke kapal di pelabuhan muatan. o CNF (Cost and Freight) – dimana biaya pengiriman dibayar oleh pihak PT Betts Indonesia, namun customer menanggung biaya insurance-nya.
Auditor juga melakukan inquiry dengan Marketing Manager PT Betts Indonesia untuk mengetahui skema bonus yang ada di departemen marketing. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar insentif yang didapatkan oleh staf marketing terkait penjualan tubes. Dimana mereka akan mendapatkan rewards (bonus performa) dengan kriteria sebagai berikut:
Apabila penjualan aktual (based on value) sama dengan budget, maka mereka akan dapat 100% dari bonus.
Apabila penjualan aktual lebih besar 5% dari budget, maka mereka akan dapat 200% dari bonus.
Apabila penjualan aktual lebih kecil 5% dari budget, maka mereka hanya akan dapat 50% dari bonus.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
63
B. Pembahasan Performa Bisnis (Business Performance Review) Departemen penjualan melaksanakan pertemuan mingguan dengan departemen purchasing, departemen produksi, departemen warehouse, dan departemen logistik setiap hari kamis pagi. Dimana pertemuan ini disebut production meeting. Dalam pertemuan ini, perusahaan mendiskusikan hal-hal yang berhubungan dengan kapabilitas produksi untuk memenuhi pesanan dari customer. Hasil dari pertemuan mingguan ini adalah Production Plan Report yang akan diletakan di sharefolder yang bisa di akses oleh seluruh departemen yang berkaitan. Dalam Production Plan Report, tersedia jadwal dari pesanan customer dan estimasi tanggal pengiriman. Untuk pembahasan control evidence, tim audit telah memperoleh Production Plan Report dan memeriksa muatan dari Production Plan Report tersebut telah merepresentasikan hasil diskusi dari departemen penjualan, departemen produksi, departemen purchasing, dan departemen logistik. Setiap minggu, departemen penjualan juga melaksanakan pertemuan terkait dengan update posisi penjualan setiap minggu-nya dan perbandingan penjualan actual dengan budget. Departemen marketing membuat budget untuk periode selanjutnya itu berdasarkan dari fluktuasi pasar. Pembuatan budget bermula dari awal bulan di quarter-4 (sekitar September atau Oktober) dan akan melakukan finalisasi di November. Apabila ada perubahan, perusahaan tetap masih punya waktu untuk meng-update budget sebelum finalisasi dan persetujuan dari ALBEA Group sebagai budget untuk tahun depan yang akan digunakan sebagai target untuk di-achieve pada periode selanjutnya. C. Proses Pemesanan (Ordering Process) Sebelum proses pemesanan, PT Betts Indonesia mengirimkan quotation kepada customer, customer akan mendiskusikannya departemen penjualan untuk memverifikasi segala spesifikasi dari barang yang mereka ingin pesan. Apabila requirement-nya telah sesuai dan lengkap, maka departemen penjualan akan menanyakan kepada departemen accounting (staf inventory) mengenai final goods cost untuk kebutuhan menentukan harga barang.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
64
Ketika staf penjualan mendapatkan final goods cost dari departemen accounting dan mengkalkulasi harga dengan margin, mereka akan membuat quotation dan mengirimkannya kepada customer. Apabila customer setuju dengan harganya, maka customer akan mengirimkan PO (Purchase Order) kepada PT Betts Indonesia. Namun, apabila customer tidak setuju dengan harganya, staf penjualan akan berdiskusi dengan customer untuk harga yang cocok, sesuai, dan disetujui. Jika harga telah disetujui oleh kedua belah pihak (PT Betts Indonesia dan customer), staf penjualan akan membuat Form Price Changes yang akan diapprove oleh Sales Manager, Accounting Manager, dan Finance Controller sebagai bukti bahwa harganya telah disetujui oleh customer. Kemudian staf accounting yang memiliki akses terhadap price master-data akan mengubah harga tersebut. Kemudian, departemen penjualan akan membuat daftar dari pengiriman barang tersebut berdasarkan dari PO dan hasil dari pertemuan Production Plan. PO dari customer berisi informasi dari barang yang di pesan, kuantitas, harga, jadwal pengiriman. PO akan di input ke sistem, dan departemen customer service akan membuatkan SO (Sales Order) yang akan di posting pada sistem. Karena SO sudah ada pada sistem, maka semua departemen terkait bisa me-monitor SO tersebut. Tidak ada approval pada SO yang dibuat oleh staf customer service. Staf customer service hanya mencetak SO dan melampirkannya bersamaan dengan PO sebagai bukti telah di input ke sistem. Dalam hal ini, tim audit menemukan kelemahan dari sistem pengendalian yang berkaitan dengan tidak adanya approval pada SO, karena SO tersebut akan digunakan sebagai basis oleh departemen logistik untuk pengiriman barang dan departemen finance untuk membuat invoice. SO yang akan di input oleh staf customer service berisi nama customer, barang yang di pesan, kuantitas yang di pesan, dan waktu pengiriman dari barang yang di pesan tersebut. Untuk pembahasan control evidence, tim audit telah mendapatkan PO dengan nomor: POD-1309002870 yaitu dari customer Yasulor dan melakukan
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
65
pemeriksaaan mengenai informasi di SO apakah sama dengan informasi yang tertera di PO. D. Distribusi dan Pengiriman (Distribution and Delivery) Berdasarkan dari SO, jadwal pengiriman dari departemen penjualan dan hasil Production Plan akan dilakukan pemeriksaan secara periodic terhadap tanggal pengiriman setiap order oleh Logistic Manager. Ketika telah tiba waktu untuk mengirimkan barang tersebut, maka Logistic Manager akan menanyakan kepada staf warehouse mengenai availability dari barang tersebut untuk dikirimkan. Logistic Manager kemudian mendapatkan informasi mengenai availability data dan membuat DN (Delivery Note) untuk mengirimkan barang tersebut. Apabila kuantitas di warehouse tidak mencukupi untuk pesanan tersebut, maka departemen logistik akan menginformasikan kepada departemen penjualan atau departemen customer service dan memberi tahu apabila barangnya sudah siap untuk dikirimkan. Departemen customer service atau departemen penjualan akan menginformasikan kepada customer bersangkutan mengenai distribusi yang terlambat. Staf logistik membuat DN di sistem ketika barang sudah siap untuk dikirimkan. Pembuatan DN selesai dengan memasukam nomor PO ke sistem Mfg Pro. Staf logistik perlu meng-input kuantitas barang yang akan dikirimkan apabila kuantitasnya berbeda dari kuantitas di SO. Apabila DN telah selesai dibuat, SO akan secara otomatis mengurangi sesuai dengan jumlah yang akan dikirimkan dan barang yang akan dikirimkan tersebut tercatat sebagai SO shipment. DN di-approve secara manual dengan menandatangani DN tersebut oleh Logistic Manager. DN di cetak dua (2) rangkap. DN asli dikirimkan kepada customer ketika proses pengiriman barang, DN salinan disimpan oleh departemen logistik dan DN salinan lainnya diberikan kepada departemen accounting. DN yang asli dikembalikan lagi ke departemen logistik setelah DN tersebut di tandatangani oleh customer sebagai bukti bahwa barang telah diterima. Departemen logistik akan memverifikasi DN tersebut dan mengirimkan DN asli
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
66
ke departemen accounting untuk dilampirkan dengan invoice sebagai dokumen pendukung untuk customer invoice. Ketika DN telah selesai dibuat, maka sistem akan secara otomatis membuatkan jurnal sebagai berikut: Dr. xx/xx/xx/x Cost of Sales
xxx
Cr. xx/xx/xx/x Inventory
xxx
Mengenai pembahasan control evidence, tim audit telah mendapatkan copy dari delivery note dengan nomor DH1308017 kepada customer Yasulor dan data yang ada telah sesuai dengan SO shipment. Tim audit juga mendapatkan print-screen dari jurnal yang otomatis terbuat apabila barang tersebut sudah diterima dan memeriksa apakah barang yang diterima tersebut telah sesuai dengan standard jurnal penerimaan barang. E. Penagihan (Invoicing) Berdasarkan DN rangkap yang diberikan departemen logistik, staf finance akan membuat invoice. Ketika membuat invoice, staf finance tersebut akan melihat nomor SO shipment dan memastikan apakah kuantitas yang ada di DN sama dengan SO shipment. Apabila kuantitasnya telah sama, maka staf finance tersebut akan memproses invoice. Apabila ada perbedaan pada kuantitas, staf finance tersebut akan menginformasikan departemen logistik dan menanyakan alasannya mengapa kuantitas di DN dan SO shipment berbeda. Berdasarkan diskusi dengan Logistic Manager, perbedaan yang terjadi terkait dengan kesalahan saat meng-input kuantitas atau DN telah disiapkan dengan sample program. Menggunakan sample program berarti bahwa ketika sistem (Mfg Pro) mengalami freeze untuk proses closing atau proses stock take, DN tidak dapat dibuat menggunakan Mfg Pro tetapi barang tetap harus dikirimkan. Departemen logistik menggunakan sample DN dengan template yang sama dengan DN asli dan mengirimkan barang ke customer. Biasanya freezing sistem terjadi dalam 2 – 3 hari pada awal bulan.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
67
Informasi yang terkandung dalam invoice adalah nomor SO, nama customer, jenis item yang ditagihkan, nomor PO, kuantitas yang ditagihkan, dan harga yang ditagihkan. Staf finance bisa memodifikasi harga yang ada di invoice ketika muncul harga baru dari produk yang di pesan, dan PO atau SO belum ter-update. Untuk kuantitas dalam invoice, staf finance bisa memodifikasi invoice-nya tetapi modifikasi tidak pernah terjadi karena apabila ada perbedaan kuantitas pada DN dan SO, staf finance langsung menginformasikan departemen logistik. Kemudian, staf finance menyiapkan invoice penjualan dengan sistem, sistem akan secara otomatis mengakui penjualan dan membuat jurnal untuk penjualan dan piutang sebagai berikut: Dr. 2000 Sales Ledger (Home)
xxx
Dr. 2050 Sales Ledger (Export)
xxx
Cr. 6001 Sales External – Home
xxx
Cr. 6002 Sales Group – Export
xxx
Cr. 6003 Sales External – Export
xxx
Cr. 3570 – Vat Out
xxx
Proses diatas dilakukan untuk penjualan lokal dan penjualan ekspor. Ketika departemen accounting menerima DN asli yang telah di tandatangani oleh customer sebagai bukti dari telah diterimanya barang, staf finance melampirkan DN asli pada invoice dan memberikannya kepada Accounting Manager untuk meng-approve-nya secara manual. Dari inquiry dengan manajemen, tim audit mendapatkan bahwa ada risiko dari pengakuan lebih awal pada penjualan karena PT Betts Indonesia membuat invoice berdasarkan pada salinan DN yang telah diterima dari departemen logistik tidak berdasarkan pada DN asli yang telah dikembalikan dari customer ketika delivery term dari penjualan lokal adalah DAF dan FOB atau CIF untuk penjualan ekspor. Dimana tidak ada risiko pencatatan yang telat dari penjualan karena sistem yang di freeze terjadi pada awal bulan yang berarti bahwa penjualan telah di tutup (closed).
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
68
Untuk memitigasi risiko cut-off (batas potong), PT Betts Indonesia biasanya memberhentikan penjualan 2 – 3 hari sebelum year-end closing (penutupan akhir tahun). Staf finance juga melakukan pengendalian untuk memeriksa bahwa semua DN telah dibuat dan kuantitas pada invoice telah sama dengan kuantitas pada SO shipment per item. Ketika ada item pada SO shipment yang belum dibuat invoicenya, staf finance akan menanyakan ke departemen logistik untuk memeriksa apakah barang jadi dikirim atau tidak dan apakah telah dibuatkan DN atau belum. Apabila DN telah selesai dibuat tapi belum diberikan kepada departemen accounting, staf finance akan menanyakan salinan DN untuk menyiapkan invoice. Mengenai pembahasan control evidence, tim audit telah mendapatkan invoice dengan nomor INV 34449 dari customer Yasulor dan memeriksa apakah kuantitas pada invoice telah sama dengan kuantitas pada DN dan harga pada invoice telah sama dengan PO. Tim audit juga mendapatkan print-screen dari jurnal yang dibuat ketika invoice dibuat dan memeriksa apakah jurnal tersebut telah sesuai dengan standard jurnal. F. Penerimaan Kas (Cash Received) PT Betts Indonesia melaksanakan proses penerimaan kas setiap hari. Dimana staf finance (Mr. Ax) akan menginformasikan staf finance lain yang mengurus treasury (Mrs. Fr) jika ada kas yang diterima oleh rekening perusahaan untuk akun Rupiah Bank ANZ; akun US Dollar Bank ANZ; dan akun Rupiah BCA. Apabila tanda terima kas telah di identifikasi, Mr. Ax akan memeriksa kepada listing A/R yang ada di sistem dan delivery notes dari departemen penjualan. Kemudian jika informasi (nomor invoice, nama customer, dan penjelasan item) dari tanda terima telah sesuai dengan listing A/R dan delivery notes, maka Mr. Ax akan menjalankan proses clearing pada Mfg Pro (sistem akuntansi PT Betts Indonesia) dengan meng-input nama customer dan jumlah yang tertera di tanda terima. Sistem akan otomatis meng-update buku besar customer dan otomatis membuat jurnal berikut: Dr. 5501-9999 – Current Account ANZ IDR
xxx
Dr. 5502-9999 – Current Account ANZ USD
xxx
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
69
Dr. 5503-9999 – Current Account ANZ GBP
xxx
Dr. 5530-9999 – Current Account BCA IDR
xxx
Dr. 5550-9999 – Current Account HSBC IDR
xxx
Dr. 5560-9999 – Current Account HSBC USD
xxx
Cr. 2000 Sales Ledger (Home)
xxx
Cr. 2050 Sales Ledger (Export)
xxx
Apabila ternyata informasinya tidak jelas, Mr. Ax akan mengkonfirmasi terlebih dahulu ke departemen penjualan untuk menjelaskan informasi penting terkait. Apabila informasi penting terkait tersebut masih tidak jelas, Mr. Ax akan menghubungi bank dan mencari tahu siapa customer terkait yang melakukan transfer-in. Kemudian untuk sisa incoming cash yang tidak teridentifikasi pada bank statements yang tidak jelas pada akhir bulan, maka incoming cash tersebut akan teridentifikasi ketika rekonsiliasi bank. Untuk pembahasan control evidence, tim audit telah mendapatkan bukti penerimaan kas dan memeriksa invoice, dan jumlah nominalnya telah sesuai. G. Pemeliharaan Data Operasi (Standing Data Maintenance) Adanya akses terbatas untuk setiap departemen dan divisi di PT Betts Indonesia terhadap sistem Mfg Pro. Menu yang ada di sistem hanya bisa di akses oleh departemen dan divisi yang tepat saja, yaitu:
Departemen finance (untuk membuat invoice dan mencatat secara otomatis entri pendapatan)
Departemen penjualan (untuk membuat sales order)
Departemen logistik dan warehouse (untuk membuat delivery notes dan mencatat secara otomatis entri inventory)
Akses untuk mengubah informasi tentang customer di sistem Mfg Pro hanya diberikan kepada departemen IT. Apa yang biasanya diterapkan di dalam perusahaan adalah perubahan pada master data yang di eksekusi oleh departemen IT. Staf marketing dan marketing manager tidak bisa mengubah data.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
70
Ada pemisahan tugas untuk setiap fungsi pada departemen: 1. PO dari customer dikirimkan kepada departemen marketing 2. SO dibuat oleh departemen marketing 3. Delivery notes dibuat oleh departemen logistik dan warehouse (akses untuk meng-input pengeluaran barang pada Mfg Pro hanya terbatas kepada divisi warehouse) 4. Invoice dibuat oleh departemen finance 5. Stock-taking dilakukan oleh departemen warehouse dan diawasi oleh departemen accounting Master data untuk harga di maintain oleh Mr. Ax (staf finance). Apabila ada perubahan pada master data untuk harga, harga yang sudah disetujui dari customer akan di unggah ke sistem Mfg Pro. Apabila ada kebutuhan inventory baru, departemen purchasing akan mengajukan menggunakan Form Request untuk penambahan inventory baru. Form Request akan dikirimkan kepada departemen development untuk di input ke sistem Mfg Pro, setelah itu Form Request tersebut akan diberikan kepada Mr. Bg (staf finance yang mengurus inventory) untuk di input cost of inventory-nya. Jika ada perubahan dari penambahan inventory baru, departemen development akan menginformasikan (via email) Mr. Bg, kemudian Mr. Bg akan meng-update berdasarkan informasi pada email tersebut dan email tersebut akan dilampirkan pada Form Request sebagai bukti dari update. Setelah memahami proses pendapatan dari PT Betts Indonesia, maka tim audit merumuskan untuk melakukan identifikasi lebih lanjut pada dua (2) sub-process. Dimana akan dilakukan validasi lebih lanjut pada invoicing untuk memenuhi asersi completeness, accuracy, existence & occurrence, dan right & obligation. Validasi tersebut akan dilakukan dengan melaksanakan 3-way-matching test, yaitu dengan membandingkan PO, DN, dan invoice apakah sudah sesuai. Lalu akan dilakukan juga validasi pada cash receive yang juga memiliki tujan asersi sama dengan invoicing. Dimana validasi untuk cash receive akan dilakukan dengan
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
71
memastikan tanda penerimaan kas sesuai dengan supporting document dan diapprove oleh orang yang memiliki otorisasi. Tabel 4.4 Sub-process pendapatan
Sub-process
Deskripsi aktivitas kontrol, termasuk objektifnya
Invoicing
Ketika Mr. Ax (staf finance) mengakui pendapatan, dia akan memeriksa apakah supporting document-nya (delivery notes, faktur pajak, dan PO) telah sesuai.
Penerimaan kas
Ketika bukti penerimaan kas telah teridentifikasi, Mr. Ax akan memeriksa listing A/R dalam sistem dan supporting document-nya (delivery notes, faktur pajak, invoice, dan PO.
Asersi
Validasi
Completeness Accuracy Existence & Occurence Rights & Obligation Completeness Accuracy Existence & Occurence Rights & Obligation
Melakukan 3-way-match test untuk memastikan PO, DN, dan invoice telah sesuai. Memastikan bahwa tanda penerimaan kas telah sesuai dengan supporting document dan diapprove oleh pihak memiliki berotorisasi.
Sumber: Kertas kerja KAP TWR. (Telah diolah kembali)
Berdasarkan pemahaman, tim audit mendapatkan bahwa purchase order dari customer akan secara normal diterima oleh departemen penjualan. Lalu staf customer service akan membuat sales order pada sistem berdasarkan purchase order yang diterima. Akan tetapi, tidak ada approval pada sales order yang dibuat pada sistem. Supervisor dari departemen penjualan hanya akan melakukan review pada sales order dengan membandingkannya terhadap purchase order terhadap sales order yang diinput oleh staf. Implikasi dari temuan ini adalah kontrol dalam proses ordering yang tidak memadai dapat mengakibatkan penjualan yang tidak terotorisasi dan over-recorded pada piutang dagang dan penjualan. Maka dari itu, hal ini akan dikomunikasikan oleh tim audit kepada manajemen. 4.4.2
Pengujian Pengendalian dan Pengujian Detil Secara Substantif
Langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian langsung langsung di lapangan seperti pengujian atas pengendalian internal, pengujian substantif atas transaksi dan saldo, serta prosedur analitis. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Arens et al. (2009). Tujuan dari audit lapangan ini ditujukan juga untuk mendapatkan bukti audit yang memadai, agar auditor dapat secara langsung
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
72
membuktikan risiko signifikan yang di perkirakan awalnya. KAP TWR membagi proses audit lapangan menjadi dua, yaitu: 1. Pengujian pengendalian (test of control) Test of control dilaksanakan apabila bukti audit akan didapatkan melalui kepercayaan terhadap kontrol, mengkonfirmasi bahwa perencanaan audit termasuk prosedur pengendalian, ada tambahan untuk inquiry, untuk mendapatkan bukti audit mengenai efektifitas operasi akan kontrol dan terhadap kontrolnya, timing dan perpanjangan akan respon terhadap risiko yang di nilai; dimana hal ini sesuai dengan ISA 330.8(a). Maka dari itu kepercayaan harus ditempatkan kepada kontrol yang ada. Serta working paper yang tepat juga telah tercantum pada perencanaan audit. Kemudian, dimana respon terhadap risiko signifikan juga terlampir pada kepercayaan terhadap kontrol, dimana perencaan audit juga termasuk pada test of control pada periode berjalan. Maka dari itu, kepercayaan juga harus ditempatkan pada kontrol dalam respon terhadap risiko signifikan. 2. Pengujian detil secara substantive (substantive test analysis) Adapun perencanaan untuk substantive test analysis ini berdasarkan panduan audit KAP TWR dengan mengkonfirmasi perencanaan audit termasuk working paper substantive untuk setiap material dari jenis-jenis transaksi, account balance dan pengungkapan. Lalu dimana risiko signifikan telah teridentifikasi, mengkonfirmasi bahwa perencanaan audit termasuk prosedur substantive yang dengan khusus responsive terhadap risiko signifikan. Saat pendekatan terhadap risiko signifikan hanya terdiri dari prosedur substantive, termasuk test of details. Maka perlu ada verifikasi yang dilakukan oleh auditor terhadap beberapa hal berikut:
Perencanaan audit termasuk working paper substantive untuk setiap material jenis-jenis transaksi, account balance, dan pengungkapan.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
73
Perencanaan audit termasuk working paper substantive yang secara khusus responsive terhadap risiko signifikan.
Saat pendekatan terhadap risiko signifikan hanya terdiri dari prosedur substantive, termasuk test of details.
Lalu perlu mengkonfirmasi beberapa area yang telah disebut oleh prosedur audit yang tepat, seperti: a. Estimasi akuntansi Mengkonfirmasi apakah perencanaan audit termasuk prosedur yang tepat untuk menunjukan beberapa risiko salah saji material yang berhubungan dengan estimasi akuntansi. b. Audit multi-lokasi Hal relevan yang dibutuhkan adalah perencanaan multi-lokasi, pengumpulan bukti dan penyelesaian working paper telah ditambahkan. Langkah selanjutnya adalah menentukan konfirmasi eksternal mana saja yang perlu di dapatkan sebagai prosedur audit substantif ini. Antara lain yang perlu di konfirmasi: a. Saldo Bank Mengkonfirmasi saldo pada bank dan fasilitas dengan semua institusi keuangan dimana ada banking relationship, kecuali klien tersebut adalah bank atau institusi keuangan yang serupa. Tim audit mendapatkan konfirmasi eksternal dari semua bank ataupun institusi keuangan dimana PT Betts Indonesia memiliki relasi perbankan. b. Saldo A/R Mengkonfirmasi saldo A/R dengan mendapatkan konfirmasi A/R dari pihak eksternal. c. Saldo lain-lain Mendapatkan
konfirmasi
eksternal
lainnya,
yaitu
untuk
intercompany dan long-term debt.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
74
Kemudian tim audit juga mendapatkan dan mendokumentasikan pemahaman
akan
management’s
policies
dan
prosedur
untuk
mengidentifikasi, mengevaluasi akuntansi untuk litigasi dan klaim. Tim audit mendapatkan pemahaman mengenai management’s policies dan prosedurnya dengan melakukan inquiry dengan manajemen, persoalan litigasi dan legal ditangani oleh departemen sumber daya manusia dan finance controller serta dibantu oleh departemen lokal dari ALBEA Group. Untuk urusan litigasi yang signifikan dan klaim, finance controller atau manajer sumber daya manusia akan membawanya ke pertemuan manajemen, agar bisa di evaluasi oleh manajemen apakah perusahaan membutuhkan provisi untuk hal itu atau tidak. Untuk mengidentifikasi litigasi dan klaim yang melibatkan perusahaan yang mungkin menimbulkan risiko salah saji material, dilaksanakan beberapa hal sebagai berikut: a. Menanyakan kepada manajemen dan pihak lain, termasuk konsultan legal in-house: litigasi dan urusan hukum yang diurus oleh departemen sumber daya manusia dan finance controller dan juga dibantu oleh departemen legal dari ALBEA Group, bahwa tidak ada masalah litigasi yang terjadi selama tahun 2013. PT Betts Indonesia juga menggunakan legal konsultan eksternal untuk hampir semua konsultasi kontrak/agreement. b. Membahas minutes of meeting yang dibebankan dengan tatakelola dan korespondensi antara perusahaan dan legal konsultan eksternal-nya. c. Melakukan review terhadap akun beban legal, dimana tim audit mencatat bahwa PT Betts Indonesia menggunakan kantor bantuan legal HHP sebagai legal konsultan mereka. d. Mengevaluasi
kompetensi
dari
legal
konsultan
dengan
mempertimbangkan kualifikasi professional dan reputasi-nya, dimana didapati PT Betts Indonesia tidak memiliki legal konsultan yang spesifik untuk mengurus urusan legal perusahaan. PT Betts
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
75
Indonesia menggunakan jasa legal konsultan berdasarkan kasus saja. Dimana tidak ada kasus litigasi yang teridentifikasi, tidak melibatkan legal konsultan sampai pada fase perencanaan. Kedua tahap diatas memiliki prosedur dan tujuan auditnya masing-masing. Pemilihan prosedur apa saja yang akan dilaksanakan bergantung kepada pertimbangan professional tim audit dengan melihat kondisi klien. Teori dan standar tidak menetapkan secara pasti prosedur apa saja yang harus diambil. Pada tahap pengerjaan audit lapangan, atas pertimbangan efisiensi dalam proses audit, maka pengujian substantive atas transaksi dilakukan bersamaan dengan pengujian pengendalian. Tujuan audit yang ingin dicapai dari test of control dan substantive test of transaction adalah existence/occurrence, completeness, dan accuracy. Existence/occurrence untuk memastikan bahwa pendapatan yang dicatat benar adanya dan tidak terdapat penjualan fiktif yang dilakukan oleh PT Betts Indonesia. Completeness untuk mengetahui apakah semua transaksi yang seharusnya sudah dicatat, sudah benar-benar dicatat. Sedangkan accuracy untuk memastikan bahwa perhitungan atau nilai atas transaksi penjualan barang sudah dilakukan dengan benar dan akurat. 4.4.2.1 Cara Pemilihan Sampel Dalam melakukan pengujian terinci atas transaksi dan saldo, KAP TWR tidak melakukan pengujian untuk seluruh item dari populasi yang membentuk suatu akun karena merupakan suatu hal yang tidak efisien. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan pemilihan item yang akan diuji. Pemilihan sampel didasarkan pada nilai Performance Materiality (PM) dan Summary of Uncorrected Misstatement (SUM). Dimana berdasarkan pedoman audit KAP TWR, ada tiga (3) cara pengambilan sampel, yaitu: a. Targeted testing Sampel dipilih menggunakan karakteristik tertentu, biasanya merupakan transaksi yang unik dan tidak sering terjadi. Tim audit mempertimbangkan pendekatan audit berdasarkan risiko dimana transaksi dengan nominal
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
76
yang material mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mengandung salah saji material dibandingkan dengan transaksi yang nominalnya dibawah batas materialitas. Pemilihan sampel menggunakan metode ini dilakukan ketika terdapat nilai-nilai yang dapat digunakan sebagai target berdasarkan pertimbangan professional tim audit. b. Non-statistical sampling Metode ini dipilih ketika populasi mengandung transaksi yang nominalnya cenderung homogen dan rutin terjadi sehingga tidak menarik untuk dijadikan sampel targeted testing. Non-statistical sampling juga dapat menjadi tambahan pengujian bagi metode lain. Hal ini dilakukan jika auditor masih belum merasa nyaman dan yakin bahwa sisa populasi yang tidak menjadi sampel pengujian awal tidak mengandung salah saji. c. Accept reject testing Accept reject testing merupakan suatu metode yang tidak menguji salah saji moneter dalam suatu akun atau populasi, melainkan untuk menerima atau menolak suatu karakteristik atau atribut tertentu. Jika hasil pengujian ditolak, maka sumber dari pengecualian harus diidentifikasi dan dikomunikasikan dengan klien. Auditor kemudian harus melakukan prosedur tambahan untuk mencapai tujuan audit. Accept reject testing dilakukan untuk melihat apakah transaksi tersebut terjadi atau tidak, dimana tidak berfokus pada saldo. Dalam menentukan jumlah sampel yang dibutuhkan dalam prosedur ini KAP TWR mengacu pada frekuensi dilakukannya kontrol, dimana hal ini agar membuat pemilihan sampel lebih efektif. Seperti yang tergambar dari Tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Sample size
Frekuensi Annual Quarterly Monthly
Asumsi Jumlah Populasi 1 4 12
Jumlah Sampel 1 2 2-5
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
77
Frekuensi Weekly Daily Multiple times a day
Asumsi Jumlah Populasi 52 240 >240
Jumlah Sampel 5, 10, 15 20, 30, 40 25, 45, 60
Sumber: TWR Audit Guide. (Telah diolah kembali)
4.4.2.2 Menyiapkan Lead Schedule Prosedur pertama yang dilakukan adalah melakukan prosedur analitis. Prosedur ini bertujuan untuk menguji asersi atas presentation and disclosure. Dokumentasi prosedur analitis dituangkan dalam kertas kerja utama (lead schedule). Prosedur yang dilakukan adalah dengan membandingkan saldo pendapatan PT Betts Indonesia pada periode berjalan (per Desember 2013) dengan periode sebelumnya (per Desember 2012). Pada tahap ini, auditor melakukan pengujian terhadap ketepatan penghitungan matematis dari neraca saldo (trial balance) pendapatan yang dibuat klien dengan menelusuri saldo tersebut ke buku besar (general ledger) dan juga kertas kerja audit (working paper) tahun sebelumnya. Setelah itu, auditor melakukan peninjauan untuk melihat apakah terdapat kemungkinan ketidaksesuaian. Pada lead schedule akan ditampilkan saldo akhir dari akun pendapatan, sehingga dapat diketahui posisi akhir saldo per 31 Desember 2013 dan pergerakan yang terjadi atas saldo akun pendapatan. Lead schedule menampilkan: 1. Account number dan account description 2. Current period 2013 yaitu saldo akun pendapatan pada periode berjalan, yaitu untuk laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013. Saldo ini diambil dari neraca saldo (trial balance) yang dibuat oleh klien. 3. Adjustments yaitu penyesuaian-penyesuaian yang terjadi setelah saldo akun pada neraca saldo diserahkan oleh klien. Penyesuaian ini bisa berasal dari penyesuaian auditor atau penyesuaian akhir klien (client late
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
78
adjustment). Penyesuaian yang terjadi langsung diperbarui dalam lead schedule. 4. Adjusted current periode 2013 merupakan angka saldo akun setelah penyesuaian yang terjadi. 5. Comparative 2012 merupakan saldo akun dari laporan keuangan periode sebelumnya yang telah di audit. 6. Variance dan variance % merupakan hasil hitungan varians yang terjadi antara periode berjalan dengan periode sebelumnya. Saldo akun untuk periode berjalan didapatkan dari neraca saldo klien. Selanjutnya, auditor memasukkan angka saldo dari laporan keuangan periode sebelumnya yang telah di audit. jika terdapat penyesuaian yang terjadi selama audit berjalan, penyesuaian tersebut segera dimasukkan sehingga saldo akun dapat dibandingkan antara saldo periode sebelumnya dengan saldo terbaru periode berjalan. Perbandingan tersebut berguna untuk melihat pergerakan suatu akun selama setahun apakah berjalan secara wajar atau tidak. Jika pergerakan dinilai tidak wajar, maka auditor harus menanyakan lebih lanjut kepada manajemen mengenai pergerakan tidak wajar akun tersebut. Auditor juga harus mengecek akurasi angka-angka yang digunakan di dalam lead schedule. Pengecekan ini disebut dengan footing. Footing dilakukan dengan menjumlahkan nominal akun paling atas sampai dengan nominal paling bawah. Nominal tersebut nantinya akan digunakan untuk pelaporan keuangan sehingga dapat memenuhi asersi presentation and disclosure. Lampiran 5 menampilkan contoh lead schedule dari akun pendapatan PT Betts Indonesia untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013. Selama proses audit, ditemukan beberapa penyesuaian yang segera dimasukkan ke dalam kolom terkait. Penyesuaian tersebut akan dibahas selanjutnya pada pengujian masing-masing. Meskipun terjadi penyesuaian, varians yang terjadi dinilai masih wajar sesuai dengan performa bisnis PT Betts Indonesia. Oleh karena itu, tim audit menyimpulkan bahwa lead schedule telah disiapkan secara akurat dan dapat digunakan untuk pengujian selanjutnya.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
79
4.4.2.3 Pengujian Transaksi Pendapatan atas Penjualan Barang (Test of Revenue Transactions from Sale of Goods) – Test of detail revenue transactions Langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian langsung pada transaksitransaksi terkait dengan penjualan barang. Kegiatan penjualan barang yang dimaksud mencakup pendapatan yang berasal dari penjualan lokal dan penjualan ekspor. Prosedur ini dilakukan untuk memenuhi asersi completeness, accuracy, existence/occurrence, serta cut-off. Hal pertama yang dilakukan adalah mendapatkan detail listing untuk transaksi pendapatan dari klien terkait penjualan barang. Kemudian daftar tersebut dibandingkan dengan angka pendapatan dari neraca saldo yang telah dibuat untuk mengecek apakah terdapat hal-hal yang perlu di rekonsiliasi atau tidak. Tim audit juga perlu mengecek apakah akurasi perhitungannya apakah sudah tepat atau belum secara matematis dengan melakukan recalculate. Ketika melakukan agree listing, yaitu menyamakan saldo pada neraca saldo sesuai dengan sales listing. Ternyata ditemukan adanya perbedaan saldo yang cukup besar (diatas SUM). Perhitungan jelasnya dapat di lihat pada Tabel 4.6. Sehingga perlu ditanyakan kepada departemen accounting, yang kemudian dapat dijelaskan bahwa perbedaan yang besar tersebut terkait dengan manual journal. Tabel 4.6 Agree listing Agree Listing Sales amount from Sales Order code transactions Sales amount from A/R code transactions Total sales Trial balance 31 Dec 2013 Difference
Amount 228,345,488,309 3,753,121,696 232,098,610,005 233,229,449,160 -1,130,839,155
Sumber: Kertas kerja KAP TWR. (Telah diolah kembali)
Dimana didapatkan berdasarkan test yang dilakukan tim audit terhadap manual journal sendiri, bahwa total jumlah dari manual journal tersebut adalah sebesar
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
80
Rp 1,081,481,957. Angka tersebut merepresentasikan pembalikan dari adjustment pada audit periode sebelumnya (2012) dan manual journal lainnya. Adanya manual journal pada penjualan sebenarnya mengindikasikan adanya fraud, maka dari itu tim audit juga melakukan assessment test tersendiri pada manual journal entri dari PT Betts Indonesia. Akhirnya didapatkan hasil dari pengujian manual journal untuk penjualan, dimana tujuan dibuatnya manual journal ini antara lain:
Untuk mencatat transaksi penjualan yang bukan finished goods (scrap product)
Untuk mencatat biaya pengangkutan/kargo yang ternyata bisa dibebankan kepada customer
Untuk mencatat harga yang berubah antara SO dengan invoice
Untuk mencatat transaksi penjualan yang sebelumnya salah klasifikasi
Untuk mencatat transaksi retur penjualan dari customer
Kemudian dilakukan kembali membandingkan total jumlah manual journal dengan dengan difference diatas. Sebagai berikut: Difference Manual journal Remaining difference
1,130,839,155 1,081,481,957 49,357,198
Dimana dari perhitungan diatas, masih ditemukan perbedaan antara difference antara sales listing dan neraca saldo dengan total manual journal. Namun, karena difference ini masih dibawah batas materialitas (SUM), maka tim audit menganggap perbedaan ini immaterial. Sehingga bisa dilanjutkan kepada prosedur selanjutnya. Prosedur selanjutnya adalah melakukan vouching untuk test revenue transactions. Beberapa hal yang harus dilakukan untuk melakukan prosedur ini antara lain: 1. Memastikan invoice yang terkait dengan penjualan dan purchase order dari customer telah sama kuantitas dan deskripsinya untuk memverifikasi bahwa transaksi tersebut betul adanya.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
81
2. Memeriksa dokumen shipping untuk memverifikasi apakah hak milik, risiko, dan rewards akan kepemilikan sudah berpindah tangan kepada pemilik. 3. Menyamakan dokumentasi pricing, atau bukti penerimaan kas, untuk memverifikasi bahwa penjualan telah dicatat pada jumlah yang tepat. 4. Menentukan apakah transaksi telah diakui sesuai dengan policy dari PT Betts Indonesia dan pada periode yang tepat. Adapula berdasarkan panduan audit KAP TWR, dimana ada beberapa hal yang perlu di cermati, antara lain ketika melakukan penilaian akan transaksi pendapatan yang telah diakui dengan pertimbangan yang tepat seperti:
Existence dari faktor performa atau kontingensi lainnya
Apakah semua elemen dari penjualan telah lengkap (seperti dimana customer mungkin tidak berkewajiban untuk membayar bagian dari harga sampai instalasi atau similar services telah selesai, dimana untuk ini berarti apakah barang yang dipesan sudah jadi atau belum)
Existence dari acceptance customer provision dan apakah sudah memenuhi atau belum
Kemudian akurasi dari harga penjualan mungkin bisa ditentukan dengan membandingkan customer sales order, contracts, standard price lists, atau dengan melaksanakan vouching terhadap subsequent payment dari customer. Bagian yang akan dibayarkan dengan perhatian khusus, dimana ketika menguji perjanjian termasuk rebates, discounts, dan barang special lainnya. Yang terakhir, membandingkan temuan tambahan bukti dari pihak ketiga yang independent dengan menggunakan prosedur konfirmasi, terutama untuk kasus yang tidak biasa atau transaksi pendapatan yang kompleks terkait asersi dengan risiko yang dinilai ternyata cukup tinggi. Term yang bisa menjadi subjek untuk konfirmasi termasuk isu pengakuan pendapatan seperti penambahan kewajiban dari penjual, hak untuk retur barang dan term pembayaran yang tidak biasa, dan tidak adanya bukti tertulis dari perjanjian (perjanjian yang hanya dalam bentuk lisan).
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
82
Untuk melakukan vouching, tim audit perlu mengetahui dulu berapa sampel yang akan digunakan. Adapun berdasarkan template yang digunakan oleh KAP TWR, tim audit menggunakan non-stat sampling karena menganggap bahwa transaksi yang terjadi mirip antar satu sama lain. Kemudian berdasarkan template tersebut, tim audit mendapatkan bahwa tujuan vouching ini adalah untuk asersi accuracy dan existence/occurrence. Dimana populasi akun pendapatan yang akan digunakan adalah sebesar Rp 232,229,449,160 dengan item sebanyak 6,736 yang diambil dari sales listing. Kemudian tim audit menentukan maximal tolerable misstatement yaitu sebesar 1,2% atau Rp 2,900,000,000. Berdasarkan perhitungan template didapatkan sampel sebanyak 145 transaksi. Bentuk template dapat di lihat pada Lampiran 6. Sebelum melaksanakan vouching, tim audit menentukan dulu apa saja karakteristik dari salah saji, yaitu:
Jumlah nominal di invoice tidak sesuai dengan jumlah nominal di sales listing
Invoice tidak dicatat pada periode yang seharusnya
Kuantitas di DO tidak sesuai dengan kuantitas di invoice
Deskripsi pada invoice tidak sesuai dengan deskripsi di sales listing
Transaksi penjualan dicatat tidak dilengkapi dengan dokumen pendukung
Setelah memilih 145 transaksi apa saja yang mau dijadikan sebagai sampel, tim audit meminta dokumen pendukung transaksi-transaksi tersebut kepada klien. Selanjutnya, tim audit mendokumentasikan hasil pemeriksaan terhadap transaksi beserta dokumen pendukungnya ke dalam sebuah format working paper. Dimana untuk test ini tim audit menggunakan metode 3-way-matching. Dimana untuk mendapatkan kenyamanan dari keandalan informasi ini dilakukan pencocokan informasi pada invoice, PO/SO, DN, dan bukti pembayaran untuk invoice tersebut. Tabel 4.7 Contoh hasil pendokumentasian test of revenue transactions from sale of goods G/L Account Name Listing Ship date
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Sales 2-Sep-13
Universitas Indonesia
83
Month Order Invoice Number Name Item Number Description
Ordering
TWR workdone
Delivery
Invoicing
Original Price Currency IDR Price Qty Invoiced Value Type Other Taxes Total PO No. PO Price DO No. DO Date Incoterm Customer received date Difference Quantity in DO Invoice Number Invoice Date Invoice Amount Difference Qty in invoice Rate Description in invoice
Collection
Payment amount Currency Rate IDR Payment Payment date Difference
September SO30571 INV33473 UNLV 50003203 Peps White 120g Nukleus 338.327 IDR 338.327 63,648 21,533,837 Home Trade 21,533,837 5500058031 338.327 DN13-5683 2-Sep-13 DAF 2-Sep-13 63,648 INV33473 2-Sep-13 21,533,837 63,648 1.00 Peps White 120g Nukleus 21,533,837 IDR 1.00 21,533,837 9-Dec-13 -
Sumber: Kertas kerja KAP TWR. (Telah diolah kembali)
Berdasarkan hasil dari test ini ternyata ditemukan difference antara invoice dengan total nominal dari sales listing sebesar Rp 144,075.40 dari total sampel Rp
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
84
18,307,080,203. Perbedaan ini diakui pihak PT Betts Indonesia karena adanya perbedaan exchange rate, dimana pihak PT Betts Indonesia menggunakan rate KMK, sedangkan ketika transaksi terjadi menggunakan rate berjalan. Selain itu ada juga yang perbedaannya terjadi karena ada customer luar negeri yang tidak menggunakan PO, melainkan hanya menggunakan proforma invoice. Serta ada juga perbedaan yang terjadi karena pembulatan. Difference ini kemudian diproyeksikan terhadap semua FSLI, dengan metode ratio estimation. Sehingga di dapatkan nominal sebesar Rp 1,691,424 sebagai nominal proyeksinya yang kemudian harus ditambahkan dengan difference sebelumnya sehingga didapatkan sebagai berikut: Net differences Projected misstatement Total population Sample misstatement rate
144,075 1,691,424 1,835,499 233,229,449,160 0%
Sehingga dapat disimpulkan bahwa total salah saji pada sampel kali ini masih tetap dalam range yang tepat untuk estimasi salah saji. Dimana untuk keseluruhan pencatatan penjualan yang dilakukan oleh PT Betts Indonesia telah tepat dan layak. 4.4.2.4 Pengujian Pengendalian (Test of Control) Test of control dilakukan untuk mengetahui apakah klien telah menerapkan pengendalian internal yang memadai terhadap transaksi penjualan. Untuk menentukan control risk dari sebuah perusahaan, auditor perlu untuk mengevaluasi desain dan operasi dari sistem kontrol perusahaan. Untuk itu auditor perlu melakukan test of control untuk memperoleh sejumlah bukti pendukung terkait efektifitas dari operasi sistem kontrol pada sebuah perusahaan. Dalam melakukan prosedur ini, ada beberapa hal yang diatur oleh panduan audit KAP TWR. Untuk test of control kali ini diperlukan sampel yang cukup banyak, yaitu 60 transaksi. Karena berdasarkan template dan juga tinjauan atas sistem kontrol internal yang tidak begitu baik, karena otomasi dari kontrol juga masih
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
85
manual. Selain itu, tim audit juga harus mendapatkan bukti yang tepat atas efektifitas dari kontrol dengan menguji kontrol tersebut, atau mengandalkan kepada bukti audit sebelumnya (jika berlaku), atau menggunakan fungsi audit internal. Maka tim audit melakukan inquiry tambahan meskipun ini dirasa tidak cukup dan juga melakukan reperformance. Tim audit juga sebelumnya telah melakukan inquiry dan memahami dari proses revenue stream PT Betts Indonesia, sehingga sudah cukup untuk inquiry. Kemudian untuk reperformance, dimana kegiatan reperformance ini dilaksanakan oleh operator kontrol (staf accounting) untuk melaksanakan kontrol dan untuk menginvestigasi dan memperbaiki kesalahan yang terjadi saat itu. Kemudian tim audit akan membandingkan antara hasil kontrol yang dilaksanakan oleh operator kontrol tersebut, dan melakukan follow-up terkait differences, untuk menentukan jika hasil differences itu pengecualian atau bukan. Kemudian beranjak kepada test of control template untuk menentukan sampel yang digunakan, dimana populasi yang digunakan adalah seluruh transaksi penjualan tahun 2013 ini. Dimana transaksi yang akan digunakan diambil dari sales listing per 31 Desember 2013 yang diambil dari sistem Mfg Pro. Kemudian tim audit mengevaluasi relevansi dan keandalan (completeness and accuracy) dari sales listing tersebut, dimana sebelumnya dilakukan prosedur agree listing pada test of revenue transaction. Kemudian didapatkan juga bahwa frekuensi dari kontrol adalah beberapa kali dalam sehari dengan total transaksi pada populasi ini 6,736. Dalam menentukan pengecualian, sebenarnya tidak boleh ada pengecualian yang di-toleransi dalam pengujian pengendalian. Dimana pengecualian terjadi jika PO, DN, dan invoice tidak sesuai. Kemudian untuk pengujian pengendalian ini, sampel yang digunakan adalah 60 transaksi dan itu juga diambil dari sampel test of revenue transactions. Bentuk test of control template dapat dilihat pada Lampiran 7. Tabel 4.8 Contoh hasil pendokumentasian test of control G/L Account Name Ship date Listing Month
Sales 23-Oct-13 October
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
86
Order Invoice Number Name Item Number Description Original Price Currency IDR Price Qty Invoiced Value Type Other Taxes Total Ordering
TWR workdone
Delivery
PO No. PO Price DO No. DO Date Incoterm Customer received date Difference Quantity in DO Invoice Number Invoice Date Invoice Amount
Invoicing
Difference Qty in invoice Rate Description in invoice Payment amount Currency Rate
Collection
IDR Payment Payment date Difference
SO30660 2347/PCK APC 51030171 Med. Fresh Marine CS 90g 1982 0.053 USD 605.240 211,428 127,964,577 Export 127,964,577 P-13-18 0.053 DN13-7080 22-Oct-13 FOB 25-Oct-13 (3) 211,428 2347/PCK 22-Oct-13 127,964,577 211,428 11,366.00 Med. Fresh Marine CS 90g 1982 11,259 IDR 11,366.00 127,964,577 20-Nov-13 (0)
Sumber: Kertas kerja KAP TWR. (Telah diolah kembali)
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
87
Untuk test of controls ini demi efisiensi, dilakukan bersamaan dengan test of revenue transactions sehingga bisa lebih cepat. Dimana menggunakan working paper yang sama dengan pengujian yang cukup detil. Dimana untuk test of control ini juga menggunakan 3-way-matching, dan memiliki atribut yang sama persis. Karena test of control ini dilakukan bersamaan dengan test of revenue transaction, maka dokumentasinya juga persis sama dan sampelnya juga sama, tapi hanya dikurangi sampel yang belum lunas terbayar. Atributnya yaitu:
Kuantitas pada DO sesuai dengan dengan kuantitas pada invoice
Deskripsi pada invoice sesuai dengan deskripsi pada sales listing
Harga pada invoice sesuai degan harga di PO
Bukti penerimaan kas dari bank sesuai dengan invoice amount
Perbedaannya adalah sampel yang diambil pada test of control ini adalah transaksi yang sudah selesai pelunasannya, dimana dari 145 sampel yang dipakai oleh test of revenue ada yang beberapa belum selesai tahap pembayarannya, sehingga hanya diambil 60 sampel yang sudah lunas pembayarannya untuk test of control. Berdasarkan hasil dari test ini dengan metode 3-way-match, tidak ditemukan adanya difference yang material antara nominal pada sales listing dan juga pada collection. Sehingga tim audit setuju bahwa kontrol telah beroperasi efektif selama Januari – Desember 2013. Namun, tim audit menemukan adanya difference antara transfer risk date (tanggal transfer risiko) dan pengakuan penjualan pada sistem. Hal ini tergantung pada sistem yang akan mencatatkan jurnal penjualan ketika invoice dibuat. Maka dari itu exposure days yang terjadi adalah sebagai berikut: Tabel 4.9 Perbedaan sales recognition to risk transfer
Export Local
Early recognition 5 days 10 days
Late recognition 0 days 6 days
Sumber: Kertas kerja KAP TWR. (Telah diolah kembali)
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
88
Terlihat pada Tabel 4.9 bahwa total transaksi ekspor yang diakui terlalu cepat yaitu 5 hari dan total transaksi lokal yang diakui terlalu cepat yaitu 10 hari dan yang terlambat diakui 6 hari. Maka dari itu, tim audit akan melakukan penelusuran lebih lanjut soal masalah recognition ini pada test sales cut-off (pengujian cut-off penjualan). 4.4.2.5 Pengujian Cut-Off Penjualan/Piutang Usaha (Test Sales/Accounts Receivable Cut-Off) Prosedur
selanjutnya
adalah
melakukan
pengujian
terhadap
cut-off
penjualan/piutang usaha. Tujuan dari test ini adalah untuk memastikan apakah semua penjualan telah dicatat pada periode yang tepat. Prosedur yang dilakukan adalah dengan meminta detil sales listing yang berada pada sebelum periode berakhir (minggu terakhir Desember 2013) dan setelah periode berakhir (minggu awal Januari 2014), kemudian menilai detil sales listing tersebut untuk completeness berdasarkan informasi yang tim audit dapat mengenai bisnis dan periode sebelumnya, serta melakukan inquiry dengan manajemen, dan test mathematical accuracy. Kemudian staf accounting juga melakukan agree detailed listing terhadap buku besar dan melakukan sequence check terhadap nomor dokumen. Selain itu, tim audit juga harus mencari supporting document dan menyesuaikannya dengan sales listing, untuk mencari tahu apakah penjualan sudah dicatat pada periode yang tepat. Berdasarkan panduan audit KAP TWR, apabila risiko cut-off di nilai dengan mengaitkan terhadap transaksi pertama/terakhir (apabila perusahaan memiliki urutan kontrol yang baik atas invoicing dan shipping), risk-based targeted testing khususnya dapat diterapkan. Sebagai contoh, test terhadap 10 shipments terakhir sebelum berakhirnya periode dan 10 shipments pertama pada periode yang baru. Untuk perusahaan yang tidak memiliki urutan kontrol yang baik atas invoicing dan shipping, accept-reject testing khususnya dapat diterapkan (dimana test minimal 25 item sebelum periode berakhir dan 25 item setelah periode berakhir untuk perusahaan yang mengirimkan lebih dari 200 item yang ditetapkan pada periode testing – minimal asumsi tidak boleh ada pengecualian yang di toleransi).
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
89
Kemudian, apabila term pengiriman customer adalah FOB shipping point, tetapi penjual memiliki historical practice dari penggantian produk atau kompensasi terhadap customer atas bentuk kerusakan atau physical loss ketika transit, pendapatan harusnya tidak diakui pada shipping point karena semua risiko dan rewards dari kepemilikan belum secara substansial di transfer kepada customer pada waktu pengiriman. Faktanya kejadian yang tergambarkan, yang dilakukan penjual adalah dengan membuatnya dalam substansi atau “synthetic” term pengiriman FOB destinations. Apabila ada perhatian khusus atas completeness dan accuracy dari detil listing atas penjualan, maka itu mungkin lebih tepat untuk memilih sampel dari dokumen pengiriman. Populasi penjualan cut-off sebelum berakhirnya periode didapatkan dari sales listing periode 31 Desember 2013 dan sales listing tersebut telah agree dengan neraca saldo 31 Desember 2013. Populasi cut-off setelah periode berakhir didapatkan dari transaksi penjualan dari 1 Januari 2014. Tim audit memastikan bahwa listing telah lengkap, dengan menanyakan juga kepada departemen penjualan. Maka dari itu, tim audit menetapkan bahwa penjualan lokal dan ekspor itu dipisahkan populasinya dengan mempertimbangkan perbedaan cut-off dari setiap jenis penjualan. a) Penjualan lokal Berdasarkan pemahaman pada proses penjualan, PT Betts Indonesia mengakui penjualan berdasarkan tanggal invoice daripada saat customer menerima barang (sementara, transfer risiko terjadi saat di tempat customer). Incoterm dari penjualan lokal adalah ketika barang telah diterima di gudang customer. Invoice dibuat ketika PT Betts Indonesia sudah menerima salinan DN dari departemen logistik. Mayoritas customer berada di Jakarta dan Surabaya. Untuk tujuan Jakarta, biasanya membutuhkan waktu sekitar 3 hari dari DN dibuat sampai barang diterima oleh customer. Untuk tujuan Surabaya, biasanya membutuhkan waktu sekitar 1 hari dari DN dibuat sampai barang diterima oleh customer. Dari hasil test of control dan test of revenue transactions, tim audit menemukan
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
90
dari beberapa sampel bahwa tanggal DN yang di tandatangani oleh customer berbeda dengan tanggal DN, maksimal sampai 14 hari pengakuan yang terlalu cepat.
Test cut-off – before; meskipun pengakuan terlalu cepat yang tercatat adalah 10 hari sebelum, tim audit menentukan bahwa populasinya mulai dari 14 hari sebelum untuk pertimbangan lebih konservatif.
Tim audit melaksanakan test cut-off dengan
memeriksa tanggal DN dari setiap transaksi penjualan dan periode yang dimana PT Betts Indonesia mengakui transaksi penjualan transaksi tersebut.
Test cut-off – after; meskipun pengakuan terlalu cepat diambil 14 hari sebelum, tim audit memutuskan untuk untuk populasi after diambil sampai 7 hari untuk pertimbangan lebih konservatif. Tim audit melaksanakan test cut-off dengan memeriksa tanggal DN dari setiap transaksi penjualan dan periode yang dimana PT Betts Indonesia mengakui transaksi penjualan transaksi tersebut.
b) Penjualan ekspor Berdasarkan pemahaman dalam proses penjualan, PT Betts Indonesia mengakui penjualan berdasarkan tanggal invoice. Incoterm yang digunakan oleh PT Betts Indonesia adalah FOB dan CIF, dimana transfer risiko dari penjual kepada pembeli terjadi ketika barang telah naik ke kapal. Tanggal transfer risiko ada tanggal pada bill of lading. Atas inquiry yang dilakukan kepada staf logistik, time lag dari barang dikirim dari gudang sampai ke pelabuhan itu sekitar 4 – 8 hari. Untuk mengatasi risiko akan telatnya pengakuan penjualan, biasanya PT Betts Indonesia akan memberhentikan pengiriman 1 minggu sebelum tanggal cut-off. Hasil dari uji pengendalian dan juga test of revenue transaction, tim audit menemukan bahwa adanya risiko akan telatnya pengakuan dari pendapatan adalah rendah, sementara ada perbedaan maksimal 6 hari untuk pengakuan lebih cepat.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
91
Test cut-off – before; menggabungkan pemahaman mengenai proses flow dan juga hasil test sebelumnya, tim audit memutuskan bahwa populasi before yang digunakan mulai dari 14 hari sebelum untuk pertimbangan konservatif. Incoterm dari penjualan telah dilampirkan pada invoice.
Test cut-off – after; menggabungkan pemahaman mengenai proses flow dan juga hasil test sebelumnya, tim audit memutuskan bahwa populasi after yang digunakan mulai sampai dengan 7 hari setelah untuk pertimbangan konservatif. Incoterm dari penjualan telah dilampirkan pada invoice.
Adapun total populasi dan sampel akan digunakan telah dihitung sebagai berikut. Sehingga didapatkan angka berikut: Tabel 4.10 Perhitungan penentuan sampel cut-off Sample selection cut-off Perform. Materiality
2,900,000,000
Total sales 8,618,250,946 858,801,065
Disaggregate PM 2,140,350,643.62 213,284,043.73
Sample 15 2
Sampling Non-stat Targeted
1,804,546,546 395,426,335 11,677,024,892
448,160,814.30 98,204,498.35 2,900,000,000
9 1
Non-stat Targeted
Period before and after year-end Population before Local (14 days before year-end) Export (14 days before year-end) Population after Local (7 days after year-end) Export (7 days after year-end) Total Population
Sumber: Kertas kerja KAP TWR. (Telah diolah kembali)
Berdasarkan
Tabel
4.10,
tertera
disaggregate-nya
PM,
dimana
untuk
mendapatkan angka disaggregate untuk populasi export-after didapatkan dari total sales export dalam 7 hari setelah periode di bagi dengan total sales semua populasi cut-off, kemudian di kali dengan nilai PM. Lalu untuk mendapatkan angka sampel, ditentukan dengan template sampling.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
92
Untuk penjualan lokal before year-end, digunakan metode non-stat sampling. Tim audit melihat bahwa transaksi yang terjadi dengan nominal yang mirip. Dimana populasi untuk penjualan lokal before year-end ini berjumlah 192 transaksi, dengan nominal 8,618,250,946. Dengan populasi yang didapatkan dari sales listing per 31 Desember 2013 dan telah agree dengan neraca saldo. Sampling unit yang diambil adalah invoice penjualan. Untuk salah saji, dimana karakteristiknya adalah dimana ada penjualan pada 2013 yang tidak dicatat pada 2013 dan penjualan 2014 yang dicatat pada sebagai penjualan 2013. Untuk itu sampel yang didapat adalah 15 transaksi, dengan toleransi salah saji sebesar 20% dari sampel populasi atau 1,723,650,189. Total dari sampel yang akan di test adalah sebesar 759,495,617. Untuk penjualan ekspor before year-end, digunakan metode targeted sampling. Tim audit melihat karena transaksinya hanya ada dua (2), maka akan di test semua. Dimana nominal populasinya 858,801,065 yang diambil dari transaksi antara 17 – 31 Desember 2013 yang sudah agree dengan neraca saldo. Untuk salah saji, dimana karakteristiknya adalah dimana ada penjualan pada 2013 yang tidak dicatat pada 2013 dan penjualan 2014 yang dicatat sebagai penjualan 2013. Selanjutnya untuk penjualan lokal after year-end, digunakan metode non-stat sampling. Tim audit melihat dari 55 transaksi yang terjadi pada 1 – 7 Januari 2014, tidak ada nominal yang signifikan. Nominal populasi untuk penjualan lokal after year-end adalah 1,804,546,546. Sampling unit yang dipakai adalah invoice penjualan. Untuk salah saji, dimana karakteristiknya adalah dimana ada penjualan pada 2013 yang tidak dicatat pada 2013 dan penjualan 2014 yang dicatat pada sebagai penjualan 2013. Untuk itu sampel yang didapat adalah 9 transaksi, dengan toleransi salah saji sebesar 20% dari sampel populasi atau 360,909,309. Total dari sampel yang akan di test adalah 644,524,106. Yang terakhir untuk penjualan ekspor after year-end, digunakan metode targeted sampling. Hal ini karena hanya ada 1 transaksi dengan nominal 395,426,335 yang terjadi pada 1 – 7 Januari 2014. Untuk salah saji, dimana karakteristiknya adalah dimana ada penjualan pada 2013 yang tidak dicatat pada 2013 dan penjualan 2014
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
93
yang dicatat pada sebagai penjualan 2013. Bentuk template pengambilan sampel dapat di lihat pada Lampiran 8, 9, 10, dan 11. Kemudian
prosedurnya
selanjutnya
adalah
melakukan
vouching
dan
mendokumentasikannya. Sebelumnya tim audit meminta dulu semua dokumen penjualan yang jadi sampel kepada pihak PT Betts Indonesia. Untuk vouching ini mempunyai tujuan memastikan apakah semua transaksi penjualan telah di catat pada periode yang tepat. Kemudian ada dua (2) atribut yang digunakan untuk test ini antara lain: a. Apakah nominal pada invoice sudah sesuai dengan nominal pada sales listing. b. Pengiriman barang telah tercatat secara benar (tanggal pada DN yang telah di tandatangani oleh customer sesuai dengan tanggal transfer risiko). Berdasarkan test yang dilaksanakan oleh tim audit, tidak ditemukan adanya pengecualian. Karena ternyata seluruh sampel yang di vouching telah tercatat pada periode yang seharusnya. Tabel 4.11 Contoh hasil pendokumentasian test sales cut-off Invoice Number PO Number Ship date Customer
TWR workdone
Item desc invoice Sum of Original Price Quantity Total sales Invoice Number Invoice date Currency Invoice Amount Rate Amount in IDR
INV34811 5500062497 30-Dec-13 UNLV Peps. White 75g D12 Nukleus 275 360,000 99,126,720 INV34811 30-Dec-13 IDR 99,126,720 1.00 99,126,720
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
94
DO Number DO date Quanitity in DO DO signed date Transfer risk date Properly included Remarks
DN13-8689 30-Dec-13 360,000 30-Dec-13 30-Dec-13 No exception noted
Sumber: Kertas kerja KAP TWR. (Telah diolah kembali)
4.4.2.6 Pengujian Retur Penjualan (Test Sales Return) Pengujian terhadap retur penjualan ini merupakan test of detail yang memiliki asersi accuracy dan existence/occurrence. Dimana berdasarkan panduan audit KAP TWR, retur itu khususnya dihitung untuk adjustment dari nilai barang telah di kembalikan yang dibuat untuk provisi dan kas. Kelebihan provisi yang ada akan dikeluarkan dari akun pendapatan ketika periode dari pengembalian barang telah selesai. Apabila estimasi awal dari provisi terlalu rendah, retur mungkin berlanjut untuk diterima sampai provisi akan di written back secara full. Dalam beberapa situasi, pengembalian barang khususnya akan dihitung sebagai direct debit pada pendapatan credit pada kas, A/R, atau A/P. Prosedur pertama yang dilakukan adalah mendapatkan detailed listing untuk retur penjualan pada periode yang berakhir pada 31 Desember 2013, kemudian menilai detailed listing atas completeness-nya berdasarkan informasi yang didapatkan inquiry terhadap pihak terkait serta informasi mengenai business process-nya. Kemudian staf accounting memberikan listing nota retur yang sudah sesuai dengan buku besar. Selanjutnya memeriksa dokumen terkait retur barang sampai pada akhir periode. Yang tidak kalah penting, tim audit juga menguji mathematical accuracy dari lising yang diberikan. Setelah mendapatkan dokumen dan listing, tim audit juga harus mendapatkan credit note terkait transaksi, dan membandingkannya dengan harga yang tercantum, kuantitas, dll. Saat melakukan vouching, tim audit juga harus memerika apakah alasan dari retur penjualan tersebut, serta mengidentifikasi
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
95
apakah ada trends atau transaksi yang tidak biasa dimana mungkin memberi dampak pada penilaian risiko dan perencanaan audit. Untuk pengambilan sampel, tim audit memutuskan menggunakan non-stat sampling. Bentuk template dapat dilihat pada Lampiran 12. Hal ini berdasarkan banyaknya retur penjualan dalam periode 2013 ini, yaitu sebanyak 83 transaksi dengan jumlah populasi mencapai 2,120,659,298. Populasi ini diambil dari sales return listing per 31 Desember 2013 yang sudah agree dengan neraca saldo, dimana sampling unit yang digunakan adalah credit note dari setiap retur. Lalu untuk salah saji pada test ini adalah jika retur penjualan tidak didukung dengan dokumen yang valid, dan nominal pada listing tidak sesuai dengan dokumen. Untuk batas maksimal toleransi salah saji pada test ini yaitu 10% dari populasi atau 230,000,000. Setelah dimasukkan ke template, maka ditentukan bahwa jumlah sampel yang akan di test sebanyak 18 transaksi atau senilai 1,174,926,588. Kemudian setelah mendapatkan semua dokumen pendukung dari 18 transaksi yang menjadi sampel, tim audit melakukan vouching. Kebanyakan alasan retur ini adalah produk yang cacat, dimana seperti teks yang tidak terbaca atau rusaknya beberapa bagian dari tube sehingga tidak lolos uji kelayakan. Ada dua atribut yang digunakan pada vouching kali ini, yaitu: 1. Nominal di credit note sesuai dengan nominal di listing nota retur 2. Retur penjualan dilengkapi dengan rejection memo, credit note dari customer, dan good receipt (bukti penerimaan barang) dari departemen warehouse Berdasarkan test yang dilakukan, tim audit mendapatkan bahwa semua sampel retur penjualan telah dilengkapi dengan dokumen pendukung yang valid dan sesuai
dengan
accuracy
dari
retur
penjualan.
Kemudian
setelah
mempertimbangkan alasan-alasan yang didapat atas retur penjualan, tidak ada trends atau transaksi yang tidak biasa yang dapat memberi dampak pada penilaian risiko atau perencanaan audit. sehingga tidak ada pengecualian pada test sales return kali ini.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
96
Tabel 4.12 Contoh hasil pendokumentasian test of sales return Eff. Date Description Address Name
17-Feb-13 AR130217013371 00010102 Yasulor
TWR workdone
Batch
13492
Invoice DPP Tax Total Rejection memo RM date Credit Note No Amount in CN CN date Product name Reason of return Related with invoice sales Amount per invoice
01NR0213 (128,702,376) (12,870,238) (141,572,614) PMI30213-04SC 13-Feb-13 018/BI/VII/2013 141,572,614 15-Jul-13 Tub Sakura White Fom 20ML Seal wrinkle & text unreadable INV31011 141,572,614
Sumber: Kertas kerja KAP TWR. (Telah diolah kembali)
4.4.2.7 Verifikasi Informasi untuk Pengungkapan (Verify Information for Disclosure) Tahap terakhir pada audit fieldwork ini bertujuan untuk memenuhi asersi terhadap presentation
and
disclosure.
Auditor
menilai
apakah
penyajian
dan
pengklasifikasian akun telah sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku atau belum. Auditor juga mengecek laporan keuangan untuk menentukan pengungkapan apa saja yang berhubungan dengan akun tersebut. Tim audit menyimpulkan bahwa penyajian dan pengungkapan akun pendapatan telah sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Informasi-
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
97
informasi yang diungkap terkait akun pendapatan juga telah di cek dan telah diungkap dengan layak. 4.5
Penyelesaian dan Pelaporan Audit
Setelah melakukan audit fieldwork, proses audit memasuki tahap terakhir yaitu tahap penyelesaian dan pelaporan audit. Hal ini telah sesuai dengan standar yang ada, yaitu Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Produk akhir dari proses ini adalah laporan keuangan yang telah di audit beserta opini auditnya. Dalam tahap ini, tim audit mengevaluasi peristiwa setelah periode pelaporan (subsequent events) dan asumsi keberlanjutan perusahaan (going concern). Tim audit juga melaksanakan overall conclusion analytics, dimana hal ini dilaksanakan untuk membantu tim audit memberikan pandangan lebih lanjut tentang perusahaan. Tim audit ingin melihat apakah ada perubahan yang signifikan pada area laporan keuangan PT Betts Indonesia jika dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya. Bentuk analisisnya dapat di lihat pada Lampiran 13. Setelah melaksanakan analisis ini, tim audit memutuskan bahwa tidak ada pergerakan transaksi yang tidak biasa dan diluar ekspektasi dari tim audit yang mengindikasikan salah saji material (termasuk risiko fraud) yang sebelumnya teridentifikasi. Sehingga, tim audit setuju bahwa understanding-nya konsisten dengan analisis sebelumnya dan kesimpulan dalam prosedur audit yang dilakukan. Tim audit juga mendapatkan draft laporan keuangan dari klien. Draft tersebut sudah menyertakan representation letter yang menyatakan bahwa manajemen mengakui apa saja yang menjadi tanggung jawabnya atas laporan keuangan yang disusun. Tim audit kemudian mengecek draft catatan atas laporan keuangan tersebut apakah sudah sesuai dengan PSAK atau belum. Langkah selanjutnya adalah memasukkan angka-angka hasil audit ke dalam draft tersebut. Angkaangka tersebut kemudian di cek ulang dengan footing, cross-footing, maupun cross-refrence. Tim audit kemudian memastikan lagi apakah pengungkapan angka pada laporan keuangan telah sesuai dengan pengungkapan terkait di catatan atas laporan keuangan. Tim audit juga menambahkan ke dalam draft tersebut
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
98
pernyataan opini atas laporan keuangan yang disiapkan oleh klien. Setelah pengecekan terakhir, draft laporan keuangan diberikan kepada signing partner untuk final review dan penandatanganan laporan keuangan yang sudah di audit. 4.6
Analisis Prosedur KAP TWR
Secara keseluruhan proses audit yang dilakukan sudah dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan pedoman audit KAP TWR. Proses audit tersebut juga sudah sudah sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang menjadi standar audit di Indonesia, bahkan untuk beberapa prosedur, pedoman audit KAP TWR memberikan best practice dalam melaksanakan audit yang sangat memudahkan pengerjaan audit. Dalam tahap perencanaan audit PT Betts Indonesia, perencanaan tersebut telah dibuat serinci mungkin sehingga memudahkan auditor dalam menjalankan proses audit kedepannya. Meskipun ada sedikit perbedaan antara tahap audit KAP TWR dengan teori yang dijelaskan pada Arens, Elder, Beasley dan Jusuf (2009), tetapi prosedur perencanaan yang dilakukan oleh KAP TWR memiliki substansi yang sama. Perbedaan ini hanyalah perbedaan dari pengembangan atas teori tersebut. Secara terperinci proses perencanaan yang dilakukan oleh KAP TWR telah sesuai dengan SPAP. Dalam pembuatan engagement letter, item-item yang ada dalam engagement letter antara KAP TWR dan PT Betts Indonesia telah sesusai dengan SPAP SA Seksi 320: Tentang Surat Perikatan Audit. Begitu juga dalam pembentukan tim audit, dimana terdapat beberapa tingkatan posisi yang juga menunjukan mekanisme supervise bertingkat. Proses ini sesuai dengan SPAP SA Seksi 331: Tentang Perencanaan dan Supervisi dan salah satu standar pekerjaan lapangan (fieldwork) menyatakan pentingnya perencanaan dan supervise atas penggunaan asisten. Pengecekan independensi anggota tim yang dilakukan KAP TWR dalam tahap pembentukan tim, sejalan dengan standar yang mengharuskan auditor bersikap independen, yaitu SPAP SA Seksi 220: Tentang Independensi Auditor.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
99
Pemahaman atas bisnis klien juga telah sesuai dengan SPAP SA Seksi 318: Tentang Pemahaman Atas Bisnis Klien. Pemahaman atas bisnis klien menjadi hal yang penting bagi auditor untuk dapat mengidentifikasi dan memahami kejadian, transaksi, dan praktik yang nantinya dapat mempengaruhi laporan keuangan atau proses auditnya sendiri. Begitu juga dengan pemahaman atas pengendalian internal klien, proses ini telah sesuai dengan SPAP SA Seksi 319: Tentang Pertimbangan Atas Pengendalian Internal dalam Audit Laporan Keuangan. Selain itu, pengendalian internal klien dinilai sesuai dengan komponen-komponen yang terdapat pada internal control – integrated framework yang dikeluarkan COSO. Pemahaman atas pengendalian internal klien ini nantinya akan sangat mempengaruhi proses audit kedepannya. Karena hal ini menjadi salah satu dasar penentuan risiko audit, dimana seperti yang kita ketahui bahwa audit yang dijalankan merupakan audit berbasis risiko (risk based audit). Oleh karena audit yang dijalankan adalah audit berbasis risiko, penentuan atas materialitas menjadi hal yang penting dan harus dilakukan (SPAP SA Seksi 312: Tentang Risiko Audit dan Materialitas paragraph 16). SPAP tidak menentukan secara tegas jenis-jenis materialitas. Jenis materialitas yang dipakai oleh KAP TWR (OM, PM, dan SUM) merupakan pengembangan dari teori dan best practice yang ada di dalam panduan audit KAP TWR. Secara keseluruhan, proses perencanaan yang dilakukan oleh KAP TWR yang mengacu pada panduan audit KAP TWR telah sesuai dengan SPAP SA Seksi 331: Tentang Perencanaan dan Supervisi. Lalu untuk penentuan sampling yang dilakukan oleh KAP TWR telah mengacu kepada SPAP SA Seksi 350: Tentang Sampling Audit. Selain itu, KAP TWR juga memberikan best practice untuk penentuan sampling ini dengan template yang disediakan di software audit KAP TWR. Untuk kegiatan audit lapangan, tidak ada perbedaan yang substantif diantara prosedur audit yang dipakai oleh KAP TWR dengan teori dari Arens, Elder,
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
100
Beasley, dan Jusuf (2009). KAP TWR menyatukan proses pengerjaan prosedur pengujian pengendalian dengan pengujian substantif atas transaksi dengan tujuan untuk efisiensi dalam proses audit. Dalam prosedur analitis terdapat perbedaan antara panduan audit KAP TWR dengan Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2009). Panduan audit KAP TWR memberikan best practice untuk melakukan prosedur analitis, yaitu dengan menggunakan lead schedule untuk melakukan analisis yang tidak diatur oleh Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2009). Begitu juga dengan pengujian atas saldo, dimana dalam Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2009) tidak diatur secara rinci tetapi panduan audit KAP TWR memberikan best practice atas metode-metode yang dapat dijalankan dalam prosedur pengujian atas saldo, seperti testing detail dan supplemental non-statistical sampling test. Meskipun begitu prosedur analitis dan pengujian substantif KAP TWR telah sesuai secara substansi dengan SPAP SA Seksi 313: Tentang Pengujian Substantif sebelum Tanggal Laporan Posisi Keuangan (neraca) dan SPAP SA Seksi 329: Tentang Prosedur Analitik. Secara umum, proses audit KAP TWR terbagi dalam tiga (3) tahap, yaitu proses perencanaan (planning), proses pekerjaan audit di lapangan (audit fieldwork), serta penyelesaian dan pelaporan (completing and reporting). Hal ini sudah sesuai dengan standar yang ada. Namun untuk detil rincian dari ketiga proses tersebut, KAP TWR mempunyai metode tersendiri yang menggabungkan antara teori maupun standar yang ada dengan pengalaman audit KAP TWR. Akan tetapi, secara substansi proses audit antara KAP TWR dengan teori maupun standar tidak berbeda. Pedoman audit KAP TWR mengejawantahkan tujuan audit menjadi completeness, accuracy, cut-off, existence/occurrence, rights and obligations, presentation and disclosure, dan valuation. Semua tujuan audit tersebut harus dipenuhi dalam rangkaian prosedur audit yang dijalankan. Untuk tahap penyelesaian audit, tidak ada perbedaan prosedur yang digunakan KAP TWR dengan Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2009). Secara keseluruhan, prosedur audit yang digunakan KAP TWR sudah mencakup prosedur audit yang berdasarkan konsep yang disampaikan oleh Arens, Elder, Beasley dan Jusuf (2009).
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan
KAP TWR melakukan audit atas laporan keuangan PT Betts Indonesia untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013. Audit yang dilakukan bertujuan untuk menyatakan sebuah opini atas kewajaran dimana perusahaan telah menyajikan secara wajar, dalam hal-hal yang material, posisi finansial, hasil operasi serta arus kas sesuai dengan PSAK yang berlaku di Indonesia. Tim audit telah melaksanakan audit sesuai dengan standar pengauditan yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar tersebut mengharuskan proses perencanaan dan pelaksanaan audit agar auditor memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Pelaksanaan audit secara umum berjalan sesuai dengan perencanaan. Secara substansi, proses audit yang dilaksanakan tidak berbeda dengan teori yang didapatkan dari buku teks (Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf, 2009). Dalam proses mengaudit PT Betts Indonesia, tim audit memulai dengan proses perencanaan yang dilakukan dengan memahami bisnis klien, menentukan risiko salah saji, serta memahami pengendalian internal klien. Kemudian tim audit juga menentukan batas materialitas untuk PT Betts Indonesia. Dalam melaksanakan audit lapangan, tim audit memulai dengan memahami proses bisnis dan alur pendapatan dari PT Betts Indonesia. Dilanjutkan dengan pengujian substantif dan pengujian pengendalian dari klien. Sebelumnya, tim audit juga harus mengumpulkan bukti-bukti untuk melaksanakan audit. Data dan dokumen yang diminta tim audit untuk proses pengujian terkait berhasil didapatkan semua. Pihak PT Betts Indonesia sangat kooperatif, sehingga tidak sulit untuk melaksanakan vouching. Setelah selesai melakukan audit lapangan, tim audit melakukan penyelesaian audit dengan hasil akhir berupa laporan keuangan yang sudah di audit dan opini audit.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
102
Selama proses audit terhadap pendapatan, tim audit tidak menemukan adanya salah saji atau pengecualian yang nilainya material. Sehingga tidak diperlukan untuk membuat adjustmet pada area pendapatan. Meskipun awalnya ada risiko signifikan yang akan muncul pada area pendapatan, tetapi setelah melaksanakan audit pada akun pendapatan tidak ditemukan kesalahan yang nilainya material. Hal ini mematahkan dugaan awal yang menganggap area pendapatan rentan dengan risiko fraud. Maka dari itu tim audit menyimpulkan bahwa pendapatan PT Betts Indonesia untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 telah disajikan secara wajar, dalam hal-hal yang material, posisi finansial, hasil operasi perusahaan serta arus kas sesuai dengan PSAK yang berlaku di Indonesia. 5.2
Saran
Berikut adalah beberapa saran yang dapat Penulis berikan berdasarkan pelaksanaan magang di KAP TWR dengan penugasan pada PT Betts Indonesia: 1. Saran untuk PT Betts Indonesia: a) Meningkatkan lagi kompetensi staf accounting agar tidak ada kesalahan pencatatan dengan memberikan pelatihan mengenai akuntansi. Serta perlu ada komunikasi yang lebih baik di internal perusahaan, agar pencatatan semakin rapi. b) Perlu adanya fungsi internal audit, untuk meningkatkan efektifitas kontrol dalam perusahaan. c) Perlu adanya pengembangan sistem yang lebih baik lagi dan terintegrasi dengan baik dan benar. Dimana perlu ada pembaharuan sistem Mfg Pro agar lebih efisien. d) PT Betts Indonesia perlu lebih tegas lagi soal penyediaan dokumen pendukung transaksi. Karena ditemukan adanya dokumen yang tidak lengkap dengan alasan yang beragam. Perlu sistem filing yang rapi agar dokumen bisa terarsip dengan rapi. e) Manajemen PT Betts Indonesia diharapkan berhati-hati dan teliti dalam menerapkan estimasi manajemen untuk laporan keuangan. Manajemen diharapkan untuk memperluas pengetahuan dan
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
103
memperdalam pemahaman peraturan-peraturan
lainnya
atas yang
standar
akuntansi maupun
berlaku
sehingga
dapat
meminimalisir salah saji material dalam pelaporan keuangan. f) Manajemen perlu meningkatkan pengawasan dan pengendalian, agar meminimalisir risiko salah saji ataupun fraud. 2. Saran untuk KAP TWR: a) KAP TWR sebaiknya memberikan pelatihan audit yang lebih dalam kepada peserta magang, sehingga peserta magang tidak kebingungan dalam melaksanakan tugas yang diberikan dan mengetahui tujuan dari apa yang mereka kerjakan. b) Sebaiknya KAP TWR memiliki kebijakan yang lebih spesifik untuk program magang yang bertujuan untuk tugas akhir. Seperti masa penugasan yang lebih stabil atau lebih lama dalam satu engagement sehingga akan membuat pemahaman peserta magang terhadap satu klien lebih baik lagi dan memudahkan dalam proses penulisan tugas akhirnya. c) Sebaiknya senior-in-charge untuk proses audit perusahaan tidak berbeda orang antara tahap perencanaan dan audit lapangan, agar lebih efektif dan memiliki pemahaman yang komprehensif lebih baik lagi.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
104
DAFTAR REFERENSI Elder, R. J., Beasley, M. S., Arens, A. A., & Jusuf, A. A. (2009). Auditing and Assurance Services an Integrated Approach an Indonesian Adaptation. Singapore: Pearson. Godfrey, J., Hodgson, A., Tarca, A., Hamilton, J., & Holmes, S. (2010). Accounting Theory 7th Edition. Quenslaand: John Wiley & Sons Australia. Ikatan Akuntan Publik Indonesia. (2011). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat. Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia. Kieso, D. E., Weyganndt, J. J., & Warfield, D. T. (2011). Intermediate Accounting IFRS Edition (12th ed). New Jersey: John Wiley & Sons. PricewaterhouseCoopers. (2011). PricewaterhouseCoopers Audit Guide. London: PricewaterhouseCoopers. Romney, M. B., & Steinbart, P. J. (2012). Accounting Information System (12th ed). Singapore: Pearson.
Universitas Indonesia Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Lampiran 1 – Struktur organisasi Betts
Sumber: Dokumen eksternal KAP TWR.
Betts Indonesia MANAGEMENT ORGANIZATION CHART General Manager SEA Cluster
Operation Manager - ACTING
Project Manager
Finance Controller
Manufacture Manager
Marketing & Sales Manager
Purchasing Manager
EHS-Process Eng-ISO Rep Manager
IT Section Head
Quality Manager
Tubing & Incoming
Production Manager Tubing
PPIC & Distribution Manager
Print and Injection
Section Head Printing
CI Manager
Maintenance Section Head
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
HRD Manager
R&D Section Head
Accounting Manager
Finance Manager
Lampiran 2 – Significant risk identified Risk
Management override of controls
Sumber: Kertas kerja KAP TWR. Description
Nature Management override of control is considered as significant risk as management is in a unique position to perpetrate fraud because of management’s ability to directly or indirectly manipulate accounting records and prepare fraudulent financial statements by overriding controls. Management is able to override controls relating to: (1) journal entries and other adjustments, (2) accounting estimates, (3) business rationale and controls for significant unusual transactions. Pressure to maintain market share and to achieve management's KPI might lead to management overriding controls to reach and meet the targets.
FSLI/ FS Assertions All FSLI/ All FS Assertions
Management control
Audit approach
Management performed the following control: Manual journal entries posted to the system should be reviewed by superior before it was posted.
Management performed the following control: Perform manual three way match for sales transactions.
Perform understanding of management financial reporting process Perform test of detail over their journal entries Review management estimates
Magnitude If the fraud occurred, the magnitude was depend to the fraud case. Management override in terms of fraudulent financial reporting can have pervasive impact.
Risk of fraud in revenue recognition
Likelihood Based on our assessment, we consider that the company has strong control environment to prevent and detect fraud. However in terms of management override, such controls can be override, thus we are not in the position to conclude that likelihood is limited. Nature There is presumption that there is risk of fraud in revenue recognition which can results in material misstatements. Management's KPI also consists financial targets. This creates pressure/incentive to push revenue to achieve targets. The Company usually also give more incentive and marketing scheme to the customers for sales incurred. Magnitude Revenue is the most significant single items in FS. The magnitude amounts involved means that there is the potential for material misstatement. Also, because various account balances might be affected, there is possibility that multiple misstatement may arise.
Revenue, Trade receivable / Completen ess, Existence, Cut-off
Likelihood The likelihood of misstatement are high - due to presumption that there is risk of fraud in revenue recognition. There is high possibility to recognize the sales earlier to achieve targeted revenue. Refer to following doc link for the documentation of rebuttable assertions of fraud in revenue recognition Significant risk in revenue recognition Betts
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Understand revenue recognition policy Perform test of key control related in revenue cycle Perform test of detail over sales transaction Perform TOD cutoff on year end visit Perform manual journal over revenue
Universitas Indonesia
Lampiran 3 – Going concern assessment
Sumber: Kertas kerja KAP TWR.
Betts (Indonesia) Going concern assessment FY 2013 Indicator Sales growth Gross Margin Working capital ratio Days sales outstanding Days sales in inventory Inventory turnover Days payable outstanding Total debt to equity ratio
Going concern assessment Financial Indicators High gearing or a net liability position Short term debt repayments - possibility of repayments or rollover of debt? Reliance on short-term borrowings to finance long-term assets adverse trends in sales and margins
2012
2013
Remarks
-9% 23%
40% 11%
Sales is increasing compare to prior year which shows the company's business was growing. Gross margin is decreased from the impact of increase in scrap costs, impact of depreciation of Rupiah to USD, and increase in labour cost from increase of Regional Minimum Wages
1.22 98.00 54.96 6.55 162.00 1.30
0.94 87.00 50.92 7.07 125.00 2.83
This ratio indicates that the company has enough short term assets to cover its short term debt. Decrease in accounts receivable turnover due to improvement in the process of cash collection The lower days represent the Company takes fewer days to turn their inventory to sales which is better The inventory turnover is not significantly change. The higher turnover represent a positive ratio Decrease in payable outstanding represent the Company paid vendor faster A high debt/equity ratio generally means that a company has been aggressive in financing its growth with debt.
Company's condition Positive Positive, although the GPM is decreased from prior year Positive Positive Positive Positive Positive Positive
30-Sep-13 The Company is in net asset position The Company has loan agreement with PT Techpack Asia which increased from Rp 4.8 billion to Rp 34.6 billion. The loan is categorised as short term however based on the agreement, the loan can be repaid any time as agreed between the Parties without any penalty The sales is increased however the gross margin is decreased from the impact of increase in scrap costs, impact of depreciation of Rupiah to USD, and increase in labour cost from increase of Regional Minimum Wages
Positive Negative
No No
In terms of cashflow will be assessed during our final fieldwork This can be seen in table below where days payable outstanding is decreased from prior year The Company has loan agreement with PT Techpack Asia, which is Company's related party. No covenant based on the agreement
Negative Positive Positive
adverse key financial ratios: working capital ratios, gross profit ratios, return on equity, inventory turnover etc
No
See table above
Positive
potential losses on long-term contracts or other uneconomic long-term commitments
No
No such condition exist based on inquiry with management and research through public data
Positive
No
The Company's major customers are Unilever Indonesia and Yasulor and their sales represent 78% from total sales. However, the Company has entered agreement with them to supply them agreed amount of tubes.
Positive
Yes
The Company review the collectibility of their receivables regularly and historically they have provided the provision for AR adequately
Positive
negative cash flows inability to pay creditors on due dates difficulty in complying with the terms of loan agreements/covenants or the need to restructure debt
Operating Indicators acute dependence a few suppliers/customers have major accounts receivable been collected post year end
No Rollover Yes Yes
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Negative Negative
Universitas Indonesia
Lampiran 3 – Going concern assessment
Sumber: Kertas kerja KAP TWR.
a loss of a major market or customer shortages of important supplies or loss of a principal supplier empty order book the adequacy of strategic direction, policies, plans and forecasts, contingency plans a concentration of risk in limited number of products or projects planned employee layoffs the adequacy of management expertise or loss of key management personnel deficiencies in management information systems including responsiveness to information received
No No
No loss of a major market and customer. Sales is increased 40% from prior year No such condition exist based on inquiry with management and research through public data
Positive Positive
No No
No such condition exist based on inquiry with management and research through public data No such condition exist based on inquiry with management and research through public data
Positive Positive
No
No such condition exist based on inquiry with management and research through public data
Positive
No No
No such condition exist based on inquiry with management and research through public data No such condition exist based on inquiry with management and research through public data
Positive Positive
No
No such condition exist based on inquiry with management and research through public data
Positive
uninsured or underinsured disasters
No
Based on prepayment listing, the Company has insured for all risk including from disaster
Positive
Other indicators economic instability?
No
Positive
indication of political instability? adverse changes in legislation or government policy or subsidies? financial dependence on a distressed parent company? financial dependence on a distressed Indonesian Bank? existence of guarantees? existence of related party transactions?
No No
No such condition exist based on inquiry with management and research through public data. Overall growth in oral care industry in 2013 is around 7.9% No such condition exist based on research through public data No such condition exist based on research through public data
No
No such condition exist based on inquiry with management and research through public data
Positive
No
No such condition exist based on inquiry with management and research through public data
Positive
Yes Yes
Positive Positive
financial turmoil elsewhere in the Group?
No
The Company is part of ALBEA Group headquartered in France The Company has several related party transactions (sales, purchase, loan, management fee and royalty). No significant issue based on preliminary assessment No such condition exist based on inquiry with management and research through public data
Positive Positive
Positive
Conclusion Based on the above assessment, we noted that there are several indicators which showing negative indicators. However, up to the planning visit we conclude that the negative indicators did not mean there is doubt on the entity's ability to continue as going concern. However, we will perform update assessment during our final fieldwork
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
Lampiran 4 – Significant risk in revenue recognition
Sumber: Kertas kerja KAP TWR.
Betts (Indonesia) Rebutable Revenue Recognition Sales Local Sales Export Total sales Overview of revenue characteristic
30-Sep-13 (137,523,857,382) (29,848,975,141) (167,372,832,523)
82% 18%
The company is engaged in manufacturing and distributing decorated plastic packaging. The company does not have complex product as the company usually produces the goods based on customer's order. The company customers are Unilever, Yasulor, Korea, and others. Each of customer has the same revenue process. From the ordering until it is recorded by the company. The products can be categorised as below: 1) Oral care tubes 2) Personal care tubes 3) Other tubes 4) Printed Web 5) Moulded components The revenue process for each of the above product is the same. There are no difference in the point of revenue recognition, the process of recording, marketing programme, inventory management system, the process how the revenue generated and the revenue from all products are controlled by the same persons. Process of recording --> Accounting entries were initiated and processed when the invoice issued (sales journal) and the cash payment (cash receipt journal) Revenue measurement --> The revenue is measured by the fair value of consideration received/receivable for all type of sales. It was measured according to the price and its units sold
Rebutable assertions
Therefore we conclude that the Company has one revenue stream. Point of revenue recognition and the point of transfer of risks and rewards is evidenced by the signed delivery note, considered not complex and straight forward. Accuracy Nature: Risk of inaccurate revenue and receivables figures in the financial statements: The company usually enters into agreement with the customer in advance as the product will be manufactured according to their request (job order type). Any price changes during the period should be agreed with the customer in advance. As such, the risk of inaccuracy selling price is remote. In term of quantity, the Company always pay attention on the order demand from customer, therefore the risk is remote to happen inaccuracy of quantity sold to customers as the Company has KPI to customers in term of order/delivery fulfilment on timely basis. Likelihood: The level of judgement in calculating sales value is very low as the selling price has been agreed with customers, so there is limited opportunity for the management (sales people) to manipulate the invoice amount and there are also no "bundled deals" which require judgement when allocating to the revenue. Magnitude: Low. There is no potential material misstatement from this assertion. We determined the fraud risk of revenue recognition applied in the company is C,E/O, and CO
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
Lampiran 5 – Lead Schedule
Engagement: Period end date: Audit unit: Risk: FSLI: EGA title: Ref. no.:
Sumber: Kertas kerja KAP TWR.
Betts Indonesia 2013 31/12/2013 Betts Indonesia 1213 - HQ (Local Statutory) Risk of material misstatement in Gross revenue Revenue Lead schedule - Gross revenue 6000-100 4,600,000,000 2,900,000,000 230,000,000
Overall materiality (Rp): Performance materiality (Rp): De minimis SUM posting level (Rp): Financial Statement Line Items\Accounts
Current Period 31 Dec 2013 (Unaudited) 01/01/2013 - 31/12/2013 (Rp)
Revenue 6001-4000 - Sales External - Home 6002-4000 - Sales Group - Export 6003-4000 - Sales External - Export 6004-4000 - Sales Returns Ext - Home 6006-4000 - Sales Returns Ext-Export 6007-4000 - Sales Other Ext-Home 6008-4000 - Sales Other Ext-Group 6009-4000 - Sales Other Export
Adj. Current Period 31 Dec 2013 (Unaudited) 01/01/2013 - 31/12/2013 (Rp)
Comparative 31 Dec 2012 01/01/2012 31/12/2012 (Rp)
(191,112,424,712)
(191,112,424,712)
(107,132,459,726)
(239,535,824) (41,224,199,538) 2,120,659,298 (407,963,416) (179,170,000) (66,155,670) (231,108,789,862)
(239,535,824) (41,224,199,538) 2,120,659,298 (407,963,416) (179,170,000) (66,155,670) (231,108,789,862)
(82,557,420) (53,373,741,341) 1,428,649,462 (159,160,109,024)
Adjustments (Rp)
Total - Revenue ^, TB
^
Variance (Rp)
Variance %
(83,979,964,986) (156,978,404) 12,149,541,803 692,009,836 (407,963,416) (179,170,000) (66,155,670)
78.4% 190.1% -22.8% 48.4% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%
(71,948,680,838)
45.2%
^, PY
Legend ^
Mathematically accurate
TB
Agree to Trial Balance December 2013
PY
Agree to audited prior year balance
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
Lampiran 6 – Non-stat sampling for test of revenue transactions
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Sumber: Kertas Kerja KAP TWR.
Universitas Indonesia
Lampiran 7 – Test of control template
Sumber: Kertas kerja KAP TWR.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
Lampiran 8 – Non-stat sampling for sales local cut-off – before
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Sumber: Kertas kerja KAP TWR.
Universitas Indonesia
Lampiran 9 – Targeted testing for sales export cut-off before
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Sumber: Kertas kerja KAP TWR.
Universitas Indonesia
Lampiran 10 – Non-stat sampling sales local cut-off after
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Sumber: Kertas kerja KAP TWR.
Universitas Indonesia
Lampiran 11 – Targeted testing for sales export cut-off after
Sumber: Kertas kerja KAP TWR.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
Lampiran 12 – Non-stat template for test of sales retun
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Sumber: Kertas kerja KAP TWR.
Universitas Indonesia
Lampiran 13 – Overall analytics
Sumber: Kertas kerja KAP TWR.
Betts (Indonesia) Overall Conclusion Analytics - 31 Dec 2013 Current Year expectation:
Our expectation of the account balances and financial statement relationships and disclosures are based on the audit work performed and documented in the working papers. Any balances, relationships or disclosures that have unusual or unexpected balances, relationships or disclosures that have been identified as unexpected or unusual and appropriate follow-up or referencing to audit work performed has been documented.
Prior 31-Dec-12
Current 31-Dec-13
9,577,015,453
7,958,239,942
(1,618,775,511)
-17%
No
Decrease of cash balance mainly related to increase of capex level.
Trade Receivables
29,585,901,738
25,683,175,356
(3,902,726,382)
-13%
No
Decrease in trade receivable balance mainly due to better collection during the year. The Company push collection from large customer such as Unilever. However, in terms of TOP there is change of TOP for the current year.
Other receivables
11,834,678,287
2,241,567,102
(9,593,111,184)
-81%
No
Decrease in other receivable balance mainly due to payment from Orix for sales leaseback machine in 2013.
Inventories
19,045,680,546
30,299,801,020
11,254,120,474
59%
No
Increase of inventory balance is higher than sales increase, mainly contributed from increase of raw material as the impact of strengthen of USD against IDR.
Prepaid taxes
4,421,194,984
7,593,769,408
3,172,574,424
72%
No
Increase of prepaid tax represents increase in VAT in as in line with increase in fixed asset
Other current assets
1,837,335,519
17,938,125,079
16,100,789,561
876%
No
Significant increase of other current assets mainly contributed from increase in advance payment for capex activities amounted to Rp 16.5 billion.
76,301,806,526
91,714,677,908
15,412,871,382
20%
Claim for tax refund
3,410,284,913
6,417,163,451
3,006,878,538
88%
No
Deferred tax asset
4,324,402,490
9,538,179,080
5,213,776,590
121%
No
57,162,510,547
89,806,721,285
32,644,210,737
57%
No
141,199,004,477
197,476,741,723
56,277,737,247
40%
Short term loan
4,816,955,000
60,827,250,000
56,010,295,000
1163%
No
Trade Payables
38,710,000,898
41,351,235,568
2,641,234,670
7%
No
Other Payable
7,390,870,738
7,941,721,622
550,850,884
7%
No
Accrual
9,915,718,202
25,067,354,740
15,151,636,538
153%
No
Increase of Accrual balance mainly related to increment of group royalty payable due to the company have not paid the royalty in 2013 around Rp 15.7 bio.
565,487,529 4,007,398,275 65,406,430,642
930,255,594 5,487,372,157 141,605,189,680
364,768,064 1,479,973,882 76,198,759,038
65% 37% 117%
No No
Immaterial fluctuation below PM Refer to explanation in finance lease non current portion below
Statement of financial position Cash and Cash Equivalents
Total current assets
Fixed asset Total assets
Taxes payable Finance lease - current portion Total current liabilities
Variance Local Currency
Unusual?
%
Increase in claim for tax refund mainly contributed from addition prepayment income tax around Rp 4 billion, addition of CFTR related with custom duty around Rp 800 mio, and payment from CIT 2011 Rp 1,9 bio. Increase in Deferred tax asset mainly due to the Company recognize deferred tax from fiscal loss in 2013 The significant increase of PPE is mainly related with significant addition of machinery where the company need to increase its capacity level to fulfill customer demand. The company has additional loan facilities from Techpack Asia (related party) amounted to US$ 5,000,000 in Dec 2013 and the payment will be due in June 2014 with fixed interest Margin of 5% + JIBOR (3M). Increase of trade payables balance mainly related to increase in material cost due to foreign exchange. Immaterial fluctuation below PM
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
Lampiran 13 – Overall analytics
Statement of financial position Share capital Foreign exchange fluctuations from share capital payment Retained earnings: Total comprehensive income Total liabilities and equity
Sumber: Kertas kerja KAP TWR.
Prior 31-Dec-12
Current 31-Dec-13
4,321,500,000
4,321,500,000
-
0%
No
Immaterial fluctuation below PM
193,500,000
193,500,000
-
0%
No
Immaterial fluctuation below PM
50,244,520,365
56,985,173,913
6,740,653,549
13%
No
Represent net loss. Refer to explanation in PL
(25,698,602,034) 56,277,737,247
-381%
No
Represent net loss. Refer to explanation in PL
141,199,004,477
(18,957,948,485) 197,476,741,723
Prior 31-Dec-12
Current 31-Dec-13
6,740,653,549
Variance Local Currency
Variance Local Currency
%
Unusual?
40%
%
Unusual?
Income Statement
Sales
159,160,109,024
Cost of sales
224,357,661,813
65,197,552,789
41%
No
The increase in sales are mainly from sales increase from local customers however offset by the sales made to export customers. The local sales is increased for about 73%. Major local sales increase come from Unilever and Yasulor. For the current year, the company has enterred into long-term sales arrangement with Unilever. On the other hand, the sales export performance is decreased around 22%. It is not inlined with our expectation due to the company's strategy to be more focus to local customers. Major decreased of sales export is occurred Amore Pacific Corporation and Aekyung Industrial for about 24% and 36% respectively. There is one customer, Societe de Cosmetique, that the sales is increase around 37%. The decrease in sales export mostly due to customer's discountinued product and there is one customer, Milloft, that the Company did not sales to them anymore
No
Increase in cost of revenue is higher than increase of revenue (around 21%). It was due to: 1) Increase in scrap costs amounted to Rp 10.9 bio which caused by the complexity of new product requirements (i.e., incorporating more complex color combination and up-to-date product designs) from various customers being serviced by existing machineries of the Company. 2) Increase of material used cost amounted Rp 3.4 bio as impact of depreciation of Rupiah to USD. The increase of cost of materials cannot be fully passed through to increase in sales price as the company should maintain its competitiveness. 3) Increase in labour cost totalling to Rp 13.6 bio as an impact of increase of Regional Minimum Wages that was set by the Indonesia Government
The increase of selling and G&A expense is inline with sales increase. In overall, the increase of selling and G&A expenses mainly contributed from royalty expenses and management fee amounted to Rp 3.2 billion which directly inline with sales.
124,813,169,794
201,808,306,380
76,995,136,586
62%
Gross margin Gross margin %
34,346,939,231 22%
22,549,355,434 10%
(11,797,583,797)
-34%
Selling, general and administrative expenses
25,116,060,187
33,318,802,136
8,202,741,949
33%
No
Finance cost Finance income
903,517,757 (9,743,462)
1,043,163,032 (38,534,789)
139,645,275 (28,791,327)
15% 295%
No No
Forex gain/loss
(330,358,658)
12,063,844,854
12,394,203,511
-3752%
No
Immaterial fluctuation below PM Immaterial fluctuation below PM The significant fluctuation of forex from gain of Rp 330 million become a loss of Rp Rp 12.1 billion was due to strengthen of USD to IDR during 2013. Average rate in 2013 is around Rp 10,460 while in 2012 is around Rp 9,384 (around 11% increased). The company purchase its import material using USD while the sales mainly contributed from local customers which in IDR. Taken into account the condition of USD exchange rate that continue to strengthen against IDR, it increase the loss to the company as the monetary liability will become higher.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
Lampiran 13 – Overall analytics Prior 31-Dec-12
Sumber: Kertas kerja KAP TWR. Current 31-Dec-13
Variance Local Currency
%
Unusual?
Income Statement Others Income before income taxes
(657,221,400) 9,324,684,806
333,805,276 (24,171,725,075)
991,026,676 (33,496,409,881)
-151% -359%
No
Immaterial fluctuation below PM
Provision for income taxes
2,584,031,257
(5,213,776,590)
(7,797,807,847)
-302%
No
The income tax benefit mainly from deferred tax income which is from tax loss recognised by the Company, while no current income tax recognised as of 31 December 2013 as the Company is in loss position
6,740,653,549
(18,957,948,485)
(25,698,602,034)
-381%
Net income/(loss) Additional comments on Review of Disclosures: RE Reconciliation Beginning Net Income Ending Per Trial Balance 2013 Difference
Based on the analysis above, we concur that our understanding is consistent with the preliminary analytics and conclusion reached in our audit procedures performed.
56,985,173,913 (18,957,948,485) 38,027,225,428 38,027,225,428 (0)
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
Lampiran 14 – Flowchart
Sumber: Data olahan pribadi.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
Lampiran 14 – Flowchart
Sumber: Data olahan pribadi
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
Lampiran 14 – Flowchart
Sumber: Data olahan pribadi.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
Lampiran 14 – Flowchart
Sumber: Data olahan pribadi.
Audit atas..., Bob Adam Muttahara, FE UI, 2014
Universitas Indonesia